PROPOSAL DISEMINASI AWAL PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG ROSELLA II RSUD DR. SOETOMO SURABAYA PERIODE 4 – 30 MARET 2019
DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3 Alfiani Triningsih, S.Kep. Annisa Mufidah, S.Kep Aviati Faradhika, S.Kep Desy Igacarryna, S.Kep Diana Nurani R, S.Kep Elisa Maria W, S.Kep Emha Rafi, S.Kep Eva Dwi Agustin, S.Kep Febriana Permita Sari, S.Kep Indah Febriana Nila, S.Kep Kiki Ayu Kusuma, S.Kep
131813143051 131813143052 131813143092 131813143016 131813143070 131813143097 131813143011 131813143032 131813143024 131813143059 131813143043
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N) FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2019
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS DI RUANG ROSELLA II RSUD DR. SOETOMO SURABAYA PERIODE 4 – 30 MARET 2019 Surabaya, 8 Maret 2019 Pembimbing Akademik I
Pembimbing Akademik II
Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons) NIP. 196612251989031004
Dr. Hanik Endang Nihayati, S.Kep., Ns., M.Kep NIP. 197606162014092006
Pembimbing Klinik
Pembimbing Klinik
Adi Sukrisno, S.Kep., Ns NIP. 197410061996031001
Sri Rahayu, S.Kep., Ns NIP. 196804271988032007
Mengetahui, PJMA Profesi Manajemen Keperawatan Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Prof. Dr. Nursalam, (Hons) DAFTARM.Nurs ISI NIP. 196612251989031004
ii
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ii DAFTAR ISI iii KATA PENGANTAR iv BAB 1 1 2.4
Latar Belakang................................................................................................1
2.5
Tujuan.............................................................................................................3
2.6
Manfaat...........................................................................................................3
2.1
Pengumpulan Data..........................................................................................5
2.2
Visi dan Misi...................................................................................................5
2.3
Pengumpulan Data..........................................................................................5 2.3.1
Ketenagaan (M1-Man)
5
2.3.2
Sarana Dan Prasarana (M2-Material) 15
2.3.3
Metode (M3-Method) 22
2.3.4
Pembiayaan dan Billing (M4-Money)26
2.3.5
Mutu (M5-Mutu)
29
2.4 Analisis Data....................................................................................................39 2.5 Identifikasi Masalah.........................................................................................51 2.6 Prioritas Masalah..............................................................................................53 BAB 3 41 3.1
Pengorganisasian..........................................................................................41
3.2
Strategi Pelaksanaan.....................................................................................56
3.3
Plan Of Action..............................................................................................78
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga proposal pengkajian praktik profesi manajemen keperawatan di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Surabaya dapat diselesaikan. Proposal ini dibuat untuk melaporkan penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional pada profesi stase keperawatan manajemen. Kami selaku tim penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna, begitu pula laporan diseminasi awal yang telah kami buat ini, baik dalam segi isi maupun penulisannya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan dan introspeksi kami selanjutnya. Kami juga berterima kasih kepada pembimbing akademik Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, pembimbing klinik di RSUD Dr. Soetomo, pasien dan keluarga serta teman-teman kelompok yang telah membantu dalam proses penyelesaian proposal. Tim penyusun berharap agar laporan ini dapat memberikan pengetahuan dan bermanfaat bagi semua calon perawat dan masyarakat pada umumnya.
Surabaya, Maret 2019
Tim Praktik Manajemen Keperawatan Ruang Rosella II RSUD Dr.Soetomo, Surabaya
iv
1
BAB 1 PENDAHULUAN
2.4 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu organisasi pelayanan kesehatan telah memiliki otonomi, sehingga dituntut untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dengan manajemen yang efektif. Salah satu upaya untuk menunjang pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah dengan melakukan perubahan pelayanan. Dalam melakukan perubahan pelayanan ini diperlukan ilmu manajemen yang mengembangkan dasar teori dari berbagai ilmu seperti bisnis, psikologi, sosiologi, dan antropologi (Nursalam, 2015). Manajemen pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia untuk mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan di suatu kegiatan. Suatu instansi pasti membutuhkan seorang manajer yang terdidik dalam pengetahuan dan keterampilan tentang perilaku manusia untuk mengelola kegiatan. Manajemen merupakan serangkaian aktivitas (termasuk perencanaan, pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik dan informasi) dengan maksud mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif (Griffin, 2004). Pengorganisasian dalam manajemen keperawatan mempunyai banyak aktivitas penting, salah satunya adalah asuhan keperawatan dikelola secara efektif dan efisien untuk sejumlah pasien kelolaan di rumah sakit dengan jumlah staf keperawatan dan fasilitas yang ada. Asuhan keperawatan profesional menuntut perawat untuk dapat melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, dan pengevaluasian, sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan secara efektif dan efisien bagi individu, keluarga dan masyarakat. Asuhan keperawatan harus diberikan kepada pasien secara sistemik dan terorganisasi sehingga dibutuhkan suatu manajemen yang baik dalam pemberian asuhan keperawatan (Nursalam, 2015). Model pengembangan praktik keperawatan profesional mengacu pada hal penting yaitu peran dan fungsi kepala ruangan sehingga kompetensi kepemimpinan dan manajemen mutlak dibutuhkan. Manajerial kepala ruangan akan diuji dalam tatanan pengorganisasian staf yang menentukan sistem pemberian asuhan keperawatan kepada pasien sebagai refleksi pelaksanaan praktik keperawatan professional. Berdasarkan hasil pengkajian awal yang dilakukan oleh kelompok pada tanggal 4 dan 5 Maret 2019 di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Surabaya telah ditemukan bahwa metode asuhan keperawatan yang
2
diterapkan oleh ruangan adalah tipe moduler, yaitu diberlakukannya ketua tim sebagai penanggung jawab. Berdasarkan jenis metode penugasan ini satu orang perawat bertanggungjawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien, mulai dari pasien/klien masuk hingga keluar dari rumah sakit. Saat ini jumlah perawat total adalah 11 orang (1 orang dalam masa tugas belajar) dengan 1 kepala ruangan, 2 ketua tim dan 7 perawat pelaksana. Perawat terbagi menjadi 2 tim, dimana masing-masing tim terdiri dari 2 – 3 orang perawat pelaksana (PA) dengan 1 kepala tim hanya pada saat shift pagi. Tim 1 bertanggung jawab pada pasien di kelas 1, kelas 2, dan kelas 3 nomor 1 – 3. Sementara itu tim 2 bertanggung jawab pada pasien kelas 3 nomor 4 – 12 serta ekstra bed bila ada. Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja dengan melibatkan anggota keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan profesional. Pemberian pelayanan keperawatan secara professional diharapkan perawat mampu menyelesaikan tugas dalam memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien menuju kearah kesehatan yang optimal. MAKP saat ini yang sering digunakan dalam memberikan tugas kepada satu orang perawat untuk bertanggung jawab penuh sampai pasien keluar rumah sakit. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat (Nursalam, 2015). Keuntungan yang dirasakan dalam penerapan adalah klien merasa dimanusiakan karena kebutuhannya terpenuhi secara individu. Disamping itu asuhan keperawatan yang diberikan memiliki mutu yang tinggi serta bentuk pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi menjadi pelayanan yang efektif tercapai. Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu (Nursalam, 2015). Perawat sebagai ujung tombak dari pelayanan kesehatan diharapkan mampu memberikan kontribusi yang optimal sesuai dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Hal ini terwujud apabila sistem dari pemberian asuhan keperawatan pada pasien menunjang, yaitu adanya suatu Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP). Berdasarkan uraian diatas, maka mahasiswa Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga mencoba menerapkan MAKP dengan metode pelayanan asuhan keperawatan Primary Nursing, dimana pelaksanaannya melibatkan pasien di Ruang Rosela II RSUD Dr. Soetomo bekerjasama dengan perawat dan tenaga kesehatan yang bertugas di ruang tersebut.
3
2.5 Tujuan 1.2.1 Tujuan umum Setelah menyelesaikan program profesi manajemen keperawatan, mahasiswa diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan dalam melaksanakan MAKP Primary Nursing di tatanan rumah sakit. 1.2.2 Tujuan khusus Dalam program profesi Manajemen Keperawatan diharapkan mahasiswa mampu: 1. Melaksanakan pengkajian situasi ruangan di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Surabaya 2. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisis SWOT 3. Menentukan prioritas masalah 4. Menyusun plan of action ruangan berdasarkan hasil pengkajian dan masalah yang ditemukan pada pelaksanaan manajemen keperawatan meliputi: Ketenagaan (M1), Sarana Prasarana (M2), Metode (M3) yang terdiri dari: Timbang Terima, Penerimaan Pasien Baru, Sentralisasi Obat, Supervisi Keperawatan, Discharge Planning, Dokumentasi Keperawatan, Keuangan (M4), Mutu (M5). 5. Melaksanakan plan of action ruangan berdasarkan hasil pengkajian manajemen keperawatan meliputi: Ketenagaan (M1), Sarana Prasarana (M2), Metode (M3) yang terdiri dari: Timbang Terima, Penerimaan Pasien Baru, Sentralisasi Obat, Supervisi Keperawatan, Discharge Planning, dan Dokumentasi Keperawatan, Keuangan (M4), Mutu (M5). 6. Mengevaluasi pelaksanaan plan of action ruangan berdasarkan hasil pengkajian manajemen keperawatan meliputi: Ketenagaan (M1), Sarana Prasarana (M2), Metode (M3) yang terdiri dari: Timbang Terima, Penerimaan Pasien Baru, Sentralisasi Obat, Supervisi Keperawatan, Discharge Planning, dan Dokumentasi Keperawatan, Keuangan (M4), Mutu (M5). 2.6 Manfaat 1.3.1 Bagi pasien Tercapainya kepuasan pasien terkait dengan patient safety yang optimal meliputi identifikasi pasien, komunikasi yang efektif, ketepatan dalam pemberian obat, ketepatan lokasi operasi, penurunan resiko infeksi nosokomial dan penurunan resiko jatuh pasien selama dilakukan perawatan.
1.3.2 Bagi rumah sakit
4
1. M1 (Man) Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan, Ruang Rosella II dapat meningkatkan profesionalitas dengan menerapkan metode MAKP yang efektif, kebutuhan jumlah tenaga perawat yang proporsional untuk melakukan perawatan pasien serta adanya perhitungan BOR per shift. 2. M2 (Material) Membantu mengajukan peralatan yang kurang dan membantu istrasi pengelolaan material sesuai standard JCI. 3. M3 (Method) 1) Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara menyeluruh 2) Menurunkan hari perawatan 3) Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan manajemen, khususnya manajemen keperawatan yang berimplikasi pada pendokumentasian asuhan keperawatan yang terkait dengan perencanaan pulang di rumah sakit 4. M4 (Money) Mendapatkan perawat yang memiliki loyalitas untuk rumah sakit dikarenakan gaji yang diberikan sudah sesuai dengan beban kerja yang diberikan serta perhitungan remunerasi yang transparan 5. M5 (Mutu) Meningkatkan kualitas keselamatan pasien sesuai standart JCI dan meningkatkan mutu kepuasan pelayanan pasien di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Surabaya 1.3.3 Bagi perawat 1) Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal. 2) Terjalin hubungan yang baik antar perawat, perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga pasien 3) Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri dari perawat 4) Meningkatkan profesionalisme dalam menerapkan asuhan keperawatan profesional
5
BAB 2 PENGKAJIAN 2.1
2.2 2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
Pengumpulan Data Dalam BAB ini akan disajikan tahapan proses pengkajian yang meliputi pengumpulan data, analisis SWOT dan identifikasi masalah. Pengumpulan data dilakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal 4 - 5 Maret 2019. Visi dan Misi Visi RSUD Dr. Soetomo Menjadi Rumah Sakit bermutu Internasional dalam pelayanan, pendidikan, dan penelitian. Misi RSUD Dr. Soetomo Menyelenggarakan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian yang profesional, akuntabel yang berorientasi, pada kastemer untuk menuju pelayanan kesehatan berstandar Internasional. Visi ruang Rosella II Menjadi ruang rawat inap yang terkemuka dalam pelayanan, pendidikan, dan penelitian di kawasan instalasi rawat inap medik Misi ruang Rosella II 1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima, aman, informatif, efektif, efisien dan manusiawi dengan tetap memperhatikan aspek sosial. 2. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional, akuntabel, yang berorientasi pada customer serta mempunyai integritas tinggi dalam memberikan pelayanan 3. Melaksanakan proses pendidikan yang menunjang pelayanan kesehatan prima berdasarkan standart nasional dan internasional 4. Melaksanakan penelitian yang mengarah pada pengembangan ilmu dan teknologi dalam bidang keperawatan dan pelayanan rumah sakit 5. Menyelenggarakan monitoring, evaluasi berkelanjutan untuk Kepala ruangan mendapatkan perbaikan mutu pelayanan keperawatan.
Wakil Kepala Pengumpulan Data Ruangan Pengumpulan data dilakukan tanggal 4 - 5 Maret 2019, meliputi ketenagaan, Perekam Medik sarana dan prasarana, MAKP, sumber keuangan, dan mutu. 2.3
6.1 Ketenagaan (M1-Man) Ruang Rosella 2 dipimpin oleh seorang kepala ruangan danprimer dibantu Perawat primer I Perawat II oleh satu wakil kepala ruangan, 2 perawat primer, 7 perawat associate, 1 petugas rekam medis, 4 pramubakti, serta 1 orang cleaning service (CS). Adapun struktur organisasinya adalah sebagai berikut ini. Perawat Assosiate
Perawat Assosiate
Perawat Assosiate
Pramubhakti
Perawat Assosiate
Perawat Assosiate
Pramubhakti
Perawat Assosiate
6
Gambar 2.1 Bagan Struktur organisasi Ruang Rosella 2 RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tugas kepala ruangan dalam perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, dan pengarahan dibantu oleh wakil kepala ruangan. Kegiatan yang berhubungan dengan istrasi ruangan (misalnya pasien pulang), kepala ruangan mendelegasikan tugas istrasi kepada tata usaha. Asuhan keperawatan dilaksanakan secara berkesinambungan dengan mengatur daftar dinas pagi, sore, dan malam. Pelaksanaan asuhan keperawatan pasien pada pagi hari di bawah tanggung jawab kepala ruangan. Kepala ruangan menunjuk ketua tim yang nantinya dibantu oleh perawat pelaksana. Sehingga setiap jabatan memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda. Rumah sakit RSUD Dr. Soetomo sebagai rumah sakit pemerintah tipe A dan rumah sakit Pendidikan yang menerima mahasiswa keperawatan. Dalam melaksanakan kegiatan praktik klinik, hubungan mahasiswa dengan tenaga keperawatan dan non-keperawatan di Ruang Rosella II terjalin dengan baik. Kepala Ruangan mendelegasikan salah satu perawat ruangan untuk menjadi pembimbing klinik bagi mahasiswa keperawatan.
7
1. Daftar Perawat Ruang Rosella 2 RSUD Dr Soetomo Bulan Maret 2019 Tabel 2.1 Daftar Perawat Ruang Rosella 2 RSUD Dr. Soetomo Bulan Maret 2019 Nama
Jabatan
Pendidikan Terakhir
Masa Kerja
1
Sri Rahayu, S.Kep.Ns
Ka Ruang
S1 Ners
25 tahun
2
Yayuk Sri Setia Utami, Amd.Kep
Wakil Ka Ruang
D3
24 tahun
3
Wiyanah, Amd. Kep
Pelaksana
D3
38 tahun
No
Pelatihan Layanan Sepenuh Hati, K3RS, BLS, Patient Safety, IPSG, PPI, JCI, MAKP, Kemoterapi, Perawatan Paliatif, Komunikasi Efektif, TBDOTS, CE DAN AA PLUS, SP2KP, Etik Keperawatan, Askep Pasien Kritis, IPCLN, BimTek Manajemen Data, BimTek Continuing Development PK4, Standard JCI MAKP, PPI, K3RS, IPSG, BLS, Pengetahuan Standart JCI, Manajemen Data Champion Mutu, Komunikasi Efektif, PPRA, Sosialisasi etik & disiplin profesi keperawatan, PITC, Seminar keperawatan berkelanjutan, CI dengan metode preceptorship, Penatalaksanaan kegawatdaruratan medik, Sosialisasi & implementasi UU No.38 Tahun 2014 IPSG, K3RS, BLS, PPI, Standart JCI, Perawatan Paliatif, Layanan Sepenuh Hati, PPGD, Peran profesi dalam penanggulangan bencana, Askep pasien kritis, Pasien Safety,
8
Nama
Jabatan
Pendidikan Terakhir
Masa Kerja
4
Endang Susiana, A.Md.Kep
Pelaksana
D3
16 tahun
5
Karmiatun, A.Md.Kep
Pelaksana
D3
35 tahun
6
Sri Utami, A.Md.Kep
Pelaksana
D3
31 tahun
7
Ucik Nurul Hidayanti, Amd. Kep
Pelaksana
D3
11 tahun
8
Roheni Feriyana, S.Kep, Ns
Pelaksana
S1 Ners
10 tahun
No
Pelatihan Paliatif IPSG, BLS, K3RS, PPI, Standart JCI, Askep pada pasien dengan gangguan kesadaran, Fasilitator GKM bagi tenaga keperawatan, Kemoterapi, GKM, Perawatan paliatif, PPGD-GELS Perawatan paliatif, Pelatihan HIV/AIDS, Askep, Pasien safety, K3RS, Kemoterapi, Phlebotomy, Teknik aseptic, IPSG, BLS, PPI, Standart JCI Kemoterapi, Paliatif, VCT, PPRA bagi perawat, IPSG, BLS, K3RS, PPI, Standar JCI, Teknik aseptic, Handling pasient Askep kritis, Pelatihan ICU, Askep Gadar, PMKP, First Responder, IPSG, BLS, K3RS, PPI, Standar JCI, Teknik aseptic, Handling pasient, Bimtek PLKE PKRS PPOSR, Bimtek LKE, Bimtek PKRS dan Humas, Pelatihan paliatif, PITC, BLS, Patient safety, Kegawatdaruratan Psikiatri, Teknik aseptic,K3RS, IPSG, Standart JCI, Kemoterapi untuk perawat, Managemen darurat onkologi
9
Nama
Jabatan
Pendidikan Terakhir
Masa Kerja
9
Chilmiati Aris Tsania, S.Kep, Ns
Pelaksana
S1 Ners
8 tahun
10
Hafifah Parwaningtyas , S.Kep., Ns
Pelaksana
S1 Ners
4 tahun
11
Farah Tsurayya Masturroh, S.Kep.Ns
Pelaksana
S1 Ners
1 tahun
No
Pelatihan GELS, Pra tugas perawat, LSH, Perawatan paliatif, K3RS, Save handling kemothherapy, Code blue, First responden, Manajemen data champion mutu, Bimtek PKRS & HUMAS, IPSG, BLS, PPI, Standart JCI Pra Tugas-BLS, PPGD, Bimbingan teknis dan Humas, PMKP, Teknik aseptic, IPSG, BLS, K3RS, PPI, Standart JCI, Implementasi COP dalam rekam medis JCI, PPI, K3RS, IPSG, BLS, First Responder, Bimtek PKRS, Bimtek LKE,
2. Tenaga medis Tabel 2.2 Daftar Kualifikasi Pendidikan Ketenagaan Ruang Rosella II Bulan Maret 2019 NO Kualifikasi 1 S1 Keperawatan 2 D3 Keperawatan
Jumlah 5 6
Jenis 1 PNS, 4 BLUD 5 PNS, 1 BLUD
3. Tenaga non medis Tabel 2.3 Daftar Tenaga Non Medis Ruang Rosella II Bulan Maret 2019 No. Kualifikasi Jumlah Jenis 1. Tata usaha 1 1 PNS 2. Pramubhakti 4 3 PNS, 1 BLUD 4. Jumlah Diagnosa Penyakit di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tabel 2.4 Daftar 10 diagnosa penyakit terbanyak di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Surabaya Senin tanggal 4 Maret 2019 No. Nama Penyakit Jumlah 1. GEA 3
10
No.
