Di tempat tinggal saya, baik di Banyumas maupun di Yogyakarta sekarang, banyak dijumpai ketupat. Ketupat sudah menjadi makanan khas di tanah air. Ketupat biasa dihidangkan sebagai pengganti nasi pada makanan soto, pecel atau makanan lainnya. Ketupat juga biasa disajikan sebagai makanan pada waktu-waktu tertentu seperti pada hari raya Idul Fitri.
Ketupat dari daun kelapa Ketupat ini dapat berfungsi sebagai pengganti nasi putih biasa. Ketupat merupakan olahan dari beras yang dimasak dengan jalan direbus, tetapi berasnya dimasukkan pada wadah selongsong terbuat dari anyaman daun kelapa. Butiran beras akan menyerap air dan selanjutnya ukuran butiran akan membesar sehingga memenuhi ruang selongsong yang tersedia. Pada satu selongsong ketupat biasa diisi dengan beras sekitar seperempat volume ukuran yang ada dan jangan terlalu banyak. Proses perebusan ketupat ini biasanya memakan waktu lama hampir tiga kali lipat yang diperlukan untuk menanak nasi biasa. Hal ini karena diperlukan proses pemasakan butiran beras supaya lunak dan bersifat lengket, yang selanjutnya dapat menyatu antar partikel beras. Kalau pada proses pembuatan bubur, butiran beras juga menggunakan air yang cukup banyak dan dimasak lama, namun karena beras tidak dimasukkan dalam wadah selongsong dan juga sambil diaduk, maka butiran beras hanya akan berubah lembek tetapi tidak menyatu. Produk ketupat yang baik adalah setelah bungkus selongsong dibuka, diperoleh bentuk utuh ketupat sesuai wadahnya dan tidak terurai menjadi butiran kembali. Cara penyajian selanjutnya adalah dengan jalan dibelah atau dipotong-potong menggunakan pisau sesuai selera. Selongsong ketupat yang umum adalah dengan menggunakan anyaman dari daun kelapa muda atau dikenal dengan istilah janur kelapa. Janur ini dipetik dari tunas daun yang masih muda dari
pohon kelapa, mengerucut di pucuk pohon dan belum mekar. Janur ini dapat dipisahkan dari susunan tangkainya dan kemudian dilepas dari bagian lidinya. Mengingat masih muda maka helaian janur ini terlihat lemas dan dapat dianyam dengan mudah, tetapi sudah cukup kuat dan tidak mudah sobek. Anyaman daun kelapa ini memiliki banyak sekali variasi baik dari sisi ukuran maupun bentuknya. Faktor yang tidak kalah penting adalah penggunaan daun kelapa tidak memberikan pengaruh warna atau cita rasa terhadap ketupat yang dihasilkan. Tradisi penggunaan daun kelapa sebagai bahan pembungkus ketupat ini rasanya sudah berlangsung lama dan telah dikenal oleh berbagai masyarakat di seluruh Indonesia.
Pembuatan selongsong ketupat dari daun kelapa.
Penjual selongsong ketupat saat lebaran. Di era kemajuan seperti ini, permasalahan selongsong ketupat sering dijumpai. Untuk di daerah, daun kelapa dapat dipetik dari pohon yang ada di daerah tersebut dan kemudian langsung dianyam. Tetapi kalau di daerah perkotaan, maka daun kelapa harus didatangkan dari daerah lain. Untuk pengayaman daun, tidak semua orang bisa mengayam daun menjadi selongsong ketupat. Meskipun sebenarnya mudah, tetapi tetap saja diperlukan keterampilan untuk menganyamnya. Saat ini banyak orang yang menganyam daun kelapa untuk dijual sebagai selongsong ketupat. Kalau menjelang lebaran maka selongsong ini banyak dijumpai dijual di pasar-pasar. Pada harihari biasa, tidak banyak orang yang menjual selongsong ketupat dari daun kelapa ini. Berawal dari masalah ini kemudian orang berpikir untuk mencari alternatif lain pengganti selongsong ketupat dari daun kelapa. Bahan yang kemudian digunakan adalah plastik pembungkus. Plastik ini tersedia banyak di toko atau pasar untuk digunakan sebagai pembungkus barang. Plastik ini kebanyakan tipis dan transparan, tersedia dalam berbagai ukuran dan jenis ketebalan. Untuk bahan selongsong ketupat, maka penggunaannya juga relatif hampir sama. Butiran beras diisikan secukupnya ke dalam plastik dan ujung bagian plastik yang terbuka direkatkan dengan bantuan lilin, panas api atau menggunakan alat press (hot press).
Ketupat pakai pembungkus plastik.
Ketupat plastik, kalau di negeri jiran disebut nasi impit. Kalau pada anyaman daun kelapa, selama pemanasan, air dapat masuk ke dalam rongga dengan mudah melalui sambungan anyaman. Untuk selongsong ketupat dari plastik, supaya air dapat masuk, maka dinding plastik harus dilubangi dengan jalan ditusuk-tusuk di beberapa bagian. Sepertinya dari sisi rasa, nasi ketupat yang dibuat dari selongsong plastik ini juga tidak berbeda jauh, namun kalau dikaji lebih jauh, sebenarnya ada risiko tertentu akibat penggunaan plastik ini. Plastik pembungkus biasanya dibuat dari polimer jenis polietilen atau polipropilen. Apabila terkena pansa dalam waktu yang relatif lama maka akan ada bahan aditif plastik yang terlepas dari bahan. Kalau pada proses pembuatan ketupat ini, tentu saja pelepasan bahan kimia ini akan keluar ke air rebusn dan sangat mungkin terserap dan tertinggal sebagai residu di dalam butiran nasi ketupat. Beberapa jenis bahan polutan ini terdapat yang bersifat karsinogenik, sehingga kalau ketupat termakan maka bahan kimia ini akan ikut terakumulasi dalam tubuh. Hal inilah yang seharusnya dihindari sejauh mungkin. Beranjak dari pemikiran terjadinya risiko di atas, maka hendaknya kita sebagai konsumen ketupat hendaknya selalu waspada. Jika akan membuat ketupat sendiri, mestinya menggunakan selongsong dari daun kelapa saja, baik hasil anyaman sendiri atau pun membeli selongsong yang sudah jadi. Kalau akan membeli produk kuliner yang menggunakan ketupat, juga hendaknya selektif melihat ketupatnya tersebut. Kalau melihat penjual makanan yang menggunakan ketupat
tapi dengan bahan plastik hendaknya berperan aktif untuk memberitahu dan menganjurkan penjualnya agar beralih dengan tidak lagi menggunakan plastik untuk bahan selongsong ketupat. Kesehatan tubuh itu sangat mahal harganya. Demikian juga kita perlu menghindarkan diri dari ancaman bahaya karsinogenik yang ditimbulkan saat pemanasan plastik selongsong ketupat ini. Untuk itu kewaspadaan dan kepedulian kita harus selalu ditingkatkan. Semoga bermanfaat.
REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Padang mengimbau masyarakat untuk menghindari makanan yang dibungkus plastik dalam kondisi suhu panas. Salah satu yang kini banyak dilakukan adalah memasak lontong yang dibungkus dengan plastik. Kepala Seksi Layanan Informasi Konsumen Balai Besar POM Padang Yon Firman di Padang, Senin (8/8), menjelaskan lontong plastik mengandung zat kimia polimer. Polimer ini, katanya menambahkan, dapat masuk dalam tubuh manusia karena bersifat larut, sehingga bila terjadi akumulasi dalam tubuh akan menyebabkan kanker. "Sehingga kami meminta penjual lontong menggunakan selongsong ketupat untuk menghindari zat berbahaya bagi tubuh," ujarnya. Makanan yang mengandung polimer bisa menyebabkan anak - anak terganggu reproduksinya, kesuburan menurun dan bisa menyebabkan kemandulan. Sementara bagi ibu-ibu yang tengah hamil bisa mengganggu ke janin melalui plasenta yang berdampak jangka panjang mengakibatkan sepeti kelelahan, sulit tidur dan anemia (kurang darah). "Kami sudah ada sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak memakai lagi bahan plastik untuk membungkus lontong. Sebagian besar pedagang penjual lontong sudah ada yang tahu tapi juga yang belum tahu dengan bahayanya lontong plastik," kata dia. Guna mencegah pedagang menggunakan plastik untuk membungkus lontong, pihaknya telah melakukan sosialisasi. "Kami juga akan melakukan tindakan tegas ke pedagang yang masih memakai plastik untuk memasak lontong," ujarnya. Seorang penjual lontong di Pasar Siteba, Enon (46) menyebutkan dirinya biasa menggunakan selongsong ketupat untuk memasak lontong. "Karena lebih enak," ujarnya. Dirinya mengucapkan terima kasih kepada Balai Besar POM Padang karena telah memberinya pemahaman akan dampak memasak lontong dengan membungkus menggunakan plastik.
Sumber : Antara 27225 SHARE
27,225
0
0
Mail
Copy
1 KOMENTAR loading... TAG #lontong bungkus plastik #lontong dalam plastik #lontong plastik
Berita Terkait
Berita Lainnya
Eduaction 2 menit yang lalu Kemendikbud Targetkan Senin Pelajar Garut Mulai Sekolah
Berita Jurnal Haji 9 menit yang lalu Pedagang Madinah Rindukan Jamaah Haji Indonesia
Daerah 10 menit yang lalu Pembangunan Perumahan Korban Banjir Garut akan Diprioritaskan
Daerah 10 menit yang lalu Pengungsi di GOR Tedjamalela Sumedang Tembus 1.000 Orang
Hukum 11 menit yang lalu Ratusan Warga Lingkungan Anjung Sumedang Dievakuasi
Popular
Tolak Ahok, Akar Rumput PDIP Siap Keluar dari Partai
Risalah Istiqlal Rekomendasikan Yusril-Sandiaga untuk DKI
Tak Setuju Ahok, Boy Sadikin Mundur dari PDIP
Siapa Diusung Koalisi Kekeluargaan di Pilgub DKI? Ini Hasil Rapatnya
Ini Sikap Plin-Plan Ahok, dari Tolak Partai Sampai Merapat ke Mega
'Hentikan Siaran Langsung Sidang Jessica'
10 Tewas Terlanda Banjir Bandang dan Longsor di Garut dan Sumedang
Tiga Nama Penantang Ahok akan Dirundingkan di Rumah SBY
Dukung Ahok, PDIP Dinilai Khianati Wong Cilik
Lawan Ahok Ditentukan Malam Ini di Rumah SBY
Bersama Gerindra, PKS Rembuk Hasil Kesepakatan Empat Partai di Cikeas
Pengalaman Mantan Anggota KPU Chusnul Mar’iyah Disadap Teleponnya
Agus Yudhoyono Masuk Bursa Cagub DKI, Ini Kata Eko Patrio
Akhirnya Koalisi Kekeluargaan Sepakati Satu 'Paslon' di Pilkada DKI
Pengunduran Diri Boy Sadikin Pukulan Berat untuk PDIP
Tolak Ahok, Akar Rumput PDIP Siap Keluar dari Partai
Risalah Istiqlal Rekomendasikan Yusril-Sandiaga untuk DKI
Tak Setuju Ahok, Boy Sadikin Mundur dari PDIP
Siapa Diusung Koalisi Kekeluargaan di Pilgub DKI? Ini Hasil Rapatnya
Ini Sikap Plin-Plan Ahok, dari Tolak Partai Sampai Merapat ke Mega
'Hentikan Siaran Langsung Sidang Jessica'
10 Tewas Terlanda Banjir Bandang dan Longsor di Garut dan Sumedang
Tiga Nama Penantang Ahok akan Dirundingkan di Rumah SBY
Dukung Ahok, PDIP Dinilai Khianati Wong Cilik
Lawan Ahok Ditentukan Malam Ini di Rumah SBY
Bersama Gerindra, PKS Rembuk Hasil Kesepakatan Empat Partai di Cikeas
Pengalaman Mantan Anggota KPU Chusnul Mar’iyah Disadap Teleponnya
Agus Yudhoyono Masuk Bursa Cagub DKI, Ini Kata Eko Patrio
Akhirnya Koalisi Kekeluargaan Sepakati Satu 'Paslon' di Pilkada DKI
Pengunduran Diri Boy Sadikin Pukulan Berat untuk PDIP
Tolak Ahok, Akar Rumput PDIP Siap Keluar dari Partai
Risalah Istiqlal Rekomendasikan Yusril-Sandiaga untuk DKI
Tak Setuju Ahok, Boy Sadikin Mundur dari PDIP
Siapa Diusung Koalisi Kekeluargaan di Pilgub DKI? Ini Hasil Rapatnya
Ini Sikap Plin-Plan Ahok, dari Tolak Partai Sampai Merapat ke Mega
'Hentikan Siaran Langsung Sidang Jessica'
10 Tewas Terlanda Banjir Bandang dan Longsor di Garut dan Sumedang
Tiga Nama Penantang Ahok akan Dirundingkan di Rumah SBY
Dukung Ahok, PDIP Dinilai Khianati Wong Cilik
