Sinopsis Jodha Akbar episode 373 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 373 by Sally Diandra. Siang itu di halaman istana, Rahim menyuruh para prajurit untuk bertarung menggunakan pedang melawan para pangeran kecil Kerajaan Mughal, semua anak anak mengambil pedangnya masing masing, sementara pada saat itu tiba tiba Salim kembali teringat bagaimana Murad mengejeknya, kemudian Salim mulai berlatih bertarung dengan salah seorang prajurit, “Pangeran Salim, tolong konsentrasi … focus” kata prajurit, tapi Salim tidak mengindahkan kata kata prajurit tadi, Salim kembali teringat bagaimana Haidar mengejeknya tadi, Salim kesal dengan perlakuan Murad dan Haidar. Tak berapa lama kemudian Rahim datang menemui Salim “Pangeran ! mana konsentrasimu ?” tanya Rahim, “Buatlah pedang menjadi bagian dari tubuhmu dan lawanlah dengan seluruh kekuatanmu, Pangeran Salim” ujar Rahim. Semua anak anak terlibat latihan pertarungan dengan para prajurit, mereka berusaha sekuat tenaga untuk melawan para prajurit, sampai akhirnya Rahim menghentikan latihan mereka “Berhenti semua ! sekarang kita istirahat dulu setelah itu kita akan berlatih memanah” ujar Rahim, anak anak nampak sangat antusias dalam hal berlatih pedang kecuali Salim “Murad, kamu sangat menakjubkan dengan pedangmu tadi, kamu pasti akan menjadi kstaria yang tangguh ! tapi coba lihat pewaris tahta kerajaan kita, memegang pedang saja dia tidak becus” ujar Haidar sambil menuding ke arah Salim, Murad juga menoleh kearahnya dan mereka berdua tertawa bersama sama sambil berlalu dari sana, sementara itu Salim yang memperhatikan mereka dari tadi, merasa semakin kesal dengan ejekan Murad dan Haidar. Siang itu dikebun istana, tampak Nadira, Sakina dan Qadir sedang bermain disana, mereka sedang melempari buah mangga dengan menggunakan batu dengan harapan salah satu batu yang mereka lempar itu bisa mengenai buah mangga tersebut hingga jatuh, tapi sayangnya tidak ada satupun batu yang mengenai sasaran. “Sudahlah, kalo begitu aku akan naik ke atas, aku akan petik buah mangga itu !” kata Qadir, “Jangan Qadir ! ini kebun istana ! sudah … aku tidak mau ikutan dengan kalian berdua, aku pergi !” kata Sakina sambil berlalu dari sana. “Dasar anak bodoh ! jangan khawatir Qadir, aku akan bareng kamu, tidak ada seorangpun yang akan kesini, ayoo naiklah ... ambil buah mangga itu” kata Nadira, Qadirpun menurut dan dia langsung
melompat ke atas pohon mangga. Sementara itu disisi sebelah satunya pohon mangga itu, tampak Salim kembali mendekati pohon mangga yang juga dipanjat oleh Qadir, dalam hatinya Salim berkata : “Mereka telah melecehkan calon pewaris tahta kerajaan, sekarang aku akan mengenai target buah mangga itu dan aku akan bilang ke Murad bahwa aku pantas memiliki peralatan memanah ini !” bathin Salim sambil memandangi pohon mangga didepannya dan mulai mengarahkan anak panahnya ke sasaran buah mangga tersebut, kali ini sasarannya tepat mengenai target, tapi tiba tiba Qadir yang saat itu sedang duduk di pohon mengerang kesakitan “Aaaarrrgghhhhh …” erang Qadir lalu dia pun terjatuh ke tanah. Salim sangat terkejut melihat ada seorang anak laki laki yang mengerang kesakitan, didadanya tertancap anak panah Salim yang dilesatkan kearah buah mangga tadi , sementara itu Nadira melihat Salim dan memandangnya dengan perasaan tidak suka, “Qadir, jangan khawatir … aku akan mencari bantuan, bertahanlah ...” ujar Nadira, Qadir masih terus mengerang kesakitan …. Sementara Salim yang melihat dari kejauhan mulai menangis ketakutan, “Apa yang telah kamu lakukan Pangeran Salim ?” bathin Nadira Dirumah Qadir, Qadir tidak sadarkan diri, luka lukanya sedang di obati oleh seorang dokter, saat itu Nadira dan Sakinah juga ikut menemani Qadir, paling tidak memberikan dukungan terhadap nenek Qadir yang sudah sangat tua, “Qadir saat ini dalam keadaan yg kritis, kita harus menungggu sampai nanti malam, mudah mudahan Qadir bisa melewati masa kritisnya” kata dokter, “Yaaa …. Allah, anak dan menantuku telah meninggal semua, aku cuma punya Qadir, satu satunya cucuku ini, kenapa dia menyerang Qadir ? siapa dia yang telah menyerang Qadir ?” ujar nenek Qadir, “Orang itu adalah Pangeran Salim, nek …. Putra mahkota Raja Jallaludin Muhammad Akbar” ujar Nadira, “Nadira ! apa yang kamu katakan ? jangan menuduh orang lain !” kata dokter, “Saya tidak menuduh tapi saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, Pangeran Salim telah menyerang Qadir dengan panahnya” kata Nadira lagi, “Lalu … siapa yang akan memberikan keadilan untukku ???” tanya nenek. “Raja Jalalludin Muhammad Akbar, nek ! dia yang biasanya memberikan keadilan untuk rakyatnya, pergilah kesana, nenek bisa mengadu pada Yang Mulia, dia pasti akan mendengarkanmu” kata Nadira. Sementara itu didalam istana, Salim berlari menuju kamar ibunya (Jodha), dan langsung duduk diatas tempat tidur dengan hati yang gelisah, perasaannya berbaur menjadi satu antara takut, sedih, was was cemas dan lain sebagainya. Jodha yang saat itu sedang merawat rambutnya dengan wewangian ditemani oleh Shamshad dan salah seorang pelayan langsung merasa ada yang tidak beres pada anaknya, “Salim, kamu kenapa ?” tanya Jodha, “Ibu pikir ,,, kamu kecapekan yaa, Ibu tahu … latihan pedang itu memang sulit tapi kamu akan baik baik saja nanti” kata Jodha lagi, tapi Salim hanya diam saja, Salim nampak bingung tidak karuan, melihat anaknya gelisah, Jodha langsung menghentikan perawatan rambutnya dan berdiri lalu mendekati Salim, “Salim, adakah sesuatu yang kamu
khawatirkan ?” tanya Jodha, “Tidak ibuu … aku hanya kecapekan” jawab Salim, “Ya sudah kalo begitu kamu minum susu dulu yaa, Shamshad … tolong buatkan susu buat Salim yaa” pinta Jodha, “Baik, Yang Mulia … “ jawab Shamshad kemudian berlalu dari sana, “Maasa (ibu) … aku tidak lapar, aku hanya ngantuk, aku ingin tidur …” ujar Salim sambil membaringkan tubuhnya di pangkuan Jodha, “Baiklah … tidurlah …” kata Jodha, “Suatu hari nanti, kamu akan menjadi ksatria yang tangguh, nak …” ujar Jodha lagi tapi saat itu Salim masih ketakutan, bayangan Qadir yang terkena panahnya kembali hadir dalam ingatannya, Salim berusaha melupakan semua itu dan diapun tertidur.
Nenek Qadir meminta masuk kedalam istana ditemani oleh saudaranya yang menggendong tubuh Qadir, Qadir masih tidak sadarkan diri, setelah meminta ijin pada prajurit penjaga pintu gerbang, nenek Qadir dipersilahkan masuk. Tepat pada saat itu para Pangeran sedang bermain di balkon istana, semuanya nampak asyik bermain, sementara Salim memisahkan diri dari mereka, dia termenung diam sendirian. “Ayoolah, Salim …. kita bermain yuuuk !” ajak Murad, “Aku sedang tidak ingin bermain, main saja sendiri !” bentak Salim sambil menjauh dari mereka, tepat saat itu Salim melihat Qadir di bopong oleh saudaranya bersama neneknya masuk ke dalam istana, Salim benar benar terkejut … “Waaah … gawat, mereka pasti akan mengadu ke ayah, bagaimana ini ??? apa yang harus aku lakukan ???” kata Salim. Sementara itu dirumah Nadira, Zil Bahar bertanya pad Nadira tentang kenyataan yang sebenarnya yang menimpa Qadir, “Nadira, kamu yakin bahwa Pangeran Salim adalah pelakunya ???” tanya Zil Bahar, “Aku melihatnya sendiri, bu … Pangeran Salim memanah Qadir tepat di dadanya, aku sudah mengatakan hal ini pada neneknya Qadir” jawab Nadira, “Lalu apa yang harus kita lakukan, Nadira ???” tanya Zil Bahar, “Aku telah mengatakan kenyataan yang sebenarnya cuma sama neneknya Qadir, bu … dimata Tuhan kita sebagai manusia adalah sama, iya kan, bu ?” ujar Nadira, “Hmmm … nanti kalo Yang Mulia memanggil kamu dipengadilan, lebih baik kamu diam saja” kata Zil Bahar, “Tapi ibuuu … aku akan mengatakan yang sebenarnya pada Yang Mulia” ujar Nadira, “Cukup Nadira !! Raja Jalalludin adalah penguasa kita disini dan Pangeran Salim hanyalah seorang anak kecil, dia mungkin telah berbuat kesalahan, tapi ini bukan dosa, ini hanya sebuah kesalahan yang tidak sengaja jadi lebih baik kamu tutup mulutmu didalam persidangan nanti !” tegas Zil Bahar Siang itu di Pengadilan Kerajaan Mughal, tampak Jalal sedang duduk disinggasananya yang letaknya sangat tinggi diatas setinggi tubuh orang dewasa, sehingga para rakyat yang mencari keadilan disana harus mendongak keatas agar bisa melihat sang Raja, sementara para Ratu special dan ibu ratu Hamida berada di samping kiri dan kanan singgasana sang Raja tertutup sehelai tirai kelambu. Jalal membuka pengaduan rakyatnya di pengadilan Kerajaan Mughal, sampai akhirnya tiba giliran nenek Qadir menghadap Jalal, nenek Qadir tak henti hentinya menangis melihat kondisi Qadir cucunya yang di baringkan di sebuah bale bale di hadapan Jalal, nenek Qadir memperlihatkan
semua luka ditubuh Qadir. “Siapa yang melukainya, nek ?” tanya Jalal, “Aku akan memberikan keadilan” ujar Jalal lagi, “Yang Mulia … cucu saya ini Qadir adalah satu satunya harapan saya” ujar nenek Qadir sambil terus menangis, “Aku berjanji aku akan menghukum orang yang melukai cucumu” kata Jalal, lalu nenek Qadir menceritakan semua kejadian yang menimpa Qadir, “Katakan siapa namanya, bu ?” tanya Jalal, “Pelakunya tidak lain adalah orang dalam istana, Yang Mulia” kata nenek Qadir lagi, “Katakan namanya, kamu tidak usah takut, siapa yang telah melakukan dosa ini ?” tanya Jalal penasaran. “Saya takut bahwa anda Yang Mulia tidak akan menghukum dia pelakunya” ujar nenek Qadir masih dengan berlinangan air mata, “Tidak, nek … saya hadir disini untuk memberikan keadilan jadi jangan takut, katakan saja siapa namanya ?” tanya Jalal lagi, “Pelakunya adalah …. Pangeran Salim, Yang Mulia” ujar nenek Qadir. Jalal dan semua yang hadir disana sangat terkejut mendengar nama Salim disebut sebagai pelakunya. “Nenek, kamu tau siapa yang kamu tuduh ituu ???” tanya Jalal, “Iyaaa … saya tahu Yang Mulia, tapi itulah kenyataannya” ujar nenek Qadir, “Perempuan tua ini mungkin tidak waras, Yang Mulia ! atau ini adalah tipu dayanya untuk menghina Kesultanan Mughal !” kata Rukayah sinis, “Saya hidup tidak lama lagi, Yang Mulia …. buat apa saya berbohong kepada anda, anda harus memberikan keadilan pada cucu hamba ini, Yang Mulia” ujar nenek Qadir, “Aku pasti akan melakukan itu, nek !” tegas Jalal. “Kahe Kahna (Rahim) apakah kamu melihat Salim menyerang anak ini ?” tanya Jalal ke Rahim, “Saya tidak melihatnya, Yang Mulia … kami semua sedang berlatih bertarung saat itu, tidak terjadi apa apa disana” jawab Rahim, lalu Jalal memanggil semua pangeran untuk masuk ke dalam ruang pengadilan, Salim memberikan salam pada ayahnya tapi tubuhnya gemetar ketakutan, “Sekhu Baba, anak yang ada didepanmu itu sedang tidak sadarkan diri, dia terkena anak panah, ayah ingin tahu … apakah kamu yang melukainya, jawab ayah ???” tanya Jalal ke Salim, “Tidak , tidak ayah … aku tidak melukainya” jawab Salim, “Nah, nek … kamu dengarkan apa yang barusan Pangeran Salim katakan ? tidak ada yang melihat pada saat kejadian itu, tapi jika ada saksi yang bisa membuktikan tuduhan ini, kamu bisa mengatakannya” kata Jalal, “Ada … ada Yang Mulia” kata nenek Qadir sambil mengangguk angguk, “Ada seorang anak perempuan yang melihat Pangeran Salim melukai cucu hamba dengan anak panahnya” ujar nenek Qadir, “Siapa dia ??” tanya Jalal, “Dia adalah anak perempuannya Rashid Khan, Nadira” kata nenek Qadir. Jalal langsung menyuruh para prajurit untuk membawa Nadira masuk kedalam ruang sidang, tak lama kemudian Nadira memasuki ruang sidang ditemani oleh ibunya Zil Bahar, Nadira pun memberikan salam pada Jalal. Salim langsung menatap Nadira dengan perasaan was was, Nadira juga memandangnya dengan perasaan penuh kebencian. “Nadira, kata nenek tua ini Salim telah melukai cucunya, aku ingin tahu apakah kamu melihat Salim melukai anak ini ???” tanya Jalal.
Nadira tampak kebingungan, kemudian dia menoleh kebelakang menatap ibunya untuk mendapatkan dukungan - See more at: http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com/2014/11/sinopsis-jodha-akbar-episode-373by.html#sthash.P6nOT8qH.dpuf Home » Sinopsis JA by JA Lovers » Sinosis Jodha Akbar episode 372 by Sally Diandra
Sinosis Jodha Akbar episode 372 by Sally Diandra Sinosis Jodha Akbar episode 372 by Sally Diandra. Malam itu dikamar Jalal, Jalal sedang terbaring dengan tubuh yang setengah telanjang ditempat tidur, sementara itu Jodha sedang mengoleskan krim pada luka Jalal dengan tampang yang masam, Jodha sangat marah sekali ke Jalal, setelah selesai membalut luka Jalal, Jodha menggerutu terus “Jadi dengan cara seperti ini kamu mengajarkan sesuatu pada anakmu, Yang Mulia ? bagaimana kalo nanti kamu terluka parah ? bagaimana kalo bukan Salim ? aku pasti akan menyerangmu, kamu seharusnya menceritakan terlebih dahulu padaku tentang rencanamu itu, Yang Mulia” ujarnya ketus, sementara itu Jalal hanya diam saja sambil terus memperhatikan istrinya yang sedang kesal padanya, Jodha semakin jengkel ketika Jalal tidak menanggapi perkataannya, akhirnya setelah merapikan semua ramuan obatnya Jodha langsung berdiri hendak beranjak pergi dari kamar Jalal tapi Jalal langsung menyambar tangannya, “Ratu Jodha, masih ada banyak luka ditubuhku yang membutuhkan obatmu itu” ujar Jalal. “Oh yaa, dimana ???” Jodha langsung panic begitu tahu kalo Jalal punya luka lagi, “Yang mana, Yang Mulia … aku harus mengoleskan obat ini di semua luka yang ada” kata Jodha, “Kamu tidak akan menemukannya kalo kamu jauh seperti itu, mendekatlah ke aku, kamu pasti akan menemukannya” ujar Jalal, Jodha pun menuruti kata kata Jalal, dia duduk persis disebelah Jalal diatas tempat tidur “Aku tidak menemukan luka apapun ditubuhmu ini ???” kata Jodha sambil melihat lihat dengan seksama di wajah dan tubuh Jalal sambil membolak balik wajah Jalal, “Lukanya itu ada didalam sini, Ratu Jodha” ujar Jalal sambil memegang tangan Jodha lalu ditaruhnya didadanya sebelah kiri, Jodha mulai paham maksud Jalal, Jalal mulai lagi ingin
menggodanya “Bagaimana … kamu bisa merasakan lukaku sekarang ?” tanya Jalal, Jodha hanya tesenyum sambil memperhatikan tingkah laku suaminya yang suka sekali menggodanya ini, “Ratu Jodha, kamu tahu … luka yang pertama ini kamu berikan ketika aku melihatmu pertama kali” ujar Jalal lalu digesernya tangan Jodha dan ditaruhnya didadanya yang sebelah kanan, “Dan luka yang ini kamu berikan ketika aku melihatmu pertama kali di pantulan air di kolam, ketika kamu juga melihatku untuk yang pertama kali, kemudian aku melihatmu pergi di dalam sebuah tandu” ujar Jalal,Jodha masih diam saja menuruti gerakan tangan suaminya lalu Jalal menggeser kembali tangan Jodha ke arah leher “Sedangkan luka yang ini, kamu berikan ketika kamu mengambil sebilah pedang dan kamu taruh dileherku” ujar Jalal lagi lalu Jalal kembali menggeser tangan Jodha kearah dadanya kembali “Dan luka yang ini, kamu berikan ketika kamu tidak mengijinkan aku untuk menyentuhmu" ujar Jalal sambil membelai wajah Jodha dengan lembut, “Ratu Jodha, kamu juga telah memberikan aku luka ketika kamu memberikan hatimu untukku” goda Jalal, Jodha hanya senyum senyum saja digoda seperti itu oleh suaminya “Jadi … sekarang kamu harus memberikan obat juga untuk luka luka ini” goda Jalal, "Kamu nakal, Yang Mulia !" Jodha merasa gemas sekali dengan perlakuan suaminya lalu ditinjunya dada kiri Jalal dan Jalal pun berteriak kesakitan, Jodha langsung panic … “Aduuuh, maaf sakit yaaa ???” tanya Jodha, “Tidak … tidak apa apa, tapi jangan pergi, jangan tinggalkan aku, tetaplah disini ... aku ingin malam ini bersamamu, Ratu Jodha” pinta Jalal, Jodha pun tersenyum memandang suaminya lalu dicubitnya dagu Jalal dengan gemas, Jalal tersenyum memandang istrinya yang cantik, lalu Jodha berbaring disebelah Jalal di atas tempat tidur, kedua tangan mereka bertautan satu sama lain, kemudian Jalal mencium tangan Jodha dengan lembut, Jodha pun membelai wajah Jalal dengan lembut dan lagu in ankhoon main … pun mulai terdengar berkumandang. Mereka berdua tampak saling memandang satu sama lain sambil tersenyum dengan penuh cinta ............ #sinopsisjodhaakbart.blogspot.com ~selanjutnya terserah anda ~ Disebuah ruang keluarga istana, Jalal sedang mengobrol bersama kedua istri spesialnya Ratu Jodha dan Ratu Salima, “Ratu Salima, Murad adalah anak yang pintar dan kuat, dia pasti akan menjadi ksatria yang besar suatu hari nanti” ujar Jalal, “Yaa … semuanya itu karena dia adalah anak anda, Yang Mulia” kata Salima, “Oooh bukan … bukan … kamu adalah ibu sejatinya, Ratu Salima … ibunya telah meninggal dan kamu merawatnya, kamu telah menganggapnya sebagai anakmu sendiri” kata Jalal lagi, “Perhatian Ratu Salima yang begitu besar ketika membesarkan Rahim, sama besarnya ketika Ratu Salima membesarkan Murad, Yang Mulia” timpal Jodha tepat pada saat itu Rukayah datang menemui mereka bersama seorang pelayan. “Yang Mulia, aku ingin bicara empat mata denganmu sekarang” kata Rukayah, “Kamu seharusnya tidak punya masalah dengan kedua wanita yang duduk
bersamaku saat ini, Ratu Rukayah” tegas Jalal, “Oh iyaa ,,, tentu tidak, bagaimanapun juga mereka juga istri spesialmu” kata Rukayah kemudian Rukayah membuka kotak yang dibawanya tadi, di kotak tersebut terdapat berbagai macam stempel, “Ini semua adalah stempel Kerajaan Mughal yang kamu berikan ke aku sebagai penguasa Harem tapi kali ini aku kembalikan semuanya ke kamu” kata Rukayah, “Apa maksudmu, Ratu Rukayah ???” tanya Jalal, “Aku pikir Hareem adalah dibawah kekuasaanku, apapun yang telah aku putuskan pasti akan kamu terima, tetapi dalam kasus Rashid … aku telah memecat dia dan kamu malah memberinyapekerjaan lagi tanpa memberitahu padaku terlebih dahulu, kamu telah menyakiti perasaanku, aku tidak terima dengan keputusanmu maka aku pikir lebih baik aku mengundurkan diri dari jabatan ini” kata Rukayah, “Ratu Rukayah, jangan mengambil keputusan dalam keadaan marah, itu tidak baik” ujar Salima, “Aku menghormati kamu, Ratu Rukayah … tapi pernahkah kamu berfikir bahwa hanya karena pertengkaran anak anak, maka orang tuanya harus ikut dihukum ?” tanya Jalal, “Tapi Salim itu bukan anak yang biasa, Yang Mulia … jadi siapapun pasti bisa menghinanya, aku akan menjatuhkan hukuman pada mereka dan jika kamu mengira keputusanku ini salah, aku akan mengundurkan diri dari semua tanggung jawabku di dalam istana ini” kata Rukayah lagi. Mendengar penuturan Rukayah, Jalal langsung berdiri diikuti oleh Jodha dan Salima, sementara Rukayah masih berdiri di depan mereka dengan angkuhnya, “Yaaa … kamu benar, Ratu Rukayah … jika orang yang bertanggung jawab melakukan beberapa kesalahan maka dia harus meninggalkan jabatannya, aku setuju … dan aku juga telah melakukan kesalahan, jadi aku harus mengundurkan diri dari jabatanku juga” ujar Jalal sambil melepaskan turbannya dan diletakkannya disebelah kotak yang dibawa oleh Rukayah tadi, Jodha dan Salima sangat terkejut melihat Jalal melepaskan turbannya, “Apa yang kamu lakukan, Yang Mulia ?” tanya Jodha, “Tenang, Ratu Jodha … tadi Ratu Rukayah mengatakan bahwa jika orang yang bertanggung jawab melakukan beberapa kesalahan maka dia harus meninggalkan jabatannya” kata Jalal, “Lalu kesalahan apa yang telah kamu lakukan, Yang Mulia ?” tanya Salima, “Apa kalian ingat ketika Salim pergi keluar dari istana ? aku telah memberikan hukuman kepada para prajurit tapi Ratu Rukayah tadi mengatakan untuk kesalahan anak anak, orang tua harus dihukum jadi aku mengundurkan diri dari jabatanku” jelas Jalal, “Tapi … bagaimana kamu bisa melakukan itu, Yang Mulia ?” tanya Jodha, “Mengapa tidak, Ratu Jodha … jika Rashid bisa menggantikan kesalahan Nadira, maka aku juga bisa menggantikan kesalahan Salim, peraturan itu dibuat untuk semua orang, baik itu rakyat biasa ataupun seorang Raja, Ratu Jodha” terang Jalal, “Ratu Rukayah, kita semua ini sama, kita hanyalah manusia biasa, kita seharusnya tidak lari dari permasalahan yang ada, kita harus bisa menghadapinya dan memperbaiki semua itu” terang Jalal, “Aku mengerti, Yang Mulia … aku bisa menerimanya, maafkan semua kesalahanku tadi” kata Rukayah, “Ratu Rukayah, kamu adalah sahabat terbaik dan teman kecilku, aku selalu menghormati semua keputusanmu dan itu akan berlaku selamanya tapi jika kita membuat sebuah kesalahan dan yang lain bisa memperbaikinya, kenapa tidak ?” kata Jalal, “Yaaa … aku sudah mengerti semua kesalahanku, Yang Mulia … aku tarik kembali semua perkataanku tadi” ujar Rukayah, Jodha dan Salima sangat senang mendengarnya.
Di dalam ruang permainan catur, Salim dan Murad sedang bermain catur yang menggunakan biduk sungguhan yaitu para prajurit dan pelayan istana, Murad melanggar permainan catur … “Aku bisa menjalankan prajuritku kemanapun aku suka” kata Murad, “Kamu tidak boleh melakukan yang sesuai keinginanmu, kamu harus mengikuti peraturannya” ujar Salim, tak berapa lama kemudian Salim dan Murad terlibat perkelahian, dari yang sekedar pertengkaran mulut berujung ke perkelahian fisik diantara mereka tepat pada saat itu Jalal sedang melewati ruangan tersebut dan tampak sekilas melihat perkelahian Salim dan Murad, menyadari keberadaan Jalal, Murad dan Salim langsung menghentikan perkelahian mereka dan saling berpelukan satu sama lain, sementara itu Jalal hanya bisa tersenyum bingung melihat tingkah laku anak anaknya, “Waah … ada debu dipundakmu, Salim” kata Murad, “Iyaa .. terima kasih, Murad … kamu sudah ihkannya”, ujar Salim tak lama kemudian Jalal menemui mereka dan anak anak langsung memberi salam, “Salam, Yang Mulia …. “ kata anak anak serempak, “Hmm … siapa saya ???” tanya Jalal, “Salam abbujan (ayah)” jawab anak anak lagi kompak, “Hmmm … Jangan coba coba untuk berpura pura didepan saya, saya tau apa yang kalian lakukan, kalian telah melakukan perkelahian yang memalukan, perkelahian yang bodoh dan tidak berkelas, jika kalian menghabiskan waktu dengan belajar, kalian akan menjadi seorang ksatria besar suatu hari nanti, sekarang pergilah ke Rahim dan belajarlah bertarung menggunakan pedang dengannya” ujar Jalal sambil mnenyuruh anak anak itu, anak anakpun berlalu dari sana. Rahim sedang mempersiapkan senjata senjata untuk berperang seperti pedang, panah, tombak dan lain sebagainya, bersama para pelayan … Rahim sedang mempersiapkan tempat latihan untuk bertarung. Sementara itu dihalaman istana, Jodha sedang berada disana ditemani oleh para pelayan setianya, Moti, Zakira dan Shamshad. Jodha tampak duduk dibawah membuat ‘rangoli’ (hiasan dari kelopak kelopak bunga) …. Tak lama kemudian Jalal datang menemuinya dan para pelayan itupun pergi meninggalkan mereka berdua. “Kamu sedang membuat apa, Ratu Jodha ? untuk apa ini ?” tanya Jalal, “Tidak ada yang special, Yang Mulia … aku suka saja membuat ‘rangoli’” jawab Jodha, “Kamu telah membuat sebuah ‘rangoli’ yang indah, aku suka” kata Jalal, “Yaaa ,,, aku cuma bisa membuat sebuah rangoli yang indah, Yang Mulia … tapi suamiku telah melakukan sesuatu dengan sangat baik” kata Jodha, “Apa maksudmu, Ratu Jodha ?” tanya Jalal penasaran sambil menghampiri Jodha yang masih duduk bersimpuh dibawah, Jodha langsung berdiri begitu suaminya mendekatinya, “Cara kamu mengatasi Ratu Rukayah tadi, sangatlah menakjubkan” kata Jodha kemudian Jodha menggunakan
bahasa Urdu, tapi Jalal menggodanya kembali “Ratu Jodha, kamu harus belajar bahasa Urdu lebih baik lagi, bahasa Urdu masih belum benar” goda Jalal, “Oooh yaa ??? ya sudah tinggalkan saya … sekarang kamu harus memikirkan tentang anak anak” ujar Jodha, “Aku sudah memutuskan bahwa Rahim yang akan memberikan pelajaran pada anak anak tentang pertarungan dalam berperang, hari ini adalah hari pertama Salim untuk berlatih berperang, Ratu Jodha” kata Jalal. #sinopsisjodhaakbar.blogspot.com Anak anak sedang berada di kebun istana dengan senjata busur dan panah mereka, “Kamu tahu Haidar ,,, Salim mempunyai peralatan panah yang lebih bagus dari pada kita, itu semua karena dia adalah pewaris tahta kerajaan” kata Murad dari arah kejauhan sementara itu Salim bersama Danial dan Qutub berada jauh didepan mereka. “Kamu sebenarnya yang lebih pantas mempunyai peralatan panah seperti itu, Murad ... Salim tidak pernah tahu bagaimana caranya mengenai sasaran” ujar Haidar sambil memanasi manasi Murad. Lalu mereka berdua berjalan mendekati Salim … “Salim, apakah kamu tahu bagaimana caranya mengenai sasaran yang kita inginkan ?” ejek Murad, “Aku tahu dengan baik !” jawab Salim, “Baiklah … kalo begitu mari kita adakan kompetisi, itu di depan sana ada pohon mangga, salah seorang yang bisa memanah buah mangga itu, itulah pemenangnya, bagaimana ?” kata Murad, “Baik ! aku terima !” jawab Salim, “Kalo begitu kamu duluan karena kamu adalah pewaris tahta kerajaan !” tegas Murad, “Karena aku pewaris tahta kerajaan, aku memberikan perintah padamu untuk memulai terlebih dahulu, silahkan !” ujar Salim, “Baiklah, dengan restumu pewaris tahta kerajaan” kata Murad sambil mengambil anak panahnya dan bersiap untuk memanah salah satu buah mangga yang ada, kemudian anak panah Murad berhasil mencapai sasaran, buah mangga yang hijau itu jatuh kebawah, “Bagus ! pekerjaan yang bagus Murad !” kata Haidar, sesaat kemudian giliran Danial, ternyata dia tidak bisa memanah buah mangga itu, lalu giliran Haidar, dia bisa memanah buah mangga yang ranum yang berwarna merah, buah mangga itu jatuh juga kebawah, sampai akhirnya giliran Salim, Salim berusaha mempersiapkan anak panah dan busurnya dan melesatkannya ke buah mangga yang dituju tapi ternyata anak panah Salim tidak mencapai sasaran, Salim sangat sedih. “Jangan khawatir, kamu bisa mencobanya lagi, Salim” ujar Murad, kemudian Salim mencobanya membidik lagi buah mangga yang merah ranum tapi kembali anak panah Salim gagal mencapai sasaran, “Salim, kamu ini seorang pewaris tahta kerajaan tapi kenapa kamu tidak bisa mencapai sasaranmu ke buah mangga itu ?” ejek Murad, “Salim, kamu itu tidak pantas mendapatkan peralatan panah yang bagus itu, kamu seharusnya memberikannya ke Murad” ejek Haidar, “Tidak ! ibuku yang memberikan peralatan panah ini ! aku tidak akan memberikannya ke kamu !” bentak Salim tapi Murad berusaha untuk merenggut peralatan panah Salim tapi Salim menariknya sampai akhirnya salah satu prajurit datang menemui mereka dan memberitahukan kalo Rahim memanggil mereka
semua, “Baiklah, ayoo kita ke sana, jangan lupa Salim kamu juga harus kesana, kita akan berlatih bersama” kata Haidar sambil berlalu dari sana diikuti oleh anak anak yang lain, sementara itu Salim diam saja, dia hanya memperhatikan pohon mangga yang ada didepannya....Sinosis Jodha Akbar episode 373 0 403 470
Related Posts:
Sinopsis Jodha Akbar episdoe 371 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 370 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 369 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 368 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 367 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 366 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 373 by Sally Diandra
Meysha Rating 4,5
Jodha Akbar
Sinopsis
Online employment application Online job applications
Pikir
Application Online
Ep
0 Comments
0 Comments Newer PostOlder PostHome
KUMPULAN SINOPSIS JODHA AKBAR
Sinopsis Jodha Akbar episode 1 - 120
Sinopsis Jodha Akbar episode 121 - 240
Sinopsis Jodha Akbar episode 241 - 300
Sinopsis Jodha Akbar episode 301-400
SINOPSIS JODHA - AKBAR
Sinopsis Jodha Akbar episode 6 by Meysha Lestari
Sinopsis Jodha Akbar episode 182 by Jonathan Bay
Sinopsis Jodha Akbar episode 181 by Jonathan bay
Sinopsis Jodha Akbar episode 180 by Meysha Lestari
Sinopsis Jodha Akbar sepisode 179 by Jonathan Bay
POPULAR POSTS
Sinopsis Jodha Akbar episode 246 Sinopsis Jodha Akbar episode 246. Akhirnya Ruqaiya hamil lagi. Semua menteri mengucapkan selamat pada Jalal. Jalal mengatakan hari ini beg...
Sinopsis Jodha Akbar episode 247 Sinopsis Jodha Akbar episode 247 . Malam semakin larut, Jalal mencumbu Jodha, Baba Chisti berdoa dan Ruq berpesta pora. Baba berdoa agar wa...
Sinopsis Jodha Akbar episode 99 Sinopsis Jodha Akbar episode 99 by Meysha Lestari. Hari sudah pagi. Jalal duduk di samping Jodha yang terbaring tak sadarkan diri. ~Sebab ...
Sinopsis Jodha Akbar episode 100
Sinopsis Jodha Akbar episode 100 by Jonathan Bay. Jalal memanggil Sharifudin ke ruang sidang. Sharif datang, memberi salam dan bertanya, &q...
Sinopsis Jodha Akbar episode 219 Sinopsis Jodha Akbar episode 219 by Meysha Lestari. Jalal berlari untuk melindungi para wanita yang di lempari batu tanpa menyadari bahwa s...
LIKE DULU YAAA ...
Sinosis Jodha Akbar episode 372 by Sally Diandra
Copyright © 2014 Sinopsis Jodha Akbar. All Rights Reserved. New Johny Wuss Template by CB Blogger - Original Theme by Mastemplate
ShareThis Copy and Paste
Searching for online job applications? - See more at: http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com/2014/11/sinosis-jodha-akbar-episode-372by.html#sthash.Xbi9767f.dpuf Home » Sinopsis JA by JA Lovers » Sinopsis Jodha Akbar episdoe 371 by Sally Diandra
Sinopsis Jodha Akbar episdoe 371 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episdoe 371 by Sally Diandra. Siang itu .... Jodha sedang melakukan pemujaan pada Dewa Kahna di kamarnya, saat itu Salim juga menemaninya disana, Jodha tampak khusuk berdoa sambil bernyanyi dengan merdunya, tiba tiba Jalal datang menemui mereka dan ikut duduk disebelah Salim sambil mengatupkan kedua tangannya untuk ikut berdoa, tampak sesekali Jalal memandangi Jodha yang sedang bernyanyi. Setelah selesai melakukan pemujaan, Jodha menoleh kearah Salim tapi dilihatnya ada Jalal juga yang sudah duduk disebelah Salim “Kapan kamu datang, Yang Mulia ?” tanya Jodha, “Tadi ketika kamu sedang berdoa untuk Kahnamu”.