Nama Penyakit
Jumlah
2. DHF
1
3. SLE
1
4. Ca Pankreas
1
5. AIHA + susp. CAP
1
6. Vomitting
1
7. Obs. Cholic abdomen
1
8. MH + AIHA
1
9. Obs. Febris leucopenia
1
10.Pansitopenia
1
5. BOR 1) BOR (Bed Occupacy Rate) Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tabel 2.5 BOR Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Surabaya tanggal 4 Maret 2019 NO SHIFT KELAS 1 KELAS 2 KELAS 3 BOR 1 Pagi 1 bed 4 bed 12 bed 13/18x100% = (2 kosong) (3 kosong) (0 kosong) 72.22% 2 Sore 2 bed 4 bed 12 bed 13/18x100% = (2 kosong) (3 kosong) (0 kosong) 72.22% 3 Malam 3 bed 4 bed 12 bed 13/18x100% = (2 kosong) (3 kosong) (0 kosong) 72.22% Tabel 2.6 BOR Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Surabaya tanggal 5 Maret 2019 NO SHIFT KELAS 1 KELAS 2 KELAS 3 BOR 1 Pagi 4 bed 4 bed 12 bed 13/18x100% = 72.22% (2 kosong) (3 kosong) (0 kosong) 2 Sore 5 bed 4 bed 12 bed 13/18x100% = 72.22% (2 kosong) (3 kosong) (0 kosong) 3 Malam 6 bed 4 bed 12 bed 13/18x100% = 72.22% (2 kosong) (3 kosong) (0 kosong)
11
Tabel 2.7 BOR Ruang Rosella II Bed Kelolaan RSUD Dr. Soetomo Surabaya tanggal 4 Maret 2019 NO SHIFT KELAS 3 BOR 1 Pagi 8 bed 8/8x100% = 100% (0 kosong) 2 Sore 8 bed 8/8x100% = 100% (0 kosong) 3 Malam 8 bed 8/8x100% = 100% (0 kosong) Tabel 2.8 BOR Ruang Rosella II Bed Kelolaan Surabaya tanggal 5 Maret 2019 NO SHIFT KELAS 3 1 Pagi 8 bed (0 kosong) 2 Sore 8 bed (0 kosong) 3 Malam 8 bed (0 kosong)
RSUD Dr. Soetomo BOR 8/8x100% = 100% 8/8x100% = 100% 8/8x100% = 100%
6. Tingkat Ketergantungan Klien dan Kebutuhan Tenaga Perawat 1) Rasio Ruangan Rosella II RS Dr Soetomo Surabaya merupakan RS tipe A Jumlah bed 18 1/1 x 18 = 18 Orang 2) Metode Douglas Bagi klien rawat inap, standar waktu pelayanan klien antara lain: (1) Perawatan minimal memerlukan waktu 1 s/d 2 jam / 24 jam (2) Perawatan intermediet memerlukan waktu 3 s/d 4 jam / 24 jam (3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu 5 s/d 6 jam / 24 jam Menurut Douglas (1984) dalam Nursalam (2014) penerapan sistem klasifikasi klien dengan tiga kategori tersebut adalah sebagai berikut: 1) Kategori I: Perawatan Mandiri Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah klien masih dapat melakukan sendiri kebersihan diri, mandi, ganti pakaian, makan, minum, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi emosional. Klien perlu dilakukan pengawasan ketika melakukan ambulasi atau gerakan. Klien perlu dilakukan observasi setiap shift, pengobatan minimal, dan persiapan prosedur memerlukan pengobatan. 2) Kategori II: Perawatan Intermediet Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah memerlukan bantuan untuk
12
melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan, mengatur posisi waktu makan, memberi dorongan agar makan, bantuan dalam eliminasi dan kebersihan diri, tindakan keperawatan untuk memonitor tanda-tanda vital, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drainase, bantuan dalam pendidikan kesehatan serta kesiapan pengobatan memerlukan prosedur. 3) Kategori III: Perawatan Total Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah tidak dapat melakukan sendiri kebutuhan sehari-harinya, semua kebutuhan dibantu oleh perawat, penampilan klien sakit berat, klien memerlukan observasi tanda vital setiap dua jam, menggunakan selang nasogastrik (NGT), menggunakan terapi intravena, pemakaian alat penghisap (suction) dan kadang klien dalam kondisi gelisah/ disoriented. Menurut Douglas (1984) dalam Nursalam (2014) menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masing-masing kategori mempunyai nilai standar per shift. Tabel 2.9 Nilai Standar Jumlah Perawat Per Shift Berdasarkan Klasifikasi Klien Jumlah Klien 1 2 3 Dst
P 0,17 0,34 0,51
Minimal S 0,14 0,28 0,42
M 0,10 0,20 0,30
Klasifikasi Klien Parsial P S 0,27 0,15 0,54 0,30 0,81 0,45
M 0,07 0,14 0,21
Total S 0,30 0,60 0,90
P 0,36 0,72 1,08
Tingkat ketergantungan menurut Ratna Sitorus (2006) dalam Nursalam (2011), klien dan kebutuhan perawat secara keseluruhan di ruang Rosella II tanggal 5 Maret 2019: Tabel 2.10 Tingkat Ketergantungan Klien di Ruang Rosella II tanggal 5 Maret 2019 Klasifikasi Klien Minimal care
Jumlah klien -
Kebutuhan tenaga perawat Pagi Sore Malam -
Partial care
13
13x0,27= 3,51
13x0,15= 1,95
13x0,07= 0,91
Total care
1
1x0,36=0,36
1x0,30= 0,30
1x0,20= 0,20
Total
14
3,87
2,25
1,11
14
4
2
1
Total tenaga perawat Pagi : 4 Siang : 2 Malam : 1
M 0,20 0,40 0,60
13
Total : 7 Jumlah tenaga lepas perhari : Jumlah hari libur x Total Tenaga Perawat = Jumlah hari efektif 86x7 = 2,15 = 2 orang 279 Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk per hari bertugas di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo adalah 7 orang + 2 struktural (kepala ruang dan wakil kepala ruangan) + 2 orang lepas dinas = 11 orang. Berdasarkan perhitungan Douglas didapatkan bahwa kebutuhan perawat di Ruang Rosella II sebanyak 11 orang per hari. 3) Metode Gillies
Rumus : Keterangan: A : Rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari B : Rata-rata jumlah pasien/hari C : Jumlah hari/tahun D : Jumlah hari libur masing-masing perawat E : Jumlah hari kerja masing-masing perawat F : Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat/tahun G : Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat/tahun H : Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan Metode Gillies di Ruang Bedah Flamboyan RSUD Dr. Soetomo Surabaya 1) Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan Metode Gillies di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Surabaya hari Senin, 4 Maret 2019 a) Keperawatan langsung Keperawatan minimal Keperawatan parsial Keperatan total
0 orang pasien 13 orang pasien 1 orang pasien TOTAL
b) Keperawatan tidak langsung : 14 orang pasien x 1 jam = 14 jam c) Penyuluhan kesehatan : 14 x 0,25 jam = 3,5 jam Total jam = 45 jam + 14 jam + 3,5 jam
0 x 2 jam 13 x 3 jam 1 x 6 jam
= = =
0 jam 39 jam 6 jam 45 jam
14
= 62,5 jam Total jam keperawatan yang dibutuhkan perpasien/hari : = 4,46 jam Dihitung: =
= 11,66 (12 orang)
20% x 11,66 = 2,33 (3 orang) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk bertugas per hari: 12 + 3 = 15 orang per hari
2) Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan Metode Gillies di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Surabaya hari Selasa, 5 Maret 2019 a) Keperawatan langsung Keperawatan minimal Keperawatan parsial Keperawatan total
0 orang pasien 13 orang pasien 1 orang pasien TOTAL
0 x 2 jam 16 x 3 jam 0 x 6 jam
= = =
0 jam 48 jam 0 jam 48 jam
b) Keperawatan tidak langsung : 16 orang pasien x 1 jam = 16 jam c) Penyuluhan kesehatan : 16 x 0,25 jam = 4 jam Total jam = 48 jam + 16 jam + 4 jam = 68 jam Total jam keperawatan yang dibutuhkan perpasien/hari : = 4,25 jam Dihitung: =
= 12,43 (13 orang)
20% x 12,43 = 2,48 (3 orang) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk bertugas per hari: 13 + 3 = 16 orang per hari
15
6.2
Sarana Dan Prasarana (M2-Material)
Penerapan proses profesi manajemen keperawatan mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, mengambil tempat di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Pengkajian data awal dilakukan pada tanggal 4 – 5 Maret 2019, adapun data-data yang didapatkan adalah sebagai berikut : 1. Lokasi dan Denah/setting Ruangan Lokasi penerapan proses profesi manajemen yang digunakan dalam kegiatan praktik manajemen profesi Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo dengan batas-batas sebagai berikut : Tabel 2.11 Batas Ruang Rosella II RSUD Dr Sutomo Surabaya (1) Barat (2) Utara (3) Timur (4) Selatan
: Berbatasan dengan Selasar tengah RSUD Dr Soetomo : Berbatasan dengan Selasar Poli TB MDR RSUD Dr. Soetomo : Berbatasan dengan Taman depan Poli TB MDR RSUD Dr. Soetomo : Berbatasan dengan Kantin KPRI RSUD Dr. Soetomo
Ruang Rosella terletak di gedung tengah RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang merupakan ruang rawat inap untuk pasien dengan penyakit tropik. Ruang Rosella RSUD Dr. Soetomo Surabaya terdiri dari ruang Rosella I untuk penyakit tropik laki – laki dan ruang Rosella II untuk penyakit tropik wanita. Selain itu untuk petugas Ruang Rosella II dilengkapi dengan 1 nurse station,` 1 meja TU, 1 ruang kepala ruangan, 1 ruang spoelhock, 2 kamar mandi pegawai, 1 ruang supervisor/ DPJP, 1 ruang ganti, 1 dapur, 2 ruang gudang, dan 1 kamar DM. Ruang Rosella II merupakan ruang perawatan pasien yang terdiri dari ruang kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Kelas 1 terdiri dari 2 ruangan yang berisi masing – masing 1 bed pasien, kelas 2 yang terdiri dari 2 ruangan yang masing – masing berisi 2 bed pasien, dan kelas 3 yang terdiri dari 12 bed pasien dengan masing – masing bed dilengkapi 1 meja dan 1 kursi untuk penunggu.
16
Gambar 2.2 Denah Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Surabaya 2. Data bed pasien Jumlah kapasitas bed pasien di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo berdasarkan hasil pengkajian tanggal 4 – 5 Maret 2019, didapatkan hasil jumlah kapasitas bed pasien di ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo sebanyak 18 bed pasien. Tabel 2.12 Perbandingan Jumlah Tempat Tidur dan Kamar Mandi Kepmenkes No 1204/Menkes/SK/X/2010 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Di Rumah Sakit. No Jumlah Tempat Tidur Jumlah Kamar Mandi 1 1 s/d 10 1 2 11 s/d 20 2 3 21 s/d 30 3 4 31 s/d 40 4 Note : Setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 kamar mandi.
Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah tempat tidur, toilet, dan jumlah kamar mandi berdasarkan standart Kepmenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2010 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit yang menyatakan bahwa setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 kamar mandi. Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo sudah memenuhi standart tentang jumlah tempat tidur, dan kamar mandi.
17
Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo memiliki 11 tenaga perawat, 2 pekarya kesehatan, 1 pekarya rumah tangga dengan jumlah kamar mandi untuk tenaga kesehatan 2 kamar mandi. Fasilitas toilet Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo terpelihara dengan bersih dan selalu dibersihkan setiap hari. Tabel di bawah ini menunjukkan perbandingan jumlah karyawan dengan jumlah toilet berdasarkan Kepmenkes No 1204/Menkes/SK/X/2010. Tabel 2.13 Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan dengan Jumlah Toilet dan Jumlah Kamar Mandi No Jumlah karyawan Jumlah toilet Jumlah kamar mandi 1 1 s/d 20 1 1 2 21 s/d 40 2 2 3 41 s/d 60 3 3 4 61 s/d 80 4 4 5 81 s/d 100 5 5 Note Setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi
Sumber: Kemenkes RI (2010) Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah karyawan dengan jumlah toilet dan jumlah kamar mandi berdasarkan standart Keputusan Menteri Kesehatan No 1204/Menkes/SK/X/2010 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Di rumah Sakit, menunjukkan bahwa Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo sudah memenuhi standar tentang jumlah karyawan, toilet dan kamar mandi. 3. Fasilitas dan Sarana kesehatan Tabel 2.14 Peralatan Medis di Ruang Rosella II RSUD Dr.Soetomo (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor 340/MENKES/III/2010) No
Nama barang
Jumlah yang tersedia 3 3
Jumlah Ideal 2/ruangan 2/ruangan
Kondisi
Usulan Ditambah 2
Ditambah 2 Ditambah 2
1 2
Stestoskop Tensimeter
3 4
Kotak obat hight alert Termometer digital
0 1
1/ruangan 4/ruangan
5 6 7 8 9 10 11
Ambubag Syringe pump Infuse pump Nebulizer Examination lamp Bak instrument Bengkok
2 2 0 1 0 6 2
1/ruangan 6/ruangan 7/ruangan 2/ruangan 1/ruangan 2/ruangan 6/ruangan
Baik Kurang baik 2 Kurang baik Baik Baik Baik Baik Baik
12 13 14 15
Handrub Hand wash O2 Tabung O2
26 2 18 6
1:1 1:1 2/ruangan 2/ruangan
Baik Baik Baik Baik
Ditambah 1 Ditambah 4 Ditambah 5 Ditambah 7 Ditambah 1 Ditambah 1 Ditambah 5
18
16 17 18 19 20 21 22 23 30 31 32
Kulkas Obat Timbangan berdiri Oximeter Sampah Umum Sampah Medis Rak obat Troly injeksi Standar infus portable Torniket Emergency kit Suction
0 1 1 6 5 3 3 1
1/ruangan 1/ruangan 1/ruangan 1:1 6/ruangan 1/ruangan 1/ruangan 1:1
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
oksigen transport Ditambah 1 Ditambah 1 Ditambah 2 Ditambah 10
1 0 1
3/ruangan 1/ruangan 1/ruangan
Baik
Ditambah 1 Ditambah 1 -
Sumber: Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Surabaya (2019) Menurut standar JCI (2014), Rumah Sakit harus menyediakan program untuk perawatan, maintenence, pengecekan dan pendokumentasian alat-alat medis secara berkala. Rencana pembaruan untuk penambahan alat medis yang belum ada dan harus sudah direncanakan. Rumah Sakit harus melengkapi inventory alat-alat dengan disertakan strategi perawatan, maintenence, pengecekan dan pendokumentasian alat-alat medis. Berdasarkan data di atas peralatan medis di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo sudah cukup baik sesuai dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor 340/MENKES/III/2010. Namun masih ada yang perlu ditambahkan misalnya tensimeter, kotak obat high alert, thermometer digital, syringe pump, infuse pump, nebulizer, examination lamp, bengkok, tabung O2 transport, kulkas obat, oximeter, tempat sampah medis, standar infuse portable, torniket, dan emergency kit. Alat medis di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo sudah ada alur perawatan, maintenence dan pengecekan alat medis.
4. Sarana dan prasarana Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Tabel 2.15 Sarana dan Prasarana di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor 340/MENKES/III/2010) No 1 2
Jenis alat Bel Pasien Jam dinding
Jumlah yang tersedia 2 1
Jumlah ideal
Kondisi
Usulan
1:1 2/ruangan
Baik Baik
Ditambah 18 Ditambah 3
19
No
Jenis alat
3
13 14
Trolly cucian bersih Trolly cucian kotor Kereta makan pasien Kursi pasien Meja pasien Sarung bantal Baju pasien Perlak Bantal dewasa Tempat tidur pasien Alat pemadam kebakaran Stik laken Brankart
No
Jenis alat
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
15 Lemari Kaca 16 Dapur 17 Wastafel cuci tangan 18 Komputer 19 Telepon 20 Air Condition (AC)
Jumlah yang tersedia 1
Jumlah ideal
Kondisi
Usulan
1-2 ruangan
Baik
-
1 1
1-2 ruangan 1/ruangan
Baik Baik
-
18 18 54 0 36 18 18 4
18 18 Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya 1:1 1/ruangan
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Ditambah 20 -
54 2 Jumlah yang tersedia 1 1 4
Secukupnya
Baik Baik
-
Jumlah ideal
Kondisi
Usulan
1/ruangan 1/ruangan 2/ruangan
Baik Baik
-
2/ruangan 1/ruangan 4/ruangan
Baik Baik Baik
-
2 1 4
Sumber: Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Surabaya (2019) Persediaan sarana dan prasarana di Ruang Rosella II RSUD.Dr.Soetomo sudah memenuhi standar sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor 340/MENKES/III/2010. Standart JCI (2014), menuntut Rumah Sakit untuk menyediakan jaminan keselamatan bagi pasien, keluarga, staff dan pengunjung yang meliputi keamanan diantaranya adalah: 1) Kontruksi bangunan, tersedianya sistem fire safety seperti adanya sprinkler system, hidran dan jalur evakuasi. 2) Adanya pembuangan material atau bahan berbahaya yang meliputi, penanganan, penyimpanan dan penanggulangan sisa radioaktif atau material berbahaya lainnya hingga proses pembuangan. 3) Fire Safety, properti dan penghuni ruangan terproteksi dari api dan asap. 4) Utility System, meminimalis kegagalan operasional dari utility system yang meliputi listrik, air, gas, oksigen. 5) Menjaga keamanan dengan tersedianya sistem emergency response pada kejadian luar biasa, bencana dan memastikan respon tersebut berjalan efektif.
