Teori Perkembangan Moral Jean Piaget
Piaget melandaskan teorinya pada hasil penelitian yang ia lakukan mengenai struktur kognitif dan kajian moral anak selama 40 tahun. Penelitiannya itu didasarkan pada sikap verbal anak (children verbal attitudes) terhadap berbagai aturan permainan, perilaku sehari-hari, mencuri, dan membohong. Selain itu,penelitiannya tersebut bertolak dari postulat atau asumsi dasar bahwa "moralitas berada dalam suatu sistem aturan, oleh karena itu hakikat moralitas seyogyanya dilihat dari sudut bagaimana individu menyadari kebutuhannya akan aturan itu". Untuk itu ia meneliti bagaimana anakmenyadari adanya aturan dan bagaimana ia menerapkan aturan itu dalam suatu permainan. Dari hasil studinya itu ia mengidentifikasi bahwa ada dua tingkat perkembangan moral pada anak usia antara 6- 12 tahun yakni: (1) Tingkatan heteronomi. Pada tingkatan heteronomi, segala aturan oleh anak dipandang sebagai hal yang datang dari luar jadi bersifat eksternal dan dianggap sakral karena aturan itu merupakan hasil pemikiran orang dewasa. Sifat heteronomi anak disebabkan oleh faktor kematangan struktur kognitif yang ditandai sifat egosentrisme dan hubungan interaktif dengan orang dewasa dimana anak merasa kurang berkuasa dibanding orang dewasa. (2) Tingkatan
autonomi. Pada tingkatan
autonomi
anak
mulai
menyadari
adanya kebebasan untuk tidak sepenuhnva menerima aturan itu sebagai hal yang datang dari luar dirinya. Pada tingkatan ini anak menunjukkan kemampuan untuk mengkritisi aturan dan memilih aturan yang tepat atas dasar kesepakatan dan kerjasama dengan lingkungannya. Sifat autonomi dipengaruhi oleh kematangan struktur kognitif yang ditandai oleh kemampuan mengkaji aturan secara kritis dan menerapkannya secara selektif yang muncul dari sikap resiprositas dan kerjasama. Secara teoretik nilai moral berkembang secara psikologis dalam diri individu mengikuti perkembangan usia dan konteks sosial. Dalam kaitannya dengan usia, Piaget (dalam Winataputra dan Budimansyah, 2007:172 -173; Makmun, 2001:102 103) merumuskan perkembangankesadaran dan pelaksanaan aturan sebagai berikut: Tahapan pada domain Kesadaran mengenai Aturan: -
Usia 0-2 tahun: Aturan dirasakan sebagai hal yang tidak bersifat memaksa;
-
Usia 2-8 tahun: Aturan disikapi bersifat sakral dan diterima tanpa pemikiran;
-
Usia 8-12 tahun : Aturan diterima sebagai hasil kesepakatan. Tahapan pada domain Pelaksanaan Aturan:
-
Usia 0-2 tahun : Aturan dilakukan hanya bersifat motorik saja;
-
Usia 2-6 tahun :Aturan dilakukan dengan orientasi diri sendiri;
-
Usia 6-10 tahun: Aturan dilakukan sesuai kesepakatan;
-
Usia 10-12 tahun:Aturan dilakukan karena sudah dihimpun. Bertolak dari teorinya itu Piaget menyimpulkan bahwa pendidikan sekolah seyogyanya
menitikberatkan
keputusan(decision
making
pada
pengembangan kemampuan skills) dan memecahkan
mengambil
masalah (problem
solving) dan membina perkembangan moral dengan cara menuntut para peserta didik untuk mengembangkan aturan berdasarkan keadilan/kepatutan (fairness). Dengan kata lain pendidikan nilai berdasarkan teori Piaget adalah pendidikan nilai moral atau nilai etis yang dikembangkan berdasarkan pendekatan psikologi perkembangan moral kognitif. Disitulah pendidikan nilai dititikberatkan pada pengembangan perilaku moral yang dilandasi oleh penalaran moral yang dicapai dalam konteks kehidupan masyarakat. (Budimansyah, 2012)
Budimansyah, Dasim. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Internasional (Konteks, Teori dan dan Profil Pembelajaran). Bandung: Widya Aksara Press.
Instrumen: 1. Kamu sendiri sedang berada dalam sebuah kecelakaan besar, satu korban sangat parah dengan luka berdarah yang amat parah dan sesak napas. Satu korban lainnya sama parahnya namun tidak sesak napas. Mana yang akan kamu tolong? 2. Mana yang lebih buruk? A. Dodo tertarik pada sebuah mobil-mobilan. Karena ia sangat menginginkannya ia mengambil uang di dompet ibu yang tergeletak di meja. Ia pun dapat membeli mainan yang diinginkannya. B. Erik ingin membeli mainan untuk adiknya yang sedang berulang tahun. Ia pun mengambil uang yang berada di atas meja kamarnya yang dikira dia adalah uangnya. Padahal, sebenarnya uang tersebut adalah uang ibunya. Erik pun dapat membeli mainan untuk adiknya. 3. Mana yang lebih buruk? a. Dora mengamuk saat dilarang ibunya untuk ikut ke rumah nenek. Ibu bahkan malah menyuruh Dora untuk mengangkat jemuran. Karena masih mengamuk dan kesal, Dora menarik baju ibu yang berada di jemuran hingga robek, tapi Dora tidak peduli karena kesal pada ibunya. b. Dara melihut ibunya sedang sibuk di hari Minggu pagi, padahal ibu akan pergi ke acara pernikahan temannya setengah jam lagi. Dara pun ingin membantu ibunya dengan cara menyetrika pakaian ibunya. Karena belum pernah menyetrika sebelumnya, setrikanya terlalu panas hingga menyeabkan baju dan kerudung ibu bolong sekaligus.
Jawaban Zaki, usia 9 tahun 1. Pilih yang sekarat dan sesak napas karena kasihan. 2. Si Dodo, karena perbuatannya merupakan perbuatan tercela sedangkan Erik tidak sengaja. 3. Dora karena perintah ibu sebaiknya dipatuhi, sedangkan Dara tidak sengaja dan justru ingin membantu.