TEORI BELAJAR BRUNER 1. Pengertian Teori Belajar Menurut Bruner 1.1. Dalam buku “Belajar dan Pembelajaran” yang disusun oleh DR.C.ASRI BUDININGSIH (hal. 40-43 : tahun 2004) Jerome Bruner (1966) adalah seorang pengikut setia teori kognitif, khususnya dalam studi perkembangan fungsi kognitif. Bruner menyatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep , teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Bruner memandang bahwa suatu konsep memiliki 5 unsur, dan seseorang dikatakan memahami suatu konsep apabila ia mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi : a. b. c. d. e.
Nama Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif Karakteristik , baik yang pokok maupun tidak Rentangan karakteristik Kaidah Menurut Bruner, pembelajaran yang selama ini diberikan
disekolah
lebih
banyak
menekankan
pada
perkembangan
kemampuan analisis, kurang mengembangkan kemampuan berpikir intuitif. Berpikir intuitif sangat penting bagi mereka yang menggeluti bidang matematika, biologi, fisika dan sebagainya. Sebab setiap disiplin mempunya konsep-konsep, prinsip, dan posedur yang harus dipahami sebelum seseorang dapat belajar. Menurut bruner cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui hubungan intuitif untuk akhirnya sampai pada suatu kesimpulan (discovery learning).
1.2. Dalam buku “Belajar dan Pembelajaran” yang disusun oleh DR. M. Sobry Sutikno (hal. 13 : tahun 2013)
1
Bruner menyebutkan bahwa perkembangan kognitif seseorang akan terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan dari caranya melihat lingkungan. Tahap pertama adalah tahap enaktif, yaitu saat seseorang melakukan aktifitas-aktifitas dalam usahanya memahami lingkungan. Tahap kedua adalah tahap ikonik, saat seseorang melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Tahap ketiga adalah tahap simbolik saat seseorang mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa simbol. Untuk membelajarkan sesuatu, menurut bruner, tidak perlu ditunggu sampai anak mencapi suatu tahap perkembangan tertentu. Perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikan sesuai dengan tingkat perkembangannya. 1.3. Dalam buku Teori-teori Belajar dan Pembelajaran yang disusun oleh Prof. Dr. Ratna Wilis Dahar, M.Sc. (hal.74-91 : tahun 2006) Bruner (1960) mengemukakan empat tema pendidikan. Tema
pertama
pengetahuan.
mengemukakan
pentingnya
Kurikulum hendaknya
arti
stuktur
mementingkan struktur
pengetahuan. Hal ini perlu sebab dengan struktur pengetahuan, kita menolong para siswa untuk melihat bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak memiliki hubungan. Dapat dihubungkan satu dengan yang lain dan pada informasi yang telah mereka miliki. Tema kedua ialah tentang kesiapan belajar. Menurut Bruner (1966:29), kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai keterampilan yang lebih tinggi. Kesiapan untuk geometri Euclidian misalnya dapat diperoleh dengan memberikan kesempatan pada para siswa untuk membangun konstruksi-konstruksi yang makin kompleks dengan menggunakn poligon-poligon. Tema yang ketiga menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi dalam proses pendidikan. Dengan intuisi yang dimaksudkan oleh Bruner (1960:13) adalah teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulsi tentative tanpa melalui
2
langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi itu merupakan kesimpulan yang sahih atau tidak. Tema yang keempat dan terakhir ialah tentang motivasi atau keinginan untuk belajar dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk
merangsang
motivasi
itu.
Pengalaman-pengalaman
pendidikan yang merangsang motivasi ialah pengalaman dimana para siswa berpartisipasi aktif terhadap alamnya. Menurut Bruer pengalaman belajar seperti ini dapat dicontohkan oleh pengalaman belajar penemuan yang intuitif dan implikasi asumsi ini akan dibahas dalam kegiatan-kegiatan yang akan datang. Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi (rosser,1984). Asumsi pertama ialah perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Berlawanan dengan para penganut teori perilaku. Bruner yakin bahwa orang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif. Perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan, tetapi juga dalam orang itu sendiri. Asumsi kedua ialah orang menginstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan
yang
diperoleh
sebelumnya,
suatu
model
alam
menurutnya. Model bruner ini sangat mendekati struktur kognitif ausubel. Menurut Bruner, dalam belajar, hal-hal yang mempunyai kemiripan dihubungkan menjadi suatu struktur yang memberikan arti pada hal-hal itu. Pendekatan Bruner terhadap belajar dapat diuraikan
sebagai
suatu
pendekatan
kategorisasi.
