LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NEFROLITIASIS DI RUANG A2 / BEDAH WANITA RSUP Dr. KARIADI SEMARANG
Disusun Oleh: Joko Sucipto G3A013059
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SEMARANG 2014
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NEFROLITIASIS DI RUANG BEDAH WANITA RSUP Dr. KARIADI SEMARANG NEFROLITIASIS A.
PENGERTIAN Batu perkemihan dapat timbul dari berbagai tingkat dari system perkemihan ( ginjal, ureter, kandung kemih ). tetapi yang paling sering ditemukan adalah di dalam ginjal ( Barbara, 1996 ). Batu ginjala adalah istilah umum batu ginjal disembarang tempat. Batu ini terdiri atas garam kalsium, asam urat, oksalat, sistin, xantin, dan struvit ( patofisiologi keperawatan, 2000 ). Nefrolitiasis adalah adanya timbunan zat padat yang membatu pada ginjal, mengandung komponen kristal, dan matriks organik ( soeparman, 2001 )
B.
ETIOLOGI Batu ginjal merupakan konsisi terdapatnya kristal kalsium dalam ginjal, kristal tersebut dapat berupa kalsium oksalat, kalsium fosfat maupun kalsium sitrat. Tidak ada penyebab yang bisa dibuktikan yang sering menjadi predisposisi adalah infeksi saluran kemih hiperkasiuria, hiperpospaturia, hipervitaminosis D dan hipertiroidism dan kebanyakan intake kalsium serta alkali cenderung timbul presipitasi garam kalsium dalam urine ( Wong de jong. 1996 )
C.
PATOFISIOLOGI Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah, jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau urin ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang berakibat presipitasi kalsium dan magnesium pospat (Long. 1996 : 323)
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori ; 1.
Teori supersaturasi Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian timbul menjadi batu.
2.
Teori matriks Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan penempelan kristalkristal sehingga menjadi batu.
3.
Teori kurang inhibitor Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang melampui daya kelarutan,
sehingga
diperlukan
zat
penghambat
pengendapat.
Phospat
mukopolisakarida dan dipospat merupakan penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan. 4.
Teori epistaxi Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra- bersama-sama, salauh satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contohnya ekskresi asam urayt yanga berlebihan dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
5.
Teori kombinasi Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.
D.
PATHWAY
E.
MANIFESTASI KLINIS 1.
Nyeri dan pegal di daerah pinggang Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada. Bila pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada costoverteral.
2.
Hematuria Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik
3.
Infeksi Batu dapat mengakibatkan gejala infeksi traktus urinarius maupun infeksi asistemik yang dapat menyebabkan disfungsi ginjal yang progresif.
4.
Kencing panas dan nyeri
5.
Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal
F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.
Urin a.
PH lebih dari 7,6
b.
Sediment sel darah merah lebih dari 90%
c.
Biakan urin
d.
Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
2.
3.
Darah a.
Hb turun
b.
Leukositosis
c.
Urium krestinin
d.
Kalsium, fosfor, asam urat Radiologist
Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu 4.
USG abdomen
G.
KOMPLIKASI Menurut guyton, 1993 adalah : 1.
Gagal ginjal Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal in menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal
2.
Infeksi Dalam
aliran
urin
yang
statis
merupakan
tempat
yang
baik
untuk
perkembangbiakan microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal. 3.
Hidronefrosis Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk diginjal dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin
4.
Avaskuler ischemia Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian jaringan
H. Penatalaksanaan 1. Karena batu ginjal meningkatkan resiko infeksi, sebsis dan obstruksi urinarius pasien di instruksikan melaporkan penurunan volume urin dan adanya urin yang keruh atau mengandung darah. 2. Keluar urin total dan pola berkemih diperiksa. 3. Meningkatkan pemasukan cairan di lakukan untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan tekanan hidrostaltik dalam traktus urinasius untuk mendorong pasase batu. 4. Ambulasi didorong sebagai suatu cara untuk menggeser batu dari taktus urinarius. 5. Tanda-tanda vital pasien mencakup suhu dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda dini adanya infeksi. 6. Segera melaporkan bila ada rasa nyeri. 7. Analgesik diberikan sesuai resep untuk mengurangi nyeri.