Lawan Ahok Ditentukan Malam Ini di Rumah SBY
Bersama Gerindra, PKS Rembuk Hasil Kesepakatan Empat Partai di Cikeas
Pengalaman Mantan Anggota KPU Chusnul Mar’iyah Disadap Teleponnya
Agus Yudhoyono Masuk Bursa Cagub DKI, Ini Kata Eko Patrio
Akhirnya Koalisi Kekeluargaan Sepakati Satu 'Paslon' di Pilkada DKI
Pengunduran Diri Boy Sadikin Pukulan Berat untuk PDIP
TERPOPULER
TERKOMENTARI
Tak Setuju Ahok, Boy Sadikin Mundur dari PDIP
Siapa Diusung Koalisi Kekeluargaan di Pilgub DKI? Ini Hasil Rapatnya
Bersama Gerindra, PKS Rembuk Hasil Kesepakatan Empat Partai di Cikeas
Pengalaman Mantan Anggota KPU Chusnul Mar’iyah Disadap Teleponnya
Pidato di Hadapan Paus Fransiscus, Ini Pesan Din Syamsuddin Selengkapnya
Foto
In Picture: Lifter Jabar Pertajam Rekor PON
Video
Jembatan al-Jisr, Saksi Kejayaan Islam di Cordoba
Perankan Chrisye, Vino G Bastian: Ini tanggung Jawab Besar
4 Standar Sertifikasi Pariwisata Halal All Kanal Find us on: News Nasional Internasional Olahraga Pendidikan Elektrifikasi PON XIX Khazanah
Cahaya Islam Hikmah Islam Digest Mualaf Fatwa ZIS - Wakaf Mozaik Empowering Indonesia Al-Quran Sepakbola Liga Inggris Liga Spanyol Liga Dunia Internasional Bola Nasional Liga Italia Freekick Oto-Tek Otomotif Trendtek Bina Sarana Informatika Jurnal Haji Berita Tempoe Doeloe Situs Kabar Makkah
Haji Barkah Humor Haji Tips Pengalaman Haji Leisure Gaya Hidup Senggang Wisata Halal Disclaimer Pedoman Siber Karir Copyright © 2015 republika.co.id, All right reserved
Kepala Seksi Layanan Informasi Konsumen Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Padang Yon Firman mengungkapkan bahwa memasak lontong dengan bungkus plastik ternyata sangat membahayakan bagi kesehatan tubuh.
“Lontong plastik mengandung zat kimia polimer. Polimer ini dapat masuk dalam tubuh manusia karena bersifat larut, sehingga bila terjadi akumulasi dalam tubuh akan menyebabkan kanker” ujar Yon Firman seperti dilansir republika, senin (8/8/2016). Selain kanker, Yon memaparkan bahwa kandungan polimer pada lontong dengan bungkus plastik dapat berpotensi menurunkan kesuburan reproduksi, bahkan bisa menyebabkan kemandulan. BACA JUGA :
Hati-Hati Memasak Kangkung, Karena Kangkung Bisa Mematikan, Berikut Penjelasannya!!! Sementara bagi ibu-ibu yang tengah hamil menurut Yon bisa mengganggu ke janin melalui plasenta yang berdampak jangka panjang mengakibatkan sepeti kelelahan, sulit tidur dan anemia (kurang darah). “Kami sudah ada sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak memakai lagi bahan plastik untuk membungkus lontong. Sebagian besar pedagang penjual lontong
sudah ada yang tahu tapi juga yang belum tahu dengan bahayanya lontong plastik,” jelas Yon Sebagai solusi, Yon menyarankan bagi para pedagang ataupun ibu rumah tangga, lebih baik memasak lontong dengan menggunakan daun pisang atau ketupat.
Bahaya di Balik Plastik Kemasan Makanan BAGI sebagian besar orang, kemasan makanan hanya bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai "pelindung" makanan. Ketika suatu jenis makanan sudah berada dalam satu kemasan atau bungkus, biasanya orang menganggap makanan itu dalam status aman dan sehat. Padahal, pandangan seperti ini jelas-jelas keliru. Aman tidaknya makanan kemasan bergantung pada jenis bahan kemasannya. Sebaiknya mulai sekarang Anda cermat dalam memilih kemasan makanan. Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan. Akan tetapi, tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya. Salah satu bahan kemasan yang harus diwaspadai adalah plastik. Mengapa? Karena bahan inilah yang paling banyak digunakan. Dan yang lebih penting lagi, tidak semua plastik bisa digunakan untuk wadah atau kemasan makanan maupun minuman. Ada sejumlah bahaya yang mengintip pada plastik. Sebagai kemasan Setiap hari kita menggunakan plastik, baik untuk mengolah, menyimpan, maupun mengemas makanan. Ketimbang kemasan tradisional seperti dedaunan atau kulit hewan, plastik memang lebih praktis dan tahan lama. Meski demikian, di luar sifatnya yang praktis, plastik tetap punya kelemahan, tidak tahan panas dan dapat mencemari produk akibat migrasi komponen monomer yang akan berakibat buruk terhadap kesehatan konsumen. Selain itu, plastik juga bermasalah untuk lingkungan karena merupakan bahan yang tidak dapat dihancurkan dengan cepat dan alami (nonbiodegradable). Plastik dibuat dengan cara polimerisasi yaitu menyusun dan membentuk secara sambung-menyambung bahan-bahan dasar plastik yang disebut monomer. Misalnya plastik jenis polivinil chlorida (PVC) sesungguhnya
