LABORATORIUM FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT “LARUTAN”
OLEH: GOLONGAN SELASA SIANG TA. 2013/2014
MAKASSAR 2013
FORMULA ASLI
I. Thymol Mouthwash Tiap 100 mL larutan mengandung: Timol
0,06%
Mentol
0,1%
Metil salisilat
0,07%
Setil piridinium klorida
0,05%
Alkohol 96%
10%
Sorbitol 70%
15%
Poloksamer 407
0,5%
Indigo karmin
0,008%
NaOH/HCl 0,1N
qs. (sampai pH 7)
Aquadest
ad 100 mL
Spesifikasi Volume sediaan
: 100 mL
Warna
: Biru (bening)
Wadah
: Botol plastik (bening)
Aroma
: Khas
pH
:7
II. Syrup Vit. B-complex Tiap 100 mL larutan mengandung: Tiamin HCl
0,1%
Riboflavin
0,0254%
Piridoksin
0,2%
Sianokobalamin
0,0002%
Asam askorbat
0,05%
Sorbitol 70%
25%
Propilen glikol
24%
Gliserin
24%
Orange flavor
0,1%
Pewarna jingga
0,001%
Na. EDTA
0,3%
Asam sorbik
0,1%
Asam sitrat
qs
Aquadest
ad 100 mL
Spesifikasi Volume sediaan
: 100 mL
Warna
: Jingga
Wadah
: Botol cokelat kaca
Aroma
: Khas
pH
:4
MASTER FORMULA
I. Thymol Mouthwash TRIMOL® Mouthwash Jumlah produk
: 6 botol @100 mL
Pabrik
: PT. Indo Excipharma
Tanggal formulasi
: 1 September 2013
Rencana produksi : 17 September 2013
No.
No. Registrasi
: CD 13001001
No. Batch
: A 04001010
Nama Bahan
Fungsi
Jumlah per
Jumlah per
wadah
batch
1.
Timol
Zat aktif
0,06 g
0,396 g
2.
Mentol
Zat aktif/
0,1 g
0,66 g
Agen terapeutik
0,07 g
0,462 g
Pengawet
0,05 g
0,33 g
Flavoring agent 3.
Metil salisilat
4.
Setil piridinium klorida
5.
Alkohol 96%
Co-solvent
10 mL
66 mL
6.
Sorbitol 70%
Peningkat
15 mL
99 mL
viskositas/ humektan 7.
Poloksamer 407
Surfaktan
0,5 g
3,3 g
8.
Indigo karmin
Pewarna
0,008 g
0,0528 g
9.
NaOH/HCl 0,1N
pH adjust
qs
10.
Aquadest
Solvent
ad 100 mL
ad 660 mL
II. Syrup Vit. B-complex ETRIVIT® Syrup Jumlah produk
: 6 botol @100 mL
Pabrik
: PT. Indo Excipharma
Tanggal formulasi
: 1 September 2013
Rencana produksi : 17 September 2013
No.
No. Registrasi
: SD 130001001
No. Batch
: A 04001010
Nama Bahan
Fungsi
Jumlah per
Jumlah per
wadah
batch
1.
Tiamin HCl
Zat aktif
100 mg
0,66 g
2.
Riboflavin
Zat aktif
25,4 mg
167,64 mg
3.
Piridoksin
Zat aktif
200 mg
1,32 g
4.
Sianokobalamin
Zat aktif
200 mcg
1320 mcg
5.
Asam askorbat
Pengstabil
50 mg
0,33 g
6.
Sorbitol 70%
Co-solvent
25 mL
165 mL
7.
Propilen glikol
Co-solvent
24 mL
158,4 mL
8.
Gliserin
Peningkat
24 mL
158,4 mL
viskositas 9.
Orange flavour
Perasa
0,1 g
0,66 g
10.
Pewarna jingga
Pewarna
1 mg
6,6 mg
11.
Na EDTA
Pengkhelat
0,3 g
1,98 mg
12.
Asam sorbik
Pengawet
0,1 g
0,66 g
13.
Asam sitrat
pH adjust
qs
14.
Aquadest
Pelarut
26 mL
171,6 mL
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Kata larutan (solution) sering dijumpai.
Larutan merupakan
campuran homogen antar dua atau lebih zat berbeda jenis. Ada dua komponen utama pembentukan larutan, yaitu zat terlarut (solution), dan pelarut (solvent). Fasa larutan dapat berupa fasa gas, cair, atau fasa padat
bergantung
pada
sifat
kedua
komponen
pembentukan
larutan. Apabila fase larutan dan fase zat-zat pembentukannya sama, zat yang
berada
dalam
jumlah
terbanyak umumnya
disebut
pelarut
sedangkan zat lainnya sebagai zat terlarutnya. Larutan merupakan sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut. Sediaan obat berbentuk larutan atau dalam farmasetika disebut sediaan cair misalnya sirup, spirit, eliksir, air aromatik, tingtur, infusa dll. Selain itu larutan sebagai obat luar misalnya losio dan larutan otik. Sediaan obat berbentuk larutan, merupakan campuran homogen dimana zat aktifnya terdistribusi secara merata sehingga dosis dapat diberikan dengan tepat. Faktor utama pemilihan penggunaan obat bentuk sediaan cair khususnya larutan yaitu lebih mudah ditelan dibandingkan dengan bentuk sediaan padat seperti tablet atau kapsul, sehingga lebih cocok untuk pemberian pada bayi, anak-anak, dan usia lanjut yang susah menelan obat dalam bentuk kapsul atau tablet. Sediaan tablet atau kapsul dihindari
untuk anak kurang dari 5 tahun. Disamping itu, larutan juga memberikan efek yang lebih cepat karena obat cepat di absorbsi tanpa mengalami proses disintegrasi dan pelarutan karena sudah berada dalam bentuk larutan. Untuk pemakaian luar , larutan lebih mudah digunakan. Namun ada beberapa obat yang tidak stabil atau mudah rusak bila dibuat dalam larutan, sehingga harus selalu dibuat baru bila akan digunakan. Penggunaan obat dalam bentuk sediaan cair sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama bagi bayi, anak-anak dan orang tua yang sulit mengkonsumsi obat dalam bentuk padat.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan I.2.1 Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami tahapan formulasi sediaan larutan, mulai dari tahapan studi preformulasi, formulasi, pembuatan sediaan, hingga evaluasi dari sediaan larutan. I.2.2 Tujuan Percobaan Melakukan tahapan formulasi sediaan larutan, mulai dari tahapan studi preformulasi, formulasi, pembuatan sediaan, hingga evaluasi dari sediaan larutan.