20
Semua program harus tertulis dan di update kondisinya secara berkala untuk mengurangi serta mengontrol kecelakaan dan cidera. Strategi yang harus ada di Rumah Sakit harus meliputi penanggulangan resiko kecelakaan dan cidera yang dikarenakan ketidakamanan pada lingkungan, sumber daya dan teknologi. Ruangan Rosella II RSUD Dr. Soetomo saat ini yang tersedia adalah Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang terletak di selatan dan barat gedung sedangkan hazard safety (tempat penampungan sementara dan pembuangan material berbahaya) di ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo yang tersedia adalah sampah infeksius, sampah sitotoksis dan sampasampah bahan berbahaya (spill kit). Fire safety pada ruangan Rosella II RSUD Dr. Soetomo perlu adanya penambahan pemasangan sprinkler system, smoke detector, dan sistem alarm. Pada hazard safety perlu adanya penambahan tempat penampungan sementara dan pembuangan material berbahaya, meliputi : 1) Pembuangan sampah patologi dan anatomi 2) Pembuangan sampah radioaktif Dari tabel diatas dapat disimpulkan Sarana dan Prasarana di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Surabaya dalam keadaan baik dan ada beberapa yang belum sesuai dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor 340/MENKES/III/2010, yaitu, jam dinding, bel pasien, dan baju pasien. 1) Fasilitas untuk pasien (1) Kamar mandi dan WC untuk pasien ada di luar ruang tempat tidur 2) Fasilitas untuk petugas kesehatan (1) Kamar mandi pegawai di sebelah kamar mandi pasien (2) Nurse station berada di sebelah kiri pintu masuk. (3) Gudang terletak di sebelah ruang ganti pegawai Berdasarkan Depkes RI 2006 ruangan pada bangunan rawat inap terdiri dari ruang rawat inap kelas I, kelas II, Kelas III, Nurse station, ruang konsultasi dokter, ruang tindakan, ruang istrasi, ruang dokter, ruang perawat, ruang ganti/locker, ruang linen bersih, ruang linen kotor, spoelhock/cuci alat, kamar mandi/toilet, pantry/dapur, ruang janitor/service, gudang bersih, gudang kotor. Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Surabaya memiliki peralatan dan fasilitas cukup baik namun belum memiliki ruang konsultasi dokter, ruang tindakan, ruang istrasi, ruang janitor, ruang linen bersih dan ruang linen kotor. Ruang obat di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo sudah tersedia, obat sudah dipisahkan sesuai pasien namun belum memenuhi standart untuk penyimpanan obat yang meliputi, standart penyimpanan sesuai kondisi kestabilitasan produk obat. Belum ada indikator suhu ruangan dan indikator kelembaban ruangan. 5. Consumable (obat dan bahan habis pakai)
21
Pemenuhan stok obat dan Consumable di Ruang Rosella II dilakukan oleh pihak farmasi. Penyetokan obat dilakukan setiap harinya. Tidak ada stok obat emergency dan belum tersedia lemari tempat penyimpanan obat emergency pada bulan Maret 2019 di ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 6. istrasi penunjang 1) Lembar medication chart 2) Lembar standard emergency troly 3) Buku hand over 4) Standar Prosedur Operasional (terlampir) 5) Leaflet dan booklet Tidak tersedianya Leaflet dan booklet di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 6) Rekam Medis Berdasarkan pengkajian pada ruang Rosella II sudah terdapat sistem pencatatan inventaris alat yang mencatat peralatan maupun fasilitas di ruang Rosella II dan kelengkapan alat dibacakan setiap hand over. 7. Pencahayaan dan Ventilasi Pencahayaan di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo cukup terang, baik pencahayaan dari luar/cahaya matahari maupun dari dalam/lampu. Semua sudut ruangan sudah diberikan penerangan umum. Saklar ditempatkan dekat pintu masuk, disekitar individu ditempatkan pada tempat yang mudah dijangkau. Ventilasi di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo menggunakan ventilasi mekanik atau buatan yaitu air conditioner. Suhu, aliran udara, dan kelembaban setiap ruangan yang menggunakan AC split tidak dapat diatur sesuai permintaan pasien. Remote AC berada di nurse station. AC terpasang pada ketinggian lebih dari 2 meter. AC di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo berjumlah 2 buah. Berdasarkan Kemenkes 1204/Menkes/SK/X/2010 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, kondisi pencahayaan dan ventilasi di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo sudah memenuhi standart. Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo pencahayaan yakni pada ketinggian minimal 2,5 meter dari permukaan tanah. Alur pelaporan alat rusak dapat dilakukan secara tertulis di form yang sudah tersedia kemudian dilaporkan ke bagian sarana prasarana. Setelah itu bagian sarana prasarana melakukan pengecekan dan menindaklanjuti. 8. Alur Pengadaan dan Peminjaman Alat Kesehatan Pengadaan alat kesehatan dilakukan pada tim pengadaan yang kemudian dilaporkan pada bagian keuangan. Alur pengadaan alat medis diajukan oleh kepala ruangan dengan mengajukan program pengadaan barang yang ditujukan kepeda wakil direktur umum. Untuk pengadaan alat non medis dengan cara mengajukan surat permohonan dari IRNA ke wakil
22
direktur umum dengan tembusan ke logistik, sedangkan untuk pengajuan barang farmasi dilakukan oleh kepala IRNA yang ditujukan ke wakil direktur dengan tembusan ke bidang farmasi. Adanya keterbatasan alat medis diruangan Rosella II menyebabkan ruangan harus melakukan peminjaman alat dari ruangan lain. Alur peminjaman alat di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Surabaya hanya antar alat dari ruang IRNA Medik, cara peminjaman hanya menggunakan kitir kecil dan ditempel pada buku timbang terima. Belum ada buku khusus untuk pencatatan peminjaman. 9. Kalibrasi dan Maintenance Alat Kesehatan Sistem kalibrasi dan Maintenance di ruangan Rosella II sudah berjalan sesuai program, bagian sarana dan prasana mempunyai jadwal kalibrasi dan Maintenance untuk masing-masing alat. Rumah sakit bekerjasama dengan BPFK dilakukan 1 kali setahun dalam bulan Mei dan kemudian diberikan stiker penanda pada alat yang telah dilakukan kalibarasi dan maintenance. Kalibrasi terakhir alat – alat di ruang Rosella II dilakukan pada 17 Mei 2019. Selain itu bagian IPS-RS juga melakukan proses pengecekan alat, tetapi tidak ada stiker penanda bahwa alat tersebut sudah dilakukan pengecekan.
6.3 1.
2.
Metode (M3-Method)
Penerapan Pemberian Model Praktik Keperawatan Professional (MAKP) Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Rosella II, model asuhan keperawatan profesional (MAKP) yang digunakan di Ruang Rosella II adalah MAKP moduler: tim-primer dengan kepala ruangan yang merupakan lulusan S1 Keperawatan yang berpengalaman. MAKP moduler dibentuk menjadi 2 tim, dimana masing-masing tim terdiri dari 1 perawat primer dan 1 perawat associate. Perawat primer hanya dinas shift pagi sedangkan untuk shift sore dan malam yang bertugas adalah perawat associate. Model MAKP ini memerlukan perawat di ruangan dengan menggunakan modifikasi keperawatan primer diperlukan 2 orang perawat primer dengan kualifikasi lulusan D3 keperawatan. Perawat pelaksana 7 orang dengan kualifikasi pendidikan perawat pelaksana terdiri atas 4 lulusan Ners dan 3 lulusan D3 keperawatan. Hasil kuesioner yang dilakukan pada tanggal 5 – 6 Maret 2019 didapatkan data 100% perawat memahami mengenai model asuhan keperawatan MAKP. 30% perawat mengatakan bahwa model asuhan keperawatan MAKP belum cocok dengan ruangan karena terlalu rumit. Efektivitas dan efisiensi model asuhan keperawatan, 30% perawat mengatakan model keperawatan menyulitkan dan memberikan beban berat. Tanggung jawab dan pembagian tugas, menurut 60 % perawat mengatakan bahwa pembagian job desk tidak sesuai karena kurangnya sumber daya perawat. Timbang Terima
23
Setiap timbang terima dihadiri oleh perawat yang bertugas dan juga kepala ruang kecuali untuk shift sore dan malam tanpa kepala ruang. Timbang terima dilakukan setiap pergantian shift di ruang perawat. Timbang terima didahului dengan pembukaan oleh kepala ruang atau didelegasikan kepada ketua tim kemudian perawat primer dipersilahkan mengoperkan kliennya kepada perawat associate. Laporan yang dibacakan pada timbang terima berupa identitas klien, nomor bed klien, diagnosa medis, keadaan umum, keluhan utama, data obyektif maupun subyektif, masalah keperawatan, intervensi baik mandiri maupun kolaborasi. Pada saat timbang terima antara PP kepada PA membahas setiap masalah keperawatan yang ada pada klien, timbang terima diakhiri dengan berdoa, kemudian dilanjutkan validasi ke klien secara bersama-sama. Pelaksanaan timbang terima terdokumentasikan di buku timbang terima. Pelaksanaan timbang terima pada pergantian shift pagi ke sore dan sore ke malam dilakukan bersamaan dengan validasi ke pasien. Waktu yang dibutuhkan tergantung dari jumlah pasien. Rata-rata setiap pasien membutuhkan waktu 3-5 menit. Perawat yang telah dinas akan menyampaikan catatan perkembangan pasien kepada perawat yang akan dinas. Selama timbang terima yang dilaporkan secara lisan adalah pasien dengan kasus yang cukup berat hingga berat, pasien baru, dan pasien meninggal. Sedangkan pasien kasus ringan tidak dilaporkan secara lisan namun tetap ada laporan tertulis dalam buku timbang terima. Dalam setiap timbang terima selalu ada klarifikasi langsung, tanggung jawab, dan validasi terhadap semua hal yang dioperkan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kegiatan validasi ke pasien, sebagian perawat sudah melakukan interaksi dengan pasien, namun ada juga perawat yang hanya melakukan validasi antar perawat tanpa melakukan interaksi kepada pasien.
3.
4.
Supervisi Keperawatan Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kepala ruangan Rosella 2, supervisi yang dilakukan di ruangan adalah supervisi terjadwal yang dilakukan secara periodik sesuai kebutuhan dan dilakukan oleh kepala IRNA Medik RSUD Dr. Soetomo untuk menilai kinerja perawat secara umum. Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada perawat Rosella II pada tanggal 4-5 Maret 2019 didapatkan hasil bahwa mayoritas perawat sudah mengerti mengenai supervisi, 30% perawat mengatakan belum puas dengan umpan balik dari supervisor, 30% perawat berpendapat tidak selalu ada umpan balik dari supervisor. Discharge Planning
24
5.
6.
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat di ruang Rosella II tanggal 5 Maret 2019 didapatkan hasil bahwa discharge planning sudah dilaksanakan pada saat pasien akan keluar rumah sakit. Pelaksanaaan discharge planning dilakukan oleh perawat jaga dengan mengisi form discharge planning dan menjelaskan aturan tertentu pada saat pasien pulang seperti jadwal kontrol, aktivitas, dan perawatan di rumah. Untuk komponen tertentu seperti diet khusus akan secara langsung dijelaskan oleh ahli gizi. Demikian pula dengan obat - obatan yang harus diminum akan dijelaskan secara langsung oleh bagian farmasi. Form discharge planning yang dijelaskan akan ditandatangani oleh perawat. Pada ruangan ini sudah terdapat leaflet tentang perawatan lanjutan selama di rumah. Discharge planning dilakukan oleh PP tepat sebelum pasien akan pulang. Sentralisasi Obat Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian farmasi yang dilakukan tanggal 5 Maret 2019, sentralisasi obat sudah menjadi wewenang farmasi. Depo farmasi Ruang Rosella II melayani pasien setiap hari dengan ketentuan waktu untuk hari Senin – Sabtu pukul 07.00 – 20.00 WIB dan pada hari minggu pukul 07.00 – 15.00 WIB, sedangkan pelayanan farmasi diatas pukul 20.00 dialihkan ke Apotek Central. Perawat hanya akan menerima obat yang akan dimasukkan sesuai resep yang disiapkan oleh farmasi. Berdasarkan hasil observasi, didapatkan data bahwa sentralisasi obat di Ruang Rosella II dilakukan oleh Depo Farmasi Ruang Rosella II dengan didukung kerjasama yang baik antara farmasi, dokter dan perawat. Dokter memberi resep pada pasien untuk ditebus di bagian farmasi. Farmasi memberikan obat ke perawat yang didokumentasikan dalam Format Rencana Pemberian Obat (RPO) secara berkesinambungan sesuai kebutuhan pasien, ada lembar serah terima obat dari farmasi ke perawat, dan belum ada form serah terima obat dari perawat ke pasien atau sebaliknya. Sarana dan prasarana yang mendukung yaitu terdiri atas almari cairan infus dan almari obat pasien. Dari data kuesioner yang dilakukan pada tanggal 4-5 Maret 2019 didapatkan data 100% perawat mengerti dan memahami alur dan pengertian Sentralisasi Obat. Dokumentasi Keperawatan Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui observasi dan wawancara yang dilakukan tanggal 4-5 Maret 2019 kepada perawat Ruang Rosella II didapatkan hasil bahwa sudah ada standar operasional pelaksanaan dokumentasi keperawatan namun belum lengkap disertai petunjuk teknis pengisian secara detail. Instrumen dokumentasi keperawatan yakni medical record (status) pasien didapatkan hasil bahwa penggunaan instrumen pengkajian menggunakan format Review Of System (ROS).
25
7.
8.
Format diagnosis keperawatan, intervensi, dan implementasi terintegrasi dalam Integrated Note (IN) serta menggunakan sistem komunikasi SOAPI. Berdasarkan hasil wawancara, perawat menyatakan bahwa format dokumentasi dapat membantu perawat dalam melakukan pengkajian kepada pasien. Akan tetapi, berdasarkan hasil pengkajian melalui kuesioner didapatkan 60% model pendokumentasian yang terdiri dari banyak form menyita waktu perawat dalam mengisinya dan 30% perawat berpendapat model dokumentasi yang digunakan menambah beban kerja perawat. Penerimaan Klien Baru Sebelum pasien datang ke ruang Rosella II biasanya perawat mendapat konfirmasi terlebih dahulu dari tempat pasien baru datang seperti IRD, kemudian perawat yang menerima informasi akan memeriksa kelengkapan dokumen saat pasien tiba di ruangan. Apabila dokumen sudah lengkap, perawat akan menunjukkan ruangan beserta aturan- aturan yang ada di ruangan Rosella II. Berdasarkan hasil observasi, perawat yang bertugas untuk menerima pasien baru adalah perawat yang sedang dinas dalam ruangan, tidak harus selalu didampingi oleh kepala ruangan maupun perawat primer. Hal-hal yang disiapkan oleh perawat saat menerima pasien baru seperti lembar pasien MRS, lembar persetujan di rawat di ruangan Rosella II, dan kartu penunggu pasien. Pasien baru kemudian didokumentasikan di buku pasien dan di buku operan. Kemudian lembar asuhan keperawatan yang ada di rekam medik dilengkapi, lalu rekam medik diserahkan kepada bagian istrasi. Bagian istrasi kemudian memasukan data dan mendokumentasikan pasien baru tersebut ke dalam komputer ruangan. Ronde Keperawatan Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kepala ruang Rosella II didapatkan bahwa ronde keperawatan sudah dilaksanakan. Kegiatan ini dilakukan pada pasien dengan masalah yang jarang dan memiliki hari rawat yang lama. Selain perawat, kegiatan ini biasanya mengikutsertakan kepala IRNA Medik, kepala bidang, DPJP, bagian farmasi, ahli gizi. Berdasarkan hasil pengkajian kuesioner pada tanggal 4 - 5 Maret 2019 tentang ronde keperawatan didapatkan bahwa perawat berpendapat pelaksanaan ronde keperawatan di ruang Rosella II belum optimal, perawat berpendapat tim dalam pelaksanaan kegiatan ronde keperawatan belum dibentuk sehingga pelaksanaan kegiatan ronde keperawtan belum optimal.
6.4
Pembiayaan dan Billing (M4-Money)
Berdasarkan hasil wawancara tentang sistem keuangan di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo didapatkan data sebagai berikut: 1. Sumber Dana
26
Sebagian besar pembiayaan ruangan dan pelatihan pegawai ruangan berasal dari rumah sakit yang diperoleh dari APBD Provinsi Jawa Timur. Sedangkan pembiayaan klien sebagian besar dari BPJS kesehatan, baik BPJS PBI maupun BPJS Non-PBI dan biaya sendiri (umum). Biaya perawatan yang berlaku saat ini sesuai kelas perawatan. 2. Jenis pembiayaan klien di Ruang Rosella II meliputi: 1) BPJS Peserta BPJS terdiri dari: a. PBI (Penerima Biaya Iuran) Peserta PBI antara lain adalah klien yang mendapatkan jaminan dari pemerintah seperti, Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Jamkesmas. Kartu Indonesia belum tentu diberikan pada klien atau peserta yang kurang mampu (miskin) yang ditempatkan di kelas 3, tetapi terdapat kode tertentu di KIS yang menunjukkan wilayah dan kelas. b. Non-PBI Peserta BPJS non-PBI adalah klien yang menggunakan BPJS peserta umum atau mandiri dimana setiap bulan membayar iuran sesuai dengan kelas yang dikehendaki. Alur penerimaan klien unit rawat inap yang menggunakan BPJS yaitu klien melakukan proses transaksi di loker BPJS dengan sebelumnya mendapatkan surat pengantar rawat inap dari ruangan (Rosella II) yang digunakan sebagai jaminan. Selain surat pengantar rawat inap yang dibutuhkan lagi antara lain, kartu BPJS, surat pengantar dari Poli atau SMF Medik, serta fotocopy KTP/ KK. Kemudian diserahkan pada tim pengendali BPJS, setelah dari tim pengendali klien akan mendapat SEP (Surat Eligibitas Peserta) sebagai bukti bahwa klien telah dijamin oleh pihak BPJS. 2) Biaya Umum Klien membayar semua biaya pelayanan kesehatan yang telah diterima. Tabel 2.16 Jenis pembiayaan di Ruang Rosella II di RSUD Dr. Soetomo pada tanggal 5 Maret 2019 No No. RM Nama Klien Usia Dokter Biaya 1 12.73.xx.xx Ny.N 61 thn Dokter Asep Non PBI 2 12.19.xx.xx Ny.M 30 thn Dokter Asep PBI 3 12.71.xx.xx` Ny.R 51 thn Dokter Asep Non PBI 4 12.63.xx.xx Ny.E 42 thn Dokter Ilham PBI 5 12.73.xx.xx Ny.D 21 thn Dokter Asep PBI 6 10.89.xx.xx Ny.M 41 thn Dokter Erwin PBI 7 12.46.xx.xx Ny.S 55 thn Dokter Ilham Non PBI 8 11.04.xx.xx Ny.C 21 thn Dokter Ilham Non PBI 9 12.72.xx.xx Ny.S 26 thn Dokter Asep PBI
27
10 11 12 13 14
12.73.xx.xx 12.61.xx.xx 12.60.xx.xx 12.68.xx.xx 12.68.xx.xx
Ny.S Ny.S Ny.S Ny.S An.I
24 thn 49 thn 61 thn 61 thn 15 thn
Dokter Asep Dokter Iwan Dokter Ilham Dokter Asep Dokter Ilham
Umum PBI PBI Non PBI PBI
3) Billing System Pelaksanaan billing klien di ruang Rosella II dilakukan oleh petugas istrasi. Adanya petugas yang melaksanakan billing dapat mengurangi beban kerja perawat. Petugas istrasi merekap semua jenis pelayanan yang diterima klien kemudian disajikan dalam bentuk rincian biaya klien. 4) Tarif Rawat Inap (1) Tarif Pelayanan Rawat Inap Tabel 2.17 Tarif pelayanan Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Kelas Perawatan Tarif Kelas II Rp 55.000,00 Fasilitas 1) Bedhead 2) Meja bedside 3) Kursi bedside 4) AC ruangan 5) Tirai 6) Kamar mandi luar 7) Hand rub Kelas III Rp 45.000,00 Fasilitas 1) Bedhead 2) Meja bedside 3) Kursi bedside 4) Kamar mandi luar 5) AC ruangan 6) Hand rub Sumber: Observasi ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo (2) Tarif Tindakan Keperawatan Di Rawat Inap Tarif tindakan keperawatan di Ruang Rosella II berdasarkan paket perawatan penyakit yang diderita oleh klien. Tarif pelayanan hanya diketahui oleh pihak BPJS 5) Gaji Pegawai Gaji pegawai dengan status kepegawaian PNS mendapatkan gaji dari negara, sedangkan Pegawai Non PNS mendapatkan gaji dari RSUD Dr. Soetomo sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya Nomor 188.4/737/301/SK/2011 tanggal 20 Januari 2011 tentang pedoman pemberian gaji pegawai harian kontrak di lingkungan rumah sakit umum Dr. Soetomo Surabaya. Gaji
28
pegawai RSUD Dr. Soetomo terdiri dari gaji pokok, remunerasi, serta tunjangan daerah. Berikut ini adalah rincian gaji pokok pegawai berdasarkan status kepegawaian dan golongan: (1) Golongan IIId : 4.162.900 (2) Golongan IIIc : 3.300.000 (3) Golongan IIIb : 3.100.000 (4) Golongan IIIa : 2.935.000 (5) Golongan IId : 2.886.000 (6) Golongan IIc : 2.400.000 (7) Golongan Iib : 2.315.800 (8) BLUD : 2.400.000 (S1) 2.390.000 (D3) 2.380.000 (SMA) Rincian gaji pokok pegawai tidak dapat diketahui, dikarenakan itu sebuah privasi dari pihak pegawai RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 6) Remunerasi Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruang Rosella II, remunerasi mulai ada sejak kurang lebih satu tahun yang lalu. Remunerasi merupakan pengganti dari jasa pelayanan yang diberikan setiap 1 bulan sekali. Ada dua jenis remunerasi, remunerasi performance dan umum. Remunenarasi performance berdasarkan golongan, dan masa kerja. Sedangkan remunerasi umum dihitung berdasarkan poin, poin diperoleh dari jabatan (perawat pelaksana, kepala ruang, atau perawat penanggungjawab). Setiap perawat yang telah memberikan pelayanan menulis pada form yang sudah disediakan kemudian dimasukkan ke dalam log book dan di rekap oleh kepala ruangan.
