BAB I LAPORAN KASUS I.
Identitas
Nama
: H. Oong Ahmad Ismail
Usia / Tanggal lahir
: 74 tahun / 16 November 1940
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Jl. Puskesmas RT. 005 RW. 010 Kel. Kebon Pala, Kec. Makasar
Pekerjaan
: Pensiunan
Agama
: Islam
Pendidikan terakhir
: SMA
Status perkawinan
: Menikah
Tanggal masuk RS
: 11 Juli 2015
Ruang rawat
: Garuda kamar 9 bed 2
Nomor RM
: 08 42 58
II.
Anamnesis Anamnesis dilakukan secara auto dan alloanamnesis terhadap pasien dan istrinya
pada hari Senin, 13 Juli 2015 pukul 07.20 WIB di ruang rawat inap Garuda kamar 9 bed 2 (ruang rawat isolasi). A. Keluhan utama Batuk berdarah sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. B. Keluhan tambahan Demam, keringat malam, nyeri dada, dan sesak. C. Riwayat penyakit pekarang Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSAU Dr. Esnamawan Antariksa diantar oleh anaknya pada hari Jum’at, 10 Juli 2015 pukul 22.00 WIB dengan keluhan batuk berdarah warna merah segar. Istri pasien mengatakan batuk darah sudah dialami pasien selama 2 bulan sebelum masuk rumah sakit dan makin memburuk sekitar 1 minggu terakhir. Awalnya pasien batuk berdahak, yang mana terkadang disertai dengan seberkas darah. Namun akhir-akhir ini darah yang keluar bersama dahak dapat mencapai seperempat gelas. Pasien juga mengatakan sekitar 1 minggu terakhir ini bersama dahak dan darah tersebut, terkadang keluar juga semacam selaput berwarna putih kekuningan.
1
Selama sakit ini terkadang pasien merasa demam. Demam dirasakan naik turun dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Suhu tubuh meningkat menjelang malam atau pada malam hari kemudian menurun hingga normal pada pagi hari. Kadang pasien mengalami keringat malam. Penurunan berat badan tidak terlalu dirasakan oleh pasien. Nyeri dada saat bernapas dan sesak juga dialami oleh pasien. Selama sakit ini pasien mengatakan terkadang merasa mual namun tidak ada muntah. Pasien juga terkadang merasa sedikit nyeri di ulu hati tapi menyangkal adanya kelainan pada BAK dan BAB nya. Pasien menyangkal dirinya mengidap penyakit darah tinggi, kencing manis, maupun alergi. D. Riwayat penyakit dahulu Istri pasien mengatakan bahwa pasien sebelumnya pernah mengidap penyakit TBC pada tahun 2012. E. Riwayat penyakit keluarga Istri pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang pernah sakit seperti yang dialami pasien sebelumnya. F. Riwayat pengobatan Istri pasien mengatakan pasien pernah menjalani pengobatan untuk sakit TBC selama 3 bulan. Pengobatan tersebut tidak dilanjutkan karena pasien sudah merasa lebih baik dan kesulitan menjangkau tempat pengobatan tersebut. Pasien menyangkal mengonsumsi obat-obatan rutin. G. Riwayat kebiasaan Pasien menyangkal memiliki kebiasaan merokok sebelumnya, namun mengaku sering berada di sekitar perokok. H. Riwayat Lingkungan Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk sehingga rumah pasien hanya sedikit mendapat sinar matahari. III.