Field Code Changed
Kemudian Jodha memberikan ‘aarti’ untuk Salim dan Jalal, “Sekhu Baba …” panggil Jalal, mendengar namanya disebut Salim nampak ketakutan, “Semua anak anak sedang belajar bermain pedang, kenapa kamu tidak ikut ?” tanya Jalal, “Aku semalam tidur terlalu malam , ayah … jadi kepalaku sedikit pusing dan lagi aku sudah terbebas dari anak perempuan yang menjengkelkan itu” ujar Salim, “Siapa yang telah membuat kamu jengkel ?” tanya Jalal lagi, “Itu ayah, anak perempuan yang ayah beri ijin untuk berkeliling istana kita, dia itu anak yang tidak tahu sopan santun, dia tidak menghormati aku meskipun dia tahu kalau aku ini adalah pewaris tahta Kerajaan … dia telah terjatuh sendiri di kolam dan menuduh aku yang mendorongnya, kemudian ibu Rukayah datang lalu menegur dia kemudian ibu Rukayah memecat ayahnya dari pekerjaan di istana” ujar Salim sementara Jalal mendengarkan dengan seksama, “Baiklah, kalo begitu sekarang saatnya kamu belajar bermain pedang dengan Rahim” kata Jalal, “Tapi ayah ….besok saja” ujar Salim, “Sekhu Baba, suatu saat nanti kamu akan menjadi seorang raja jadi kamu harus mempelajarinya, sudah ayoo sana” perintah Jalal, karena tidak bisa berbuat banyak, Salim menoleh kearah Jodha untuk mendapat dukungan tapi Jodha juga menyuruh Salim untuk berlatih bermain pedang, kemudian Jodha memberikan Parsad ke Salim dan Jalal, dan Salimpun berlalu dari hadapan kedua orang tuanya. “Ratu Jodha, apa yang tadi Salim katakan tentang Ratu Rukayah ?” tanya Jalal begitu Salim pergi, Jodha lalu menceritakan tentang pertengkaran antara Salim dan anak perempuan itu dan semua kejadian ketika Nadira jatuh ke dalam kolam dan bagaimana dia menuduh Salim, lalu Rukayah datang kesana, menegur anak itu kemudian memecat ayahnya dari istana, Jalal hanya diam saja mendengarkan semua cerita Jodha tentang Salim, Nadira dan Rukayah … “Aku sudah berusaha memberikan pengertian ke Ratu Rukayah, Yang Mulia …. tapi kamu sendiri kan bagaimana Ratu Rukayah kalau marah” ujar Jodha, “Yaa … aku tau, lalu Salim nampaknya juga tidak tertarik dengan sesuatu yang seharusnya dia lakukan, seperti semua anak anak itu … mereka semua berlatih bermain pedang tapi Salim tidak ingin bergabung bersama mereka, aku pikir Salim tidak mempunyai semangat untuk berperang untuk bangsanya, terlebih lagi untuk pergi berperang” kata Jalal, “Dia masih anak anak, Yang Mulia … suatu saat pasti dia akan mengerti semuanya” ujar Jodha, “Yaaa itu juga harapanku ,,, sepertinya kita sudah lama sekali tidak keluar istana yaa ??? aku pikir … bagaimana kalo kita pergi ke suatu tempat, bagaimana kalo kita pergi ke hutan ? kita ajak Salim juga” kata Jalal, “Apakah kamu akan berburu binatang, Yang Mulia ???” tanya Jodha, “Pada saatnya nanti Salim juga akan pergi berburu, Ratu Jodha … kalau sekarang aku ingin menunjukkan dunia luar padanya, Ratu Jodha” kata Jalal. Di kamar Rukayah, saat itu Rukayah sedang bermain catur dengan salah seorang wanita penghuni ‘Hareem’ sambil ditemani oleh Hoshiyar pelayan setianya dan tampak asyiiik menghisap hookahnya “Kamu benar benar menakjubkan Ratu Rukayah, kamu telah
memecat seorang pegawai di istana ini dan Mariam Uz Zamani tidak bisa berbuat apa apa, hebat kamu” kata wanita tersebut, “Perhatianku bukan ingin menunjukkan kelemahan Mariam Uz Zamani tapi terlebih untuk menghukum anak itu, dan itu adalah tugasku untuk memperlihatkan bahwa setiap orang harus bisa menghormati pewaris tahta kerajaan, dan bahkan Yang Muliapun tidak bisa menarik keputusanku jadi apa yang akan dilakukan oleh Mariam Uz Zamani ke aku ?” ujar Rukayah, “Itulah mengapa Pangeran Salim selalu mendengarkan semua kata katamu, Ratu Rukayah” kata wanita itu lagi, dalam hati Rukayah berkata : “Segera …. tak lama lagi Salim akan hanya ada di bawah kekuasaanku” bathinnya sambil menyengir sinis. Sementara itu jauh didalam hutan Jalal sedang bersama Jodha dan Salim, mereka bertiga mulai memasuki hutan, Jalal dan Salim mengendarai kuda mereka masing masing, sedangkan Jodha berada didalam tandu, tiba tiba para prajuritnya datang dari dalam hutan, mencoba menghentikan perjalanan mereka. “Lebih baik … anda tidak masuk terlalu jauh, Yang Mulia … karena didalam sana banyak perampok, mereka bisa saja menyerang Pangeran Salim” kata salah satu prajurit, “Semua daerah ini adalah kekuasaanku dan aku tidak akan menginjinkan siapapun yang mencoba menguasai daerah ini” ujar Jalal, “Sekhu Baba, para perampok itu telah mencuri harta kekayaan rakyat kita” ujar Jalal, “Kamu adalah seorang Raja, ayah … kamu harus menghentikan mereka” kata Salim, “Apakah tidak ada tanggung jawab dari seorang ahli waris ? tanya Jalal, “Baiklah … aku akan pergi kesana untuk bertarung dan menghabisi mereka” ujar Jalal lagi, “Ratu Jodha, aku akan pergi, kamu dan Salim disini saja, prajuritku akan melindungi kalian berdua, aku akan kembali setelah bertarung melawan mereka” ujar Jalal. Sementara itu didalam istana, Murad dan Haidar nampak kesal dengan kepergian Salim ke hutan, “Ini tidak adil !!! ini benar benar tidak adil !!! apa karena Salim adalah pewaris tahta kerajaan, makanya Yang Mulia tidak mengajak aku pergi ke hutan !” ujar Murad kesal, “Kamu benar, Murad tapi Yang Mulia lebih mencintai Salim dari pada kamu” kata Haidar, “Seharusnya tidak seperti itu ! ibuku bilang sendiri ke aku kalo Yang Mulia akan membawaku pergi ke hutan dan kami akan berburu singa disana !” ujar Murad lagi, “Hmmm …. Kalo aku tidak akan pernah pergi ke hutan dan berburu singa disana, hiiiii … itu sangat berbahaya” sela Danial, “Jangan khawatir Danial, kamu akan mendapatkan banyak makanan di dalam hutan dan aku akan menjagamu disana” kata Murad. Hari sudah larut malam tapi Jalal belum datang juga, Jodha dan Salim tampak sedang menunggu Jalal di sebuah tenda tempat mereka tinggal sementara, “Ibu … kenapa orang orang itu suka merampok ???” tanya Salim, “Karena mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah, nak … tapi jangan khawatir tidak akan ada orang yang bertahan kalo berhadapan dengan pedang ayahmu” kata Jodha,
“Aku tahu … aku pernah melihat ayah betarung dengan pedangnya” kata Salim kemudian Salim melakukan beberapa gerakan dengan pedangnya meniru seperti gerakan ayahnya ketika bertarung, “Ibu tahu … aku sebenarnya takut waktu melihat ayah bertarung dengan pedangnya” kata Salim, “Oooh yaa ???” Jodha tertawa melihat tingkah laku anaknya, “Sudahlah, Salim … hari sudah larut malam, bagaimana kalo kita tidur dulu ?” ajak Jodha, “Malam ini aku tidak akan tidur, ibuu … karena ayah sudah memberikan tanggung jawab ke aku untuk melindungi ibu, kamu tahu … kenapa ayah memberikan tanggung jawab padaku ??” tanya Salim … Jodha menggeleng sambil senyum senyum memperhatikan Salim “Karena ayah tahu … cuma aku yang bisa menjaga ibu, kalo ibu mau tidur … tidurlah, aku akan menjagamu, aku akan menjadi seorang raja nanti, tidak ada seorangpun yang bisa berhadapan denganku bahkan bicara didepanku !” kata Salim lantang, “Tapi semua gang perampok itu bisa saja ada didepanmu, Salim” gurau Jodha, “Ibuuu … jangan bergurau, aku tahu bagaimana caranya bertarung menggunakan pedang, aku ini lebih baik daripada ayah” kata Salim, “Ooh yaa ,,, masa sih ???” goda Jodha lagi, lalu Jodha berpura pura kalo Jalal sudah datang … “Ooh Yang Mulia, kamu disini rupanya” goda Jodha, seketika itu juga Salim Nampak ketakutan “Ayah … aku cuma mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang bisa bertarung menggunakan pedang yang lebih baik dari ayah” kata Salim ketakutan, Jodha tertawa terbahak bahak melihat tingkah laku anaknya, lalu Salim menoleh ke belakang dan dilihatnya tidak ada seorangpun disana tapi tiba tiba saja para perampok datang mengunjungi tenda mereka, salah seorang perampok menaruh pedangnya di leher Jodha dan mereka meminta perhiasan dan semua yang mereka punya, sementara itu prajurit yang lain sedang melawan perampok, jumlah mereka sangatlah banyak. Menyadari ibunya dalam keadaan bahaya Salim segera mengusir sang perampok “Pergiii !!! lepaskan ibukuu !!!” tepat pada saat itu sang perampok terjungkal kebelakang dan melepaskan pegangannya ke Jodha, Jodha langsung berlari dan mengambil belatinya dan menyuruh perampok itu pergi “Pergi kamu dari sini ! atau aku akan membunuhmu !” kata Jodha, tapi kemudian dengan sigap si perampok itu melemparkan belati yang ada ditangan Jodha dan kembali menaruh pedangnya di leher Jodha “Berikan perhiasanmu sekarang juga !!!” bentak perampok itu, melihat ibunya dalam keadaan bahaya lagi segera Salim menyambar pedangnya sendiri dan mulai menyerang si perampok “Lepaskan ibuku !! lepaskan ibuku !!! atau aku akan membunuhmu !!!” teriak Salim sambil menebaskan pedangnya dilengan si perampok, tiba2 perampok itu mengatakan “Raja yang agung !” katanya sambil memegang pedang Salim, Salim nampak bingung lalu dilihatnya pedangnya berlumuran darah si perampok dan langsung dilemparkannya pedang itu ke lantai, tiba tiba si perampok membuka tutup mukanya dan berubah menjadi Jalal … “Yang Mulia … kamu ???” kata Jodha penasaran, “Kenapa kamu melakukan hal yang berbahaya seperti tadi, Yang Mulia ???” tanya Jodha. “Aku ingin melihat anakku mengangkat pedangnya untuk melindungi ibunya dan dia melakukan itu, Ratu Jodha” ujar Jalal, “Aku ingin dia mengerti bahwa betapa pentingnya sebuah pedang untuk seorang raja, dia tahu … kamu adalah tanggung jawabnya, Ratu Jodha … itulah mengapa dia mengangkat pedangnya untuk melindungimu, suatu hari nanti … rakyatnya adalah tanggung jawabnya dan dia akan mengangkat pedangnya untuk melindungi rakyatnya” jelas Jalal
Sementara itu Salim terus memperhatikan ayahnya, sedangkah Jodha mengerti bahwa ini semua adalah sebuah pelajaran yang diberikan Jalal ke Salim tentang bagaimana tanggung jawabnya nanti sebagai seorang Raja. “Sekhu Baba … kemarin ada seorang pria yang kehilangan pekerjaannya, kamu adalah seorang calon Raja, kamu seharusnya memberikan pekerjaan bukan merenggutnya, cara kamu melindungi ibumu tadi, juga harus kamu lakukan untuk melindungi rakyatmu, semua ibu adalah ibumu, rakyatmu adalah tanggung jawabmu … ayah tahu … Nadira mungkin telah berbuat kesalahan tapi kamu seharusnya bisa menghentikan ibu Rukayah, apakah kamu tidak pernah berfikir sekali saja …. bagaimana keluarga Rashid bisa makan ? bagaimana dia bisa hidup bersama keluarganya tanpa bekerja ?” jelas Jalal lagi, Salim dan Jodha hanya diam mendengarkan, “Seorang Raja tidak akan bisa tidur jika ada salah seorang rakyatnya kelaparan, nak …. Ayah senang, ayah bangga begitu melihat kamu bisa melindungi ibumu, kamu bukan hanya seorang anak tapi calon pewaris tahta kerajaan, seorang raja tidak mengangkat pedangnya untuk membunuh semua orang tapi untuk melindungi rakyatnya … lalu mengapa kamu tidak menghentikan ibu Rukayah yang telah berbuat seperti itu ? kamu seharusnya bisa menyelamatkan pekerjaan seseorang, nak” jelas Jalal lagi, “Aku tidak mendorongnya ke kolam, ayah” bela Salim, “Sekhu Baba, kamu bisa saja berbohong untuk menyelamatkan pekerjaan seseorang, kamu adalah seorang raja dan kamu harus melakukan semua hal untuk menyenangkan orang lain, yang harus selalu kamu ingat, nak … bahwa kamu adalah calon pewaris tahta kerajaan Mughal, jangan pernah lakukan sesuatu apapun itu yang bisa memalukan keluargamu” jelas Jalal, “Salim masih terlalu kecil untuk mengerti semua ini, Yang Mulia” kata Jodha, “Aku dulu lebih kecil dari Salim, Ratu Jodha … inilah saatnya dia belajar tentang tanggung jawab seorang Raja” ujar Jalal kemudian berlalu memasuki tenda mereka. Salim menoleh kearahnya ibunya, lalu Jodha memeluknya erat. Jiwa Jodha berkata : “Cara Yang Mulia mengajarkan sesuatu hal memang unik, tidak ada ayah yang bisa mengajarakan anaknya seperti itu, sebagai seorang ayah, Yang Mulia memang mengesankan” Jiwa Jalal berkata : “Salim telah belajar satu pelajaran terbesar, bagaimana cara melindungi ibunya dan rakyatnya pada malam itu tapi kisah itu berada di titik balik, aku telah membuat Salim belajar tentang kehidupan tapi aku lupa bahwa kehidupan itu sendiri juga memberikan pelajaran kepada setiap orang. Aku tidak tahu bahwa kehidupan akan membuat sebuah pelajaran segera. Sinopsis Jodha Akbar episode 371 0 287 374
Related Posts: - See more at: http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com/2014/11/sinopsis-jodha-akbar-episdoe-371by.html#sthash.s2dzxsAt.dpuf Home » Sinopsis JA by JA Lovers » Sinopsis Jodha Akbar episode 370 by Sally Diandra
Sinopsis Jodha Akbar episode 370 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 370 by Sally Diandra. Masih di perayaan Jashn di Istana Kerajaan Mughal, saat itu setelah selesai menyanyikan sebuah lagu untuk Jalal dan semua yang hadir disana, Jalal mengijinkan Nadira untuk meminta sesuatu sebagai imbalannya, “Nadira, kamu bisa melihat lihat keseluruhan istana ini, seperti yang kamu inginkan” ujar Jalal, “Tapi ada seseorang yang berusaha untuk menghentikan langkah saya, Yang Mulia … untuk melihat lihat istana anda, saya tidak tahu siapa dia tapi ketika saya sebutkan nama anda, kemudian dia pergi berlari dengan ketakutan” kata Nadira, Jalal langsung memandang ke arah Salim dan menyuruhnya untuk mendekat keayahnya, “Sekhu Baba, kemarilah ….” pinta Jalal, dengan perasaan was was Salim yang sedari tadi memandangi wajah Nadira, lalu mendekati singgasana ayahnya “Sekhu Baba, anak ini ingin melihat lihat istana kita, ayah ingin kamu, Murad, Danial dan yang lainnya menemaninya dan kalo orang yang kurang ajar itu datang, bawa langsung ke ayah, bagaimana ? setuju ?” ujar Jalal, Salim hanya diam saja, matanya langsung melihat ke arah Nadira lagi yang masih berdiri ditengah ruangan. Siang itu Nadira sedang bersama Salim, Murad, Danial diikuti oleh Haidar dan Qutub juga para prajurit yang mengawal mereka, tiba tiba Murad, Salim dan Danial memelankan langkah mereka dibelakang agak menjauh dan mulai membicarakan Nadira, “Kita harus mengusirnya keluar !” ujar Salim, “Yaaa … apakah aku harus mendorongnya jatuh ke tanah ? sehingga dia tidak akan kembali ke istana lagi ?” tanya Murad, “Jangan … jangan, aku akan mengurusnya dengan cara yang lain” kata Salim lagi. Tiba tiba Nadira mengejutkan mereka “Heiii … apakah kalian tidak akan menunjukkan istana ini padaku ? atau aku harus pergi ke Yang Mulia lagi ?” tanya Nadira, “Oooo … tenang, Salim akan mengajakmu melhat lihat istana” kata Murad lagi. Setelah menikmati keindahan istana Kerajaan Mughal yang besar dan indah, Nadira kelelahan juga “Baiklah, aku sudah capek, aku akan datang lagi besok untuk melihat lihat sisanya, terima kasih yaaa” ujar Nadira sambil berlalu dari sana, “Pasti …Dia akan kembali lagi besok kesini ! dia telah membuat aku ketakutan dengan
Field Code Changed
menyebut nama ayah, sekarang lihat saja nanti apa yang akan aku lakukan ke dia !” ujar Salim sambil memperhatikan Nadira yang sudah menjauh darinya. Malam itu sebelum tidur, Salim mengunjungi kamar Rukayah, Rukayah memberinya minum susu, Salim menceritakan kejadian tadi siang ketika bersama Nadira ke Rukayah, “Apa sih yang seorang anak perempuan pikirkan tentang dirinya sendiri ? aku harus memberinya pelajaran !” ujar Salim, “Ya betul itu, Salim ,,, kamu harus memberikannya pelajaran ! karena kamu adalah pewaris tahta kerajaan tapi ibu pikir dia juga cukup pintar jadi agar kamu bisa melawannya kamu harus menghabiskan susu ini, ayoo … habiskan” ujar Rukayah sambil membantu Salim memegangi gelas susu tersebut, sementara Salim meminum susu tersebut sampai habis, lalu Salim meletakkan gelas kosong itu di meja dan pamitan untuk tidur tapi tiba tiba saja tubuhnya limbung, Salim sedikit mabuk tepat pada saat itu Jalal masuk ke kamar Rukayah dan mendapati Salim yang setengah mabuk, “Sekhu Baba, kenapa kamu ini ? Ratu Rukayah kenapa dia ?” tanya Jalal khawatir, “Ini semua salahmu, Yang Mulia … kamu telah membuatnya sibuk sekali seharian ini sekarang dia sangat mengantuk” kata Rukayah was was, “Yaaa ,,, kamu benar, Ratu Rukayah, aku telah memberinya banyak pekerjaan tadi, sini biar aku gendong” kata Jalal, Jalal langsung menggendong Salim dalam pelukkannya dan membawanya keluar dari sana. Sepeninggal Jalal, Rukayah nampak khawatir, “Sepertinya Jalal tidak bisa menduga apa yang sebenarnya terjadi pada Salim tapi kalau Salim menceritakan padanya bahwa dia langsung pusing setelah minum susu, bisa gawat nanti, aku harus mengintip mereka” kata Rukayah. Setelah keluar dari kamar Rukayah, Jalal membawa Salim ke kamar Jodha, saat itu Jodha belum tidur, Jodha khawatir dengan keadaan Salim begitu dilihatnya digendong oleh Jalal, “Kenapa dia, Yang Mulia ?” tanya Jodha was was, “Mungkin karena hari ini adalah hari pertamanya bekerja di istana jadi dia merasa sangat kelelahan” ujar Jalal sambil membaringkan Salim di tempat tidur Jodha, Jodha langsung menghampirinya dan membaringkan tubuhnya didekat Salim, sementara Jalal duduk disebelah sisi satunya. “Biasanya dia tidak akan bisa tidur sebelum mendengarkan lagu pengantar tidurku (Sooja Sooja), Yang Mulia” kata Jodha, “Yaaa … semuanya bisa terjadi pada saat pertama kali, Ratu Jodha” ujar Jalal, sementara itu dibalik tirai dekat pintu kamar Jodha, Rukayah sudah berdiri disana sambil menguping pembicaraan mereka berdua. Salim yang saat itu setengah mengantuk mengatakan : “Kepalaku pusiiiing ….” rintih Salim, “Aku fikir … mungkin itu karena mahkotamu yang terlalu berat” ujar Jalal, lalu Salim membalikkan tubuhnya ke arah Jodha dan berusaha mendekatkan tubuhnya ke Jodha, tangan mungilnya memeluk tubuh Jodha, “Maasa (panggilan ibu di Negara Rajput) … Ammijan (panggilan ibu di Negara Agra) nyanyikan aku lagu pengantar tidur” rintih Salim sambil terus memejamkan matanya, “Lihat …. Keinginanmu terkabulkan kan, menyanyilah … aku juga ingin mendengarkan suaramu” ujar Jalal, “Apakah kamu seorang anak kecil, Yang Mulia ?” tanya Jodha sambil tersenyum memandang suaminya, “Bukan … aku bukan anak kecil tapi aku juga Sekhu Baba, Ratu Jodha” ujar Jalal, tak lama kemudian Jodha menyanyi lagu Sooja (lagu pengantar tidur) , “soo jaa .... kanhya ho
kar rahi gi .... “ Jodhapun mulai menyanyi sambil menidurkan Salim dengan menepuk nepuk tubuh Salim dan membelai wajahnya, sementara Jalal memandangi istrinya yang sedang menyanyi itu dengan penuh cinta. Salimpun akhirnya tertidur setelah mendengar nyanyian ibunya, “Tadi dia memanggilmu Maasa juga Ammijan, Ratu Jodha … aku senang sekali mendengarnya” ujar Jalal, “Dia sama persis seperti kamu, Yang Mulia … dalam tidurnya saja dia mengatakan hal yang baik, dia juga menghargai dua agama yang berbeda sama seperti kamu” kata Jodha, “Aku sangat berharap suatu saat nanti dia akan menjadi raja yang lebih baik dari pada aku, Ratu Jodha …. seorang raja yang menghargai semua agama dan tidak membeda bedakannya, dia akan dihargai oleh banyak orang, seorang raja yang akan tunduk pada bangsanya, rakyatnya pasti akan memberikan hidup mereka untuk raja yang seperti itu” ujar Jalal bangga. Dari balik tirai, Rukayah masih terus menguping pembicaraan mereka, dalam hatinya berkata : “Ya Allah … terima kasih, rupanya Jalal tidak curiga apapun, kalo begitu lebih baik aku pergi dari sini” bathinnya sambil berlalu dari sana. Keesokan paginya, para Pangeran sedang bermain main di teras belakang istana, tiba tiba Danial berlari tergopoh gopoh ke arah Salim, “Salim !! Salim !! Salim !!! …. Anak itu datang lagi !” kata Danial sambil terengah engah, “Hah ?! Lagi ??!!!!” teriak Salim, “Tapi kita harus menuruti apa yang dikatakan Yang Mulia, Salim” ujar Murad. Tak lama kemudian Nadira sudah sampai didepan mereka dengan dikawal para prajurit istana, sementara kelima pangeran itu Salim, Murad, Danial, Haidar dan Qutub memandangnya dengan perasaan tidak suka. “Ayooo … kita mulai lagi dari sebelah kiri, bagaimana ?” kata Nadira dengan perasaan bahagia, Salim berbisik ke Murad “Anak ini sangat egois !” bisik Salim, “Kalo kamu memerintahkan, aku akan membunuhnya, Salim … aku kan pengawalmu, berikan saja aku perintah” ujar Murad. “Ayooolah … lebih baik kita makan ladu saja” kata Danial, “Tutup mulutmu, Danial !” bentak Murad lalu Murad memberikan kode pada Haidar untuk melakukan sesuatu. “Pangeran … bolehkah aku melihat ruang persidangan yang special ?” tanya Nadira, “Oooh … itu jauh dari sini” jawab Salim, “Lalu kenapa ??? semua Yang Mulia perintahkan harus kamu turuti kan ? jadi siapapun tidak ada yang boleh bilang tidak ke aku !” kata Nadira, “Jangan suka memberikan peringatan ! ayoo kita kesana !” ujar Salim. Sementara itu Haidar berbisik ke Murad “Ayooo … kita kerjakan rencana kita !” Saat itu Nadira sedang bersama Salim dan Danial di taman Angori, Murad dan Haidar telah memasang jebakan di tanah, mereka berdua bersembunyi dibalik bejana besar sambil memegangi seutas tali, ketika Nadira melewatinya, mereka menariknya hingga Nadira terpeleset dan jatuh tercebur ke kolam, semua anak anak tertawa melihatnya. “Kamu jahat ! kamu telah melakukannya iyaa kan Pangeran Salim !” teriak Nadira marah, “Heiii … kamu sendiri yang jalan kesitu, aku nggak tahu apa apa, kamu jatuh karena kesalahanmu sendiri” kata Salim, “Aku akan pergi dan aku akan lapor ke Yang Mulia !” kata Nadira, “Aku tidak melakukan apa apa” kata Salim, “Iyaaa … aku tau, kamu kan yang mendorong aku !” kata Nadira lagi tepat pada saat itu Rukayah melihat pertengkaran mereka dari dalam istana lalu datang menemui mereka, “Heii ! kamu anak kecil ! jangan lupa kamu ini sedang bicara dengan pewaris tahta kerajaan Mughal !” bentak Rukayah ke Nadira, “Anak ini yang dulu memanggil aku lebih kecil dari pada jari sang raja, Bariammi” kata Salim, “Kamu memang tidak tahu sopan santun, ayoo … minta maaf sama Pangeran Salim !” bentak Rukayah
lagi, Nadira yang tubuhnya basah kunyup merasa ketakutan “Kenapa aku harus minta maaf ??? dia yang sudah mendorong aku, harusnya dia yang minta maaf sama aku” kata Nadira kedinginan, “Beraninya kamu ! lancang sekali mulutmu !” bentak Rukayah lagi, tepat pada saat itu Zil Bahar datang ke arah mereka, “Maafkan kami, Ratu Rukayah … anak saya ini masih polos, dia tidak tahu apa yang dia perbuat, maafkan kami, Ratu” pinta Zil Bahar , lalu Zil Bahar menyuruh Nadira untuk meminta maaf, “Ibu, aku tidak melakukan kesalahan apapun jadi aku tidak akan meminta maaf” jelas Nadira, “Pangeran Salim yang seharusnya meminta maaf sama aku ibu, karena aku tahu dia yang mendorongku tadi” kata Nadira lagi, “Beraninya kamu bilang seperti itu di depan keluarga kerajaan ! kamu akan dihukum karena kesalahanmu ini !” bentak Rukayah, sementara Salim hanya terdiam memandangi Nadira. Mendengar adanya keributan di taman, Jodha langsung datang kesana, dengan penuh kelembutan Jodha berusaha untuk menenangkan Rukayah, “Ratu Rukayah, perkelahian antara anak anak itu hal yang biasa, kamu tidak perlu marah marah seperti ini” bujuk Jodha, “Anak ini dan orang tuanya seharusnya tahu dimana posisi mereka, mereka harus sadar itu, Ratu Jodha ! Salim akan menjadi raja jadi keluarga ini harus dihukum dan memberikan contoh pada lain bagaimana mereka harus berbicara dengan pewaris tahta kerajaan, dan lagi istana Mughal dibawah kekuasaanku jadi aku putuskan untuk mengeluarkan Rashid sekeluarga keluar dari istana ini ! dia aku pecat !” kata Rukayah, Jodha tampak sedih mendengar keputusan Rukayah, tapi dirinya tidak bisa berbuat banyak, sedangkan Zil Bahar juga tampak sedih dan segera pamitan kemudian berlalu dari sana bersama Nadira. Di kamar Rukayah, Salim bertanya pada Rukayah : “Bariammi, sebaiknya kita tidak perlu memecat ayahnya Nadira, kasihan mereka …” kata Salim, “Salim, kamu akan menjadi raja nantinya, kamu harus memberikan contoh kepada siapa saja yang mencoba untuk menghina kamu, dia harus dihukum, raja adalah seseorang yang harus ditakuti oleh siapa saja ! sudah … kamu tidak usah memikirkan mereka terus yaaa …. sekarang kamu makan saja yaaa, ini ibu sudah membuatkan kamu ladu, kamu harus memakannya, makan lah” kata Rukayah Sementara itu dirumah Nadira, Zil Bahar menegur Nadira, “Kamu lihat … gara gara kamu, ayahmu dipecat dari pekerjaannya !” ujar Zil Bahar sambil menangis tersedu sedu, “Buuu, jangan keras padanya, dia masih anak anak, dia tidak melakukan kesalahan” bela Rashid, “Nadira, kamu seharusnya mengerti, Salim adalah calon raja berikutnya, kita semua harus menghormati dia” ujar Rashid, sementara Nadira tampaknya juga menyesali perbuatannya. Masih dikamar Rukayah, Rukayah masih terus memprovokasi Salim untuk memberikan hukuman ke Nadira, “Salim, dengarkan ibu … anak perempuan tadi telah melakukan kesalahan yang paling besar jadi dia harus dihukum” kata Rukayah, “Hooaaammm … aku ngantuk, aku mau tidur, aku mau ke kamar ibu (Jodha) dan mendengarkan dongengnya” ujar Salim, “Kamu tidur disini saja sama Bariammi (Rukayah), aku akan menceritakan sebuah cerita untukmu” bujuk Rukayah , lalu Salimpun merebahkan dirinya dipangkuan Rukayah dan Rukayah mencoba bercerita, “Suatu hari ada seorang peri yang memiliki sayapnya yang patah, sampai suatu ketika dia bertemu dengan seorang pangeran, si peri tahu bahwa pangeran ini akan mengembalikan sayapnya yang
patah, maka si peri mencoba membuat sang pangeran dibawah kendalinya” kata Rukayah, sementara Salim telah tertidur pulas, Rukayah sangat puas sekali dengan apa yang diperbuatnya, ditaruhnya kepala Salim diatas bantal lalu diambilnya kotak kinang kesukaannya dan diambilnya kotak ganjanya, senyum sinisnya mulai tergambar diwajahnya, Rukayah tersenyum puas sambil memandang Salim yang sudah tertidur pulas. 2 314 423
Related Posts: - See more at: http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com/2014/11/sinopsis-jodha-akbar-episode-370by.html#sthash.aj0wG26n.dpuf Home » Sinopsis JA by JA Lovers » Sinopsis Jodha Akbar episode 369 by Sally Diandra
Sinopsis Jodha Akbar episode 369 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 369 by Sally Diandra. Masih di Pengadilan Kerajaan Mughal, setelah selesai penobatan Pangeran Salim sebagai pewaris tahta Kerajaan Mughal, semua yang hadir disana kembali ke tempat duduknya masing masing, sementara itu Salim merasa mahkota yang dia kenakan itu terlalu berat, “Ayah, mahkota ini rasanya terlalu berat untuk kepalaku, aku tidak bisa mengenakannya, ayah” kata Salim sambil memegangi mahkotanya terus. Jalal yang duduk disebelahnya tersenyum melihat ulah anaknya, “Mahkota ini memang sengaja dibuat berat, supaya kamu selalu mengingat tanggung jawab yang harus kamu emban” ujar Jalal, kemudian Jalal menyuruh Salim untuk memegang pedangnya, Salim berupaya mengambil pedangnya dengan hati hati tapi tiba tiba mutiara yang mengelilingi pedang tersebut jatuh tercerai berai, Salim sangat terkejut, dia sangat takut kalau nanti ayahnya akan marah padanya tapi Jalal cuma memandangnya sambil tersenyum, “Suatu hari nanti, kamu bisa memainkan pedang itu, nak” ujar Jalal, kemudian Jalal mengumumkan ke semua hadirin yang hadir disana, “Mulai sekarang aku umumkan, Salim akan menjadi menteri dari daerah Punjab dan gajinya 500 rupee, Murad akan mendapatkan gaji 300 rupee, sedangkan Danial akan mendapatkan 200 rupee. Sementara Haidar anak Javeda akan mendapatkan 500 rupee, Qubutdin anak Shamshad akan mendapatkan 250 rupee” ujar Jalal. Semua yang hadir disana merasa senang dengan kabar berita tersebut terutama para ibu ibu anak anak tersebut.
