BANGUNAN TRADISIONAL KALIMANTAN
A. PENDAHULUAN Kalimantan (toponim: Kalamantan, Calémantan, Kalémantan, Kelamantan, Kilamantan, Klamantan, Klémantan, K'lemantan, Quallamontan) atau juga disebut Borneo pada jaman kolonial, adalah pulau terbesar ketiga di dunia yang terletak di sebelah utara Pulau Jawa dan di sebelah barat Pulau Sulawesi. Pulau Kalimantan dibagi menjadi wilayah Indonesia (73%), Malaysia (26%), dan Brunei (1%). Pulau Kalimantan terkenal dengan julukan "Pulau Seribu Sungai" karena banyaknya sungai yang mengalir di pulau ini. Pada zaman dahulu, Borneo yang berasal dari nama kesultanan Brunei adalah nama yang dipakai oleh kolonial Inggris dan Belanda untuk menyebut pulau ini secara keseluruhan, sedangkan Kalimantan adalah nama yang digunakan oleh penduduk kawasan timur pulau ini yang sekarang termasuk wilayah Indonesia. Wilayah utara pulau ini (Sabah, Brunei, Sarawak) untuk Malaysia dan Brunei Darussalam. Sementara untuk Indonesia wilayah Kalimantan Utara, adalah provinsi Kalimantan Utara. Dalam arti luas "Kalimantan" meliputi seluruh pulau yang juga disebut dengan Borneo, sedangkan dalam arti sempit Kalimantan hanya mengacu pada wilayah Indonesia. Geografis Pulau Kalimantan terletak di sebelah utara pulau Jawa, sebelah timur Selat Melaka, sebelah barat pulau Sulawesi dan sebelah selatan Filipina. Luas pulau Kalimantan adalah 743.330 km². Pulau Kalimantan dikelilingi oleh Laut Cina Selatan di bagian barat dan utarabarat, Laut Sulu di utara-timur, Laut Sulawesi dan Selat Makassar di timur serta Laut Jawa dan Selat Karimata di bagian selatan. Sungai-sungai terpanjang di Kalimantan adalah Sungai Kapuas (1143 km) di Kalimantan Barat, Indonesia, Sungai Barito (880 km) di Kalimantan Tengah, Indonesia, Sungai Mahakam (980 km) di Kalimantan Timur, Indonesia. Jalan Nasional RI di Kalimantan sepanjang 6.075,97 km yang secara umum dengan kondisi mantap baru mencapai 77%. Pembagian Wilayah Kalimantan, Indonesia Kalimantan letaknya di tengah-tengah Indonesia sehingga layak dicalonkan sebagai lokasi ibukota Indonesia masa depan. Kalimantan wilayah Indonesia dibagi menjadi lima provinsi berdasarkan urutan pembentukannya: Bangunan Tradisional Kalimantan
Kalimantan Selatan dengan ibu kota Banjarmasin Kalimantan Barat dengan ibu kota Pontianak Kalimantan Timur dengan ibu kota Samarinda Kalimantan Tengah dengan ibu kota Palangkaraya Kalimantan Utara dengan ibu kota Tanjung Selor
Suku Dayak Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang tinggal di pedalaman, di gunung, dan sebagainya. Kata Dayak itu sendiri sebenarnya diberikan oleh orang-orang Melayu yang datang ke Kalimantan. Orangorang Dayak sendiri sebenarnya keberatan memakai nama Dayak, sebab lebih diartikan agak negatif. Padahal, semboyan orang Dayak adalah "Menteng Ueh Mamut", yang berarti seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau pantang mundur. Kata Dayak berasal dari kata "Daya" yang artinya hulu, untuk menyebutkan masyarakat yang tinggal di pedalaman atau perhuluan Kalimantan umumnya dan Kalimantan Barat. Kata “Dayak” ini juga merupakan nama kolektif bagi banyak kelompok suku di Pulau Kalimantan atau Borneo. Dalam suku “Dayak” itu sendiri, terdapat kelompok-kelompok “Suku” yang sangat heterogen dengan segala perbedaannya, seperti bahasa, corak seni, organisasi social dan berbagai unsur budaya lainnya (Nieuwenhuis, 1990). Ada berbagai pendapat tentang asal-usul orang Dayak, tetapi setakat ini belum ada yang betul-betul memuaskan.Namun, pendapat yang diterima umum menyatakan bahawa orang Dayak ialah salah satu kelompok asli terbesar dan tertua yang mendiami pulau Kalimantan (Tjilik Riwut 1993: 231).Gagasan tentang penduduk asli ini didasarkan pada teori migrasi penduduk ke Kalimantan. Bertolak dari pendapat itu adalah dipercayai mereka ini adalah imigran dari daratan Asia Orang-orang Dayak ialah penduduk pulau Kalimantan yang sejati, dahulu mereka ini mendiami pulau Kalimantan, baikpun pantai-pantai baikpun sebelah ke darat. Akan tetapi taklama orang Melayu dari Sumatera dan Tanah Semenanjung Melaka datang ke situ terdesaklah orang Dayak itu lalu mundur, bertambah lama, bertambah jauh ke sebelah darat pulau Kalimantan. Teori tentang migrasi ini sekaligus boleh menjawab persoalan: mengapa suku bangsa Dayak kini mempunyai begitu banyak sifat yang berbeda, sama ada dalam bahasa maupun dalam ciri-ciri budaya mereka Dewasa ini suku bangsa Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, yaitu Kenyah-Kayan-Bahau, Ot Danum, Iban, Murut, Klemantan dan Punan.Keenam Bangunan Tradisional Kalimantan
rumpun ini terbagi lagi kurang lebih 405 sub suku. Meskipun terbagi kepada ratusan sub suku, kelompok suku Dayak memiliki kesamaan ciri-ciri budaya yang khas. Ciri-ciri tersebut menjadi faktor penentu salah suatu sub suku di Kalimantan dapat dimasukkan ke dalam kelompok Dayak. Ciri-ciri tersebut ialah rumah panjang, hasil budaya material seperti tembikar, mandau, sumpit beliong (kapak Dayak) pandangan terhadap alam, mata pencarian (sistem perladangan) dan seni tari.
