BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Latihan fisik merupakan stresor bagi tubuh manusia. Hampir semua organ merespon terhadap stresor. Pada keadaan akut olahraga berefek buruk pada kesehatan. Sebaliknya, olahraga yang dilakukan secara teratur akan menimbulkan adaptasi organ tubuh yang menyehatkan. Olahraga yang dilakukan terkadang atau secara teratur menghasilkan perubahan pada jaringan, sel, dan protein pada sistem imun. (Nursalam, 2007: 148) Latihan yang dilakukan secara teratur berefek meningkatkan mood, menghilangkan ketegangan, menyebabkan relaksasi, meningkatkan percaya diri, meningkatkan fungsi seksual, perilaku kerja, menurunkan kecemasan, dan ketegangan. Olahraga meningkatkan sistem adaptasi sistem sirkulasi sehingga mencapai kapasitas kerja maksimal, pemecahan trigliserida dalam jaringan adiposa. Selama olahraga terjadi adaptasi sistem imun meliputi leukositosis akut yang berfungsi membunuh bakteri, peningkatan antibody (IgA dan Igm), peningkatan komplemen, interleukin I yang berfungsi sebagai imunostimulator, meningatkan limfosit B dan T. Pada saat kita berolahraga, tejadi peningkatan metabolic rate hingga 10-20 kali diatas basal rate. Olahraga yang tidak teratur dapat mnyebabkan kelelahan, bahkan bisa terjadi injuri. Untuk mencegah hal tersebut, diperlukan pemanasan dan pendinginan serta peningkatan beban secara bertahap. (Nursalam, 2007: 148)
1
1.2 Rumusan masalah 1) Apa pengertian olahraga? 2) Apa saja manfaat dari olahraga bagi penderita HIV/AIDS? 3) Bagaimana efek olahraga bagi penderita HIV/AIDS? 4) Apa saja prinsip olahraga bagi penderita HIV/AIDS? 5) Bagaimana gerakan senam pernafasan bagi penderita HIV/AIDS?? 1.3 Tujuan 1) Untuk memahami manfaat olahraga bagi penderita HIV/AIDS. 2) Mengetahui olahraga yang cocok bagi penderita HIV/AIDS 3) Untuk mengidentifikasi efek olahraga bagi penderita HIV/AIDS. 4) Mengetahui prinsip olahraga bagi penderita HIV/AIDS 5) Menerapkan gerakan senam pernafasan bagi penderita HIV/AIDS
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian olahraga Selama berolahraga, tubuh akan mengeluarkan hormon endorphin dan enkefalin yang meningkatkan mutu dan jumlah limfosit T dan limfosit B. Keluarnya hormone mempengaruhi beberapa faktor komplomen yang merangsang sistem kekebalan tubuh, membantu banyak orang yang hidup dengan HIV/AIDS untuk merasa lebih sehat dan mungkin memperkuat sistem kekebalan tubuh bila olahraga dengan latihan yang ringan. Bila latihan yang berat mengakibatkan kelelahan sehingga menekan sistem imun. Latihan yang dianjurkan pada penderita HIV/AIDS adalan ringan , menyenangkan dan disesuaikan dengan kondisinya serta dilakukan secara teratur. Sehingga jenis olahraga pada penderita HIV/AIDS tidak menimbulkan stress seperti meditasi, yoga, senam anugrah. (Sukanta,2005)
2.2 Macam-macam olahraga bagi penderita HIV/AIDS 2.2.1 Senam Aerobik Aktivitas olahraga sangat mempengaruhi kebugaran jasmani seseorang, terlebih lagi memang aktivitas itu memberikan kontribusi langsung pada komponen kebugaran jasmani. Aktivitas olahraga tetap harus disesuaikan dengan usia dan keadaan seseorang, misalnya jenis aktivitas, faktor keselamatan dan peralatan yang digunakan. Aktivitas olahraga tidak bisa dilakukan sembarangan, tetap harus dilakukan dengan teknik dan aturan yang benar. Walaupun senang terhadap olahraga, tetap harus melihat usia dan kondisi fisik sehingga tetap terkontrol dengan baik.
