“HENTI NAFAS DAN HENTI JANTUNG “
Disusun oleh : KELOMPOK II
MAYA SARI 153069
AKADEMI KEPERAWATAN ANGING MAMMIRI PROVINSI SULAWESI SELATAN 2017
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang ”HENTI NAFAS DAN HENTI JANTUNG” dapat selesai tepat pada waktunya sebagai salah satu tugas dari mata kuliah . Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana di dalamnya masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan maupun isi. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dalam makalah berikutnya dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Makassar,
Oktober 2017
Penulis
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii BAB I ................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1 A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1 C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 1 BAB II................................................................................................................................. 3 PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3 A. Pengertian Henti Napas .......................................................................................... 3 B. Etiologi ..................................................................................................................... 3 C. Manifestasi Klinis .................................................................................................... 4 D. Komplikasi ............................................................................................................... 4 E. Pemeriksaan Penunjang ......................................................................................... 5 F. Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier Henti Napas ................................... 6 HENTI JANTUNG ......................................................................................................... 7 A. Pengertian.................................................................................................................. 7 B. Tanda dan Gejala....................................................................................................... 7 C. Etiologi ...................................................................................................................... 7 D. Penatalaksanaan ........................................................................................................ 8 BAB III ............................................................................................................................. 10 PENUTUP ........................................................................................................................ 10 A. Kesimpulan .............................................................................................................. 10 B. SARAN ................................................................................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 11
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era yang semakin modern ini semakin banyak bermunculan masalah kesehatan yang bersifat gawat darurat, sehingga kita sebagai tenaga kesehatan harus selalu memperbaharui dan meningkatkan pengetahuan untuk dapat menjadi perawat yang professional, salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan cepat dan tepat adalah henti napas, karena kasus henti napas dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi seperti : emboli paru, fibrosis, penurunan kardiak output, aritmia, perikarditis dan infark miokard akut,
perdarahan,
distensi
lambung,
ileus
paralitik,
diare
dan
pneumoperitoneum. Stress ulcer sering timbul pada gagal napas, namun apabila mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat maka terjadinya komplikasi dapat dihindari. B. Rumusan Masalah 1. Pengertian henti napas 2. Etiologi henti napas 3. Manifestasi henti napas 4. Patofisiologi henti napas 5. Komplikasi henti napas 6. Pemeriksaan penunjang pada henti napas 7. Penatalaksanaan henti napas 8. Pencegahan primer, sekunder, dan tersier henti napas 9. Pengertian Henti jantug 10. Tanda dan Gejala Henti jantug 11. Etiologi Henti jantug 12. Penatalaksanaan Henti jantung C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian henti napas 2. Untuk mengetahui etiologi henti napas 3. Untuk mengetahui manifestasi henti napas
1
4. Untuk mengetahui patofisiologi henti napas 5. Untuk mengetahui komplikasi henti napas 6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada henti napas 7. Untuk mengetahui penatalaksanaan henti napas 8. Untuk mengetahui Pengertian Henti jantug 9. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala 10. Untuk mengetahui Etiologi 11. Untuk mengetahui Penatalaksanaan
2
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Henti Napas Henti napas adalah ganguan pertukaran gas antara udara dengan sirkulasi yang terjadi di pertukaran gas intrapulmonal atau gangguan gerakan udara dan masuk keluar paru (Hood Alsagaff, 2004:185). Henti napas merupakan keadaan ketidakmampuan tubuh untuk menjaga pertukaran gas seimbang dengan kebutuhan tubuh sehingga mengakibatkan hipoksemia dan atau hiperkapnia. Dikatakan gagal napas apabila PaCO2 > 45 mmHg atau PaO2 < 55mmHg (Boedi Swidarmoko, 2010:259). B. Etiologi Etiologi menurut Price (1995) yaitu: 1. Kelainan di luar paru-paru a) Penekanan pusat pernapasan (1) Takar lajak obat (sedative, narkotik) (2) Trauma atau infark selebral (3) Poliomyelitis bulbar (4) Ensefalitis 2. Kelainan neuromuscular a) Trauma medulaspinalisservikalis b) Sindroma guilainbare c) Sklerosis amiotropik lateral d) Miastenia gravis e) Distrofi otot 3. Kelainan Pleura dan Dinding Dada a) Cedera dada (fraktur iga multiple) b) Pneumotoraks tension c) Efusi leura d) Kifoskoliosis (paru-paru abnormal) e) Obesitas: sindrom Pickwick
3
C. Manifestasi Klinis Gejala umum: Lelah, berkeringat, sulit tidur dan makan, didapatkan juga gangguan status mental, sakit kepala, kejang. Gejala kardiovaskular” takikardia dan vasodilatasi perifer. Gangguan pernapasan: takipnea, retraksi otot bantu pernapasan, hipoventilasi, apnea, suara napas tambahan seperti stridor, mengi, ronki basah (Boedi Swidarmoko, 2010:264). Gejala klinis dari gagal napas adalah nonspesifik dan mungkin minimal, walaupun terjadi hipoksemia, hiperkapnia dan asedemia yang berat. Tanda utama dari gagal napas adalah penggunaan otot bantu napas takipnea, takikardia, menurunya tidal volum, pola napas iregular atau terengah – engah (gasping) dan gerakan abdomen yang paradoksal (terkait dengan flail chest). D. Komplikasi Komplikasi menurut Alvin Kosasih (2008) yaitu: 1.