adalah polimer dari monomer vinil klorida. Di samping bahan dasar berupa monomer, di dalam plastik juga terdapat zat nonplastik yang disebut aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat plastik itu sendiri. Bahan aditif tersebut berupa zat-zat dengan berat molekul rendah, yang dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar ultraviolet, antilekat, dan masih banyak lagi. Kemasan plastik mulai diperkenalkan pada tahun 1900-an. Sejak itu perkembangannya sangat cepat. Sesudah Perang Dunia II, diperkenalkan berbagai jenis kemasan plastik dalam bentuk kemasan lemas (fleksibel) maupun kaku. Beberapa jenis kemasan plastik yang dikenal antara lain polietilen, polipropilen, poliester, nilon, dan vinil film. Bahkan selama dua dasawarsa terakhir, pangsa pasar dunia untuk kemasan pangan telah direbut oleh kemasan plastik. Timbul suatu pertanyaan, mengapa plastik begitu banyak dipakai? Plastik memang mempunyai beberapa keunggulan sifat, di antaranya kuat tetapi ringan, tidak berkarat, sifat termoplastis (bisa direkat menggunakan panas), dapat diberi label atau cetakan dengan berbagai kreasi, dan mudah diubah bentuknya. Sebagai bahan pembungkus, plastik dapat digunakan dalam bentuk tunggal komposit atau multilapis dengan bahan lain, baik antara plastik dan plastik yang beda jenis, plastik dan kertas, maupun dengan yang lainnya. Kombinasi tersebut dinamakan laminasi. Dengan demikian, kombinasi dari berbagai jenis plastik dapat menghasilkan ratusan jenis kemasan. Jenis berbahaya Selain mempunyai banyak keunggulan, ternyata kemasan atau wadah plastik menyimpan kelemahan, yaitu kemungkinan terjadinya migrasi atau pindahnya zat-zat monomer dari bahan plastik ke dalam makanan, terutama jika makanan tersebut tak cocok dengan kemasan atau wadah penyimpanannya. Pada makanan yang dikemas dengan kemasan plastik, adanya migrasi ini tidak mungkin dapat dicegah 100 persen. Migrasi (perpindahan) monomer terjadi karena dipengaruhi oleh suhu makanan atau penyimpanan dan proses pengolahannya. Semakin tinggi suhu tersebut, semakin banyak monomer yang dapat bermigrasi ke dalam makanan. Demikian juga dengan lamanya makanan tersebut disimpan. Karena, semakin lama waktu kontak antara makanan tersebut dan kemasan plastik, jumlah monomer yang bermigrasi dapat makin tinggi jumlahnya. Monomer atau aditif plastik apa saja yang perlu diwaspadai? Memang tidak semua, hanya beberapa, seperti vinil klorida, akrilonitril, metacrylonitril, vinylidene klorida, dan styrene. Monomer vinilklorida dan akrilonitril cukup
tinggi potensinya untuk menimbulkan kanker pada manusia. Vinilklorida dapat bereaksi dengan guanin dan sitosin pada DNA, sedangkan akrilonitril bereaksi dengan adenin. Vinilasetat telah terbukti menimbulkan kanker tiroid, uterus, dan lever pada hewan. Akrilonitril menimbulkan cacat lahir pada tikus-tikus yang memakannya. Monomer-monomer lain, seperti akrilat, stirena, dan metakrilat serta senyawa-senyawa turunannya, seperti vinilasetat, polivinil klorida, kaprolaktam, formaldehida, kresol, isosianat organik, heksa metilendiamin, melamin, epodilokloridrin, bispenol, dan akrilonitril dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan terutama mulut, tenggorokan, dan lambung. Aditif plastik jenis plasticizer, stabilizer, dan antioksidan dapat menjadi sumber pencernaran organoleptik yang membuat makanan menjadi berubah rasa serta aroma dan bisa menimbulkan keracunan. Pada suhu kamar, dengan waktu kontak yang cukup lama, senyawa berberat molekul kecil dapat masuk ke makanan secara bebas, baik yang berasal dari aditif maupun plasticizer. Migrasi monomer dan zat-zat pembantu polimerisasi, dalam kadar tertentu dapat larut ke dalam makanan padat atau cair berminyak. Semakin panas makanan yang dikemas, semakin tinggi peluang terjadinya migrasi ke dalam bahan makanan. Di Swedia, bahan berbahaya setingkat dengan monomer vinil klorida kandungannya dalam makanan tidak boleh lebih dari 0,05 ppm. Batas maksimum monomer vinil klorida yang terdeteksi dalam makanan adalah 0,01 ppm, sementara di Jepang 0,05 ppm. Menghindari bahaya 1. Hindari atau minimalkan pemakaian plastik. Misalnya untuk makanan yang dibungkus seperti soto, bakso, dan makanan lain. Gunakanlah rantang seperti masa dulu. Walaupun kurang praktis tapi demi kesehatan mengapa tidak? 2. Perhatikan tanggal kedaluarsa makanan. Jangan dikonsumsi apabila tanggal kedaluwarsa sudah lewat batas. Demikian juga bila ada kejanggalan rasa, aroma, serta penampilan pada makanan ataupun minuman walupun batas kedaluwarsa belum terlewat. 3. Bila ingin memanaskan makanan dengan oven microwave, gunakanlah wadah dari gelas yang cukup tahan panas. 4. Bila ingin memilih plastik lemas untuk penutup makanan, gunakanlah yang labelnya tertera polietilen.