Field Code Changed
“Pewarisku akan menduduki tahtanya untuk pertama kali mulai hari ini dan mulai sekarang Salim akan duduk disebelahku di persidangan ini dan akan menyelesaikan semua permasalahan yang ada bersama aku !” jelas Jalal. “Baiklah, sekarang kita buka persidangan hari ini … silahkan” kata Jalal, tak berapa lama kemudian para prajurit membawa dua orang pemborentak ke hadapan Jalal, Jalal tampak marah melihat mereka berdua, “Jadi kamulah orangnya yang suka memprovokasi orang orang untuk melawan kesultanan Mughal, kalian adalah pemborentak dan aku tidak akan memaafkan kalian” ujar Jalal, semua yang hadir disana hanya bisa diam memandang para pemborentak, “Hukuman yang pantas untuk mereka berdua adalah hancurkan tubuh mereka dibawah kaki gajah !” ujar Jalal lantang, Salim sangat terkejut mendengar keputusan ayahnya, segera dia mendekati ayahnya “Tidak, Yang Mulia ,,,, jangan ayah jangan lakukan itu ! jika tubuh mereka dihancurkan di bawah kaki gajah, mereka akan mati, ayah … kamu sendiri mengatakan bahwa seorang penyelamat lebih mulia daripada seorang pembunuh, mereka mungkin memang jahat tapi kamu tidak, ayah …. “ ujar Salim, Jalal terus memperhatikan apa yang diucapkan oleh putranya, Jalal sungguh sangat terharu lalu dibelainya wajah anak tercintanya dan menyuruh Salim untuk duduk kembali ke tahtanya. Saat itu ruang sidang sangat hening, semua orang terdiam menunggu keputusan Jalal, setelah merenung cukup lama, akhirnya Jalal buka suara ,”Baiklah … aku akan mengubah keputusanku, sekarang mereka akan dihukum seumur hidup !” ujar Jalal, “Hari ini pewarisku telah membuat keputusannya yang pertama dan hal itu membuat aku sadar bahwa aku hanyalah seorang manusia biasa, dan penyelamat lebih mulia dari pada seorang pembunuh, aku sungguh bangga” ujar Jalal lagi. Sementara itu dari tempat para Ratu berada, Jodha berkata dalam hati : “Apa yang dikatakan oleh Syeh Salim Chisti memang benar, Salim berfikir hanya menggunakan hatinya saja, dia pasti akan membawa perubahan di istana ini” bathin Jodha. Malam itu, Nadira sedang berkumpul dengan kedua orang tuanya dirumah mereka, “Bu, hari ini adalah perayaan pewaris baru di Kerajaan, dan aku mendapat undangan ke sana” kata Rashid pada Zil Bahar istrinya, Nadira yang ikut mendengarkan tampak antusias sekali, sementara itu Zil Bahar teringat pada ucapan Shaguni Bai ketika Nadira masih dalam kandungannya, dimana Shaguni Bai meramalkan bahwa nasibnya akan segera berubah dan dia akan segera memasuki istana. Di kamar Salima, malam itu Salima sedang berkumpul dengan kedua anaknya Rahim dan Murad, “Ibu, kenapa negara bagian Punjab tidak diberikan ke aku ? apakah Salim lebih bagus dari aku ?” tanya Murad, “Kamu juga akan mendapat bagian kalo kamu sudah besar nanti, Murad” jawab Rahim kakaknya, “Kenapa kamu tidak pernah mendengarkan aku ? apakah karena kamu pendamping Yang Mulia, maka kamu lebih condong ke dia saja ?” tanya Murad. Dikamar Javeda, “Haidar, selamat yaaa … akhirnya kamu mendapat pekerjaan di istana ini” ujar Javeda, “Aku tidak akan berhenti sampai disini saja, bu ! aku menginginkan daerah, provinsi, yaaa …. aku akan memenangkan provinsi demi provinsi dan aku akan menjadi raja seperti Salim !” kata Haidar, “Haidar, jangan pernah kamu mempunyai niat untuk melawan Yang Mulia, nak” ujar Javeda. Sementara itu di kamar Danial, saat itu Danial sedang asyik menyantap makanannnya, “Danial,
kamu jangan makan terlalu banyak sekarang, kamu sekarang seorang menteri dan kamu seharusnya berfikir untuk bekerja, jangan makan terus” ujar ibu Danial, “Lalu … seharusnya aku berhenti makan begitu, bu ?” tanya Danial, ditanya seperti itu ibu Danial langsung mengambil piring Danial dan Danial langsung pergi begitu saja dari sana. Dikamar Jodha, Jodha sedang asyik memijat mijat kepala anaknya, sementara Salim duduk dibawah sambil terus menggerutu, “Ibu, sebenarnya aku itu lebih suka bermain tapi ayah malah menyuruhku untuk duduk di dalam istana !” gerutu Salim, “Kamu telah melakukan keadilan hari ini di pengadilan istana tadi, sayang” kata Jodha, “Ibu, bagaimana bisa ayah menyuruh untuk menghancurkan setiap orang yang bersalah ?” tanya Salim, “Coba kamu gunakan mahkota ini lagi” ujar Jodha sambil mengambil mahkota Salim dan mengenakan ke kepala Salim, tepat saat itu Jalal masuk ke kamar Jodha menemui mereka tapi Jodha dan Salim tidak menyadari kehadiran Jalal dibelakang mereka. “Ibu, aku tidak mau memakainya, aku tidak mau memakainya, ibu … mahkota ini berat !” ujar Salim sambil berusaha untuk mencopot mahkotanya, “Salim, kamu harus memakainya, paling tidak sampai perayaan Jashn, sayang” bujuk Jodha, “Hmmm … suatu hari nanti kalo aku jadi raja, aku akan membuat mahkota yang besar yang terbuat dari besi dan ayah harus memakainya, biar ayah tahubagaimana rasanya memakai mahkota yang berat tapi aku akan membuatkan ibu mahkota yang empuk dan lembut” gerutu Salim lagi, sementara itu Jodha tertawa mendengarkannya, sedangkan Jalal hanya tersenyum senyum mendengarkan percakapan kedua orang yang dicintainya itu dari belakang. “Hmmm …. Bagaimana kalo ibu katakan semua ini ke ayah ?” goda Jodha, Salim yang masih membelakangi Jalal langsung menjawab, “Aku tidak takut sama ayah ! pada kenyataannya ayahlah yang takut sama aku, ibu … ibu lihat sendiri kan bagaimana ayah langsung setuju dengan keputusanku di pengadilan tadi” ujar Salim lagi, Jodha masih terus tertawa mendengarkan gerutuan anaknya sampai akhirnya dia menyadari kehadiran Jalal diantara mereka tapi dia sengaja tidak memberitahu Salim. “Ibu, suatu saat nanti … kalo aku menjadi raja, aku akan mengubah peraturan di istana ini dan aku akan membiarkan anak anak untuk bebas bermain” kata Salim, sesaat kemudian Jalal mulai membuka suaranya “Shekhu Baba !” panggil Jalal, begitu mendengar suara ayahnya, Salim langsung berdiri ketakutan memandang ayahnya, “Tadi … apa yang kamu bilang ? jadi ayah yang takut sama kamu yaaa???” tanya Jalal, Salim tidak menjawab pertanyaan ayahnya, “Waaah … itu nenek memanggilku, aku pergi dulu ibuuuu” ujar Salim sambil berlari dari sana menghindari pertanyaan ayahnya, Jodha hanya bisa tertawa melihat ulah anaknya, sementara itu Jalal cuma tersenyum saja lalu mendekati Jodha dan duduk disebelahnya, “Kamu tahu Ratu Jodha, kenapa aku tidak pernah bisa marah sama Salim ?” tanya Jalal, “Tidak ! kenapa memangnya, Yang Mulia ?” tanya Jodha sambil masih tersenyum, “Karena aku melihat dirimu dalam dirinya, dia persis sekali seperti kamu dan aku tidak bisa marah karenanya” jawab Jalal sambil tersenyum, “Oooh yaa ??? sedangkan rambut serta kulitnya sama seperti kamu, Yang Mulia dan juga kemampuannya bercerita tentang cara memasak itu juga sama seperti kamu, Yang
Mulia” kata Jodha sambil menyubit pipi Jalal dengan gemas dan tertawa bahagia, Jalal juga tertawa mendengarnya sambil mengulurkan tangannya memeluk Jodha, sedangkan Jodha meletakan kepalanya di bahu Jalal. Setelah keluar dari kamar Jodha, Salim mendatangi Bariammi nya (Ratu Rukayah) saat itu Rukayah sedang menghias dirinya, sementara Reesham sedang memberikan wangi wangian ke rambut Rukayah, “Heiii … Salim, apa yang kamu lakukan disini ?” tanya Rukayah, “Aku haus, Bariammi … bolehkah aku minta minum ?” tanya Salim, Rukayah langsung menyuruh semua pelayannya pergi meninggalkan mereka berdua lalu diambilnya segelas air putih untuk Salim, Salim langsung meminumnya sampai habis. Setelah minum, matanya langsung tertuju pada kotak kinang Rukayah, “Apa itu, Bariammi ?” tanya Salim, “Ooooh itu … itu kinang, kamu mau memakannya ?” kata Rukayah, “Tidak ! bagaimana bisa aku memakannya ?” ujar Salim, “Kenapa tidak ??? kamu adalah pewaris kerajaan, kamu bisa melakukan semuanya, makan, minum, semua maumu bisa kamu lakukan” kata Rukayah dan dalam hatinya berkata “Aku telah mencampur ganja itu ke dalamnya, aku ingin lihat bagaimana pengaruhnya keSalim, dan ketika Salim menginginkan ganja, dia pasti akan datang padaku dan aku akan membuatnya kecanduan” bathin Rukayah. Sementara itu, mengetahui kalo dirinya bisa berbuat semua yang dia inginkan, Salim kelihatan bahagia sekali, “Yess ! aku bisa berbuat apapun !” katanya sambil mengambil kinang itu dari tangan Rukayah, ketika sedang hendak memakannya tiba tiba Salim mendengar ada suara gaduh di taman istana, lalu Salim berusaha mencari tahu suara apakah itu ?, kemudian Salim beranjak ke balkon kamar Rukayah, dari balkon kamar Rukayah, Salim melihat Nadira masuk ke dalam istanannya, “Mau apa anak jelek itu kesini ????” tanya Salim, “Barriammi, Nadira sudah berani masuk ke dalam istana, aku akan pergi menemuinya dulu” ujar Salim kemudian diletakkannya kembali kinang itu ke tempatnya, Rukayah sangat tidak senang dengan perbuatan Salim dan bertanya dalam hati “Siapa itu Nadira ?? berani beraninya dia mengganggu pekerjaanku !" Di halaman istana, Salim sedang berusaha mencari cari Nadira dihalaman istana, ketika dia sedang berdiri sambil membetulkan mahkotanya, Nadira melihatnya, Nadira langsung tertawa terbahak bahak, “Heiii ,,, kenapa kamu tertawa seperti itu ?” tanya Salim, “Hahahaha …. Mahkotamu lebih besar dari pada kamu ! bagaimana kamu bisa mengaturnya ?” kata Nadira sambil tertawa, “Apa yang kamu lakukan di dalam istanaku ini ?” tanya Salim, “Aku kesini hanya untuk melihat lihat saja” jawab Nadira, “Keamanan adalah pekerjaanku, kamu tidak bisa masuk begitu saja !” ujar Salim, “Yang Mulialah yang mengundang kami kesini !” kata Nadira, “Yang Mulia adalah ayahku !” jelas Salim, “Aku akan mengatakan padanya bahwa kamu tidak menuruti perintahnya” ujar Nadira, mendengar hal itu Salim sangat ketakutan , “Huh ! aku tidak mau berbicara sama kamu ! kamu pergi saja dari sini ! aku masih punya banyak pekerjaan yang harus aku urus !” jelas Salim, “Hmmm … aku yakin kamu hanya bisa mengurus mahkotamu saja” kata Nadira masih dengan tertawa. Perayaan Jashn dimulai di istana Mughal, semua orang hadir disana termasuk Salim yang tampak duduk disebelah ayahnya. Tansen Raam Tanu mulai memainkan lagunya dengan band musiknya, salah satu penyanyi band tersebut mulai melantunkan nada nadanya, semua yang ada disana
merasa terbuai dengan lantunan tembangnya tapi tiba tiba ketika sedang asyik mendengarkan suaranya yang merdu, si penyanyi tersebut kehilangan suaranya dan terbatuk batuk, semuanya panic …. Tapi tiba tiba dari arah belakang dari balik tirai, terdengar suara Nadira melanjutkan lagu yang sempat terhenti tadi, suaranya merdu sekali sehingga mampu memukau Jalal dan Jalal menyuruhnya untuk berdiri dihadapannya, Nadirapun menuruti perintah Jalal. “Siapa namamu ?” tanya Jalal, “Nama hamba Nadira, Yang Mulia” jawab Nadira “Ayah saya Rashid” lanjut Nadira, “Oooh … iya aku tau kamu, akulah yang memberimu nama” kata Jalal, “Aku suka suaramu, tolong nyanyikan lagi untuk kami” pinta Jalal, Nadirapun menurut lalu dia pun mulai menyanyikan lagu tersebut dengan sangat merdu dan indah. “Suaramu sangat menakjubkan sekali di usiamu yang masih belia seperti ini” kata Rahim, sementara itu Salim tidak berkedip memandang ke arah Nadira dalam hatinya berkata : “Kenapa semua orang memuji dia ???” , setelah selesai menyanyikan sebuah lagu, semua yang hadir disana merasa senang sekali terutama Jalal, “Bagus, bagus sekali Nadira ! Raam Tanu kamu harus cemburu sama suaranya .. suaranya bagus sekali ! baiklah, hadiah apa yang kamu inginkan, Nadira ?” tanya Jalal, dengan nada malu malu Nadira mengatakan : “Saya ingin melihat lihat keseluruhan istana, Yang Mulia” ujar Nadira, “Kalo begitu kamu bisa melakukannya, Nadira” kata Jalal, “Aku sudah mencobanya tapi ada seseorang yang menghentikan langkah hamba, Yang Mulia” ujar Nadira, “Oooh ya, siapa dia ?” tanya Jalal, “Dia orang yang tidak punya sopan santun, dia orang yang kurang ajar, Yang Mulia” kata Nadira lagi, “Oooh iyaa ??? siapa namanya ?” tanya Jalal, tepat pada saat itu Salim berkata dalam hati : “Awas yaaa, kalo kamu sebutkan namanya !” bathin Salim, “Saya tidak tahu namanya, Yang Mulia” kata Nadira. Sinopsis Jodha Akbar episode 370 0 238 339
Related Posts:
Sinopsis Jodha Akbar episode 373 by Sally Diandra Sinosis Jodha Akbar episode 372 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episdoe 371 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 370 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 368 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 367 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 366 by Sally Diandra
Meysha Rating 4,5
Registration Forms
Sinopsis
Pekerjaan
Ep
Sambil
Kenapa Jodha Akbar
Demi
Permanent hair removal
Tahu
0 Comments
0 Comments Newer PostOlder Post
- See more at: http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com/2014/11/sinopsis-jodha-akbar-episode-369by.html#sthash.ZvNzc1hy.dpuf Home » Sinopsis JA by JA Lovers » Sinopsis Jodha Akbar episode 368 by Sally Diandra
Sinopsis Jodha Akbar episode 368 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 368 by Sally Diandra. Di Meena Bazar ..... Sakina bilang ke Anarkali : “Kita sudah mengunjungi semua kios di Meena Bazar ini tapi kenapa kita nggak mampir ke kios Pangeran Salim juga ?” kata Sakina, “Tidak ! kita tidak akan pergi kesana !” ujar Anarkali, tak lama kemudian Salim datang menemui mereka, “Heii … kamu anak yang punya gelang kaki itu kan ???” tanya Salim, “Bukan, itu bukan aku !” jawab Nadira (Anarkali), “Iya itu kamu ! aku tahu itu kamu !” ujar Salim lagi, “Terus … kenapa kamu nanya nanya lagi ???” tanya Nadira, “Aku buka kios disini juga dan semua orang mengunjungi kiosku” kata Salim, “Hhhh … orang orang yang datang ke kiosmu itu cuma mau bikin kamu seneng !” ujar Nadira “Lagian aku nggak tertarik sama kiosmu” ujar Nadira lagi. “Heh kamu anak perempuan ! jangan mengata ngatai kiosku ! beraninya kamu !” kata Salim, “Heh ! jangan panggil aku anak perempuan, namaku Nadira” ujar Nadira, “Hmm … nama yang jelek !” kata Salim, “Kamu tahu … ayahmulah yang memberi nama itu ke aku dan jangan katakan kalo itu kiosmu, itu adalah
Field Code Changed
kios ibumu !” ujar Nadira sambil berlalu menuju kios Mehtab, dan berupaya untuk memanah buah buahan yang digantung di kios Mehtab, Salim mengikutinya di belakang. “Aku yakin kamu tidak bisa melakukannya, sini aku bantu” ujar Salim sambil menawarkan bantuan Nadira untuk memanah, “Aku sudah terbiasa memanah sejak umurku 5 tahun” ujar Salim lagi, “Aku nggak butuh bantuan siapapun” kata Nadira tapi Salim langsung mengambil busur dari tangannya dan mulai membidik buah yang akan dipanah lalu melesatkan anak panahnya hingga mencapai target, Salimpun tersenyum ke arah Nadira. Lalu Mehtab memberikan hadiah sebuah pena ke Salim, “Tidak usah, berikan saja pada Nadira” ujar Salim, “Oooh … jadi ini anak perempuan yang diberi nama sama Yang Mulia ?” tanya Bhaksi, “Apakah itu nama yang jelek ?” tanya Nadira, “Tentu saja tidak, bagaimana bisa saudaraku memberikan nama yang jelek buat kamu, siapa yang bilang seperti itu ?” tanya Bhaksi, Nadira langsung menunjuk ke arah Salim, dituding seperti itu Salim langsung salah tingkah, sementara bibinya Bhaksi Banu hanya tersenyum melihat mereka, “Aku harus kembali ke kiosku lagi, kalo kamu butuh sesuatu, datanglah ke kiosku” kata Salim, “Aku tidak butuh apa apa” ujar Nadira sambil memberikan pena hadiah tadi ke Salim dan berkata : “Nih, kamu bisa menyimpannya atau berikan pada ibumu !” ujar Nadira sambil berlalu dari sana. Di kios Salim, Salim kembali lagi ke kiosnya, “Kamu dari mana saja, Salim ?” tanya Jodha, “Ibu, apa yang seorang perempuan pikirkan tentang dirinya sendiri ?” tanya Salim, “Kamu bertengkar lagi sama siapa barusan ?” Jodha malah balik bertanya, “Namanya Nadira, aku tadi sudah menolongnya memanah tepat pada targetnya di kios Mehtab, dan aku memenangkan pena ini buat dia, tapi dia malah mengembalikan pena ini ke aku dan bilang kalo aku boleh menyimpannya atau kalo aku tidak suka, aku bisa memberikannya pada ibuku” jelas Salim Tak berapa lama kemudian, Zil Bahar mengunjungi kios Jodha, “Waaah … anakmu sudah besar rupanya” kata Jodha, “Iyaa … Ratu Jodha, apa yang Pangeran Salim jual, Ratu Jodha ?” ujar Zil Bahar, “Ini perabot rumah tangga” jawab Jodha, sementara itu Salim dan Nadira saling memandang dengan perasaan tidak suka, “Kenapa kamu ada disini sekarang ?” tanya Salim, “Apakah kamu sudah tidak sombong lagi ?” tanya Salim lagi, belum sempat menjawab pertanyaan Salim, ibunya bertanya padanya : “Nadira, kamu boleh membeli pot itu, kenapa kamu tidak membelinya sekarang ?” tanya Zil Bahar. Nadirapun membelinya dengan enggan, salah seorang pengunjung yang ada disana berkata : “Pangeran Salim akan memberikan ciuman pada siapa saja yang membeli perabot rumah tangganya lhooo … kamu juga akan mendapatkannya” , lalu Zil Bahar menyuruh Nadira untuk mengulurkan tangannya agar bisa dicium oleh Salim, Nadira memperhatikan tangannya sendiri dengan was was lalu mengulurkannya ke arah Salim, Salim menyambut tangan Nadira lalu digigitnya tangan Nadira, semua yang ada disana terkejut tapi lalu tersenyum senang, Nadira kesal sama Salim, dia langsung mengajak ibunya untuk segera berlalu dari sana. Sepeninggal Nadira, Salim teringat akan penanya hadiahnya … “Oh iya aku lupa memberikan pena ini ke ibu” ujar Salim, saat itu Rukayah yang berdiri disampingnya sudah siap untuk menerima pena tersebut tapi kemudian Salim berbalik ke arah Jodha. “Kamu tadi katanya nggak mau bicara sama ibu, sana berikan saja pena itu Bariammimu (Ratu Rukayah)” goda Jodha, “Apapun yang terjadi, kamu adalah ibuku, ibu … kamu tetap ibuku” kata Salim, “Yaaa … seperti inilah ibu dan anak” ujar Rukayah, lalu Salim memberikan pena itu ke Jodha dan merekapun saling berpelukan satu sama lain, Rukayah yang melihatnya merasa cemburu dan iri.
Dikamar Rukayah, Rukayah menyuruh Reesham untuk mengambilkan kotak suruhnya, lalu dia mengeluarkan ganja dari salah satu wadah, Rukayah sangat suka dengan ganja, dia sudah menjadi pecandu ganja. “Aku tidak bisa hidup tanpanya” katanya sambil menaruh sedikit ganja itu diracikan kinang dan daun suruhnya kemudian memakannya dengan lahap, “Aku akan membuat kamu kecanduan ganja ini, Salim …. aku akan membuat kamu jadi milikku dan aku akan menjauhkanmu dari Jodha !” kata Rukayah. Di kamar Jodha, Jodha dan Salim sedang asyik tidur tiduran di ranjang, lalu Jodha bertanya : “Kenapa kamu tidur dikamar ibu malam ini, Salim ?” , “Aku capek ibu, ibu harus menceritakan sebuah cerita untukku” kata Salim, “Baiklah, aku akan menceritakan sebuah cerita buat kamu” ujar Jodha tak berapa lama kemudian Jalal masuk menemui mereka, “Kamu belum tidur juga, Sekhu Baba ?” tanya Jalal, “Dia mau tidur denganku, Yang Mulia … dia ingin mendengarkan sebuah cerita” kata Jodha, “Kamu sudah besar sekarang dan besok kamu harus datang di Dewan – e – khas (pengadilan kerajaan Mughal)” ujar Jalal, “Untuk apa dia datang kesana, Yang Mulia ?” tanya Jodha, “Kamu akan mengetahuinya besok, Ratu Jodha … sekarang sudah larut malam, kamu Pangeran harus segera tidur, salam” ujar Jalal sambil berpamitan dari sana. “Ibu apakah ayah marah padaku ?” tanya Salim, “Apakah dia akan menghukumku ?” tanya Salim lagi, “Tidak …. Dia tidak akan menghukum kamu, dan lagi ibu ada disana bersama kamu” kata Jodha sambil memeluk Salim erat berusaha menenangkannya tapi dalam hatinya bertanya tanya kenapa Jalal mengundang Salim ke Pengadilan Kerajaan Mughal besok ? Di bale bale tengah taman istana, Murad dan Haidar sedang bermain pedang pedangan, “Kamu dengar … kalo Yang Mulia telah memanggil Salim ke Pengadilan Kerajaan nanti ?” kata Haidar, “Iyaaa … aku tahu, Yang Mulia telah memanggil kita semua” ujar Murad, “Aku kira … mungkin Yang Mulia memanggil kita untuk menghukum kita, apakah kamu takut ?” tanya Haidar, “Tidak, aku tidak takut sama sekali” ujar Murad dan mereka berduapun meninggalkan tempat itu. Di pengadilan Kerajaan , semua pangeran memasuki tempat itu satu persatu, dan yang terakhir adalah Jodha dan Salim yang bersembunyi dibalik kain kerudung Jodha, Salim berbicara dalam hati “Semua orang ada disini, pasti aku akan dihukum, Salim sangat ketakutan, lalu Jalal menyuruh Jodha untuk duduk ditempat para Ratu, ketika Jodha hendak melangkah kain kerudungnya ditarik oleh Salim, Salim masih ketakutan, “Sekhu Baba kemarilah …” kata Jalal, tapi Salim masih diam berdiri ditempatnya, “Salim, ayoo sana … ayah sudah menunggu” ujar Jodha sambil berlalu menuju tempat para Ratu, Salim akhirnya mendekati ayahnya, “Duduklah disana” kata Jalal, kemudian Salim duduk disamping Jalal, “Aku disini … akan memberikan sebuah pengumumman penting !” ujar Jalal lantang, “Salim adalah pewaris tahta Kerajaan Mughal” ujar Jalal lagi, tiba tiba Salim memotong perkataan Jalal “Ayah, tolong … jangan hokum aku, aku janji … aku tidak akan memetik mangga lagi, ayah” kata Salim, “Kamu adalah pewaris, Salim” ujar Jalal “Pe – wa – ris … itu artinya kamu akan menjadi raja selanjutnya, setelah aku … kamulah akan mengontrol semuanya” ujar Jalal lagi, tak berapa lama kemudian para pelayan datang membawa sebuah nampan, kemudian Jalal membukanya … disana ada sebuah mahkota dan pedang,
lalu Jalal mengambil mahkota tersebut “Ini adalah mahkota peewaris Kerajaan Mughal, disinilah terdapat banyak sekali tanggung jawab” ujar Jalal, lalu memakaikan mahkota tersebut ke kepala Salim “Sekarang semua tanggung jawab kerajaan adalah milikmu, tahta kerajaan ini membuat kamu jadi penguasa, aku harap Tuhan menjadikan kamu sebagai Raja yang baik dan bijaksana” ujar Jalal, di tempat para Ratu, Rukayah memberi selamat pada Jodha, Jodhapun demikian mereka lalu saling berpelukan, begitu pula ibu ratu Hamida dan Salima juga saling memberikan selamat dan berpelukan. “Semua yang berhubungan dengan Kerajaan Mughal adalah milikmu sekarang, dalam ketidak hadiranku, kamulah yang bertanggung jawab untuk mengurus semua orang” ujar Jalal lagi, “Ayah aku sudah mengurus nenek selama ini” kata Salim, “Mulai dari sekarang kamu harus mengurus semua orang, Sekhu Baba” ujar Jalal, kemudian ibu ratu Hamida keluar dari tempat para ratu dan memberikan selamat pada Salim dan mencium keningnya, diikuti pula oleh Rukayah dan Jodha, Jodha nampak bahagia sekali, dia terharu hingga menitikkan air mata sambil memandang putranya. 0 305 457
Related Posts:
Sinopsis Jodha Akbar episode 367 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 366 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 373 by Sally Diandra Sinosis Jodha Akbar episode 372 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episdoe 371 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 370 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 369 by Sally Diandra
Meysha Rating 4,5
Sinopsis
- See more at: http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com/2014/11/sinopsis-jodha-akbar-episode-368by.html#sthash.U4cBbqps.dpuf Home » Sinopsis JA by JA Lovers » Sinopsis Jodha Akbar episode 367 by Sally Diandra
Sinopsis Jodha Akbar episode 367 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 367 by Sally Diandra. Ketika sedang berkumpul di bale bale istana ditengah taman, Jalal mengatakan kepada para menterinya bahwa semua orang yang berhubungan dengan istana, baik keluarga kerajaan maupun yang bekerja diistana bisa berpartisipasi di Meena Bazar, Jalal lalu menyuruh Maan Sigh untuk menjaga keamanan karena Salim akan berada disana juga, lalu dia berlalu dari sana. Di kamar Rukayah, saat itu Rukayah sedang asyik menghisap ‘Hookah’ (semacam rokok), dia
Field Code Changed
teringat ketika Jalal mengatakan bahwa hanya permpuan yang mempunyai anak yang bisa ikut berpartisipasi di Meena Bazar, dalam hatinya berfikir : “Aku harus bisa mempengaruhi keputusan Jalal, bagaimana bisa dia berbuat seperti itu” Dikamar Jodha, Jodha sedang menggerutu pada dirinya sendiri, dia merasa kalo Jalal telah berlaku tidak adil tadi pada saat pertemuan dengan para Ratu yang lain, tak berapa lama kemudian Jalal menemui Jodha dikamarnya. Jodha langsung bertanya pada Jalal. “Bagaimana kamu bisa mengatakan bahwa hanya perempuan yang mempunyai anak yang bisa ikut berpartisipasi dalam bazaar nanti, Yang Mulia ?” kata Jodha, “Yaaa … aku hanya mencoba membuat anak anak bahagia, itu saja” ujar Jalal, “Lalu bagaimana dengan yang lain ? mereka pasti terluka, Yang Mulia … banyak istri istrimu yang lain yang tidak mempunyai anak, yaa … aku tahu kalo Salim adalah anak Ratu Rukayah juga tapi dia pasti juga terluka” jelas Jodha, “Mashaallah … aku tidak pernah berfikiran seperti itu, Ratu Jodha … aku tidak bermaksud seperti itu” kata Jalal Dikamar Rukayah, “Apa yang akan anda lakukan Ratu Rukayah ?” tanya Reesham, “Apa yang seharusnya terjadi, terjadilah” ujar Rukayah, lalu dia menyuruh Reesham untuk mengisi kembali Hookahnya dan tersenyum sinis, kemudian dia berlalu dari sana. DikamarJodha, “Kalau begitu biar aku bilang sama Ratu Rukayah” ujar Jalal, “Yang Mulia, aku punya satu ide bagus, Ratu Rukayah tetap bisa satu kios bersama Salim karena dia kan juga punya hak atas Salim” kata Jodha tepat pada saat itu Rukayah datang menemui mereka dan berkata : “Yaaa … itu benar apa yang dikatakan Ratu Jodha, Yang Mulia” ujar Rukayah, “Begini … dengarkan aku Ratu Rukayah …” belum selesai Jalal mengutarakan maksudnya, Rukayah langsung memotong pembicaraannya, “Yang Mulia, kamu bilang bahwa hanya ibu yang punya anak yang bisa ikut berpartisipasi dengan anak anak mereka di Meena Bazar tapi ini tidak akan adil buat Ratu Jodha, jika dia tidak ikut berpastisipasi juga” kata Rukayah … “Salim adalah anak kami berdua jadi jika kamu setuju, Yang Mulia … kami berdua akan ikut berpartisipasi bareng Salim di Meena Bazar, kami akan satu kios bersama sama” kata Rukayah, “Waaah … itu ide yang bagus, aku setuju” ujar Jodha sambil tersenyum bahagia, “Kita akan
membuat kios Salim menjadi kios yang terbaik, kita harus mendukung Salim supaya bisa menang” kata Rukayah, “Yaaa … itu bagus, aku setuju tapi jangan lupa jangan menganggap remeh kios anak anak yang lain, Ratu Rukayah” kata Jodha sambil tersenyum, Jalalpun ikut tersenyum, sedangkan Ratu Rukayah hanya diam saja memperhatikan mereka berdua. Meena Bazar akhirnya dibuka juga, anak anak berusaha menjual barang barang mereka ke orang orang yang datang mengunjungi kesana. Danial dan Murad berada dalam satu kios, ibu Danial (Shahi) menemui Salima, “Terima kasih Ratu Salima, kamu telah mengijinkan Danial ikut dalam kios kamu” ujar Shahi, “Tidak apa apa, bagaimanapun juga … Danial kan juga anak Yang Mulia Raja” ujar Salima Salim menaruh banyak sekali barang di dalam kiosnya, dia berusaha menawarkan barang barang tersebut pada orang orang yang mengunjungi kiosnya, Jodha dan Rukayah tampak tersenyum bahagia melihat tingkah laku Salim. Semua perempuan mengunjungi kiosnya. “Ratu Rukayah, kalau saja Salim tidak bisa menjual semua barang barang ini, kita saja nanti yang akan membeli semuanya, bagaimana ?” kata Jodha, “Rasanya semua barang ini akan terjual habis, Ratu Jodha … lihat cara Salim menjual barang barang ini” kata Rukayah. Beberapa wanita yang mengunjungi kios Salim mengatakan : “Pangeran … kami akan membeli barang barangmu ini tapi dengan syarat kamu harus mencium tangan kami, bagaimana ?” kata wanita tersebut, “Waaah ,,, anda menyuap saya yaaa, tapi baiklah … karena anda tinggal di lingkungan istana saya, saya setuju” ujar Salim, kemudian Salim mulai melayani pelanggannya yang membeli barang barangnya dan mencium tangan mereka. Tak berapa lama kemudian Jalal mengunjungi kiosnya, “Waah … bagus sekali kamu menjual barang barang ini, Sekhu Baba” kata Jalal, “Kamu tahu, Ratu Rukayah … hari ini aku bahagia sekali, karena biasanya kamu dan Jodha selalu saling bersaing satu sama lain di Meena Bazar tapi kali ini kalian berdua bekerja bersama sama” ujar Jalal sambil memandang kedua istrinya, sementara Jodha dan Rukayah hanya tersenyum saja . Lalu, Salim memintanya untuk membeli sesuatu di kiosnya, Jalal pun membeli salah satu barang Salim dan memberinya koin emas ke Salim, ketika Jalal hendak meninggalkan kiosnya tiba tiba “Berhenti dulu, Yang Mulia” kata Salim lalu dia mencium tangan ayahnya, “Buat siapa saja yang
mengunjungi kiosku ini, aku akan memberikan hadiah ini pada mereka yaitu mencium tangan mereka” ujar Salim lagi … “Oooh ,,, jadi kamu tahu sekali yaa bagaimana caranya menarik perhatian orang orang, ayah suka itu” ujar Jalal sambil mencium kening putranya dan berlalu dari sana. Jodha sangat senang sekali melihat tingkah laku anaknya itu, dilihat terus seperti itu oleh Jodha lalu tiba tiba saja Salim bilang ke Jodha : “Ibu …. Aku tidak mau berbicara dengan ibu” kata Salim, “Haiii …. Kamu sudah mengatakan hal itu berulang kali ke ibu” kata Jodha sambil tersenyum. Haidar memenuhi kiosnya dengan mainan mainan yang terbuat dari tanah liat, kemudian dia merusak salah satu mainan tersebut. “Haidar ! apa yang kamu lakukan ???” tanya Javeda, “Mainan mainan kita tidak untuk dijual, ibu ! ini adalah penghinaan buat kita, bu !” ujar Haidar, “Bukan seperti itu, nak … kamu ingat kan dulu ,,, ketika banyak orang mengunjungi kios kita” kata Javeda, “Ini semua cuma sandiwara untuk menyenangkan hati Salim saja, ibu” kata Haidar lagi sambil menginjak injak mainan yang sudah dibantingnya tadi dengan nada marah. Zil Bahar datang ke Meena Bazar, lalu dia menunjukkan surat undangan ke Reesham yang berdiri di pintu gerbang Meena Bazar, “Suami saya Rashid bekerja di group musiknya Tansen di istana” kata Zil Bahar, “Baiklah … biarkan dia masuk !” ujar Reesham, Zil Bahar masuk bersama dengan Anarkali dan Sakina temannya juga ikut masuk bersama ibunya. Zil Bahar memberi Anarkali sejumlah uang untuk membeli benda yang dia suka. Mereka berdua Anarkali dan Sakina masuk ke dalam Meena Bazar, lalu mereka melihat banyak orang berkerumun memenuhi kios Salim, Sakina mengajak Anarkali untuk melihat kios Salim dari dekat, “Lihat, Anarkali … Pangeran Salim menjual barang barang juga” kata Sakina, “Hhhh … dia memanggil dirinya seorang Raja dan sekarang dia berjualan barang disini !” ujar Anarkali, “Ini Meena Bazar, Anarkali … keluarga kerajaan memang membuka kiosnya disini” ujar Sakina lagi, “Lihat, Sakina … dia mencium tangan perempuan perempuan itu” kata Anarkali, “Kalo gitu … ayooo kita beli sesuatu di kiosnya” ajak Sakina, “Dia sudah menjual semua barangnya, semua orang yang datang ke kiosnya itu karena ingin melihat Pangeran Salim dari dekat, apalagi
Mariam Uz Zamani juga bersama dengan dia, sudah … kita pergi saja dari sini ! kita cari sesuatu yang bisa dimakan, ayook !!!” kata Anarkali Danial dan Murad saat itu menjual laddos (ladu/manisan), Danial asyiik memakan ladu ladu itu, “Danial ! berhenti ! jangan makan ladu ladu itu terus ! kita kan sedang menjualnya !” ujar Murad, kemudian Danial mengambil salah satu kalung emasnya, “Kalau begitu, aku beli semua ladu ladu ini sekarang !” kata Danial sambil menyerahkan kalung emasnya itu ke Murad, “Yaa ampuuun Danial ... kamu memberi aku sebuah kalung emas pemberian ibumu ini untuk ladu ladu itu ? “ tanya Murad,“Iyaa ... untuk ladu aku juga bisa menjual kamu juga” kata Danial senang, Murad cuma bisa keheranan. Sesaat kemudian Anarkali dan Sakina mengunjungi kios Murad dan Danial, mereka berdua ingin membeli ladu, tapi saat itu Murad dan Danial sedang asyik bertengkar. “Heiii ,,, anak anak jangan bertengkar, lihat ada yang mau membeli ladu kalian” kata Salima sambil merelai Murad dan Danial, Danial langsung melihat Anarkali “Iiiih ! itu kan gadis yang jahat ! kami tidak akan memberikannya apapun !” ujar Danial lagi ... “Sudah pergi saja kamu dari sini !” usir Murad sambil mengusir Anarkali dan Sakina pergi, “Anak anak ... jangan bicara seperti itu ! dia datang kesini untuk membeli ladu, ayooo berikan padanya” kata Salima, “Apa yang ingin kamu beli ?” tanya Murad, “Kami mau beli ladu” kata Sakina dan Anarkali, kemudian Murad mencoba menghitung berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk ladu ladunya ini, sementara itu Danial menaruh satu per satu ladu ladu tersebut didalam sebuah wadah, di sebrang kios Salim melihat Anarkali sedang berada di kios Murad, kemudian Salim memandang ke arah Anarkali, Anarkalipun membalas menatap ke arah Salim, mereka berdua saling menatap tidak suka satu sama lain. Sementara itu, Danial berusaha bersembunyi dan mulai memakan ladu yang dibeli oleh Anarkali setengah bagian, untungnya Salima mengetahui kenakalan Danial, lalu Salima menjewer telinga Danial, “Danial ... tidak baik berbuat seperti itu, ketika kamu menjual sesuatu ke pelangganmu, kamu tidak boleh menipu mereka” ujar Salima sambil mengambil beberapa ladu lagi sebagai pengganti ladu ladu yang dimakan oleh Danial tadi, lalu Salima memberikannya ke Anarkali, ketika hendak pergi dari kios Murad, Anarkali kembali melihat Salim yang masih memandangnya
disebrang sana dengan tatapan tidak suka, Anarkali langsung melengos pergi menjauh darinya. Di kios Salim, ketika orang orang sedang melihat lihat kiosnya, tiba tiba Salim bilang ke Rukayah, “Ibu Rukayah aku pergi dulu yaaa, nanti aku kembali lagi” ujar Salim, Rukayah cuma tersenyum, sementara Jodha melarangnya “Salim, kamu tidak boleh meninggalkan kios ini begitu saja” kata Jodha, Salim lalu menoleh lagi ke arah Rukayah, “Ibu Rukayah katakan pada ibu kemarin dia tidak mau bicara sama aku jadi sekarang aku tidak mau bicara sama dia, lagian aku sudah menjual sebagian barang barang ini jadi aku akan pergi sebentar saja, nanti aku kembali lagi” kata Salim lagi, Rukayah yang diajak bicara cuma bisa tersenyum saja tanpa berkata apa apa, sementara Jodha merasa geram dengan perlakuan Salim padanya. Di kios Mehtab, salah seorang perempuan bertanya pada Mehtab (anak Bhaksi Bano), dari kejauhan Jalal melihat Mehtab sangat kesulitan untuk mengerti apa yang perempuan itu katakan padanya karena dia bisu dan tuli, Jalal langsung menemui mereka dan memberikan restunya pada Mehtab. Jalal mencoba berbicara dengan Mehtab dengan menggunakan bahasa isyarat, Mehtab langsung bisa mengerti apa yang dimaksud oleh Jalal dan mengatakan dengan bahasa isyaratnya bahwa Jalal harus memanah lima kali untuk mendapatkan sebuah hadiah. Mehtab dan Bhaksi membuka kios dimana para pengunjung harus bisa memanah lima buah buahan yang digantung dikiosnya dengan menggunakan panah untuk mendapatkan hadiah. “Aku akan memanah 5 buah untuk mendapatkan hadiah” ujar Jalal, lalu Jalal memanah 5 buah buahan tersebut dalam sekali bidikan, semua orang memuji keahliannya dan bertepuk tangan. Lalu Jalal bertanya pada Mehtab “Mehtab, apa hadiah yang aku dapatkan ?” tanya Jalal, kemudian Mehtab mengambil Al Qur’an dan memberikannya ke Jalal, Jalalpun tersenyum sambil berujar “Mashaallah... “ ujar Jalal, “Bhaksi, anak perempuanmu ini unik di seluruh dunia ini, aku datang kesini untuk membeli sesuatu darinya tapi malah dialah yang membeli sesuatu dari aku” ujar Jalal lagi, “Dia adalah yang paling berharga buat aku, Yang Mulia ... dia adalah anak yang murni” kata Bhaksi, “Hari ini kamu akan mendapat keuntungan dari kiosmu ini, aku akan membeli semua yang kamu jual dikiosmu, kamu akan mendapatkan uang lebih daripada Salim” kata Jalal sambil memberikan sekantung uang ke Mehtab dan Bhaksi. - See more at: http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com/2014/11/sinopsis-jodha-akbar-episode-367by.html#sthash.VIutGEc6.dpuf Home » Sinopsis JA by JA Lovers » Sinopsis Jodha Akbar episode 366 by Sally Diandra
Sinopsis Jodha Akbar episode 366 by Sally Diandra
Field Code Changed
Sinopsis Jodha Akbar episode 366 by Sally Diandra. Keesokan harinya, Jalal mengumpulkan para prajuritnya yang berjaga di pintu istana kemarin disalah satu halaman istana, saat itu Rahim dan Todar Mal juga berada disana, tidak ketinggalan pula Haidar dan Murad. Saat itu Jalal menegur semua prajuritnya dan mengatakan : “Kemaren anakku telah lari keluar dari istana dan kalian tidak tahu tentang hal itu ? jika anak-anak saja bisa keluar dari istana ini maka musuhpun bisa masuk juga ke sini !!!! ini tidak bisa ditoleransi, kalian semua akan mendapat hukuman !” tegur Jalal, para prajurit hanya diam saja mendengarkan suara Jalal yang lantang dan menerima hukuman yang ditimpakan pada mereka. Para prajurit tersebut dihukum dengan diturunkan tugasnya yaitu mereka tidak menjadi prajurit penjaga gerbang istana lagi akan tetapi bekerja di bagian lain. Kemudian Jalal membubarkan para prajurit, sesaat kemudian Jalal melihat Haidar dan Murad yang juga sedang berdiri disana, lalu dia memanggil Murad dan Haidar, Jalal langsung menegur Haidar : “Haidar, kamu yang paling besar diantara mereka dan kamu membiarkan mereka pergi keluar istana ?” tanya Jalal, Haidar dan Murad hanya diam saja dan nampak ketakutan melihat muka Jalal ketika sedang marah seperti itu, “Aku maafkan kamu … karena kamu cucu Maham Anga dan ini adalah terakhir kalinya aku memaafkan kamu, suatu saat kalau sampai terjadi lagi, kamu akan dihukum berat !” kata Jalal, setelah berbicara seperti itu Jalal menyuruh Murad dan Haidar untuk meninggalkan tempat itu. Kemudian Jalal memberikan mandat khusus ke Rahim : “Rahim … suatu saat nanti mungkin Salim akan mencoba untuk pergi keluar dari istana lagi, aku minta kamu yang menjaganya … kamu harus menjaganya, itu tugas kamu” kata Jalal, Rahimpun hanya menganggukkan kepala tanda siap menerima perintah, sementara itu tiba tiba Maan Sigh datang dan memberitahu “Yang Mulia, ada laporan bahwa ada masalah di Negara bagian” kata Maan Sigh, “Masalah apa ? baiklah …. ayo kita lihat“ ujar Jalal, lalu mereka semua berlalu dari sana.
