SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan : Cara Mencegah Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Hari / Tanggal : Rabu, 4 Juni 2014 Pukul
: 09.00 WIB – 09.35 WIB
Sasaran
: Pengunjung Rawat Inap Interne Pria
Tempat
: Koridor Rawat Inap Interne Pria
A.
LATAR BELAKANG Rumah sakit merupakan tempat perawatan dan pengobatan untuk seseorang yang mengalami gangguan kesehatan. Pasien yang datang dengan berbagai keluhan penyakit bisa menyebabkan tempat ini dihinggapi banyak kuman dan virus. Jika pasien, pengunjung, bahkan petugas medis rumah sakit kurang menjaga kebersihan diri maka dikhawatirkan dapat terkena infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya (Soeparman, 2001). Survey prevalensi yang dilakukan oleh WHO terhadap 55 rumah sakit di 14 negara mewakili 14 daerah WHO (Eropa, Mediterania timur, Asia Selatan – Timur, dan Pasifik Barat) menunjukkan rata-rata 8,7% pasien di rumah sakit menderita infeksi nosokomial. Tingkat infeksi nosokomial di Asia dilaporkan lebih dari 40% (Alvarado 2000). Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yang berisiko mendapat infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun dari petugas kepada pasien. Terlebih dengan adanya penyakit seperti MRSA dan Mers yang dapat menginfeksi siapa saja dengan tingkat penularan melalui kontak dan udara. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada pengunjung Ruang Interne Pria RSUP Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 27 Mei 2014, didapatkan bahwa 8 dari 10 pengunjung tidak mengetahui tentang infeksi yang didapat dari rumah sakit dan
pencegahannya. Oleh karena itu kelompok tertarik untuk memberikan penyuluhan tentang cara mencegah infeksi nosokomial di Rumah Sakit. B.
TUJUAN 1.
Tujuan Umum Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang infeksi nosokomial, diharapkan pasien dan keluarga memahami tentang pengertian, jenis, dan cara pencegahan infeksi nosokomial.
2.
Tujuan Khusus Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang infeksi nosokomial, diharapkan pasien dan keluarga memahami: a. Pengertian infeksi nosokomial b. Rantai penularan infeksi c. Cara mencegah infeksi nosokomial
C.
PELAKSANAAN KEGIATAN 1.
Topik Cara pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit
2.
Sasaran dan Target Sasaran
: Semua pengunjung yang datang ke Ruang Rawat Inap Interne Pria RSUP Dr.M.Djamil Padang
Target
: Keluarga pasien yang dirawat di Ruang Rawat Interne Pria RSUP Dr.M.Djamil Padang
3.
Metode a. Ceramah b. Tanya jawab c. Diskusi
4. Media dan Alat a. Leaflet b. Laptop c. Infocus 5. Waktu dan Tempat Hari/Tanggal : Selasa, 3 Juni 2014 Waktu
: 09.00 WIB – 09.35 WIB
Tempat
: Koridor Ruang Rawat Inap Interne Pria RSUP Dr.M.Djamil Padang
6. Pengorganisasian a. Penanggung Jawab
: Restu Budi Susilo, S.Kep
b.
: Aghnia Minjar Witma, S.Kep
c. Pemateri
: Restu Budi Susilo, S.Kep
d. Observer
: Meisyaffitri, S.Kep
e. Fasilitator
: Selfi Fauzia, S.Kep
7. Uraian Tugas a.
Penanggung jawab Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan
b.
c.
1)
Membuka acara
2)
Memperkenalkan mahasiswa dan pembimbing
3)
Menjelaskan topik dan tujuan penyuluhan
4)
Menjelaskan kontrak waktu
5)
Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri
6)
Mengarahkan alur diskusi
7)
Memimpin jalannya penyuluhan
8)
Meyimpulkan penyuluhan
9)
Menutup acara Fasilitator
1) Memotivasi peserta agar berperan aktif 2) Membuat absensi penyuluhan 3) Mengantisipasi suasana yang dapat mengganggu kegiatan penyuluhan d.
Observer 1) Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir 2) Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan
8. Setting Tempat
Ket : : Presenter
D.
