Gangguan artikulasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gangguan pada tahap ringan dan berat. Untuk tahap ringan gangguan ini berupa ketidakmampuan anak usia 3 tahun dalam menyebutkan bunyi [l], [r], atau [s]. Biasanya gangguan ini akan hilang dengan bertambahnya usia anak atau apabila kita melatihnya dengan membiasakan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Adapun untuk tahap berat, gejalanya seperti: 1. Ada beberapa suku kata/bunyi yang hilang Misalnya : Tuti minta minum menjadi Uti nta num (yang hilang t dan mi) 1. Ada penggantian suku kata/bunyi Misalnya: Tuti pergi ke pasar menjadi Tuti Poldi te pasal (pernggantian huruf e menjadi o, r menjadi l, dan g menjadi d) 1. Ada perubahan pada suku kata/merubah bunyi konsonan Misalnya: lari – lari menjadi layi – layi 1. Ada penambahan dan penyisipan bunyi antara suku kata Misalnya: Bogor menjadi mbogor Bandung menjadi mbandung
Seorang anak normal memiliki kemampuan berbicara sesuai dengan usia mereka. Berikut ini adalah tahapan perkembangan bicara anak sesuai pertambahan usia. Usia
Kemampuan
Neonatus
Menangis (reflex vocalization) Mengeluarkan suara mendengkur seperti suara burung (cooing) Suara seperti berkumur (gurgles)
2 – 3 bulan
Tertawa dan mengoceh tanpa arti (babbling)
4 – 6 bulan
Mengeluarkan suara yang merupakan kombinasi huruf hidup (vowel) dan huruf mati (konsonan) Suara yang brupa ocehan yang bermakna (true babbling atau lalling) seperti “pa..pa..” “da..da..” Dapat menggabungkan kata atau suku kata yang tidak mengandung arti, terdengar seperti Bahasa asing (jargon) Usia 10 bulan dapat meniru suara sendiri (echolallia) Memahami arti “tidak” Mampu mengucapkan salam
7 – 11 bulan
Mulai memberi perhatian terhadap nyanyian atau musik.
Mampu menggabungkan kata atau kalimat pendek Mulai mengucapkan kata pertama yang mempunyai arti (true speech) Usia 12 – 14 bulan mengerti instruksi sederhana Mampu menunjukan bagian tubuh dan nama mainannya
12 – 18 bulan
Usia 18 bulan mampu mengucapkan 6 – 10 kata.
Ada banyak penyebab yang mengakibatkan anak mengalami gangguan artikulasi. Pendengaran yang baik sangat berpengaruh bagi setiap anak agar kemampuan bicara nya juga tidak terhambat. Pendengaran yang kurang baik atau mengalami gangguan akan menyebabkan perkembangan bicara pada anak akan terganggu. Mengapa demikian? Karena, pemerolehan dan perkembangan bahasa dalam prosesnya dapat mempengaruhi sedikit banyaknya akses bunyi – bunyi dari lingkungan sekitar. Tingkat kecerdasan juga mempengaruhi perkembangan bicara anak. Anak yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata – rata akan mengalami kesulitan dalam memahami segala sesuatu di sekitarnya. Salah satunya adalah pemahaman bahasa nya. Apabila anak mendapat kesulitan untuk memahami Bahasa maka, ia juga akan mengalami kesulitan untuk mengeluarkan Bahasa tersebut melalui bicara nya. Hal seperti ini sangat erat kaitannya dengan fungsi susunan saraf didalam otak. Selain pendengaran dan fungsi otak yang diharapkan berfungsi dengan baik agar anak mampu berbicara dengan baik, kita juga harus memperhatikan apakah organ – organ bicara pada anak berfungsi dengan baik atau tidak. Apa saja organ – organ bicara itu? 1) organ pernapasan. Suara dapat terbentuk apabila udara dari paru – paru melewati kotak suara atau pita suara. Jadi, apabila tidak ada udara yang melewati kotak suara maka bunyi suara juga tidak akan terbentuk; 2) organ suara; 3) organ artikulasi. Organ artikulasi meliputi: rahang, bibir, gigi, langit-langit mulut, anak tekak, tenggorok, dan lidah. Apabila salah satu dari organ artikulasi ini mengalami kelainan, tentu saja akan menyebabkan gangguan dalam berartikulasi. Contohnya kelainan pada bibir atau yang kita kenal dengan sumbing. Seorang anak sumbing pasti artikulasinya tidak jelas, karena kehilangan salah satu fungsi dari organ artikulasinya. Orangtua yang pasif juga dapat menyebabkan gangguan artikulasi pada anak. Pemberian latihan dan stimulus yang kurang dapat membuat anak mengalami keterlambatan dalam perkembangan bicaranya sehingga artikulasi pada anak menjadi tidak jelas. Untuk anak yang mengalami gangguan artikulasi akan lebih baik jika anak mendapat penanganan yang baik dan tepat dengan mengikuti terapi wicara. Para terapis sebelum melakukan terapi wicara pada setiap kiennya pasti harus mengetahui telebih dahulu penyebab dari setiap gangguan yang diderita klien.