I.3 Prinsip Percobaan
Formulasi
sediaan
cair
melalui
beberapa
tahapan-tahapan
formulasi, mulai dari studi preformulasi, formulasi, hingga pembuatan sediaan larutan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum a. Definisi Larutan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling. (1)
Larutan adalah sistem yang homogen secara kimia dan fisika dari dua atau lebih bahan. (2)
Larutan adalah suatu proses termodinamika stabil yang terdiri dari dua atau banyak komponen yang biasanya berupa gas, cair, atau padat. (3)
Larutan adalah campuran homogen yang dibuat dengan melarutkan zat padat, zat cair, atau gas dalam cairan lainnya dan mewakili kelompok sediaan dimana molekul-molekul terlarut
atau bahan
terlarutnya terdispersi dalam sejumlah pelarut tersebut.(4)
Larutan adalah campuran molekul-molekul dari dua zat atau lebih untuk membentuk larutan jernih.(5)
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Misal : terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. (6)
Larutan adalah cairan yang homogen mengandung sekurangkurangnya dua komponen. (7)
Larutan sejati didefinisikan sebagai suatu campuran dari dua atau lebih komponen yang membentuk suatu disperse molekul yang homogen, yaitu system satu fase dimana komposisinya dapat bervariasi secara luas. (8)
Kesimpulan: Larutan adalah campuran homogen yang terdiri atas satu atau lebih zat terlarut yang berupa padatan, cairan atau gas dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur membentuk sistem termodinamika yang stabil secara fisika dan kimia dimana zat terlarut pada tingkat molekular.
b. Pengertian Kelarutan
Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperature tertentu dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat membentuk dispersi molekul homogen. (8)
Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 200 dan kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian sebagai berikut (1) :
Istilah kelarutan Sangat mudah larut
Jumlah bagian pelarut diperlukan untukmelarutkan 1 bagian zat Kurang dari 1
Mudah larut
1 sampai 10
Larut
10 sampai 30
Agak sukar larut
30 sampai 100
Sukar larut
100 sampai 1000
Sangat sukar larut
1000 sampai 10000
Praktis tidak larut
lebih dari 10000
c. Larutan sebagai termodinamika stabil Beberapa tipe aglomerasi sebagai flokulasi dan agregasi yang diambil sebagai ukuran dalam kecenderungan sistem untuk mencapai keadaan termodinamika lebih stabil. Peningkatan kerja (F) atau energi bebas permukaan F menyebabkan pemecahan dari padatan ini. Partikel yang lebih kecil dan akibatnya meningkatkan daerah total permukaan A yang diberikan oleh: F = SL. A dimana
SL
(1)
adalah tegangan antar muka antara medium cair dan partikel
padat. Dalam mencapai keadaan yang stabil, sistem cenderung mengurangi energi bebas permukaan, dimana keseimbangan dicapai ketika F = 0. Kondisi ini dapat dicapai, sebagaimana yang tampak pada persamaan, dengan mengurangi tegangan antar muka atau dapat dicapai dengan mengurangi luas permukaan. (8)
Untuk
mencapai
pelarut
dan
zat
terlarut
menjadi
larutan,
seharusnya disertai dengan penurunan energi bebas system. Fungsi energi bebeas pada tekanan dan temperature konstan ditandai dengan simbol G, lalu untuk pelaruit yang melarutkan zat terlarut, negatif.
Kemampuan dari system untuk
∆G harus
melakukan kerja dikurangi
selama pembentukan larutan. Perubahan energi bebas untuk bahan proses diberikan dengan persamaan : ∆G = ∆H - T∆S Dimana: H =
perubahan entalpi (panas), yang merupakan ukuran energi term al yang tersimpan
T S
=
temperature absolute =
Perubahan entalpi. Entropi merupakan ukuran kekacauan dan dihubungkan konfigurasi
yang
mungkin
pada dan
jumlah
peraturan
struktur dalam sebuah system Kelarutan adalah proses persamaan dan criteria proses untuk mencapai dan menjaga titik ekuilibrum yang mana perubahan energi bebas dari proses menjadi 0. Pada titik jenuh, H = TS. (3)
d. Mekanisme Kelarutan
Solvasi dan hidrasi: Jika garam ionik dilarutkan, misalnya dalam air, terjadi pemisahan dari kation dan anion. Garam yang mengikuti orientasi molekul pelarut. Orientasi molekul pelarut disekitar ion dalam larutan. Prosesnya disebut solvasi (hidrasi jika terlarut dalam air), ini
hanya mungkin terjadi jika pelarutnya sangat polar. Bagaimanapun dipol-dipol ditarik dan ditahan oleh ion-ion solut /larutan. Pelarut juga harus memiliki kemampuan untuk menjaga agar ion-ion bermuatan yang tersolvasi tetap terpisah, dengan energi minimal.
Cairan polar seperti air dapat menunjukkan aksi pelarut oleh kemampuannya memutuskan ikatan kovalen dalam zat terlarut dan kemudian terjadi ionisasi zat terlarut. Ion-ion yang dihasilkan dari reaksi pendahuluan dengan pemutusan ikatan kovalen selanjutnya dipertahankan dalam larutan dengan mekanisme yang sama dengan garam-garam ionik. Contoh Hidrogen klorida dilarutkan dalam air. HCl + H2O
H3O+ + Cl-
Mekanisme lain dari cairan polar sebagai pelarut adalah termasuk saat pelarut dan zat terlarut mampu bergabung dengan membentuk ikatan hidrogen. Sebagai contoh kelarutan alkohol dengan berat molekul rendah dalam air, digambarkan kemampuan dari molekul alkohol menjadi kompleks air-alkohol.
Kelarutan eter, aldehid, keton, asam-asam anhidrat dalam air dan dalam pelarut polar lainnya, juga sebagian besar dapat terjadi karena pembentukan kompleks asosiasi antara zat terlarut dan pelarut dengan adanya ikatan hidrogen.