: Pembimbing
: audiens
:
: Observer
: Fasilitator
KEGIATAN PENYULUHAN No. Waktu 1. 5 menit
Kegiatan penyuluhan Pembukaan :
Kegiatan peserta
Membuka kegiatan dengan mengucapkan •
Menjawab salam
salam. Memperkenalkan anggota kelompok dan •
Mendengarkan
pembimbing •
Memperhatikan
akan •
Memperhatikan
Menjelaskan tujuan dari penyuluhan. Menyebutkan
materi
yang
diberikan. 2.
20 menit
Membuat kontrak waktu Pelaksanaan :
•
Menggali pengetahuan peserta tentang •
Menyetujui kontrak Mengajukan pendapat
pengertian infeksi nosokomial Memberikan reinforcement positif atas • pendapat peserta Menjelaskan tentang pengertian infeksi •
Mendengar
dan
memperhatikan Mendengar
dan
nosokomial
memperhatikan
Menggali pengetahuan peserta tentang •
Mengajukan pendapat
rantai penularan infeksi Memberikan reinforcement positif atas •
Mendengarkan
pendapat peserta Menjelaskan tentang rantai penularan •
Mendengar
dan
memperhatikan
infeksi Menggali pengetahuan peserta tentang •
Mengajukan pendapat
cara mencegah infeksi nosokomial Memberikan reinforcement positif atas •
Mendengarkan
pendapat peserta Menjelaskan tentang cara mencegah •
dan
memperhatikan
infeksi nosokomial Mendemonstrasikan cara mencuci tangan •
Mendengar
dan
memperhatikan
yang benar Mengajak
Mendengar
peserta
untuk
ikut
serta
•
Ikut
serta
mendemonstrasikan cara mencuci tangan
mendemonstrasikan
yang benar
mencuci
tangan
yang
benar 3.
10 menit
Evaluasi : Memberi kesempatan
peserta untuk•
memberikan pertanyaan
Mengajukan pertanyaan
•
Mendengarkan
yang mengajukan pertanyaan
•
Mendengarkan
Menjawab pertanyaan peserta
•
Mengajukan pendapat
•
Mendengarkan
•
Menjawab salam
Memberikan reinforcement pada peserta
melakukan evaluasi tentang: • Pengertian infeksi nosokomial • Rantai penularan infeksi • Cara pencegahan infeksi nosokomial
menyimpulkan
penyuluhan
materi
memberikan salam
E.
EVALUASI 1.
Evaluasi struktur a. Mahasiswa dan audien berada pada posisi yang sudah direncanakan b. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan c. Pre Planning telah disetujui d. 75% audiens menghadiri penyuluhan
2.
Evaluasi proses a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan b. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan c. 70% audiens mengikuti kegiatan penyuluhan sampai selesai d. 70% audiens berperan aktif selama kegiatan berjalan
3.
Evaluasi hasil Sesuai
dengan
TIK,
diharapkan
peserta
mengikuti
penyuluhan
menyebutkan : a. Pengertian infeksi nosokomial b. Rantai penularan infeksi c. Pencegahan terjadinya infeksi nosokomial d. Peserta mampu mencobakan cara mencuci tangan dengan benar
Lampiran Materi Penyuluhan
mampu
INFEKSI NOSOKOMIAL A. Pengertian Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial (Harrison, 2001). B. Rantai Penularan Infeksi Pengetahuan tentang rantai penularan infeksi sangat penting karena apabila satu mata rantai dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Komponen yang diperlukan sehingga terjadi penularan adalah: 1. Agen infeksi (infectious agent) adalah Mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi. Pada manusia dapat berupa bakteri , virus, ricketsia, jamur dan parasit. 2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umum adalah manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya. Pada manusia: permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas, usus dan vagina 3. Port of exit ( Pintu keluar) adalah jalan dari mana agen infeksi meninggalkan reservoir. Pintu keluar meliputi : saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit dan membrana mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain. 4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi dari reservoir ke penderita (yang suseptibel). Ada beberapa cara penularan yaitu : a. Kontak ( transmission): 1) Direct/Langsung: kontak badan ke badan transfer kuman penyebab secara fisik pada saat pemeriksaan fisik, memandikan pasen 2) Indirect/Tidak langsung : kontak melalui objek (benda/alat) perantara: jarum, kasa, tangan yang tidak dicuci b. Droplet : partikel droplet > 5 μm melalui batuk, bersin, bicara, jarak sebar pendek, tidak bertahan lama di udara, paling banyak pada mukosa bibir, hidung, mulut.