B. BANGUNAN TRADISIONAL KALIMANTAN 1. Rumah Adat Kalimantan Utara Rumah adat terkenal dari masyarakat Kalimantan Utara disebut Rumah Baloy. Rumah adat ini merupakan hasil kebudayaan seni arsitektur dari masyrakat suku Tidung, Kalimantan Utara. Seperti suku lainnya, suku Tidung ini mempunyai kebudayaan dan model rumah adat sendiri. Walaupun rumah adat ini masih menggunakan sejumlah tiang tinggi pada bagian bawahnya, bentuk bangunan rumah adat ini terlihat lebih modern dan modis. Diduga rumah adat ini adalah hasil pengembangan arsitektur Dayak dari Rumah Lamin seperti yang dihuni oleh suku Kenyah di Kalimantan Timur.
Gambar 1.1 : Rumah Baloy
Karakterisitik Rumah Baloy Rumah adat ini berbahan dasar kayu ulin. Rumah Baloy dibangun menghadap ke utara, sedangkan pintu utamanya menghadap ke selatan. Di dalam Rumah Baloy terdapat empat ruang utama yang bias disebut Ambir, yaitu:
Bangunan Tradisional Kalimantan
a. Ambir Kiri (Alad Kait), adalah tempat untuk menerima masyarakat yang mengadukan perkara, atau masalah adat. b. Ambir Tengah (Lamin Bantong), adalah tempat pemuka adat bersidang untuk memutuskan perkara adat. c. Ambir Kanan (Ulad Kemagot), adalah ruang istirahat atau ruang untuk berdamai setelah selesainya perkara adat. d. Lamin Dalom, adalah singgasana Kepala Adat Besar Dayak Tidung. Pada bagian belakang Rumah Baloy ini, ada bangunan yang dibuat di tengah-tengah kolam yang disebut Lubung Kilong. Bangunan ini adalah sebuah tempat untuk menampilkan kesenian suku Tidung, seperti Tarian Jepen.
Gambar 1.2 : Lubung Kilong di tengah-tengah kolam
Di belakang Lubung Kilong ini, ada lagi sebuah bangunan besar yang diberi nama Lubung Intamu, yaitu tempat pertemuan masyarakat adat yang lebih besar, seperti acara pelantikan (pentabalan) pemangku adat atau untuk acara musyawarah adat Kalimantan.
Gambar 1.3 : Lubung Intamu
Bangunan Tradisional Kalimantan
2. Rumah Adat Kalimantan Timur Rumah adat Kalimantan Timur adalah Rumah Lamin. Rumah ini sebenarnya merupakan rumah identitas suku Dayak Kenyah yang ditetapkan menjadi rumah tradisional Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 1967. Keunikan yang dimiliki oleh rumah adat ini terletak pada struktur dan ukuran bangunannya. Perlu diketahui bahwa rumah Lamin dapat menampung sedikitnya hingga 100 orang. Daya tamping tersebut ditunjang dengan ukuran rumah Lamin yang terbilang sangat besar yaitu panjang 300 m, lebar 15 m dan tinggi 3 m.