3
Kapasitas aerobik merupakan indikator pemakaian oksigen oleh jantung, paru-paru dan otot untuk metabolisme. Dalam kesehatan olahraga, VO2Max menunjukan kebugaran jasmani atau kapasitas fisik seseorang. Semakin besar VO2Max berarti semakin baik kebugaran jasmani atau kapasitas fisiknya. Dengan bertambahnya usia diats 30 tahun akan terjadi penambahan lemak tubuh, penurunan massa otot, penurunan metabolisme tubuh dan pengurangan parenkim/jaringan organ tubuh (Harsuki, 2003: 248). Menurut Harsuki (2003: 248), Penuruan kapasiatas fisik akan dialami semua orang, baik terhadap mereka yang berolahraga secara rutin maupun mereka yang tidak aktif berolahraga. Namun banyak hasil penelitian yang, menemukan bahwa VO2 Max pada kelompok atlit selalu lebih tinggi daripada orang yang jarang berolahraga. Karena ternyata penurunan VO2 Max lebih kecil atau lebih lambat pada orang yang aktif dalam berolahraga secara teratur yaitu hanya 0,4% per tahun dibandingkan dengan populasi umum yang ratarata mengalami penurunan 1%. Proses metabolisme sangat penting bagi keberlangsungan hidup seseorang. Pengolahan makanan menjadi zat yang bisa digunakan oleh tubuh. Semua organ tubuh memerlukan makanan untuk bekerja atau menjalankan fungsi nya masingmasing. Metabolisme juga berkaitan dengan daya tahan tubuh, zat yang berfungsi menjaga stabilitas imunitas tubuh juga berasal dari proses metabolisme. Hasil dari metabolisme protein berfungsi menjaga daya tahan tubuh. Zat protein yang berasal dari makanan yang diasup kemudian masuk dalam tubuh dan diproses melalui proses metabolisme protein.
4
Peningkatan CD4 yang merupakan bagian dari sistem daya tahan tubuh termasuk dampak dari metabolisme protein. Dengan berolahraga dapat meningkatkan metabolisme dalam tubuh, termasuk metabolisme protein. Sehingga berdampak pada peningkatan kualitas daya tahan tubuh.Dengan berolahraga sel-sel sistem kekebalan tubuh akan bersirkulasi dengan lebih cepat di Dalam tubuh, dan kemungkinan juga ada dorongan sementara di dalam produksi makrofag yaitu sel-sel yang menyerang bakteri. Penurunan CD4 dari para penderita HIV+yang tidak normal harus diimbangi perawatan berupa obat juga berolahraga untuk meningkatkan metabolisme dalam tubuh. (Harsuki, 2003: 248). 2.2.2 Senam Pernafasan Terdapat 4 tahapan gerakan dalam senam pernapasan. Setiap tahapan memiliki gerakan-gerakan spesifik yang baik untuk kesehatan. 4 tahapan senam pernapasan antara lain: (Nursalam, 2007; 157) 1) Pemanasan Awali dengan doa, kemudian pemanasan lari ditempat selama 5 menit, setelah itu tarik nafas 3-5 kali sambil memutar tangan. 2) Pernapasan inti I a. Sikap pokok: berdiri tegak, kaki direntangkan agak lebar, kedua tangan diluruskan kedepan dengan telapak tangan saling berhadapan. Tulang punggung harus tegak lurus keatas. b. Gerakan - Sambil menarik nafas perlahan-lahan tarik kedua tangan kearah belakang -
telinga, telapak tangan tetap saling berhadapan, sambil menekuk kaki. Setelah berada sedikit dibelakang telinga dan posisi kaki kuda-kuda, putar telapak tangan menghadap kedepan. Tahan napas dan gerakan selama 5-10 detik.
5
-
Lalu dorong telapak tangan kedepan bawah sambil tubuh ditegakkan. Lakukan
gerakan masing-masing 7-10 kali. c. Pemerataan energi tubuh Sikap pokok: berdiri tegak sempurna, kedua kaki tebuka selebar bahu. Kedua tangan disilangkan didepan hidung atau mulut (jangan menempel) agak renggang sekitar 2-5 cm. Kedua tangan dan jari lemas, konsentrasi penuh, dan -
boleh dengan memejamkan mata. Gerakan Kedua tangan digoyangkan dengan tetap bersilang, ujung jari dan kedua tangan
-
lemas bergoyang. Konsentrasi dengan rasa pasrah kepada tuhan. Goyangkan tangan diawali dengan lambat dan teratur, posisikan tangan tetap lemas, jika gerakan sudah cukup cepat, kembali diperlambat, pernapasan
-
normal (jangan tahan napas). Lakukan gerakan 1-2 menit sampai tangan bergetar dengan sendirinya dan energi beredar keseluruh tubuh. Untuk menghentikan gerakan jangan mendadak, tapi tarik napas yang dalam, keluarkan perlahan-lahan, dan
lemaskan. 3) Pernanasan inti II a. Siap pokok: berdiri tegak, kaki direntangkan lebih lebar dari bahu, dan kedua tangan diluruskan keatas dengan telapak tangan saling berhadapan, kepala mendongak dengan pandangan mata kearah ujung jari. b. Gerakan - Sambil menarik napas, tarik kedua tangan perlahan kebawah dengan telapak tangan tetap saling berhadapan sambil menekuk kaki. Setelah tangan -
kebawah dan posisi kuda-kuda, hadapkan telapak tangan kebawah. Tahanlah napas dan gerakan selama 5-10 detik, lalu rentangkan kedua tangan kesamping sambil mengeluarkan napas dan meluruskan kaki kembali. Saat gerakan tangan turun, pandangan mata mengikuti gerakan ujung jari. Bila kedua tangan lurus kebawah, pandangan mata kedepan.