Aksi pelarut dari cairan non polar melibatkan berbeda-beda
karena
tidak
mampu
suatu makanisme yang
membentuk
dipol
yang
menyebabkan tarik menarik antara ion-ion dari garam ionik atau
memutuskan ikatan kovalen untuk menghasilkan senyawa ionik atau membentuyk kompleks asosiasi dengan zat terlarut , cairan nonpolar tidak mampu melarutkan senyawa polar . Pada umumnya hanya dapat melarutkan bahan-bahan non polar lainnya yang ikatan antar molekulnya
lemah.
Biasanya
hanya
melibatkan
gaya
dipol
terinduksi.(4)
e. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Larutan
(5 : 125)
Keuntungan:
Bagian setara untuk pengobatan terjamin
karena larutan bersifat
homogen.
Larutan dapat diberikan dengan menggunakan takaran rumah tangga yang umum.
Larutan
memungkinkan
aksi
yang
cepat
karena
obat
tidak
membutuhkan waktu untuk melarut lebih dulu setelah pemberian
Kilauan jernih larutan menghasilkan penampkan yang menarik.
Kerugian:
Rasa obat lebih terasa dalam larutan
Jumlah pelarut dan cair/kentalnya (fluiditas) larutan memberikan bentuk pengobatan yang kurang praktis dibawa dibandingkan dengan sediaan kering atau pekat, seperti serbuk atau tablet.
Ada kemungkinan peningkatan kerusakan karena reaksi kimia terjadi paling cepat dalam larutan.
(3 : 502)
Keuntungan:
Larutan sebagai campuran homogen terdistribusi secara merata dalam sediaan pengobatan.
Dosisnya dapat lebih mudah divariasikan dengan sediaan.
Beberapa obat mengiritasi mukosa lambung ketika diberikan dalam bentuk tablet/kapsul. Iritasi ini dapat dikurangi jika obat diberikan dalam larutan karena faktor pengenceran.
Aksi obat yang cepat dapat terjadi karena obat diabsorpsi lebih cepat ketika diberikan dalam bentuk larutan.
Keuntungan
lain
dari
larutan
dapat
lebih
mudah
diberikan
pengaroma, pemanis dan pewarna.
Keuntungan utamanya untuk pemberian pengobatan bagi anak-anak atau pasien yang tidak dapat menelan tablet atau kapsul.
Obat yang ditujukan untuk penggunaan luar dapat lebih mudah dan merata dioleskan jika dicampur dalam larutan.
Ada juga beberapa obat yang pembuatannya baik dalam larutan karena karakteristik fisik alamnya.
Kerugian:
Massa dan sifat alir larutan adalah dua kerugian utama dari larutan.
Kapsul/tablet kurang memakan tempat dan lebih mudah dibawa dibanding larutan.
Beberapa obat karena bau dan rasanya yang buruk sangat sulit dibuat dalam larutan yang cocok.
Tidak stabil dalam air. (2 : 170)
Keuntungan: Larutan lebih homogen dan lebih mudah ditelan oleh beberapa pasien dibandingkan dengan bentuk sediaan padat. Obat padat memiliki kecepatan disolusi yang lambat, sedang larutan aksinya lebih cepat sebagai obat terlarut dan siap diabsorpsi setelah diberikan. Kerugian:
Lebih besar kemungkinannya untuk mengalami degradasi dan berinteraksi antara unsur-unsurnya dibanding dengan sediaan padat.
Mempunyai rasa obat yang tidak menyenangkan dimana larutan oral sulit untuk diberi p`engaroma.
f. Komposisi Larutan 1. Cairan pembawa Pembawa adalah media yang terdiri dari bahan obat yang dilarutkan atau didispersikan untuk cairan obat terbagi atas: air, air aromatik. 2. Bahan obat 3. Bahan tambahan 4. Penstabil warna
5. Pewarna 6. Antioksidan 7. Pengawet 8. Pengaroma 9. Pengatur pH (3)
g. Jenis-Jenis Larutan 1. Larutan yang mengandung air
Air: Komposisi utama dalam banyak bentuk sediaan adalah air yang telah dijelaskan. Digunakan sebagai bahan dan sebagai pelarut untuk zat tambahan yang diinginkan atau bahan kimia obat.
Air aromatik: Air aromatik diketahui juga sebagai air yang berkhasiat obat, bersih. Larutan air jenuh dari minyak menguap atau bahan aromatik lain atau bahan yang mudah menguap.
Asam encer: Asam anorganik secara resmi dan asam organik yang pasti. Meskipun sedikit yang dibutuhkan sebagai agen terapeutik, tetapi sangat penting dalam bidang kimia dan produksi farmasetik.
Potio: Adalah bentuk sediaan cair yang berisi satu atau lebih bahan kimia terlarut dalam pelarut air.
Douches: Adalah larutan yang mengandung air digunakan secara langsung pada bagian atau ke dalam rongga tubuh. Fungsi sebagai pembersih atau bahan antiseptik.
Gargle: Adalah larutan yang mengandung air digunakan untuk mencegah faring dan nasofaring dengan melawan udara dari paruparu selanjutnya gargle tertahan di tenggorokan.
Enema: Adalah bentuk injeksi pada rektal untuk mengosongkan perut, pengaruh sistem oleh absorpsi atau efek lokal yang menyebabkan penyakit.
Mouthwash: Adalah larutan yang mengandung air yang paling banyak digunakan untuk menghilangkan bau busuk, penyegar atau efek antiseptik atau mengontrol plak.
Juice: Juice dibuat dari sari buah segar. Mengandung banyak air dan digunakan dalam pembuatan sirup yang bekerja sebagai bahan pembawa.
Larutan pencuci hidung: Biasanya dibuat untuk mengeluarkan isi dari hidung dalam bentuk tetes atau semprot.
Larutan otic: Larutan ini kadang-kadang dibutuhkan untuk pembuatan sediaan yang berhubungan dengan telinga.
Larutan
irigasi:
Larutan
ini
digunakan
untuk
mencuci
atau
ihkan bekas perban operasi, luka atau mengelap tubuh. 2. Larutan pekat yang mengandung air dan rasanya manis
Sirup: Adalah larutan pekat yang mengandung gula dalam air atau cairan lainnya.
Madu: Adalah bentuk cairan yang pekat, mirip dengan sirup, sebagai pengganti sirup, digunakan sebagai pembawa.
Mucilago: Secara umum mucilago pekat, kental, cairan adhesi yang dibuat dengan mendispersikan gom dalam air atau dengan ekstraksi dengan prinsip mucilago dari bahan tumbuhan dengan air.