6.5
Mutu (M5-Mutu)
Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata serta penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan kode etik profesi (Azwar, 1996). Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan struktur, proses, dan outcome system pelayanan rumah sakit. Secara umum aspek penilaian meliputi evaluasi, dokumentasi, instrument, dan audit (EDIA) (Nursalam, 2015). Berdasarkan data yang didapatkan dari komite mutu Rosella II terkait mutu pelayanan kesehatan didapatkan penilaian keselamatan pasien di ruang Rosella II yaitu: Tabel 2.18 Penilaian Keselamatan Pasien di Ruang Rosella II RSUD Dr.Soetomo 4 - 5 Maret 2019
29
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Penilaian Pasien jatuh Cedera restraint Dekubitus Salah obat Infeksi luka operasi Phlebitis Infeksi pemasangan kateter Nyeri Perawatan diri
4/03/2019 0 0 0 0 0 2 0 6 (43%) 8 (57%)
5/03/2019 0 0 0 0 0 0 0 5 (35.71%) 11 (39,3%)
Berdasarkan grafik diatas, menjelaskan bahwa hasil pengkajian pada 4 - 5 Maret 2019 tidak terdapat pasien jatuh, tidak ada yang dilakukan restraint, tidak ada dekubitus, salah obat, infeksi luka operasi, dan infeksi pemasangan kateter. Terdapat 2 pasien yang mengalami phlebitis serta terdapat pasien yang mengalami nyeri sebanyak 6 pasien (43%) pada tanggal 5 Maret 2019, dan 5 (35.71%) pasien pada tanggal 6 Maret 2019. Selain itu terdapat pasien yang membutuhkan bantuan dalam perawatan diri yaitu sebanyak 8 pasien (57%) pada tanggal 4 - 5 Maret 2019. Macam-macam mutu pelayanan keperawatan menurut Nursalam (2015) adalah sebagai berikut: a.
Keselamatan Pasien Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien selama di rawat di rumah sakit. 1. Ketepatan identifikasi pasien Berdasarkan data pengkajian pada tanggal 4 - 5 Maret 2019 tentang identifikasi pasien di Ruang Rosella II didapatkan data sebagai berikut: 1) Semua pasien menggunakan gelang identitas pasien. Adapun beberapa pasien tidak menggunakan gelang dikarenakan putus, dan langsung dipakaikan gelang yang baru oleh perawat. 2) Gelang identitas: semua pasien menggunakan gelang identitas berwarna merah muda dikarenakan ruang Rosella II merupakan ruang tropik khusus wanita. 3) Gelang identitas pasien terdapat: nama lengkap, nomer rekam medis, tanggal lahir dan alamat lengkap. 4) Penjelasan mengenai fungsi identitas belum sepenuhnya disampaikan kepada pasien dan keluarga. 5) Identifikasi pasien beresiko. Selain itu terdapat stiker gelang untuk mengidentifikasi pasien-pasien khusus. (1). Stiker Merah : Pasien alergi (sudah ada gelang, tidak
30
ditemukan pasien alergi) (2). Stiker Kuning : Risiko jatuh (sudah ada gelang, ada pasien resiko jatuh tetapi tidak dipasang gelang resiko jatuh) (3). Stiker ungu : Pasien DNR (Do Not Resucitate) (belum ada gelang) (4). Stiker Abu-abu
: Terpasang Implan Radioaktif (belum ada
gelang) (5). Gelang Putih
: Keterbatasan ekstremitas (belum ada
gelang) 2. Peningkatan komunikasi yang efektif Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 4 - 5 Maret 2019, komunikasi efektif yang sudah diterapkan di ruang Rosella II RSUD Dr.Soetomo yaitu menggunakan metode SBAR. Pada stempel readback, juga sudah ditandatangani oleh perawat yang menerima danoleh dokter sesuai ketentuan yang ada. a) Komunikasi verbal 1) Komunikasi verbal dengan SBAR (Situation, Background,Assesment, Recommendation) S :Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien) B :Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini) A :Assesment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini) R :Recommendation 2) Komunikasi verbal dengan Read Back a. Komunikasi tertulis b. Komunikasi elektronik (telpon, sms, dan WA) 3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai Di ruangan Rosella II kewaspadaan terhadap obat high alert sudah dilakukan dengan memisahkan tempat obat high alert (obat-obat Look alike, Sound alike) dengan obat lainnya. Salah satu cara untuk mewaspadai pemberian obat, perawat menggunakan double crosscheck mulai dari proses persiapan sampai pemberian ke pasien. Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 4 - 5 Maret 2019, didapatkan kewaspadaan tentang obat yang perlu diwaspadai sudah dilakukan namun belum ada kotak obat khusus untuk obat dengan high alert, selain itu Ruang Rosella II sudah memberikan label pembeda antara high alert dan LASA. Double crosscheck dan pemberian labeling sudah ada, selain itu dalam idenfikasi obat dilakukan dengan lengkap (memperhatikan tanggal expaired setelah obat itu dibuka, menuliskan dosis obat yang akan diberikan, dan nama
31
perawat yang membuka). Penerapkan prinsip 7 benar di ruang Rosella II Dr.Soetomo sudah dilakukan. 4. Kepastian tepat lokasi, tepat pasien dan tepat prosedur Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri dari tiga hal yaitu tepat lokasi, tepat pasien, dan tepat prosedur. Proses untuk memastikan tepat lokasi yang yang dilakukan yaitu menggunakan SPO pemberian marker atau penanda lokasi operasi yang diberikan oleh dokter operator menggunakan spidol permanen. Proses untuk memastikan tepat pasien yang dilakukan di ruangan yaitu menggunakan spidol permanen. Proses untuk memastikan tepat pasien yang dilakukan di ruangan yaitu menggunakan crosscheck pada gelang identifikasi sedangkan tepat prosedur dilakukan di ruang operasi menggunakan beberapa check list untuk mencegah kesalahan prosedur. Prosedur pembedahan dilakukan melalui tiga tahap yaitu : a. Sign in, dilakukan sebelum pasien di anestesi konfirmasi ke pasien, keluarga dan tim anestesi. b. Time out, dilakukan sebelum melakukan insisi, dikonfirmasikan kepada tim bedah. c. Sign out, dilakukan sebelum ruang operasi. Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 4- 5 Maret 2019 di Rosella II RSUD Dr.Soetomo sudah terdapat form check list pre operasi. Penandaan lokasi operasi tidak dilakukan di ruang Rosella II, tetapi dilakukan di ruang bedah. Persiapan operasi di ruang Rosella II yaitu mempersiapkan jalur infuse (IV line), menganjurkan pasien untuk puasa dan berdoa sebelum berangkat ke ruang operasi. 5. Pengurangan resiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan Sebagai upaya pencegahan infeksi di ruang Rosella II RSUD Dr.Soetomo telah terbentuk tim Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI). Infeksi nosokomial meliputi phlebitis, dekubitus, ISK, ILO. Pendataan infeksi setiap hari dilakukan di masing-masing ruangan oleh IPCLN kemudian dijadikan satu setiap bulannya oleh IPCN (Depkes RI, 2012). Berdasarkan hasil pengkajian kepada pasien dan keluarga pada tanggal 4 - 5 Maret 2019, didapatkan bahwa perawat sudah menerapkan lima momen mencuci tangan yang ditetapkan oleh WHO. Saat melakukan tindakan antara pasien satu dengan pasien lainya perawat telah menerapkan satu handscoon satu pasien untuk tindakan pengambilan sampel darah dan perawatan luka. Pengunaan masker di ruangan hanya pada saat perawat berkontak dengan pasien yang beresiko menularkan penyakit melalui droplet. Dalam pemberian health education mengenai cara cuci tangan yang benar dilakukan saat timbang terima pasien baru. Saat dikaji, dari 14 pasien terdapat 6 pasien beserta keluarga yang mengatakan bahwa rutin melakukan cuci tangan meskipun tidak dengan 6 langkah cuci tangan. 6. Pengurangan resiko jatuh
32
Berdasarkan data yang diperoleh dari tim pengendalian mutu, di Rosella II RSUD Dr.Soetomo pada bulan Februari 2019, ditemukan kejadian pasien jatuh sebanyak 3 orang. Pengkajian resiko jatuh pada pasien dilakukan pada saat awal pasien masuk ke ruangan rawat inap menggunakan form sesuai untuk dewasa. Pemberian intervensi pada pasien disesuaikan dengan kriteria rendah, sedang, atau tinggi berdasarkan SPO yang telah ada. Selain itu sudah ada usaha pencegahan pasien jatuh yang dilakukan meliputi menutup side rail, mengunci bed pasien, dan masing-masing pasien dianjurkan untuk ditemani oleh keluarga pasien sebanyak 1 orang. Pengkajian pasien resiko jatuh pada tanggal 4 - 5 Maret 2019 dilakukan dengan menggunakan form pengkajian Morse Fall Scale (MFS) untuk pasien dewasa. Dari data pengkajian didapatkan bahwa tidak ada pasien yang jatuh selama 2 hari pengkajian. Tabel 2.19 Penilaian Resiko Jatuh pada Pasien di Ruang Rosella 2 RSUD Dr.Soetomo Surabaya tanggal 4 - 5 Maret 2019 No Resiko Jatuh 4/03/2019 5/03/2019 1. Tidak Beresiko 0 (0%) 0 (0%) 2. Resiko Rendah 11 (78.5%) 11 (78.5%) 3. Resiko Tinggi 3 (21.4%) 3 (21.4%) Total 14 (100%) 14 (100%)
Sumber: Data Primer Tahun 2019 Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian tanggal 4 - 5 Maret 2019 menunjukkan bahwa tidak terdapat pasien yang mengalami kejadian jatuh (0%) dari total 14 pasien. Sebagian besar klien beresiko rendah yaitu sebesar 78.5% pada tanggal 4 – 5 Maret 2019 dari 14 pasien. 7. Angka Kejadian Phlebitis Penilaian phlebitis dilakukan pada tanggal 4 - 5 Maret 2019 dengan instrumen VIS (Visual Infussion Score). Berdasarkan hasil penilaian tersebut terdapat 2 pasien (14.28%) yang mengalami phlebitis. Tabel 2.20 Kejadian phlebitis pada pasien di Ruang Rosella II RSUD Dr.Soetomo tanggal 4 - 5 Maret 2019 No. 1. 2.
Phlebitis 4/03/2019 Ya 2 (14.29%) Tidak 12 (85.71%) Total 14 (100%) Sumber: Data Primer Tahun 2019
5/03/2019 0 (0%) 14 (100%) 14 (100%)
Hasil pengkajian tanggal 4 – 5 Maret 2019 menunjukkan bahwa terdapat 2 pasien (14.28%) yang mengalami phlebitis dari total 14 pasien pada tanggal 4 5 Maret 2019.
33
8. Angka kejadian dekubitus Hasil pengkajian pada tanggal 4 – 5 Maret 2019 didapatkan data tentang kejadian dekubitus pada pasien seperti tabel di bawah ini. Tabel 2.21 Angka Kejadian Dekubitus
No 1. 2.
Dekubitus Jumlah pasien dengan dekubitus Jumlah pasien yang beresiko dekubitus Jumah klien yang tidak beresiko 3 decubitus Total Sumber: Data Primer Tahun 2019
4/03/2019 0 3 (21.43%)
5/03/2019 0 3 (21.43%)
11 (78.57%) 14 (100%)
11 (78.57%) 14 (100%)
Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian tanggal 4 - 5 Maret 2019 menunjukkan bahwa tidak ada pasien yang mengalami dekubitus dan 3 pasien beresiko dekubitus dari total 14 pasien pada tanggal 4 - 5 Maret 2019. 9. Restrain Pasien yang dirawat di Rosella II RSUD Dr. Soetomo tidak ada yang dilakukan restrain pada tanggal 4 - 5 Maret 2019, pemberian restrain dianjurkan untuk di terapkan di ruang Rosella II hanya ketika pasien sedang gelisah. 10. ILO (Infeksi Luka Operasi) Pengkajian ILO dilakukan pada tanggal 4 - 5 Maret 2019 dengan instrumen ILO. Pasien yang dirawat di Rosella II RSUD Dr.Soetomo tidak ada yang mengalami ILO karena di ruangan Rosella II tidak ada pasien yang mengalami infeksi luka operasi. 11. ISK Penilaian resiko ISK dilakukan pada tanggal 4 - 5 Maret 2019 dengan instrumen penilaian ISK. Pasien yang dirawat di Rosella II RSUD Dr.Soetomo terdapat 3 (21.43%) pasien yang berisiko ISK dari total 14 pasien, karena pasien terpasang dower kateter. b.
Kepuasan Berdasarkan angket survei kepuasan pasien/keluarga selama 2 hari (4-5 Maret 2019) didapatkan bahwa sebagian besar pasien Rosella 2 RSUD Dr.Soetomo merasa puas dengan pelayanan kesehatan yang telah diberikan. Tabel 2.22 Kepuasan Pasien di Ruang Rosella 2 RSUD Dr.Soetomo Tanggal 4 - 5 Maret 2019
No Kepuasan pasien 1. Puas 2. Cukup puas
4/03/2019 12 (85.71%) 2 (14.29%)
5/03/2019 12 (85.71%) 2 (14.29%)
34
3.
Tidak puas Total
0 (0%) 14 (100%)
0 (0%) 28 (100%)
Sumber: Data Primer Tahun 2019
Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian tanggal 4-5 Maret 2019 menunjukkan bahwa sebagian besar pasien mengatakan puas dengan pelayanan di ruang Rosella II yaitu sebanyak 85.71% dari total 14 pasien pada tanggal 4-5 Maret 2019 c.
Kenyamanan (Nyeri) Penilaian nyeri dilakukan dengan menggunakan instrument Visual Aid Scale (VAS) instrument penilaian nyeri umumnya ada pada setiap status pasien tetapi belum diisi secara rutin setiap hari. Dari hasil pengolahan data didapatkan bahwa sebagian besar dengan rata-rata presentase dalam dua hari sebesar 28.57% pasien mengalami nyeri ringan. Tabel 2.23 Kategori Nyeri Pasien di Ruang Rawat Rosella 2 RSUD Dr.Soetomo tanggal 4-5 Maret 2019
No 1. 2. 3. 4.
Kategori Tidak nyeri Ringan Sedang Berat Total
4/03/2019 8 (57.14%) 4 (28.57%) 2 (14.29%) 0 14 (100%)
5/03/2019 9 (64.28%) 4 (28.57%) 1 (7.1%) 0 14 (100%)
Sumber: Data Primer Tahun 2019
Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian tanggal 4-5 Maret 2019 menunjukkan bahwa tidak terdapat pasien yang mengeluh nyeri berat dari total 14 pasien pada tanggal 4 maret 2019 dan dari 14 pasien pada tanggal 5 Maret 2019 mengatakan tidak nyeri. Sebagian besar pasien tidak mengalami nyeri, yaitu sebesar 57.14% pada tanggal 4 Maret 2019 dan 64.28% pada tanggal 5 Maret 2019. Perawat saat pengkajian tidak melakukan tindakan manajemen nyeri apapun, hanya kolaborasi medikasi pemberian analgetik. d. Kecemasan Penilaian kecemasan pasien dilakukan dengan cara memberikan kuesioner tingkat kecemasan Zung Self Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS). Berdasarkan rekapitulasi kuisioner pada tanggal 4-5 Maret 2019 didapatkan hampir seluruh pasien tidak cemas, dan sisanya cemas ringan Tabel 2.24 Penilaian Tingkat Kecemasan pada Pasien di Ruang Rosella 2 RSUD Dr.Soetomo tanggal 4 - 5 Maret 2019
No 1. 2.
Kecemasan Cemas berat Cemas sedang
4/03/2019 3 (21.43%) 3 (21.43%%)
5/03/2019 3 (21.43%) 3 (21.43%%)
35
3. 4.
Cemas ringan Tidak cemas Total
2(14.29%) 6 (42.86%) 14 (100%)
2(14.29%) 6 (42.86%) 14 (100%)
Sumber: Data Primer Tahun 2019
Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian tanggal 4 - 5 Maret 2019 menunjukkan bahwa terdapat 3 pasien yang mengalami cemas berat (21.43%) dari total 14 pasien pada tanggal 4-5 Maret 2019. Sebagian kecil pasien mengalami cemas ringan (14.29%) dari total 14 pasien. a. Perawatan diri Penilaian perawatan diri dilakukan dengan melakukan penilaian indeks KATZ. Setelah dilakukan penilaian pada tanggal 4-5 Maret 2019 didapatkan 2 pasien dengan indeks KATZ G yaitu pasien masih dalam ketergantungan makan, kontinen BAK/BAB, belum bisa menggunakan pakaian sendiri, pergi ke toilet, berpindah dan mandi.
Tabel 2.25 Penilaian Tingkat Kemandirian Pasien di Ruang Rosella II RSUD Dr.Soetomo tanggal 4 - 5 Maret 2019
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Indeks KATZ Indeks A Indeks B Indeks C Indeks D Indeks E Indeks F Indeks G Total
4/03/2019 6 (42.85%) 0 (0%) 4 (28.57%) 0 (0%) 0 (0%) 2 (14.28%) 2 (14.28%) 14 (100%)
5/03/2019 6 (42.85%) 0 (0%) 4 (28.57%) 0 (0%) 0 (0%) 2 (14.28%) 2 (14.28%) 14 (100%)
Sumber: Data Primer Tahun 2019
Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian tanggal 4-5 Maret 2019 menunjukkan bahwa terdapat 2 pasien (14.28%) yang termasuk dalam total care (indeks G) dari total 14 pasien pada tanggal 4-5 Maret 2019. b. Pengetahuan Penilaian pengetahuan pasien/keluarga dilakukan dengan cara memberikan kuesioner tingkat pengetahuan. Berdasarkan rekapitulasi kuesioner pada tanggal 4-5 Maret 2019 didapatkan sebagian besar pasien berpengetahuan baik, dan sisanya berpengetahuan cukup dan kurang. Tabel 2.26 Penilaian Tingkat Pengetahuan pada Pasien/Keluarga di Ruang Rosella II RSUD Dr.Soetomo tanggal 4 - 5 Maret 2019
No 1.
Pengetahuan Kurang
4/03/2019 7 (50%)
5/03/2019 7 (50%))
36
2. 3.