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap pasien pada hari Senin, 13 Juli 2015 pukul 07.20 WIB di ruang rawat inap Garuda kamar 9 bed 2 (ruang rawat isolasi). A. Keadaan umum Pasien berbaring dengan terpasang infus di tangan kanan dan memakai sungkup oksigen. 2
Kesadaran
: Compos mentis
Kesan sakit
: Sedang
Kesan gizi
: Kurang
B. Status gizi Berat badan Tinggi badan Indeks Massa Tubuh (IMT) C. Tanda vital
: 42 kg : 160 cm : 16,41 kg/m2 (underweight)
Suhu
: 36oC di ketiak
Nadi
: 96x/menit, reguler, isi cukup, teraba kuat
Pernapasan
: 20x/menit, reguler, tipe thoracoabdominal
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
D. Kepala Normocephali, rambut beruban, distribusi tidak merata, dan tidak mudah dicabut E. Mata Konjungtiva anemis (+ / +), sklera ikterik (- / -) F. Telinga Normotia, nyeri tarik (- / -), nyeri tekan tragus (- / -), sekret (- / -) G. Hidung Deviasi septum (-), sekret (- / -), pasase udara (+ / +), krepitasi (-) H. Tenggorok Oral hygiene kurang baik, normoglossia, arcus faring simetris, tonsil T1 / T1, kripta tidak melebar I. Leher KGB dan kelenjar tiroid tidak teraba membesar, JVP = 5 + 2 cmH2O J. Thorax a. Cor •
Inspeksi
: Ictus cordis tampak di ICS V medial garis
•
midklavikularis kiri Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V medial garis
•
midklavikularis kiri Perkusi : Batas kanan : ICS III garis sternalis kanan Batas kiri Batas atas
• Auskultasi b. Pulmo • Inspeksi • Palpasi • Perkusi
: ICS V garis midaxilaris kiri : ICS II parasternal
: S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-) : Gerak dinding dada simetris (+ / +) : Vocal fremitus meningkat (+ / -) : Sonor pada kedua lapang paru 3
•
Auskultasi
: Suara napas bronkial (+ / -), ronki kering kasar (+)
di paru kanan terutama di bagian lobus atas, wheezing (- / -), friction rub (+) di basal paru kanan. K. Abdomen • Inspeksi : Datar, gerak napas abdominothoracal, smiling umbilicus (-), shagging of the flanks (-) • Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar tidak teraba. • Perkusi : Timpani, shifting dulness (-) • Auskutasi : Bising usus (+) sebanyak 3x/menit L. Ekstermitas Akral hangat +
+
+
+
Pitting Oedem _
_
_
_
Capillary refill time <2 detik
IV.
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium darah 10 Juli 2015
Parameter Hemoglobin Leukosit Trombosit Hematokrit Gula darah sewaktu Ureum Creatinin
Hasil 8,9 g/dL 23.700/mm3 314.000/mm3 26 % 171 mg/dL 72 mg/dL 1,55 mg/dL
Nilai Rujukan 13 – 18 3.800 – 10.600 150.000 – 450.000 40 – 52 <140 15 – 50 0,5 - 0,9
Keterangan ▼ ▲ normal ▼ ▲ ▲ ▲
Nilai Rujukan 137 – 147 3,5 – 5,0 95 - 105
Keterangan ▼ normal normal
Pemeriksaan laboratorium darah 11 Juli 2015 Parameter Natrium Kalium Klorida
Hasil 134 mmEq/L 4,6 mmEq/L 99 mmEq/L
Pemeriksaan EKG 4
11 Juli 2015 Interpretasi
: Irama sinus, terdapat gambaran T-inverted di lead V5-V6
Pemeriksaan sputum BTA 11 Juli 2015 Sewaktu / Pagi / Sewaktu
:(-/-/-)
Pemeriksaan Foto Thorax PA 13 Juli 2015 Interpretasi
: Terdapat infiltrat di lobus atas paru kanan, terdapat penebalan pleura, sudut kostofrenikus kanan tumpul sedangkan yang kiri sulit dinilai, CTR <50%, corakan bronkovaskular normal.
Pemeriksaan laboratorium darah 14 Juli 2015 Parameter
Hasil
Nilai Rujukan
Interpretasi Meningkat, menandakan ada
LED
85 mm/jam
Pria: < 15 mm/jam
proses inflamasi yang sedang berlangsung
V.
Diagnosis Kerja TB paru kambuh dan pleuritis
VI.
Diagnosis banding • •
VII.
Penataksanaan • • • •
VIII.
Sindrom Obstruksi Pasca TB (SOPT) Pneumonia
O2 5 liter per menit Assering 500 cc/24 jam Vitamin K 2x1 ampul Kodein 2x1
Prognosis 5
IX.