Jelly: Adalah bagian dari jeli yang berstruktur lengket, berisi air dengan kadar yang tinggi.
3. Larutan yang tidak mengandung air
Kolodion: Adalah sediaan cair yang berisi piroxilin dalam campuran etil eter dan alkohol.
Elixir: Adalah hidroalkoholik yang manis, jernih, berbau enak yang dimaksudkan untuk penggunaan oral.
Gliserin: Campuran dari bahan obat yang didalamnya terdapat tidak kurang dari 50% gliserin.
Linimen: Adalah larutan atau campuran dari berbagai macam bahan dalam minyak, larutan alkohol dari sabun atau emulsi.
Inhalasi dan inhalan: Inhalasi adalah obat atau larutan obat yang digunakan melalui hidung atau jalur pernapasan oral untuk efek lokal atau sistemik.Inhalan meliputi obat-obat atau kombinasi obat yang karena sifat tekanan uap yang tinggi dapat dibawa oleh udara menuju ke saluran hidung dimana obat tersebut memiliki efek.
Oleovitamin: Adalah minyak dari hati ikan yang diencerkan dengan minyak nabati yang dapat dimakan atau larutan dari vitamin yang terkandung atau terkonsentrasi dalam minyak ikan (biasanya vitamin A dan D).
Spirit:
Umumnya
dikenal
sebagai
pengaroma
larutan
yang
mengandung alkohol atau hidroalkohol dari bahan yang mudah menguap.
Obat tetes untuk gigi: Sediaan yang digunakan untuk meringankan sakit gigi untuk sementara dengan menggunakan kapas kecil dan dimasukkan ke dalam lubang gigi. (4)
Berdasarkan jumlah zat terlarut dalam larutan:
Larutan encer: Larutan yang mengandung sejumlah kecil zat terlarut A dalam larutan.
Larutan pekat: Mengandung sejumlah besar bahan dalam larutan.
Larutan jenuh: Sejumlah zat A yang tepat larut pada batas kelarutannya dalam air pada suhu kamar.
Larutan lewat jenuh: Sejumlah zat A yang melebihi batas kelarutannya dalam air pada suhu kamar. Larutan ini tidak stabil dan pengadukannya dapat menyebabkan larutan ini menjadi larutan jenuh. (3)
Berdasarkan sifat fisikokimia:
Larutan mikromolekuler: Larutan ini seluruhnya terdiri dari unit-unit mikro, yang mana dapat berupa molekul atau ion, seperti air, alkohol, ion Na, klorida, sukrosa, gliserin, dll. Kelas ini juga termasuk larutan yang
mana
berpasangan.
komponennya Kriteria
dimer,
utama
trimer
yang
atau
bentuk
membedakan
ion
larutan
mikromolekuler dari kelas lain adalah ukuran dari unit solut dan pelarutnya. Secara umum ukurannya berkisar 1 – 10 Å.
Larutan micellar: Unit-unit zat terlarut ini terdiri dari agregat (misel) dari molekul atau ion zat terlarut. Sifat nyata dari larutan ini seperti kejernihan dan kekentalannya menyerupai larutan mikromolekuler tetapi nilai pengukuran sifat fisikanya seperti tekanan uap, tekanan osmotik, konduktan dan yang lainnya menunjukkan ciri yang berbeda dari nilai untuk larutan mikromolekuler. Misel dalam sistem ini didefinisikan sebagai agregat polimolekuler atau polion yang dapat menjangkau ukuran partikel daerah koloid. Jadi larutan miselar menunjukkan sebagai larutan dari kumpulan koloid. Pentingnya misel dalam farmasi terletak pada daya larutnya dan dalam kemiripan pada berbagai sistem biologi.
Larutan makromolekuler: Sistem ini dimana zat terlarutnya terdispersi secara molekuler seperti dalam mikromolekuler ini berbeda
dari
larutan makromolekuler dalam satu aspek penting. Ukuran dan berat molekul dari makromolekuler sama besarnya dengan sistem yang memiliki sifat unit. Larutan akasia, CMC, albumin, DNA dan PVP adalah contoh dari kelas ini. (3)
II.2 Alasan Formulasi II.2.1 Timol Mouthwash a. Alasan Pemilihan Zat Aktif Timol adalah senyawa antiseptik fenolik (turunan fenol) dengan efek antibakteri dan antifungi yang lebih baik dibandingkan fenol. Dalam bidang kesehatan gigi, timol telah banyak digunakan untuk menghilangkan infeksi dental, juga mulut dan tenggorokan. Timol telah dinyatakan aman untuk digunakan oleh FDA pada tahun 2009. (9) b. Alasan Pemilihan Bentuk Sediaan Dalam pembuatan sediaan farmasetik yang berupa mouthwash, bentuk sediaan larutan menjadi pilihan utama. Hal ini dikarenakan komposisi mouthwash yang sederhana; dalam salah satu sumber dinyatakan bahwa mouthwash adalah sediaan yang sangat mudah pembuatannya. Pemilihan bentuk sediaan larutan adalah yang paling sesuai jika dibandingkan sediaan cair lainnya. (3) c. Alasan Pemilihan Bahan Tambahan -
Mentol (Zat aktif/perasa) Memiliki rasa peppermint yang khas, juga menimbulkan sensasi dingin dan segar pada penggunaan topical. Dianggap aman dan bersifat noniritan. Selain berfungsi sebagai bahan perasa, mentol juga dapat meningkatkan efektivitas kerja dari timol. (10)
-
Setil piridinium klorida (Pengawet) Telah
digunakan
sebagai
bahan
pengawet
karena
aktivitas
antiseptiknya; digunakan tunggal maupun kombinasi dengan bahan lain.
Beberapa
penelitian
telah
menunjukkan
bahwa
sediaa
mouthwash yang mengandung bahan ini mampu membantu mencegah terbentuknya plak. Secara umum, dianggap nontoksik dan noniritan. (10) -
Alkohol 96%(Co-solvent) Timol memiliki kelarutan yang sangat baik dalam etanol 96%. Etanol juga
merupakan
salah
satu
co-solvent yang
paling banyak
digunakan, terutama dalam pembuatan mouthwash. Keuntungan lain dari penggunaan etanol adalah tidak diperlukannya tambahan pengawet. (10) -
Sorbitol 70% (Humektan/peningkat viskositas/pemanis) Termasuk
pemanis
non-gula,
sehingga
tidak
membahayakan
kesehatan gigi. Selain menutupi rasa bahan obat, sorbitol juga dapat menimbulkan sensasi dingin yang dibutuhkan dalam sediaan mouthwash. Relatif bersifat inert dan dapat campur dengan berbagai bahan serta stabil secara fisik. (10) -
Poloksamer 407 (Surfaktan) Merupakan
golongan
surfaktan
nonionik.
