Hubungan Perawat dengan Tim Pelayanan Kesehatan Lain Dalam melakukan tugasnya perawat tidak dapat bekerja tanpa berkolaborasi dengan profesi lain. Profesi lainnya diantaranya adalah dokter, ahli gizi, tenaga laboratorium, tenanga rontgen dan lainnya. Dalam menjalankan tugasnya, setiap profesi di tuntut untuk mempertahankan kode etik masing – masing profesi. Kelancaran tugas masing – masing profesi tergantung dari ketaatanya dalam menjalankan dan mempertahankan kode etik profesinya. Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai, maka hubungan kerja sama akan dapat terjalin dengan baik. Walaupun pada pelaksanaannya sering terjadi konflik – konflik etis. Hubungan perawat dan dokter seiring dengan perkembangan kedua profesi ini, tetapi tidak terlepas dari sejarah, yaitu berkaitan dengan sifat disiplin ilmu/pendidikan, latar belakang personal dan lain – lain. Bila dilihat dari sudut sejarah, bidang kedokteran telah dikembangkan lama sebelum bidang keperawatan. Kedokteran dan keperawatan walaupun kedua disiplin ini sama – sama berfokus pada manusia, phaternalistik, yang mencerminkan figur seseorang Bapak, pemimpin, dan pembuat keputusan. Sedangkan keperawatan lebih bersifat mothernalistik, yang mencerminkan figur ibu ( mother insthic ) dalam memberikan asuhan, kasih sayang dan bantuan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan pada klien dan hubungan dengan dokter, dikenal beberapa peran perawat yaitu : 1. Peran
mandiri
:
peran
perawat
dalam
memberikan
askep
yang
dapat
dipertanggungjawabkan oleh perawat secara mandiri. 2. Perawat
delegatif
:
perawat
dalam
melaksanakan
program
kesehatan
yang
pertanggungjawabannya dipegang oleh dokter. Misal : pemberian obat – obatan didelegasikan tugas dokter kepada perawat dan peran kolaborasi merupakan peran perawat dalam mengatasi permasalahan secara team work dengan tim kesehatan lainnya. Dalam pelaksanaanya, apabila setiap profesi telah dapat saling mrnghargai, menghormati, hubungan kerja dapat terjalin dengan baik walaupun pada pelaksanaannya sering terjadi konflik etis.
Contoh 1 : Seorang ahli bedah, kepala staf pembedahan, mengunjungi unit keperawatan rumah sakit di suatu petang untuk membahas pembedahan klien pada keesokan harinya. Perawat mencium bau alkohol dalam napas ahli bedahtersebut dan pembicaraan ahli bedah tersebut sambung - menyambung serta langkahnya tidak seimbang. Pertanyaan : Apakah perawatn melaporkan hal ini atau mengabaikannya ? Contoh 2 : Seorang dokter merawat pasien lansia di bagian rawat jangka panjang. Perawat di bagian tersebut menyebutkan, “ setiap klien harus dikunjungi oleh dokternya paling sedikit 30 hari dan kunjungan tersebut didokumentasikan pada catatan klien.” Langkah – langkah dalam penyelesaian konflik diatas adalah : 1. Mengakui adanya konflik 2. Mengidentifikasi konflik 3. Mendengarkan semua pandangan 4. Mengeksplorasi cara mengatasi konflik 5. Mencapai kesepakatan solusi 6. Menjadwalkan tindak lanjut, mengkaji wewenang yang jelas https://www.idoub.com/document/342437333/Komunikasi-Dengan-Tim-Kesehatan-Lain