6
c. Indikasi: laksanakan gerakan dengan teratur, penuh penghayatan, sikap pasrah dan tulus ikhlas, yakin akan keberhasilan dan santai, tapi penuh semangat. Pada tiap gerakan, jaga agar tulang belakang tetap tegak lurus. 4) Pernapasan inti III a. Sikap pokok: berdiri tegak, kaki direntangkan lebih lebar dari bahu, kedua tangan bertemu dengan jari-jari saling bertautan, dan telapak tangan diposisikan kebawah dagu dengan menghadap kebawah. b. Gerakan - Sambil menarik napas, putar tangan kedepan, telapak menghadap ketubuh dan kebawah (telapak menghadap keatas), lalu angkat lurus keatas dengan telapak -
tangan tetap menghadap keatas sampai keatas dahi sambil menekuk kaki. Setelah telapak tangan berada diatas dahi, putar telapak tangan menghadap kebawah dengan posisi kuda-kuda, tahanlah napas, dan gerakan selama 5-10
-
detik. Turunkan telapak tangan menghadap kebawah sambil mengeluarkan napas dan
meluruskan kaki kembali. c. Indikasi: untuk menyempurnakan dan menambah pemasukan volume udara kedalam tubuh, sehingga terjadi pengendapan hawa murni yang dapat membangkitkan tambahan energi bagi tubuh. 2.3 Manfaat Olahraga Olahraga yang tidak terlalu berat dan dilakukan secara berkala memberi manfaat yang sama pada Odha seperti pada orang lain. Olahraga dapat:
Meningkatkan massa otot, serta kekuatan dan ketahanannya Memperbaiki ketahanan jantung dan paru Meningkatkan tenaga sehingga kita merasa segar kembali Mengurangi stres Meningkatkan rasa kesejahteraan Meningkatkan kekuatan tulang Mengurangi kolesterol LDL (‘buruk’) dan trigliserid (lihat Lembaran
Informasi (LI) 123) Meningkatkan kolesterol HDL (‘baik’) Mengurangi lemak pada perut 7
Meningkatkan nafsu makan Memperbaiki pola tidur
Memperbaiki cara tubuhnya memakai dan mengendalikan gula darah (glukosa), yang mengurangi risiko diabetes tipe II. Aktivitas olahraga yang bersifat aerobik berpengaruh terhadap limfosit CD4 seseorang. Aktivitas olahraga dalam bentuk latihan senam aerobik dapat menaikkan limfosit CD4 bila dilakukan dengan intensitas sedang frekuensi 4 kali perminggu dan durasi 60 menit. Pentingnya menjaga kadar limfosit CD4 agar tap normal dapat mengurangi resiko berbagai penyakit menyerang tubuh. (Ahmad Yasirin, 2014) 2.4 Efek latihan fisik terhadap tubuh 2.4.1 Perubahan Sistem Sirkulasi Olahraga meningkatkan cardiac output dari 5 l/mnt menjadi 20 l/mnt pada orang dewasa sehat, hal ini menyebabkan peningkatan aliran darah ke otot skelet dan jantung. Jantung yang sehat mampu merespon secara baik tanpa efek samping, sebaliknya jantung yang sakit bisa mengalami iskemia, aritmia, bahkan ventrikel vibrilasi. Latihan yang teratur meningkatkan adaptasi pada sistem sirkulasi, meningkatkan volume dan masa ventrikel kiri, hal ini berdampak pada peningkatan isi sekuncup dan cardiac output sehingga tercapai kapasitas kerja yang maksimal. (Nursalam, 2007; 148) 2.4.2
Sistem Pulmoner Olahraga dapat meningkatkan frekuensi napas, meningkatkan pertukaran
gas serta pengangkutan dan penggunaan oksigen oleh otot. Paru merupakan salah satu organ yang tidak beradaptasi terhadap olahraga. (Nursalam, 2007; 149)
8