Paru: emboli paru, fibrosis dan komplikasi sekunder penggunaan ventilator (seperti, emfisema kutis dan pneumothoraks).
2. Jantung: cor pulmonale, hipotensi, penurunan kardiak output, aritmia, perikarditis dan infark miokard akut. 3. Gastrointestinal: perdarahan, distensi lambung, ileus paralitik, diare dan pneumoperitoneum. Stress ulcer sering timbul pada gagal napas. 4. Polisitemia (dikarenakan hipoksemia yang lama sehingga sumsum tulang memproduksi eritrosit, dan terjadilah peningkatan eritrosit yang usianya kurang dari normal). 5. Infeksi nosokomial: pneumonia, infeksi saluran kemih, sepsis. 6. Ginjal: gagal ginjal akut dan ketidaknormalan elektrolit asam basa. 7. Nutrisi 8. : malnutrisi dan komplikasi yang berhubungan dengan pemberian nutrisi enteral dan parenteral.
4
E. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium: Analisis gas darah (pH meningkat, HCO3- meningkat, PaCO2 meningkat, PaO2 menurun) dan kadar elektrolit (kalium). Parameter
Interval normal
pH
7,35-7,45
PaCO2
35-45 mmHg
Bikarbonat (HCO3-)
22-26 mEq/L
PaO2
80-100 mmHg
SaO2
>95%
BE
± 2 mEq/L
(Lewis, 2011:324) 2. Pemeriksaan darah lengkap: anemia bisa menyebabkan hipoksia jaringan, polisitemia bisa trejadi bila hipoksia tidak diobati dengan cepat. 3. Fungsi ginjal dan hati: untuk mencari etiologi atau identifikasi komplikasi yang berhubungan dengan gagal napas. 4.
Serum kreatininin kinase dan troponin1: untuk menyingkirkan infark miokard akut.
5. Radiologi : a) Rontgen toraks membantu mengidentifikasi kemungkinan penyebab gagal nafas seperti atelektasis dan pneumoni b) EKG dan Ekokardiografi : Jika gagal napas akut disebabkan oleh cardiac. c) Uji faal paru : sangat berguna untuk evaluasi gagal napas kronik (volume tidal < 500ml, FVC(kapasitas vital paksa) menurun,ventilasi semenit (Ve) menurun,) (Alvin Kosasi,2008:31) (Luwis, 2011:1750)
5
F. Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier Henti Napas 1. Pencegahan Primer: Pencegahan primer yaitu upaya pencegahan sebelum peristiwa terjadinya henti napas seperti untuk mencegah faktor-faktor yang menunjang terjadinya henti napas seperti menghindari penggunaan obat-obatan yang menyebabkan bronkospasme secara berlebihan misal kortikosteroid, menghindari penggunaan obat lebih dari 1, penggunaan narkotika yang berakibat overdosis. 2. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder yaitu upaya pencegahan saat peristiwa terjadi yang dirancang untuk mengurangi atau meminimalkan dampak henti napas yang terjadi. Dilakukan dengan pemberian pertolongan pertama, yaitu : Pencegahan sekunder meliputi 3 fase: Fase I : untuk oksigenasi darurat, terdiri dari : (A) Airway Control : penguasaan jalan napas. (B) Breathing : ventilasi bantuan dan oksigen paru darurat. (C) Circulation : pengenalan tidak adanya denyut nadi dan pengadaan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung, penghentian perdarahan dan posisi untuk syok. Fase II : untuk memulai sirkulasi spontan terdiri dari : (D) Drugs and Fluid Intravenous Infusion : pemberian obat dan cairan tanpa menunggu hasil EKG. (E) Electrocardioscopy (Cardiography). (F) Fibrillation Treatment : biasanya dengan syok listrik (defibrilasi). Fase III : untuk pengelolaan intensif pasca resusitasi, terdiri dari : (G) Gauging : menetukan dan memberi terapi penyebab kematian dan menilai sejauh mana pasien dapat diselamatkan. (H) Human Mentation : SSP diharapkan pulih dengan tindakan resusitasi otak yang baru (I) Intensive Care : resusitasi jangka panjang.