Gambar 2.1 : Rumah Lamin
Rumah Lamin adalah rumah panggung dengan daya tamping yang sangat besar. Besarnya daya tamping rumah ini merupakan tanda bahwa masyarakat Dayak di daerah Kalimantan Timur memiliki sifat kekeluargaan yang tinggi. Mereka hidup berkelompok dalam suatu rumah. Antara 12 sampai 30 kerluarga hidup bersama-sama dalam rumah ini. Konstruksi dan Arsitektur Rumah Adat Kalimantan Timur Beberapa ciri khas unik yang dimilikinya telah membuat rumah Lamin begitu mudah dikenali. Beberapa ciri khas tersebut antara lain: a. Terdapat Ukiran Ciri khas rumah Lamin yang pertama adalah terdapatnya ukiran-ukiran etnik berupa gambar bermakna. Gambar-gambar tersebut umumnya bermotif makhluk hidup seperti wajah manusia, kisah perburuan, tumbuhtumbuhan, dan lain sebagainya. Ukiran-ukiran ini menurut kepercayaan, disebut dapat menjaga keluarga yang tinggal di rumah itu dari bahaya ilmu hitam yang kapan saja bias menyerang. Masyarkat suku Dayak sendiri dikenal sebagai suku yang kuat dalam hal ilmu spritualis dan kebatinan.
Bangunan Tradisional Kalimantan
Gambar 2.2 : Ukiran pada Rumah Lamin
b. Warna yang Khas Rumah adat Kalimantan Timur ini juga mempunyai ciri khas berupa warna-warna yang menghiasi dasar dindingnya. Warna kuning, hitam, merah, biru, dan putih adalah warna-warna utama dalam arsitektur rumah adat ini. Warna merah melambangkan keberanian, kuning melambangkan kewibawaan, putih melambangkan kebersihan jiwa, dan hitam melambangkan keteduhan. c. Konstruksi Bahan Ciri unik rumah adat Lamin selanjutnya terletak pada konstruksi bahan pembuatannya. Rumah adat suku Dayak ini dibuat menggunakan kayu ulin. Kayu ulin adalah kayu terbaik yang hanya dapat diperoleh dari hutan Kalimantan. Kayu ini sangat kuat dan tak mudah melapuk. Bahkan jika terkena air, kayu ulin justru akan bertambah tingkat kekerasan dan kekuatannya. Oleh karena itu, kayu yang mendapat julukan kayu besi digunakan sebagai tiang penyangga, dinding, sekaligus untuk alas rumah adat Kalimantan Timur ini. d. Pembagian Ruangan Rumah Lamin dibagi menjadi tiga ruangan, antara lain ruang tamu, ruang tidur, dan dapur. Ruang tamu adalah ruang kosong panjang yang digunakan untuk menerima tamu atau pertemuan adat. Ruang tidur dipisahkan berdasarkan kegunaanya, yaitu untuk laki-laki dan untuk perempuan. Namun, ada pula ruangan tidur yang dikhususkan untuk pasangan yang sudah resmi menikah. e. Tangga dan Kolong Rumah Karena berwujud panggung, rumah adat Lamin khas Kalimantan Timur ini juga dilengkapi dengan sebuah tangga. Tangga ini berfungsi untuk jalan masuk ke dalam rumah. Adapun pada bagian bawah, kolong rumah ini Bangunan Tradisional Kalimantan
umumnya digunakan sebagai kandang pemeliharaan ternak, seperti kambing atau sapi. f. Aksesoris Rumah Rumah Lamin umumnya juga dilengkapi dengan ornament atau aksesoris tertentu. Aksesoris yang paling diutamakan misalnya patungpatung atau totem ini merupakan dewa-dewa yang dipercaya oleh masyarakat Dayak Kuno sebagai penjaga rumah dari bahaya.
Gambar 2.3 : Ornamen-ornamen pada Rumah Lumin
3. Rumah Adat Kalimantan Tengah Rumah betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat diberbagai penjuru Kalimantan dan dihuni oleh masyarakat Dayak terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat permukiman suku Dayak.