Hamida menemui Jodha dikamarnya, “Jodha …. Lebih baik saat ini kamu tidak usah marah dulu sama Salim” kata Hamida, “Ibu … dia masih anak anak dan dia harus diajarkan mana yang benar mana yang salah” ujar Jodha, tak berapa lama kemudian Salim datang menemui mereka berdua dan memberi salam, “Salam Nenek” ujar Salim, “Salam Salim” jawab Hamidah, lalu Salim berbalik menghadap ibunya, “Salam ibu” kata Salim, tapi Jodha tidak menggubris Salim, Jodha hanya diam saja, “Ibu … tolong beritahu Salim, bahwa ibunya tidak mau berbicara dengan dia” kata Jodha, “Salim sayang … saat ini ibumu masih kesal sama kamu, jadi kamu harus sabar ya, nak” ujar Hamida, “Nenek, Abu (ayah) sudah memaafkan aku, kenapa ibu masih marah denganku ?” tanya Salim, “Katakan padanya ibu, itulah hukuman atas kesalahannya, ibunya tidak mau bicara dengannya !” ujar Jodha lagi, Hamida lalu mengatakan apa yang dikatakan Jodha barusan, “Aku tahu aku salah, nenek … aku terima kesalahanku, seharusnya ibu memaafkan aku” kata Salim, “Kesalahan tidak menjadi batal hanya dengan meminta maaf, dia harus dihukum, ibu” ujar Jodha, saat itu Hamida menjadi perantara percakapan diantara mereka berdua, antara ibu dan anak, Salim bicara dengan Hamida dan Jodha juga berbicara dengannya dan meminta untuk menyampaikan pesannya ke Salim, sampai akhirnya Hamida kelelahan meladeni mereka berdua “Hmmm … lebih baik nenek keluar saja, kalian berdua bisa bicara langsung satu sama lain” kata Hamida sambil berdiri hendak keluar tapi Salim mencegahnya, “Nenek, aku sangat sayaaaang sama nenek” ujar Salim, “Nenek juga sangat sayang sama kamu Salim” Hamidapun memeluknya lalu berdiri dan melangkah keluar, ketika hendak keluar dari kamar Jodha, Hamida bilang : “Salim, saat ini ibumu masih sangat kesal sama kamu, coba kamu pikirkan sesuatu agar ibumu mau bicara sama kamu lagi” ujar Hamida dan berlalu dari sana, sementara itu Jodha hanya diam saja, Salim mencoba mengajaknya bicara tapi Jodha masih terus cemberut sambil meninggalkan Salim. Sinopsis Jodha Akbar episode 366. Narator : Rahim anak almarhum Bairam Khan yang biasa dipanggil ‘Kahne-khana’ oleh Jalal akhirnya menjadi menteri Kerajaan Mughal dan dia disebut ‘Abdul Rahim Kahne-khana’, dia adalah seorang ksatria yang pintar dan posisinya sangatlah penting di pengadilan Kerajaan Mughal, usianya baru 20 tahun. Tampak Rahim memasuki persidangan dan duduk disana, diikuti oleh Maan Sigh. Narator : Maan Sigh juga menjadi orang terpenting di pengadilan Kerajaan Mughal dan Jalal memberikan gelar padanya ‘Raja Sahib’ dan mulai hari ini dia adalah pendamping Jalal, selanjutnya
Todar Mal, dia juga diberi gelar sebagai Raja, dia adalah salah satu orang kepercayaan Jalal. Kemudian selanjutnya datanglah Tansen Ram Tanu, dia juga salah satu bagian terpenting dari pengadilan Kerajaan Mughal karena suaranya yang mengagumkan yang sangat menyentuh hati Jalal, selanjutnya Mahesh Das, Jalal terkesan dengan pembicaraannya yang blak blakkan dan Jalal memberinya gelar Birbal, beberapa orang cemburu dengan posisinya, berikutnya adalah imam Mubarak dan kedua anaknya Fazal dan Faizi, kemudian Murad O Piazza, selanjutnya Fakir. Mereka semua adalah orang orang terpenting di Pengadilan Kerajaan Mughal dan mereka juga disebut sebagai Sembilan pendamping setia Jalal. Tak berapa lama kemudian Jalal memasuki persidangan dan menyalami mereka semua dan merekapun membalas memberinya salam, setelah duduk disinggasananya Jalal berkata : “Kalian semua mungkin telah mendengar kabar bahwa salah satu Negara bagian kita menyatakan perang melawan Kerajaan, itulah mengapa aku mengundang kalian semua kesini untuk meminta pendapat kalian” ujar Jalal … “Mereka telah menyatakan perang, tapi adakah jalan keluar terbaik selain itu ?” kata Jalal lagi, kemudian Todar Mal bediri dan mengeluarkan peta lalu membicarakan beberapa strategi, “Hanya ada satu jalan keluar, Yang Mulia … yaitu perang !” ujar Todar Mal, “Apakah ada jalan keluar yang lain ?” tanya Jalal, semuanya terdiam sambil berfikir keras ,,, “Baiklah” ketika Jalal belum menyelesaikan perkataannya, tiba tiba Birbal berdiri dan mengeluarkan pendapatnya “Saya punya satu cara, Yang Mulia, kita dapat memenangkan peperangan tanpa harus bertarung” ujar Birbal, “Tapi semua prajurit kita terjebak disana” kata Jalal, “Tentara kita memang dikelilingi oleh tentara lawan, Yang Mulia … tapi apabila kita mengelilingi mereka dari sisi luar maka mereka akan dikelilingi dari sisi dalam dan sisi luar oleh tentara tentara Mughal, saya yakin mereka akan meninggalkan medan tersebut” ujar Birbal. “Pemikiran yang bagus, Birbal !” kata Jalal dan semuanya tersenyum, “Ini benar benar mengagumkan, pemikiran yang cerdas dan sekarang kita tidak akan melakukan perang melawan mereka, aku bangga padamu, Birbal … aku bangga kamu menjadi bagian dari pengadilan ini” kata Jalal, lalu Jalal memberikan perintah pada Birbal untuk menyusun strategi. Murad sedang ngobrol sama Haidar di taman istana, “Yang Mulia telah menegur kita tadi tapi kenapa dia tidak menegur Salim juga ?” tanya Murad, “Itu karena Salim adalah anaknya, dia adalah pewaris Kerajaan Mughal jadi Yang Mulia sangat mendukung Salim” ujar Haidar, tak berapa lama kemudian Salima datang menemui mereka “Anak anak … jangan suka ngegosip, itu tidak baik, kamu Haidar …. kamu adalah yang paling besar dan kamu juga terlibat didalamnya” ujar Salima sambil menggandeng tangan Murad dan membawanya pergi dari sana. Ketika baru beberapa langkah, Murad bertanya pada ibunya “Ibu, apa salah kami ?” , “Murad, Salim
adalah putra mahkota dan kamu telah menolongnya keluar dari istana, itu bukan perbuatan yang baik, nak” ujar Salima, sementara itu Haidar berbicara pada dirinya sendiri sambil melihat ke arah teras dimana dulu Adham Khan (ayah Haidar) dibunuh oleh Jalal disana : “Yang Mulia sudah melemparkan ayahkku ke teras, dia jahat ! dia jahat ! tapi aku akan lebih jahat dari pada dia ! aku akan membalas dendam kematian ayahku pada waktu yang tepat !” kata Haidar bersungguh sungguh dengan amarah yang membara. Malam itu Salim sedang berada dikamar Rukayah, Salim mengarang sebuah cerita, “Kamu tau ibu Rukayah … ayah sudah menegurku, aku marah sekali padanya dan aku mengatakan pada mereka kalau aku tidak mau berbicara dengan ayah dan ibu, aku tahu mereka berdua sangat khawatir padaku dan menyuruhku untuk bicara dengan mereka berdua tapi aku bilang … tidak ! tidak ! aku tidak akan bicara dengan kalian sekarang !” kata Salim, Rukayah nampak senyum senyum melihat ulah anak tirinya ini, “Kenapa kamu tidak takut sama ayahmu ?” tanya Rukayah, “Apa ??? takut ??? Aku ???” tanya Salim … “Tidak, ibu Rukayah … pada kenyataannya ayahlah yang takut sama aku” ujar Salim lagi tepat pada saat itu Jalal datang menemui mereka dan berdiri tepat dibelakang Salim sambil mendengarkan cerita Salim secara diam diam, Rukayah tahu kedatangan Jalal ke kamarnya tapi dia tidak mengatakannya ke Salim, Rukayah hanya senyum senyum saja memandang Jalal dan Salim, “Ibu Rukayah tahu … akulah yang membuat ayah takut dengan mengatakan kalau aku tidak akan bicara dengannya “ kata Salim … sesaat kemudian Jalal berdehem “Hmm … Shekhu Baba !” panggil Jalal, Salim sangat terkejut begitu mendengar suara ayahnya, ketika dia menoleh dilihatnya ayahnya ternyata sudah berdiri dibelakangnya dan memandangnya dengan tajam, Salim nampak ketakutan dan tubuhnya langsung kaku tidak bergerak, sementara itu Rukayah hanya senyum senyum saja melihat mereka berdua, “Apa yang kamu katakan tadi, nak ?” tanya Jalal, “Aku ,,, aku … aku … cuma mengatakan bahwa ibu marah sama aku, ayah ,,, dan ibu tidak mau bicara sama aku” ujar Salim masih dengan nada ketakutan, “Tapi tadi ayah dengar bahwa ayahlah yang takut sama kamu, bukankah begitu ?” tanya Jalal, “Bukan … bukan seperti itu ayah, aku tadi bilang akulah yang takut sama ayah” jawab Salim, “Hmm … lalu apakah ibu masih marah sama kamu ?” tanya Jalal lagi, Salimpun hanya mengangguk, sesaat Jalal nampak memikirkan sesuatu kemudian langsung menggandeng tangan anaknya tanpa pamitan dulu ke Rukayah dan keluar dari sana. Rukayah hanya bisa memandangnya dengan tatapan hampa. Sinopsis Jodha Akbar episode 366 . Zil
Bahar menegur Anarkali yang pada saat itu sedang bermain dengan temannya di teras rumahnya, “Anarkali, Pangeran Salim datang kesini dan kamu menghinanya ???” tegur Zil Bahar, “Dia datang kesini tanpa memberitahu dulu, ibu” bela Anarkali, “Kamu itu kalo diberitahu orang tua, selalu membela, itu tidak baik nak” ujar Zil Bahar lalu pergi dari hadapan Anarkali. Teman Anarkali yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan Anarakali dengan ibunya, ikut angkat bicara : “Kamu itu bodoh, Anarkali ! kamu itu harusnya bisa berteman dengan Pangeran Salim, dengan begitu kita bisa melihat lihat istana dari dalam, kita bisa makan makanan yang enak enak sepuasnya disana” kata teman Anarkali, “Aku tidak membutuhkan semua itu, ayahku adalah seorang penyanyi berbakat dan dia mendapat pekerjaannya di istana karena bakatnya, jadi aku akan masuk ke istana juga hanya karena bakatku saja jadi bukan karena belas kasihan orang lain” ujar Anarkali. Malam itu Jalal dan Salim sudah berada didepan pintu kamar Jodha, lalu Jalal menyuruh Salim untuk mendekati Jodha, “Kamu harus bicara sama ibumu” kata Jalal, “Tapi ayah menemaniku kan ?” tanya Salim, “Kamu kan seorang pangeran, kamu seharusnya tidak boleh takut, ayoo … sudahlah, pergilah ke ibumu dan bicara dengannya, katakan seperti yang ayah ajarkan tadi” kata Jalal Dengan perasaan takut Salim menemui Jodha, saat itu Jodha sedang asyik membaca sebuah buku dikamarnya, tak digubrisnya Salim yang sudah berada didepannya “Salam istri tersayang tuan Jalal” sapa Salim lalu melihat keluar ke arah ayahnya, mendengar anaknya menyebutnya seperti itu, Jodha langsung teringat bagaimana dulu Jalal dengan cara yang sama memanggilnya dengan sebutan seperti itu ketika mereka sedang menyamar sebagai Gujraties (kejadian ketika mereka mau berziarah setelah Jodha minum racun Benazir), ketika Jodha sedang asyik melamun, Salim memandang ke arah Jalal lagi, dari luar Jalal memberikan instruksi dengan memegang perutnya dan menyuruh Salim untuk mengatakannya ke Jodha, Salimpun menurut “Aku lapaaaar … tolonglah buatkan aku roti dan bicaralah padaku, jangan biarkan ada keheningan diantara kita” kata Salim lagi, Jodha langsung sadar kalo Jalal sudah menyuruh Salim untuk mengatakan semua ini, lalu Jodha mencoba melirik keluar pintu kamar, sementara itu Jalal langsung sembunyi dan kemudian melihat ulah anaknya dari balik tembok, “Aku sudah tahu semuanya, apa yang Salim katakan tadi itu semua dari kamu kan, Yang Mulia …. janganlah bersembunyi, ayo datanglah kesini” ujar Jodha, akhirnya Jalalpun keluar dari persembunyiannya dan menemui istri dan anaknya … melihat ayahnya
datang, Salim nampak ketakutan “Aku sudah janji ayah, aku tidak mengatakan apa apa sama ibu, aku malah tidak ingat apa yang aku katakan tadi, ayah” ujar Salim, Jalal hanya tersenyum melihat ulah anaknya, sedangkan Jodha tertawa melihat tingkah laku Salim dan merenggangkan kedua tangannya untuk memeluk lalu memeluk Salim erat. “Apakah itu artinya ibu memaafkan aku ?” tanya Salim, Jodha mencium keningnya dan mengatakan : “Iya sayang … ibu memaafkan kamu” kata Jodha, sementara itu Jalal tersenyum bahagia melihat kebahagiaan diantara kedua orang yang sangat dicintainya itu. Suatu pagi, Jalal mengundang semua orang ke sebuah pertemuan, “Hari ini, kita akan mengadakan meena bazaar (pasar festival)” ujar Jalal, “Semua orang bisa ikut berpartisipasi dan aku akan memberikan hadiah untuk kios yang paling indah, kalian semua bisa mempersiapkan sampai sore nanti” ujar Jalal lagi, “Ayah, apakah aku boleh ikut meena bazaar juga ?” tanya Salim, “Sekhu Baba, kalau kamu mau datang kesana, ayah tidak masalah tapi meena bazaar itu cuma buat orang perempuan, kamu bisa pergi kesana bersama ibumu” jawab Jalal, Jodha dan semua yang disanapun tersenyum, tapi tiba tiba semua anak yang hadir dipertemuan itu juga ingin ikut ke meena bazaar seperti Salim, “Baiklah … baiklah, aku sudah dengar, kalo begitu aku putuskan bahwa hanya para perempuan yang punya anak saja yang bisa ikut berpartisipasi di meena bazaar” kata Jalal. Semua yang hadir disana sangat senang mendengarnya tapi hanya Rukayah yang terkejut, dalam hatinya berkata “Aku tidak mempunyai anak maka aku tidak bisa ikut berpartisipasi di meena bazaar” Rukayah hanya diam seribu bahasa tapi dari kejauhan Jodha memperhatikan wajah Rukayah, Jodha tahu apa yang sedang dipikirkan Rukayah. Sinopsis Jodha Akbar episode 367 1 308 463
Related Posts:
Sinopsis Jodha Akbar episode 368 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 367 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 373 by Sally Diandra
- See more at: http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com/2014/11/sinopsis-jodha-akbar-episode-366by.html#sthash.Qfq2Nt9a.dpuf Home » Sinopsis JA by JA Lovers » Sinopsis Jodha Akbar episode 363 by Sally Diandra
Sinopsis Jodha Akbar episode 363 by Sally Diandra
Field Code Changed
Sinopsis Jodha Akbar episode 363 by Sally Diandra. Siang itu di luar istana, Salim masih asyik melihat anak anak perempuan itu menari, Salim tersenyum melihat Anarkali menari, ketika dia sedang menari, gelang gelang kakinya ‘ghoongroos’ lepas dari kaki mungilnya dan Salim yang mengambilnya, tak lama kemudian Anarkali datang menemui Salim …. “Haiii … kembalikan, itu punyaku” ujar Anarkali, “Aku adalah Pangeran Salim dan aku menyukai gelang kaki ini jadi aku tidak akan mengembalikannya ke kamu” kata Salim, “Oooh … jadi karena kamu pangeran, apapun yang kamu suka pasti kamu dapatkan, begitu ? tapi itu pemberian ibuku, tolong kembalikan … Pangeran” ujar Anarkali, “Kamu sudah menghilangkannya dan aku yang menemukannya jadi gelang kaki ini adalah milikku” kata Salim lagi, akhirya Anarkali menyerah lalu dia mencopot gelang kaki satunya dan memberikannya ke Salim gelang kaki pasangannya “Hmmm … sepasang gelang ini tidak boleh dipisahkan, nih ,,, bawa gelang kaki ini juga, anggaplah sebagai hadiah” kata Anarkali sambil memberikan gelang kaki pasangannya, “Lalu bagaimana kamu menari kalau tanpa gelang gelang kaki ini ?” tanya Salim, “Suara gemercing tidak hanya berasal dari gelang gelang kaki ini saja, Pangeran” kata Anarkali, lalu dia mengambil sebuah piring seng dan Anarkali menari diatas piring itu, piring tersebut juga memberikan suara gemercing, “Ambillah gelang gelang kaki itu, itu akan menolongmu” kata Anarkali, “Beraninya kamu bicara seperti itu pada pewaris tahta Kerajaan” ujar Salim, “Hmmm … kamu itu masih terlalu kecil, lebih kecil dari jari sang Raja, kalo kamu sudah besar nanti dan menjadi seorang Raja, kamu baru akan dihormati oleh semua orang” kata Anarkali lagi sambil berlalu dari sana, Salim cuma bisa manyun melihatnya pergi. Di Istana Mughal … Jalal sedang makan siang bersama seluruh keluarga besarnya, semuanya memberinya salam ketika dia memasuki ruangan, kemudian Jalal duduk dan menyuruh seluruh keluarganya untuk memulai makan. Tiba tiba ketika mereka akan duduk, Salim membunyikan suara gemercing, Murad langsung berbisik ke Adam kalo Salim punya gelang kaki penari yang suaranya berisik sekali, kemudian Jalal bertanya : “Suara apa itu ? suara itu berasal dari mana ?” , “Salim menyembunyikan sesuatu, Yang Mulia” ujar salah satu anak, ketika Jalal sedang bertanya ke Salim, Murad berhasil merampas gelang kaki tersebut dan menunjukkannya ke Jalal “Ini yang Salim sembunyikan, Yang Mulia !” kata Murad, melihat gelang kaki tersebut Jalal heran … “Sekhu, dari mana kamu mendapatkan gelang kaki itu ?” tanya Jalal, “Aku sedang bermain …. “ kata Salim dengan nada ketakutan, lalu Jalal menyuruh Salim meletakkan gelang kaki itu di atas meja dekat meja makan Jalal, dengan masih ketakutan
Salim melangkah kearah meja ayahnya dan meletakkan gelang kaki itu disana dan berdiri ketakutan memandang Jalal, sesaat ketika Jalal mengambil pedangnya dari sarungnya, semuanya berada disana panic termasuk Jodha dan Rukayah, merekapun hendak bangkit tapi dicegah oleh Jalal “Jangan khawatir … aku tahu apa yang aku lakukan, Ratu Jodha” ujar Jalal lalu ditaruhnya pedang tersebut disebelah gelang kaki Salim, “Sekhu … sekarang kamu harus memutuskan, kamu lebih suka yang mana ? pedang ini atau gelang kaki ini ?” kata Jalal … “Aku pikir mungkin kamu hanya menyukai pedang ini saja” ujar Jalal lagi, ditanya seperti itu Salim bingung dan ketakutan, dipandanginya ibunya dan ayahnya secara bergantian, lalu Salim berlari kearah Jodha minta perlindungan, “Ada apa …. ? kenapa kamu ini, Sekhu ?” tanya Jalal, “Ayah … pedang itu sangat berat” kata Salim, “Lalu … kamu lebih suka yang mana ?” tanya Jalal, “Aku suka suara gemercing gelang kaki itu, ayah … aku takut sama pedang” kata Salim, “Sekhu, kamu belum tahu apa apa tentang pedang, aku akan mengajarimu belajar main pedang, dan semua anak anak harus mempelajarinya, kamu tahu … pedang ini juga akan menimbulkan suara yang lebih dahsyat dibandigkan gelang kaki itu” kata Jalal Malam itu di kamar Jodha, Salim sedang bersama Jodha, “Ibu, apakah ayah marah padaku ?” tanya Salim, “Tidak … tidak apa apa, tapi tolong katakan sama ibu, dari mana kamu mendapat gelang kaki ini ?” kata Jodha, “Gelang kaki ini dari seorang anak perempuan yang egois dan tidak mau menghormatiku, ibu ,,, dia kelihatannya lebih muda dari aku tapi kelihatannya kami seumuran, dia itu banyak bicara, ibu” kata Salim, “Lalu … kenapa kamu membawa gelang kakinya ?” tanya Jodha, “Dia sudah menghina aku, ibu” kata Salim lagi, “Itu tidak baik, nak … kamu adalah seorang calon raja, kamu seharusnya memberikan hadiah ke semua orang bukan mengambil milik orang lain ” ujar Jodha, “Tapi aku menemukannya tergeletak di lantai, ibu” bela Salim, “Salim … gelang kaki itu bukan milik kamu dan mau kamu apakan gelang kaki itu ? kamu harus mengembalikannya ke anak perempuan itu, “Tapi gelang kaki itu sudah menjadi milikku, ibu … dan aku tidak akan memberikannya ke dia, pokoknya aku tidak akan memberikannya ke anak yang egois seperti dia” kata Salim, “Kamu tidak suka anak perempuan ya ?” tanya Jodha, “Iyaaa … aku memang tidak suka anak perempuan, mereka itu egois !” kata Salim, “Salim, suatu saat ketika kamu besar nanti, kamu pasti akan menyukainya … ibu kan juga seorang perempuan” kata Jodha, “Kalau Ibu dan nenek itu berbeda” kata Salim, “Lalu apa yang kamu katakan ke anak perempuan itu ?” tanya Jodha, “Aku bilang sama dia bahwa suatu saat aku akan menjadi seorang raja lalu dia
bilang kalo aku ini lebih kecil daripada jari sang raja, lalu aku bilang lagi … suatu saat kalo aku jadi seorang raja aku akan menemuinya dan dia akan menghormatiku !” kata Salim, mendengar cerita anaknya Jodha tertawa … “Salim, kamu harus menghormati semua perempuan, jika ada seseorang yang lebih pintar dari kamu, kamu harus bisa menerimanya dan kamu juga harus berteman dengan mereka, ketika seseorang tahu bahwa kamu adalah anak seorang raja dan mereka mencoba mengajarimu sesuatu yang benar, dia adalah teman yang baik, sekarang … kamu harus mengembalikan gelang gelang kaki itu ke dia, bagaimana ? kamu setuju ?” kata Jodha, “Iyaa ibu … aku setuju, aku akan mengembalikannya” kata Salim. Zil Bahar menegur Anarkali karena telah bertengkar dengan Salim, “Ibu … aku juga telah memberikan gelang kaki satunya ke dia, dia adalah calon seorang raja tapi dia bertengkar denganku hanya untuk sepasang gelang kaki” kata Anarkali, “Kita ini lebih kecil dibandingkan dia, nak … kamu bisa saja berbicara seperti itu ke dia, tapi kita sekeluarga tinggal disini ini karena restu sang raja, nak “ kata Zil Bahar, “Aku ingin gelang kakiku kembali, ibu …” kata Anarkali. Malam itu Jodha menemui Jalal dikamarnya, Jalal kelihatan sedang termenung memikirkan sesuatu. “Kamu agak keras tadi ke Salim, Yang Mulia” kata Jodha, “Aku tahu apa yang aku lakukan, Ratu Jodha” ujar Jalal, “Aku percaya sama kamu tapi ingat dia masih terlalu kecil, dia masih anak anak” kata Jodha, “Yaaa … aku tahu, aku juga suka music tapi Sekhu akan menjadi seorang raja jadi aku ingin dia tahu betapa pentingnya sebuah pedang” kata Jalal … “Sekhu adalah anakku dan aku akan menanganinya dengan lembut, aku tahu … dia itu sama seperti kamu” kata Jalal, “Hmm … akhirnya, kamu menerimanya kan ? kalo dia sama seperti aku ?” ujar Jodha, “Kamu tahu … dulu ketika pertama kali aku ketemu sama kamu, waktu itu aku tertawa” kata Jalal, “Oooh … jadi maksudmu kamu tidak suka aku ?” tanya Jodha, “Bukan begitu, dulu …. kamu waktu itu masih kecil, seperti seorang anak kecil” ujar Jalal sambil mematutkan jarinya, mendengar seperti Jodha lansung marah dan menampik tangan Jalal “Kamu selalu menyakiti perasaanku, aku pergi !” ujar Jodha, sebelum beranjak pergi, Jalal sudah memegang lengannya … “Kamu tahu … aku sangat mencintai kamu, itulah mengapa aku juga sangat mencintai Salim” ujarnya , Jodha langsung luluh dan meletakkan kepalanya dipelukkan Jalal. Rukayah sedang melihat para penari yang sedang menari, setelah tarian mereka selesai Rukayah memberikan hadiah ke penari tersebut, dia melemparkan perhiasannya berupa gelang ke arah mereka dan para penari itu mengambil perhiasan tersebut dan berlalu dari sana dan semua pelayannya pun ikut meninggalkan tempat tersebut Rukayah teringat kejadian tadi di meja makan ketika Salim kedapatan menyembunyikan gelang kaki penari dan menaruhnya di meja dekat meja makan Jalal, “Sekarang … aku tahu apa yang dia sukai, dia tidak suka pedang tapi lebih suka pada gelang kaki, hal ini bisa menguntungkanku” ujarnya sambil tersenyum sinis … Pagi itu … Salim sedang bersama dengan anak anak yang lain di tempat latihan bermain pedang, disana terdapat banyak sekali gelang kaki dan pedang,
“Ini semua gara gara Salim, kita jadi terlibat dalam permasalahan ini” kata Murad, tak lama kemudian Jalal datang kesana, Salim sangat ketakutan melihat kedatangan ayahnya, Jalal terus memandang kearah Salim tanpa berkedip sambil menyiapkan dirinya untuk bertarung bersama para prajuritnya. Sementara itu dari kejauhan ditenda tempat para Ratu, semua Ratu tegang terutama Jodha yang terus memperhatikan anak dan suaminya di arena tersebut “Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Jalal ?” ujar Hamida penasaran, “Yang Mulia akan memutuskan semuanya dengan benar, ibu … dia tahu apa yang harus dilakukan” ujar Rukayah … kemudian Jalal menyuruh Salim berdiri di tengah tengah arena, sesaat kemudian Tansen datang ke area tersebut bersama dengan gadis-gadis penari, Rahim langsung mendekati Salim dan berkata : “Pangeran kamu harus tetap fokus ke Yang Mulia saja, tidak boleh melihat para penari itu menari, Yang Mulia tidak akan menyukainya” ujar Rahim, Salim hanya mengangguk tanda mengerti. saat itu para penari mulai melakukan tariannya dan suara gemercing gelang kaki nyaring terdengar, di satu sisi Jalal sudah mulai bertarung melawan prajurit prajuritnya, Tansenpun memainkan alat musiknya, setelah dia menyelesaikan instrumentnya, Jalal mulai bertarung dengan pedangnya dan menimbulkan suara yang tidak kalah nyaringnya, kemudian dia berhenti dan para penari kembali memainkan gelang gelang kaki mereka, hal ini terjadi berulang ulang kali, suara gemercing gelang kaki dan pedang saling bersahut sahutan satu sama lain. Salim tetap berusaha focus melihat ke ayahnya yang sedang bertarung, dia tidak melihat ke arah gadis penari itu sedikitpun, sampai akhirnya Jalal menghentikan pertarungannya dan memandang ke arah Salim lalu menghampiri ke anak tercintanya itu.Sinopsis Jodha Akbar episode 364 0 297 656
Related Posts:
Sinopsis Jodha Akbar episode 370 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 369 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 368 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 367 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 366 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 373 by Sally Diandra Sinosis Jodha Akbar episode 372 by Sally Diandra
Meysha Rating 4,5
Registration Form
Sinopsis
Jodha Akbar
Hadiah
Kenapa
Heran Pikir
Tangan
Keluarga
Mendap
- See more at: http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com/2014/10/sinopsis-jodha-akbar-episode-363by.html#sthash.CQsWtgBY.dpuf Home » Sinopsis JA by JA Lovers » Sinopsis Jodha Akbar episode 361 by Sally Diandra
Sinopsis Jodha Akbar episode 361 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 361 by Sally Diandra. Malam itu...Jodha sedang bersama Salim, dia sedang jalan jalan keluar balkon istana, dicari carinya suaminya tapi tidak ketemu juga, lalu dia bertanya pada pelayan : “Apakah kamu melihat Yang Mulia ?” , “Yang Mulia tadi keliatannya pergi ke kamar salah satu istrinya, Ratu Jodha” ujar pelayan, mendengar jawaban pelayannya Jodha langsung cemberut. Kemudian Jodha duduk di teras, perasaannya tidak menentu, campur aduk jadi satu, rasanya ingin sekali dirinya marah tapi marah sama siapa “Yang Mulia bener bener pergi ke kamar salah satu istrinya dan aku cuma duduk disini bersama Salim, apakah dia nggak punya tanggung jawab sama sekali ke anaknya ??? tapi … kenapa aku jadi marah … ??? mereka juga kan istrinya Yang Mulia ... tapi … Yang Mulia pernah bilang kalo hal yang paling terindah buatnya itu adalah Salim tapi kenapa dia seperti itu ???” gerutunya ... lalu Jodha bangkit dari duduknya sambil terus menggendong Salim, pada saat itu di bawah di taman ... Dari atas balkon Jodha melihat Jalal sedang berada ditaman dibawah, dan saat itu dia sedang bersama dengan seorang perempuan, Jodha melihat Jalal tersenyum pada perempuan itu tapi ketika Jodha sedang membenarkan gendongan Salim, tiba tiba Jalal menghilang dari tempat tersebut, Jodha bertanya tanya “Kemana perginya Yang Mulia dengan perempuan itu ?” kata Jodha penasaran Jodha terus mencari cari suaminya kesana kemari dari atas balkon tapi tidak juga ditemukannya … sampai akhirnya ada seseorang yang menyentuh pundak Jodha tapi tak digubrisnya orang itu, padahal orang itu adalah Jalal, Jalal pun tersenyum nakal melihat ulah istrinya yang kebingungan
Field Code Changed
mencari cari dia. Tak berapa lama kemudian, Jalal mencoba mengagetkan Jodha dari arah belakang ... "Ratu Jodha ! awas ada ular !" kata Jalal sambil tersenyum nakal, Jodha yang dikejutkan seperti itu langsung kaget dan berteriak " Auuu !! mana mana ularnya mana ???" teriak Jodha ketakutan, Jalal terus tersenyum nakal melihat istri tercintanya, "Di hatimu ularnya" goda Jalal, sadar kalo Jalal mengerjainya Jodhapun langsung cemberut “Hmmm … apa yang kamu cari, Ratu Jodha … kamu memata matai aku yaaa ?” tanya Jalal, dengan nada cemberut Jodha langsung menyahut “Aku tidak memata matai kamu, Yang Mulia , buat apa mata matai kamu … "Tapi itu dari tadi kamu seperti mencari cari sesuatu, apa yang kamu cari, Ratu Jodha ???" goda Jalal lagi , "Aku sedang bermain main sama Salim lalu aku melihat kamu ... sama seorang perempuan … itu tadi siapa ??? perempuan yang bersama kamu ??? aku tadi kurang memperhatikan ... kurang jelas .... tolong katakan siapa dia ??? tanya Jodha penasaran, “Oooh dia … yang bersama aku dibawah tadi ditaman ???? hmmm .... dia itu juga salah satu Ratu di Istana ini, Ratu Jodha .... namanya Mariam Makani ... Hamida Begum atau biasa kamu panggil amijan (ibu)” jawab Jalal sambil tersenyum nakal menggoda Jodha … Mendengar penjelasan Jalal, Jodha langsung bernafas lega dan tersenyum bahagia sambil berkata “Jadi … kami tadi bertemu ibu Hamida” ujar Jodha , “Kamu tahu, Ratu Jodha … terus terang aku tidak bisa memikirkan orang lain selain kamu … dan kalau sampai aku menemui istriku yang lain, kamu boleh membunuhku” belum selesai Jalal berbicara, Jodha sudah menutup mulut Jalal dengan tangannya yang lentik , “Yang Mulia, jangan bilang tentang hal itu … aku tidak suka aku tidak mau kamu bicara tentang bunuh membunuh” kata Jodha , “Tapi paling tidak, sekarang akhirnya kamu menyentuhku kan setelah aku mengatakan hal ini ?” goda Jalal lagi , Jodha lalu tersenyum. Kemudian Jalal mengambil Salim dari tangannya dan berkata “Sini .... aku akan membuat Sekhu (panggilan kesayangan Jalal ke Salim) kecilku ini tidur, Ratu Jodha” Jodha lalu memberikan Salim ke Jalal dan memandang suaminya dengan penuh cinta ... legaaa niih yeee .... Suatu siang ....Shagnui Bai pergi ke Istana Agra, dia ingin bertemu dengan Ratu Jodha, dan ditengah perjalanan, tiba tiba tas nya terjatuh dan semua isinya keluar termasuk pion pion kerang yang selalu dibawanya yang bisa menunjukkan nasib seseorang. Shagnui Bai mendapat petunjuk dari pion pion kerangnya yang mengatakan sebuah petunjuk yaitu menunjuk pada sebuah rumah, dia melihat rumah tersebut dan menanyakan pada salah satu pria yang ada disana , “ Tuan … kalo saya boleh tahu, siapa yang tinggal di rumah itu ?” tanya Shagnui Bai, “Oooh itu … itu adalah rumahnya Rashid dan istrinya Zil Bahar “ ujar laki laki tadi, Shagnui Bai semakin heran dan bertanya tanya dalam hati, ada gubuk didepan istana, aneh ??? lalu dia menyelinap masuk ke dalam gubuk itu, dilihatnya seorang perempuan yang sedang hamil besar sedang berdoa, perempuan itu adalah Zil Bahar. Selesai berdoa .... begitu melihat Shagnui bai masuk ke rumahnya, Zil Bahar lansung bertanya : “Maaf … ada yang bisa saya bantu, bu ?” , “Kamu hanya akan tinggal beberapa hari saja di dalam gubuk ini, kamu akan pergi ke suatu tempat, anak yang ada didalam perutmu itu yang akan