Cukup Baik Total
2(14.29%) 5 (35.71%) 14 (100%)
2(14.29%) 5 (35.71% 14 (100%)
Sumber: Data Primer Tahun 2019
Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian tanggal 4-5 Maret 2019 menunjukkan bahwa terdapat 5 pasien yang kurang pengetahuan dari total 14 pasien pada tanggal 4-5 Maret 2019.
c. LOS (Length of Stay) Berikut data LOS selama bulan Maret 2019 klien yang di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo. Tabel 2.27 LOS selama bulan Maret 2019 klien yang di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo No 1 2 3 4 5
LOS < 3 hari 4-6 hari 7-9 hari 10 hari >10 hari Total
5 Maret 2019 4 (28.57%) 6 (42.86%) 4 (28.57%) 0(0%) 0(0%) 14 (100%)
Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian bahwa hasil LOS pada tanggal 5 Maret 2019 menunjukkan bahwa rata-rata LOS pasien di ruang Rosella II hampir semuanya menjalani rawat inap selama 4 – 6 hari yaitu sebanyak 6 pasien (42.86%) dari total 14 pasien. d. Variasi Klien Berdasarkan data variasi MRS dalam bulan September 2016 di Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo didapatkan sebagian besar pasien menggunakan PBI. Tabel 2.28 variasi pasien di Ruang Rosella 2 RSUD Dr.Soetomo No. Variasi Klien 5 Maret 2019 1 PBI 8 (57.14%) 2 NON PBI 4 (28.57%) 3 Umum 2 (14.28%) Total 14 (100%)
37
Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian tanggal 4 - 5 Maret 2019 menunjukkan variasi pasien Rosella II sebagian besar adalah menggunakan PBI (57.14%) dari 14 pasien. e. Praktik Mahasiswa Berdasarkan data mahasiswa selama bulan Februari 2019, mahasiswa yang praktik di ruang Rosella II RSUD Dr.Soetomo sebagian besar strata S1. f. Standar Operasional Prosedur (SOP) Standar operasional prosedur (SOP) merupakan pedoman untuk melaksanakan tindakan keperawatan maupun tindakan medis sesuai dengan penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator – indikator teknis, istrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Di ruang Rosella II telah memiliki 47 SOP (SOP terlampir). g. Bed Occupancy Rate (BOR) Perhitungan BOR (Bed Occupancy Rate) 2) BOR (Bed Occupacy Rate) Ruang Bugenvil RSUD Dr. Soetomo Surabaya
NO 1 2 3
Tabel 2.29 BOR Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Surabaya tanggal 4 Maret 2019 SHIFT KELAS 1 KELAS 2 KELAS 3 BOR Pagi 7 Bed 4 bed 12 bed 13/18x100% (2 kosong) (3 kosong) (0 kosong) = 72.22% Sore 8 bed 4 bed 12 bed 13/18x100% (2 kosong) (3 kosong) (0 kosong) = 72.22% Malam 9 bed 4 bed 12 bed 13/18x100% (2 kosong) (3 kosong) (0 kosong) = 72.22%
Tabel 2.30 BOR Ruang Rosella 2 RSUD Dr. Soetomo Surabaya tanggal 5 Maret 2019 NO SHIFT KELAS 1 KELAS 2 KELAS 3 BOR 1 Pagi 10 bed 4 bed 12 bed 13/18x100% (2 kosong) (3 kosong) (0 kosong) = 72.22% 2 Sore 11 bed 4 bed 12 bed 13/18x100% (2 kosong) (3 kosong) (0 kosong) = 72.22% 3 Malam 12 bed 4 bed 12 bed 13/18x100% (2 kosong) (3 kosong) (0 kosong) = 72.22%
38
Tabel 2.31 BOR Ruang Rosella II Bed Kelolaan RSUD Dr. Soetomo Surabaya tanggal 4 Maret 2019 NO SHIFT KELAS 3 BOR 1 Pagi 8 bed 8/8x100% = 100% (0 kosong) 2 Sore 8 bed 8/8x100% = 100% (0 kosong) 3 Malam 8 bed 8/8x100% = 100% (0 kosong) Tabel 2.32 BOR Ruang Rosella 2 Bed Kelolaan RSUD Dr. Soetomo Surabaya tanggal 5 Maret 2019 NO SHIFT KELAS 3 BOR 1 Pagi 8 bed 8/8x100% = 100% (0 kosong) 2 Sore 8 bed 8/8x100% = 100% (0 kosong) 3 Malam 8 bed 8/8x100% = 100% (0 kosong) 2.4 Analisis Data Tabel 2.33 Analisis Data SWOT
39
Analisa M1 (MAN) a. Internal Factor (IFAS) STRENGTH 1) Jenis Ketenagaan S1 Keperawatan : 5 D3 Keperawatan : 6 Pramubhakti : 1 Tata usaha : 1 2) Struktur organisasi sudah baik 3) Pembagian tugas di ruangan secara struktural sudah baik 4) Adanya sistem pengembangan staf berupa sekolah ke tingkat lebih lanjut serta pelatihan TOTAL WEAKNESS 1) Sebagian besar perawat masih berlatar belakang pendidikan DIII TOTAL b. External Factor (EFAS) OPPORTUNITY 1) Adanya kebijakan RS untuk perawat mendapatkan beasiswa dan kesempatan untuk kuliah maupun pelatihan keperawatan 2) Adanya mahasiswa profesi ners yang sedang praktek 3) Adanya hubungan yang baik antar mahasiswa Profesi Ners dengan tenaga keperawatan dan non keperawatan di ruang Rosella 2 4) Perawat mendapatkan kesempatan cuti TOTAL THREAT 1) Tuntutan masyarakat tentang perawatan yang professional TOTAL M2 (Material) 1. Internal factor (IFAS) STRENGTH 1) Tersedia ekstra bed pasien 2) Tersedia sarana dan prasarana bagi pasien dan tenaga kesehatan dengan jumlah yang sesuai dengan Peraturan
Bobot
Rating
Bobot x Rating
0,2
2
0,4
Total Skor
S-W= 2,6-2= 0,6 0,3 0,2
2 2
0,6 0,4
0,3
4
1,2
1 1
2,6 2
1
2 2
0,3
3
0,9
0,3
2
0,6
0,2
2
0,4 O-T= 2,3-3= -0,7
0,1 1
4
0,4 2,3
1 1
3
3 3
0,2 0,3
2 3
0,4 0,9
40
Analisa Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 3) Terdapat peralatan yang mendukung dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan 4) Terdapat Standar Operasional Prosedur 5) Penggunaan ruangan yang ada telah dimaksimalkan TOTAL WEAKNESS 1) Jumlah persediaan tensimeter, thermometer digital, syringe pump, nebulizer, dan bengkok belum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 2) Belum adanya kotak obat high alert, kulkas obat, dan emergency kit di ruangan 3) Bel pasien hanya ada di kamar mandi pasien 4) Kamar mandi pasien terletak jauh dari bed pasien 5) Belum tersedianya ruangan-ruangan yang cukup untuk menunjang pelayanan seperti ruang konsultasi, ruang tindakan, ruang linen bersih dan kotor, ruang janitor, dan ruang tata usaha. 6) Rasio perawat:pasien belum mencukupi dan belum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 TOTAL 2. External Factor (EFAS) OPPORTUNITY 1. Adanya kesempatan untuk sarana dan prasarana serta alat kesehatan dalam hal perawatan dan perbaikan yang rusak 2. Adanya kesempatan menambah anggaran untuk pengadaan alat-alat kesehatan yang dibutuhkan 3. Adanya perekrutan tenaga kesehatan setiap tahun untuk menambah tenaga di ruangan TOTAL
Bobot
Rating
Bobot x Rating
0,2
3
0,6
0,1 0,2
3 2
0,3 0,4
1
2,6
0,2
2
0,4
0,2
1
0,2
0,2
2
0,4
0,1
2
0,2
0,2
2
0,4
0,1
2
0,2
1
1,8
0,3
3
0,9
0,3
3
0,9
0,4
2
0,8
1
2,6
Total Skor
S-W= 2,6-1,8= 0,8
41
Analisa THREAT (1) Adanya perkembangan teknologi dalam bidang kesehatan yang semakin pesat (2) Adanya peningkatan harga-harga alat medis (3) Adanya keterbatasan bagi rumah sakit untuk menambah ruangan TOTAL M3 (Method) A. MAKP a. Internal factors (IFAS) STRENGTH 1) RS memiliki visi, misi dan motto sebagai acuan melaksanakan kegiatan pelayanan 2) Sudah ada dokumentasi SBAR 3) Metode asuhan keperawatan yang digunakan yaitu MAKP Tim modifikasi primer (moduler). 4) Mempunyai protap (SOP) tindakan 5) Ada kualifikasi S1 keperawatan sebanyak 4 orang dan 5 orang D3 keperawatan TOTAL WEAKNESS 1) Kurangnya jumlah tenaga perawat untuk mengoptimalkan penerapan model yang digunakan. 2) Perawat primer yang masuk ke dalam struktural MAKP hanya dinas shift pagi, sehingga perawat asosiate bertindak sebagai perawat primer saat dinas shift sore maupun shift malam TOTAL b. External Factor (EFAS) OPPORTUNITY 1) Adanya mahasiswa S1 keperawatan praktik manajemen keperawatan 2) Ada kerjasama yang baik antara mahasiswa profesi keperawatan ners dengan perawat ruangan 3) Adanya program rumah sakit menuju internasionalisasi. 4) Adanya kebijakan pemerintah tentang profesional perawat TOTAL THREAT
Bobot
Rating
Bobot x Rating
0,4
3
1,2
0,3
1
0,3
0,3
3
0,9
1
O-T= 2,6-2,4= 0,2
2,4
0,2
3
0,6
0,2 0,2
3 3
0,6 0,6
0,2 0,2
3 3
0,6 0,6
1
3
0,5
2
1
0,5
2
1
1
S-W= 3-2= 1
2
0,3
3
0,9
0,2
4
0,8
0,3
4
1,2
0,2
3
0,6
1
Total Skor
3,5 O-T=
42
Analisa
Bobot
Rating
(1) Adanya tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap peningkatan pelayanan keperawatan yang lebih professional (2) Makin tinggi kesadaran masyarakat akan hukum (3) Makin tinggi kesadaran masyarakat mengenai kesehatan TOTAL B. PENERIMAAN PASIEN BARU a. Internal factors (IFAS) STRENGTH 1) Adanya alur penerimaan pasien baru sesuai standar 2) Setiap ruangan sudah ada perawat tanggung jawab 3) Pengisian dokumen penerimaan pasien baru lengkap TOTAL WEAKNESS 1) Penerimaan pasien baru belum sesuai dengan standar yaitu dilakukan oleh PP, terkadang penerimaan pasien baru didelegasikan kepada PA 2) Kurangnya waktu untuk mengorientasi ruangan dan segala tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga TOTAL b. External factor (EFAS) OPPORTUNITY 1) Adanya keinginan perawat dalam peningkatan pelayanan TOTAL THREAT 1) Tingginya kemungkinan keluarga pasien untuk tidak mematuhi peraturan yang berlaku di ruangan meskipun telah dijelaskan oleh petugas 2) Persaingan antar rumah sakit semakin ketat TOTAL C. TIMBANG TERIMA a. Internal factors (IFAS) STRENGTH 1) Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang
0,4
3
Bobot x Rating 1,2
0,3
3
0,9
0,3
3
0,9
1
4
1,2
0,3
3
0,9
0,4
2
0,8
1
2,9
0,5
2
1
0,5
2
1
1
S-W= 2,9-2= 0,9
2 3
1
3 3
0,5
3
1,5
0,5
3
1,5
1
0,3
3,5-3= 0,5
3
0,3
1
Total Skor
3
3
0,9
O-T= 3-3= 0
43
Analisa terima setiap pagi kecuali hari sabtu dan minggu 2) Adanya klarifikasi, tanya jawab, validasi dan laporan jaga setiap shift 3) Timbang terima sudah merupakan kegiatan rutin yang telah dilaksanakan tiap pergantian shift 4) Adanya buku khusus untuk pelaporan timbang terima TOTAL WEAKNESS 1) Timbang terima sudah dilakukan dengan baik (PP melaporkan identitas pasien, keluhan utama, DS,DO,MK,dan intervensi) tetapi intervensi masih bersifat umum tidak berdasarkan MK dan evaluasi tidak lengkap 2) Pelaksanaan timbang terima masih belum optimal, khususnya dari shift sore ke malam TOTAL b. External factors (EFAS) OPPORTUNITY 1) Adanya sarana dan prasarana untuk timbang terima 2) Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa S1 keperawatan yang praktik dengan perawat ruangan 3) Komunikasi timbang terima menggunakan SBAR TOTAL THREAT 1) Adanya kesenjangan waktu saat dilakukan timbang terima TOTAL D. SUPERVISI a. Intern al factors (IFAS) STRENGTH 1) Supervisi telah dilakukan secara rutin 2) Kepala ruangan mendukung dan melaksanakan supervisi TOTAL
Bobot
Rating
Bobot x Rating
0,3
2
0,6
0,2
2
0,4
0,2
3
0,6
1
2,5
0,5
3
1,5
0,5
3
1,5
1 3
1,2
0,3
2
0,6
0,3
2
0,6
1
2,4 2
1
0,5 0,5
1
2
O-T= 2,4-2= 0,4
2
2 3
1 1
S-W= 2,5-3= -0,5
3
0,4
1
Total Skor
1 1,5 2,5
3
3 3
S-W= 2,5-3= -0,5
44
Analisa WEAKNESS 1) Belum adanya perencanaan yang jelas tentang rutinitas supervisi. TOTAL b. Extern al factors OPPORTUNITY 1) Hasil supervisi keperawatan dapat digunakan sebagai pedoman untuk menilai kinerja perawat 2) Adanya mahasiswa S1 yang melaksanakan praktek manajemen dan bekerjasama dengan baik anatara mahasiswa dan perawat klinik. TOTAL
Bobot
Rating
Bobot x Rating
0,5
3
1,5
0,5
2
1
1
1
2,5
3
1 THREAT 1) Tuntutan klien sebagai mendapatkan palayanan profesional setiap saat
untuk yang
TOTAL E. DISCHARGE PLANNING a. Internal factors (IFAS) STRENGTH 1) Tersedianya resume untuk pasien pulang 2) Sudah tersedia format Discharge planning keperawatan TOTAL WEAKNESS 1) Terbatasnya pengadaan leaflet untuk dibawa pulang pasien TOTAL b. External factors (EFAS) OPPORTUNITY 1) Adanya sarana RS yang menunjang pelaksanaan discharge planning 2) Adanya kerjasama yang baik dengan keluarga pasien saat dilakukan pendidikan kesehatan dan discharge planning TOTAL THREAT
3
3
1,5
0,5
3
1,5
1
3 3
1
3
S-W= 3-3= 0
3
0,5
3
1,5
0,5
3
1,5
1
3
0,5
2
1
0,5
2
1
1
O-T= 2,5-3= -0,5
3
0,5
1
Total Skor
2
O-T= 3-2= 1
45
Analisa 1) Makin tingginya tuntutan masyarakat akan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap tenaga kesehatan 2) Semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan kesehatan TOTAL F. SENTRALISASI OBAT a. Internal factors (IFAS) STRENGTH 1) Ada format dokumentasi pemberian obat injeksi dan oral 2) Tersedianya sarana dan prasarana untuk pengelolaan sentralisasi obat 3) Adanya lembar serah terima dari bagian faramasi dengan perawat 4) Adanya buku injeksi dan obat bekerjasama dengan depo farmasi 5) Sudah dilakukan kegiatan pengelolaan obat UDD TOTAL WEAKNESS 1) Farmasi ruangan tidak shift 24 jam 2) Pelaksanaan sentralisasi obat belum maksimal karena terkadang obat yang diresepkan oleh dokter tidak ada sehingga pada Rekam Pemberian Obat ditulis TA (Tidak Ada) TOTAL b. Eksternal faktor (EFAS) OPPORTUNITY 1) Tersedianya tempat dan petugas farmasi di ruangan 2) Adanya kerjasama yang baik antara petugas kesehatan 3) Dukungan kebijakan RS yang mengatur tentang 4) Partisipasi keluarga dalam pemberian obat TOTAL THREAT 1) Adanya tuntutan pasien untuk mendapatkan pelayanan yang profesional TOTAL G. DOKUMENTASI
Bobot
Rating
Bobot x Rating
0,2
3
0,6
0,2
2
0,4
0,2
3
0,6
0,2
2
0,4
0,2
3
0,6
1 0,5 0,5
2,6 2 3
1
1 1,5
S-W= 2,6-2,5= 0,1
2,5
0,3
3
0,9
0,2
3
0,6
0,3
2
0,6
0,2
2
0,4
1 1
Total Skor
2,5 2
1
2 2
0,5
3
1,5
0,5
3
1,5
O-T= 2,5-2= 0,5
46
Analisa KEPERAWATAN a. Internal faktor (IFAS) STRENGTH 1) Tersedianya sarana dan prasarana dokumentasi untuk tenaga kesehatan (sarana istrasi penunjang) 2) Komunikasi pendokumentasian menggunakan SBAR TOTAL WEAKNESS 1) Pelaksanaan pendokumentasian terkadang kurang lengkap karena keterbatasan waktu TOTAL b. Eksternal faktor (EFAS) OPPORTUNITY 1) Pendokumentasian dilakukan satu kali pada setiap shift 2) Tersedianya sarana pendokumentasian TOTAL THREAT 1) Akreditasi rumah sakit tentang sistem pendokumentasian (JCI) 2) Persaingan antar RS dalam memberikan pelayanan kesehatan 3) Dokumentasi sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat TOTAL H. RONDE KEPERAWATAN a. Internal faktor (IFAS) STRENGTH 1) Bidang keperawatan dan ruangan mendukung adanya kegiatan ronde keperawatan TOTAL WEAKNESS 1. Ronde keperawatan adalah kegiatan yang belum dilaksanakan secara teratur 2. Memerlukan dana cukup dan penjadwalan dari berbagai bidang profesi TOTAL b. Eksternal faktor (EFAS) OPPORTUNITY 1) Adanya kesempatan dari kepala ruangan untuk mengadakan ronde keperawatan
Bobot
Rating
1 1
Bobot x Rating 3
2
1
2 3
1,5
0,5 1
3
1,5 3
0,4
3
1,2
0,4
3
1,2
0,2
3
0,6
1
O-T= 3-3= 0
3
3
1
3 3
0,5
2
1
0,5
2
1
1 1
S-W= 3-2= 1
2
0,5
1
Total Skor
S-W= 3-2= 1
2 3
1
3 3
0,5
4
2
0,5 1
3
1,5 3,5
O-T= 3-3,5= -0,5
47
Analisa pada perawat dan mahasiswa praktik TOTAL THREAT 1) Ronde keperawatan belum dilaksanakan secara teratur 2) Alur pengajuan ronde cukup panjang TOTAL M4 (Money) a. Internal Factor (IFAS) STRENGTH 1) Pembiayaan ruangan dan pelatihan pegawai ruangan berasal dari APBD Provinsi Jawa Timur dan Irna Bedah 2) Ada pendapatan dari jasa pelayanan klien umum 3) Gaji pegawai RSUD Dr. Soetomo Surabaya terdiri dari gaji pokok dan remunerasi TOTAL WEAKNESS 1) Mayoritas pasien menggunakan jasa BPJS 2) Kebanyakan pasien pengguna jasa pelayanan merupakan pasien kelas III 3) Turunnya remunerasi setiap bulannya belum sesuai dengan tanggal yang ditetapkan TOTAL b. External Factor (EFAS) OPPORTUNITY 1) Adanya klien umum yang dapat meningkatkan income RS 2) Melayani pembayaran dengan berbagai jaminan kesehatan 3) Sebagai tempat praktik mahasiswa program studi kesehatan TOTAL THREAT 1) Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih profesional sehingga membutuhkan pendanaan yang lebih besar untuk mendanai sarana dan prasarana 2) Jumlah klien BPJS lebih banyak daripada klien umum
Bobot
Rating
Bobot x Rating
0,4
4
1,6
0,3
3
0,9
0,3
2
0,6
1
Total Skor
3,1
0,4
3
1,2
0,4
3
1,2
0,2
2
0,4
1
S-W= 3,1-2,8= 0,3
2,8
0,3
3
0,9
0,4
3
1,2
0,3
2
0,6
1
2,7
0,5
3
1,5
0,5
3
1,5
O-T= 2,7-3= -0,3
48
Analisa
Bobot
TOTAL M5 (MUTU) a. Intern al Faktor (IFAS) STRENGTH 1) Sebagian besar pasien saat pengkajian pasien dan keluarga mengatakan perawat ramah dalam memberikan pelayanan 2) Sebagian besar pasien saat pengkajian tidak merasakan kecemasan selama pengkajian 2 hari 3) Perawat sering menerapkan five moment cuci tangan dan tersedianya handscrub di tiap bed. 4) 85.71% pasien puas dengan pelayanan di ruangan 5) Adanya variasi karakteristik pasien Umum, BPJS PBI, dan BPJS Non PBI 6) Tidak ada kesalahan pemberian obat selama 1 bulan terakhir 7) Sebagai tempat praktek mahasiswa keperawatan 8) Adanya SOP di ruangan Rosella 2 TOTAL WEAKNESS 1) Terdapat pasien yang jatuh selama 1 bulan terakhir ini sebanyak 3 orang 2) Pasien yang berisiko jatuh tidak diberi label kuning 3) Kurangnya penerapan cuci tangan keluarga pasien 4) Tidak ada indikator untuk mengukur kepuasan klien serta tidak ada tempat untuk menampung saran dan kritik dari klien Pengkajian status psikologi pada pasien masih jarang dilakukan 5) Masih didapatkan pasien dengan tingkat perawatan diri grade G berdasarkan instrumen KATZ 6) Perawatan kateter tidak dilakukan tiap hari TOTAL b. Ekster nal Faktor (EFAS) OPPORTUNITY 1) Mahasiswa keperawatan praktik
1
Rating
Bobot x Rating 3
0,2
4
0,8
0,1
4
0,4
0,2
4
0,8
0,1
4
0,4
0,1
3
0,3
0,1
3
0,3
0,1
3
0,3
0,1 1
3
0,3 3,6
0,2
2
0,4
0,2
2
0,4
0,2
2
0,4
0,1
3
0,3
0,2
3
0,6
0,1
3
0,3
1
2,4
0,3
4
1,2
0,2
3
0,6
Total Skor
S-W= 3,6-2,4= 1,2
49
Analisa manajemen 2) Kerja sama yang baik perawat dengan mahasiswa 3) Adanya akreditasi JCI 4) Adanya kebijakan Rumah Sakit 5) Sistem rujukan dan BPJS menambah income rumah sakit dan pasien bertambah TOTAL TREATENED 1) Adanya peningkatan standar masyarakat yang harus dipenuhi 2) Adanya persaingan antar RS 3) Opini masyarakat tentang status rumah sakit pendidikan untuk praktik pendidikan TOTAL
Bobot
Rating
Bobot x Rating
0,2 0,2 0,3
2 2 4
0,4 0,4 1,2
1
3,8
0,4
2
0,8
0,2 0,4
3 3
0,6 1,2
1
Total Skor
2,6
O-T= 3,8-2,6= 0,8
50
Diagram Layang
Keterangan : : Man
PPB
: Penerimaan Pasien Baru
RK
: Ronde Keperawatan
M1 M2
: Material
SO
M4
: Money
TT
M5
: Mutu
SPV
: Sentralisasi Obat
: Timbang Terima : Supervisi
DOK.: Dokumentasi Keperawatan
MAKP
DP
Gambar 2.3 Diagram Layang Analisis SWOT
: MAKP : Discharge Planning
2.5 Identifikasi Masalah Tabel 2.34 Identifikasi Masalah (M1-M5) Ruang Rosella II No. Masalah Penyebab M1-MAN Tidak ada masalah M2-MATERIAL Tidak ada masalah M3- METHOD 1. MAKP Keterbatasan jumlah tenaga perawat Pelaksanaan MAKP primer modifikasi sudah efektif namun terkadang mengalami kendala. 2. Penerimaan Pasien Baru Keterbatasan waktu perawat dalam Penerimaan pasien baru sudah berjalan namun masih ada melakukan orientasi ruangan dan tindakan beberapa kendala seperti kurangnya waktu untuk yang akan dilakukan mengorientasi ruangan dan segala tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga 3. Timbang Terima Pelaksanaan timbang terima masih belum Pelaksanaan timbang terima masih belum oprtimal , maksimal dikarenakan keterbatasan waktu dan jumlah perawat khususnya dari shift sore ke malam 4.