Gambar 3.1 : Rumah Betang
Ciri-ciri Ciri-ciri Rumah Betang yaitu yaitu bentuk panggung dan memanjang. Panjangnya bisa mencapai 30-150 meter serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 meter, memiliki tiang yang tingginya sekitar 3-5 meter. Biasanya Betang dihuni oleh 100-150 jiwa, Betang dapat dikatakan sebagai rumah suku, karena Bangunan Tradisional Kalimantan
selain di dalamnya terdapat satu keluarga besar yang menjadi penghuninya dan dipimpin pula oleh seorang Pambakas Lewu. Bagian dalam betang terbagi menjadi beberapa ruangan yang bisa dihuni oleh setiap keluarga. Pada suku Dayak tertentu, pembuatan rumah Betang atau rumah panjang haruslah memenuhi beberapa persyaratan berikut di antaranya pada hulunya haruslah searah dengan matahari terbit dan sebelah hilirnya ke arah matahari terbenam. Hal ini dianggap sebagai simbol dari kerja keras untuk bertahan hidup mulai dari matahari terbit hingga terbenam.Semua suku Dayak, terkecuali suku Dayak Punan yang hidup mengembara, pada mulanya berdiam dalam kebersamaan hidup secara komunal di rumah betang/rumah panjang, yang lazim disebut Lou, Lamin, Betang, dan Lewu Hante. Betang memiliki keunikan tersendiri, keunikan dari rumah betang bisa dijelaskan sebagai berikut. Rumah betang bentuknya memanjang serta terdapat sebuah tangga dan pintu masuk ke dalam betang. Tangga sebagai alat penghubung pada betang dinamakan hejot. Betang yang dibangun tinggi dari permukaan tanah dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang meresahkan para penghuni betang, seperti menghindari musuh yang dapat datang tiba-tiba, binatang buas, ataupun banjir yang terkadang datang melanda. Hampir semua betang dapat ditemui di pinggiran sungai-sungai besar yang ada di Kalimantan. Bangunan betang biasanya berukuran besar, panjangnya dapat mencapai Betang di bangun menggunakan bahan kayu yang berkualitas tinggi, yaitu kayu ulin, selain memiliki kekuatan yang bisa berdiri sampai dengan ratusan tahun, kayu ini juga anti rayap. Pada halaman depan betang biasanya terdapat balai sebagai tempat menerima tamu maupun sebagai tempat pertemuan adat. Pada halaman depan betang selain terdapat balai juga dapat dijumpai sapundu. Sapundu merupakan sebuah patung atau totem yang pada umumnya berbentuk manusia yang memiliki ukiran-ukiran yang khas. Sapundu memiliki fungsi sebagai tempat untuk mengikatkan binatang-binatang yang akan dikurbankan untuk prosesi upacara adat. Terkadang terdapat juga patahu di halaman betang yang berfungsi sebagai rumah pemujaan.
Gambar 3.2 : Rumah Betang Toyoi di Tumbang Malahoi Bangunan Tradisional Kalimantan
Pada bagian belakang dari betang dapat ditemukan sebuah balai yang berukuran kecil yang dinamakan tukau yang digunakan sebagai gudang untuk menyimpan alat-alat pertanian, seperti lisung atau halu. Pada betang juga terdapat sebuah tempat yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan senjata, tempat itu biasa disebut bawong. Pada bagian depan atau bagian belakang betang biasanya terdapat pula sandung. Sandung adalah sebuah tempat penyimpanan tulang-tulang keluarga yang sudah meninggal serta telah melewati proses upacara tiwah. Makna dan Nilai Rumah Betang Rumah Panjang/Rumah Betang bagi masyarakat Dayak tidak saja sekadar ungkapan legendaris kehidupan nenek moyang, melainkan juga suatu pernyataan secara utuh dan konkret tentang tata pamong desa, organisasi sosial serta sistem kemasyarakatan, sehingga tak pelak menjadi titik sentral kehidupan warganya. Sistem nilai budaya yang dihasilkan dari proses kehidupan rumah panjang, menyangkut soal makna dari hidup manusia; makna dari pekerjaan; karya dan amal perbuatan; persepsi mengenai waktu; hubungan manusia dengan alam sekitar; soal hubungan dengan sesama. Dapat dikatakan bahwa rumah betang memberikan makna tersendiri bagi masyarakat Dayak. Rumah betang adalah pusat kebudayaan mereka karena disanalah seluruh kegiatan dan segala proses kehidupan berjalan dari waktu ke waktu. Rumah betang memang bukan sebuah hunian mewah dengan aneka perabotan canggih seperti yang diidamkan oleh masyarakat modern saat ini. Rumah betang cukuplah dilukiskan sebagai sebuah hunian yang sederhana dengan perabotan seadanya. Namun, dibalik kesederhanaan itu, rumah betang menyimpan sekian banyak makna dan sarat akan nilai-nilai kehidupan yang unggul. Tak dapat dimungkiri bahwa rumah telah menjadi simbol yang kukuh dari kehidupan komunal masyarakat Dayak. Dengan mendiami rumah betang dan menjalani segala proses kehidupan di tempat tersebut, masyarakat Dayak menunjukkan bahwa mereka juga memiliki naluri untuk selalu hidup bersama dan berdampingan dengan warga masyarakat lainnya. Mereka mencintai kedamaian dalam komunitas yang harmonis sehingga mereka berusaha keras untuk mempertahankan tradisi rumah betang ini. Harapan ini didukung oleh kesadaran setiap individu untuk menyelaraskan setiap kepentingannya dengan kepentingan bersama. Kesadaran tersebut dilandasi oleh alam pikiran religiomagis, yang menganggap bahwa setiap warga mempunyai nilai dan kedudukan serta hak hidup yang sama dalam lingkungan masyarakatnya. Rumah betang selain sebagai tempat kediaman juga merupakan pusat segala kegiatan tradisional warga masyarakat. Apabila diamati secara lebih saksama, kegiatan di rumah panjang menyerupai suatu proses pendidikan tradisional yang bersifat non-formal. Rumah betang menjadi tempat dan sekaligus menjadi sarana yang efektif bagi masyarakat Dayak untuk membina keakraban satu sama lain. Di tempat inilah mereka mulai berbincang-bincang untuk saling bertukar pikiran mengenai berbagai pengalaman, pengetahuan dan Bangunan Tradisional Kalimantan