membawamu ke tempat lain, tapi kamu …. harus melewati beberapa ujian , seorang gadis akan mengubah sejarah Kesultanan Mughal dan gadis itu adalah putrimu “, kata Shagnui Bai. Mendengar penjelasan Shagnui Bai, Zil Bahar kaget dan sangat terkejut, Shanguni berkata lagi : “Putri kamu akan membawamu masuk ke dalam istana, dari gubuk ke istana” katanya sambil tertawa dan meninggalkan Zil Bahar. Shagnui Bai sampai juga di Istana Agra, ketika dia sedang bertanya dengan seorang pelayan secara kebetulan Shagnui Bai berpapasan dengan Rukayah yang dibuntuti oleh Hoshiyar pelayan setianya, tak berapa lama kemudian Rukayah langsung menghentikan langkahnya dan berbalik memperhatikan Shagnui Bai dari kejauhan dan bertanya ke Hoshiyar : “Hoshiyar, siapa perempuan tua itu ???” , “Dia adalah Shagnui Bai, dia kesini mau bertemu dengan Ratu Jodha” jawab Hoshiyar, “Oooh … perempuan yang bisa meramal masa depan itu rupanya” ujar Rukayah sambil berlalu dari sana, sesaat kemudian Shagnui Bai mendekati jejak kaki yang ditinggalkan Rukayah di bebatuan, dia melihat dengan seksama lalu tiba tiba jejak kaki itu berbalik arah “Ini bukan pertanda yang baik, jejak kaki yang berbalik arah seperti ini biasanya milik seorang penyihir yang menyamar menjadi manusia” kata Shagnui Bai sambil memperhatikan Rukayah yang sudah pergi menjauh darinya. Sore itu, Jodha sedang memandikan Salim bersama Ratu Salima, tiba tiba pelayan datang dan memberitahu bahwa Shagnui Bai datang dan ingin menemuinya , “Shagnui Bai disini ?” tanya Jodha … kemudian setelah selesai memandikan Salim dan membalutnya dengan kain, Jodhapun segera menemui Shagnui Bai. Diteras depan, Jodha menemui Shagnui Bai bersama dengan Salim dan Shagnui Bai memperhatikan Salim yang sedang dipangku Jodha dengan seksama dan dia melihat benang suci yang diikatkan ditangan Salim, “Ini merupakan pertanda baik untuk Pangeran Salim, seseorang yang memberikan benang suci ini telah menjalin hubungan dengan Salim” kata Shagnui Bai , “Apa maksudmu ???” tanya Jodha , “Ini adalah hubungan hati yang akan menentukan nasibnya kelak dan tak ada seorangpun yang bisa merubahnya” ujar Shagnui Bai sambil menyentuh kepala Salim untuk memberkatinya, kemudian dikeluarkannya pion pion kerangnya dan dilemparkannya ke tanah, pion pion kerangnya tersebut membentuk sebuah petunjuk, “Kelak Pangeran Salim akan memenangkan hati semua orang, tapi hatinya akan membawa bencana dalam istana, dia hanya akan berfikir menggunakan hatinya saja dan semua ini akan menyebabkan pertumpahan darah, kisah cintanya akan ditulis dengan darah, kisah cintanya akan menjadi penyebab sebuah kehancuran, cintanya akan menyebabkan keretakan sebuah hubungan yang ada, kamu akan terbagi diantara cinta dan kejujuran. Pangeran Salim akan menjadi seorang raja yang besar tapi hatinya akan hancur, kelak … dia akan mempunyai 2 orang wanita dalam kehidupannya, salah satu dari mereka akan melukai hatinya dan satunya lagi akan menyatukan hatinya, dia akan mempunyai masalah besar dalam hal percintaannya” ujar Shagnui Bai , Jodha hanya bisa diam dan berharap semua ini tidak terjadi …. Malam itu, Jodha sedang menangis didalam kamarnya, sementara Salim sedang duduk
dipangkuannya lalu Jalal datang menemui mereka berdua dan berusaha untuk menghibur Jodha , “Sudahlah … tidak usah kamu pikirkan, Ratu Jodha” ujar Jalal , “Semua yang Shagnui Bai katakan, ramalannya selalu benar” kata Jodha, “Itu tidak akan terjadi, Ratu Jodha … kita akan menghadapinya bersama sama, aku sangat mencintai Salim, kami tidak mungkin akan bertengkar satu sama lain tapi meskipun itu nanti terjadi, aku yakin Dewa Kahnamu akan bersama aku, dia akan menunjukkan jalan yang benar, kemudian Jodha dan Jalal memanjatkan doa ke Dewa Kahna. Narator : Waktupun berlalu begitu cepat, seperti yang dikatakan Jalal, Jodhapun lupa akan ramalam Shagnui Bai Sampai suatu malam, Salim demam tinggi dan dia tidak sadarkan diri, semua orang panic terutama Jodha dan Jalal … mereka teringat pada apa yang terjadi pada Hasan dan Hussain anak kembar mereka dulu, dokter mencoba memberikan pengobatan yang terbaik untuk Salim. Sementara itu Shagnui Bai sedang melakukan pemujaan pada Dewi Kali sedangkan Zil Bahar sedang mengerang kesakitan, dia bilang ke suaminya bahwa saat ini dia mau melahirkan. Di Istana Mughal, Jodha berlari menuju kamarnya dan berdoa pada Dewa Kahna “Kahna … jangan lakukan hal ini lagi pada kami, kami lebih baik mati, tolong selamatkanlah Salim anakku” doa Jodha, sementara Jalal juga sedang memanjatkan doanya ke Tuhan “Yaa Tuhan … selamatkanlah Sekhu kecilku … “ doa Jalal Saat itu hujan turun dengan deras, Rashid membawa Zil Bahar dengan gerobaknya ke rumah seorang bidan, didalam gerobak Zil Bahar tampak meringis kesakitan sampai akhirnya mereka sampai dirumah bidan dan tak lama kemudian anak merekapun lahir , "Selamat … anak kalian telah lahir, anaknya perempuan “ kata bidan ke Rashid Sementara itu di Istana Mughal … tiba tiba Salim sadar dari pingsannya pada waktu yang bersamaan. Narator : Kisah cinta yang baru telah lahir, Anarkali telah lahir dan jantung Salimpun berdetak kembali, dengan kata lain … Anarkali telah memberi dentuman pada jantung Salim . Zil Bahar dan Rashid datang ke Istana Mughal dan menghadap ke Jalal, “Yang Mulia, anak hamba telah lahir, perempuan … dulu anda berjanji akan memberinya nama” kata Zil Bahar, lalu Jalal menyuruh Zil Bahar mendekat dan dilihatnya anak perempuan Zil Bahar dan Rashid “Aku namai dia Nadira !” ujar Jalal, semua orang menyambutnya bahagia … kemudian Zil Bahar mendekati Jodha dan meminta restu untuk anaknya, Jodhapun memberkati Nadira Narator : Sejak saat itu Salim dan Nadira terlibat hubungan satu sama lain, Jalal tidak menyadari bahwa anak perempuan yang diberinya nama itu suatu saat akan menjadi permasalahan terbesar dalam hidupnya, anak itu akan dipanggil dengan sebutan Anarkali nantinya. Jiwa Jodha berkata “Waktupun berlalu begitu cepat dan tanpa terasa 8 tahun telah berlalu, sekarang anak kita Salim telah berusia 9 tahun. Tampak Salim sedang berjingkat jingkat mendekati seekor merpati dari arah belakang, kemudian dia menangkap merpati itu dan membelainya dengan penuh kasih sayang
Jiwa Jalal berkata : Memang benar, Skehu kecilku berfikir menggunakan hatinya persis seperti Ratu Jodha lalu Salim melepaskan merpati itu ke udara dan membiarkannya terbang di angkasa. Jiwa Jalal berkata : Anak kita memang berbeda Jiwa Jodha berkata : Dia itu nakal Tampak seorang anak laki laki yang agak besar sedang mengajari seorang anak kecil yang dipanggilnya Murad bermain panah, dia lalu menyuruhnya untuk melepaskan anak panah itu ke angkasa, dilihatnya ada seekor merpati yang sedang terbang diangkasa, sesaat kemudian dipanahnya merpati itu lalu mereka berdua berlari untuk menangkap merpati yang hampir jatuh ke tanah, dari arah berlawanan Salim juga berlari ke arah merpati yang juga hampir jatuh itu dan sebelum merpati itu jatuh menyentuh tanah, Salim sudah berhasil menangkapnya dan menatapnya dengan sedih. 0 234 398
Related Posts:
Sinopsis Jodha Akbar episdoe 371 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 370 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 369 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 368 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 367 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 366 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 373 by Sally Diandra
Meysha Rating 4,5
Sinopsis
Jodha Akbar
Registration Forms
Kenapa
Tempat
Lega Heran
Penuh
Tapis
Membuat
Sinopsis
Jodha Akbar
0 Comments
0 Comments - See more at: http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com/2014/10/sinopsis-jodha-akbar-episode-361by.html#sthash.XRMvWz4t.dpuf Home » Sinopsis JA by JA Lovers » Sinopsis Jodha Akbar episode 360 by Sally Diandra
Sinopsis Jodha Akbar episode 360 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 360 by Sally Diandra. Malam itu disebuah rumah, tampak sepasang suami istri Rashid dan Zil Bahar yang sedang hamil besar. Saat itu sang istri yang sedang santai beristirahat tiba tiba mengerang kesakitan diperutnya, Rashid suaminya langsung berlari mendekat, “Tidak apa apa …. Aku nggak papa, hanya ini anak kita sedang menendang nendang didalam perut, sini … coba rasakan” ujar Zil Bahar sambil meraih tangan suaminya untuk ikut merasakan tendangan anaknya didalam perut. Rashid kelihatan terkejut dan bahagia setelah meraba perut istrinya. “Entah kenapa … aku merasa anak kita nantinya akan menjadi orang besar, dia akan merubah nasib kita” ujar Zil Bahar , “Siapapun dia nantinya, mau laki laki ataupun perempuan, dia akan menjadi seorang penari dan penyanyi berbakat” kata Rashid , “Ohh tidak … anakku pasti akan membuat sejarah, aku mempunyai firasat seperti itu” ujar Zil Bahar lagi tiba tiba angin bertiup sangat kencang, “ Aku akan mencari makan dulu” ujar Rashid sambil berlalu dari sana. Di Istana Agra, dikamar Jodha … tiba tiba saja Salim menangis dan membangunkan Jodha yang sedang tidur lelap “Heiii … ada apa sayang ??? ada apa nak ? kamu ingin keluar yaa ?? baiklah … ayo kita keluar” ujar Jodha sambil menenangkan anaknya. Malam
Field Code Changed
itu hujan mulai turun, Jodha menuju ke arah balkon istana “Heiii … jangan menangis, ini cuma hujan angin sayang, ini biasa terjadi … kamu baru tahu yaa ???” kata Jodha sambil terus menenangkan Salim. Sementara itu diluar istana, tampak Zil Bahar keluar dari gubuknya yang tepat berada didepan istana, dari kejauhan Jodha melihat Zil Bahar yang sedang berdiri diluar gubuknya yang hanya terbuat dari jerami kemudian Zakira dan Shamshad datang menemani Jodha di balkon … “Apa yang sedang kamu pikirkan Ratu Jodha ?” tanya Zakira, “Aku sedang berfikir … hari ini hujan turun dengan derasnya dan kita aman berada di dalam istana, tapi lihat perempuan itu yang ada didepan gubuk, bagaimana dia bisa tinggal digubuk itu ? apalagi dengan cuaca yang buruk seperti ini ?” kata Jodha sambil terus penasaran melihat ke gubuk Zil Bahar. “Mereka itu yang kemarin datang, Ratu Jodha” ujar Zakira. Tanpa terasa ternyata Salimpun berhenti menangis, menyadari anaknya sudah tidak menangis lagi lalu Jodha berkata : “Heiii … kamu sekarang sudah bisa menikmati hujan yaa ??? kamu ingat waktu hujan terakhir waktu kamu masih didalam perut ibu yaa … kamu sudah bisa merasakannya” . Sementara diluar istana di luar gubuk, Zil Bahar sedang ngobrol dengan anaknya yang dikandungnya “Kamu tahu, nak … suatu saat pada hujan berikutnya , aku akan bermain main hujan bersama kamu, aku akan membasahi jari jarimu yang kecil dengan air hujan” ujarnya sambil mengambil sedikit air hujan dan ditaruhnya diatas perutnya “Naah rasakan air hujan ini” katanya sambil mengusap usap perutnya yang membuncit. Sedangkan Jodha saat itu juga sedang membasahi tangan Salim dengan air hujan , “Kamu tahu, nak … kata Syeh Salim kelak nantinya dalam kehidupanmu kamu akan berfikir menggunakan hatimu, ibu ingin kamu seperti itu karena seseorang yang berfikir menggunakan hatinya selalu akan menjadi orang besar” ujar Jodha Sementara itu digubuk Zil Bahar “Kamu tahu, nak … Raja Jalal adalah seorang Raja yang agung dan dia memiliki seorang anak laki laki yang bernama Pangeran Salim, kamu akan sangat beruntung kalo kamu bisa bertemu dengan Pangeran Salim karena kamu akan dilahirkan di Kesultanan Mughal” kata Zil Bahar. Diatas balkon, Jodha masih terus mengajak Salim ngobrol … “Kamu adalah seorang pangeran, kamu harus berjalan pada jalur ayahmu, kamu tahu … seseorang telah mengirimkan kamu benang suci” ujar Jodha Digubuk Zil Bahar … “Benang suci yang aku kirimkan untuk Pangeran Salim itu adalah pemberian dari seorang ulama yang dititipkan ke aku” ujar Zil Bahar … kemudian dia melihat ada beberapa orang yang melewati gubuknya sambil berkata “Besok pangeran Salim akan mati dan masalah kita akan terselesaikan” kata mereka … Zil Bahar langsung bersembunyi agar tidak terlihat oleh mereka, kemudian orang orang pergi dari
sana, karena penasaran Zil Bahar mencoba untuk mengikutinya … dan dilihatnya orang orang masuk ke sebuah tempat rahasia … mereka masih saling ngobrol dan merencanakan bagaimana caranya membunuh Salim. Salah satu dari mereka berkata : “Besok Raja Jalal dan Ratu Jodha akan pergi ke Mandir bersama Pangeran Salim, disana pasti penjagaan akan dikurangi, kita akan menyerang Pangeran Salim disana dan kita akan bunuh dia di Mandir !” ujar orang itu, Zil Bahar yang sedari tadpi nguping nampak terkejut dan dia langsung berfikir “Aku harus memberitahu Raja Jalal tentang hal ini” ujarnya Malam itu, Zil Bahar langsung menuju ke Istana Agra dan meminta izin pada para prajurit yang sedang berjaga agar dia diperbolehkan masuk untuk bertemu dengan Raja Jalal, “Saya ingin bertemu dengan Raja Akbar ! segera ! ini menyangkut kehidupan dan kematian ! tolooong … ijinkan saya bertemu dengan beliau” ujar Zil Bahar memohon dengan amat sangat tapi para prajurit itu tidak mengijinkannya bertemu dengan Jalal … “Tolonglah… ijinkan saya bertemu dengan Raja Akbar ! ini tentang nyawa Pangeran Salim !” ujar Zil Bahar lagi. Sementara itu di istana balkon, Jodha sedang santai di balkon istana bersama Jalal dan Salim “Seharian ini Salim kelihatan tegang sekali, dia tidak Ttidur seharian, Yang Mulia” kata Jodha , ”Tentu saja, Ratu Jodha … dia itu pangeran jadi dia memang harus memiliki beberapa sikap” ujar Jalal, sesaat kemudian Jodha melihat Zil Bahar sedang berdiri di gerbang istana ,,, “Sepertinya ada keributan diluar istana, Yang Mulia” kata Jodha, lalu Jalalpun ikut melihat kebawah melihat apa yang terjadi, disana sudah ada Maan Sigh dan perempuan tersebut ... tak berapa lama kemudian Maan Sigh membawa Zil Bahar menghadap ke Jalal Ketika Zil Bahar bertemu dengan Jalal , Jalal langsung bertanya : “Ada masalah apa ? kenapa kamu ingin bertemu dengan saya ?” tanya Jalal , “Maafkan, hamba Yang Mulia … hamba cuma ingin memberitahu bahwa Pangeran Salim saat ini dalam bahaya, saya tanpa sengaja tadi mendengarkan pembicaraan beberapa orang yang membuat rencana untuk membunuh pangeran Salim di Mandir” kata Zil Bahar , Jalal dan Jodha sangat terkejut mendengarnya , “Kalo sampai informasi yang kamu berikan ini salah, kamu tahu konsekuensinya kan ? kamu akan saya bunuh !” ujar Jalal lagi , “Seorang perempuan yang akan menjadi ibu, bagaimana mungkin akan memberitakan kabar bohong, Yang Mulia” ujar Zil Bahar lagi … lalu Jalal berkata pada para pengawalnya “Kalo perempuan ini berkata benar, aku tidak akan membiarkan hal ini terjadi” kemudian Jalal menyuruh Maan Sigh untuk menyiapkan pasukan. Malam itu Shariffudin sedang bersama ayahnya, “Aku sudah merencanakan pembunuhan Salim dengan sempurna” kata ayah Shariffudin “Jalal telah menghina kamu dan sekarang dia akan kehilangan anaknya lagi” ujar ayah Shariffudin lagi … “Bagaimana caranya ayah ?” tanya Shariffudin tepat pada saat itu Bhaksi Banu masuk ke kamar tersebut dan mendengarkan semua percakapan suami dan ayah mertuanya. “Orang orangku akan membunuh Salim di Mandir” lanjut ayah Shariffudin lagi, Sharif tertawa mendengarnya dan berkata : “Besok adalah hari yang paling paling paling buruk buat Jalal !!!” Bhaksi Banu bersembunyi dan mendengar semua rencana jahat suaminya.
Malam itu diluar istana, Zil Bahar mengajak Jalal dan semua pasukannya ke tempat para preman yang telah membuat rencana pembunuhan Salim, “Baiklah, kamu tunggu disini saja … sekarang kami akan mengurus mereka semua” ujar Jalal. Digubuk para preman tersebut, mereka sedang menikmati malam itu, sesaat kemudian Jalal dan pasukannya masuk ke gubuk dan perkelahianpun terjadi, Jalal, Maan dan pasukannya berhasil membunuh para preman tersebut, lalu Jalal bertanya pada salah satu preman : “Katakan ! siapa yang menyuruhmu untuk membunuhku anakku !” bentak Jalal “Kalau kamu tidak mengatakan, aku akan mengirimmu ke neraka ! kamu akan merasakan kematian yang mengenaskan !” bentak Jalal lagi , “Ampuuun … ampun Yang Mulia, hamba mohon ampun … semua ini rencana Shariffudin dan ayahnya, mereka yang menyuruh kami untuk membunuh Pangeran Salim” kata preman tersebut, Jalal sangat terkejut mendengarnya. Di istana Agra, Bhaksi Banu menghampiri Shariffudin … “Aku akan mengatakan semua kebenaran ini ke Jalal meskipun kamu akan membunuhku, aku tidak takut !” ujar Bhaksi Banu. Sharif langsung memegang Mehtab (anak perempuan mereka) dan menaruh belatinya dileher Mehtab , “Apa yang kamu lakukan ??? lepaskan Mehtab !” teriak Bhaksi . “Dari dulu aku tidak pernah menginginkan anak ini lahir !” kata Sharrif , “Kamu iblis ! ayah macam apa kamu ini ! kamu tidak pantas untuk hidup !” kata Bhaksi sambil melemparkan sebuah gelas ke arah muka Sharrif dan menyuruh Mehtab untuk lari keluar, Mehtabpun berlari meninggalkan mereka berdua ... “Beraninya kamu, Bhaksi !” teriak Sharif sambil melemparkan Bhaksi ke dinding, kepala Bhaksi langsung terkena tiang penyangga dikamar itu dan berdarah, seketika itu juga Bhaksi pingsan. Tak berapa lama kemudian ayah Sharrif datang “Kenapa kamu lakukan ini, Sharrif ??” tanya ayahnya, “Dia tahu tentang rencana kita, ayah !” ujar Syarif , “Jadi dia tahu tentang rencana kita ??? kalo begitu ayoo ... kita pergi dari sini sebelum mereka menemukan kita !” ujar ayah Sharrif , “Aku tahu jalan rahasia keluar dari istana ini ayah, ayooo .. kita pergi !” kata Sharrif dan merekapun berlalu dari sana. Sesampainya di istana Agra, Jalal langsung memerintahkan pengawalnya untuk mencari keberadaan Shariffudin dan ayahnya, kemudian Jalal mencari dikamar Bhaksi Banu dan dilihatnya disana adiknya sedang tidak sadarkan diri ... “Yang Mulia, kami sudah mencari Sharrifudin kemana mana di istana ini, tapi kami tidak bisa menemukannya” ujar Maan Sigh ... “Aku tahu ... lewat jalan mana dia keluar dari istana ini” ujar Jalal sambil menggendong Bhaksi Banu. Di kamar Bhaksi Banu, Bhaksi Banu saat itu sudah diobati dan sudah pulih dari pingsannya, dia sedang berbaring diatas kasurnya ditemani oleh anak perempuannya Mehtab, tak lama kemudian
Jalal, Jodha dan Rukayah datang ke kamarnya ... “Bagaimana keadaan kamu ??? kamu sudah baikkan ?” tanya Jalal, “Aku malu, aku malu sama perbuatan suamiku, aku nggak tahu mukaku akan ditaruh dimana setelah kejadian itu” ujar Bhaksi , “Ini bukan salah kamu, Bhaksi ... ini adalah salahku, aku telah memilih orang yang salah untuk menjadi suamimu, mereka telah kabur dari istana ini tapi suatu saat kami akan menangkapnya segera” ujar Jalal ... “Sekarang aku tahu semua permasalahan ini ternyata dibuat oleh mereka berdua, dia mengirimkan aku ke kamarmu sehingga mereka bisa menyerangku, sekarang mereka merencanakan untuk membunuh anakku” kata Jalal ... “Aku nggak mau melihat wajahnya lagi, Jalal” ujar Bhaksi Di Mandir ... Jodha dan Jalal mengunjungi kuil Dewi Kali di Mandir bersama Salim, mereka melakukan pemujaan disana, ketika mereka keluar dari Mandir .. mereka melihat Zil Bahar dan Rashid ada disana juga ... “Aku sangat berterima kasih pada kalian berdua, karena kalian aku bisa menyelamatkan anakku hari ini” kata Jalal, lalu dia memberikan cincinnya sebagai tanda terima kasih, “Aku berjanji ... kapanpun kalo kalian membutuhkan bantuanku, aku akan membantu kalian” ujar Jalal. “Aku juga sangat berterima kasih karena telah menyelamatkan anakku” kata Jodha, kemudian Jalal menyuruh Todar Mal untuk memberikan sebuah tempat di dalam istana dan memberikan Rashid pekerjaan di istana ... “Kami bisa melihat kebesaran hatimu, Yang Mulia” ujar Rashid, “Maafkan hamba Yang Mulia, hamba punya satu permintaan” kata Zil Bahar , “Katakan ... “ ujar Jalal , “Nanti setelah anak hamba lahir, kami ingin anda yang memilihkan nama untuknya” kata Zil Bahar , “Baiklah ... nanti aku akan memberikannya sebuah nama” ujar Jalal Suatu hari Zil Bahar mengunjungi kamar Jodha, “Aku dengar ... kamu ingin melihat anakku dari dekat, maka aku memanggilmu kesini lalu Jodha menyuruh Zil Bahar untuk menggendong Salim, Zil Bahar tampak senang bisa memegang Salim dan bermain main dengannya, “Rupanya anda mengenakan benang suci yang saya berikan untuk Pangeran Salim, Ratu Jodha” kata Zil Bahar “Saya senang melihatnya” kata Zil Bahar lagi . “Bagaimanapun juga itu untuk keselamatan anakku jadi aku memakaikannya ke Salim” kata Jodha , kemudian Salim menyentuh perut Zil Bahar yang sudah semakin membesar “Nampaknya dia ingin bermain main dengan anak hamba juga, Ratu Jodha” kata Zil Bahar , “Nggak masalah ... mereka sudah berteman sekarang” kata Jodha lalu Jodha menyuruh pelayannya untuk memberikan sejumlah hadiah untuk Zil Bahar. Suatu siang, Jalal sedang berdiskusi dengan para menterinya tentang apa yang terjadi kemaren
adalah suatu kesalahan, “Kami akan memperketat keamanan, Yang Mulia” kata Todar Mal, kemudian Jalal membuat rencana untuk memperketat keamanan di Istana para Istri. Malam itu Jalal mengunjungi kamar Jodha, saat itu Salim sedanga bermain main dengan ‘dupatta’ (kain penutup tubuh) ibunya, Jodha dan Salim tampak asyik bermain main ... karena merasa tidak diperhatikan oleh Jodha lalu Jalal bilang “Rasanya aku ini orang asing dikamar ini ... rasanya setelah anakku lahir, istriku jadi lebih mencintai anakku ketimbang suaminya, rasanya dia telah membagi cintanya” ujar Jalal , “Bukan begitu, Yang Mulia” sahut Jodha ... “Setelah anak kita lahir, hubungan suami istri jadi semakin kuat” lanjut Jodha , “Tidak ,,, siapa bilang ??? buktinya seharian ini kamu menjauh dariku, waktumu hanya kamu habiskan bermain main dengan anakmu ini” ujar Jalal “Kamu tahu ... aku kesepian sehari ini” ujar Jalal lagi ... digoda seperti itu Jodha langsung bilang “Tidak ,,, kamu itu tidak kesepian, Yang Mulia ... kamu punya banyak istri, kamu bisa menghabiskan waktu bersama mereka juga kan” kata Jodha ... “Oh iyaa itu benar, aku memang seharusnya menghabiskan banyak waktu bersama mereka” kata Jalal dengan nada menggoda ... mendengar jawaban suaminya seperti itu, Jodha langsung cemberut dan bilang “Kalau kamu punya banyak waktu, kenapa kamu nggak mengurus Salim ??” kata Jodha setengah merajuk ,,, Jalal yang waktu itu mau beranjak keluar langsung menghentikan langkahnya “Apa yang kamu bilang ???” tanya Jalal lalu Jodha langsung buru buru bilang “Oooh ... tidak, Yang Mulia ... pergilah ke istri istrimu yang lain” ujar Jodha . “Salim adalah tanggung jawabmu, Ratu Jodha ... kalo aku ,,, aku punya banyak istri yang menjadi tanggung jawabku” kata Jalal , “Kamu tidak akan berhenti bicara kalo aku tidak mengatakan berhenti, Yang Mulia ... pergilah” kata Jodha , “Baiklah .. aku pergi” ujar Jalal , Jodhapun hanya bisa melongo melihat kepergian Jalal karena sebenarnya dia nggak mau Jalal pergi ... cemburuuu nii yeee .. 0 300 518
Related Posts:
Sinopsis Jodha Akbar episode 369 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 368 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 367 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 366 by Sally Di
- See more at: http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com/2014/10/sinopsis-jodha-akbar-episode-360by.html#sthash.Czp0edGa.dpufHome » Sinopsis JA by JA Lovers » Sinopsis Jodha Akbar episode 359 by Sally Diandra
Sinopsis Jodha Akbar episode 359 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 359 by Sally Diandra. Sesampainya di Istana Agra ... Jodha memasuki kamarnya sambil menggendong Salim, bersama ibu ratu Hamida, ratu Salima dan Moti, tiba tiba tatapannya langsung tertuju pada tirai yang menutup tempat pemujaan patung Khrisna, Jodha teringat dulu pada saat kematian Hasan, dia kehilangan kepercayaan terhadap
Khrisna (Kahna) dewa yang sangat dipujanya. Kemudian perlahan lahan Jodha membuka tirai penutup patung dewa Khrisna dan meletakkan Salim di hadapan patung dewa Khrisna. “Aku telah belajar dari kamu, Kahna … bahwa kita harus bersabar dan jangan menyalahkan Yang Maha Kuasa atas semua yang terjadi, tapi aku melupakan semua ini, aku menyalahkan Kamu atas kematian anak anakku, aku telah buta, aku telah menjauh dari Kamu padahal Kamu selalu ada denganku …. Sekarang aku ingin memberikan Salim padamu, aku tidak akan memintaMu untuk melindunginya karena aku tau bahwa Kamu pasti akan melindunginya, aku tahu Kahna …. Aku minta maaf atas semua yang telah aku lakukan terhadapMu, tolong maafkan semua kesalahanku selama ini” ujar Jodha pada patung dewa Khrisna. Semua yang ada disana ikut larut dalam kaharuan ketika melihat Jodha memuja Dewa Khrisna, tiba tiba Jalal masuk ke kamarnya. “Kamu tidak perlu meminta maaf pada Kahna, Ratu Jodha …. Dia
selalu ada bersamamu dan akan selalu begitu” ujar Jalal, kemudian mereka bersama sama berdoa pada Kahna Sementara itu dikamar Rukayah, Rukayah meminta salah seorang ulama untuk memberikan doa terakhirnya untuk kematiannya sendiri … sementara Hoshiyar dan Reesham pelayan Rukayah tidak bisa berbuat apa apa, mereka tidak mengerti apa yang akan dilakukan Rukayah. “Maafkan saya, Ratu Rukayah … saya tidak bisa mendoakan doa terakhir untuk anda yang masih hidup” ujar ulama tersebut “Kalo kamu tidak melakukan ini, ini tidak akan baik buat kamu ! kamu akan merasakan akibatnya !” ancam Rukayah, mendengar hal itu sang ulama merasa tidak enak hati sama Rukayah, dia juga ketakutan tapi sesaat kemudian sang ulama, mendoakan doa terakhir tersebut (sebuah doa kematian). “Ini adalah air mataku yang terakhir karena mulai dari sekarang, aku tidak akan menangisi nasibku, saat ini Rukayah yang lama telah pergi ! dia telah mati !” kata Rukayah sambil mengambil segenggam pasir dan menaruhnya diatas kepalanya, dia teringat kata kata Jalal yang kasar, wajahnya penuh dengan kemarahan dan dendam yang membara … lalu Rukayah memandikan dirinya dengan pasir yang tersisa dibantu oleh Hoshiyar dan Reesham
Sinopsis Jodha Akbar episode 359. Malam itu dikamar Jodha, Jodha dan Akbar lagi asyik ngobrol berdua, mereka tampak mesra sekali ... “Apa yang sedang kamu pikirkan, Yang Mulia …. ????” tanya Jodha sambil memandang wajah suaminya yang sedari tadi terlihat sedang memikirkan sesuatu ... “Bagaimana aku harus bilang ke kamu, bahwa saat ini keinginan Ratu Rukayah semakin tidak bisa dimengerti, dia menginginkan Salim padahal jelas jelas Salim adalah anak kamu, dia cemburu sama kamu, Ratu Jodha” jawab Jalal “Aku bisa merasakan penderitaannya, Yang Mulia ... Ratu Rukayah sebenarnya juga bisa
menganggap Salim itu anaknya” kata Jodha, tepat pada saat itu Rukayah datang dan mencoba untuk mendengarkan dengan lebih seksama percakapan mereka berdua “Tapi ... Ratu Rukayah sekarang menjadi sangat keras … “ ujar Jalal “Aku juga seorang perempuan, aku bisa mengerti penderitaannya, aku tahu dia pasti akan baik baik saja begitu melihat Salim, dia pasti akan bahagia, Yang Mulia” kata Jodha. Tiba tiba Salim menangis, Jodha dan Jalal segera menghampirinya dan menghibur Salim, kemudian Jalal meminta pada Jodha untuk menggendong Salim, sesaat kemudian Rukayah langsung muncul didepan mereka … “Aku minta maaf, Ratu Jodha .... aku memang salah, bagaimana aku bisa berfikir untuk memisahkan seorang ibu dari anaknya” ujar Rukayah sambil bersimpuh di kaki Jodha dengan linangan air mata … “Heiii … apa yang kamu lakukan, Ratu Rukayah ???” tanya Jodha tidak enak tapi Jalal terlihat sedikit curiga pada Rukayah, pandangannya penuh selidik melihat perubahan teman kecilnya itu pada istri tercintanya Jodha.