c. Airborne : partikel kecil ukuran < 5 μm, bertahan lama di udara, jarak penyebaran jauh, dapat terinhalasi, contoh: Mycobacterium tuberculosis, virus campak, Varisela (cacar air), spora jamur. d. Melalui Vehikulum : Bahan yang dapat berperan dalam mempertahankan kehidupan kuman penyebab sampai masuk (tertelan atau terokulasi) pada pejamu yang rentan. Contoh: air, darah, tinja, makanan e. Melalui Vektor : Serangga atau binatang lain yang dapat menularkan kuman penyebab
cara menggigit pejamu yang rentan atau menimbun kuman
penyebab pada kulit pejamu atau makanan. Contoh: nyamuk, lalat, pinjal/kutu, binatang pengerat. 5. Port of entry (Pintu masuk) adalah Tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu (yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui: saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh (luka).
6. Pejamu rentan (suseptibel) adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah infeksi atau penyakit. Faktor yang mempengaruhi: umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma atau pembedahan. Sedangkan faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup, pekerjaan dan herediter. Anak-anak yang berusia di bawah 12 tahun adalah yang paling rentan terinfeksi nosokomial. Oleh sebab itu anak-anak dilarang membesuk orang yang sedang dirawat inap di rumah sakit. Anak-anak usia ini daya tahan tubuhnya masih rendah dan belum sempurna.
C. Pencegahan terjadinya Infeksi Nosokomial Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang terintegrasi, monitoring dan program yang termasuk: 1.
Kewaspadaan transmisi kontak a. Penempatan pasien kamar tersendiri Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat suatu pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang penularannya melalui udara, contohnya tuberkulosis, dan MRSA, yang mengakibatkan kontaminasi berat. MRSA dan Staph lain bisa menyebabkan infeksi dengan memasuki tubuh lewat kulit terbuka atau arus darah. Orang yang mempunyai masalah kesehatan seperti kencing manis atau sistem ketahanan buruk – atau yang kulitnya terbuka karena luka, baru dioperasi atau penyakit kulit, lebih cenderung terkena infeksi Staph. MRSA bisa menyebabkan infeksi kulit seperti bisul, infeksi di bawah kulit, serta infeksi yang lebih parah pada tulang, darah, paru-paru dan bagian tubuh lainnya. Sedangkan penularan yang melibatkan virus, contohnya HIV. Biasanya, pasien yang mempunyai resistensi rendah eperti leukimia dan pengguna obat immunosupresan juga perlu diisolasi agar terhindar dari infeksi. Tetapi menjaga kebersihan tangan dan makanan, peralatan kesehatan di dalam ruang isolasi juga sangat penting. Ruang isolasi ini harus selalu tertutup dengan ventilasi udara selalu menuju keluar. Sebaiknya satu pasien berada dalam satu ruang isolasi, tetapi bila sedang terjadi kejadian luar biasa dan penderita melebihi kapasitas, beberapa pasien dalam satu ruangan tidaklah apa-apa selama mereka menderita penyakit yang sama (Suwarni, 2001) b. Gaun, menggunakan dan lepaskan gaun sebelum meninggalkan ruangan Baju khusus (gaun) juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama kita melakukan suatu tindakan untuk mencegah percikan darah, cairan tubuh, urin dan feses, serta melindungi pasien dari mikroorganisme yang menempel pada tubuh pengunjung yang berasal dari luar rumah sakit. c. Batasi kontak saat memindahkan pasien d. Mencuci tangan Menjaga kebersihan tangan dengan baik dan benar dapat mencegah penularan mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi nosokomial. Kepatuhan terhadap kebersihan tangan merupakan pilar pengendalian infeksi. Teknik yang
digunakan adalah teknik cuci tangan 6 langkah. Dapat memakai antiseptik, dan air mengalir atau handrub berbasis alkohol. Kebersihan tangan merupakan prosedur terpenting untuk mencegah transmisi penyebab infeksi (orang ke orang;objek ke orang). Banyak penelitian menunjukkan bahwa cuci tangan menunjang penurunan insiden MRSA. Waktu mencuci tangan : •