keterampilan satu sama lain. Hal seperti itu bukanlah sesuatu yang sukar untuk dilakukan, meskipun pada malam hari atau bahkan pada saat cuaca buruk sekalipun, sebab mereka berada di bawah satu atap. Demikianlah pengalaman, pengetahuan dan keterampilan diwariskan secara lisan kepada generasi penerus. Dalam suasana kehidupan rumah panjang, setiap warga selalu dengan sukarela dan terbuka terhadap warga lainnya dalam memberikan petunjuk dan bimbingan dalam mengerjakan sesuatu. Kesempatan seperti itu juga terbuka bagi kelompok dari luar rumah panjang. Beberapa Aspek Penting Rumah Betang Meski terbilang sangat sederhana dan jauh dari kesan mewah, rumah betang tetaplah menjadi hunian yang bernilai tinggi bagi masyarakat Dayak. Oleh karena itu sangat penting kiranya bagi kita untuk mencermati lebih jauh pandangan masyarakat Dayak mengenai rumah betang yang tercermin dalam beberapa aspek berikut ini: Aspek penghunian. Rumah betang merupakan struktur multi-keluarga permanen dan terutama berfungsi sebagai tempat tinggal utama di samping rumah pondok di ladang. Aspek hukum dan hak milik. Rumah panjang mempunyai aspek kepemilikan yang jelas. Terutama adalah hak kepemilikan semua keluarga secara bersama menguasai semua tanah diwilayah rumah panjang. Hak wilayah rumah panjang merupakan hak sekunder, sedangkan hak primer dipegang oleh tiap-tiap keluarga atau kelompok keluarga kecil yang memiliki ikatan kekerabatan. Rumah betang juga merupakan unit peradilan yang sangat penting. Acap kali pertikaian antar anggota rumah betang dapat diselesaikan oleh tetua adat secara internal. Satu hal yang menonjol adalah wewenang seseorang atau satu keluarga tertentu relatif kecil, yang jauh lebih penting adalah wewenang rumah panjang secara keseluruhan. Hal itu disebabkan adanya egalitarisme yang kuat dalam masyarakat Dayak. Aspek ekonomi. Rumah panjang memegang peranan penting dalam distribusi arus tenaga kerja dan hasil kerja antar keluarga. Pemakaian tenaga kerja tambahan dari keluarga lain, merupakan kunci dari sistem perladangan yang mereka jalankan. Bagian-bagian Rumah Betang Berdasarkan kepercayaan suku Dayak ada ketentuan khusus dalam peletakan ruang pada Rumah Betang yaitu: a. Pusat atau poros bangunan di mana tempat orang berkumpul melakukan berbagai macam kegiatan baik itu kegiatan keagaman, sosial masyarakat dan lain-lain maka ruang los, harus berada ditengah bangunan. b. Ruang tidur, harus disusun berjajar sepanjang bangunan Betang. Peletakan ruang tidur anak dan orang tua ada ketentuan tertentu di mana ruang tidur Bangunan Tradisional Kalimantan
c. d.
e.
f.
g. h.
orang tua harus berada paling ujung dari aliran sungai dan ruang tidur anak bungsu harus berada pada paling ujung hilir aliran sungai, jadi ruang tidur orang tua dan anak bungsu tidak boleh diapit dan apabila itu dilanggar akan mendapat petaka bagi seisi rumah. Bagian dapur harus menghadap aliran sungai, menurut mitos supaya mendapat rezeki. Tangga. Tangga dalam ruangan rumah adat Betang harus berjumlah ganjil, tetapi umumnya berjumlah 3 yaitu berada di ujung kiri dan kanan, satu lagi di depan sebagai penanda atau ungkapan rasa solidaritas menurut mitos tergantung ukuran rumah, semakin besar ukuran rumah maka semakin banyak tangga. Pante adalah lantai tempat menjemur padi, pakaian, untuk mengadakan upacara adat lainnya. Posisinya berada didepan bagian luar atap yeng menjorok ke luar. Lantai pante terbuat dari bahan bambu, belahan batang pinang, kayu bulatan sebesar pergelangan tangan atau dari batang papan. Serambi adalah pintu masuk rumah setelah melewati pante yang jumlahnya sesuai dengan jumlah kepala keluarga. Di depan serambi ini apabila ada upacara adat kampung dipasang tanda khusus seperti sebatang bambu yang kulitnya diarit halus menyerupai jumbai-jumbai ruas demi ruas. Sami berfungsi ruang tamu sebagai tempat menyelenggarakan kegiatan warga yang memerlukan. Jungkar, Tidak seperti raungan yang pada umumnya harus ada. Sementara Jungkar sebagai ruan tambahan di bagian belakang bilik keluarga masingmasing yang atapnya menyambung atap rumah panjang atau adakalanya bumbung atap berdiri sendiri tapi masih merupakan bagian dari rumah panjang. Jungkar ditempatkan di tangga masuk atau keluar bagi satu keluarga, agar tidak mengganggu tamu yang sedang bertandang. Jungkar yang atapnya menyambung pada atap rumah panjang dibuatkan ventilasi pada atap yang terbuka dengan ditopang/disanggah kayu yang sewaktu hujan atau malam hari dapat ditutup kembali.