5. Kemasan atau wadah yang digunakan untuk makanan atau minuman dingin sebaiknya jangan dipakai untuk wadah makanan atau minuman yang panas.*** Dr. Yusep Ikrawan Staf Pengajar Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan. Pemakaian botol plastik secara berulang-ulang dikabarkan dapat membahayakan kesehatan. Di beberapa milis yang beredar dikatakan bahan plastik botol, disebut juga polyethylene terephthalate atau PET, mengandung zat karsinogen (penyebab kanker). Dalam milis dijelaskan, botol plastik yang didesain hanya untuk sekali pakai ini aman dipakai 1-2 kali saja. Jika ingin memakainya lebih lama, tidak boleh lebih dari seminggu dan harus ditaruh di tempat yang jauh dari sinar matahari. Kebiasaan mencuci ulang dapat membuat lapisan plastik rusak dan zat karsinogen masuk ke air yang kita minum. Sementara itu, di masyarakat masih banyak orang yang mempergunakan botol plastik bekas pakai berulang-ulang. Botol plastik bekas minuman mineral atau minuman ringan berukuran satu liter, misalnya, sering digunakan sebagai tempat air minum. Bahkan botol plastik berukuran lebih kecil dan sudah diisi berulang-ulang sering disimpan di dalam mobil yang rawan terkena panas. Kelebihan plastik, bahan tersebut jauh lebih ringan dibandingkan gelas atau logam dan tidak mudah pecah. Plastik juga bisa dibentuk lembaran sehingga dapat dibuat kantong. Sebaliknya, plastik juga bisa dibuat kaku sehingga bisa dibentuk sesuai desain dan ukuran yang diinginkan. Tidak benar Dosen Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Ir Yadi Haryadi, MSc mengatakan, penggunaan plastik sebagai bahan pengemas memang semakin mendominasi pasaran, baik untuk pangan maupun nonpangan, karena dianggap memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan kertas, logam, kayu, maupun gelas. Yadi yang juga menjadi pembimbing khusus bidang kemasan makanan mengatakan, cerita yang beredar di internet tentang bahaya penggunaan botol PET secara berulangulang tidak benar. Menurut Yadi, berita itu berawal dari tesis seorang mahasiswa di University of Idaho, Amerika Serikat. Tesis itu mengungkapkan zat aditif DEHA yang ditambahkan pada bahan pembuat plastik PET bisa berbahaya jika masuk ke dalam air minum. Menurut Yadi, sebenarnya penggunaan botol plastik, khususnya botol plastik PET, secara berulang-ulang tidak menjadi masalah. Syaratnya, setiap akan dipakai atau diisi ulang botol-botol tersebut dicuci bersih memakai sabun dan dikeringkan dahulu. Yang dikhawatirkan sebenarnya bukan aspek berpindahnya bahan berbahaya, tetapi aspek kebersihannya. Botol yang sudah dipakai pasti akan tercemar mikroba dan mikroba akan memicu penyakit, khususnya penyakit saluran pencernaan. Yadi mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diluruskan. Pertama, DEHA atau diethylhexyl adipate tidak pernah dinyatakan Food and Drug istration (FDA)— badan yang mengawasi makanan dan obat-obatan di Amerika Serikat—sebagai bahan kimia yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia.
Kedua, DEHA aditif yang sering digunakan dalam pembuatan plastik tidak digunakan dalam pembuatan PET. Namun, jika misalnya ada, FDA dan juga EPA (Environmental Protection Agency) menyatakan bahwa DEHA tidak menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia, misalnya memicu kanker, mutasi gen, dan efek negatif lainnya. Sebagian berbahaya Yadi mengatakan, sebagian bahan plastik memang bisa membahayakan kesehatan jika digunakan untuk kemasan pangan. Pasalnya, dalam pembuatan plastik sering digunakan bahan tambahan (aditif) untuk memperbaiki sifat plastik. Dalam plastik juga ada monomer yang tidak ikut dalam rantai polimer. Monomer dan aditif tersebut ada yang membahayakan kesehatan manusia. Pada waktu pewadahan, penyimpanan, transportasi, dan distribusi, bahan-bahan kimia tersebut dapat pindah dari kemasan ke bahan makanan yang dikemas. Menurut Yadi, sebetulnya yang pindah bukan hanya bahan kimia yang berbahaya saja, tetapi juga bahan kimia yang tidak berbahaya. Migrasi dapat terjadi jika ada kontak langsung antara bahan pangan dan kemasan. Yadi mengingatkan, masyarakat perlu paham bahwa tidak semua jenis plastik kemasan berbahaya. Supaya yakin aman, Yadi menyarankan agar konsumen bersikap cermat. Untuk mengetahui jenis plastik yang digunakan mengemas minuman, di bagian bawah botol selalu ada nomor dalam tanda segitiga panah melingkar (baca juga Kilas Plastik di halaman ini). Nomor yang tertera biasanya adalah nomor satu sampai tujuh. Nomor-nomor tersebut merupakan jenis plastik yang digunakan membuat wadah. Adapun tanda panah melingkar merupakan tanda daur ulang. Tetapi, pada kenyataannya tidak semua plastik dapat didaur ulang dan digunakan kembali seperti penggunaan semula. Waspada Kemasan Pembungkus Makanan Dan Minuman Beracun Mengandung Zat Berbahaya Bagi Kesehatan Diterbitkan April 7, 2008 Kesehatan Sikap hati-hati dan waspada sangat dibutuhkan agar dapat menghindar dari bahaya bungkus pengemas mengandung racun. Barang yang mungkin biasa kita pakai untuk membungkus makanan dan minuman ternyata dapat menimbulkan dampak & efek luar biasa buruk bagi kesehatan tubuh kita. Styrofoam, kertas koran, kertas bekas, melamine beracun, daur ulang plastik bekas, plastik air minum dalam kemasan, dan lain sebagainya. Perkembangan teknologi tidak hanya membawa kebaikan saja, namun juga keburukan. Dalam dunia kemasan atau bungkus makanan minuman terjadi perubahan yang pesat, dari yang dulunya hanya pakai daun pisang dan tanah liat, sekarang sudah bisa menggunakan plastik, kertas, beling dan lain sebagainya. Di bawah ini merupakan beberapa macam / jenis kemasan makanan dan minuman yang harus anda waspadai karena bisa saja mengandung zat berbahaya bagi kesehatan tubuh anda : 1. Pembungkus Kertas Non Makanan Hati-hati jika membeli makanan yang dibungkus kertas biasa, kertas koran, kertas majalah, dan lain sebagainya. Terkadang kertas pembungkus yang kontak langsung dengan makanan tidak didesain khusus untuk makanan sehingga mengandung zat berbahaya seperti timbal, karbon, dan