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad malam
Ad sanationam
: dubia ad malam
Follow up 14 Juli 2015
S
: Pasien mengeluh masih batuk berdahak, sesak, dan nyeri saat bernapas, khususnya
dirasakan di dada sebelah kanan O
:
Tanda vital
: 36,2oC di ketiak
: Suhu Nadi
: 100x/menit, reguler, isi cukup, teraba kuat
Pernapasan
: 24x/menit, reguler, tipe thoracoabdominal
Tekanan darah
: 130/90 mmHg
Status generalis:Kepala
: Konjungtiva anemis (+ / +), sklera ikterik (- / -)
Leher
: KGB dan kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Cor
: S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
: Vocal fremitus meningkat di hemithorax kanan, suara napas
bronkial (+ / -), ronki kering kasar (+) di hemithorax kanan atas, wheezing (- / -), friction rub (+) di hemithorax kanan bawah. Abdomen
: Datar, nyeri tekan epigastrium (+), bising usus (+) 3x/menit
Ekstermitas : Akral hangat +
+
+
+
Pitting Oedem _
_
_
_
Capillary refill time <2 detik A
:
P
:
TB paru kambuh DD/ SOPT dan pneumonia
Diet bubur lunak 6
IVFD Assering 500 cc/24 jam O2 2-4 liter per menit bila sesak Kodein 2x1 bila sering batuk
7
BAB II ANALISA KASUS Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSAU Dr. Esnamawan Antariksa diantar oleh anaknya pada hari Jum’at, 10 Juli 2015 pukul 22.00 WIB dengan keluhan batuk berdarah. Istri pasien mengatakan batuk darah sudah dialami pasien selama 2 bulan sebelum masuk rumah sakit dan makin memburuk sekitar 1 minggu terakhir. Awalnya pasien batuk berdahak, yang mana terkadang disertai dengan seberkas darah. Namun akhirakhir ini darah yang keluar bersama dahak dapat mencapai seperempat gelas. Pasien juga mengatakan sekitar 1 minggu terakhir ini bersama dahak dan darah tersebut, terkadang keluar juga semacam selaput berwarna putih kekuningan. Selama sakit ini terkadang pasien merasa demam. Demam dirasakan naik turun dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Suhu tubuh meningkat menjelang malam atau pada malam hari kemudian menurun hingga normal pada pagi hari. Kadang pasien mengalami keringat malam. Penurunan berat badan tidak terlalu dirasakan oleh pasien. Nyeri dada saat bernapas dan sesak juga dialami oleh pasien. Selama sakit ini pasien mengatakan terkadang merasa mual namun tidak ada muntah. Pasien juga terkadang merasa sedikit nyeri di ulu hati tapi menyangkal adanya kelainan pada BAK dan BAB nya. Pasien menyangkal dirinya mengidap penyakit darah tinggi, kencing manis, maupun alergi. Istri pasien mengatakan bahwa pasien sebelumnya pernah mengidap penyakit TBC pada tahun 2012. Istri pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang pernah sakit seperti yang dialami pasien sebelumnya. Istri pasien mengatakan pasien pernah menjalani pengobatan untuk sakit TBC selama 3 bulan. Pengobatan tersebut tidak dilanjutkan karena pasien sudah merasa lebih baik dan kesulitan menjangkau tempat pengobatan tersebut. Pasien menyangkal mengonsumsi obat-obatan rutin. Pasien menyangkal memiliki kebiasaan merokok sebelumnya, namun mengaku sering berada di sekitar perokok. Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk sehingga rumah pasien hanya sedikit mendapat sinar matahari.
8
Pada pemeriksaan fisik thorax ditemukan vocal fremitus meningkat di hemithoraks kanan dibandingkan hemithorax kiri. Pada auskultasi terdengar suara napas bronkial khususnya di hemithorax kanan, suara hipersonor, ronki kering kasar terutama di bagian atas paru kanan, dan ronki basah halus pada bagian basala paru kanan. Terdengar pula friction rub khususnya di bagian basal hemithorax kanan. Pada hemithorax kiri normal. Berikut merupakan daftar masalah pada pasien
:
1. Batuk berdarah bersama keluarnya selaput berwarna putih kekuningan Darah yang keluar bersama batuk dapat diakibatkan oleh pecahnya kapiler darah di jaringan fibrotik pada paru. Hal tersebut dapat terjadi akibat pasien yang batuk terlalu keras. Kemudian selaput yang keluar bersama dahak kemungkinan adalah sisa jaringan paru yang sudah mengalami proses perkejuan sehingga menjadi benda asing di dalam paru dan tubuh berusaha mengeluarkannya melalui batuk. 2. Nyeri saat menarik napas Dicurigai infeksi pada paru sudah menyebar ke selaput pleura sehingga menyebabkan inflamasi. Rasa nyeri muncul karena pada pleura terdapat banyak serabut saraf. Nyeri tersebut khususnya muncul saat menarik napas akibat mengembangnya paru saat masuknya udara mengakibatkan saling tergeseknya antara pleura parietalis dan viseralis 3. Ronki basah halus di bagian basal paru kanan Dicurigai terdapat cairan eksudat akibat inflamasi dari selaput pleura. Hal ini dapat juga sebagi penyebab sesak pada pasien.