Apabila anak (klien) memiliki riwayat gangguan pendengaran, maka terapis akan menyarankan orangtua untuk berkonsultasi terlebih dahulu pada spesialis tht untuk mendapat penangan yang tepat. Setelah pendengarannya mendapat penanganan barulah terapis dapat melakukan terapi wicara pada anak (klien). Begitu pula dengan penyebab lainnya, seperti: kelainan pada organ bicara, gangguan fungsi susunan saraf, dan gangguan mental. Para terapis juga akan menyarankan orangtua untuk berkonsultasi pada masing – masing ahlinya terlebih dahulu. Utnuk itulah, para terapis juga memerlukan bantuan dari para ahli sesuai bidangnya. Untuk gangguan artikulasi apabila hanya pada tingkat ringan, salah satu contoh terapi yang diberikan terapis pada kliennya adalah terapi meniup lilin. Terapi meniup lilin bertujuan untuk menguatkan kembali otot – otot bicara. Selain terapi meniup lilin bagi anak yang menderita gangguan artikulasi, para terapis akan memberikan latihan artikulasi. Latihan artikulasi ini bertujuan melatih gerak organ artikulasi seperti gerak lidah, rahang, velum, dan lain – lain. Untuk melatih produk bunyi Bahasa, terapis biasanya memulai dari produk bunyi Bahasa yang paling mudah. –P—B—M—T—D—N—K—G—NG—C—J—NY—H—S—SY—Y— R—L-. Terapi wicara memang membantu dalam menyembuhkan kekurangan – kekurangan atau kesalahan – kesalahan dalam berartikulasi atau berbicara. Namun, Terapi wicara biasanya hanya berlangsung 3 sampai 4 kali dalam seminggu, selama 1 sampai 1,5 jam pada setiap pertemuan. Maka dari itu, lama penanganannya tergantung pada beberapa hal: seperti ringan atau beratnya gangguan, upaya atau kesediaan orangtua untuk mengantar anaknya terapi secara teratur, memberikan latihan lagi pada anak dirumah, dan kerja sama dari anak. Jika anak melakukan terapi secara rutin, baik di tempat terapi maupun melalui latihan di rumah, akan memberikan dampak yang positif bagi perkembangan bicaranya. Terapis juga harus memiliki hubungan yang baik dengan anak agar anak bisa bersifat kooepratif saat melakukan terapi. SIMPULAN Gangguan artikulasi pada anak adalah kondisi dimana anak tidak mampu berartikulasi dengan benar sehingga, orang lain tidak dapat mendengar ucapannya dengan jelas. Ada berbagai macam faktor yang menyebabkan anak mengalami gangguan artikulasi. Mulai dari gangguan pendengaran, gangguan fungsi susunan saraf, keterbelakangan mental, dan kelainan pada organ – organ bicara. Namun, akan lebih baik jika anak yang mengalami gangguan artikulasi mengikuti program terapi wicara. Terapis wicara akan melatih anak – anak yang artikulasinya tidak jelas dengan latihan artikulasi dan berbagai macam latihan lainnya. Para terapis juga membutuhkan bantuan dari para spesialis dari masing – masing penyebab yang membuat anak artikulasinya menjadi terganggu. Namun, untuk waktu penanganannya tergantung pada beberapa hal: seperti ringan atau beratnya gangguan, upaya atau kesediaan orangtua untuk mengantar anaknya terapi secara teratur, memberikan latihan lagi pada anak dirumah, dan kerja sama
dari anak. Jika anak melakukan terapi secara rutin, baik di tempat terapi maupun melalui latihan di rumah, akan memberikan dampak yang positif bagi perkembangan bicaranya.