4. Rumah Adat Kalimantan Selatan Seperti halnya dalam kegiatan jual beli, aktivitas masyarakat Kalimantan Selatan memang lebih banyak dilakukan di atas sungai. Berdasarkan hal ini, maka rumah yang mereka tinggali konstruksinya juga sering disesuaikan dengan aktivitasnya tersebut, contohnya seperti pada konstruksi rumah adat Baanjung yang berupa rumah pangung. Rumah adat Baanjung adalah nama dari rumah adat Kalimantan Selatan, salah satu rumah adat yang cukup unik gaya arsitekturnya. Berikut ini penjelasan mengenai Rumah adat tersebut secara lengkap mulai dari konstruksi, gambar, dan filosofinya.
Bangunan Tradisional Kalimantan
Gambar 4.1 : Rumah Baanjung
Sekilas tentang Provinsi Kalimantan Selatan Terletak di bagian selatan Pulau Kalimantan, provinsi ini beribukota di Banjarmasin. Kalimantan Selatan terdiri dari 11 kabupaten dan 2 kota yaitu, Kota Banjarbaru dan Kota Banjarmasin. Kabupatennya yaitu Kabupaten Balangan, Banjar, Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Kotabaru, Tabalong, Tanah Bumbu, Tanah Laut dan Kabupaten Tapin. Rumah Adat Baanjung Suku Banjar merupakan suku mayoritas di Kalimantan Selatan. Suku Banjar mendiami rumah adat Banjar yang disebut dengan Rumah Baanjung. Dalam bahasa Banjar, ba-anjung berarti beranjung atau bersayap. Hal ini terlihat dari adanya sayap bangunan yang menjorok dari samping kiri dan kanan bangunan utama. Sayap ini merupakan bangunan tambahan di kanan kiri rumah. Kayu ulin, kayu lanan, dan kayu damar putih merupakan material utama yang digunakan dalam konstruksi dan bangunan rumah adat Kalimantan Selatan ini. Bagian depan rumah menggunakan papan kayu ulin, sedangkan bagian samping dan belakang menggunakan papan kayu lanan dan kayu damar putih. Konstruksi Rumah Rumah Baanjung memiliki badan yang berbentuk lurus memanjang ke depan dengan tiang sebagai pondasinya. Tiang merupakan pondasi utama yang sangat diperhatikan dalam pembangunan rumah Baanjung. Untuk pondasi tiang umumnya digunakan kayu kapur naga atau kayu galam, sedangkan untuk tiang penunjang digunakan material berupa kayu ulin.
Bangunan Tradisional Kalimantan
Gambar 4.2 : Konstruksi Rumah Baanjung
Bubungan atap Rumah adat Kalimantan Selatan ini berbentuk segitiga dengan atap tinggi melancip (disebut dengan Bubungan Tinggi), memanjang ke depan (disebut dengan atap Sindang Langit) dan memanjang ke belakang (disebut atap Hambin Awan). Rangka atap menggunakan kayu dan ditutupi dengan sirap atau rumbia. Lantainya tersusun dari papan kayu ulin yang disebut dengan lantai jarang atau lantai ranggang. Sedangkan dindingnya merupakan papan yang dipasang dengan posisi berdiri sehingga menempel pada tiangtiang rangka rumah. Pembagian Ruangan Rumah Baanjung terbagi atas beberapa ruangan, yaitu ruang terbuka, ruang setengah terbuka, dan ruang dalam. Ruang terbuka disebut juga Palatar atau teras atau Pamedangan. Terletak di bagian depan rumah dengan luas sekitar 7 x 3 meter. Di teras ini diletakkan tempat air yang digunakan untuk membasuh kaki sebelum masuk ke rumah. Ruang setengah terbuka disebut juga lapangan pademangan. Ruang ini difungsikan sebagai beranda atau teras rumah. Ruang dalam terdiri atas beberapa bagian di antaranya pacira, panampik kacil, panampik tangah, dan beberapa bagian lain. a. Pacira. Terdiri dari pacira luar dan pacira dalam. Pacira luar terletak setelah pintu depan (disebut dengan Lawang Hadapan). Pacira dalam merupakan tempat untuk menyimpan alat-alat pertanian, alat penangkap ikan dan pertukangan. b. Panampik kacil. Dapat ditemukan setelah lawang hadapan yang merupakan ruang tamu dengan lantai yang lebih tinggi aripada palatar. c. Panampik tangah. Ruangan ini merupakan ruang tamu di bagian tengah rumah dengan lantai yang lebih tinggi daripada lantai panampik kacil. Bangunan Tradisional Kalimantan
d. Panampik basar. Merupakan ruang tamu bagian dalam dengan lantai yang lebih tinggi daripada lantai panampik tangah. e. Padapuran atau padu. Terletak di bagian belakang rumah yang digunakan sebagai tempat untuk kegiatan masak-memasak dan kegiatan tumah tangga. f. Palidangan atau Ambin dalam g. Panampik dalam atau panampik bawah. Nilai-nilai dan Filosofi Rumah adat Kalimantan Selatan memiliki beberapa nilai filosofi, di antaranya terkait dengan kepercayaan dan kehidupan masyarakat suku Banjar yang menjadi mayoritas di provinsi ini. Berikut pemaparan mengenai nilainilai filosofis rumah adat yang satu ini.