Dalam
mouthwash,
penggunaan surfaktan memiliki dua tujuan; pertama untuk membantu ketercampuran antara bahan-bahan minyak dengan air, kedua untuk
membantu ihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan. Poloksamer 407 telah luas digunakan dalam produksi sediaan farmasetik, serta dianggap relatif aman. -
Indigo karmin (Pewarna) Merupakan pewarna indigoid yang digunakan untuk kebanyakan sediaan oral dan topical. Relatif aman dan noniritan. (10)
-
NaOH/ HCl 0,1 N (pH Adjust) Untuk menjaga kestabilan sediaan, diperlukan adanya bahan-bahan tambahan untuk meningkatkan atau menurunkan pH agar mencapai pH netral. Kedua bahan ini dianggap aman pada konsentrasi rendah. (10)
-
Aquadest (Pelarut) Pelarut utama yang paling banyak digunakan dalam produksi sediaan farmasetik. Stabil secara kimiawi dalam fase fisik apapun. Serta aman untuk digunakan karena merupakan materi dasar penyusun makhluk hidup. (10)
II.2.2 Sirup Vit. B-complex a. Alasan Pemilihan Zat Aktif -
Tiamin HCl (Vitamin B1) Jika ditinjau dari segi farmakologi, tiamin merupakan salah satu substansi vitamin B yang paling penting peranannya
-
Riboflavin (Vitamin B2)
Pencegahan dan terapi defisiensi vitamin B2 yang sering menyertai pellagra. -
Piridoksin HCl (Vitamin B6) Sebagai koenzim pada metabolisme dari asam amina.
-
Sianokobalamin (Vitamin B12) Sebagai koenszim pada metabolisme asam amina.
b. Alasan Pemilihan Bentuk Sediaan Bentuk sediaan syrup dipilih karena sediaan larutan lebih cepat diabsorbsi dibandingkan sediaan lain. Bentuk sediaan ini sangat sesuai untuk penggunaan pediatrik dan geriatrik. c. Alasan Pemilihan Bahan Tambahan -
Asam Askorbat (Pengstabil) Digunakan untuk menghilangkan endapan yang terbentuk akibat pencampuran tiamin dan riboflavin dalam larutan.
-
Sorbitol 70% (Pemanis) Termasuk
pemanis
non-gula,
sehingga
tidak
membahayakan
kesehatan gigi. Selain menutupi rasa bahan obat, sorbitol juga dapat menimbulkan sensasi dingin yang dibutuhkan dalam sediaan mouthwash. Relatif bersifat inert dan dapat campur dengan berbagai bahan serta stabil secara fisik. (10)
-
Propilen Glikol (Co-solvent) Telah banyak digunakan sebagai co-solvent dalam berbagai sediaan farmasetik.
Kemampuan
melarutkan
bahannya
lebih
baik
dibandingkan dengan gliserin. Dianggap bersifat nontoksik. (10) -
Gliserin (Peningkat viskositas) Mampu meningkatkan viskositas pada konsentrasi rendah. Bersifat nontoksik dan noniritan. (10)
-
Perasa Jeruk Untuk
tujuan
estetika
dan
penyesuaian
peggunaan
dengan
konsumen pediatrik. -
Pewarna Jingga Sesuai dengan perasa yang digunakan.
-
Na2EDTA (Pengkhelat) Digunakan sebagai pengkhelat, EDTA dapat membentuk larutan air yang stabil membentuk kompleks (mengkhelat) alkali dan ion-ion logam berat. Pengkhelat digunakan agar dapat mencegah terjadinya reaksi antara logam pewarna botol amber dengan bahan aktif. (10)
-
Asam Sorbik Memiliki aktivitas antibakteri dan antifungi dengan spektrum luas. (10)
-
Asam Sitrat Digunakan untuk mencapai pH yang menjaga stabilitas sediaan.
II.3 Uraian Bahan a. Timol (12:6020, 10:740) Nama Resmi
: Thymol
Sinonim
:-
RM/BM
: C10H14O/ 150,2
RB
:
Pemerian
: Kristal tak berwarna
Kelarutan
: Sangat sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam ethanol 96%, mudah larut dalam minyak mineral esensial, agak sukar larut dalam gliserin.
Inkompatibilitas
: Tidak dapat campur dengan iodin, alkali, dan oksidator. Aktivitas antimikrobanya dapat berkurang karena keberadaan protein.
Stabilitas
: Tidak stabil terhadap paparan cahaya dan udara.
b. Mentol (10:434) Nama Resmi
: Mentholum
Sinonim
: Mentoli, menthol
RM/BM
: C10H20O/ 156,27
RB
:
Pemerian
: Serbuk kristalin, tidak berwarna, dengan rasa dan bau yang khas.
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam ethanol 96%, kloroform, eter, dan paraffin cair. Mudah larut dalam asam asetat glasial.
Inkompatibilitas
: Akan membentuk massa basah dengan kamfer, butilkloralhidrat, timol, dan resorsinol.
Stabilitas
: Dapat tersublim dengan mudah pada suhu di atas 25o C.
c. Metil salisilat (12:3859) Nama Resmi
: Methyl Salycilate
Sinonim
:-
RM/BM
: C8H8O3/ 152,1
RB
:
Pemerian
: Cairan tidak berwarna atau sedikit kuning.
Kelarutan
: Sangat sukar larut dalam air, campur dengan
ethanol dan dengan minyak lemak esensial. Inkompatibilitas
:-
Stabilitas
: Tidak tahan terhadap cahaya.
d. Setil piridinium klorida (10:157) Nama Resmi
: Cetylpyridinium Chloride
Sinonim
: Cepacol; Medilave
RM/BM
: C21H38ClN/ 339,9
RB
:
Pemerian
: Serbuk putih dengan bau khas.
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam kloroform, sangat sukar larut dalam eter, praktis tidak larut dalam aseton.
Inkompatibilitas
: Tidak dapat campur dengan oksidator dan alkali.