2.4.2.1 Respon sistem respirasi terhadap latihan fisik Enam menit setelah latihan bersepeda, terjadi peningkatan ventilasi, hearth rate, PaO2, pH arteri, suhu tubuh, dan terjadi penurunan PaCO2. Faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan ventilasi selama latihan adalah: aktivitas kepusat respirator dari sistem motorik untuk aktivitas otot sehingga terjadi: (Nursalam, 2007; 149) 1) peningkatan suhu tubuh 2) Neuron respirator menjadi lebih responsif pada perubahan aktivitas kemoreseptor sehingga otak mungkin lebih sensitif pada fluktuasi daripada nilai absolut PaO2, PaCO2, atau pH. 3) Produksi asam laktat selama latihan (metabolisme anerob) meningkatkan konsentrasi H+ di CSF dan darah sehingga mempengaruhi kemoreseptor 2.4.3 Metabolisme Untuk melakukan olahraga, otot memerlukan energi. Pada olahraga intensitas rendah sampai sedang terjadi pemecahan trigliserida dan jaringan adiposa menjadi glikogen dan FFA (free faty acid). Kegiatan olahraga intensitas tinggi akan membuat kebutuhan energi meningkat. Keadaan ini membuat otot semakin tergantung pada glikogen, sehingga metabolisme berubah dari metabolisme aerob menjadi anaerob. (Nursalam, 2007; 149) Metabolisme anaerob menghasilkan 2 ATP dan asam laktat yang menurunkan kerja otot. Pada saat olahraga, tubuh meningkatkan ambilan glukosa darah
untuk
mencegah
hipoglikemia.
Selain
itu
tubuh
meningkatkan
glikogenolisis dan glukoneogenesis hati untuk mempertahankan gula darah normal. (Nursalam, 2007; 149) Olahraga berlebihan menyebabkan hipernatremia, karena banyaknya cairan isotonis yang keluar bersama keringat, dan hiperkalemia, karena kalium banyak
9
dilepaskan dari otot. Selain itu juga terjadi dehidrasi dan hiperosmolaritas. (Nursalam, 2007; 149) 2.4.3.1 Adaptasi metabolik terhadap olahraga Menurut (Nursalam, 2007; 148) Adaptasi metabolik terhadap olahraga yaitu: a. Lemak Terjadi penurunan lemak tubuh LDL (low density lipoprotein) dan trigliserida serta peningkatan HDL-C (high density lipoprotein cholesterol) yang bemanfaat menurunkan resiko penyakit jantung koroner. b. Darah Olahraga berat menyebabkan hemokonsentrasi dan leukositosis bila tidak diimbangi intake cairan dan elektrolit yang adekuat. Olahraga teratur meningkatkan volume plasma sehingga terjadi penurunan viskositas plasma dan peningkatan aktivitas fibrinolitik, hal ini bermanfaat untuk mencegah trombosis vaskuler dan iskemia jaringan. Leukositosis juga bermanfaat mencegah infeksi. c. Renal Olahraga akut menurunkan renal blood flow, penurunan GFR (glomerolus filtration rate) sehingga tejadi penurunan jumlah urine. d. Saluran pencernaan Olahraga meningkatkan motilitas usus dan mencegah sembelit sehingga menurunkan resiko kanker kolon. e. Tulang Olahraga meningkatkan kepadatan tulang dan intake mineral oleh tulang sehingga mencegah osteoporosis. 2.4.4 Neuroendokrin Olahraga aerobik akut meningkatkan β-endorfin dalam plasma serta peningkatan katekolamin dan glukokortikoid plasma. Pada wanita β-endorfin dan katekolamin yang berinteraksi dengan hipotalaminopituitary axis dapat menyebabkan amenore. Namun hal ini hanya terjadi pada atlet wanita yang berlatih keras dan berat, disertai stres karena
10
kompetisi dan penurunan berat bedan, selain itu juga berpengaruh pada FSH, LH, prolaktin dan estradiol sehingga terjadi gangguan menstruasi. Berkurangnya hormon estrogen menyebabkan hilangnya kalsium tulang, sehingga resiko fraktur meningkat. Pada pria, terjadi peningkatan testoteron pada olahraga berat terjadi juga penurunan prolaktin. (Nursalam, 2007; 150) 2.5 Prinsip senam Beberapa penelitian melaporkan bahwa olahraga dengan tingkat sedang bisa meningkatkan kekebalan tubuh. Agar keadaan tubuh lebih stabil, sebaiknya dipilih jelas olaraga yang tidak menimbulkan stres, misalnya meditasi, yoga, senam anugerah agung, dan pemijatan. Ader dan cohen