9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1
Pendahuluan Di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001
didapatkan bahwa penyakit pada sistem pernapasan merupakan penyebab kematian kedua setelah sistem sirkulasi. Pada SKRT 1992 disebutkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian kedua, sementara SKRT 2001 menyebutkan bahwa tuberkulosis adalah penyebab kematian pertama pada golongan penyakit infeksi. Saat ini Indonesia masih menduduki urutan ke-3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India dan China. 3.2
Definisi Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex. 3.3
Etiologi Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robert Koch (1882)2 yaitu kuman
yang berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 mm dan panjang 1 – 4 mm. Kuman akan tumbuh optimal pada suhu sekitar 37° C dengan tingkat pH optimal pada 6,4 sampai 7,0. Dinding Mycobacterium tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding selnya ialah asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis bersifat tahan asam. 3.4
Patogenesis Penyakit tuberkulosis ditularkan melalui udara secara langsung dari penderita TB
kepada orang lain. Penderita penyakit TB sering tidak tahu bahwa ia menderita penyakit tersebut. Sumber penularan adalah pasien TB dengan BTA (+) yang pada saat batuk atau bersin, pasien tersebut menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk dahak (droplet nuclei). Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan / partikel dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari 10
dapat langsung membunuh kuman. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Jika droplet tadi terhirup oleh orang lain yang sehat, droplet akan terdampar pada dinding saluran pernapasan. Droplet besar akan terdampar pada saluran pernapasan bagian atas, sedangkan droplet kecil akan masuk ke dalam alveoli di lobus mana pun. Pada tempat terdamparnya, basil tuberkulosis akan membentuk suatu fokus infeksi primer berupa tempat pembiakan basil tuberkulosis tersebut dan tubuh penderita akan memberikan reaksi inflamasi. 3.4.1
Tuberkulosis primer Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru, membentuk sesuatu yang disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mugkin timbul di bagian mana saja dalam paru. Dari sarang primer akan terlihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib berikut: 1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali 2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik, atau sarang perkapuran di hilus) 3. Menyebar dengan cara : a. Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya. b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru sebelahnya. c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Kejadian penyebaran ini sangat bersangkutan dengan daya tahan tubuh,
jumlah
dan
virulensi
basil.
Komplikasi
dan
penyebaran ini mungkin berakhir dengan : • Sembuh dengan meninggalkan sekuele, atau • Meninggal 3.4.2
Tuberkulosis post-primer / sekunder Tuberkulosis post-primer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah tuberkulosis primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Bentuk 11
tuberkulosis inilah yang terutama menjadi masalah kesehatan rakyat, karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang pneumonik dini, yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun lobus inferior. Nasib sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut : 1. Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat 2. Sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri menjadi lebih keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. 3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik). Nasib kaviti ini : • Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru. • Dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tapi mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi. • Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri, akhirnya mengecil. 3.5
Klasifikasi 1.
Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA) a. Tuberkulosis paru BTA (+) •
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
•
positif Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
•
kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif b. Tuberkulosis Paru BTA (-) 12
•
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif serta
•
tidak respons dengan pemberian antibiotik spektrum luas Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M.tuberculosis positif
2.
Berdasarkan tipe penderita a.
Kasus baru Adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
b.
Kasus kambuh Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA atau biakan positif.
c. Kasus pindahan Adalah penderita yang sedang mendapatkan pengobatan di suatu kabupaten dan kemudian pindah berobat ke kabupaten lain. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan/pindah. d.
Kasus lalai berobat Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 minggu atau lebih, kemudian datang kembali berobat.
e.
Kasus gagal pengobatan •
Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan
•
sebelum akhir pengobatan) Adalah penderita dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan atau gambaran radiologik ulang hasilnya perburukan.
f.
Kasus kronik Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
g.
Kasus bekas TB 13
•
Hasil pemeriksaan dahak mikroskopik negatif dan gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB inaktif. Riwayat
•
pengobatan OAT yang adekuat. Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan lesi TB aktif, namun setelah mendapat pengobatan OAT selama 2 bulan ternyata tidak ada perubahan gambaran radiologik.