Bruner
beranggapan bahwa semua interaksi kita dengan alam melibatkan kategori-kategori yang dibutuhkan bagi pemfungsian manusia karena system kategori kita dapat mengenal objek-objek baru. Belajar merupakan pengembangan kategori-kategori dan pengembangan suatu system pengodean. Berbagai kategori saling berkaitan , sehingga individu mempunyai model yang unik tentang alam. Belajar baru dapat terjadi dengan mengubah model itu. Hal tersebut dapat terjadi melalui pengubahan kategori-kategori,
3
menghubungkan kategori-kategori dengan cara baru, atau dengan menambahkan kategori-kategori baru. Informasi baru dapat merupakan penghalusan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang atau informasi itu dapat bersifat demikian rupa, hingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Contohnya: seseorang setelah mempelajari bahwa darah itu beredar baru ia belajar secara terperinci mengenai system peredaran darah. Demikian pula, setelah berpikir bahwa energy itu dibuang-buang atau tidak dihemat, baru ia belajar tentang konservasi energy. Dalam
transformasi
pengetahuan
seseorang
memperlakukan pengetahuan agar cocok atau sesuai dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstraplorasi atau dengan mengubah menjadi bentuk lain. Kita menguji ketepatan relevansi dan ketepatan pengetahuan dengan menilai apakah cara kita memperlakuakan pengetahuan itu cocok dengan tugas yang ada. Bruner menyebutkan pandangannya tentang belajar atau pertumbuhan
kognitif
sebagai
konseptualisme
instrumental.
Pandangan ini berpusat pada dua prinsip, yaitu : a. Pengetahuan seseorang tentang alam didasarkan pada modelmodel tentang kenyataan yang dibangunnya; dan b. Model-model semacam itu mula-mula diadopsi kebudayaan
seseorang.
Kemudian
model-model
dari itu
diadaptasikan pada kegunaan orang bersangkutan. Menurut Bruner, pendewasaan pertumbuhan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang adalah sebagai berikut : a. Pertumbuhan
intelektual
ditujukan
oleh
bertambahnya
ketidaktergantungan respon dari sifat stimulus.
4
b. Pertumbuhan intelektual bergantung pada bagaimana seseorang menginteralisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu system simpanan yang sesuai dengan lingkungan. c. Pertumbuhan intelektual menyangkut peingkatan kemampuan seseorang untuk berkata pada dirinya sendiri atau pada orangorang lain dengan pertolongan kata-kata dan symbol-simbol mengenai apa yang telah dilakukannya atau apa yang akan dilakukannya. Cara penyajian enaktif ialah melalui tindakan. Dengan cara ini seseorang mengetahui suatu aspek kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata. Cara ini terdiri atas penyajian kejadiankejadian masa lampau melalui respon-respon motorik. Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu. Penyajian enaktif didasarkan pada belajar tetang respond dan bentuk-bentuk kebiasaan. Salah satu model pembelajaran bruner ialah belajar penemuan. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri
untuk
menyelesaikan
pemecahan
masalah
serta
pengetahuan yang menyertainya. Bruner
menganggap
bahwa
belajar
penemuan
membangkitkan keingintahuan siswa, member motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban-jawaban. Pendekatan ini mengajarkan keterampilan memecahkan masalah tanpa orang lain dan meminta para siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi, tidak hanya menerima saja.