mengungkapkan bahwa selama berolahraga, tubuh akan mengeluarkan hormon endorfin dan enkefalin yang dapat meningkatkan mutu dan jumlah limfosit T dan B. Keluarnya hormon tersebut sangat dipengaruhi beberapa faktor, misalnya beratnya latihan. Latihan ringan sampai sedang akan merangsang pengeluaran hormon yang merangsang sistem kekebalan, sedangkan latihan berat menimbulkan kelelahan justru sebaliknya, yaitu menekankan sistem imun. (Nursalam, 2007; 153) Latihan yang dipilih sebaiknya adalah latihan ringan yang meliputi aktivitas sehari-hari, misalnya ihkan rumah, berkebun, dan memasak. Alternatif lain adalah mengikuti program latihan yang menyenangkan bagi pasien seperti senam, dansa, berenang, lari, berjalan,dll. Prinsipnya, pasien harus memilih latihan yang paling menyenangkan dan mampu untuk diikuti secara teratur. (Nursalam, 2007; 153) Salah satu metode senam yang dianjurkan untuk pasien HIV/AIDS, yaitu senam pernapasan anugrah agung yang dilakukan secara teratur 3X seminggu
11
selama 20 menit. Latihan yang dilakukan dengan tekun, terukur, dan disiplin akan menimbulkan kebugaran tubuh dan kesehatan lahir batin. Meditasi dan senam pernapasan bila dilakukan secara teratur akan bermanfaat bagi penyembuhan, terhindar dari penyakit dan rasa sakit serta tetap sehat dan kreatif sepanjang hidup. Adapun prinsip yang tidak boleh dilupakan adalah selalu melakukan pemanasan sebelum latihan dan melakukan pendinginan setelah latihan. Serta meminum cukup air dan makan untuk mencegah kelelahan ataupun dehidrasi berlebihan yang bisa menurunkan kekebalan tubuh. 2.6 Pedoman Olahraga untuk ODHA Program olahraga yang sedang akan memperbaiki komposisi tubuh kita dan mengurangi risiko pada kesehatan. Pada awal, santai saja, dan jadwalkan olahraga ke dalam kegiatan sehari-hari. Meningkatkan program olahraga menjadi jadwal sedikitnya 20 menit paling tidak tiga kali seminggu kalau bisa. Jadwal ini dapat memberi perbaikan yang bermakna dalam kesehatan jasmani dan kita kemungkinan akan merasa lebih baik. Sebagaimana kekuatan dan energi kita meningkat, kita sebaiknya mengusahakan melakukan olahraga 45 menit sampai satu jam tiga atau empat kali seminggu. Odha dapat meningkatkan kesehatan jasmani melalui olahraga sama seperti orang yang tidak terinfeksi HIV. Namun Odha mungkin mengalami kesulitan yang lebih besar untuk melanjutkan program olahraga akibat kelelahan (lihat LI 551) atau karena rasa nyeri pada kaki akibat neuropati – lihat LI 555. Namun masalah ini lebih jarang dialami setelah memakai terapi antiretroviral (ART). Sering membarui program olahraga agar tidak menjadi bosan. Cari cara baru untuk tetap termotivasi agar menahan program olahraga. Cari teman untuk berolahraga bersama. Tingkat kesehatan jasmani kita mungkin
12
lebih rendah daripada dahulu. Sangat penting kita meningkatkan program olahraga kita secara bertahap agar kita tidak mengalami cedera. Cukup mulai dengan sesi sepuluh menit, dan berangsur meningkatkan waktu menjadi satu jam. (Ahmad Yasirin, 2014)
13
DAFTAR PUSTAKA Nursalam (2007). Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika. Sukanta, Putu Oka. (2005). Potensi Diri dan Alam untuk Pengobatan HIV/AIDS. Jakarta:Penebar Swadaya Yasirin, Ahmad. (2014). Latihan Senam Aerobik Dan Peningkatan Limfosit Cd4 (Kekebalan Tubuh) Pada Penderita Hiv. Journal of Sport Sciences and Fitness. Yayasan Spirita. (2004). Lembaga Informasi Tentang HIV/AIDS untuk Orang yang Hidup Dengan HIV/AIDS (ODHA). Jakarta
14