Stabilitas
: Stabil pada kondisi penyimpanan normal.
e. Alkohol (10:17) Nama Resmi
: Ethanolum
Sinonim
: Etil alkohol
RM/BM
: C2H6O/ 46,07
RB
:
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berbau, mudah menguap dan dengan bau khas yang lemah dan rasa membakar.
Kelarutan
: Campur dengan air dan metilen klorida.
Inkompatibilitas
: Dapat bereaksi dengan oksidator pada kondisi asam.
Stabilitas
: Stabil pada kondisi penyimpanan normal.
f. Sorbitol (10:679) Nama Resmi
: Sorbitolum
Sinonim
: Sorbitab; Neosob
RM/BM
: C6H14O6/ 182,17
RB
:
Pemerian
: Serbuk kristalin higroskopik, tidak berbau, putih atau nyaris tidak berwarna.
Kelarutan
: Sangat mudh larut dalam air, larut dalam ethanol, praktis tidak larut dalam kloroform dan eter.
Inkompatibilitas
: Dapat meningkatkan degradasi penisilin.
Stabilitas
: Relatif inert dan dapat campur dengan berbagai bahan.
g. Poloksamer 407 (10:507)
Nama Resmi
: Poloxamer
Sinonim
: Lutrol, Pluronic, Monolan
RM/BM
: HO(C2H4O)a(C3H6O)b(C2H4O)aH
RB
:
Pemerian
: Serbuk putih seperti lilin, mudah mengalir, tidak berbau, tidak berwarna.
Kelarutan
: Mudah larut dalam ethanol, agak sukar larut dalam propilen glikol.
Inkompatibilitas
:-
Stabilitas
: Stabil dalam kondisi penyimpanan normal.
h. Indigo Karmin (10:194) Nama Resmi
: Sodium Indigotine Disulfonate
Sinonim
: Indigo Karmina
RM/BM
: C16H8Na2O8S2 / 466,40
RB
:
Pemerian
: Serbuk biru atau mengkilat seperti tembaga biru hampir tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan
: Larut dalam 10 bagian air, mudah larut dalam air
hangat, praktis tidak larut dalam etanol (95%) P.
i.
j.
Inkompatibilitas
: Dengan asam sitrat dan sakarosa.
Stabilitas
: Peka terhadap cahaya.
NaOH (10:649) Nama Resmi
: Natrii Hydroxidum
Sinonim
: Natrium Hidroksida
RM/BM
: NaOH/ 40,0
RB
:-
Pemerian
: Padatan putih, tidak berbau, berentuk pelet/flakes.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air, dalam etanol.
Inkompatibilitas
: Dapat bereaksi dengan asam dan ester.
Stabilitas
: Peka terhadap udara.
HCl (10:308) Nama Resmi
: Acidum Hydrochloridum
Sinonim
: Asam Klorida, Asam Garam
RM/BM
: HCl/ 36,5
RB
:-
Pemerian
:
Cairan
tidak
berwarna,
berasap
dan
bau
merangsang jika diencerkan dua bagian air asap dan bau hilang.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air, dalam etanol.
Inkompatibilitas
: Dapat bereaksi dengan basa.
Stabilitas
: Peka terhadap udara.
k. Aquadest (1:96) Nama Resmi
: Aqua Destillata
Sinonim
: Air Suling
RM/BM
: H2O/ 18.02
RB
:-
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
l.
Kelarutan
:-
Inkompatibilitas
:-
Stabilitas
:-
Tiamin HCl Nama Resmi
: Thiamini Hydrochloridum
Sinonim
: Thiamin Hidrokloridum, Vit.B1
RM/BM
: C12H17ClN4OS,HCl/ı337.3
RB
:
Pemerian
: Hablur
kecil, bau khas lemah, mirip ragi, rasa
pahit. Kelarutan
: Mudah
larut dalam
air, sukar larut
dalam
etanol (95%)P, praktis tidak larut dalam eter P, dan dalam benzena P, dan larut dalam gliserol P. Inkompatibilitas
: Pencampuran antara tiamin dan riboflavin dalam larutan dapat menimbulkan endapan tiokrom atau kloroflavin.
Stabilitas
: Peka terhadap udara, panas dan cahaya. pH stabil 4-7.
m. Riboflavin (12:5196) Nama Resmi
: Riboflavinum
Sinonim
: Vit. B2
RM/BM
: C17H20N4O6 /ı376.4
RB
:
Pemerian
: Serbuk kristalin kuning atau jingga kekuningan.
Kelarutan
: Larut dalam air, sangat sukar larut dalam etanol.
Inkompatibilitas
: Pencampuran antara tiamin dan riboflavin dalam
larutan dapat menimbulkan endapan tiokrom atau kloroflavin. Stabilitas
: Peka terhadap udara, panas dan cahaya.
n. Piridoksin HCl (12:5107) Nama Resmi
: Piridoksin Hidroklorida
Sinonim
: Vit. B6
RM/BM
: C8H11NO3,HCl//ı205.6
RB
:
Pemerian
: Serbuk hablur putih, stabil di udara, mudah teroksidasi.
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air, dalam etanol dan dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter, dalam aseton dan dalam etilasetat.
Inkompatibilitas
:-
Stabilitas
: Peka terhadap cahaya.
o. Sianokobalamin (12) Nama Resmi
: Cyanocobalamin
Sinonim
: Vit. B12
RM/BM
: C63H88CoN14O14P/ıı1355
RB
:
Pemerian
: Hablur atau serbuk hablur; merah tua; tidak berbau. Bentuk anhidrat sangat higroskopik.
Kelarutan
: Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol (95 %) P; praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P; dan dalam aseton P.
Inkompatibilitas
: Dengan oksidator dan reduktor dan dengan garam logam berat. Stabil dalam larutan netral dan dalam larutan asam kuat.
Stabilitas
: Dalam larutan yang mengandung tiamin HCl, sianokobalamin, dan penyusun lain vitamin B Kompleks, menyebabkan
kerusakan kerusakan
produk
tiamin
HCl
sianokobalamin
yang
cepat ion Fe konsentrasi rendah dapat melindungi produk tanpa mempengaruhi stabilitas tiamin.
p. Asam Askorbat (12:427) Nama Resmi
: Acidum Ascorbicum
Sinonim
: Vit. C
RM/BM
: C6H8O6 /176.1
RB
:
Pemerian
: Serbuk kristalin putih atau hampir putih; serbuk tidak berwarna
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air, larut dalam etanol.