6
3. Pencegahan tersier Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat, penanganan yang tepat bagi penderita henti napas untuk mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup. Pencegahan tersier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita. Misalnya, Pasien dengan ancaman henti napas berulang harus langsung dirawat di ruang rawat intensif (ICU). Pemberian O2 secara adekuat dan tidak berlebihan untuk menghindari terjadinya hiperkapnea, meminimalkan terjadinya peningkatan tekanan pada pusat pernapasan.
HENTI JANTUNG A. Pengertian Henti jantung adalah penghentian tiba-tiba aktivitas pompa jantung efektif, mengakibatkan penghentian sirkulasi. Ada 2 tipe henti jantung, yaitu: a. Cardiac standstill (Asistole) b. Fibrilasi ventrikel B. Tanda dan Gejala a. Ketidaksadaran
sering terjadi sebagai kolaps yang tiba-tiba.
b. Tidak ada denyut nadi yang teraba
rasakan baik untuk denyut karotis/
femoral c. Apnea/ gerakan nafas tidak efektif (henti nafas) d. Pupil dilatasi/ setelah 40 detik paska kolaps, pupil dilatasi. Pupil dilatasi maksimal menandakan sudah terjadi 50% kerusakan otak irreversible. e. Kulit keabuan/ putih/ sianosis (biru). Tanda-tanda di atas menunjukkan pasien mati secara klinis. Jika ventilasi dan sirkulasi tidak dimulai dalam waktu 3 menit, kematian biologis (kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki lagi) akan terjadi. C. Etiologi a. Infark miokard akut
7
Karena fibrilasi ventrikel, cardiac standstill, aritmia lain, renjatan dan edema paru. b. Emboli paru Karena penyumbatan aliran darah paru c. Aneurisma disekans Karena kehilangan darah intravaskuler. d. Hipoksia, asidosis Karena gagal jantung/ kegagalan paru berat, tenggelam, aspirasi, penyumbatan trakea, pneumothoraks, kelebihan dosis obat, kelainan susunan syaraf pusat. e. Gagal ginjal Karena hiperkalemia D. Penatalaksanaan RJP (Resusitasi Jantung Paru) Adalah
suatu
tindakan
darurat,
sebagai
usaha
untuk
mengembalikan keadaan henti nafas/ henti jantung atau (yang dikenal dengan istilah kematian klinis) ke fungsi optimal, guna mencegah kematian biologis. a) kontraindikasi orang yang diketahui berpenyakit terminal dan yang telah secara klinis mati lebih dari 5 menit. b) tahap-tahap resusitasi Resusitasi jantung paru pada dasarnya dibagi dalam 3 tahap dan pada setiap tahap dilakukan tindakan-tindakan pokok yang disusun menurut abjad: 1. Pertolongan dasar (basic life ) - Airway control, yaitu membebaskan jalan nafas agar tetap terbuka dan bersih. - Breathing , yaitu mempertahankan ventilasi dan oksigenasi paru secara adekuat.
8
- Circulation , yaitu mempertahankan sirkulasi darah dengan cara memijat jantung. 2. Pertolongan lanjut (advanced life ) - Drug & fluid, yaitu pemberian obat-obat dan cairan - Elektrocardiography, yaitu penentuan irama jantung - Fibrillation treatment, yaitu mengatasi fibrilasi ventrikel 3. Pertolongan jangka panjang (prolonged life ) - Gauging, yaitu memantau dan mengevaluasi resusitasi jantung paru, pemeriksaan dan penentuan penyebab dasar serta penilaian dapat tidaknya penderita diselamatkan dan diteruskan pengobatannya. - Human mentation, yaitu penentuan kerusakan otak dan resusitasi cerebral. - Intensive care, yaitu perawatan intensif jangka panjang.
9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Gagal
nafas
terjadi
bilamana
pertukaran
oksigen
terhadap
karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsi oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Henti nafas merupakan keadaan ketidakmampuan tubuh untuk menjaga pertukaran gas seimbang dengan kebutuhan tubuh sehingga mengakibatkan hipoksemia dan atau hiperkapnia. B. SARAN Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi untuk menunjang proses pembelajaran.
10
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. Heather. 2011. Diagnosis Keperawatan. Ahli bahasa: Made Sumarwati dan Nike Budhi Subekti. 2012. Jakarta: EGC.
Hood, Alsagaf. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Gramik FK Unair.
Hudak & Gallo. 1997. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik.Alih Bahasa: Allenidekania, Dkk. 1994. Jakarta: EGC.
Kosasih, Alvin. 2008. Diagnosis Dan Tatalaksana Kegawatdaruratan Paru Dalam Praktek Sehari-Hari. Jakarta: Sagung Seto
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Alih Bahasa: Brahm U. Pendit.2002. Jakarta: EGC.
Swidarmoko, Boedi. 2010. Pulmonologi Intervensi Dan Gawat Darurat Napas. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
11