“Tidak, Ratu Jodha … aku memang bersalah, aku telah menuduhmu membunuh anak anakmu sendiri, aku telah mencoba untuk merenggut anakmu, dari dasar hati yang paling dalam … aku minta maaf, aku mohon maafkan aku, aku kesini tidak akan menemui anakmu, aku datang untuk meminta maaf padamu, tolong maafkan aku Mariam Uz Zamani …” ujar Rukayah dengan masih menangis “Ratu Rukayah, Salim adalah anakmu juga, kamu bisa menggendongnya kapan saja, kamu adalah ibu tertuanya” kata Jodha, lalu Jodha mengambil Salim dari gendongan Jalal dan menyuruh Rukayah menggendong Salim dan berkata : “Anakku memang sangat beruntung karena dia mempunyai dua ibu, kamu juga berhak akan Salim, Ratu Rukayah … karena aku, kita semua kehilangan anak anak kita, jadi kamu juga berhak akan Salim …” ujar Jodha tulus, Jalal hanya diam saja melihat obrolan kedua istrinya tersebut “Apakah itu benar, Ratu Jodha … kamu benar benar telah memaafkan aku ?” tanya Rukayah, Jodhapun mengangguk dan mengatakan : “Iyaaa" mendengar hal itu Rukayah langsung menggendong Salim, sementara Jalal dan Jodha tersemyum bahagia melihat Rukayah yang juga kelihatan bahagia , tapi sebenarnya sambil terus menggendong Salim yang sedang tertidur pulas saat itu, dalam hati Rukayah berkata : “Kamu tahu Pangeran ,,, aku bisa memenangkan semua perang untuk mendapatkan kamu, karena kamu Jalal dan Jodha jadi semakin dekat dan sekarang kamu akan menjadi alasan untuk memisahkan mereka berdua”
Sinopsis Jodha Akbar episode 359. Pagi itu diluar istana Mughal, tampak sepasang suami istri yang hendak masuk ke dalam istana, mereka adalah Rashid dan istrinya Zil Bahar yang sedang hamil besar, ketika mereka menuju ke gerbang istana, prajurit menghentikannya “Perkenalkan namaku Rashid aku adalah seorang pemain alat alat music dan ini istriku Zil Bahar, dia adalah seorang penari, kami ingin mencari pekerjaan di Istana Mughal, apakah kami boleh masuk ?” kata Rashid “Kamu tidak bisa masuk dengan begitu saja, kamu harus punya surat rekomendasi atau kamu bisa datang pada saat pengadilan dibuka” kata prajurit “Kami membawa benang suci ini untuk Pangeran Salim” ujar Zil Bahar sambil menunjukkannya ke prajurit “Dia adalah seorang Pangeran, dia tidak membutuhkan seperti itu” ujar prajurit lagi “Baiklah … jika kamu tidak mengijinkan kami masuk, tapi setidaknya tolong antarkanlah benang suci ini ke Pangeran Salim” kata Rashid sambil memberikannya ke prajurit, lalu merekapun berlalu dari sana. Siang itu, Jodha sedang mengenakan pakaian kebesaran Permaisuri Mughal lengkap dengan mahkotanya, salah seorang pelukis istana telah selesai melukis Jodha dengan pakaian tersebut sambil menggendong Salim. Rukayah dan Hoshiyar juga ada disana … “Tabassum benar benar membuat lukisan yang indah tentang kamu, Ratu Jodha” kata Rukiyah, Jodha hanya senyum senyum saja sambil memperhatikan lukisan dirinya dan Salim, tiba tiba Jalal datang menemui mereka … “Aku dengar lukisan Ratu Jodha dan Salim sudah selesai dibuat” tanya Jalal “Iya, Yang Mulia … aku sudah menyuruh Tabassum untuk membuat lukisan Ratu Jodha dan Salim” jawab Rukayah, Jalal lalu memandang lukisan Jodha dengan takjub “Subahanallah … bagus sekali, indah sekali lukisanmu Ratu Jodha” ujar Jalal , “Heii … bagaimana keadaan pangeran kecil kita Mariam Uz Zamani ?” goda Jalal “Dia baik baik saja, Yang Mulia … dia nakal sama seperti ayahnya” jawab Jodha sambil tersenyum, Jalal juga tersenyum bahagia dan dia kembali memuji lukisan Jodha dan Salim yang begitu indah … “Lukisan ini akan ditaruh dikamarmu, Yang Mulia” kata Rukayah “Baiklah … kalo begitu aku pamit dulu, masih banyak pekerjaan yang belum selesai aku kerjakan” ujar Jalal sambil berlalu dari sana, tak lama kemudian Jodhapun pamit ke Rukayah untuk kembali ke kamarnya bersama Salim, sepeninggal mereka berdua ,,, Rukayah menatap lukisan Jodha dengan
tatapan yang sinis dan berkata dalam hati … “Mungkin Jodha bisa menjadi Mariam Uz Zamani tapi aku akan merenggut Pangeran kecil itu darinya, walaupun dia kelihatan begitu dekat dengan ibu kandungnya, tapi kelak Salim tidak akan memanggilnya ibu, dia hanya akan memanggil Jodha … Mariam Uz Zamani dan Salim akan memanggil aku ibu “
Sinopsis Jodha Akbar episode 359. Malam itu hujan turun sangat deras dan terdengar suara guruh dan petir saling bersahutan, di dalam kamar Jodha … tiba tiba Salim menangis, Jodha langsung menggendong dan mencoba menenangkan anaknya itu, saat itu Jodha hanya ditemani oleh pelayannya, Shamsad “Shamshad … kamu tahu sepertinya anakku ini ingin selalu dalam pelukanku setiap saat” ujar Jodha “Anda telah melakukannya, Ratu Jodha … anda selalu menggendongnya setiap saat” kata Shamshad “Aku tidak ingin jauh jauh darinya, Shamshad” ujar Jodha, tiba tiba Zakira masuk ke kamar Jodha dan mengatakan kalo ada sepasang suami istri yang memberikan benang suci ini untuk Pangeran Salim. “Kenapa kamu tidak membiarkan mereka masuk, Zakira ? meskipun mereka rakyat biasa, mereka boleh menemui Salim” ujar Jodha “Kami tidak bisa mempercayai orang luar, Ratu Jodha … apalagi yang perempuan sedang hamil besar dan dia kelihatannya juga tidak baik” jawab Zakira “Jangan bicara seperti itu pada seorang perempuan, mereka mungkin ingin memberikan doa untuk Salim tapi sekarang mereka sudah pergi, tapi aku akan menaruh benang sucinya di ayunan Salim, ikatkanlah diayunan Salim, Zakira" ujar Jodha. Kemudian Zakira mengikatkan benang suci tersebut diayunan Salim dan tak berapa lama kemudian Jalal masuk ke kamar Jodha … dan semua pelayan meninggalkan mereka berdua
“Biarkan aku bermain main dengan anakku juga, Ratu Jodha” kata Jalal , kemudian Jodha memberikan Salim ke Jalal lalu Jalal membisikkan sesuatu di telinga Salim “Apa yang kamu lakukan, Yang Mulia” tanya Jodha penasaran “Aku memberinya sedikit mantra mantra, Ratu Jodha” jawab Jalal dengan sedikit menggoda Jodha, mendengar hal itu Jodhapun tersenyum bahagia melihat ulah suaminya “Aku dengar … dengan sering mengumandangkan ayat ayat suci Al Qur’an ke telinga seorang bayi, pengaruhnya akan baik pada anak itu, bukan begitu, Yang Mulia ?” kata Jodha “Yaaa … itu betul dan anak kita akan menjadi Raja terbesar kelak nantinya” ujar Jalal sambil tersenyum memandang istrinya..Sinopsis Jodha Akbar episode 359 0 348 569
Related Posts:
Sinopsis Jodha Akbar episode 368 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 367 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 366 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 373 by Sally Diandra Sinosis Jodha Akbar episode 372 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episdoe 371 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 370 by Sally Diandra
Meysha Rating 4,5
Sinopsis
Registration Forms
Membuat
Jodha Akbar
Tempat Salah
Penuh
Suami
Pekerjaan
Permanent
- See more at: http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com/2014/10/sinopsis-jodha-akbar-episode-359by.html#sthash.glJMwxJs.dpuf Home » Sinopsis JA by JA Lovers » Sinopsis Jodha Akbar episode 358 by Sally Diandra
Field Code Changed
Sinopsis Jodha Akbar episode 358 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 358 by Sally Diandra. Narator berkata, "Ketika itu Jodha dan Jalal meminta restu pada Syeh Salim Chisti, Syeh Salimpun merestuinya." Dan atas desakan Syeh Salim Chisti, Jalal pergi meninggalkan Jodha untuk mencari kedamaian hati, waktunya dia gunakan untuk bertemu orang orang yang sakit kemudian menghibur mereka, kadang kadang Jalal juga pergi ke Dargahs dan berdoa kemudian dia menyelesaikan perjalanannya untuk mendapatkan kedamaain
dalam hatinya. Suatu malam, ibu Ratu Hamida dan Ratu Salima akhirnya sampai juga di rumah Syeh Salim Chisti, lalu Syeh Salim menyuruh Shamshad ( pelayan Jodha ) untuk mengantarkan mereka ke tempat Jodha. Pada saat mereka memasuki kamar Jodha, saat itu Jodha sedang tertidur, dan perutnya sudah terlihat membuncit. “Ratu Jodha, bangun … Ratu … Ratu Jodha ada tamu yang hendak bertemu dengan anda” ujar Shamshad Tak berapa lama kemudian Jodha terbangun dari tidurnya setelah mendengar bisikan Shamshad, dilihatnya ibu ratu Hamida dan ratu Salima sudah berdiri didepannya dan tersenyum bahagia, Jodhapun sangat senang melihat mereka berdua, ibu ratu Hamida langsung menghampiri Jodha dan membelai wajahnya. Sementara itu, Jalal mendatangi sebuah rumah, rumah itu adalah rumah perempuan yang dulu tidak jadi dibunuh bersama anaknya oleh Jalal pada saat perang, dialah yang menolak koin emas yang diberikan Jalal. Mengetahui kedatangan Jalal, perempuan itu langsung terkejut. “Mau apa kamu kesini ???” tanya perempuan itu. “Saya datang kesini mau meminta maaf dari kamu, saya telah bertobat atas semua kesalahan kesalahan saya, tolong … maafkan saya” ujar Jalal. “Aku nggak butuh bantuanmu, setelah kamu membunuh banyak orang, sekarang kamu meminta maaf ???” kata perempuan itu sambil menutup pintu persis didepan mata Jalal, Jalal berfikir bagaimana caranya agar perempuan itu bisa memaafkan dirinya.
Sinopsis Jodha Akbar episode 358. Ditempat Syeh Salim Chisti, Jodha mulai merasakan kesakitan dan ketika dokter mengeceknya, ternyata saat itu adalah saatnya persalinan, Jodha akan segera melahirkan anaknya … Jodhapun menjerit kesakitan. Pada malam hari, Jalal masih berada di depan rumah perempuan korban perangnya, tiba tiba Jalal melihat anak perempuan itu sedang berjalan jalan didepan rumahnya sendirian sambil menangis persis didepannya ada gerobak yang sedang melaju kearahnya. Jalal langsung tergerak hatinya untuk menyelamatkan si anak, ibunya melihat apa yang sudah Jalal lakukan. Sementara itu Jodha semakin tidak bisa menahan sakitnya ketika akan melahirkan bahkan dia sempat tidak sadarkan diri. Ditempat Jalal, perempuan tadi langsung menyambar anaknya dari Jalal. “Kenapa kamu tidak pergi dari sini ???” tanya perempuan itu. “Sampai kamu mau memaafkan saya, saya baru akan pergi dari sini, kamu tahu sebentar lagi anak saya akan lahir, saya akan menjadi seorang ayah, jika kamu tidak memaafkan saya, saya tidak sanggup untuk memandang wajah anak saya” ujar Jalal. “Aku tidak ingin seorangpun mengalami penderitaan, baiklah … aku memaafkan semua kesalahanmu tapi ... kamu memang benar bahwa tidak ada Tuhan di dunia ini !” kata perempuan tadi, Jalalpun terlihat sedih mendengar ucapan perempuan tadi ,,, Ditempat Syeh Salim Chisti, dokter mengucapkan selamat pada Ibu Ratu Hamida, bahwa cucunya telah lahir dengan selamat, cucunya laki laki. Hamida langsung membawa cucunya yang mungil itu ke Jodha, Jodha senang sekali melihatnya lalu diciuminya kening anak laki lakinya itu dengan lembut. Semua senang sekali dengan kelahirannya, sementara itu Syeh Salim mengucap syukur pada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pada pagi harinya, Jalal sedang melayani orang orang, dia memberi mereka makan, tiba tiba salah satu prajuritnya mendekatinya dan mengabarkan bahwa Jalal saat ini sudah menjadi seorang ayah, anaknya sudah lahir. Jalal bener bener tidak percaya dan dia sangat bahagia sekali mendengarnya. “Aku telah menjadi seorang ayah ….” begitu ujarnya lalu dia mengajak semua orang untuk mendoakan anaknya yang baru lahir dan semua yang ada disana memanjatkan doa
Narator : "Setelah mendengar berita menggembirakan tersebut, Jalal pergi dari Chitter ke Ajmer sharif dengan jalan kaki, itu adalah suatu pekerjaan terberat yang dilakukan oleh seorang Raja akan tetapi tidak untuk seorang ayah yang telah kehilangan kedua anaknya, Jalal merasa pertobatannya telah selesai, Allah telah mendengarkan doa doanya selama ini. Jalal lalu mengunjungi Khawaja gharib Nawaz dargah di ajmer dan berdoa."
Sinopsis Jodha Akbar episode 358. Akhirnya setelah 1 bulan perjalanannya meninggalkan Jodha, Jalal kembali ke tempat Syeh Salim Chisti dan memberinya salam. “Aku sudah menunggu kamu …. “ ujar Syeh Salim, lalu Jalal mencium tangan Syeh Salim, Syeh Salim memberikan restunya untuk Jalal dan bertanya : “Kamu mau bertemu dengan anakmu kan ?” tanya Syeh Salim, untuk sesaat Jalal terpana dengan pertanyaan Syeh Salim. “Ayooo … ikut aku” kata Syeh Salim sambil membawa Jalal ke tempat Jodha dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam tapi sebelum masuk Jalal bertanya : “Bagaimana masa depan anakku nantinya, Baba ?” , “Masa depan anakmu akan sangat indah tapi hati hati dengan hatinya” jawab Syeh Salim. Jalal langsung memasuki kamar Jodha, dilihatnya disana sudah ada ibunya dan Ratu Salima yang sedang menemani Jodha, sedangkan Jodha tampak tertidur pulas bersama seorang bayi mungil disebelahnya. “Apakah Ratu Jodha baik baik saja” tanya Jalal ke Salima. “Yaaaa … Ratu Jodha baik baik saja, Yang Mulia” jawab Salima , mendengar suara Jalal, Jodha langsung terbangun dan merasa senang karena suaminya telah kembali, ketika Jodha akan bangun, Jalal menyuruh Jodha untuk tetap tidur dan beristirahat. “Ketika Tuhan menutup satu pintu, Dia pasti akan membuka pintu yang lain, asal kita selalu ikhlas menjalankannya” ujar ibu Ratu Hamida, begitu melihat perubahan pada diri Jalal anaknya. Kemudian Jalal menggendong anak laki lakinya itu dalam pelukannya dan mencium keningnya dengan lembut, Jalal kelihatan bahagia sekali, anak yang didambakannya akhirnya hadir didunia ini. Lalu Jalal membawa anaknya ke luar untuk bertemu dengan Syeh Salim. “Saya sangat prihatin tentang anak saya setelah apa yang terjadi sebelumnya, Baba” ujar Jalal. “Tidak akan terjadi apa apa padanya, Jalal … dia telah lahir didunia ini setelah kamu menebus semua dosa dosamu dengan bertobat” kata Syeh Salim. “Bagaimana dengan masa depannya, Baba ??” tanya Jalal “Masa depannya akan sangat cerah, orang orang akan mengingatnya selama bertahun tahun, tapi
hati hati dengan hatinya, Jalal” ujar Syeh Salim. “Ada apa dengan hatinya, Baba … apakah dia punya penyakit kelainan hati ?” tanya Jalal lagi. “Bukan … bukan itu, tapi hatinya akan memainkan peranan penting dalam kehidupannya kelak, hatinya bisa membuatnya kuat tapi juga bisa membuatnya lemah, dia akan selalu berfikir dengan menggunakan hati karena dia adalah bukti cinta kalian berdua” kata Syeh Salim. “Saya benar benar menyesal tentang semua yang telah saya lakukan, Baba … anak ini hadir setelah saya mendapat jalan yang benar seperti yang kamu tunjukkan, oleh karena itu saya akan menamai dirinya ‘Salim’ sama seperti namamu ,,, dia akan tumbuh dengan penuh cinta, dia akan mengikuti jalan cinta yang telah anda ajarkan kepada saya” kata Jalal … Syeh Salim Chisti pun memberkati Jalal dan anak laki lakinya. Sinopsis Jodha Akbar episode 358. Suatu hari Jodha, Jalal dan Salim akhirnya kembali ke Agra setelah mengasingkan diri bertahun tahun, semua rakyatnya mengelu elu kan nama mereka, mereka memanggil Jodha dengan sebutan Mariam Uz Zamani …“Hidup Raja Jalludin Muhammad Akbar !” …. ...“Hidup Ratu Jodha Mariam Uz Zamani !” … “ ..."Hidup Pangeran Salim !” …
Semua rakyat sangat bergembira menyambut kedatangan keluarga kerajaan Mughal ini. Dan dari kejauhan di atas balkon istana, tampak Rukayah sedang memandang mereka dengan tatapan sengit, apalagi dilihatnya Jodha sedang menggendong Salim, Rukayah sangat cemburu melihat semua ini, amarahnya memuncak … Rukayah langsung berlari menuju kamarnya, di singkirkannya semua yang ada didepannya, Rukayah benar benar marah karena melihat Jodha bisa memiliki anak lagi, sedangkan dirinya tidak. Dia berteriak dengan lantangnya : “Nggak ada seorangpun yang bisa menjadi Mariam Uz Zamani (sebutan ibu Ratu Mughal ibu dari pewaris tahta kerajaan) selain aku ! aku harus mendapatkan anak itu ! akulah yang akan menjadi Mariam Uz Zamani ! aku akan mendapatkan semua yang menjadi milikku ! ini semua karena Jodha ! aku telah kehilangan Hussain ! aku akan menjadi Mariam Uz Zamani hari ini ! aku harus mendapatkan Salim ! aku harus mendapatkan Salim ! aku akan mengambil Salim dari Jodha !” … teriak Rukayah lantang, semuanya pelayannya Hoshiyar dan Reesham hanya bisa diam saja, sementara tepat pada saat itu Jalal memasuki kamarnya dan terkejut. “Rukayah ! apakah kamu sedang gila ??? aku datang kesini untuk
bertemu denganmu dan kamu berakting seperti ini ???’’ tanya Jalal. “Apakah yang aku lakukan ini salah, Jalal … Jodha telah melahirkan Salim tapi akulah yang berhak atas anak itu !” ujar Rukayah lantang. “Kamu tidak berhak atas anak itu !” teriak Jalal. “Apakah kamu ingat, Jalal … kalo kamu pernah membuat perjanjian bahwa anak kedua Jodha adalah milikku, dan karena Jodha juga aku kehilangan Hussain, oleh karena itu sekarang aku menginginkan Salim, Salim harus menjadi milikku !” teriak Rukayah. “Cukup !!!!!” teriak Jalal … “Apakah kamu ingat ? kamu tidak menuruti perintahku, kamulah yang telah memilih Zeenat sebagai pengasuh Hussain, kamulah penyebab kematian anak anakku, dan tentang Salim ,,, ingat ! dia anakku, Salim adalah anakku dan Jodha dan kami tidak akan memberikannya kepada siapapun ! ingat itu !” teriak Jalal
Rukayah langsung lunglai dan jatuh terduduk dilantai, air matanya tak terbendung keinginannya untuk menguasai Salim agar dirinya bisa menjadi Mariam Uz Zamani musnah sudah … melihat istri pertamanya yang sekaligus teman kecilnya seperti itu, Jalal pun mulai merendahkan nada suaranya. “Rukayah …. kendalikan emosimu, jangan biarkan dirimu dalam penderitaan, tenanglah … ikhlas … aku tahu kalo Jodha akan menjadi Mariam Uz Zamani tapi jangan lupa … kamu adalah temanku dan akan menjadi temanku selamanya, aku ingin kamu menyambut Pangeran Mughal kecilku” ujar Jalal dan berlalu dari kamar Rukayah , Rukayah hanya bisa duduk terpaku menatap kepergian Jalal lalu dia menyeka air matanya... Sinopsis Jodha Akbar episode 359 2 355 481
Related Posts:
Sinopsis Jodha Akbar episode 368 by Sally Diandra
- See more at: http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com/2014/10/sinopsis-jodha-akbar-episode-358by.html#sthash.nvJAZ5mu.dpuf Home » Sinopsis JA by JA Lovers » Sinopsis Jodha Akbar episode 357 by Sally Diandra
Sinopsis Jodha Akbar episode 357 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 357 by Sally Diandra. Malam itu setelah mereka bertemu kembali setelah sekian lamanya mereka dalam keheningan dan tidak bertegur sapa, Jodha dan Jalal merasa bersalah satu sama lain ,,, Jodha menghampiri Jalal yang sedang duduk bersimpuh dilantai. “Yang Mulia, maafkan semua kesalahanku …. Aku mohon maaf …. Maafkan aku yang telah membuatmu menderita … “ , ujar Jodha setelah duduk disebelah Jalal dilantai, Jalal menatap Jodha sambil berlinangan airmata, perasaan Jalal berkecamuk, antara sedih, haru dan merasa bersalah dengan
Field Code Changed
istri yang dicintainya, Jodha juga membalas tatapan Jalal dengan pandangan yang sama, air mata Jodha tidak dapat tertahan, Jodha langsung merengkuh Jalal dalam pelukannya, Jalal juga langsung merebahkan kepalanya dibahu Jodha dan mereka berdua menangis bersama, menangisi semua peristiwa yang terjadi diantara mereka berdua, sesaat kemudian Jodha memegangi wajah Jalal, suaminya … lalu diusapnya dengan lembut air mata yang menetes dipipi Jalal … cieeee romantic pisan euuu …
Jiwa Jalal berkata : “Malam itu, kami bersatu kembali, kami sama sama menangis, menangisi kepergian anak anak kami Hasan dan Hussain, dan mulai hari itu aku harus bertobat, bertobat atas semua kesalahan yang kulakukan karena kemarahanku, aku telah membunuh ribuan nyawa karena kemarahanku, aku merasa sangat bersalah … “ Diluar halaman Syeh Salim Chisti berkata pada Tuhan : “Selama ini Jalal telah kehilangan arahnya, Ya Allah … dia telah berbuat yang tidak benar, tolong berikanlah arah yang benar padanya, Ya Allah ... ” ujar Syeh salim Chisti. Didalam kamar, Jalal memandang Jodha, cintanya pada Jodha tidak akan pernah berubah, begitupun Jodha, walaupun selama ini Jalal telah berubah kembali menjadi Jalal yang dulu tapi cintanya tetap untuk Jalal sampai kapanpun dan saat ini Jodha telah menemukan kembali Jalal yang telah menjadi Akbar ,,, Jalal menyentuh pipi Jodha, dan tangan mereka bersatu kembali seperti enggan dipisahkan, wajah merekapun saling dekat satu sama lain, Jodha menutup matanya dan lagu in ankhoon main kembali terdengar dengan nada yang sedih. Pagi harinya, tampak Jodha sedang memberikan air untuk Jalal mencuci tangannya, lalu Syeh Salim Chisti datang dan berkata : “Kalian berdua telah kehilangan sesuatu dan itu tidak akan bisa kembali lagi, aku pikir lebih baik kalian berdua seharusnya tinggal disini dan menjadi orang biasa, layani mereka, tolong mereka, dengan begitu kalian akan mendapatkan kedamaian tapi kalian berdua harus meninggalkan atribut kerajaan disini, jadilah rakyat biasa dan
bantulah orang lain, menolong orang lain bisa mengurangi rasa bersalah kalian” lalu Syeh Salim Chisti berkata ke Jalal : “Seberapa banyak nyawa yang telah kamu ambil, Jalal … kamu harus melayani sebanyak orang orang yang telah meninggal itu, kamu harus bertobat atas semua kesalahan kesalahanmu” ujar Syeh Salim Chisti , “Ya Syeh … saya akan melakukan seperti yang anda katakan” jawab Jalal. kemudian Syeh Salim Chisti memberikan restu pada mereka berdua. Sinopsis Jodha Akbar episode 357. Jiwa Jalal berkata : “Sangatlah mudah bagi seorang Raja yang telah merenggut banyak nyawa akan tetapi menjadi seorang rakyat biasa dan menolong orang orang disekitarnya itu sangatlah sulit tapi aku harus bisa melakukannya dan Marium Uz Zamani (sebutan utk Jodha setelah punya anak) ada disana bersamaku, kami melakukannya bersama sama melewati hari demi hari . Suatu hari dipagi hari yang indah, matahari bersinar sangat cerah, tampak Jalal sedang menyirami bunga, dan Jodha membantunya dengan mengambilkannya air, Jodha memandangi Jalal dengan penuh haru, tak pernah dibayangkannya kalo Jalal bisa menjadi seorang rakyat biasa. Narator : Waktupun berganti, hari demi hari tahun demi tahun semuanya berubah, saat ini anak perempuan Bakshi Banu (adik Jalal) dan Syarifudin telah besar berusia 7th, dia tuli (tidak bisa mendengar) tapi Bakshi sangat mencintainya, dia bahagia dengan anaknya, dia adalah seorang ibu yang tangguh, Dilain pihak Javeda (menantu Mahamanga) istri Adham Khan almarhum, tampak sedang bermain main dengan anak laki lakinya. Sementara itu Rukayah dengan berlalunya waktu diapun telah melupakan kesedihannya ditinggal Hussain, dia kembali mengambil tanggung jawab mengurusi istana para wanita tapi dia tidak lembut lagi, dia menjadi seorang wanita yang temperamental (sukanya marah marah). Seperti pada suatu hari, Rukayah memanggil salah satu pelayan dan menamparnya dengan keras hanya karena memasang tirai yang warnanya tidak disukainya dikamarnya. Sedangkan Jalal, setiap hari dia selalu berusaha untuk menolong orang orang disekitarnya dan tinggal di rumah Syeh Salim Chisti bersama Jodha, istrinya. Jalal juga selalu membuat gerabah dari
tanah liat pada malam hari, dan Jodha selalu membantunya. Mereka juga melakukan sholat bersama sama, pada malam hari Jalal sering memijat kaki Syeh Salim Chisti, Syeh Salim Chisti selalu mendoakannya … mendoakan yang terbaik untuk Jalal dan Jodha. Suatu pagi, Jalal sedang berdiskusi dengan Maan Shing dan Todar Mal bahwa banyak musibah yang terjadi karena perang, oleh karena itu Jalal ingin memberikan orang orang Rajvanshies sedekah khususnya buat mereka yang terimbas karena perang, Jalal meminta pada orang orang kepercayaannya itu untuk membantu korban perang tsb dalam segala hal. Suatu hari ketika Jalal sedang berjalan jalan, dia menemukan ada seorang anak kecil yang menangis, Jalal membantunya dan memberikannya ke ibunya, suatu ketika Jalal dan Jodha memberikan banyak hadiah ke fakir miskin, seperti pakaian, uang dan lain sebagainya. Beberapa tentara mendatangi rumah salah seorang perempuan yang terkena dampak perang, tentara itu mengatakan bahwa Raja Jalalludin Muhammad Akbar memberi beberapa koin emas untuk perempuan itu dan orang orang disekitar sini tapi perempuan itu menolaknya karena koin koin emas itu tidak bisa mengembalikan apa yang telah Raja Jalal lakukan padanya, dia tidak mau menerima koin koin emas itu dan tentarapun berlalu dari sana. Sinopsis Jodha Akbar episode 357. Jalal dan Jodha sedang berada didalam kamar, tiba tiba saja Jodha limbung dan berasa ingin muntah, melihat istrinya seperti itu Jalal langsung menghampiri dan memegangnya dengan lembut dan bertanya “Kamu baik saja saja, Ratu Jodha ???” tanya Jalal dan tak berapa lama kemudian dokter datang, memeriksa Jodha … “Dia telah bekerja sepanjang hari, mungkin karena itulah dia jadi kurang sehat” kata Jalal “Ratu Jodha memang harus banyak istirahat sekarang ,,, selamat Yang Mulia, anda sebentar lagi akan menjadi seorang ayah” ujar dokter, mendengar hal itu Jalal langsung tersenyum bahagia dan menghampiri Jodha yang sedang terbaring dikasur, lalu di ciumnya kening Jodha dengan lembut, Jodha sangat bahagia sekali karena akhirnya dia bisa memberikan anak untuk Jalal. Suatu hari, Jalal sedang menyuapi Jodha dengan mesra, tiba tiba Syeh Salim Chisti datang dan melihat kearah mereka dan bertanya : “Apakah kalian berdua baik baik saja ???” , “Yaaa … tapi Ratu Jodha sangat keras kepala, dia tidak mau istirahat dan bekerja terus dari tadi” ujar Jalal. “Yang Mulia tidak mengijinkan aku bekerja, katanya dia akan melakukan semuanya
sendiri , sementara aku disuruh istirahat terus dari tadi, tolong katakan padaku Syeh Salim … bagaimana seorang istri bisa beristirahat ketika suaminya sibuk bekerja” rajut Jodha. “Kalian berdua benar semua tapi aku punya satu solusi buat kalian berdua” kata Syeh Salim … lalu datanglah seorang perempuan masuk menemui mereka , “Kenalkan ini adalah Shamshad, dia nantinya yang akan mengurus Ratu Jodha, sekarang kalian berdua bahagia bukan ?” ujar Syeh Salim lagi, Jalal dan Jodha pun mengangguk, kemudian Shamshad duduk disebelah Jodha dan memberinya salam.
Di Kerajaan Mughal, Agra …. Tampak para Ratu sedang bercengkrama di teras depan, lalu ibu ratu Hamida berkata ke Salima : “Tahun telah berganti … tapi kita masih belum bertemu dengan Jalal dan Jodha” tiba tiba Todar Mal datang kehadapan mereka. “Maafkan hamba, ibu Ratu Hamida, hamba membawa berita baik … “ ujar Todar Mal “Apa ??? kabar apa itu ??? apakah Jalal akan kembali ??” tanya Rukayah dengan menggebu gebu . “Tidak … Yang Mulia tidak akan kembali untuk saat ini tapi suatu saat beliau pasti kembali, kabar baik yang hamba bawa adalah saat ini Ratu Jodha sedang hamil dan dia segera akan melahirkan pewaris tahta kerajaan Mughal” kata Todar Mal. Mendengar kabar tersebut Rukayah langsung terkejut sementara yang lain mengucap syukur dan bahagia. “Terima kasih Ya Allah …. “ ujar ibu ratu Hamida “Aku seperti serasa mau terbang dan pergi ke tempat Jodha … “ kata Ratu Salima. Hamida langsung menyuruh Todar Mal untuk menyiapkan segala sesuatunya untuk perjalanan mereka ke tempat Jodha “Aku tidak akan ikut !” ujar Rukayah ketus … “Maksudku aku menyiapkan semuanya disini, kalian pergilah dan bawalah mereka kembali, aku akan menyambut kedatangan mereka” lanjut Rukayah
Suatu malam dikamar Syeh Salim Chisti, Syeh Salim berkata ke Jalal : “Jalal … ketika anakmu lahir nanti, kamu tidak boleh berada disini, aku mendapat petunjuk bahwa tidak akan baik jadinya untuk anakmu dan Jodha kalo kamu ada didekat mereka, kamu baru boleh melihatnya setelah anakmu berusia satu bulan … ini semua adalah kehendak dari Tuhan, aku tahu kamu sangat mendambakan seorang anak tapi kamu harus menjauh darinya terlebih dahulu selama 1 bulan” . “Terus terang … aku ingin selalu berada didekat Jodha dan anakku, tapi demi keselamatan istri dan anakku, aku akan pergi” kata Jalal Kemudian Jalal mendatangi Jodha yang sedang terbaring di kasur. “Aku harus pergi, Ratu Jodha … “ ujar Jalal. “Yang Mulia, kamu mau pergi kemana ???” tanya Jodha . “Ini adalah perjalanan terakhirku dalam membantu semua orang, ada seorang perempuan yang belum aku bantu, aku tahu dia dan anaknya sedang dalam masalah jadi aku harus pergi dan membantunya, aku ingin membuat kehidupan mereka jauh lebih baik, jadi aku harus pergi sekarang .. “ kata Jalal. “Yang Mulia … kamu telah membantu semua orang tanpa bayaran sepeserpun, kamu bekerja tanpa pamrih, sekarang saatnya orang orang akan membayar semua jerih payahmu selama ini, lalu sekarang kamu mau pergi …. kapan kamu kembal, Yang Mulia ??? bukti cinta kita sebentar lagi akan lahir di dunia ini” kata Jodha. “Kamu akan baik baik saja, jaga dirimu baik baik dan anak kita, aku harus pergi … “ kata Jalal sambil mengusap perut Jodha dan berlalu dari sana...Sinopsis Jodha Akbar episode 358 0 373 465
Related Posts:
Sinopsis Jodha Akbar episode 369 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 368 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 367 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 366 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 373 by Sally Diandra Sinosis Jodha Akbar episode 372 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episdoe 371 by Sally Diandra
Meysha Rating 4,5
Sinopsis
Registration Forms
Hadiah
Pipi
Pikir
Demi
Sulit Jodha Akbar
Penuh
Bekerja
Sinopsis
Registration Forms
0 Comments
0 Comments - See more at: http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com/2014/10/sinopsis-jodha-akbar-episode-357by.html#sthash.vlOJ6slW.dpuf Home » Sinopsis JA by JA Lovers » Sinopsis Jodha Akbar episode 356 by Sally Diandra
Sinopsis Jodha Akbar episode 356 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 356 by Sally Diandra. Jalal sangat marah ketika melihat seorang anak yang sedang menangis ditengah tengah mayat para prajurit yang bergelimpangan, sesaat
Field Code Changed
kemudia dia sudah bersiap hendak mengayunkan pedangnya, tiba tiba seorang laki laki datang dan berteriak : “Jangan sentuh anak itu !!!” tanpa banyak bicara Jalal langsung membunuh orang itu adan melihat lagi ke arah anak tersebut dengan tatapan sadis … dia teringat pada kedua anak kembarnya yang sudah meninggal.
Tak lama kemudian ibu dari anak itu datang dan berusaha melindungi si anak dari Jalal. “Sekarang kamu seharusnya sudah puas membunuh banyak orang, kamu adalah seorang Raja, kamu seharusnya bertarung dengan para prajurit, kenapa kamu sekarang mau membunuh rakyat biasa, lakukanlah … bunuh saya, bunuh anak saya seperti kamu membunuh suami saya tadi, sekarang lakukanlah !” ujar si ibu sambil terus menunduk dan memegangi anaknya. “Aku akan membunuhmu ! ini adalah kehidupan nyata yang sangat kamu cintai ….” Sebelum Jalal menyelesaikan kalimatnya, si ibu langsung menyahut lagi : “Kamu telah membunuh orang orang yang tidak bersalah” , “Heii … ketika Tuhanmu mengambil nyawa seseorang, itu bukanlah suatu masalah akan tetapi ketika seorang Raja membunuh seseorang maka itu adalah perbuatan yang salah???” ujar Jalal garang, “Ya ! sebab Tuhanlah yang member kita kehidupan maka Dia bisa mengambilnya, kamu bukan Tuhan, kamu telah membunuh orang orang yang tidak bersalah” kata ibu itu lagi … Lalu kata Jalal : “Anak anakku juga tidak bersalah, tapi kenapa Tuhanmu membunuhnya ??” kemudian ibu tadi menyuruh Jalal untuk membalas dendamnya pada mereka, dia meminta Jalal untuk membunuhnya dan anaknya. Jalalpun sudah bersiap hendak mengayunkan pedangnya untuk membunuh mereka berdua tapi tiba tiba Jalal mendengar suara tangisan bayi dari arah belakang, ketika dia menoleh dilihatnya Jodha dan kedua anak mereka Hasan dan Hussain yang sedang digendong dalam pelukan Jodha. Jalal terpana melihatnya, bibirnya kelu dan dijatuhkannya kedua pedangnya.
Sinopsis Jodha Akbar episode 356. Perempuan tadi bersama anaknya pergi menghampiri mayat suaminya yang dibunuh Jalal dan menangis. Ketika dicarinya bayangan Jodha, bayangan tersebut telah menghilang … Jalal terpaku melihat pembantaian yang telah dilakukannya, dia melihat mayat mayat yang bergelimpangan yang tak terhitung jumlahnya tergeletak di tanah, Jalal sangat terkejut. lalu dia menatap langit dengan pandangan yang nanar dan berkata ke Tuhan : “Yaaa Tuhan … apa yang telah Kamu lakukan ??? kenapa Kamu mengambil kedamaianku ??? kenapa Kamu merenggut nyawa Hasan dan Hussain ??? aku selalu berdoa kepadaMu, aku selalu menunduk dihadapanMu, aku selalu bersedekah
dan membayar zakat tapi kenapa Kamu melakukan ini semua padaku ??? kenapa ?? kenapa ??? Kamu telah membuatku menjadi setan yang jahat, aku adalah seorang hewan buas sekarang. Pernahkah Kau berfikir bahwa tidak hanya Kamu saja yang bisa mengambil nyawa seseorang ??? Lihatlah … aku telah membunuh ribuan nyawa orang orang ini, hari ini kehidupan mereka ada ditanganku, aku telah merenggut nyawa mereka ,,, perempuan tadi bilang bahwa aku hanya dapat mengambil nyawa orang orang tapi aku tidak bisa memberi mereka kehidupan, tapi aku ingin mengatakannya pada Mu bahwa akan ada banyak ribuan orang yang tidak akan percaya pada Mu lagi mulai dari sekarang, sekarang aku telah menang dan aku telah mengalahkanMu Tuhan ! Kamu telah membunuh anak anakku dan tertawa bahagia, hari ini aku juga bahagia !” ujar Jalal sambil menyengir menatap langit.
Sinopsis Jodha Akbar episode 356. Dari arah belakang, prajurit prajurit Jalal datang dan mengelu elukan nama Jalal : “Hidup Raja Jallaludin Muhammad ! Hidup Raja Jallaludin Muhammad ! Hidup Raja Jallaludin Muhammad ! Allahu Akbar ! Allahu Akbar !” mereka semua bergembira atas kemenangan mereka. Tapi tiba tiba Jalal berkata pada Todar Mal : “Aku ingin sekali bahagia setelah melakukan semua pembantaian ini tapi kamu tau, aku tidak bisa merasakan kebahagiaan itu” ujarnya sambil berlalu dari medan pertempuran, Todar Mal hanya bisa termangu menatap kepergian Jalal. Didalam tenda, Jalal melihat senja telah datang … lalu dia mengangkat tangannya hendak berdoa tapi kemudian dia melihat kedua tangannya dan menurunkannya kembali. “Aku telah memenangkan peperangan terbesar dalam hidupku tapi mengapa aku tidak bahagia ???” ujarnya dalam hati. Lalu tiba tiba seorang prajurit masuk kedalam tendanya dan berkata : “Yang Mulia, Syeh Salim Chisti ingin bertemu dengan anda” , “Katakan padanya bahwa aku sudah tidak percaya lagi pada Tuhan” ujar Jalal, “Tapi beliau telah mencoba untuk menemui anda selama 4 bulan ini, beliau meminta untuk bertemu dengan anda sekali ini saja, Yang Mulia” kata prajurit...
Dikamar Jodha, Rukayah masuk ke kamar Jodha dan berkata : “Ratu Jodha, aku punya kabar gembira buat kamu, Jalal telah memenangkan perang, dia telah berhasil menduduki Mewar” , “Yang Mulia telah membunuh orang orang yang tidak bersalah” kata Jodha. “Yaaa … kurang lebih begitu tapi dia telah membunuh banyak musuhnya, Jalal yang dulu telah kembali, kemarahannya telah kembali pada pedangnya” ujar Rukayah sambil nyengir kuda eeuuu …. Lalu Rukayah meminta Jodha untuk bersiap siap untuk merayakan berita baik untuk Kerajaan Mughal itu dan diapun berlalu dari kamar Jodha. Seketika itu juga Jodha menangis dan berkata : “Bagaimana bisa aku merayakan kemenangan pertumpahan darah ini” , “Aku dengar bahwa Yang Mulia tidak menyisakan sedikitpun, Jodha … Yang Mulia telah membunuh semua orang, anak anak dan wanita, semuanya dibantai”
kata Moti. Seketika itu juga Jodha melihat dengan ketus ke arah patung Khrisna yang sudah tertutup rapat dengan tirai . Narator : Jalal akhirnya pergi juga ke tempat Syeh Salim Chisti walaupun sebenarnya dia tidak ingin pergi kesana, dia hanya ingin tahu kenapa dia tidak mendapat kedamaian dalam hatinya setelah memenangkan perang terbesarnya.