5
Belajar penemuan yang murni memerlukan waktu agar belajar penemuan ini hanya diterapkan sampai batas-batas tertentu, yaitu dengan mengarahkannya pada struktur bidang studi. Menurut bruner, mengerti struktur suatu bidang studi ialah memahami bidang studi itu demikian rupa, sehingga dapat menghubungkan hal-hal lain pada struktur itu secara bermakna. Mempelajari struktur ialah mempelajari bagaimana hal-hal dihubungkan. Menurut bruner, sesuai teori instruksi (1966) hendaknya meliputi : a. Pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar b. Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal c. Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajaran secara optimal d. Bentuk dan pemberian reinforcement 1.4. Teori Pembelajaran
Bruner
(http://inahsarkinah.blogspot.com/2012/06/teori-belajar-matematikajerome-s.html) J. S. Bruner dalam belajar matematika menekankan pendekatan dengan bentuk spiral. Pendekatan spiral dalam belajar mengajar matematika adalah menanamkan konsep dan dimulai dengan benda kongkrit secara intuitif, kemudian pada tahap-tahap yang lebih tinggi (sesuai dengan kemampuan siswa) konsep ini diajarkan dalam bentuk yang abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum dipakai dalam matematika. Penggunaan konsep Bruner dimulai dari cara intuitif ke analisis, dari eksplorasi ke penguasaan. Dalil-dalil (teorema) yang berkaitan dengan pembelajaran matematika menurut Bruner dan Kenvey berdasarkan percobaan dan pengalamannya yaitu : a. Dalil penyusunan
6
Dalil penyusunan menyatakan bahwa siswa selalu mempunyai kemampuan mengusai definisi, teorema, konsep, dan kemampuan matematis lainnya, oleh karena itu cara terbaik bagi siswa.untuk memulai belajar konsep dan prinsip dalam matematika adalah dengan mengkonstruksi sendiri konsep dan prinsip yang dipelajari itu. Jika dalam penyusunan dan perumusan tersebut disertai bantuan objek-objek konkret, maka anak lebih mudah memahaminya, dan ide tersebut lebih tahan lama dalam ingatanyya. Ketika siswa mengalami kesulitan mendefinisikan suatu konsep, seyogyanya guru memberikan bantuan secara tidak final sehingga bentuk akhir dari konsep ditemukan oleh siswa sendiri. b. Dalil notasi Dalil notasi menyatakan bahwa notasi matematika yang
digunakan
harus
disesuaikan
dengan
tingkat
perkembangan mental anak (enaktif, ikonik, dan simbolik). Kita dapat memilih notasi y = 2x + 3 untuk anak SMP dari pada notasi f(x) = 2x + 3 dan notasi = 2 + 3. 17 . c. Dalil pengkontrasan dan keaneragaman (variasi) Dalil pengkontrasan dan keanekaragaman (variasi) menyatakan bahwa suatu konsep harus dikontraskan dengan konsep lain dan harus disajikan dengan contoh-contoh yang bervariasi. Misalnya, untuk memahami konsep bilangan 2,siswa diberi kegiatan untuk membuat kelompok benda yang beranggotakan 2. Selain itu juga diberi kegiatan untuk membuat kelompok benda yang tidak beranggotakan 2.Bisa juga memilih kelompok-kelompok mana yang merupakan kelompok 2 benda, dan kelompok-kelompok mana yang bukan 2 benda. d. Dalil pengaitan
7
Dalil pengaitan menyatakan bahwa antara konsep matematika yang satu dengan konsep yang lain mempunyai kaitan yang erat, baik dari segi isi maupun dari segi penggunaan rumus-rumus. Materi yang satu merupakan prasayarat bagi materi yang lain, atau suatu konsep yang digunakan untuk menjelaskan konsep yang lain.Misalnya rumus luas persegi panjang merupakan materi prasyarat untuk penemuan rumus luas jajargenjang yang diturunkan dari rumus persegi panjang. 1.5. Teori Pembelajaran Bruner (http://mathematicswandy.blogspot.com / 2012/10/ aplikasi-teori-belajar-bruner.html) Jerome S. Bruner (1915) adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik. Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar, dan berpikir. Dalam mempelajari manusia, Ia menganggap manusia sebagai pemproses, pemikir, dan pencipta informasi (dalam Wilis Dahar, 1988;118). Menurut Bruner untuk memahami konsep-konsep yang sifatnya abstrak, dibutuhkan wakil (representasi) yang dapat ditangkap oleh indera manusia.Bruner juga mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan keterangan intuitif yang telah melekat pada dirinya. Dengan memanipulasi alat-alat peraga, siswa dapat belajar melalui keaktifannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bruner, belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar 8