Inkompatibilitas
: Dengan oksidator kuat.
Stabilitas
: Relatif stabil di udara dalam bentuk serbuknya.
q. Propilen Glikol (10:592) Nama Resmi
: Propylenglycolum
Sinonim
: Methyl glycol
RM/BM
: C3H8O2 / 76.09
RB
:
Pemerian
: Cairan kental, jernih tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, meyerap air pada udara lembab.
Kelarutan
: Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan
dengan kloroform; larut dalam ester dan beberapa minyak esensial. Inkompatibilitas
: Dengan oksidator kuat.
Stabilitas
: Higroskopis sehingga harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
r. Gliserin (10:283) Nama Resmi
: Glycerolum
Sinonim
: Gliserin; Kemstrene
RM/BM
: C3H8O3/ 92.09
RB
:
Pemerian
: Cairan kental, jernih tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, meyerap air pada udara lembab.
Kelarutan
: Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dengan kloroform; larut dalam ester dan beberapa minyak esensial.
Inkompatibilitas
: Dengan oksidator kuat.
Stabilitas
: Higroskopis sehingga harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
s. Na2EDTA (10:242) Nama Resmi
: Dinatrii Edetat
Sinonim
: EDTA; Natrium Edetat
RM/BM
: C10H14N2Na2O8/ 372.24
RB
:
Pemerian
: Serbuk hablur; putih; tidak berbau, rasa agak asam.
Kelarutan
: Larut dalam 11 bagian air, sukar larut dalam ethanol, praktis tidak larut dalam kloroform dan eter.
Inkompatibilitas
: Dengan oksidator kuat, basa kuat, dan bereaksi dengan ion-ion logam.
Stabilitas
: Lebih stabil dibandingkan bentuk asamnya.
t. Asam Sorbik (10:672) Nama Resmi
: Acidum Sorbicum
Sinonim
: Asam Sorbat
RM/BM
: C6H8O2 /112.13
RB
:
Pemerian
: Serbuk hablur licin; putih; bau khas.
Kelarutan
: Sukar larut dalam air; larut dalam ethanol dan dalam eter P.
Inkompatibilitas
: Dengan oksidator kuat, basa kuat, dan bereaksi reduktor. Aktivitas antimikroba berkurang dengan keberadaan surfaktan nonionik.
Stabilitas
: Sensitif terhadap oksidasi, terutama dengan keberadaan cahaya.
u. Asam Sitrat (1:50) Nama Resmi
: Acidum Citricum
Sinonim
:-
RM/BM
: C6H8O7. H2O
RB
:
Pemerian
: Hablur tidak berwarna atau serbuk putih; tidak berbau; rasa sangat asam; agak higroskopik; merapuh dalam udara kering dan panas.
Kelarutan
: Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam 1.5 bagian etanol P; sukar larut dalam eter.
Inkompatibilitas
: Dengan oksidator kuat, basa kuat, dan bereaksi reduktor.
Stabilitas
: Peka terhadap udara dan cahaya.
BAB III METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat Alu, beker 500 mL, erlenmeyer 100 mL, erlenmeyer 250 mL, erlenmeyer 1 L, corong, gelas arloji, gelas ukur, lumpang, lap halus, lap kasar,
pipet
tetes,
sendok
tanduk,
timbangan
analitik,
wadah
penimbangan. III.1.2 Bahan Akuades, alkohol 96%, timol, metil salisilat, mentol, indigo karmin, poloksamer 407, setil piridinium klorida, sorbitol 70%, NaOH, HCl, tiamin HCl, riboflavin, piridoksin HCl, asam askorbat, propilenglikol, gliserin, perasa jeruk, pewarna jingga, Na2EDTA, asam sorbik, asam sitrat.
III.2 Cara Kerja III.2.1 Timol Mouthwash 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Timol digerus bersama mentol dalam lumping hingga homogen (a). 3. Metil salisilat dilarutkan dengan alkohol 96% sebanyak 66 mL dalam Erlenmeyer hingga homogen kemudian ditutup (b). 4. Dilarutkan poloksamer dengan 15 mL aquadest hingga homogen (c).
5. Dimasukkan larutan (a) ke dalam larutan (c) aduk hingga homogen (d). 6. Dimasukkan sorbitol 70% ke dalam campuran larutan (d) aduk hingga homogen (e). 7. Dilarutkan setil piridinium klorida dalam 10 mL aquadest aduk hingga homogen. Kemudian dimasukkan dalam larutan (e). 8. Dimasukkan seluruh larutan (b) ke dalam larutan (e). 9. Dilakukan pengecekan pH kemudian di adjust dengan NaOH/HCl 0,1 N hingga pH 7,0. 10. Ditambahkan indigo karmin aduk hingga homogen. 11. Dicukupkan dengan aquadest hingga 100 mL. 12. Setelah homogen kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring. 13. Dimasukkan ke dalam wadah dan diberi etiket.
III.2.2 Sirup Vitamin B-compleks 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Ditimbang bahan sesuai perhitungan bahan. 3. Dilarutkan tiamin HCl, nikotinamid, piridoksin HCl, sianokobalamin ke dalam 100 mL air suling, diaduk hingga homogen (a). 4. Dilarutkan riboflavin dalam sebagian sorbitol (b). 5. Dibuatkan larutan pembawa sirup dengan mencampur gliserin, propilenglikol dan sisa sorbitol (c).
6. Dimasukkan dinatrium edetat, perasa jeruk, pewarna jingga, asam askorbat dan asam sorbik ke dalam larutan (c) aduk hingga homogen (d). 7. Dicampurkan larutan (a), (b) ke dalam larutan (d) dalam Erlenmeyer. Aduk hingga homogen (e). 8. Dicukupkan larutan (e) dengan aquadest hingga 660 mL. 9. Dimasukkan asam sitrat dalam larutan yang telah dicukupkan, aduk hingga homogen. 10. Periksa pH larutan, dicukupkan pH hingga mencapai 4,0 dengan menambahkan HCl/NaOH 0,1N. 11. Disaring dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam wadah. 12. Setelah itu dikemas, dengan pengemasan etiket dan dimasukkan ke dalam dos obat dengan brosur yang sudah ada.