Jalal mendatangi Syeh Salim Chisti yang sedang berzikir, Syeh Salim menyambutnya dengan senang, lalu Jalal berkata : “Aku adalah Raja Jalalludin Muhammad Akbar, sekarang dunia tidak perlu tunduk dihadapan Yang Maha Kuasa, sekarang mereka akan tunduk dihadapanku !” … ujar Jalal sombong. Syeh Salim langsung bangun dan meletakan tangannya didada Jalal sambil berkata : “Aku bisa memahami penderitaanmu, kamu telah kehilangan Mahamanga dan anak anakmu, aku tahu kamu sedang menderita dan semua ini pasti akan berlalu” , “Seluruh dunia harus menanggung rasa sakit ini !” ujar Jalal , “Jika seorang rakyat biasa berfikir seperti itu, mungkin akan baik baik saja tapi kamu adalah seorang Raja, kamu tidak boleh berfikiran seperti itu, kamu saat ini sedang menderita” ujar Syeh Salim lagi. “Aku bahagia … “ kata Jalal. “Dengan memberikan penderitaan pada orang lain, kamu tidak akan bahagia, Yang Mulia … terlihat jelas di wajahmu, wajahmu tidak memancarkan kebahagiaan, kalo kamu menginginkan kebahagiaan, kamu akan mendapatkannya ketika kamu menolong orang lain yang juga sedang menderita. Aku pikir setelah kematian anak anakmu, kamu tidak akan membiarkan seorangpun terluka dan menderita karena cintanya akan tetapi kamu telah salah mengartikan kematian mereka. Raja adalah seseorang yang memikirkan penderitaan rakyatnya, kamu adalah seorang Raja yang agung tapi sangat rapuh jiwamu, kamu telah kembali pada Jalal yang dulu, jangan menjadi seorang iblis, kamu lihat kamu tidak akan mendapatkan kedamaian dengan membunuh ribuan orang, kamu
akan mendapat kedamaian ketika kamu melayani seseorang, berdoalah … jadilah Akbar jangan jadi Jalal lagi … Jalal hanya bisa merenungi kata kata Syeh Salim.
Pada malam harinya, ketika Jalal memasuki sebuah kamar (masih ditempat Syeh Salim Chisti) … tiba tiba dilihatnya Jodha sedang duduk di bale bale bambu, Jalal dan Jodha saling terkejut kaget, lalu Jalal menundukkan kepalanya, sementara Jodha merasa kikuk bertemu Jalal, mereka tidak mengira kalo mereka bisa bertemu di tempat Syeh Salim Chisti. “Beberapa hari ini aku gelisah, perasaanku tidak menentu …. Lalu Syeh Salim mengundangku untuk kesini ketempatnya tapi apa yang kamu lakukan disini, Yang Mulia ?” ujar Jodha sambil tertunduk. “Aku kesini juga ingin mendapatkan kedamaian, aku telah memenangkan perang terbesar, aku telah membunuh ribuan orang tapi aku tidak mendapatkan kedamaian, aku tidak bisa bahagia, Ratu jodha … aku pikir semua ini bisa menyelesaikan penderitaanku tapi ternyata tidak “ kata Jalal “Apa yang Syeh Salim katakan, Yang Mulia ?” tanya Jodha. “Aku tidak tahu apa yang dia katakan, aku tidak tahu apa maksudnya, katanya setelah aku melakukan ini semua, aku akan mendapatkan kedamaian, tapi apakah penderitaanku ini akan menjadi kebahagiaan ????” jawab Jalal lalu dia berjalan ke arah tikar yang terhampar di lantai dan duduk disana. “Kamu telah mencoba memberitahuku tapi aku tidak mendengarkannya, Ratu Jodha … dengan kemarahanku, aku telah memberikan penderitaan pada semua orang, tapi apa yang aku dapat ??? tidak ada …. yang ada hanyalah penderitaan yang panjang, kesepian yang panjang … aku telah melakukan kesalahan terbesar, aku telah melakukan dosa terbesar, Ratu Jodha …” ujar Jalal sambil berlinangan air mata … so sad euuu. Perlahan Jodha menghampiri Jalal yang sedang duduk dilantai, hatinya juga gelisah akan semua peristiwa yang terjadi diantara dirinya dan suami yang amat dicintainya itu lalu kata Jodha : “Yang Mulia, aku minta maaf … maafkan aku yang telah memberikanmu penderitaan itu”. Jalal menatap Jodha sambil berlinangan air mata, Jodha juga menatap Jalal dengan tatapan yang sama … huhuhuhuhuhu … nangis bareng yuuuk …
Sinopsis Jodha Akbar episode 357
2 347 441
Related Posts:
Sinopsis Jodha Akbar episode 370 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 369 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 368 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 367 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 366 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 373 by Sally Diandra Sinosis Jodha Akbar episode 372 by Sally Diandra
Meysha Rating 4,5
Sinopsis
Registration Forms
Pikir
Jodha Akbar
Membayar Tempat
Kenapa
Tapis
Mendapat
Agung
Sinopsis
0 Comments
0 Comments - See more at: http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com/2014/10/sinopsis-jodha-akbar-episode-356by.html#sthash.W5ixQVD6.dpuf Home » Sinopsis JA by JA Lovers » Sinopsis Jodha Akbar episode 355 by Sally Diandra
Sinopsis Jodha Akbar episode 355 by Sally Diandra
Field Code Changed
Sinopsis Jodha Akbar episode 355 by Sally Diandra. Pasukan Jalal terus mengelu elu kan nama Jalal. Jalal menatap pada benteng orang orang Rajvanshies dengan tatapan yang sangat marah, sebelum perang Jalal berkata : “Saya akan memberi mereka sebuah pesan” , “Mereka bisa membunuh anda, Yang Mulia” ujar Todar Mal, “Sampai hari ini, tidak ada senjata apapun yang bisa membahayakan nyawaku, tak ada seorangpun yang akan menyerangku dari belakang” kata Jalal. Jalal mengendarai kudanya melewati benteng Rajvanshies.
Tentara tentara dan pengawal pengawal yang sedang berjaga didalam benteng melihat seorang Mughal datang, lalu mereka berkata : “Kamu bisa saja dibunuh !” mereka langsung bersiap siap untuk membunuh Jalal, mereka melancarkan panah panahnya untuk menyerang Jalal, tapi tak satupun anak panah yang mengenai tubuh Jalal, salah satu tentara itu berkata : “Mungkin dia adalah Jalal !” , tentara yang lain berucap : “Tidak mungkin, para menterinya pasti tidak mungkin mengijinkannya untuk datang kesini” , “Heii … Dimana Uday Pratap dan Kunwar Pratap ????” teriak Jalal kepada tentara tentara tsb “Apa yang terjadi pada kalian, aku disini didepan mu ! kenapa kamu tidak membunuhku ??? Aku adalah Jallaludin, aku akan memberikan kalian satu kesempatan, saat ini aku tidak membawa senjata apapun, ayooo ,,, bunuh aku !” teriak Jalal, Jalal menyuruh mereka untuk menyerangnya. “Kamu mempunyai kesempatan untuk membunuhku saat ini dan kamu malah berada didalam benteng ! kamu ingin membunuh aku kan ??? ayoo bunuh aku didepanku sekarang, jangan bersembunyi !” teriak Jalal.
Salah seorang tentara mengatakan : “Kami adalah orang Rajvanshies dan kami tidak akan membunuh seperti seorang pengecut ! kamu kesini tidak membawa senjata jadi kami tidak akan menyerangmu, itu melanggar peraturan yang ada, kami akan membunuhmu hanya di medan pertempuran !” , “Aku sudah memberikan kamu kesempatan dan
kamu tidak memanfaatkannya, baiklah … aku akan segera bertemu dengan kalian semua di medan pertempuran !” teriak Jalal. Salah seorang tentara mengatakan : “Kami akan menghancurkan mimpimu !” . “Ini peringatan dariku bahwa aku akan ihkan medan pertempuran dan aku akan meletakkan benderaku disana !” ujar Jalal “Aku akan melihat sampai kapan kalian akan menyembunyikan Maharana Uday dan Kunwar Pratap !” kata Jalal sambil berlalu dari sana.
Sinopsis Jodha Akbar episode 355. Di Istana Agra, Moti meminta Jodha untuk memakan makanannya, tapi Jodha hanya duduk dan termangu menatap langit dan berkata : “Lihatlah, Moti …. Langit saat ini berubah warnanya, lihat … itu menunjukkan warna dari kobaran api, darah … Jalal pasti sudah membunuh orang orang Rajvanshies, aku sudah memberikan tilak (restu) pada pedang Jalal bukan hanya untuk kemenangannya tapi aku juga memberikan darah pertama dari orang Rajvanshies yang telah dia bunuh” kata Jodha sedih. “Yang Mulia akan segera kembali, Jodha” ujar Moti. “Uday dan Kuwar Pratap adalah seorang ksatria sejati, aku khawatir sama Yang Mulia, Moti ” kata Jodha lagi. “Yang Mulia juga seorang ksatria sejati, Jodha … “ jawab Moti, “Masalahnya saat ini mereka semua adalah petarung yang terbaik dan mereka saling harus darah satu sama lain, aku tidak ingin tahu apa yang terjadi di medan pertempuran, langit saat ini mengubah warnanya menjadi merah yang menunjukkan warna darah” ujar Jodha.
Peperanganpun akhirnya terjadi, ini adalah perang panah dan mesiu dimana kedua kubu saling melemparkan anak panah dan tembakannya satu sama lain, pasukan Jalal melemparkan anak panahnya kearah benteng Rajvanshies, “Kalau sampai mereka tidak membuka pintu gerbang benteng itu, hujani panah terus ke arah benteng Rajvanshies !” perintah Jalal. Pada malam harinya, Todar Mal berkata ke Jalal :
“Pasukan pasti merasa kelaparan setibanya di benteng Rajvanshies, jadi lebih baik kita tunda dulu menyerang gerbangnya, Yang Mulia” , “Aku kesini bukan untuk menunggu dan percaya pada takdirku, aku datang kesini untuk membunuh mereka semua, aku akan menghabisi mereka semua dengan kekuatanku bukan karena rasa lapar para pasukanku ! aku akan membunuh Uday dan Kunwar Pratap, aku tidak ingin mereka membuka gerbang tapi aku akan mendobrak dinding dinding benteng itu dan menyerang mereka semua !” ujar Jalal dengan marah. Narator : Keesokan harinya, perang panah dan mesiupun berlanjut kembali, perang ini tidak hanya terjadi selama 2 hari, ini adalah perang terbesar seperti kebencian Jalal yang terbesar, banyak tentara yang tewas di medan pertempuran.
Di Istana Rajvanshies … para tentara saling berdiskusi bahwa mereka akan membunuh tentara tentara Mughal dan akan memenangkan peperangan. Ketika salah satu tentara Rajvanshies berhasil membunuh tentara Mughal, Jalal langsung marah dan melayangkan anak panahnya kearah tentara Rajvanshies tersebut, dia membunuh salah satu prajurit Rajvanshies. Para prajurit Rajvanshies berdiskusi bahwa pertahanan mereka bisa jebol kapan saja, “Ini waktunya untuk menunjukkan kekuatan kita pada para prajurit Mughal !” kata Pemimpin benteng Rajvanshies kepada para tentaranya , “Kita akan menangkan Mewar dari tentara Mughal, kalian harus memenangkan peperangan ini dan jangan biarkan seorangpun tentara Mughal yang masuk ke tempat kita ! kita akan memenangkan Mewar dari Mughal, tempatkan para wanita dan anak anak ditempat yang aman” ujar Pemimpin tersebut.
Sinopsis Jodha Akbar episode 355. Di sisi lain, para perempuan Rajvanshies juga sedang berdiskusi, mereka tidak akan membiarkan tentara Mughal menyerang Mewar mereka, mereka tidak akan memberikannya pada tentara Mughal, mereka akan melakukan ‘jauhur’ (semacam aksi bunuh diri) dan tidak akan membiarkan para prajurit Mughal menyentuh Mewar dan tubuh mereka.
Perang resmipun dimulai, para prajurit dari kedua belah pihak saling mengejar satu sama lain, mereka saling menyerang satu sama lain dan saling membunuh sebanyak yang bisa mereka lakukan. Beberapa tentara Mughal berhasil menuju ke gerbang benteng dan mendobraknya, para prajurit berhasil masuk ke benteng Rajvanshies, perang ini penuh dengan ayunan dan suara pedang yang saling beradu. Maan Shing, Todar Mal dan semua saling berkelahi dengan tentara tentara Rajvanshies, mereka saling membunuh, Jalal datang ke medan pertempuran dengan mengendarai kudanya, pedangnya penuh dengan darah, dia sangat marah melihat prajurit Rajvanshies yang sedang bertempur, dan Jalalpun mulai membunuh mereka satu per satu.
Di dalam benteng, semua perempuan Rajvanshies menuju ke sumur yang didalamnya terdapat kobaran api, mereka berdoa untuk Mewar. Di sekitar taman benteng, perkelahian masih terus berlanjut, Jalal melihat salah seorang Rajvanshies yang bertarung dengan tangguh, dia adalah pemimpin pasukan Rajvanshies. Semua perempuan melompat ke dalam sumur yang penuh dengan api yang langsung membunuh mereka satu per satu, mereka melakukan ‘jauhur’ (aksi bunuh diri), Jalal melihatnya tapi mengabaikannya. Jalal membunuh salah satu pemimpin pasukan Rajvanshies. Salah seorang tentara datang menemui Jalal dan berkata : “Kami akan memberikan nyawa kami tapi kami tidak akan mengatakan padamu dimana Uday dan Kunwar Pratap berada, mereka tidak ada disini, kami tidak akan memberitahukannya padamu” , Jalal langsung membunuh mereka. Jalal
mengatakan pada semua prajuritnya yang tersisa : “Bunuh semua prajurit Rajvanshies ! tak seorangpun boleh hidup !” … tak berapa lama kemudian Jalal mendengar tangisan seorang anak kecil, dalam hatinya berkata sambil menatap ke langit : “Tuhan telah mengambil semua anak anakku tapi Dia tidak bisa mengambil kekuatanku ! aku tidak akan meninggalkan anak ini “Sinopsis Jodha Akbar episode 355. 1 276 312
Related Posts:
Sinopsis Jodha Akbar episode 367 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 366 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 373 by Sally Diandra Sinosis Jodha Akbar episode 372 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episdoe 371 by Sa
- See more at: http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com/2014/10/sinopsis-jodha-akbar-episode-355by.html#sthash.rB7cGgwk.dpuf
Home » Sinopsis JA by JA Lovers » Sinopsis Jodha Akbar episode 354 by Sally Diandra
Sinopsis Jodha Akbar episode 354 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 354 by Sally Diandra. Jalal berangkat berperang dengan suasana hati yang marah. Hati Jodha hancur berkeping keeping melihat suaminya dalam keadaan seperti itu, dia meratapi kepergian Jalal yang akan membalas dendam atas kematian anak anaknya dengan membunuh bangsa Rajvanshies (ras keturunan keluarga Jodha). Ayah Jodha, Raja Bharmal berdiskusi dengan Jodha tentang perang yang tidak bisa terhindarkan tersebut, tidak masalah siapa yang akan sekarat terlebih dulu apakah orang orang Rajvanshies atau orang orang Mughal, karena mereka sama sama kuat dalam berperang. Lalu ayah Jodha bertanya : “Apakah perang ini dapat dicegah, Jodha ?”, Jodhapun patah hati mendengarnya. Di Istana para wanita, Rukayah sedang berada dikamar Hamida dan bilang : “Ibu apa yang dilakukan Jodha tadi, menolak memberikan tilak untuk Jalal, itu adalah sebuah pertanda yang buruk” tapi Hamida mencoba menjelaskan ke Rukayah
Field Code Changed
: “Buat Jodha ini pasti berat karena dua duanya antara Rajvanshies dan Mughal semuanya adalah keluarganya, Rukayah” tapi kalo Rukayah tetep ngotot ... : “Ibu, kalo aku jadi Jodha ... aku akan selalu mendukung Jalal karena bagaimanapun juga seorang istri harus mengikuti apa kata suami ” ujar Rukayah Di Istana Agra, Jodha sangat sedih karena siapapun Raja yang menang dalam perang ini merupakan kekalahan baginya, baik itu Rajvanshies yang kalah atau Mughal yang kalah, kedua duanya adalah keluarganya. Ini merupakan kekalahan yang amat menyesalkan. Jodha mengatakan pada ayahnya bahwa perang ini bisa saja membunuh semua orang Rajvanshies, lalu ayah Jodha Raja Bharmal bersama dengan pasukan yang dibawanya bertahan di melindungi istana Jalal di Agra. Dalam pengadilan Chittor Maharaj Udai singh memutuskan untuk tidak melawan Moghuls bersama dengan Chittor, tentara Rajvanshies yang ada di Istana Jalal, diberikan tilak dan aarti oleh istri istri mereka, Jodha mengamati mereka dari kejauhan, dia melihat para istri menyerahkan perhiasan untuk suami mereka .. ketika mereka akan berangkat ke medan perang. Sinopsis Jodha Akbar episode 354. JOdha menyuruh MOti untuk memanggil ayahnya, Jodha bilang ke ayahnya bahwa dia harus mengirim semua perhiasan yang dia punyai : “Ini mungkin akan dibutuhkan oleh keluarga Rajvanshies atau tentara Mughal yang mati dalam perang” ujar Jodha. Tapi Bharmal memberitahu Jodha bahwa dia tidak berangkat ke medan pertempuran, karena Jalal telah memintanya untuk tinggal di istana Agra untuk memegang kendali benteng. Jodha bertanya-tanya dalam hati siapa yang bisa melakukannya , menyerahkan semua perhiasan ini ke medan pertempuran, karena sepertinya semua orang telah pergi ... bagaimana caranya dia bisa membantu tentara moghul dan tentara rajwanshi ? Tentara Mughal sudah siap dalam pertempuran, sudah siap untuk berperang, Jalal memberikan instruksi pada tentaranya . Jalal yang kejam berteriak bahwa tidak ada tempat untuk belas kasihan dan kebaikan, Shehenshah dan tentaranya tidak punya hati, mereka hanya mengerti bahasa pedang. Hanya yang perkasa dan yang kejam memerintah bumi dan yang baik hati tewas tanpa ampun. Dia memerintahkan dan menginspirasi pasukannya untuk melawan secara kejam dan brutal. Semuanya mengangkat pedang mereka dan berteriak : Fateh Fateh Fateh … Jalal menengadah menatap langit dan berkata pada Tuhan
Dia menuduh Tuhan mungkin telah tertawa ketika bayi yang tak berdosa dibunuh pada hari itu, hari ini Jalal akan membunuh semua orang yang tidak bersalah dan tertawa, dan itu adalah waktu untuk Tuhan untuk menonton dia tertawa,sudah waktunya untuk Tuhan menangis seperti Jalal yang telah menangisi bayinya yang sudah meninggal dulu. - See more at: http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com/2014/10/sinopsis-jodha-akbar-episode-354by.html#sthash.64AQtFru.dpuf Home » Sinopsis JA by JA Lovers » Sinopsis Jodha Akbar episode 353 by Sally Diandra
Sinopsis Jodha Akbar episode 353 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 353 by Sally Diandra . Pada saat upacara pemakaman Hussain yang terakhir, Jalal menggendong Hussain, dia memeluknya dengan erat dan menguburkannya. Malam harinya, saat itu hujan deras, Jalal sedang menikmati turunnya hujan, badannya basah kuyup oleh hujan, Jodha melihatnya dan mencoba untuk mendekatinya, tubuhnya juga basah terkena siraman hujan, lalu dia memanggil suaminya : “Shehenshah … kenapa kamu menghukum dirimu sendiri ? kamu bisa jatuh sakit, ayoo masuk ke dalam". Jalal langsung menjawab : “Saat ini diriku dingin seperti hujan, semuanya sudah berakhir, impianku telah hancur !” lalu dia memegang tangan Jodha sambil menatapnya dan berujar : “Aku sudah bilang sama kamu malam itu, kamu seharusnya bersama Hussain, tapi kamu keras kepala ingin selalu bersamaku, diammu itu menandakan kecerobohanmu” Jalal terlihat sangat marah sekali sama Jodha. Jodha terkejut lalu Jalal menghempaskan tangan Jodha dan berlalu meninggalkan tempat itu, Jodha kaget nggakpercaya kemudian dia mengikuti langkah Jalal dari belakang sambil terus menatapnya, tak berapa lama kemudian Jalan menoleh ke arah Jodha, menatapnya dengan tatapan yang sadis lalu menyibakkan tirai kamarnya yang memisahkan dirinya dan Jodha, Jalal tidak peduli pada Jodha, amarahnya telah memuncak. Rukayah sedang menangis didalam kamarnya, dia sedang memeluk pakaian Hussain, lalu bibinya masuk ke kamarnya dan menyuruhnya untuk mengontrol dirinya, tapi Rukayah terus menangis dan berkata : “Tolooong ,,, bawa kembali Hussainku, dia telah pergi …” lalu bibinya menyuruhnya untuk duduk ditempat tidur dan Rukayah berkata lagi sambil tersedu sedu : “Aku nggak ada artinya apa apa tanpa dia, tolooong bawa dia kembali, mereka telah merenggut anakku dari aku” Rukayah menangis terus, tak lama kemudian Hamida dan Salimpun datang, lalu Rukayah bilang : “Aku tidak butuh belas kasihan dari seseorang yang harus bertanggung jawab atas kematian Hussain, kamu berdua menyuruh aku untuk menyerahkan Hussain ke Jodha, tapi apa ???? aku nggak mau lihat wajahmu lagi ! Jodha mungkin bisa menjadi kekasih yang hebat tapi dia nggak bisa menjadi seorang ibu, waktunya hanya untuk mencintai suaminya saja". Lalu Hamida berkata : “Kita semua sedih tapi
jangan menyalahkan JOdha, dia juga telah kehilangan anak anaknya” , “Kenapa kalian semua mengkhawatirkan Jodha ?” Tanya Rukayah, lalu Salima menjawab : “Kami juga khawatir sama kamu, kamu telah memilih Zeenat untuk menjadi pengasuh Hussain, kalo mau memberikan tanggung jawab itu Ke Jodha, semua ini nggak akan terjadi Rukayah” Rukayah semakin menangis tersedu sedu …. Jiwa Jodha berbicara : “Jalal benar, aku telah mengabaikan tugasku Jiwa Jalal berbicara : “Mulai malam itu, cinta yang bersemi diantara kami menjadi sebuah racun yang menyakitkan, dan kegelapan dimalam itu menjadi kegelapan kami pada malam malam berikutnya” Sampai suatu hari ketika Jodha sedang merenung di taman, tiba tiba dilihatnya Jalal melintas didepannya, Jodha ingin berbicara tapi Jalal tidak mempedulikannya dan itu terjadi berulang ulang … Jiwa Jodha berbicara : “Kalo dulu kami sering saling berbagi satu sama lain, saling mencintai satu sama lain, kali ini kami menjadi orang asing yang hidup dalam satu atap tapi memiliki dunia sendiri sendiri, Jalal menjadi seorang raja yang kejam, kemarahannya ditunjukkan melalui matanya ketika dia hendak membunuh orang" Suatu hari ketika Jodha sedang duduk ditaman, dia merenung , "Sekarang Jalal telah mengubah Akbar menjadi Jalal lagi yang dulu, kemarahannya terlihat pada raut mukanya” Jalal yang saat itu sedang berlatih pedang dengan pengawalnya, sampai pengawalnya babak belur dihajar Jalal, dalam hati Jalal berucap : “Aku tahu kalo saat ini Jodha sudah mulai membenciku karena kemarahanku tapi cinta dan perhatian dihatinya dan dihatiku telah hancur berkeping keeping. Lalu Jalal meletakkan pedangnya di leher seseorang yang dibawa oleh Todar Mal (orang kepercayaan Jalal) dan melihatnya dengan marah, dalam hati dia berujar : “Lihat aku, Jodha … lihatlah orang ini” dari kejauhan Jodha melihat perbuatan Jalal yang keji terhadap orang itu dan dia hanya bisa menutup matanya. Suatu sore Hamida ngobrol sama Jodha, Hamida bilang : “Jodha, Jalal sekarang sudah berubah 180 derajat, dia menunjukkan kemarahannya pada dunia, kita tidak bisa berbuat apa apa, karena dia benar benar telah berubah, tidak ada kelembutan hati pada dirinya” Narator : Dari waktu ke waktu, Jalal benar benar telah mengubah dirinya, tidak ada kelembutan dalam hatinya untuk semua orang, dalam sidang Jalal malah berteriak bahwa dia menyatakan perang pada Rajvanshies (ras keturunan keluarga Jodha), “Aku nyatakan perang pada Rajvanshies, aku akan memberi mereka pelajaran !” teriak Jalal dengan garangnya … hiii seeereeeem … dan semua yang mendengarkan terkejut. Mendengar hal ini, Moti segera memberitahu Jodha yang sedang berada di kamarnya, Jodha bertanya : “Apa ???? Aku harus menghentikan Jalal, Moti … walau apapun yang akan terjadi” tapi Moti bilang : “Jangan, jangan pergi Jodha, dia pasti tidak akan suka” tapi Jodha bersikeras : “Suka atau tidak suka, aku harus menghentikannya !” Jodha pun berlalu Jalal sedang bersiap siap untuk berperang, dia mengambil pedangnya, saat itu Jodha datang ingin menemui Jalal tapi Maan Shing (ponakan Jodha) menghentikannya dan bilang : “Yang Mulia sedang bersiap siap untuk berangkat berperang, bibi” , “Katakan pada Yang Mulia aku ingin bertemu” kata
Jodha, lalu Maan bilang lagi : “Maaf, bibi tapi aku tidak akan membiarkanmu menemuinya dan ini adalah tugasku untuk mengikuti semua perintahnya” tapi Jodha langsung menjawabnya : “Tugasmu adalah untuk mengikuti semua perintahnya yang baik bukan … “ . Mendengar suara Jodha didepan kamarnya, Jalal langsung keluar dan berteriak pada para ajudannya : “Kalian pergi semua dari sini !” , Jodha bilang : “Aku ingin berbicara denganmu Jalal” , “Aku akan pergi berperang, aku nggak punya waktu untuk ngobrol !” ujar Jalal. “Tapi dengan membunuh orang orang yang tidak bersalah diperang, itu tidak baik” kata Jodha, “Tidak bersalah ??? Anak anakku juga tidak bersalah !” ujar Jalal . JOdha amenyahut, “Tapi dengan membunuh orang orang Rajvanshies, kemarahanmu tidak akan berkurang” tapi Jalal tidak menggubrisnya malah dia meminta Jodha untuk memberikan ‘tilak’ (restu) pada pedangnya sebelum berperang. Jodha berkata : “Aku tidak bisa melakukan ini karena kamu akan membunuh orang orang Rajvanshies” saat itu Rukayah, Hamidah, Gulbadan dan Moti datang menghampiri Jodha dan Jalal. Mendengar permintaan Jalal lalu Rukayah menawarkan diri untuk melakukan ritual tersebut : “Jalal, biar aku saja yang melakukan ritualnya” , “Tidaaaakkkkk !!!” teriak Jalal garaaang, “Orang yang akan melakukan ritual ini hanya Jodha seorang !” alu Jalal mengarahkan pedangnya ke arah Jodha. Mengetahui hal ini, Hamida langsung menyuruh Moti untuk mengambil piring pemujaan dan Hamida bilang ke Jodha : “Jodha, aku tahu kamu tidak setuju dengan apa yang akan dilakukan oleh Jalal tapi pemujaan ini untuk keselamatan Jalal dan jika kamu tidak melakukan ritual ini, nyawa Jalal bisa terancam, Jodha” , Lalu dengan berat hati Jodha melakukan ritual pemujaan untuk suaminya yang akan berperang. Kemudian disayatnya tangannya sendiri dengan pedang Jalal, dan ditorehkannya tilak dipedang Jalal menggunakan darahnya, lalu Jodha bilang ke Jalal : “Hari ini darahku membekas di pedangmu dan hari ini pula orang Rajvanshies yang pertama yang kehilangan darahnya karena pedangmu adalah aku Jodha istrimu” … Jalal menatap Jodha dengan marah dan tatapan yang sadis kemudian berlalu dari hadapan mereka. - See more at: http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com/2014/10/sinopsis-jodha-akbar-episode-353by.html#sthash.MP3day6L.dpuf Home » Sinopsis JA by JA Lovers » Sinopsis Jodha Akbar episode 352 by Sally Diandra
Sinopsis Jodha Akbar episode 352 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 352 by Sally Diandra. Jalal keluar dari kamar Jodha dan berteriak pada semua pengawalnya : “Cari Zeenat dan Qasim ! bawa mereka kesini, ini istanaku dan tidak ada seorangpun yang bisa sembunyi dari sini ! cari mereka !!!” sementara itu didalam kamar, Rukayah masih terus memarahi Jodha : “Ini semua kesalahanmu, Jodha … kamu tidak bisa menjaga Hussain” Jodhapun menjawab : “Dia anakku … aku seharusnya tidak meninggalkan dia” , “Semua yang terjadi ini telah membuat duniaku hancur ! kalo jadinya seperti ini … aku tidak akan meninggalkannya pada siapapun !” ujar Rukayah sambil terus tersedu sedu menangisi kepergian Hussain, tiba tiba saja Rahim masuk ke kamar dan menunjukkan jari tiruan yang beracun ke ibunya Ratu Salima, Rahim menemukannya di taman, dia baru saja dari sana dan semua melihat jari tiruan
yang beracun itu. Lalu kata Zakira : “Saya ingat ini biasanya trik yang dulu sering dilakukan oleh Benazir kalo mau meracun seseorang, dia biasanya menggunakan jari tiruan seperti ini supaya tidak ketahuan kalo dialah pelakunya” lalu Salima berujar : “Oooh … saya tau sekarang, semua ini memang dilakukan oleh Zeenat, saya pernah melihat Zeenat mencari cari sesuatu di taman” kemudian kata dokter : “Dari dulu saya sudah curiga ke Zeenat, saya curiga pada sirup yang diberikannya ke Ratu Rukayah, saya kira Zeenat memberikan sirup itu ke Ratu Rukayah agar Ratu Rukayah tidak bisa mengurus Hussain” lalu dokter mengecek jari tiruan tadi dan mengatakan kalo jari tiruan ini benar benar beracun, semua yang mendengarnya terkejut, “Ya Allah … “ ujar ibu Ratu Hamida. Sementara itu diluar Jalal masih terus mencari sepasang suami istri Zeenat dan Qasim , “Aku tidak akan membiarkannya pergi begitu saja!” ujar Jalal, dan disuatu tempat didalam Istana, Zeenat dan Qasim sedang sembunyi, Qasim menyuruh Zeenat untuk mengurus anaknya agar jangan membuat kegaduhan selama mereka bersembunyi, dia menyuruh Zeenat untuk bersembunyi di istana para wanita, Zeenat pun berlalu dan mencoba untuk menyembunyikan dirinya dan anaknya. ~sinopsisjodhaakbar.blogspot.com~ Saat itu Qasim sedang bersembunyi, “Tidak ada jalan keluar” begitu pikirnya dalam hati. Orang orang suruan Maan Shing dan para pengawal lainnya sedang mencari Qasim ke segala penjuru Istana, Qasim sangat ketakutan. Tak berapa lama kemudian Rukayah mendatangi Istana para wanita, dia berteriak pada semua pelayannya bahwa dia menginginkan Zeenat, Hamida langsung menyuruh Salima untuk mengikuti Rukayah, sementara dirinya mengurusi Jodha. “Aku ingin Zeenat ditangkap bagaimanapun caranya ! tidak tahu dimana perempuan jahat itu bersembunyi ! yang pasti cari dia sampai dapat !” teriak Rukayah. Sementara itu Qasim masih terus bersembunyi, Raja Bharmal (ayah Jodha) juga ikut mencari cari Qasim, Qasim tidak menemukan jalan keluar kemanapun, sehingga dirinya berusaha menerjang keluar melawan para pengawal Jalal dengan pedangnya, Bharmal yang melihat kejadian tersebut langsung berlari dan menghampiri Qasim : “Biarkan aku pergi atau aku akan membunuhmu, Raja Bharmal” ujar Qasim, “Kamu tidak bisa pergi kemana mana saat ini, Qasim !” kata Bharmal. Sementara itu didalam Istana para wanita Rukayah masih terus mencari cari Zeenat, “Aku tidak akan membiarkan perempuan jahat ini hidup, aku akan menghabisinya !” kata Rukayah. Kemudian Rukayah mendengar suara tangisan seorang bayi dari balik dinding, dia seketika itu juga menghentikan langkahnya dan berusaha mendengarkan lebih jelas lagi, lalu Rukayah bergerak menuju suara tersebut dan menyuru pengawal pengawalnya untuk mengepung dan seketika itu juga mereka menangkap Zeenat dan memberikannya pada Rukayah. “Zeenat … tega teganya ya dirimu ! aku sudah sangat percaya sama kamu, aku berikan anakku
agar bisa kamu susui dan kamu membunuhnya !” teriak Rukayah, “Maafkan saya, Ratu Rukayah, hamba mohon maafkanlah …” ujar Zeenat. “Kamu akan mendapat hukuman Zeenat ! kamu akan melihat bagaimana anakmu ini menderita” teriak Rukayah sambil merebut anak Zeenat dari pelukannya, sesaat kemudian Rukayah menggendong anak Zeenat dan berkata : “Nyawa dibayar nyawa ! kamu bunuh anakku ! sekarang kamu akan melihat bagaimana anakmu menderita didepanmu !’’ teriak Rukayah sengit. “Jangan … jangan Ratu Rukayah, jangan lakukan apa apa pada anak hamba, hamba mohon Ratu Rukayah … jangan bunuh dia Ratu” ujar Zeenat terbata bata sambil terus berusaha merebut kembali anaknya dari Rukayah tapi para pengawal mengcengkramnya dengan kencang sehingga dia tidak bisa berbuat apa apa, “Heiii … kenapa aku tidak boleh membunuh anakmu ini ? sekarang ketika anakmu yang menangis kamu berteriak, kamu tidak lihat melihat betapa tidak berdosanya anakku ketika kamu membunuhnya !” teriak Rukayah, saat itu Salima sudah berada disana kemudian dia langsung merebut anak Zeenat dari pelukan Rukayah dan berkata : “Jangan Ratu Rukayah, kamu tidak boleh melakukan ini, kamu bukan dia, kamu adalah seorang Ratu Mughal” , “Tidak … aku adalah seorang ibu yang kehilangan anaknya yang telah dibunuh oleh perempuan jahat ini ! aku tidak akan membiarkannya hidup, dia harus mati dengan racun miliknya sendiri !” ujar Rukayah. Lalu Rukayah mengeluarkan jari tiruan beracun yang sedari tadi dibawanya dan menyuruh Zeenat untuk merasakannya, Zeenat tidak bisa melawan Rukayah, akhirnya Zeenatpun mati seketika. Rukayah tersenyum senang, dia merasa lega melihat kematian Zeenat yang begitu tragis, sedangkan Salima sangat terkejut melihat semua kejadian ini. Sinopsis Jodha Akbar episode 352. Raja Bharmal (ayah Jodha) sedang berkelahi dengan pedangnya melawan Qasim, Qasim terus menyerangnya membabi buta tapi Raja Bharmal langsung bisa mengalahkannya dan meletakkan pedangnya diatas perut Qasim dan berujar : “Ini semua untuk cucu cucuku yang tidak bersalah yang telah kamu bunuh !” Qasimpun seketika itu meninggal dan tak berapa