Gambar 4.3 : Bagian Samping Rumah Baanjung a. Dwitunggal semesta
Pada bagian atas rumah terdapat ukiran naga yang melambangkan alam bawah dan pada bagian atas rumah terdapat ukiran elang gading yang melambangkan alam atas. Suku Banjar mempercayai bahwa rumah merupakan tempat sakral dimana Yang Maha Esa juga ikut tinggal di dalamnya. b. Payung dan pohon hayat
Jika dilihat sekilas, atap rumah adat Kalimantan Selatan berbentuk seperti payung. Hal ini melambangkan kekuasaan dan tingkat kebangsawanan. Selain berbentuk segitiga, atap rumah Baanjung ini juga membumbung tinggi seperti pohon hayat. Pohon hayat dipercaya sebagai cerminan dari berbagai aspek yang menyatukan dunia. c. Tubuh manusia Suku Banjar mengibaratkan rumah seperti badan manusia. Bagian atap seperti kepala, badan rumah seperti badan, tiang-tiang penyangga seperti kaki dan anjung seperti tangan kanan dan kiri. Setiap bagian rumah dibuat Bangunan Tradisional Kalimantan
simetris yang mewakili kehidupan yang seimbang, baik kehidupan seharihari maupun kehidupan dalam pemerintahan. d. Ruangan yang bersusun Memasuki rumah adat Baanjung seperti menaiki tangga. Setiap memasuki satu ruangan maka akan menaiki satu anak tangga, karena letak ruangan yang semakin dalam semakin tinggi kemudian rendah ketika memasuki bagian belakang rumah. Hal ini melambangkan tata krama Suku Banjar yang kental yang sangat menghormati si pemilik rumah.
5. Rumah Adat Kalimantan Barat Rumah Panjang adalah salah satu rumah adat dari daerah Kalimantan Barat. Rumah Panjang adalah ciri khas dari masyarakat Dayak yang tinggal di daerah Kalimantan Barat. Hal ini dikarenakan rumah panjang adalah gambaran sosial kehidupan masyarakat Dayak di Kalimantan Barat. Rumah panjang juga merupakan pusat kehidupan dari masyarakat Dayak. Saat ini, rumah panjang di Kalimantan Barat dapat dikatakan hampir punah karena jumlahnya yang sedikit. Pada tahun 1960, pemerintah menghancurkan beberapa rumah panjang karena dicurigai menganut paham komunis. Rumah panjang di daerah Kalimantan Barat identik dengan rumah panjang yang ada di Kalimantan Tengah. Hal ini dikarenakan letak geografi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang sangat berdekatan. Keduanya sama-sama dikenal dengan nama Rumah Betang.
Gambar 5.1 : Rumah Panjang Suku Dayak
Ciri Khas Dahulu kala, rumah Panjang dari Kalimantan Barat terbuat dari kayu. Rumah panjang dari Kalimantan Barat mempunyai tinggi 5 sampai 8 meter. Tinggi rumah tergantung dari tinggi tiang yang menopang rumah tersebut. Rumah panjang dari Kalimantan barat mempunyai panjang sekitar 180 meter dan lebar 6 meter. Rumah panjang memiliki sekita 50 ruangan. RuanganBangunan Tradisional Kalimantan
ruangan ini umumnya dihuni oleh banyak keluarga yang di dalamnya juga termasuk keluarga inti. Untuk masuk ke rumah panjang, keluarga mengunnakan tangka atau anak tangga. Rumah panjang di Kalimantan Barat mempunyai bentuk yang sempit tetapi dengan ukuran panjang yang ekstrem. Rumah ini hanya terdiri dari satu kamar. Rumah panjang terdiri dari beberapa bagian yaitu teras atau biasa disebut dengan pante, ruang tamu yang biasa disebut dengan samik, dan ruang keluarga. Dalam ruang tamu terdapat sebuah meja yang disebut pene yang berfungsi sebagai tempat berbicara atau menerima tamu. Pene berbentuk lingkarang dan digunakan untuk meletakkan makanan atau minuman untuk menyambut tamu. Ruang keluarga adalah ruang sederhana yang mempunyai panjang 6 meter dan lebar 6 meter. Bagian belakang rumah panjang digunakan sebagai dapur untuk keluarga. Umumnya, setiap keluarga mempunyai dapur masing-masing.