5.
Supervisi Keperawatan Belum adanya perencanaan yang jelas tentang rutinitas supervise Discharge Planning Terbatasnya pengadaan leaflet untuk dibawa pulang pasien
Penanggungjawab
Emha Rafi Pratama,S.Kep Febriana Permitasari,S.Kep
Indah Febriana,S.Kep
Dalam pelaksanaan supervisi keperawatan Annisa masih belum dapat dilaksanakan secara Mufida,S.Kep teratur karena terbatasnya waktu Dalam pelaksanaan discharge planning Diana belum dilakukan dikarenakan beban kerja Nurani,S.Kep perawat dan keterbatasan waktu
51
No. Masalah 6. Sentralisasi Obat 1) Farmasi ruangan tidak shift 24 jam 2) Pelaksanaan sentralisasi obat belum maksimal karena terkadang obat yang diresepkan oleh dokter tidak ada sehingga pada Rekam Pemberian Obat ditulis TA (Tidak Ada) 7. Dokumentasi Keperawatan Pelaksanaan pendokumentasian terkadang kurang lengkap karena keterbatasan waktu dan menambah beban perawat dalam melakukan dokumentasi
Penyebab Penanggungjawab Dalam pelaksanaan sentralisasi obat Elisa Maria diperlukan koordinasi yang tepat dan Wahyuni,S.Kep dilakukan sesuai dengan standar operasional sentralisasi obat
8.
Ronde Keperawatan Ronde keperawatan adalah kegiatan yang belum dilaksanakan secara teratur Memerlukan dana cukup dan penjadwalan dari berbagai bidang profesi M4-MONEY Tidak ada masalah M5 (MUTU) 1 Pengetahuan klien dan keluarga masih kurang mengenai cara cuci tangan yang benar, kapan harus cuci tangan, dan penggunaan sabun serta handscrub
Pelaksanaan ronde keperawatan masih belum Alfiani dilakukan secara periodik dikarenakan Triningsih,S.Kep keterbatasan waktu
Sampai saat ini evaluasi cuci tangan masih difokuskan kepada petugas kesehatan namun terkait edukasi sudah dilakukan kepada keluarga dan pasien saat PKRS
Desy Igacarryna, S.Kep
2
Sampai saat ini hanya dilakukan pengkajian risiko jatuh namun pemsangan gelang dan
Alfiani Triningsih, S.Kep
Terdapat pasien yang beresiko jatuh tidak terpasang gelang dan tanda resiko jatuh
Didapatkan dokumentasi atau kelengkapan Eva Dwi Agustin, rekam medis pasien yang belum terisi S.Kep lengkap dikarenakan beban kerja perawat dan keterbatasan waktu.
52
No. Masalah 3
Tidak ada indikator untuk mengukur kepuasan klien serta tidak ada tempat untuk menampung saran dan kritik dari klien
Penyebab tanda risiko jatuh belum dilakukan Sampai saat ini belum ada alat yang digunakan untuk menampung kepuasan serta saran kritik dari klien
Penanggungjawab Elisa Maria Wahyni, S.Kep
2.6 Prioritas Masalah Tabel 2.35 prioritas masalah M1 – M5 Ruang Rosella II No. Identifikasi persistem Masalah (M1-M5) 1. M3 1. Kurangnya jumlah tenaga perawat untuk mengoptimalkan penerapan model yang digunakan. 2. Kurangnya waktu untuk mengorientasi ruangan dan segala tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga 3. Belum adanya perencanaan yang jelas tentang rutinitas supervisi. 4. Terbatasnya pengadaan leaflet untuk dibawa pulang pasien 5. Pelaksanaan sentralisasi obat belum maksimal karena terkadang obat yang diresepkan oleh dokter tidak ada sehingga pada Rekam Pemberian Obat ditulis TA (Tidak Ada) 2. M5 1) Pasien resiko tinggi jatuh tidak diberikan gelang berwarna kuning. 2) Kurangnya penerapan cuci tangan pada pasien dan
Prioritas
Nilai (Efas + Ifas)
2,4
53
No.
Identifikasi persistem (M1-M5)
Masalah
Prioritas
Nilai (Efas + Ifas)
keluarga. 3) Tidak ada indikator untuk mengukur kepuasan klien serta tidak ada tempat untuk menampung saran dan kritik dari klien
54
55
BAB 3 PERENCANAAN 3.1
Pengorganisasian Keefektifitasan pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dalam menentukan kebijakan-kebijakan internal yang bersifat umum dapat dilakukan oleh kelompok dengan cara menyusun struktur organisasi sebagai berikut: Ketua : Emha Rafi Pratama, S.Kep Sekretaris 1 : Aviati Faradhika, S.Kep Sekretaris 2 : Kiki Ayu Kusuma, S.Kep Bendahara : Desy Igacarryna, S.Kep Penanggung Jawab Kegiatan 1) MAKP : Emha Rafi Pratama, S.Kep 2) Penerimaan pasien baru : Febriana Permitasari, S.Kep 3) Timbang terima : Indah Febriana N, S.Kep 4) Supervisi : Annisa Mufidah, S.Kep 5) Sentralisasi obat : Elisa Maria Wahyuni, S.Kep 6) Discharge planning : Diana Nurani, S.Kep 7) Ronde keperawatan : Alfiani Triningsih, S.Kep 8) Dokumentasi : Eva Dwi Agustin, S.Kep, Adapun dalam pengelolaan ruang rawat maka dibentuk pengorganisasian dalam pembagian peran sebagai berikut: 1) Kepala Ruangan/Nursing Unit Manager (NUM) 2) Perawat Primer/Primary Nurse (PN) 3) Perawat Pelaksana/Associate Nurse (AN) Pembagian peran ini secara rinci akan dilampirkan pada lampiran, setelah pelaksanaan MAKP di ruangan.
56
3.2
Strategi Pelaksanaan
3.2.1 Model Asuhan Keperawatan Profesional A. Latar Belakang Masyarakat semakin tanggap terhadap kualitas pelayanan keperawatan profesional. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien. Hal ini merupakan fenomena yang harus segera direspon oleh perawat. Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mengevaluasi keinginan dan tuntutan dari masyarakat demi meningkatkan mutu pelayanan professional keperawatan. Peningkatan mutu tidak hanya berpaku pada tenaga kesehatan semata, tetapi juga fasilitas dan faktor-faktor lain yang mendukung peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Kebehasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional (Nursalam, 2015). Hasil pengamatan dan pengumpulan data yang dilakukan tanggal 4 – 5 Maret 2019 di ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo dan wawancara dengan kepala ruangan, MAKP di ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo menggunakan MAKP model moduler atau modifikasi antara model tim dan primer. Saat ini jumlah perawat totalnya adalah 9 orang ditambah dengan kepala ruangan dan wakil kepala ruangan menjadi 11 orang, dengan pembagiannya ada 2 perawat primer dan 7 perawat pelaksana. Perawat terbagi menjadi 2 tim, dimana masing – masing tim terdiri dari 3 orang perawat pelaksana dengan 1 perawat primer hanya pada saat shift pagi. Tiap tim dalam satu kali shift mengelola pasien di satu ruangan yang dibagi dua. Namun pembagian tersebut hanya sebagai formalitas pembagian kerja, pada kenyataannya dalam 1 tim harus saling melengkapi untuk membantu pekerjaan yang lain. Komunikasi antar anggota terjalin baik, jika ada masalah yang tidak bisa diatasi oleh perawat pelaksana maka didiskusikan dengan perawat primer. MAKP tim di ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo diterapkan dengan adanya 1 perawat primer pada shift pagi, pada shift sore dan malam terdapat 1 perawat penanggungjawab dan perawat pelaksana.
57
Perawat
primer
bertugas
sebagai
pengambil
keputusan
dan
penanggungjawab ruangan, sekaligus sebagai pelaksana. Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja dengan melibatkan anggota keperawatan
dalam
memberikan Asuhan
Keperawatan
Profesional.
Pemberian pelayanan keperawatan secara professional diharapkan mampu menyelesaikan tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien menuju ke arah kesehatan yang optimal (Nursalam, 2015). Model asuhan keperawatan profesional yang sedang trend saat ini adalah Primary Nursing. Metode Primary Nursing merupakan suatu metode yang memberikan tugas kepada satu orang perawat untuk bertanggungjawab secara penuh sampai keluar rumah sakit. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien di rawat (Nursalam, 2015). Pengelolaan yang dapat digunakan dalam peningkatan mutu keperawatan berupa MAKP yang meliputi ketenagaan/pasien, penetapan sistem sesuai standar, mudah dilaksanakan, efektif dan efisien. Model keperawatan professional ini mampu mendorong keperawatan dalam memperjelas deskripsi kerja, meningkatkan kemampuan keperawatan dalam mendiskusikan masalah dengan tenaga kesehatan yang lain dan membantu keperawatan dalam mendiskusikan masalah dengan tenaga kesehatan yang lain dan membantu keperawatan untuk lebih bertanggunggugat secara professional terhadap tindakannya (Nursalam, 2015). Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners (P3N) Angkatan A14 mencoba menerapkan MAKP dengan metode pemberian asuhan keperawatan Primary Nursing, dimana pelaksanaannya melibatkan 8 pasien kelolaan di ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo dengan perawat yang bertugas di ruang tersebut. Model asuhan keperawatan tersebut diharapkan mampu menyelesaikan masalah dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan professional sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
58
Kepala Ruangan
Perawat Primer I
Perawat Primer II
Perawat Assosiate
Perawat Assosiate
Perawat Assosiate
Perawat Assosiate
Pekarya kesehatan
Pekarya rumah tangga
Penanggung Jawab
Penanggung Jawab
Penanggung Jawab
Penanggung Jawab
Penanggung Jawab
Penanggung Jawab
Gambar 3.1 Diagram Sistem Asuhan Keperawatan “Primary Nusing” B. Masalah a. Perawat di ruangan belum paham dan belum terbentuk pasti tentang struktur pengorganisasian Primary Nursing b. Belum terlaksananya MAKP Primary Nursing secara keseluruhan C. Tujuan a. Tujuan umum MAKP Primary Nursing terlaksana dengan baik b. Tujuan khusus 1. Pelayanan keperawatan dilaksanakan sesuai pembagian tugas 2. Terdapat petunjuk tertulis tentang pembagian tugas perawat agar MAKP terlaksana dengan baik 3. Pelaksanaan MAKP sesuai dengan pembagian tugas perawat 4. Melakukan evaluasi dari pelaksanaan MAKP yang telah direncanakan D. Target
59
a. Penerapan MAKP berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat b. Struktur MAKP terlaksana optimal c. Menerapkan MAKP Primary Nursing sesuai dengan job description E. Evaluasi a. Struktur 1. Kepala ruangan terbentuk sesuai MAKP 2. Organisasi struktur MAKP Primary Nursing tersusun dengan baik 3. Pasien yang dikelola sesuai dengan jumlah PN dan AN dengan standar 1 PN memegang 4 pasien 4. AN dan PN tidak menangani dan membahas pasien yang bukan wewenangnya F. Program Kerja a. Rencana strategis 1. Mendiskusikan bentuk dan penerapan model MAKP yang dilaksanakan yaitu MAKP Primary Nursing 2. Mengajukan proposal MAKP dan melaksanakan desiminasi awal 3. Sosialisasi hasil desiminasi 4. Melakukan pembagian peran perawat 5. Menentukan deskripsi tugas dan tanggungjawab perawat 6. Menerapkan model MAKP yang sudah ditentukan 7. Mengevaluasi hasil penerapan MAKP selama 3 minggu b. Pengorganisasian 1. Penanggungjawab : Emha Rafi Pratama, S.Kep 2. Waktu : 4 – 5 Maret 2019 3.2.2 Penerimaan Pasien Baru A. Latar Belakang Tindakan mandiri keperawatan profesional dapat dilakukan melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga lain dengan memberikan asuhan keperawatan sesuai sesuai dengan lingkungan wewenang dan lingkungan tanggung jawabnya (Suyanto, 2008). Menurut Nursalam (2015), keperawatan sebagai pelayanan yang profesional yang bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan obyektif klien, mengacu pada standart asuhan keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan utama. Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses perubahan atau proses tranformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan dan merupakan kontribusi dari pelayanan kesehatan. Manajemen menurut Nursalam (2002), merupakan suatu pelayanan keperawatan dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen antara lain perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan
60
kemampuan teknis, hubungan antar manusia, konseptual yang mendukung asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna masyarakat. Manajemen keperawatan perlu mendapatkan prioritas dalam pengembangan keperawatan dimasa depan, karena berkaitan dengan tuntutan profesi dan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara professional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi. Penerimaan pasien baru adalah proses interaksi dengan pasien, keluarga dan petugas lain dalam kegiatan serah terima pasien yang baru masuk di ruang perawatan (Suarli, 2010), penerimaan pasien baru dapat dimulai dengan adanya upaya perencanaan tentang kebutuhan asuhan keperawatan sejak masuk sampai pasien pulang. Penerimaan pasien baru yang belum dilakukan sesuai standar maka akan menurunkan mutu kualitas pelayanan yang akhirnya menurunkan tingkat kepercayaan pasien terhadap pelayanan Rumah Sakit. Penerapan penerimaan pasien baru di Ruang Rosella 2 RSUD Dr. Soetomo, sudah dilakukan tapi terdapat beberapa aspek yang belum dilakukan secara optimal seperti penggunaan welcome book saat penerimaan pasien baru. B. Masalah a) Alur penerimaan pasien baru belum sesuai standart b) Masih adanya pasien baru yang belum di orientasi ruagan dikareakan keterbatasan waktu C. Tujuan a) Tujuan Umum Mahasiswa dapat mengaplikasikan peran perawat dalam penerimaan pasien baru sesuai standar di Ruang Rosella 2 RSUD Dr. Soetomo Surabaya. b) Tujuan khusus 1) Melakukan perencanaan penerimaan pasien baru dan bekerja sama dengan perawat. 2) Menyusun SOP penerimaan pasien baru 3) Menyusun alur penerimaan pasien baru 4) Menyusun lembar penerimaan pasien baru 5) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan penerimaan pasien baru 6) Mengevaluasi hasil pelaksanaan penerimaan pasien baru 7) Menyusun media leaflet atau welcome book untuk membantu orientasi pasien atau keluarga serta informasi tentang pelayanan RS D. Target Penerimaan pasien baru dapat berjalan dengan optimal melalui perbaikan format penerimaan pasien baru yang disampaikan serta adanya media (leaflet atau welcome book) untuk menunjang orientasi dan informasi terkait penerimaan pasien baru.
61
E. Alur Penerimaan Pasien Baru PRA
karu memberitahu PP akan ada pasien baru
PP menyiapkan : 1. Lembar pasien masuk rumah sakit 2. Buku status dan lembar format pengkajian 3. Nursing kit 4. Informed consent sentralisasi obat 5. Lembar tata tertib pasien dan pengunjung 6. Lembar tingkat kepuasan pasien 7. Tempat tidur pasien PELAKSANAAN
KARU,PP dan PA meyambut pasien baru
PP menjelaskan segala sesuatu yang tercantum dalam lembar penerimaan pasien baru
Anamnesis pasien baru oleh PP dan PA
TERMINASI
Terminasi
Evaluasi Gambar 3.2 Alur penerimaan Pasien Baru F. Evaluasi a. Struktur 1) Menentukan penanggungjawab penerimaan pasien baru 2) Menyusun teknik penerimaan pasien baru bersama-sama dengan staf keperawatan RSUD Dr. Soetomo. 3) Persiapan format dan media penerimaan pasien baru 4) Persiapan nursing kit b. Proses
62
1) Melakukan penerimaan pasien baru bersama dengan NUM (Nursing Units Manager), PN (Primary Nursing), AN (Associate Nursing). 2) Perkenalan dan orientasi ruangan, penjelasan peraturan rumah sakit, penjelasan tentang hak dan kewajiban dengan menggunakan leaflet atau welcome book. 3) Memberikan kartu pengunjung bagi pasien dan keluarga c. Hasil 1) Mahasiswa mampu melakukan penerimaan pasien baru sesuai dengan alur penerimaan pasien baru. 2) Mensosialisasikan ulang pelaksanaan penerimaan pasien baru yang benar 3) Melaksdewasaan penerimaan pasien baru secara lengkap sesuai dengan format yang ada. 4) Meningkatkan koordinasi antara perawat pelaksana dan perawat primer selaku penanggungjawab penerimaan pasien baru. 5) Adanya leaflet atau welcome book bagi pasien dan keluarga G. Program kerja a. Rencana Strategi 1) Menentukan penanggungjawab penerimaan pasien baru 2) Menentukan materi penerimaan pasien baru 3) Membuat media (welcome book atau leaflet) informasi penerimaan pasien baru. 4) Menentukan jadwal pelaksanaan penerimaan pasien baru 5) Melaksanakan penerimaan pasien baru b. Pengorganisasian 1) Penanggung Jawab : Febriana Permita Sari S.Kep. 2) Waktu : Tanggal 11-24 Maret2019 3.2.3 Sentralisasi Obat A. Latar Belakang Pengelolaan obat atau sentralisasi merupakan salah satu fenomena yang harus diperhatikan oleh perawat. Perhatian yang ada harus bersifat kondusif dengan belajar banyak langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaanya (Nursalam, 2016). Obat merupakan salah satu program terapi yang sangat menunjang proses kesembuhan pasien. Pengecekan terhadap penggunaan dan konsumsi obat, sebagai salah satu peran perawat, perlu dilakukan suatu pola atau alur yang sistematis sehingga resiko kerugian baik secara material maupun secara non material dapat dieliminasi. Kegiatan sentralisasi obat meliputi pembuatan petunjuk strategi persiapan sentralisasi obat, persiapan sarana yang dibutuhkan dan membuat petunjuk teknis penyelenggaraan sentralisasi obat.