lama kemudian Jalal datang, dengan tatapan penuh kemarahan Jalal melihat mayat Qasim yang sudah tidak bernyawa, lalu dia mengambil tombak dan menghunuskannya berkali kali ke mayat Qasim dengan kejam hingga Hamida datang dan menghentikannya. ~sinopsisjodhaakbar.blogspot.com~ Pada saat upacara pemakaman Hussain yang terakhir, Jodha berkata dalam hati : “Ketika anakku sedang sekarat, aku malah sedang bermesraan sama Jalal” Jodha teringat malam itu waktu berdua bersama Jalal, dia berfikir kenapa dia bisa seceroboh ini lalu pendeta mengatakan saatnya untuk memberikan doa terakhir untuk Hussain, dan dia meminta Jalal untuk mendoakannya, Jalal datang dengan hati yang hancur berkeping keping, dilihatnya anaknya yang masih bayi dalam balutan kain putih. Lalu Hamida menyuruh Jalal untuk mendoakannya agar bisa segera dikubur, Jalal menatap Hamida dan berkata : “Ibu … doa yang seperti apa yang harus kupanjatkan ? kepada siapa aku meminta ? kepada Tuhan ? aku sudah tidak percaya lagi pada Tuhan sekarang” Hamida langsung menjawab : “Jangan Jalal, itu dosa namanya” Jalal pun berujar lagi : “ Aku tidak akan percaya pada Tuhan lagi, dimana Dia ketika setan setan itu membunuh anak anakku, Dia tidak punya kekuatan untuk melindungi anak anakku, kita semua selalu berdoa untuk keselamatan anak anak kita tapi mereka telah pergi saat ini meninggalkan aku, jika disini ada Tuhan … Tuhan harus meminta maaf padaku karena telah mengambil nyawa anak anakku ! tapi saat ini tidak ada Tuhan !” lalu Jalal menatap langit dan bukannya dia berdoa tapi dia malah berteriak marah ke Tuhan dan berujar : “Mulai dari sekarang, aku tidak akan percaya pada Tuhan yang telah mengambil nyawa anak anak kembarku yang tidak berdosa, aku akan menjadi Jalal yang dulu yang kejam dan bengis, tidak akan ada cinta dan kasih sayang pada hatiku mulai saat ini !” semua yang mendengarnya termasuk Jodha kaget tidak percaya … - See more at: http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com/2014/10/sinopsis-jodha-akbar-episode-352by.html#sthash.OFiXBquL.dpuf y JA Lovers » Sinopsis Jodha Akbar episode 351 by Sally Diandra
Sinopsis Jodha Akbar episode 351 by Sally Diandra
Sinopsis Jodha Akbar episode 351 by Sally Diandra. Lagu In Ankhoon mein pun terdengar, Jalal dan Jodha saling mendekatkan wajahnya satu sama lain dekaaaat sekali, mereka berdua duduk ditempat tidur, rasanya malam ini jangan cepat berlalu … lalu Jalal mencium tangan Jodha, Jodha memandang suaminya yang dulu sangat dibencinya itu dengan penuh cinta, tiba tiba Jalal merasa kesakitan dengan luka dikeningnya, Jodhapun panic dan menyuruh Jalal untuk berbaring, Jalal pun menurut, Jodha mengambilkan bantal untuk Jalal, Jalalpun mulai merebahkan dirinya, sambil berbaring tangan Jalal tak mau jauh jauh dari Jodha, tangan kirinya memegang tangan kanan Jodha, sedangkan tangan kanannya membelai rambut Jodha hingga ke lengan kiri Jodha dengan mesra, ditatapnya istrinya yang cantik yang mampu menyihirnya. Malam itu Jodha memang ingin berduaan saja sama Jalal setelah semua yang dilewatinya selama ini apalagi setelah kematian Hasan anak mereka, Jalalpun langsung menggeserkan tubuhnya kesamping agar Jodha bisa berbaring disebelahnya, dengan anggun Jodha berbaring disamping suami yang dicintainya, dan tak henti hentinya Jalal menatap wajah Jodha yang cantik luar dalam, tatapan Jalal dalleeeem bangeeet sampai sampai Jodha tersipu malu menatap suaminya, lalu diciumnya tangan suaminya yang kekar, Jalal merasa bahagia sekali melihatnya, di usapnya dengan lembut air mata yang menetes dipipi Jodha, Jodhapun mengusap dengan lembut air mata dipipi suaminya, dan memegang wajah suami tercintanya dengan kedua tangannya dengan penuh haru, Jalal merasa damai sekali bila berada disisi Jodha lalu ditariknya tangan Jodha dengan kedua tangannya dan diciumnya tangan Jodha juga kening Jodha sambil dipeluknya dengan hangat dan wajah merekapun kembali dekat satu sama lain, malam itu adalah malam yang indah bagi mereka berdua. Dikamar Jodha, saat itu hanya ada Zeenat, Zakira dan Moti yang menjaga Hussain yang sedang tertidur pulas, lalu Zeenat bilang ke Moti bahwa mereka bisa membagi tugas menjaga Hussain, yang pertama Zakira, lalu baru kemudian giliran mereka berdua berbagi tugas, jadi sekarang mereka lebih baik beristirahat dulu, Motipun setuju. Zeenat dan Moti lalu tidur duluan sementara itu Zakira bertugas menjaga Hussain. Beberapa jam kemudian, Zeenat datang dan bilang ke Zakira untuk bergantian berjaga Hussain : “Sekarang kamu bisa tidur, tidurlah” ujar Zeenat, Zakirapun setuju dan berlalu dari sana. Dikamar Rukayah, Rukayah bertanya pada Hosyiyar : “Bagaimana keadaan Jalal, Hoshiyar ?” , “Yang Mulia baik baik saja sekarang” jawab Hosyiyar, dokterpun memberitahu Rukayah kalo dirinya sekarang juga sudah mulai membaik, “Kalo gitu aku akan pergi menjemput Hussain” kata
Rukayah tapi dokter melarangnya : “Jangan Ratu Rukayah, tunggulah satu malam lagi, biar kondisimu benar benar sembuh” ujar dokter. Sinopsis Jodha Akbar episode 351. Dikamar Jalal, Jalal dan Jodha masih asyik bermesraan, mengungkapkan perasaan cinta mereka berdua, tampak Jalal membelai dengan lembut setiap jengkal lengan Jodha, lalu dicopotnya gelang ditangan Jodha satu per satu, dan dipeluknya dengan sangat dekat tubuh Jodha lalu diciumnya bibir Jodha dengan sangat lembut, tapi Jodha tersipu malu dan bangun dari tempat tidur, Jalal segera mengikutinya dan mulai mencium pipidan kening Jodha dengan mesraa … (bikin ngiri aja eeuuu …), Jodha masih tersipu malu tapi tangan mereka berbicara dengan saling mematutkan satu sama lain, tangan merekapun saling mengcengkram dengan hangat, lalu Jalal kembali memeluk Jodha, direngkuhnya tubuh Jodha dalam pelukkannnya dan diciuminya pundak dan leher Jodha dan merekapun kembali terbaring saling berpelukan berciuman dan eng ing eng …. Auuuuuu Dikamar Jodha, Zeenat tampak senang melihat Hussain yang sedang tertidur karena ini adalah kesempatan yang ditunggu tunggu selama ini, dia mengeluarkan racun yang disimpannya di cincinnya dan memasukannya kemulut Hussain persis pada saat itu Moti masuk kekamar dan menyuruh Zeenat untuk tidur dan berisitirahat. Zeenat langsung setuju dan segera berlalu dari tempat itu sementara Moti mulai melakukan tugas jaganya. Pada tengah malam, setelah selesai making love ama Jalal, Jodha terbangun dan dilepaskannya pelukan dan tangan Jalal yang sedari tadi memegangi tangannya terus, lalu dia membuka selimutnya dan mulai bergeser hendak turun tapi dilihatnya Jalal yang tertidur dengan penuh kedamaian lalu diciumnya kening Jalal penuh dengan kemesraan, “Aku harus melihat Hussain sekarang” begitu ujarnya dalam hati, dan diapun berlalu dari kamar Jalal. Jodha sampai dikamarnya dan dia langsung bertanya sama Moti : “Moti apakah Hussain rewel ?” , “Nggak, Jodha … dia tertidur pulas dari tadi, kenapa kamu kesini ? bukannya kamu sama Yang Mulia ?” ujar Moti, kata Jodha : “Iya sih tapi aku kepikiran Hussain terus dari tadi, makanya aku kesini” . Setelah semuanya baik baik saja, Jodhapun ikut tertidur. Sinopsis Jodha Akbar episode 351. Pada pagi hari, Jodha bangun … dan Moti memberitahu kalo Hussain masih tertidur, dia belum bangun dari tadi, lalu kata Jodha : “Mana mungkin … sejak semalam dia nggak rewel bahkan dia tertidur tenang sekali” Jodha bergegas menuju Hussain dan dibukanya selimut yang membungkusnya, dia kaget ketika melihat Hussain terbaring lemah tak berdaya didalam selimutnya dan tidak
bernafas, dia telah mati pikirJodha. Jodha membuka semua selimutnya dan memeluknya dengan erat, lalu dia berteriak keras : “ Husssaaaaaiiiiiinnnn !!!! “ semua yang ada disana langsung kaget dan khawatir. Tak berapa lama Jalal datang dan bertanya : “Ada apa JOdha … apa yang terjadi ?” , “Husssaaaain … dia sudah nggak ada” jawab Jodha sambil menangis tersedu sedu. Hamida dan Salima melihat kondisi Hussain dengan sedih, lalu Rukayah datang kesana dan bertanya “Ada apa ini ?” Rukayah melihat Hussain yang sedang dipeluk Jodha dan bertanya pada Jodha : “Kenapa kamu menangis, Hussain nggak papa kan ? cepaaaat panggil dokter !” bentak Rukayah. Zeenat masuk ke kamarnya sendiri dimana ada Qasim, dia bilang kalo dia sudah memberikan racun pada Hussain, : “Pekerjaan kita sudah selesai sekarang jadi kita harus pergi dari sini secepatnya” ujar Zeenat pada Qasim. Zeenat pun langsung berkemas kemas dan berujar : “Kita harus segera pergi dari Agra sebelum mereka mencurigai kita” . Qasim langsung menggendong anaknya dan berujar : “Terima kasih istriku, kamu telah menyelesaikan tugasku,aku sangat berterima kasih sekali” lalu jawab Zeenat : “Kita akan merayakan semua ini, tapi sekarang kita harus pergi” Dikamar Jodha, dokter mengecek kondisi Hussain dan mengatakan : “Maafkan saya Yang Mulia, Hussain sudah meninggal, dia sudah nggak ada sekarang” , semua yang mendengarkan langsung mellow dan sediiiih banget. Lalu Rukayah teriak dan menyuruh dokter untuk mengecek memastikannya lagi, dia berbicara ke Hussain dan memandangnya tidak percaya sambil berujar : “Hussain … ini aku ibumu” lalu dia berteriak ke Jodha : “Apa yang sudah kamu lakukan ??? apa yang kamu lakukan ke Hussainku ??? Apa ??? aku sudah memberikan senyuman Hussain buat kamu dan kamu membunuhnya ! karena kamu nggak bisa jadi seorang ibu lalu kamu membunuhnya, iya kan ??? kamu sudah merenggutnya dari aku !” dibentak bentak seperti itu ama Ruakayah, Jodha hanya bisa menangis tersedu sedu … huhuhuhuhu
… so sad
Sinopsis Jodha Akbar episode 351. Melihat Hussain meninggal Rukayah langsung berteriak : “Ini bukan kehendak Tuhan, kamu semualah yang melakukan, Jodha dan semua pelayanannya !” lalu Rukayah bertanya ke Jalal : “Jalal kamu memintaku untuk memberikan Hussain ke Jodha untuk beberapa hari, tapi sekarang dia nggak ada, apa yang harus aku lakukan ? jawab aku !” lalu dengan bercucuran air mata Rukayah bertanya ke ibu Ratu Hamidah : “Apa yang harus aku lakukan, ibu ? adakah seseorang yang bisa mengembalikan Hussain kembali ? Jalal bilang dia akan mengembalikan Hussain padaku setelah aku sembuh, aku sudah sembuh sekarang, tolong … kembalikan Hussain padaku, aku mohooon … aku sangat ingin bertemu dengan dia, memeluknya” lalu Rukayah beralih ke arah Jodha dan berkata : “Ibu macam apa kamu ini ! katakan padaku adakah seorang ibu yang seperti kamu ? kamu tidak bisa melindungi anakmu sendiri ! kamu sudah membunuhnya ! katakan padaku dimana kamu malam itu ? ketika Hussain sedang sekarat, kamu dimana ???!!!! katakan padaku … apa yang sudah kamu janjikan ke Jalal kalo kamu akan selalu menjaga Hussain, kamu tidak akan membiarkan apapun yang akan terjadi padanya, dia adalah tanggung jawabmu !” tampak Rukayah sangat marah sekali tapi Jodha hanya bisa menangis dan menangis, lalu Rukayah bilang ke Jalal : “ Jalal kamu sudah membuat perjanjian bahwa jika aku nggak bisa mengurus Hussain, Hussain akan diambil lagi dari aku tapi tolong katakan padaku apa kesalahanku sehingga kamu merebut Hussain dari aku ? apa ? jawab ! ini semua kesalahan Jodha,
Jalal ! Jodha yang telah membunuhnya ! kamu harus memberikan hukuman ke Jodha, Jalal !” teriak Rukayah … Jalal hanya diam saja tidak bergeming, hatinya gamang baru saja Hasan anaknya meninggal saat ini Hussain kembaran Hasan juga menyusul pergi dari sisinya, musnah sudah pewaris Kerajaan Mughal. saat itu dokter mengecek kondisi Hussain dan berkata : “Hussain telah diracun ! dia tidak meninggal tapi dia dibunuh dan racun itu dimasukkannya pada saat tengah malam” semua yang ada disana kaget mendengarnya …. Jalal langsung bertanya sama Moti : “Siapa saja yang bareng sama Hussain tadi malam, Moti ?” dengan takut Moti menjawab : “Cuma ada saya, Zakira dan Zeenat” Jalal langsung curiga pada Zeenat dan bertanya : “Dimana Zeenat sekarang ? dimana dia ?” lalu Jalal menyuruh Hoshiyar untuk mencari Zeenat . Hoshiyar mencari cari Zeenat dikamarnya tapi tidak ada siapapun disana, sementara itu Jalal memerintahkan semua pengawalnya untuk mencari Zeenat dan Qasim ke segala penjuru, dan Hoshiyar memberitahu bahwa Zeenat dan Qasim nggak ada dikamarnya. Jalal semakin murka, amarahnya tak terbendung .. - See more at: http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com/2014/10/sinopsis-jodha-akbar-episode-351by.html#sthash.LXB1Vw8G.dpuf
Home » Sinopsis JA by JA Lovers » Sinopsis Jodha Akbar episode 350 by Sally Diandra
Sinopsis Jodha Akbar episode 350 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 350 by Sally Diandra. Malam itu Jodha sedang duduk termenung dikamarnya, dirinya masih berkabung atas kematian Hasan anaknya, tiba tiba Jalal datang dengan menggendong Hussain kembaran Hasan, Jodha sangat senang sekali begitu melihat Hussain anaknya yang masih hidup datang padanya, Jodha langsung mengambilnya dari Jalal dan tersenyum bahagia, Jalal memandangnya dengan penuh cinta, lalu Jodha bilang : “Kamu telah melakukan hal yang tidak baik, sayang … Rukayah pasti akan sedih ketika dia tahu kamu membawa Hussain kesini” , “Aku tidak melakukannya dengan paksaan, Rukayah sedang sakit dan seorang bayi tidak boleh dekat dekat sama orang sakit makanya aku bawa dia kesini, aku harap kedua istriku akan baik baik saja” jawab Jalal. Lalu Jodha bilang lagi : “Aku akan bermain main dengan Hussain, semuanya akan baik baik saja sepanjang hidupku ini” tiba tiba Moti masuk ke kamar Jodha sambil membawa ayunan bayi dan mengatakan : “Aku tahu kamu pasti akan
membutuhkannya” lalu Jodha menyuruh menyalakan api untuk menerangi kamarnya agar tidak terlalu gelap kemudian Jodha menaruh Hussain didalam ayunan bayi. ~sinopsisjodhaakbar.blogspot.com~ Jodha mencoba membuat Hussain tidur, dia tersenyum melihatnya, sementara itu Jalal duduk dibelakangnya dan bahagia melihat Jodha senang, lalu Jodha mulai bersenandung menyanyikan lagu nina bobok (versi India bo’) untuk Hussain, kemudian Jalal mendekati Jodha dan mulai merangkulnya dari belakang, tau ada Jalal dibelakangnya Jodha berhenti bernyanyi, Jalal bertanya : “Kenapa kamu berhenti bernyanyi ? aku merasa tenang mendengarnya, bernyanyilah … “ lalu Jodha mulai menyanyi lagi hingga Hussainpun tertidur. Tak berapa lama kemudian Jodha merebahkan tubuhnya dipundak Jalal dan ikut tertidur. Senandungnya telah berhenti, Jodha telah lupa pada penderitaannya setelah melihat anaknya bersamanya malam itu. Malam itu Rukayah sedang di periksa oleh dokter, Rukayah mengatakan kalo dia sedikit pusing, dokterpun membaluri tubuh Rukayah dengan obat cairnya, tiba tiba Zeenat datang, dokter kelihatan tidak senang melihatnya, dokter teringat bagaimana Zeenat mengatakan bahwa sirup itu bisa sangat berbahaya bagi siapa pun, bisa membuat orang demam, batuk dll. Lalu Rukayah meminta Zeenat untuk melihat Hussain. Kemudian dokter meninggalkan kamar Rukayah, dalam hati Zeenat merasa bahwa dokter itu curiga padanya, lalu dokter masuk ke kliniknya dan menemukan sirup itu disana, dia berkata dalam hati : “Aku benar benar curiga sama Zeenat, dia pasti berpikir aku benar, bisa bisanya dia mencurigaiku" Sinopsis Jodha Akbar episode 350. Jalal sedang mengecek beberapa belati yang mau dibelinya, tiba tiba saja Jodha datang ke kamarnya bersama Hussain, lalu mereka berdua duduk ditepi ranjang, Jalal bertanya pada Jodha : “Kamu juga mau beli belati, sayang ?” , “Nggak perlu, aku nggak butuh sayang … “ jawab Jodha. Lalu Jalal bilang lagi : “Yaaa … kamu memang nggak butuh sayang, matamu cukup untuk membunuh semua orang, masih ingat dulu waktu kamu menaruh belati dileherku tepat pada malam pengantin kita ? kemudian seperti biasa kamu membunuhku dengan ejekan ejekanmu” . “Tapi itu kan dulu, sekarang semuanya telah berubah, sekarang kamu telah melakukan semuanya buatku tanpa harus memberitahuku” jawab Jodha, lalu Jalal bilang lagi : “Kamu selalu mengagumkan ketika kamu tersenyum”, kemudian Hussain menangis, Jalal bilang lagi : “Waaah … aku baru aja ngomong sebaris untuk ibunya dan anaknya langsung marah” lalu mereka tertawa bersama sama. “Sayang, kenapa kamu sangat mencintai seseorang yang menjadi musuhmu ?”, “Aku nggak tahu, tapi aku merasa nyaman dan
tenang bersamamu, mencintaimu” jawab Jalal. Tak berapa lama kemudian pengawal datang dan memberitahu kalo Maan Singh memanggil Jalal untuk berlatih pedang, Jalal lalu pamitan ke Jodha sambil mencium kening Jodha dan kening Hussain dan diapun berlalu keluar kamar. Zeenat masuk ke dalam kamarnya dan memberitahu Qasim (suaminya) kalo mereka berdua harus pergi dari Agra segera karena dokter yang memeriksa Rukayah curiga padanya, katanya : “Tadi aku mencoba menyelamatkan diriku darinya dengan mencampur sirup yang lain dikliniknya, kita harus pergi dari sini sebelum semuanya ketahuan, semuanya berjalan kurang baik, aku pikir setelah Rukayah sakit, aku bisa mengurus Hussain tapi ternyata Hussain malah diberikan ke Jodha dan dia tidak pernah membiarkan aku untuk memberinya susu” Zeenat benar benar panic sekali tapi Qasim mencoba menenangkannya dan katanya : “Kematian Hasan belum diselidiki sampai saat ini tapi kita nggak perlu khawatir, pekerjaan kita akan beres semuanya, kita masih punya waktu” tapi Zeenat menjawab : “Nggak kita nggak punya waktu, kamu tahu aku sudah meninggalkan jari tiruan yang beracun”, “Apa ??? kamu tau seseorang bisa mendapatkannya, ini akan menjadi masalah besar” ujar Qasim. “Aku melakukan semuanya sendirian jadi apapun bisa terjadi” kata Zeenat. Qasim benar benar marah dan mendorongnya ke dinding, dia menyuruh Zeenat untuk pergi dan mencari jari tiruan itu, Zeenat pun langsung keluar dari kamar. Sinopsis Jodha Akbar episode 350. Jodha sedang melumuri Hussain dengan minyak, dia mengajak Hussain ngobrol dengan suara yang lembut, lalu Zeenat menghampirinya dan mengatakan : “Jangan lakukan itu, Ratu … saya yang akan melakukannya, kamu istirahat saja” tapi Jodha langsung menjawab : “Nggak papa, lagian aku nggak akan jadi seorang pelayan kalo melakukan hal ini, aku ini ibunya dan dia nggak punya waktu yang cukup untuk bersama dengan ibunya, jadi ketika dia bangun biarkan aku bermain main dengannya sekarang, kamu pergi saja, istirahat saja sana” tapi Zeenat memaksa : “Saya diperintah oleh Ratu Rukayah untuk menjaga Hussain”, “Oke kalo begitu, kamu duduk disini” ujar Jodha. “Berikan Hussain pada saya Ratu Jodha, saya akan memberinya minum susu” , “Udah nggak usah, aku yang akan memberinya susu” jawab Jodha sambil berlalu dari sana sementara Zeenat merasa kecewa. Jodha sedang mengajak Hussain ngobrol : “Kamu sekarang nakal yaa, ibu sudah mengajakmu tidur tapi kamu nggak tidur” lalu Jodha memeriksa apakah Hussain demam, Zeenat mengatakan kalo Hussain sedikit demam tapi Jodha nggak perlu khawatir, tak berapa lama kemudian Moti datang dan memberitahu Jodha kalo Jalal sudah pulang dari berlatih pedang, kata : “Aku piker kamu harus bersama Jalal saat ini, Jodha … dia sedikit terluka” .
Jodha langsung panic lalu dia mau beranjak keluar tapi terhenti dan melihat ke arah Hussain, lalu kata Zeenat : “Jangan khawatir sama Hussain, Jalal membutuhkan kamu saat ini” lalu Jodha menjawab : “Tidak, aku hanya ingin bersama Hussain saja” tapi Zeenat langsung bilang : “Jangan, Jalal membutuhkanmu saat ini, kamu tahu kan cinta Jalal ke kamu melebihi cintanya pada istri istri yang lain, dia bertengkar sama Ratu Rukayah untuk membawa Hussain ke kamu, jadi pergilah sana temui dia”. Lalu Jodha menyuruh Moti untuk menjaga Hussain dan pergi ke kamar Jalal. Jodha masuk ke kamar Jalal tapi Jalal berupaya menyembunyikan lukanya, kata Jodha : “Ketika suami sedang menderita, bagaimana bisa istri hidup tenang” lalu Jodha mendekati Jalal dan duduk ditempat tidurnya. Zeenat menyuruh Zakira untuk tidur, biar dia yang menjaga Hussain tapi Zakira mengatakan tidak, dia belum ngantuk. Lalu Zeenat bilang ke Moti : “Jodha telah melalui banyak hal dalam hidupnya” , “Iyaa … dia telah banyak menderita” ujar Moti, tapi Zeenat berujar : “Jangan khawatir, Jalal sekarang telah bersamanya, semua hal hal yang baik akan dialaminya sekarang” tapi dalam hati Zeena berkata bahwa saat ini nggak ada yang baik. Dikamar Jalal, Jalal tanya ke Jodha : “Dimana Hussain ???” , “Hussain sama Moti, Zakira dan Zeenat” jawab Jodha. Lalu Jalal bilang : “Aku nggak papa, kamu temani Hussain saja sana” tapi Jodha langsung bilang : “Nggak sayang, kamu lagi terluka saat ini, aku nggak bisa meninggalkanmu sendirian” , Jalal bertanya : “Kenapa kamu sangat mencintaiku sayang ???” lalu Jalal mendekati Jodha dan wajah mereka saling mendekat satu sama lain . - See more at: http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com/2014/10/sinopsis-jodha-akbar-episode350.html#sthash.ZQir1Hkm.dpuf Home » Sinopsis JA by JA Lovers » Sinopsis Jodha Akbar episode 349 by Sally Diandra
Sinopsis Jodha Akbar episode 349 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 349 by Sally Diandra. Ketika Jalal masuk kekamar Rukayah, Zeenat hampir saja mau memberikan racun kemulut Hussain, tapi begitu mengetahui kedatangan Jalal, dia menyembunyikan jari tiruannya yang beracun itu diselimut yang membungkus tubuh Hussain, “Dimana Rukayah ?” tanya Jalal, “Ratu Rukayah sedang mandi Yang Mulia” jawab Zeenat. “Ooh begitu, tolong beritahu Ratu Rukayah, kalo aku ingin bermain main sebentar sama Hussain” ujar Jalal sambil mengambil Hussain dari tanganZeenat, kemudian menggendongnya keluar. Zeenat panic karena dia tidak menemukan jari tiruannya yang tadi dia sembunyikan, dia berpikir : “Pasti tadi terbawa sama Jalal, aku harus segera menemukannya” Dalam perjalanannya menuju ke taman, tampak Jalal sedang mengajak Hussain berbicara : “Kamu tau, kamu adalah anak yang paling beruntung, karena ibumu Ratu Jodha sangat
mencintai kamu … apa ??? kamu ingin ayah jadi kuda ?” kemudian Jalal meletakkan Hussain dipundaknya, dan jari tiruan Zeenat yang beracun jatuh ke tanah tapi sayangnya Jalal tidak melihatnya. Ditaman, dari kejauhan Jodha melihat Hussain dalam gendongan Jalal dan bilang : “Ooooh … anakku Hussain” Jodha langsung lari kearah Jalal, seketika itu juga dia langsung mengambil Hussain dari tangan Jalal dan menciuminya dengan lembut, lalu katanya : “Aku ingiiiin sekali melihatmu, nak …. apakah kamu tidak rindu sama ibumu ini ? apakah kamu suka membuat masalah sama Ratu Rukayah ?”, “Hussain tersenyum melihat ibunya, kelihatannya dia ingin sekali bermain bersama kamu, Jodha” ujar Jalal. Tiba tiba saja rintik rintik hujan mulai turun, “Waaah … hujan mulai turun, cuacanya kurang bersahabat saat ini” kata Jodha, lalu mereka berduapun pergi bernaung disebuah tenda ditengah tengah taman, sesampainya di tenda Jalal berupaya untuk menggoda Joda “Lihat rambutnya, Ratu Jodha … anakmu seperti orang tua” kata Jalal, diejek seperti itu Jodha langsung membalas : “Anakku bukan seperti orang tua, Yang Mulia … tapi ayahlah yang sudah tua” jawab Jodha. “Heiii …. Tapi banyak gadis yang ingin menikah denganku” kata Jalal lagi, “Iyaaa betul Yang Mulia … tapi mereka semua hanya ingin menikahi kekayaanmu saja” jawab Jodha sambil tersenyum menang dan terus bermain main dengan Hussain. Dalam hati Jalal berpikir : “Setelah beberapa hari ini , akhirnya aku melihat senyum diwajahmu lagi, aku yakin kamu akan baik baik saja, Ratu Jodha … jika Hussain bisa mengingatkanmu akan Hasan kembaran Hussain” Tak berapa lama kemudian Jalal meminta Jodha untuk memberikan Hussain padanya, karena pikirnya siapa tau nanti Hussain pipis dan membasahi baju Jodha, “Tidak apa apa, Yang Mulia … aku tidak akan kaget seperti kamu kalo dia pipis nanti, tidak usah khawatir” kata Jodha. Dari kejauhan Rukayah melihat mereka berdua yang sedang asyik bermain bersama Hussain, dia berteriak ke arah Jalal : “Jalaaallll !!!” sambil berjalan ke arah mereka, Jodhapun segera memeluk Hussain semakin erat, lalu Rukayah bilang ke Jalal : “Kamu membawa Hussain kesini rupanya” , “Yaaa” jawab Jalal “Aku ingin bermain sama dia” , lalu Rukayah meminta Hussain dengan tidak sopan dari Jodha : “Ini waktunya makan buat Hussain” ujar Rukayah, lalu Rukayah meninggalkan mereka sambil menggendong Hussain, Jodha sangat sedih melihatnya
Dikamar Rukayah, Rukayah sedang bermain main dengan Hussain, dia menyuruh Hoshiyar untuk memanggil Zeenat, Zeenatpun datang, “Dengar yaa … aku akan cuma memanggilmu, aku suka melihat perhatianmu sama Hussain, aku tidak tau apa jadinya kalo kamu tidak ada” kata Rukayah,
“Semuanya akan baik baik saja, Ratu Rukayah …. saya ini pengasuhnya dan saya tahutugas saya, saya merasa beruntung menjadi pengasuh Pangeran Hussain” jawab Zeenat sambil mengambil Hussain dari Rukayah dan hendak beranjak pergi keluar kamar, “Jangan pergi dari sini, Zeenat ! duduklah disini saja, jangan melakukan kesalahan lagi, kamu adalah orang yang paling aku percaya sekarang, aku akan menjadi ibu yang penuh tanggung jawab, terus terang … aku tidak suka waktu kamu memberikan Hussain ke Jalal” kata Rukayah, “Saya tidak bisa mengatakan tidak pada seorang Raja, Ratu Rukayah” jawab Zeenat. “Aku tahu, maka dari itu aku telah memutuskan bahwa Hussain harus dalam pengawasanku selama 24 jam sehari” ujar Rukayah, “Baiklah kalo begitu, Ratu Rukayah” jawab Zeenat dan mulai memberikan Hussain minuman susu, setelah beberapa jam kemudian “Aku pikir dia sudah kenyang, Zeenat” kata Rukayah sambil mengambil Hussain kembali dari Zeenat, “Hamba saat ini juga tidak sedang sibuk, Ratu Rukayah … anda bisa istirahat sekarang, saya yang akan mengurus Hussain” ujar Zeenat, “Tidak apa apa, aku baik baik saja, aku mau sendirian saja sama anakku, kamu pergi saja dan istirahatlah, nanti kalo aku membutuhkanmu, aku akan memanggil kamu” ujar Rukayah. Dalam hati Zeenat berujar : “Bagaimana caranya agar aku bisa mengerjakan pekerjaanku saat ini, aku harus menemukan jari tiruan yang beracun itu” Malam harinya ditaman tampak Zeenat sedang mencari cari jari tiruan yang beracun dengan rasa penasaran, tiba tiba Salima datang kesana, Zeenat langsung melempar cincinnya ke tanah, “Sedang apa kamu malam malam begini disini, Zeenat ?’ tanya Salima, “Saya sedang mencari cincin saya yang hilang, Ratu Salima … sepertinya tadi jatuh disini” jawab Zeenat, “Oooh begitu, mari saya bantu mencarinya” kata Salima lagi sambil mulai mencari cari cincin Zeenat dan tak berapa lama kemudian menemukannya, “Apakah ini cincinmu ? tanya Salima, “Iyaaa betuul ! ini adalah salah satu cincin kesukaan saya, terima kasih Ratu Salima” ujar Zeenat, “Tapi jarimu ini ?” ujar Salima lagi, Zeenat sesaat terkejut mendengarnya, “Jarimu sepertinya terbakar, ayooo kita ke dokter” kata Salima sambil mengajak Zeenat ke klinik dokter Istana. Malam itu dikamar Jodha, Jalal datang menghampiri Jodha dan berkata : “Aku minta maaf atas perilaku Rukayah tadi sore” , “Tidak apa apa, Yang Mulia … aku sudah bisa menikmati sedikit waktu bersama Hussain, itu sudah cukup buatku, Ratu Rukayah memang sangat protektif, itu semua karena dia sangat mencintai Hussain” jawab Jodha, “Tidak usahlah kau berpura pura didepanku, Ratu Jodha … aku tau sekali bagaimana kamu, dan aku sudah memutuskan untuk mengambil Hussain kembali dari Rukayah dan memberikannya ke kamu” ujar Jalal, “Jangan, jangan lakukan itu, Yang Mulia … aku sudah kehilangan Hasan bukan berarti anda bisa merenggut Hussain dari Ratu Rukayah, aku tau bagaimana perasaan seorang ibu ketika kehilangan anaknya” kata Jodha. “Aku juga tidak suka ketika dia merenggut Hussain dari kamu, Ratu Rukayah seharusnya mengerti bahwa kamu telah memberikan bantuan yang amat besar buat dia, aku akan bicara sama dia dan
kalau dia tidak mengerti juga, aku akan mengambil Hussain darinya” kata Jalal sambil berlalu dari kamar Jodha. Jodha hanya bisa menatap nanar kepergian suaminya, dalam hati dia berkata : “Itulah sebabnya Yang Mulia tidak mengerti, aku tidak ingin Ratu Rukayah juga merasakan penderitaan yang sama seperti aku”. Malam itu di kamar Rukayah, makanan telah disiapkan untuk Rukayah, pelayanan mencoba makanan itu terlebih dahulu, lalu Rukayah mulai memakannya, tiba tiba saja Rukayah batuk batuk dan meminta Hoshiyar segelas minuman, “Biarkan hamba yang mengambilkan Ratu Rukayah” kata Zeenat, lalu dia pergi ke dapur dan mencampur beberapa tetes sirup kedalam minuman, lalu dibawanya minuman itu ke Rukayah dan memberikannya ke Rukayah, Rukayah langsung meminumnya sampai habis. Malam itu Rukayah sedang bermain main bersama Hussain, kemudian Jalal datang dan berkata dengan nada marah : “Apakah kamu masih ingat atau aku harus mengingatkanmu bahwa bagaimana kamu memohon dengan amat sangat ke Jodha dan Jodha memberikan anaknya ke kamu !”, mendengar suara ketus Jalal, Rukayah hanya diam saja, “Menjadi seorang wanita yang terhormat tapi pikiran kamu masih sempit ! bagaimana bisa begitu rendahnya dirimu ketika kamu tidak mengijinkan ayah dan nenek Jodha memegang Hussain, apakah kamu pikir mereka akan merenggut Hussain ?” , “Tidak seorangpun yang berfikir kalo Hussain adalah anakku, aku hanya ingin Hussain aman, aku tidak mau ada orang lain yang mendekatinya, apakah kamu lupa pada apa yang terjadi sama Hasan, semua orang bermain main dengan dia dan dia jatuh sakit, aku tidak bisa jadi ibu yang tidak bertanggung jawab seperti Jodha” jawab Rukayah. “Teganya kamu ! tidakkah kamu lupa bahwa Jodhalah yang memberimu kebahagiaan menjadi seorang ibu !” ujar Jalal dengan ketus, “Aku nggak peduli orang lain ! aku hanya peduli sama Hussain !” kata Rukayah. Rukayah dan Jalal terlibat pertengkaran sengit, “Cobalah untuk mengerti, aku hanya ingin Hussain bersama Jodha untuk beberapa hari kemudian akan aku kembalikan lagi ke kamu” kata Jalal, “Hasan meninggal karena kecerobohan Jodha dan kamu masih membelanya ?” ujar Rukayah … seketika itu Jalal berteriak dan mengangkat tangannya hendak menampar Rukayah tapi tiba tiba saja Rukayah merasakan sesuatu yang kurang nyaman didalam perutnya dan rasanya ingin sekali dirinya mau muntah, melihat kondisi Rukayah yang seperti itu, Jalal langsung memegangnya dan memanggil dokter. Rukayahpun tak sadarkan diri, Jalal bilang ke dokter : “Seharusnya aku tidak berteriak padanya, makanya dia tidak sadarkan diri” tapi dokter bilang : “Bukan seperti itu Yang Mulia, Ratu Rukayah sedang demam” tak lama kemudian Rukayah sadar dan meminta dokter untuk membuatkan obat yang bisa dengan cepat menyembuhkan penyakitnya, sehingga dia bisa menjaga Hussain. Tapi dokter berkata : “Turutilah kata kata hamba, Ratu Rukayah … paduka harus menjauh dulu dari
Hussain selama satu minggu agar Hussain tidak ikut tertular” mendengar hal tersebut, Rukayah langsung menyuruh Zeenat dan pelayan lainnya untuk menjaga Hussain. “Sudah cukup, kamu bisa memberikan Hussain pada ibu kandungnya, Ratu Rukayah” ujar Jalal, Hamida juga mengatakan hal yang sama : “Iyaa … biarkan Hussain bersama Ratu Jodha selama satu minggu kedepan” , Salima juga bilang mengiyakan : “Aku juga akan selalu bersama Hussain, Ratu Rukayah” , “Semua ini tergantung …. sampai kamu benar benar sembuh, jadi biarkan Hussain bersama dengan Jodha” ujar Jalal sambil mengambil Hussain dari ayunan bayinya dan berlalu dari kamar Rukayah. 0 234 548
Related Posts:
Sinopsis Jodha Akbar episode 367 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 366 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 373 by Sally Diandra Sinosis Jodha Akbar episode 372 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episdoe 371 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 370 by Sally Diandra Sinopsis Jodha Akbar episode 369 by Sally Diandra
Meysha Rating 4,5
Sinopsis
Game s
Jodha Akbar
Sirup
Dapur
Pikir Sambil
Tapi
Wanita
Tahu
Sinopsis
Game s
0 Comments
0 Comments - See more at: http://sinopsisjodhaakbar.blogspot.com/2014/10/sinopsis-jodha-akbar-episode-349by.html#sthash.HugL7RYn.dpuf