lain sebagainya. Timbal dapat mudah berpindah ke makanan jika terkena minyak dan panas yang mampu menyebabkan pucat, kelumpuhan. Jadi bagi anda yang suka membeli gorengan, sayur-sayuran, kue, roti, dan lain-lain yang dibungkus dengan kertas bekas atau kertas bukan untuk makanan seperti kertas koran, kertas majalah, kertas prinan, dll, gunakanlah piring atas wadah lainnya yang didesain khusus untuk makanan. 2. Pembungkus Styrofoam / Stereofoam / Polystyrene Bungkus yang umumnya berwarna putih dan kaku ini sering dijadikan kotak bungkus luar makanan. Tadinya bahan ini dipakai untuk pengaman barang non makanan seperti tv, komputer, radio, dll agar tahan benturan ringan, namun pada saat ini dipakai sebagai kotak makanan. Kegunaan yang mudah, praktis, enak dipandang, murah, anti bocor, tahan suhu panas dan dingin seolah membutakan kita akan dampak dan efek bagi lingkungan serta tubuh manusia. Bahayanya yaitu jika makanan tersebut kontak langsung dengan lapisan sterofom. Lapisan sterofoam tersebut jika terkena panas dapat mencairkan banyak residu sterofom yang bisa menyebabkan endocrine disrupter akibar zat karsinogen yang beracun. Umumnya pembungkus makanan ini sudah menjadi salah satu pilihan pembungkus favorit tukang somay, tukang bubur ayam, tukang nasi, tukang nasi goreng, tukang mi tektek, tukang capcay, mie instan, dan lain sebagainya. Selain itu bahan Styrofoam bersifat tahan lama yang tidak akan terurai secara alamiah dalam waktu puluhan atau mungkin bahkan ratusan tahun. Jika dibakar, maka racun yang menguap ke udara jika terhirup akan menetap di dalam tubuh serta dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Sebaiknya mulai dari diri sendiri tidak menggunakan dan tidak membeli makanan mimuman yang memakai stairofoam sebagai kemasan agar tidak terkena dampak yang merugikan diri kita sendiri, orang lain dan juga lingkungan sekitar kita. Lebih baik membawa tupper ware, piring atau rantang sendiri untuk membawa makanan kesukaan kita. 3. Plastik Air Minum Dalam Kemasan / AMDK Botol dan gelas air minum seperti aqua, vit, 2tang, dan sebagainya dengan bahan polyethylene terephthalate atau PET mengandung zat karsinogen yang dapat membahayakan kesehatan tubuh manusia apabila terminum bersama minuman. Kemasan PET tersebut hanya aman digunakan beberapa kali saja, dengan suhu normal, tanpa dicuci-cuci, tidak kena sinar matahari. Jika kita menggunakan botol atau gelas amdk tersebut berulang-ulang kali, maka bisa jadi racun karsinogen tersebut larut dalam air yang kita minum dan dalam jangka panjang akan memberikan efek yang merugikan kesehatan. Oleh sebab itu sebaiknya kita tidak memakai ulang botol dan gelas air minum kemasan dan hanya menggunakan kemasan minuman khusus untuk minuman yang aman dari zat-zat berbahaya. 4. Hasil Daur Ulang Plastik Bekas Hati-hatilah jika anda menggunakan wadah atau pembungkus makanan dan minuman. Teliti dulu apakah benda-benda yang kontak langsung dengan makanan seperti piring, gelas, sedotan, plastik kresek, pelastik es, kertas coklat berlapis plastik, dan lain-lain dibuat dari biji platik baru atau biji plastik bekas. Barang-barang yang terbuat dari plastik bekas dapat menimbulkan berbagai penyakit yang merugikan kesehatan kita. Umumnya para pedagang kaki lima menggunakan plastik baru tapi bekas untuk mengemas makanan produksi mereka karena harganya murah, mudah dan praktis. Mereka tidak tahu kalau plastik kresek itu dibuat dari plastik bekas baik dari tempat sampah, pelastik bekas bahan kimia, plastik beracun, ember somplak, mainan plastik beracun, plastik
aqua bekas dan plastik-plastik menjijikkan lainnya yang mengandung zat berbahaya. Plastik bekas biasanya memiliki tekstur yang agak kasar, kurang elastis, ada bercak-bercak, dan sebagainya tapi tidak menutup kemungkinan kalau plastik yang bagus terbuat dari bahan plastik bekas berbahaya bagi kesehatan kita. 5. Piring, Mangkok, Gelas dan Barang Berbahan Melamin / Melamine Bahan melamin untuk pembuatan barang rumah tangga seperti piring, gelas, mangkuk, mug, cetok, sendok, garpu, dan sebagainya ternyata tidak semuanya aman bagi kesehatan kita dan dapat memicu kanker. Selain harga yang murah, bentuknya yang beraneka ragam, ringan dan tahan banting menjadi primadona dalam perkakas rumah tangga di masyarakat. Jadi anda diharapkan lebih selektif dan waspada dalam membeli perangkat rumah tangga termasuk produk yang dijual di hipermarket, supermarket dan minimarket walaupun ritel tersebut termasuk modern serta melakukan pengawasan ketat terhadap barang dagangannya. Berdasarkan uji klinis terdapat sebagian merek produk melamine di Indonesia yang mengandung racun formaldehid atau formalin. Racun tersebut adalah merupakan hasil polimerisasi yang tidak sempurna sehingga menghasilkan residu formaldehid yang menempel pada barang-barang tersebut. Apabila residu itu ikut nimbrung masuk ke dalam perut badan kita melalui makanan dan minuman, maka bisa menimbulkan masalah kesehatan seperti kanker dan penyakit lain yang sangat berbahaya. —– Tambahan : - Jika membeli suatu barang dalam kemasan, pastikan kemasan dan atau segel masih dalam keadaan baik dan belum rusak. - Perhatikan tanggal kadaluarsa produk tersebut yang tertera pada kemasan. Jika isinya sudah rusak atau cacat, jangan dikonsumsi. - Lebih baik menggunakan wadah makanan atau minuman sendiri. - Gunakan wadah makanan dan minuman yang bebas racun walaupun kurang praktis, mahal, berat, gampang pecah, dan sebagainya. Yang penting aman bagi kesehatan anda dan keluarga serta orang lain. sumber : http://organisasi.org/waspada-kemasan-pembungkus-makanan-dan-minuman-beracunmengandung-zat-berbahaya-bagi-kesehatan WASHINGTON - Bahan kimia pada plastik kemasan makanan dan minuman, termasuk botol susu bayi, memiliki kaitan erat dengan munculnya kanker payudara dan pubertas dini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Program Toksikologi Nasional, yang merupakan bagian dari Institut Kesehatan Nasional Amerika, pemerintah Amerika meminta Badan Makanan dan Minuman untuk meneliti ulang kandungan bahan kimia Bisphenol A dan keamanannya, untuk digunakan pada produk-produk balita dan anak-anak. Bahan kimia bernama Bisphenol A atau yang biasa disebut BPA ini banyak digunakan pada produk-produk seperti botol susu bayi dan plastik yang digunakan untuk menutupi kaleng susu formula. Bukti-bukti yang kami temukan memberikan keraguan pada pernyataan Badan Makanan dan Minuman yang menyatakan bahwa BPA memiliki kadar aman untuk