63
Pengelolaan sentralisasi yang optimal merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Pelaksanaan sentralisasi obat di Ruang Rosella II RS. Dr. Soetomo, obat oral dan obat injeksi sudah dilakukan system sentralisasi obat dengan program yang disebut UDD (Unit Dose Dispensing). Alur sentralisasi obat yaitu obat diresepkan oleh dokter kemudian diserahkan kepada keluarga untuk mengambil resep di depo farmasi. Setelah itu resep obat diserahkan ke perawat dalam kemasan per dosis pemberian dengan tanda bukti lembar serah terima obat tetapi belum ada informed consent tentang sentralisasi obat dari farmasi ke klien. Terdapat format pencatatan jenis obat, jadwal pemberian, nama perawat yang bertugas memberikan obat. Jumlah obat oral dan injeksi yang diberikan adalah dosis obat untuk dua atau tiga kali pemberian dalam sehari sesuai kebutuhan klien. B. Masalah Pelaksanaan sentralisasi obat belum maksimal karena pemberian sering tidak sesuai dengan jadwal. C. Tujuan a) Tujuan Umum Mahasiswa dapat mengaplikasikan peran perawat primer dalam pengelolaan sentralisasi obat dan mendokumentasikan hasil b) Tujuan Khusus 1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang sentralisasi obat. 2. Mampu mengelola obat pasien 3. Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi 4. Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga dalam pengelolaan sentralisasi obat. D. Target 1. Pelaksanaan pemberian obat tepat waktu sesuai anjuran 2. Dokumentasi sentralisasi obat dapat terlaksana dengan optimal E. Evaluasi a) Struktur 1. Menyusun teknik sentralisasi obat pasien baru bersama-sama dengan staf keperawatan Ruang Rosella II RS. Dr. Soetomo 2. Persiapan format pemberian obat dengan tanda tangan klien atau keluarga sebagai penerima obat b) Proses 1. Melakukan sentralisasi obat dengan mengisi buku serah terima, lembar serah terima, dan surat persetujuan sentralisasi obat untuk pasien atau keluarga pasien
64
2. Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan alur yang telah ditentukan F. Program Kerja a. Rencana strategis 1. Menyusun proposal sentralisasi obat 2. Menyusun informed consent pengelolaan sentralisasi obat 3. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah koordinator ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk. 4. Menyusun lembar medication chart 5. Melaksanakan sentralisasi obat pasien bekerjasama dengan perawat, dokter, dan farmasi. 6. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan sentralisasi obat b. Pengorganisasian 1. Penanggungjawab : Elisa Maria Wahyuni, S.Kep 2. Tanggal : 4 Maret – 30 Maret 2019 3.2.4 Supervisi Keperawatan A. Latar Belakang Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri keperawatan profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga lain dengan memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lingkungan wewenang dan lingkungan tanggungjawabnya (Suyanto, 2008). Supervisi merupakan salah satu bentuk kegiatan dari manajemen keperawatan dan merupakan cara yang tepat untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan (Nursalam, 2015). Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor mencakup pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar klien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat (Depkes,2008). Kunci sukses supervise yaitu (3F) Fai, , dan Follow Up. Supervisi merupakan ujung tombak tercapainya tujuan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Berdasarkan pengkajian yang kami lakukan pada tanggal 4-5 Maret 2019, pelaksanaan supervisi di ruang Rosella II meliputi supervisi terjadwal dan yang tidak terjadwal, supervisi yang terjadwal dilakukan secara periodik sesuai kebutuhan dan dilakukan oleh kepala irna bedah untuk menilai kinerja perawat secara umum. Supervisi yang dilakukan kepala ruang tidak terjadwal untuk menilai kinerja perawat saat melakukan tindakan keperawatan apakah sudah sesuai dengan SPO yang ada. Supervisi dilakukan lebih detail pada masing-masing perawat. Tidak terdapat format penilaian yang baku, terstruktur, dan dokumentasi supervisi.
65
B. Masalah Belum ada pendokumentasian supervisi di ruang Rosella II. C. Tujuan 1) Tujuan umum Setelah dilaksanakan Praktik Manajemen Keperawatan, diharapkan Ruang Rosella II RSUD Dr.Soetomo Surabaya mampu melakukan pendokumentasian supervisi dengan baik. 2) Tujuan khusus (4) Merencanakan perencanaan Supervisi dan bekerja sama dengan perawat (5) Mendokumentasikan hasil supervisi. (6) Mengevaluasi hasil pelaksanaan supervisi. (7) Memberikan reinforcement dan follow up untuk perbaikan. D. Target Supervisi dapat terdokumentasi dengan baik di ruang Rosella II RSUD Dr.Soetomo. Supervisi yang dilakukan dapat meningkatkan pelayanan keperawatan terhadap klien. E. Evaluasi 1) Struktur (1) Menentukan penanggung jawab supervisi. (2) Menyusun pelaksanaan supervisi bersama-sama dengan staf keperawatan Ruang Rosella II RSUD Dr.Soetomo (3) Persiapan kegiatan Prasupervisi, supervisi dan pasca supervisi. 2) Proses (1) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan dilakukan, tujuan dan cara penilaian. (2) Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan instrumen/alat ukur yang ditentukan (3) Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi permasalahan. (4) Pelaksanaan supervise dengan inspeksi, wawancara dan memvalidasi data sekunder. (5) Supervisior memberikan penilaian supervisi. (6) Supervisior memberikan dan klarifikasi sesuai hasil laporan supervisi. (7) Supervisior mengklasifikasi permasalahan yang ada. (8) Supervisior memberikan reinforcement dan follow up perbaikan. 3) Hasil (1) Perawat mampu melakukan kegiatan supervisi. (2) Supervisor mampu menilai kerja perawat secaraobjektif (3) Supervisor mampu memberi penilaian, dan follow up. (4) Perawat primer dan pelaksana mampu member klarifikasi terhadap tindakan yang dilakukan. (5) Meningkatkan koordinasi antara perawat pelaksana dan perawat primer selaku penanggungjawab klien.
66
(6) Adanya kegiatan supervisi secara berkesinambungan. (7) Meningkatkan kompetensi perawat. (8) Supervisi terdokumentasi dengan baik. F. Program Kerja 6) Rencana Strategis (4) Merencanakan supervisi yang dilakukan sesuai dengan struktur organisasi dan diuraikan dengan jelas, terorganisir, serta dinyatakan melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas dan standar. (5) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar management, ketrampilan hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan. (6) Menentukan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik dalam melaksanakan supervisi. (7) Menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreativitas dan motivasi. (8) Melaksanakan supervise sesuai dengan perencanaan. (9) Melakukan penilaian, dan follow up setelah supervisi. (10) Mendokumentasikan hasil supervisi dengan baik. 7) Pengorganisasian (1) Penanggung Jawab : Annisa Mufidah, S.Kep (2) Waktu : Tanggal 11-25 Maret 2019 (3) Role Play : 27 Maret 2019 3.2.5 Timbang Terima A. Latar Belakang Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien . timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat jelas dan komplit tentang tindakan mandiri perawat, tindkan kolaboratif yang sudah dilakukan belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna timbang terima dilakukan oleh perawat primer ke perawat penanggung jawab dinas sore atau dinas malam secara tulisan dan lisan. Timbang terima di ruang Rosella 2 RSUD Dr. Soetomo saat ini untuk shift malam ke shift pagi telah dilaksanakan. Sementara itu shif t pagi ke shift siang dan shift sore ke malam timbang terima dilakukan hanya sebatas laporan jaga saja sambil berkeliling ke pasien. Kegiatan timbang terima dilakukan jika terdapat semua perawat berkumpul terutama saat pagi dipimpin oleh karu. Perawat pada shift malam melpaorkan pasien yang
67
menjadi tanggung jawabnya kepada shif pagi disertai pencatatan di buku operan. Setelah selesai, perawat langsung kembali ke pasien dan melaksdewasaan tugasnya, tidak ada evaluasi kembali. Timbang terima perlu terus ditingkatkan baik teknik maupun alurnya. Hal ini dilakukan untuk perbaikan pada masa yang akan datang sehingga timbang terima menjadi bagian penting dalam menggali permasalahan pasien sehari-hari. B. Masalah Timbang terima sudah dilakukan tetapi belum optimal. 1) Materi timbang teima tidak berfokus pada masalah keperawatan hanya menyebutkan nama, diagnosis medis, tindakan yang telah dan akan dilakukan. 2) Alur dan proses timbang terima sudah sesuai dengan prosedur. 3) Timbang terima sudah dilakukan dengan baik (PP melaporkan identitas pasien, keluhan utama, DS, DO, MK, dan intervensi), tetapi diagnosa yang digunakan belum standart yang digunakan saat ini, intervensi masih besifat umum tidak berdasarkan MK dan evaluasi tidak lengkap sehingga pelaksanaan timbang terima masih belum sepenuhya optimal, khususnya dari shift sore ke malam. C. Tujuan 1. Tujuan umum Menjaga kesinambungan informasi mengenai keadaan klien dapat dipertahankan pada setiap shift. 2. Tujuan khusus a. Mengoptimalkan timbang terima setiap shift b. Menyusun protap timbang terima c. Menyampaikan kondisi dan keadaan klien (data fokus). d. Menyampaikan hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan keperawatan kepada klien. e. Menyampaikan hal-hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawt shif berikutnya. f. Menyusun rencana kerja sesuai MK untuk shif berikutnya. g. Mendokumentasikan evaluasi secara lengkap. D. Manfaat 1. Bagi perawat Beberapa manfaat timbang terima bagi perawat, yaitu: a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat, atau tenaga kesehatan lainnya. b. Mejalin hubungan kerjasama dan meningkatkan rasa tanggung jawab antar perawat, atau tenaga kesehatan lainnya.
68
c. Pelaksanaan tibang terima lebih efisien dengan standar waktu proses timbang terima d. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara menyeluruh e. Tidak terjadi kekeliruan dalam pemberian tindakan keperawatan. 2. Bagi klien Manfaat timbang terima bagi klien, yaitu: a. Klien dapat menyampaikan keluhan secara langsung bila ada yang belum disampaikan sebelumnya. b. Klien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal c. Klien merasa aman karena meningkatnya kepercayaan terhadap kinerja perawat 3. Bagi rumah sakit Manfaat timbang terima bagi rumah sakit adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara menyeluruh. b. Meningkatkan mutu pelayanan Rumah sakit. c. Meningkatkan kepercayaan klien terhadap pelayanan rumah sakit. E. Target Timbang terima dapat berjalan lebih optimal, adanya protap timbang terima, menyusun intervensi sesuai MK, mengevaluasi secara lengkap, dengan perbaikan format content yang disampaikan dan mempertahankan alur serta proses timbang terima yang telah baik dalam pelaksanaannya.
F. Alur Timbang Terima Persiapan: Ruang timbang terima, rekam medis pasien, buku timbang terima,worksheet, kedua kelompok dinas
Karu: Membuka acara timbang terima diawali dengan berdoa
Pelaksanaan
Perawat primer : 1. Menyampaikan kondisi umum pasien (M1-M5) Diskusi dan klarifikasi dari hasil validasi yang Karu memperkenalkan perawat yang bertugas PPsudah dan PA Klasifikasi pasien Karu menutup timbang terima 2. Menyampaikan lapoan pasien (SBAR) dilakukan memvalidasi kondisi pasien
69
Validasi ke bed pasien
Gambar 3.3 Alur Timbang Terima G. Evaluasi a. Struktur 1. Menentukan penanggung jawab timbang terima 2. menyusun teknik timbang terima bersama dengan staf keperawatan 3. Menentukan materi timbang terima 4. Menyiapkan rekam medis pasien yang akan digunakan dalam timbang terima. 5. Mempersiapkan buku laporan. b. Proses 1. Melakukan timbang terima bersama dengan kepala ruangan dan staf keperawatan pada setiap pergantian shift 2. Timbang terima dipimpin oleh Primary Nurse 3. Timbang terima diikuti oleh perawat, , mahasiswa yang berdinas dan yang akan dinas. 4. Timbang terima dilaksdewasaan dirung perawat dengan pelaporan iap pasien maksimal 3 menit. 5. Menjelaskan masalah yang berfokus pada masalah keperawatan c. Hasil
70
1. Perawat mampu melakukan timbang terima sesuai dengan konsep SBAR 2. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna 3. Dapat meningkatkan kemampuan yang bertanggung jawab antar perawat 4. Menjalin hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar perawat 5. Pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan berkesinambungan. H. Program kerja 1) Rencana strategis a. Menentukan penanggung jawab timbang terima b. Menyusun format/protap timbang terima serta petunjuk teknis pengisianya c. Menyisipkan kasus kelolaan yang akan digunakan untuk timbang terima. d. Mengatur jadwal pelaksanaan timbang terima e. Timbang terima dapat dilakukan secara atau tertulis. f. Melaksdewasaan timbang terima bersama dengan ketua tim dan staf keperawatan. g. Dilaksdewasaan pada setiap pergantian shift h. Dipimpin oleh kepala ruangan untuk timbang terima pagi, dipimpin oleh penanggung jawab shif untuk siang dan malam. i. Diikuti perawat, mahasiswa yang berdinas atau yang atau berdinas. j. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, atau menggambarkan kondisi saat ini dengan tetap menjaga kerahasiaan klien. k. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan kklien, rencana indakan dan perkembangan kesehatan klien pada konsep SBAR. l. Perawat, mahasiswa yang berdinas atau yang akan berdinas melakukan validasi ke klien. m. Berdiskusi dan mendokumentasikan hasil timbang terima klien. 2) Pengorganisasian a. Penanggung jawab : Indah Febriana., S.Kep b. Waktu : 13-24 Maret 2019 3.2.6 Ronde Keperawatan A. Latar Belakang Dalam pelaksanaan manajemen terdapat model asuhan keperawatan profesional (MAKP) yang didalamnya terdapat kegiatan ronde keperawatan. Ronde keperawatan merupakan suatu metode dalam pelayanan keperawatan yang berguna untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien dan
71
memberikan masukan kepada perawat tentang asuhan keperawatan yang dilakukan. Aitken et al (2010) menyatakan ronde keperawatan merupakan strategi yang efektif dalam memulai banyak perubahan dalam aspek perawatan, terutama meningkatkan komunikasi di antara anggota tim terkait interaksi antar perawat. Ronde Keperawatan adalah suatu sarana bagi perawat untuk membahas masalah keperawatan dengan melibatkan klien dan selururh tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, rehabilitasi medik). Selain dapat menyelesaikan masalah keperawatan pasien, ronde keperawatan jugamerupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan tertatih melalui transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori secara langsung pada kasus yang nyata. Dengan dilakukannya ronde keperawatan yang berkelanjutan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perawat ruangan untuk lebih berfikir secara kritis dalam peningkatan perawatan secaa professional. Adanya pelaksanaan ronde keperawatan ini, juga akan memperlihatkan kemampuan perawat dalam melaksdewasaan kerja sama dengan tim kesehatan yang lain guna untuk mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada klien (Nursalam, 2012). Ronde keperawatan juga berguna dalam pengembangan praktik klinis, evidence based care, dan pemahaman pasien terhadap kondisi yang mereka alami (Close & Castatldine 2005). Berdasarkan hasil wawancara perawat mengatakan bahwa ronde keperawatan sudah pernah dilaksanakan 1 kali. Jika terdapat pasien dengan masalah penyakit yang tak kunjug mengarah ke perbaikan, perawat sering melakukan diskusi secara informal dengan profesi lain seperti dokter, farmasi dan ahli gizi tanpa melibatkan keluarga. Pelaksanaan ini sejenis ronde keperawatan, dengan membahas usaha kolaborasi antara perawat dengan profesi lain untuk menangani kasus tersebut, namun tidak dilakukan secara formal dikarenakan belum dibentuknya sistem yang jelas untuk pelaksaaan ronde keperawatan. Ronde keperawatan di Ruang Rosella 2 dilaksanakan satu kali selama satu tahun. Terakhir dilaksanakan ronde keperawatan yaitu pada bulan November 2018 di Ruang Rosella 2. Pasien atau keluarga pasien hanya sebagian kecil yang berdasarkan pertimbangan tersebut maka kami mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga program A14 akan mengadakan kegiatan ronde keperawatan Ruang Rosella 2 RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama Praktik Profesi Manajemen Keperawatan diruang Rosella 2. B. Masalah Pelaksanaan ronde keperawatan belum dilaksanakan secara periodik. C. Tujuan
72
a. Tujuan umum Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui ronde keperawatan. b. Tujuan khusus 1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis 2) Meningkatkan kemampuan validasi data klien 3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan 4) Meningkatkan kemampuan memodifikasi intervensi 5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah klien. 6) Meningkatkan kemampuan justifikasi 7) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
D. Target Ronde keperawatan dapat berjalan dengan baik 1. Alur Keperawatan
Pelaksanaan
Ronde
73
Gambar 3.4 Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan E. Evaluasi a. Struktur 1) Menentukan tim ronde keperawatan 2) Menyusun teknik ronde keperawatan 3) Menyusun proposal resume pasien b. Proses 1) Membuka kegiatan ronde keperawatan 2) Menyampaikan resume pasien 3) Melakukan validasi ke pasien 4) Melakukan diskusi dengan dokter, ahli gizi, dan perawat konselor 5) Memberikan promosi/sosialisasi kepada pasien atau keluarga 6) Memberikan rekomendasi dan saran
74
c. 1) 2) 3) 4)
Hasil Menimbulkan cara berpikir kritis dan sistematis Meningkatkan kemampuan validasi data klien Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan Meningkatkan kemampuan untuk dapat memodifikasi rencana keperawatan. 5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah klien. 6) Meningkatkan kemampuan justifikasi 7) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
F. Program Kerja a. Rencana strategis 1) Menentukan penanggun jawab ronde keperawatan 2) Menentukan pembentukan tim ronde keperawatan 3) Melaksdewasaan sosialisasi kepada perawat terutama tim ronde keperawatan. 4) Melaksdewasaan sosialisasi kepada pasien atau keluarga pasien tentang proses ronde keperawatan. 5) Menentukan peserta ronde keperawatan dan memberikan informed consent pada pasien atau keluarga pasien. 6) Menentukan jadwal pelaksanaan ronde keperawatan 7) Melaksanakan penerimaan ronde keperawatan b. Pengorganisasian 1) Penanggung jawab : Alfiani Trinngsih, S.Kep 2) Waktu : Tanggal 20-22 Maret 2019 3.2.7 Discharge Planning 3.2.8 Dokumentasi Keperawatan A. Latar Belakang Dokumentasi keperawatan merupakan dokumen otentik dalam pencatatan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam melaksanakan manajemen asuhan keperawatan profesional. Komponen penting dalam pendokumentasian adalah komunikasi, proses keperawatan, serta standar asuhan keperawatan. Efektivitas dan efisiensi dalam pengumpulan informasi yang relevan dapat meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan (Nursalam, 2014). Komponen penting dalam pendokumentasian adalah komunikasi, proses keperawatan, serta standar asuhan keperawatan. Efektivitas dan efisiensi dalam pengumpulan informasi yang relevan dapat meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan. Data keperawatan yang terdapat dalam catatan tersebut merefleksikan standar asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien. Dokumentasi keperawatan merupakan media komunikasi antarprofesi yang terlibat dalam merawat klien. Melalui catatan integrasi antarprofesi saling berkomunikasi.