Segera setelah tiba di rumah sakit
•
Sebelum masuk dan meninggalkan ruangan pasien
•
Sebelum dan sesudah kontak pasien atau benda yang terkontaminasi cairan tubuh pasien
•
Diantara kontak pasien satu dengan yang lain
•
Sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien
•
Sesudah ke kamar kecil
•
Sesudah kontak darah atau cairan tubuh lainnya
•
Bila tangan kotor
•
Sebelum meninggalkan rumah sakit
•
Segera setelah melepaskan sarung tangan
•
Segera setelah ihkan sekresi hidung
•
Sebelum dan setelah menyiapkan dan mengkonsumsi makanan
Cara mencuci tangan 6 langkah : •
Buka semua perhiasan, basuh tangan dengan air, tuangkan sabun atau cairan antiseptic ke telapak tangan, lalu gosok dengan cara memutar berlawanan dengan arah jarum jam
•
Gosok punggung tangan kiri dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan. Dan lakukan sebaliknya
•
Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jariJari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling digosokkan
•
Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling digosokkan
•
Gosok ibu jari tangan kiri dengan gerakan memutar dalam genggaman tangan kanan. Dan lakukan sebaliknya.
•
Gosokkan ujung-ujung kuku tangan kanan pada telapak tangan kiri dengan cara memutar. Dan lakukan sebaliknya. Bilas tangan denga air mengalir. Keringkan dengan tisu sekaali pakai, gunakan tisu bekas untuk menutup keran.
2. Kewaspadaan transmisi udara a. Menggunakan Masker Masker, sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara. Begitupun dengan pasien yang menderita infeksi saluran nafas, mereka harus menggunakan masker saat keluar dari kamar penderita. Begitu juga dengan pengunjung, pengunjung disarankan menggunakan masker sebagai cara untuk mencegah terhadap infeksi atau penularan selama di rumah sakit. b. Etika Batuk Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan cara menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju. jadi bakteri tidak menyebar ke udara dan tidak menular ke orang lain Etika batuk : • Bila merasa akan batuk atau bersin, segeralah berpaling/menjauh sedikit dari orang-orang disekitar • Kemudian tutuplah hidung dan mulut dengan menggunakan tissue / saputangan atau lengan dalam baju • Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah; • Cucilah tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau gel pembersih tangan; dan • Bila perlu gunakan masker.
DAFTAR PUSTAKA
Babb, JR. Liffe, AJ. Pocket Reference to Hospital Acquired infection. Science Press limited, Cleveland Street, London; 1995 Depkes RI bekerjasama dengan Perdalin. 2009. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No 382/Menkes/2007. Jakarta: Kemenkes RI Depkes RI. 2006. Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Pelayanan Kesehatan. Depkes RI: Ditjen Bina Yan Med _____. 2007. Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No 270/MENKES/2007. Jakarta: Depkes RI Ducel, G. et al. Prevention of hospital-acquired infections, A practical guide. 2nd edition. World Health Organization. Department of Communicable disease, Surveillance and Response; 2002 Notoatmodjo S. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rhineka Cipta Siegel JD et al. and HIAC CDC. 2007. Guideline for Isolation Precaution: Preventing Transmission of Infectious Agent in Healthcare Setting. CDC hal 1-92 Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta; 2001 Suwarni, A. Studi Diskriptif Pola Upaya Penyehatan Lingkungan Hubungannya dengan Rerata Lama Hari Perawatan dan Kejadian Infeksi Nosokomial Studi Kasus: Penderita Pasca Bedah Rawat Inap di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Provinsi DIY Tahun 1999. Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta; 2001 Wenzel. Infection control in the hospital,in International society for infectious diseases, second ed, Boston; 2002