kesehatan. Saya harap mereka mau mengkaji ulang peraturan penggunaan BPA untuk menjamin kesehatan generasi mendatang, ujar anggota komisi energi dan commerce Amerika John Dingell, seperti dikutip Reuters, Rabu (16/4/2008). Bisphenol A biasa digunakan untuk memproduksi plastik polikarbonat dan lilin. Bahan kimia ini juga bisa ditemui dalam kemasan makanan, minuman, CD dan beberapa perangkat medik seperti kemasan pasta gigi. (srn) Jangan Salah Pilih dan Pakai Plastik Author: matoa 6 MAY Setiap hari kita menggunakan plastik. Baik untuk mengolah, menyimpan atau mengemas makanan. Ketimbang kemasan tradisional seperti dedaunan atau kulit hewan, plastik memang lebih praktis dan tahan lama. Namun, jangan salah pakai dan pilih plastik. Ancaman dari komponen kimianya berbahaya bagi kesehatan. Perhatikan benda yang ada di sekeliling kita. Beragam produk yang berbahan baku plastik ada dimana-mana. Bukan hanya sebagai kemasan pangan (food grade), namun banyak dipakai sebagai pelindung dan pewadah produk, bahkan komponen atau suku cadang pun berbahan baku plastik. Di rumah, kita menemukan mainan anak-anak, ember, penggorengan teflon, termos, baskom, tempat minum, ember, kabel, plastik kiloan, plastik kresek, dan lain-lain. Tanpa kita sadari, dalam keseharian hidup kita sudah bergantung dengan plastik. Tak jadi soal bila dalam pemilihan dan penggunaan plastik terutama yang berhubungan dengan makanan sudah tepat. Namun, timbul masalah bila salah dalam memilih dan menggunakan plastik. Misalnya, plastik kresek hitam yang tidak boleh untuk makanan justru sering digunakan sebagai pembungkus gorengan. Wadah minuman plastik yang tidak boleh dipakai untuk air mendidih justru sering dituang air mendidih. Plastik kiloan yang hanya boleh dipakai untuk mengemas makanan justru dipakai untuk mengolah makanan seperti ‘ketupat plastik’. Sesuai standar Plastik memang meliki banyak kelebihan, seperti fleksibel (dapat mengikuti bentuk produk), transparan (tembus pandang), tidak mudah pecah, bentuk laminasi (dapat dikombinasikan dengan bahan kemasan lain), aneka warna, tidak korosif (berkarat) dan harganya relatif murah. Namun, plastik juga memiliki kelemahan, yaitu tidak tahan panas, dapat mencemari produk akibat migrasi komponen monomer yang akan berakibat buruk terhadap kesehatan konsumen. Selain itu, plastik juga bermasalah untuk lingkungan karena merupakan bahan yang tidak dapat dihancurkan dengan cepat dan alami (non- biodegradable). Menurut DR Agus Nurhadi, DEA, Dosen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI jurusan kimia, plastik yang dijadikan bahan kemasan makanan dibuat dari berbagai bahan kimia seperti polypropilene, polyetilene, polyvinyl chloride, dan polycarbonate. Selain itu, sejenis bahan pelembut (plastikizers) turut dimasukkan agar produk plastik tersebut bertekstur licin dan mudah dilenturkan untuk dibentuk dalam aneka bentuk yang menarik. Bahan pelembut ini kebanyakannya terdiri dari kumpulan phthalate.
Untuk membuatnya menjadi kaku maka ditambahkan filler, misalnya untuk tutup botol air kemasan, Juga ada senyawa compound dalam proses pewarnaan, membuat agar tahan panas, dan lain-lain. “Kestabilan semua bahan akan menjamin keamanan produk plastik tersebut. Jadi, bukan hanya plastiknya yang harus stabil,” tutur ayah dari tujuh anak ini. Proses pembuatan plastik sebagai kemasan makanan di semua negara harus memenuhi persyaratan yang ada. Di Indonesia, setiap produsen plastik harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar tersebut harus dipenuhi produsen karena jika tidak maka akan membahayakan konsumen. Misalnya, penggunaan kandungan sisa Vinyl chloride monomer (VCM) dalam pembuatan kemasan plastik jenis Polyvinyl chloride compound atau PVC untuk makanan dan minuman. VCM pada bahan jadi atau finishing PVC untuk kemasan makanan atau minuman tidak lebih dari 0,5 ppm (part per million). Sedangkan PVC untuk botol sebesar 1,0 ppm. Sementara itu, kandungan VCM sebagai bahan baku tidak lebih dari 10 ppm. Jangan salah pakai dan pilih Prinsipnya, untuk menjamin keamanan produk plastik yang kita gunakan untuk makanan adalah menjaganya agar tetap stabil. Jadi, plastiknya tidak boleh rusak. Plastik yang didesain untuk kemasan makanan hanya boleh dipakai untuk kemasan, bukan untuk pengolahan makanan. Menggunakan plastik pembungkus untuk membuat ‘ketupat plastik’, misalnya adalah berbahaya. Karena, plastik kemasan tidak didesain untuk pengolahan makanan sehingga tidak tahan panas. Yang dikhawatirkan adalah terjadi perpindahan komponen kimia dari plastik tersebut ke dalam makanan. Botol kemasan air mineral yang terbuat dari polypropiline atau polyetilene dapat rusak karena panas akibat terik matahari. Kalau dibiarkan berhari-hari, kemasan air terkena sinar matahari, akibatnya dalam beberapa hari itu air sudah tidak segar. Artinya, ada suatu dampak terhadap plastiknya akibat dari sinar matahari. “Nah kalau sudah begini, berbahaya. Bahayanya tergantung dari jenis plastik yang kita pakai, jenis adiktif atau pencampurnya. Tapi secara akumulatif memang berakibat pada kesehatan, namun tidak terlalu mengkhawatirkan karena botol kemasan itu biasanya setelah diminum langsung dibuang konsumen,” jelas ahli kimia yang menamatkan studinya di Jerman ini. Sebenarnya yang agak signifikan berbahaya bila plastik ini dibakar atau terbakar. Karena jenis produk jenis PVC, seperti botol kemasan air mineral, kantong kresek, dan lain-lain bila terbakar akan mengeluarkan gas HCl yang berbahaya bagi kesehatan. Sebaliknya, ada produk plastik yang didesain untuk pengolahan makanan, misalnya wajan dan panci teflon. Berbeda dengan plastik kemasan yang tidak tahan panas, peralatan masak teflon justru didesain untuk pengolahan makanan. Komponennya tidak berubah karena pemanasan. Di akhir tahun 1997, sewaktu Indonesia mengalami krisis moneter, pernah ditemukan plastik kresek berbau. Hal itu disebabkan karena pada saat itu produsen kesulitan mendapatkan bahan baku plastik untuk didaur ulang. Akibatnya, plastik yang sudah lama dan rusaklah yang didaur ulang. Itulah sebabnya, mengapa plastik kresek hitam itu bau. “Perlu diingat sebagai patokan konsumen bahwa sebenarnya plastik itu tidak berbau dan berwarna. Jadi, bila ada plastik yang bau dan berwarna gelap jangan gunakan untuk membungkus makanan,” tegas Agus.