III.3 Perhitungan III.3.1 Timol Mouthwash -
Perhitungan Bahan
Per wadah Timol
0,06% =
x 100 mL
= 0,06 g
Mentol
0,1% =
x 100 mL
= 0,1 mL
Metil salisilat
0,07% =
x 100 mL
= 0,07 mL
Setil piridinium klorida
0,05% =
x 100 mL
= 0,05 mL
Alkohol 96%
10% =
x 100 mL
= 10 mL
Sorbitol 70%
15% =
x 100 mL
= 15 mL
Poloksamer 407
0,5% =
x 100 mL
= 0,5 g
Indigo karmin
0,008%=
NaOH/HCl 0,1 N
qs.
Aquadest
74,1% = ad 100 mL
x 100 mL
= 0,008 mL
Per batch Timol
= (0,06 g x 6) + 10%
= 0,396 g
Mentol
= (0,1 mL x 6) + 10 %
= 0,66 mL
Metil salisilat
= (0,07 mL x 6) + 10 %
= 0,462 mL
Setil piridinium klorida
= (0,05 mL x 6) + 10 %
= 0,33 mL
Alkohol 96%
= (10 mL x 6) + 10 %
= 66 mL
Sorbitol 70%
= (15 mL x 6) + 10 %
= 99 mL
Poloksamer 407
= (0,5 g x 6) + 10 %
= 3,3 g
Indigo karmin
= (0,008 mL x 6) + 10 %
= 0,0528 mL
NaOH/HCl 0,1 N
qs.
Aquadest
74,1% = ad 100 mL
III.3.2 Sirup Vit. B-compleks - Perhitungan Dosis Tiamin HCl DL anak-anak
= 1-5 tahun
= 0,5 – 0,7 mg/hari
= 5-10 tahun
= 0,9 mg/hari
DL dewasa
= 5 – 10 mg/hari
DM
= 30 mg/hari
Riboflavin DL anak-anak
DL dewasa
= 1-5 tahun
= 0,7 – 0,9 mg/hari
= 5-10 tahun
= 1,1 mg/ hari
= 3 – 10 mg/hari
Nikotinamid DL anak-anak
= 9 – 20 mg/hari
DL dewasa
= 15 – 50 mg
DM dewasa
= 500 mg
Piridoksin HCl DL anak-anak
= 0,5 – 1,5 mg/hari
DL dewasa
= 5 – 150 mg/hari
Sianokobalamin DL anak-anak
= 15 mcg
DL dewasa
= 1 – 100 mcg
- Perhitungan Bahan Per wadah Tiamin HCl
= 0,1 % x 100 mL
= 0,1 g
Riboflavin
= 0,0254% x 100 mL
= 25,4 mg
Piridoksin HCl
= 0,2% x 100 mL
= 0,2 g
Sianokobalamin
= 0,0002% x 100 mL
= 200 mcg
Asam askorbat
= 0,05% x 100 mL
= 0,05 g
Sorbitol 70%
= 25% x 100 mL
= 25 mL
Propilen glikol
= 24% x 100 mL
= 24 mL
Gliserin
= 24% x 100 mL
= 24 mL
Perasa jeruk
= 0,1% x 100 mL
= 0,1 g
Pewarna jingga
= 0,001% x 100 mL
= 1 mg
Na2 EDTA
= 0,3% x 100 mL
= 0,3 g
Asam sorbik
= 0,1% x 100 mL
= 0,1 g
Asam sitrat
= qs
Aquadest
= 26% x 100 mL
= 26 mL
Tiamin HCl
= (0,1 g x 6) + 10%
= 0,66 g
Riboflavin
= (25,4 mg x 6) + 10%
= 167,64 g
Piridoksin HCl
= (0,2 g x 6) + 10%
= 1,32 g
Sianokobalamin
= (200 mcg x 6) + 10%
= 1320 mcg
Asam askorbat
= (0,05 g x 6) + 10%
= 0,33 g
Per batch
Sorbitol 70%
= (25 mL x 6) + 10%
= 165 mL
Propilen glikol
= (24 mL x 6) + 10%
= 158,4 mL
Gliserin
= (24 mL x 6) + 10%
= 158,4 mL
Perasa jeruk
= (0,1 g x 6) + 10%
= 0,66 g
Pewarna jingga
= (1 mg x 6) + 10%
= 6,6 mg
Na2 EDTA
= (0,3 g x 6) + 10%
= 1,98 g
Asam sorbik
= (0,1 g x 6) + 10%
= 0,66 g
Asam sitrat
= qs
Aquadest
= (26 mL x 6) + 10%
= 171,6 mL
BAB IV PEMBAHASAN
Larutan merupakan jenis sediaan cair yang memiliki kenggulan dibandingkan sediaan cair lainnya. Pembuatan larutan mudah dan tidak membutuhkan waktu serta biaya yang besar. Dari segi estetika, larutan memiliki estetika yang baik karena kejernihannya dan juga memiliki stabilitas yang lebih baik selama penyimpanan. Dalam praktikum kali ini, telah dibuat dua formula; timol mouthwash dan sirup vitamin B-complex. Kedua sediaan ini dibuat dalam bentuk larutan dengan berbagai pertimbangan. Timol mouthwash dibuat dalam bentuk larutan karena pada dasarnya sediaan mouthwash merupakan golongan sediaan larutan. Karena kelarutan timol dalam air rendah, maka ditambahkan bahan yang mampu meningkatkan kelarutannya (co-solvent) yaitu alkohol. Selain timol, dalam formulasi ini juga ditambahkan agen terapeutik lain yang dapat membantu kerja timol, yatu mentol dan metil salisilat. Cara kerjanya dimulai dengan menggerus timol dan mentol di dalam lumping hingga mecapai titik eutektikum atau membentuk massa basah. Sementara itu, metil salisilat dilarutkan dalam alkohol dan poloksamer dan setil piridinium klorida dilarutkan dalam aquadest.Setelah campuran homogen, dilarutkan pengecekan pH, dan dicukupkan hingga pH 7 menggunakan NaOH/ HCl 0,1 N.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jones, David. 2008. Pharmaceutics-Dosage Form and Design. London: Pharmaceutical Press. 2. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Depkes RI. 3. Husa, W.J. 1957. Martin’s Dispensing of Medication. Mark Publishing Company. 4. Troy, David. 2008. Remington: The Sciece and Practice of Pharmacy. Philadelphia: Lippincott. 5. Parrott, Eugene L. 1970. Pharmaceutical Technology. Iowa: University of Iowa Press. 6. Jenkins, GI, dkk. 1957. The Art of Compounding. McGraw-Hill.