75
Dokumentasi keperawatan mempunyai beberapa peran sebagai alat komunikasi multidimensional yaitu pada tingkat sistem kesehatan, dokumentasi keperawatan sebagai praktik kompetensi perawat dan akuntabilitas perawat yang menginformasikan dan menjaga regulasi standar praktik dalam melawan hukum serta dokumentasi keperawatan sebagai standar dokumentasi keperawatan yang memfasilitasi standar komunikasi atau bahasa klinik, menginformasikan health human resource strategy melawan hukum dan menginformasikan koordinasi perawatan yang berkelanjutan. Pada tingkat departemen organisasi, dokuentasi keperawatan dapat memfasilitasi standar komunikasi antar tim profesional. Dokumentasi juga dapat menjadi media koordinasi perawatan melintasi intra dan inter disiplin tim. Pada taraf klien maka standar dokumentasi dapat menyampaikan secara jelas tentang riwayat klien. Dokumentasi keperawatan juga dapat sebagai tanggung gugat perawat (nursing ability) untuk melindungi klien (Hannah, et al, 2015). Perawat memiliki kontribusi penting terhadap catatan klinis dan keperawatan klien. Dokumentasi keperawatan harus objektif dan yang dapat merefleksikan kondisi klien serta apa yang terjadi pada klien secara akurat. Apabila terdapat tuntutan legal, maka catatan keperawatan dapat menunjukkan alasan yang bijaksana serta dapat dipetakan kenapa melakukan tindakan tersebut (Moyet, 2009). Pada hasil pengkajian yang telah dilakukan ditemukan beberapa permasalahan dalam aspek pendokumentasian antara lain penulisan laporan sebanyak dua kali yaitu pada buku laporan timbang terima dan Rekam Medis pasien sehingga menambah beban kerja dan menyita banyak waktu perawat seiring dengan kurangnya Sumber Daya Manusia yang ada sehingga menyebabkan kurang lengkapnya pengisian pada beberapa Rekam Medis. Dokumentasi merupakan aspek legal dari tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien. Aspek legal tersebut berfungsi sebagai tanggungjawab dan tanggung gugat terhadap tuntutan hukum. Pada era yang semakin maju seperti saat ini, masyarakat semakin terbuka informasi hukum. Hal ini menunjukkan bahwa semakin membuka peluang adanya tuntutan hukum terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan. Bukti legal dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan salah satunya adalah dengan dokumentasi keperawatan. Salah satu solusi yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut yaitu perlu diterapkan standar dokumentasi keperawatan yang telah tersedia agar dapat digunakan sebagai bukti legal serta media pembelajaran bagi mahasiswa yang melakukan praktik profesi. Kelengkapan dokumentasi keperawatan sebagai cerminan bahwa asuhan keperawatan yang diberikan mempunyai efektifitas dan efisiensi. Di Ruang Rosella 2, menggunakan sistem SOR (Source Oriented Record) yaitu suatu sistem pendokumentasian yang berorientasi dari
76
berbagai sumber tenaga kesehatan, misalnya dari dokter, perawat, ahli gizi dan lain-lain. Berdasarkan hasil observasi terhadap seluruh status klien yang ada didapatkan: a. Pendokumentasian dilakukan satu kali pada setiap shift dan pendokumentasian mencakup asuhan keperawatan mulai dari keluhan utama, data subyektif, data obyektif dan tindakan keperawatan b. Pendokumentasian perawat pada daftar tersendiri yang terdiri dari lembar penerimaan klien baru, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan implementasi serta format pembagian obat. B. Masalah Pelaksanaan dokumentasi menambah beban kerja perawat sehingga pendokumentasian kurang maksimal seperti tidak terisinya dokumentasi keperawatan secara lengkap. C. Tujuan a. Tujuan umum Setelah dilakukan praktik manajemen, dokumentasi keperawatan dapat dilakukan penerapannya dengan benar dan lengkap. b. Tujuan khusus 1) Mendokumentasikan proses asuhan keperawatan secara lengkap 2) Mendokumentasikan proses pengkajian keperawatan 3) Mendokumentasikan diagnosis keperawatan 4) Mendokumentasikan pelaksanaan keperawatan 5) Mendokumentasikan evaluasi keperawatan 6) Mendokumentasikan pengelolaan logistik dan obat 7) Mendokumentasikan HE (health education) melalui kegiatan perencanaan pulang. 8) Mendokumentasikan timbang terima 9) Mendokumentasikan pengkajian yang berkaitan dengan lembar pengkajian asesmen awal, tanda tangan perpindahan pasien, SBAR antar shift yang kurang lengkap dan SOAP yang belum terselesaikan. D. Target Dokumentasi keperawatan dilakukan dengan benar, lengkap, dan teratur. E. Alur discharge planning
77
Gambar. 3.5 Alur discharge planning F. Evaluasi a. Struktur Menyiapkan dokumentasi klien dalam satu paket yang lengkap b. Proses 1) Dokumentasi klien dilakukan secara bertahap sesaat setelah melakukan tindakan keperawatan. 2) Melakukan dokuementasi keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan secara jelas. c. Hasil Mahasiswa dan perawat dapat melakukan dokumentasi keperawatan pada dokumen klien lengkap. G. Program Kerja a. Rencana Strategi 1) Menyusun format pengkajian untuk kelompok mahasiswa yang nantinya akan menjadi media dokumentasi perawatan klien kelolaan 2) Melakukan pendokumentasian bersama dengan perawat ruangan. 3) Melakukan pendokumentasian secara lengkap dan akurat dalam dokumentasi keperawatan mahasiswa terhadap klien kelolaan. 4) Melakukan pendokumentasian dengan menerapkan Standard Nursing Language (SNL).
78
3.3 Plan Of Action Tabel 3.1 Plan Of Action M1-M5 No. 1
Problem M1 – MAN a) Sebagian besar perawat masih berlatar belakang pendidikan DIII
Tujuan
Kegiatan
Mengoptimalkan kinerja sumber daya yang telah ada sehingga mampu memberikan asuhan keperawatan yang bermutu pada pasien
(1) Saling bertukar informasi antar perawat di ruangan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. (2) Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman perawat dengan praktik MAKP (3) Mendukung adanya pelatihan dan seminar bagi perawat
Indikator Keberhasilan 1. Keahlian dan kemampuan perawat meningkat, dibuktikan dengan kinerja dan pelayanan yang baik. 2. Kebutuhan dasar pasien terpenuhi 3. Pasien menyatakan kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat 4. Terjalin kerjasama yang baik antar perawat ruangan
Waktu
Penangung jawab Febriana Permatasari, S.Kep
No.
Problem
Tujuan
Kegiatan
Indikator Keberhasilan
Waktu
Penangung jawab
2. 2.
M3 – METHOD 1. MAKP Terlaksana MAKP Pelaksanaan primer di ruangan MAKP primer modifikasi sudah efektif namun terkadang mengalami kendala.
2.Penerimaan pasien baru Penerimaan pasien baru sudah berjalan namun masih ada beberapa kendala seperti kurangnya waktu untuk mengorientasi ruangan dan
Mengaplikasikan MAKP primer sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat
1. Penerapan MAKP berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. 2.Komponenkomponen MAKP terlaksana optimal 3.Perawat mampu menerapkan MAKP primer sesuai dengan job description Mengaplikasikan 1. Membuat meja khusus 1. Terdapatnya poin peran perawat penerimaan pasien baru hak dan kewajiban dalam penerimaan 2. Menerapkan oreintasi pasien pasien baru ruangan oleh petugas pada pasien dan keluarga pasien 3. Mendiskusikan point hak dan kewajiban pasien 4. Melakukan uji coba (trial) point hak dan kewajiban pasien.
Minggu kedua sampai ketiga
Emha Rafi Pratama,S.Kep
Minggu ke-2
Febriana Permitasari,S.Kep
79
No.
Problem
Tujuan
Kegiatan
Indikator Keberhasilan
Waktu
Penangung jawab
segala tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga
3. Timbang Pelaksanaan Terima timbang terima Pelaksanaan harus sesuai SOP timbang terima masih belum oprtimal , khususnya dari shift sore ke malam
1. Timbang terima dilakukan secara efektif dan sesuai pada fokus diagnosa keperawatan baik pada shift pagi, siang dan malam 2. Melakukan diskusi setlah validasi dari bed pasien
Menjelaskan masalah Minggu ke-2 yang terfokus pada Miggu ke-3 masalah keperawatan.
Indah Febriana,S.Kep
80
No.
Problem
Tujuan
Kegiatan
4. Supervisi Keperawatan Belum adanya perencanaan yang jelas tentang rutinitas supervisi
Supervisi dapat dilakukan sesuai jadwal dan perencanaan yang jelas
5. Discharge Planning Terbatasnya pengadaan leaflet untuk dibawa pulang pasien
Discharge Planning dapat dilakukan sesuai dengan standar (waktu pemberian discharge planning) dan meningkatkan pendidikan kesehatan (rencana pulang) saat pasien akan pulang.
1. Mengusulkan pembuatan SOP dan format penilaian supervisi. 2. Mengusulkan diadakannya supervisi keperawatan secara terjadwal. 1.Mengusulkan pembuatan leaflet tentang penyakit dan penatalaksanaannya dan perawatan mandiri baik di RS maupun di rumah
Indikator Penangung Waktu Keberhasilan jawab 1. Terlaksananya Dilakukan Annisa Supervisi sesuai jadwal Mufida,S.Kep keperawatan yang dilakukan oleh perawat di ruang Rosella II
1. Terdapat media Minggu ke-2 tentang penyakit dan Miggu ke-3 perawatan mandiri pasien saat discharge planning
Diana Nurani,S.Kep
2. Pasien dan keluarga pasien mengerti dan memahami penjelasan tentang penyakitnya
81
No.
Problem
Tujuan
6. Sentralisasi Obat 1) Farmasi ruangan tidak shift 24 jam 2) Pelaksanaan sentralisasi obat belum maksimal karena terkadang obat yang diresepkan oleh dokter tidak ada sehingga pada Rekam Pemberian Obat ditulis TA (Tidak Ada)
Mengupayakan tidak akan terjadi kekosongan obat bagi pasien dan menambah koordinasi dengan farmasi dan petugas kesehatan yang lain
Indikator Waktu Keberhasilan 1. Melakukan diskusi 1. Obat untuk pasien Minggu ke-2 antara perawat dan tersedia dan Miggu ke-3 petugas farmasi dalam terpenuhinya sentralisasi obat dokumentasi pada Rekam Pemberian Obat pasien Kegiatan
Penangung jawab Elisa Maria Wahyuni,S.Kep
82
No.
Problem
Tujuan
7.Dokumentasi Keperawatan Pelaksanaan pendokumentasian terkadang kurang lengkap karena keterbatasan waktu dan menambah beban perawat dalam melakukan dokumentasi
Mengupayakan dokumentasi dapat berjalan sesuai standar dan tidak menambah beban kerja perawat
Indikator Keberhasilan 1.Mendiskusikan format Kelengkapan pengkajian dan evaluasi terevaluasi pendokumentasian sesuai dengan baik, dengan kasus di ruangan dokumentasi terisi 2.Menyiapkan lengkap. format/pendokumentasian keperawatan 3.Melaksanakan pendokumentasian bersama dengan perawat ruangan. Kegiatan
Waktu Minggu kedua sampai minggu keempat
Penangung jawab Eva Dwi Agustin, S.Kep
83
No.
Problem 8. Ronde Keperawatan Ronde keperawatan adalah kegiatan yang belum dilaksanakan secara teratur karena memerlukan dana cukup dan penjadwalan dari berbagai bidang profesi
5
M5 – MUTU 2) Pengetahuan klien dan keluarga masih kurang mengenai cara cuci tangan yang benar, kapan harus
Tujuan Perawat mampu menyelesaikan masalah pasien melalui ronde keperawatan
Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan, diharapkan mahasiswa Profesi Manajemen di
Indikator Keberhasilan 1. Mendiskusikan SOP Terdapat standar dan format ronde operasional dan keperawatan format ronde 2. Mengusulkan SOP dan keperawatan format ronde keperawatan 3. Uji coba SOP dan format ronde keperawatan 4. Mengusulkan diadakannya ronde keperawatan. Kegiatan
Mengajak seluruh klien dan keluarga untuk cuci tangan bersama setiap pagi serta membuat poster 6 langkah cuci tangan yang benar
Seluruh klien dan keluarga memahami dan menjalankan 6 langkah cuci tangan sesuai SOP cuci tangan
Waktu Insidental (bila ditemukan kasus yang memenuhi kriteria diadakannya ronde keperawatan)
Minggu ke-2
Penangung jawab Alfiani Triningsih,S.Kep
Desy Igacarryna, S.Kep
84
No.
Problem
Tujuan
cuci tangan, dan penggunaan sabun serta handscrub
Ruang Rosella II RSUD Dr Soetomo mampu meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga klien mengenai cuci tangan dengan benar Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan, diharapkan mahasiswa Profesi Manajemen di Ruang Rosella 2 RSUD Dr Soetomo mampu mengidentifikasi pasien dengan resiko jatuh serta memberikan tanda
.
3) Terdapat pasien yang beresiko jatuh tidak terpasang gelang dan tanda resiko jatuh
Kegiatan
Indikator Keberhasilan
Melakukan pengecekan gelang dan tanda resiko jatuh pada pasien dengan resiko jatuh
Pasien yang beresiko jatuh terpasang gelang dan penanda resiko jatuh
Waktu
Minggu ke-2
Penangung jawab
Alfiani Triningsih, S.Kep
85
No.
Problem
Tujuan
Kegiatan
Indikator Keberhasilan
Waktu
Penangung jawab
pada pasien resiko jatuh
4) Tidak ada indikator untuk mengukur kepuasan klien serta tidak ada tempat untuk menampung saran dan kritik dari klien
Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan, klien di Ruang Rosella 2 RSUD Dr Soetomo dapat memberikan saran dan kepuasan kepada ruangan guna meningkatkan mutu pelayanan di ruang Rosella 2 RSUD Dr. Soetomo
Sosialisasi serta mengadakan kotak saran dan kepuasan yang diisi oleh klien yang akan pulang
Ruangan mendapat saran dan kepuasan dari klien
Minggu ke-3
Elisa Maria Wahyuni, S.Kep
86
87
DAFTAR PUSTAKA Close, A & Castledine, G. 2005. Clinical Rounds Part 2: Nurse Management Rounds, British Journal of Nursing. Vol 4, no.15, hal 816-817 Depkes RI. 2008. Modul Manajemen dan Pemberian Asuhan Keperawatan di Unit Ruang Rawat Rumah Sakit. Bandung: Depkes Gillies. 1989. Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem. Alih bahasa: Dika Sukmana. Jakarta: EGC Gillies . 2014. Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik keperawatan professional. edisi 4. Jakarta: Salemba Medika. Hannah, K.J. 2015. Standarizing Nursing Information in Canada for Conclusion in Electronic Health Record:C-HOBIC. Journal of The American Medical Informatic Keperawatan Profesional. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika Nursalam, dan Ferry Efendi. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Nursalam, 2013. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: salemba Medika Potter & Perry . 2005. Buku ajar fundamental keperawatan, volume 1 edisi 4. Jakarta: EGC. Profil Ruang Rosella II RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2017. Siregar, Charles J.P. 2004. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Jakarta: EGC Suarli, YB. 2009. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Jakarta : EGC Suyanto. 2008. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta : Mitra Cendika Press Widi,dkk. 2013. Laporan Akhir Manajemen Keperawatan Program Pendidikan Profesi Ners Mahasiswa S1 Keperawatan. Universitas Airlangga Surabaya.
88
Lampiran. 1 Daftar dinas mahasiswa profesi management DAFTAR DINAS MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN 2014 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PERIODE 4 – 30 MARET 2019
Alfiani
4 P
5 P
6 P
7 P
8 L
Tanggal (Maret 2019) 9 10 11 12 P P P P
Annisa
P
P
P
P
L
P
P
P
M
M
L
S
S
P
Aviati
P
P
L
P
P
P
P
P
M
M
L
S
S
P
Desy
P
P
P
P
P
L
P
P
P
P
S
P
P
P
Diana
P
P
P
L
P
P
P
P
S
P
M
M
L
S
Elisa
P
P
P
L
P
P
P
P
S
P
M
M
L
S
Emha
P
P
P
P
P
P
L
P
S
S
P
P
P
P
Eva
P
P
P
P
P
P
L
P
P
P
S
S
P
P
Febriana
P
P
P
P
P
L
P
P
P
S
P
P
P
S
Indah
P
P
P
P
P
P
L
P
S
S
P
P
M
M
Kiki
P
P
L
P
P
P
P
P
P
M
M
L
S
S
Nama
13 P
14 P
15 P
16 M
17 M
Nama
Tanggal (Maret 2019) 23 24 25 S S P
Alfiani
18 L
19 S
20 S
21 P
22 S
26 P
27 P
28 P
29 P
30 L
Annisa
P
S
S
P
P
S
P
P
P
P
P
P
L
Aviati
S
P
P
P
P
S
S
P
P
P
P
P
L
Desy
P
P
M
M
L
S
S
P
P
P
P
P
L
Diana
S
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
L
Elisa
S
S
P
P
P
P
S
P
P
P
P
P
L
Emha
M
M
L
S
S
P
P
P
P
P
P
P
L
Eva
M
M
L
S
S
P
P
P
P
P
P
P
L
Febrian a
P
P
M
M
L
S
S
P
P
P
P
P
L
Indah
L
S
S
S
P
P
P
P
P
P
P
P
L
Kiki
P
P
P
S
S
P
P
P
P
P
P
P
L
89
Lampiran 2. Gannt chart profesi management Minggu/ tanggal No. Kegiatan
Minggu 1 4 5 6 7 8 9 10 11
1.
Pembuatan Organisasi Kelompok
2.
Orientasi ruangan dan perkenalan
3.
Analisa situasi ruangan
4.
Pembuatan jadwal kegiatan
5.
Focus group discussion (FGD)
6.
Persiapan desiminasi
Minggu 2 12 13
14 15
Minggu 3 16 17 18 19
20
21
Minggu 4
Pj kegiatan
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
90
awal 7.
Desiminasi awal
8.
Uji coba peran
9.
Perencanaan sistem dok keperawatan
10.
Aplikasi MAKP
Emha S.Kep
11.
Pelaksanaan dokumentasi keperawatan
Eva DwiS.Kep
12.
Pelaksanaan penerimaan pasien baru
RP
FebrianaS.Kep
13.
Pelaksanaan sentralisasi obat
RP
Elisa S.Kep
14.
Pelaksanaan supervise
15.
Pelaksanaan timbang
RP RP
Annisa M. S.Kep Indah F. S.Kep
91
terima 16.
Pelaksanaan ronde keperawatan
17.
Pelaksanaan discharge planning
18.
Ujian
19.
Persiapan desiminasi akhir
20.
Pelaksanaan seminar desiminasi akhir
21.
Penyusunan laporan
RP
Alfiani T. S.Kep
RP
Pulta
Desiminasi awal/akhir
Diana N. S.Kep
Dokumentasi keperawatan
92
FGD
Libur
Penerimaan pasien baru
Persiapan desiminasi awal/akhir
MAKP
Sentralisasi Obat
Supervisi
Timbang terima
Ronde keperawatan
Discharge planning
Ujian
Penyusunan laporan
93