Menggunakan plastik kresek hitam sebagai wadah makanan seperti gorengan juga tidak boleh. Karena, plastik itu didesain bukan untuk makanan. Sentuhan antara gorengan dan plastik itu akan mengeluarkan pelarut yang berbahaya bagi kesehatan. Ditambah lagi, dengan bau tidak sedap yang muncul dari plastik tersebut. Bahaya yang ditimbulkan Penggunaan VCM untuk memproduksi plastik jenis PVC di atas ambang batas akan menimbulkan kanker hati, merusak kelenjar endokrin, merusak paru-paru dan limpa. Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat tahun 1998 membuktikan bahwa plastik jenis PVC ini didapati mengeluarkan bahan pelembut DEHA ke dalam makanan. Berdasarkan data kajian yang dijalankan terhadap hewan percobaan, DEHA berupaya mengganggu sistem reproduksi dan menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker. DEHA diduga mempunyai karakter yang sama dengan hormon yang membawa sifat-sifat khas wanita, yaitu estrogen. Namun berbagai penelitian terkait masih dilakukan untuk membuktikan sejauh mana phtalates aman digunakan oleh manusia. Federasi Industri Plastik Indonesia (Apindo) dalam kesempatan seminar “PVC Kemasan Plastik Yang Aman” tahun 2000 lalu menyatakan bahwa PVC aman dipakai karena sudah menggunakan acuan tentang kandungan sisa VCM, salah satu bahan pembuatan PVC, yang sesuai dengan SNI tahun 1987. menggunakan PVC khusus untuk makanan dan minuman bisa dibilang aman. Selama ini, justru kesadaran dari masyarakat yang kurang dalam penggunaannya. Bila kita menggunakan PVC yang putih dan transparan dapat dipastikan aman. Yang berbahaya bila menggunakan PVC yang bukan khusus untuk kemasan makanan Hati-hati Hati-hati adalah kiat yang tak dapat kita hindari. Pertama, hati-hati dalam memilih dan memakai wadah dan kemasan plastik. Sesuaikan dengan desainnya. Ada beberapa produk khusus yang mendesain produk plastik yang dapat digunakan untuk menyimpan makanan panas. Biasanya, harga produk tersebut memang relatif mahal. Namun, produk tersebut menjanjikan keamanan. Kedua, jangan menggunakan plastik kemasan untuk mengolah makanan, karena dikhawatirkan ada perubahan komponen kimia yang masuk ke dalam makanan yang kita konsumsi. Ketiga, jangan menggunakan produk yang tidak didesain untuk makanan kemudian kita pakai untuk mewadahi makanan. Apalagi, bila makanan itu berupa makanan yang digoreng. Sebagai penyeimbang dan untuk mencegah banyaknya pencemar yang masuk ke dalam tubuh kita, maka biasakanlah keluarga untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung serat tinggi. Buah-buahan, sayuran, bawang, dan kacang-kacangan, adalah beberapa di antaranya. Serat makanan bahan tadi, seperti pektin, lignin, dan beberapa hemiselulosa dari polisakarida lain yang larut dalam air, vitamin C, serta bioflavanoid. Semua itu diyakini dapat mengurangi risiko munculnya penyakit.
Hati-Hati dengan Bahaya Plastik! Pelajari Sebelum Terlambat. 16 Maret, 2008 at 00:13 332 komentar
Sudah banyak orang yang memberi peringatan, rumor, gosip bahkan artikel majalah tentang bahaya plastik. Tetapi tetap saja hanya segelintir orang yang menggubris, peduli atau sampai meneliti lebih lanjut. Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari botol minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk (CD), kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga pestisida. Oleh karena itu kita bisa hampir dipastikan pernah menggunakan dan memiliki barang-barang yang mengandung Bisphenol-A. Salah satu barang yang memakai plastik dan mengandung Bisphenol A adalah industri makanan dan minuman sebagai tempat penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral, dan botol bayi walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpan makanan yang tidak mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai makan. Satu tes membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A. Plastik dipakai karena ringan, tidak mudah pecah, dan murah. Akan tetapi plastik juga beresiko terhadap lingkungan dan kesehatan keluarga kita. Oleh karena itu kita harus mengerti plastikplastik yang aman untuk kita pakai. Apakah arti dari simbol-simbol yang kita temui pada berbagai produk plastik? #1. PETE atau PET (polyethylene terephthalate) biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Boto-botol dengan bahan #1 dan #2 direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan pakai untuk air hangat apalagi panas. Buang botol yang sudah lama atau terlihat baret-baret.
putih
#2. HDPE (high density polyethylene) biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna susu. Sama seperti #1 PET, #2 juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian.
#3. V atau PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan. #4. LDPE (low density polyethylene) biasa dipakai untuk tempat makanan dan botolbotol yang lembek. Barang-barang dengan kode #4 dapat di daur ulang dan baik untuk barangbarang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang dengan #4 bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan. #5. PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Cari simbol ini bila membeli barang berbahan plastik. #6. PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Selain tempat makanan, styrine juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China. #7. Other (biasanya polycarbonate) bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon. Hindari bahan plastik Polycarbonate. Masih banyak sekali barang plastik yang tidak mencantumkan simbol-simbol ini, terutama barang plastik buatan lokal di Indonesia. Oleh karena itu, kalau anda ragu lebih baik tidak membeli. Kalaupun barang bersimbol lebih mahal, harga tersebut lebih berharga dibandingkan kesehatan keluarga kita. Pada akhirnya. Hindari penggunaan plastik apapun di Microwave. Gunakan bahan keramik, gelas atau pyrex sebagai gantinya. Hindari juga membuang sampah plastik terutama yang mengandung Bisphenol-A sembarangan karena bahan tersebut pun bisa mencemari air tanah yang pada akhirnya pun bisa mencemari air minum banyak orang.