8. Melakukan pembedahan untuk pengambilan batu ginjal. (Mansjoer,2000) I.
ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan diagnosa medis. b. Keluhan Utama Merupakan keluhan yang paling menggangu ketidak nyamanan dalam aktivitas atau yang menggangu saat ini. c. Riwayat Kesehatan Sekarang Di mana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke RS. d. Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal. e. Riwayat Kesehatan Keluarga Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari orang tua. f. Riwayat psikososial Siapa yang mengasuh klien, bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan bagaimana perawat secara umum.
2. Pola-pola Fungsi Kesehatan a. Pola persepsi dan tata laksana hidup Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat. b. Pola nutrisi dan metabolisme Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena adanya luka pada ginjal. c. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya luka pada ginjal. d. Pola eliminasi Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan atau bagu ginjal dalam perut, BAK normal. e. Pola tidur dan istirahat Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena adanya penyakitnya. f. Pola persepsi dan konsep diri Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan bagaimana dilakukan operasi. g. Pola sensori dan kognitif Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di rumah sakit. h. Pola reproduksi sexual Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual. i. Pola hubungan peran Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada gangguan. j. Pola penaggulangan stress Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif jika stress muncul. k. Pola nilai dan kepercayaan Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada obat dan dapat sembuh.(Handerson, 1991)
3. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum -
Klien biasanya lemah.
-
Kesadaran komposmetis.
-
Adanya rasa nyeri.
b. Kulit -
Teraba panas.
-
Turgor kulit menurun.
-
Penampilan pucat.
c. Pernafasan - Pergerakan nafas simetris. d. Cardio Vaskuler - Takicardi. - Irama jantung reguler. e. Gastro Intestinal - Kurang asupan makanan nafsu makan menurun. f. Sistem Integumen - Tampak pucat. g. Geneto Urinalis - Dalam BAK produksi urin tidak normal. - Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.
J.
PERAWATAN Diagnosa dan intervensi 1.
Nyeri bd peningkatan kontraksi ureteral, trauma jaringan pembentukan udema (Doengoes,2000). Tujuan : nyeri berkurang, spasme terkontrol KH
: klien tampak rileks
Intervensi :
kaji nyeri dengan PQRST
jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melapor jika nyeri dan perubahannnya
ajarkan teksnik relaksasi dan distraksi
beri kompres hangat pada daerah nyeri
kolaborasi analgetik
2.
Ganguan istirahat dan tidur bd nyeri Tujuan : istirahat tidur terpenuhi KH
: identifikasi teksnik induksi tidur, faktor penyebab g3 tidur
Intervensi :
Beri lingkungan yang tenang untuk pasien
Atur prosedur agar tidak mengganggu waktu istirahat pasien
3.
Kaki penyebab gaangguan tidur Resti infeksi bd tindakan invasive
Tujuan : tidak terjadi infeksi KH
: tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi :
4.
Pertahankan aseptic dalam tindakan
Monitor TTV
Periksa laboratorium tanda-tanda infeksi
Kolaborasi pemberian analgetik Perubahan eliminasi urin bd irirtasi ginjal, obstruksi, inflamasi
Tujuan : berkemih dengan normal KH
: tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi :
Awasi intake dan output cairan dan karakteristik urin
Kaji pola berkemih pasien
Dorong pemasukan cairan agar meningkat
Keji keluhan kandung kemih
Kolaborasi pemeriksaan laboratorium
5.
Kurang perawatan diri.bd pemasangan alat pada tubuh Tujuan : kebersihan terpenuhi KH
: dapat perawatan diri secara mandiri
Intervensi : Kaji penyebab kkurang perawatan diri Dorong pasien melakukan personal hygien Dorong pasien menggunakan alat Bantu yang ada
Daftar pustaka 1.
Dongoes, Marilynn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi tiga.Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
2.
Handerson, M.A. 1991. Ilmu Bedah Untuk Perawat. Yogyakarta: Yayasan Egsensia Medika
3.
Mansjoer, Arief. 2000 Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kedua, Medikal Aesculapius Jakarta: FKUI
4.
Nettina,
Sandra
M.2002,
Pedoman
Praktek
Keperawatan,
Buku
Kedoketan.Jakarta:. EGC 5.
Suyono, Slamet, Dr. Prof. SpPo KE. 2001. “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II”, Jakarta : FKUI