Gambar 5.2 : Rumah Panjang (Radakng) yang lebih modern
Fungsi Pada umumnya, rumah panjang digunakan untuk tempat tinggal beberapa keluarga. Akan tetapi, rumah panjang tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal saja. Rumah panjang dibangun tinggi karena berfungsi untuk menghindari serangan binatang buas. Tinggi rumah panjang juga berperan untuk menjaga keselamatan keluarga dari serangan suku-suku lain dalam masyarakat Dayak. Rumah panjang juga seringkali digunakan untuk kegiatankegiatan masyarakat seperti rapat atau pertemuan-pertemuan. Tidak hanya pertemuan-pertemuan masyarakat, rumah panjang juga dipakai untuk upacaraupacara adat atau ritus-ritus yang ada dalam masyarakat Dayak. Oleh Karena itu, rumah panjang bukan hanya milik pribadi tetapi juga milik masyarakat Dayak. Konstruksi Rumah Panjang Rumah adat Kalimantan Barat memiliki konstruksi bangunan yang unik. Ada 3 bagian utama dalam kontruksi rumah ini, yaitu :
Bangunan Tradisional Kalimantan
a. Tangga : disebut juga hejot. Jumlah tangga haruslah ganjil, umumnya terdapat 3 tangga dalam 1 rumah, yaitu di bagian depan rumah serta di bagian ujung kiri dan kanan rumah. Namun demikian hal ini masih tergantung dengan ukuran rumah. Semakin besar rumah, jumlah tangganya juga akan semakin banyak. b. Badan rumah : rumah Panjang dibangun menggunakan kayu Ulin yang kokoh dan dapat bertahan hingga ratusan tahun. Setiap ruangan disekatsekat. Penyekatnya merupakan dinding dari papan kayu. c. Lantai : lantai rumah biasanya terbuat dari bambu, belahan batang pinang atau kayu bulat sebesar pergelangan tangan. Pembagian Ruangan Rumah adat Kalimantan Barat terbagi dalam beberapa bagian, yaitu: a. Pante: teras rumah. Pante terdapat di depan rumah dengan atap yang menjorok ke luar. Bagian ini berfungsi sebagai tempat untuk mengadakan upacara adat, tempat menjemur padi dan pakaian. b. Samik: ruang tamu. Di ruangan ini terdapat satu pene, yaitu meja berbentuk lingkaran yang digunakan untuk meletakkan hidangan saat menerima tamu. c. Ruang keluarga. Ruangan ini berukuran panjang 6 meter dan lebar 6 meter. Ruangan ini berbentuk persegi panjang dan terletah di bagian tengah rumah. Ruangan ini berfungsi sebagai tempat berkumpulnya seluruh anggota keluarga untuk melakukan berbagai kegiatan bersama. d. Kamar tidur. Kamar tidur terletak di sepanajng rumah secara berjejeran. Kamar tidur orang tua berada di ujung aliran sungai, kemudian berderet hingga yang paling ujung hilir sungai. Bagian paling ujung hilir sungai harus didiami oleh anak bungsu. e. Bagian belakang rumah. Digunakan sebagai dapur dan tempat untuk menyimpan hasil panen dan alat-alat pertanian. Dapur harus menghadap ke aliran sungai. Hal ini dipercaya akan mendatangkan rezeki. Filosofi Rumah Adat Kalimantan Barat Sesuai dengan bentuk dan peruntukannya, rumah adat Kalimantan Barat menggambarkan sifat kebersamaan dan toleransi antar setiap anggota keluarga. Bagian hulu rumah harus searah dengan matahari terbit, sedangkan bagian hilir rumah harus searah dengan matahari terbenam. Hal tersebut melambangkan kerja keras dalam mengarungi kehidupan, mulai dari matahari terbit hingga matahari terbenam. Bagian depan rumah sering dijumpai patung yang menyerupai manusia. Patung ini terbuat dari kayu Ulin yang digunakan dalam ritual mengantar arwah leluhur ke alam surga. Patung ini dipercaya dapat mengusir roh-roh jahat yang akan masuk ke dalam rumah.
Bangunan Tradisional Kalimantan
Rumah adat Panjang yang dihuni oleh banyak keluarga memperlihatkan bahwa Suku Dayak memiliki rasa kebersamaan dan toleransi yang tinggi dalam bermasyarakat. Hal ini berbeda sekali dengan pendapat masyarakat di luar yang menyatakan bahwa Suku Dayak merupakan suku yang keras dan kasar. Sesuai pembahasan Rumah Adat Kalimantan Barat di atas diharapkan dapat memperlihatkan sisi lain dari kehidupan Suku Dayak yang mementingkan keharmonisan dalam hubungan bermasyarakat. Semoga bermanfaat.
Bangunan Tradisional Kalimantan