(melebihi) informasi yang diberikan pada dirinya. Sebagai contoh, seorang siswa yang mempelajari bilangan prima akan bisa menemukan berbagai hal yang penting dan menarik tentang bilangan prima, sekalipun pada awal mula guru hanya memberikan sedikit informasi tentang bilangan prima kepada siswa tersebut. Teori Bruner tentang kegiatan manusia tidak terkait dengan umur atau tahap perkembangan (berbeda dengan Teori Piaget). Ada dua bagian yang penting
dari teori Bruner (dalam Suwarsono,
2002;25), yaitu : a. Tahap-Tahap Dalam Proses Belajar Menurut Bruner, jika seseorang mempelajari suatu pengetahuan
(Misalnya
mempelajari
suatu
konsep
Matematika), pengetahuan itu perlu dipelajari dalam tahaptahap tertentu, agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar terjadi secara optimal). b. Teorema-teorema Tentang Cara
Belajar
dan
Mengajar
Matematika Menurut Bruner ada empat prinsip prinsip tentang cara belajar dan mengajar matematika yang disebut teorema. Keempat teorema tersebut adalah teorema penyusunan (Construction theorem), teorema notasi (Notation theorem), teorema kekontrasan dan keanekaragaman (Contras
and
variation theorem), teorema pengaitan (Connectivity theorem) 1.6. Teori
(dalam Suherman E., 2003;44-47). Pembelajaran
Bruner
(https://arifwidiyatmoko.wordpress.com/2008/07/29/%E2%80%9Djerome -bruner-belajar-penemuan%E2%80%9D) Teori Bruner mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang lain yaitu tentang ”discovery” yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri. Disamping itu, karena teori Bruner ini banyak menuntut pengulangan-penulangan, maka desain yang 9
berulang-ulang itu disebut ”kurikulum spiral kurikulum”. Secara singkat, kurikulum spiral menuntut guru untuk memberi materi pelajaran setahap demi setahap dari yang sederhana ke yang kompleks, dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih kompleks. Demikian seterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan secara utuh. Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa menemukan konsep yang baru dengan menghubungkan kepada konsep yang lama melalui pembelajaran penemuan. Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Jerome Bruner (1966) yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap bahwa belajar peneuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman
dan
melakukan
eksperimen-eksperimen
yang
mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri. Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan. Diantaranya adalah: a. Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat. b. Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik. c. Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.
10
1.7. Teori Pembelajaran Bruner (https://8tunas8.wordpress.com/teoribelajar-mengajar-menurut-jerome-s-bruner/) J. S. Bruner dalam belajar matematika menekankan pendekatan dengan bentuk spiral. Pendekatan spiral dalam belajar mengajar matematika adalah menanamkan konsep dan dimulai dengan benda kongkrit secara intuitif, kemudian pada tahap-tahap yang lebih tinggi (sesuai dengan kemampuan siswa) konsep ini diajarkan dalam bentuk yang abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum dipakai dalam matematika. Penggunaan konsep Bruner dimulai dari cara intuitif keanalisis dari eksplorasi kepenguasaan. Misalnya, jika ingin menunjukkan angka 3 (tiga) supaya menunjukkan sebuah himpunan dengan tiga anggotanya. Contoh himpunan tiga buah mangga. Untuk menanamkan pengertian 3 diberikan 3 contoh himpunan mangga. Tiga mangga sama dengan 3 mangga. Bruner menjadi sangat terkenal karena dia lebih peduli terhadap
proses
digunakannya
belajar adalah
daripada metode
hasil
belajar,metode
Penemuan
yang
(discovery
learning).Discovery learning dari Bruner merupakan model pengajaran yang dikembangkan berdasarkan pada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivitas. 2. Langkah-langkah Teori Pembelajaran Bruner 2.1. Langkah-langkah teori pembelajaran Bruner dalam buku “Belajar dan Pembelajaran” yang disusun oleh DR.C.ASRI BUDININGSIH Perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu : enactive, iconic, dan symbolic. a. Tahap enactif, seseorang melakukan aktifitas-aktifitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya, 11
dalam memahami dunia sekitarnya anak
menggunakan
pengetahuan motorik. Misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan dan sebagainya. b. Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi) c. Tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki ide-ide tau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya
dalam
berbahasa
dan
logika.
Dalam
memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui symbolsimbol
bahasa,
logika,
matematika
dan
sebagainya.
Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak system symbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan system simbolnya meskipun tidak berarti ia tidak lagi menggunakan system enactive dan iconic. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannya system enactive dan iconic dalam proses belajar. Model pemahaman konsep dari bruner (dalam Degeng, 1989), menjelaskan bahwa pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan menempatkan contohcontoh (objek-objek atau peristiwa-peristiwa) kedalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria tertentu. Dalam pemahaman konsep, konsep-konsep sudah ada sebelumnya. Sedangkan dalam pembentukan konsep adalah sebaliknya, yaitu tindakan untuk membentuk kategori-kategori baru. Kegiatan mengkategori memiliki dua komponen yaitu : a. Tindakan pembentukan konsep , b. Tindakan pemahaman konsep.
12
Artinya, langkah pertama adalah pembentukan konsep, kemudian baru pemahaman konsep. Perbedaan antar keduanya adalah: Tujuan
dan
tekanan
dari
kedua
bentuk
perilaku
mengkategori ini berbeda Langkah-langkah dari kedua proses berpikir tidak sama Kedua proses mental membutuhkan strategi mengajar yang berbeda
Langkah-langkah Pembelajaran menurut Bruner a. Menentukan tujuan pembelajaran b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya) c. Memilih materi pelajaran d. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh ke generalisasi) e. Mengembangkan bahan-bahan belajaryang berupa contohcontoh, ilustrasi, tugas dsb untuk dipelajari siswa f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks dari yang konkret ke yang abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa 2.2.Langkah-langkah
teori
pembelajaran
Bruner
(https://8tunas8.wordpress.com/teori-belajar-mengajar-menurutjerome-s-bruner/) Menurut Bruner, dalam prosses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu: a. Tahap informasi (tahap penerimaan materi) Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. b. Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
13
Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrakatau konseptual. c. Tahap evaluasi Dalam
tahap
evaluasi,
seorang
siswa
menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang
telah
dimanfaatkan
ditransformasikan
tadi
untuk
gejala
memahami
dapat atau
masalah yang dihadapi. Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam 4 macam menurut fungsinya. a. alat untuk menyampaikan pengalaman “vicarious”. Yaitu menyajikan bahan-bahan kepada murid-murid yang sedianya tidak dapat mereka peroleh dengan pengalaman langsung yang lazim di sekolah. Ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dll. b. Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala, misalnya model molekul atau alat pernafasan, tetapi juga eksperimen atau demonstrasi, juga program yang memberikan langkah-langkah untuk memahami suatu prinsip atau struktur pokok. c. Alat dramatisasi, yakni yang mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film tentang alam yang memperlihatkan perjuangan untuk hidup, untuk memberi pengertian tentang suatu ide atau gejala. d. Alat automatisasi seperti “teaching machine” atau pelajaran berprograma, yang menyajikan suatu
14
masalah dalam urutan yang teratur dan memberi balikan atau tentang responds murid. 2.3.Langkah-langkah teori pembelajan Bruner dalam buku “Belajar dan Pembelajaran” yang disusun oleh Prof. Dr. Ratna Wilis Dahar, M.Sc. Bruner (1973) mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu ialah: a. Memperoleh informasi baru, b. Transformasi informasi, dan c. Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan 3. Manfaat Teori Belajar Bruner Manfaat teori belajar Bruner menurut kelompok kami yaitu : 1. Dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa atau 2. 3. 4. 5.
pelajar Dapat menambah motivasi belajar siswa atau pelajar Dapat menjadikan siswa yang kreatif Menjadikan siswa seorang penemu-penemu besar Siswa tidak akan melupakan pelajaran yang dipelajarinya
dengan metode penemuan yang diajarkan. 4. Kelebihan dan Kelemahan Teori Jerome Bruner Kelebihan dari Teori Belajar Penemuan (Free Dicovery Learning) adalah :
Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji kemampuan siswa.
Pengetahuan yang diperoleh pelajar akan tertinggal lama dan mudah diingat.
Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah
Transfer dapat ditingkatkan di mana generalisasi telah ditemukan sendiri oleh pelajar daripada disajikan dalam bentuk jadi.
15
Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam menciptakan motivasi belajar dan minat belajar.
Meningkatkan penalaran pelajar dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.
Kelemahan dari Teori Belajar Penemuan (Free Discovery Learning) adalah :
Belajar Penemuan ini memerlukan kecerdasan anak yang tinggi.
Teori belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan jika kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menyebabkan kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari.
5. Pendapat Kelompok Terhadap Teori Belajar Bruner : a. Sopian : Teori bruner sangat cocok diterapkan dalam system pembelajaran
matematika
sebab
dapat
mengembangkan
kemampuan berfikir siswa akan tetapi peggunaan teori ini perlu dipelajari secara matang agar tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat terarah. Contoh dasar : pada anak SD memperkenalkan bentuk persegi dan persegi panjang di lingkungan sekitar yang dapat dijangkau. Dengan cara tersebut siswa akan memiliki rasa ingin tahu terhadap model benda-benda yang ada di sekitarnya. b. Yosdar : teori bruner sangat cocok agar menumbuhkan minat belajar siswa. Contohnya : pada anak SD, di berikan cara menyelesaikan perkalian dengan menggunakan batu, Yaitu : 1 x 5 = 5. Batu 1 di tambah batu lagi hingga 5 kali sehingga jumlah batu sebanyak 5, kemudian siswa ditugaskan untuk mencari cara baru selain cara yang diberikan guru. c. Alfonsius : teori bruner sangat cocok diterapkan sebab dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Misalnya mengajarkan penjumlahan dengan mengunakan pensil, 1 pensil
ditambah 2
pensil sama dengan 2. Degan memahami cara tersebut, siswa akan 16
termotivasi dan akan selalu mengingatnya dan tidak akan pernah lupa.
17
18
LAMPIRAN 1. Sampul Buku “BELAJAR DAN PEMBELAJARAN “ Dr.C.Asri Budiningsih
19
LAMPIRAN 2 Halaman Kutipan Buku “BELAJAR DAN PEMBELAJARAN” Dr.C.Asri Budiningsih (Hal. 40-43 : Tahun 2004)
LAMPIRAN 3 Sampul Buku “BELAJAR DAN PEMBELAJARAN” Dr.M.Sobry Sutikn
20
LAMPIRAN 4 Halaman Kutipan Buku “BELAJAR DAN PEMBELAJARAN” Dr.M.Sobry Sutikno (Hal. 13 : Tahun 2013)
LAMPIRAN 5 Sampul Buku “TEORI-TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN” Prof.Dr.Ratna Wilis Dahar, M.Sc
21
LAMPIRAN 6 Halaman Kutipan Buku “TEORI-TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN” Prof.Dr.Ratna Wilis Dahar, M.Sc (Hal.74-83 : tahun 2006)
LAMPIRAN 7 Print Screen Data Internet “(http://inahsarkinah.blogspot.com/2012/06/teoribelajar-matematika-jerome-s.html)”
22
LAMPIRAN 8 Print Screen Data Internet “(http://mathematicswandy.blogspot.com /2012/10/ aplikasi-teori-belajar-bruner.html)”
LAMPIRAN 9 Print Screen Data Internet “(https://arifwidiyatmoko.wordpress.com/2008/07/29/%E2%80%9Djeromebruner-belajar-penemuan%E2%80%9D)”
23
LAMPIRAN 10 Print Screen Data Internet “(https://8tunas8.wordpress.com/teoribelajar-mengajar-menurut-jerome-s-bruner/)”
DAFTAR PUSTAKA Budingsih, C. Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta. Rineka Cipta. Sutikno, M. Sobry. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Lombok. Holistica Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Erlangga Anonim. Teori Belajar Matematika Jerome S. Bruner. http://inahsarkinah. blogspot.com/2012/06/teori-belajar-matematika-jerome-s.html. Diakses tanggal 14 Maret 2015 Anonim. Aplikasi Teori Belajar Bruner. http://mathematicswandy.blogspot.com / 2012/10/ aplikasi-teori-belajar-bruner.html. Diakses tanggal 14 Maret 2015 Anonim. Jerome Bruner : Belajar Penemuan. https://arifwidiyatmoko.wordpress. com/2008/07/29/%E2%80%9Djerome-bruner-belajar-penemuan %E2%80%9D. Diakses tanggal 14 Maret 2015
24
Anonim. Teori Belajar Mengajar Menurut Jerome S. Bruner. https://8tunas8. wordpress.com/teori-belajar-mengajarmenurut-jerome-s-bruner/. Diakses tanggal 15 Maret 2015
25