3.6
Manifestasi klinik Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologik, radiologik, dan pemeriksaan penunjang lainnya. 3.6.1
Gejala klinik 1. Gejala respiratorik Batuk ≥ 3 minggu, batuk darah, sesak napas, dan nyeri dada. 2. Gejala sistemik Demam, malaise, keringat malam, anoreksia, dan berat badan menurun.
3.6.2
Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik, kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apex dan segmen posterior, serta daerah apex lobus inferior. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
3.6.3
Pemeriksaan Bakteriologik a. Bahan pemeriksasan Bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, dan bilasan lambung. b. Cara pengumpulan bahan Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturutturut atau dengan cara: • Sewaktu (dahak sewaktu kunjungan) • Dahak pagi (keesokan harinya) • Sewaktu (pada saat mengantarkan dahak pagi) c. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain 14
•
Pemeriksaan mikroskopik: - Mikroskopik biasa: menggunakan pewarnaan Ziehl-Nielsen dan -
pewarnaan Kinyoun Gabbett Mikroskopik fluoresens: pewarnaan auramin-rhodamin
Pemeriksaan mikroskopik dibaca dengan skala bronkhorst atau IUATLD. Interpretasi hasil pemeriksaan mikroskopik dari 3 kali pemeriksaan, yaitu: 2 kali positif, 1 kali negatif → Mikroskopik positif 1 kali positif, 2 kali negatif → ulang BTA 3 kali 3 kali negatf → Mikroskopik negatif • Pemeriksaan biakan kuman: Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode konvensional antara lain dengan cara : Egg base media (Lowenstein-Jensen, Ogawa, Kudoh) Agar base media : Middle brook Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti, dan
dapat
mendeteksi
Mycobacterium
tuberculosis
dan
juga
Mycobacterium other than tuberculosis (MOTT). 3.6.4
Pemeriksaan radiologik Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral. Pemeriksaan lain atas indikasi : foto apiko-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform). Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior
lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan
opak berawan atau nodular Bayangan bercak milier Efusi pleura unilateral atau bilateral
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif : 3.6.5
Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas Kalsifikasi atau fibrotik Kompleks ranke Fibrotoraks/fibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura
Pemeriksaan penunjang 15
1. Polymerase chain reaction (PCR): Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA, termasuk DNA M.tuberculosis. 2. Enzym linked immunosorbent assay (ELISA) Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respon humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi. 3. Pemeriksaan cairan pleura Pemeriksaan analisis cairan pleura & uji Rivalta cairan pleura perlu dilakukan pada penderita efusi pleura untuk membantu menegakkan diagnosis. Interpretasi hasil analisis yang mendukung diagnosis tuberkulosis adalah uji Rivalta positif dan kesan cairan eksudat, serta pada analisis cairan pleura terdapat sel limfosit dominan dan glukosa rendah 4. Pemeriksaan histopatologi jaringan Pemeriksaan biopsi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis, terutama pada tuberkulosis ekstra paru 5. Pemeriksaan darah Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk tuberkulosis. Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua sangat dibutuhkan, penting sebagai indikator respon terhadap pengobatan penderita serta kemungkinan sebagai predeteksi tingkat penyembuhan penderita. Demikian pula kadar limfosit sebagai gambaran daya tahan tubuh penderita. 6. Uji tuberkulin Di
Indonesia
dengan
prevalensi
tuberkulosis
yang
tinggi,
pemeriksaan uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik kurang berarti. 3.7
Pengobatan Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. 3.7.1
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Obat yang dipakai:
1.
Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah Rifampisin, INH, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol. 16
2.
Kombinasi dosis tetap (Fixed-dose combination) Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari : •
Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg;
•
dan Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150
mg, isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg. 4. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) adalah Kanamisin, Kuinolon, obat lain masih dalam penelitian; makrolid, amoksilin + asam klavulanat, 7 dan derivat dari Rifampisin dan INH. 3.7.2 Dosis OAT 1. Rifampisin . 10 mg/ kg BB, maksimal 600mg 2-3X/ minggu atau: BB > 60 kg : 600 mg BB 40-60 kg : 450 mg BB < 40 kg : 300 mg Dosis intermiten 600 mg / kali 2. INH 5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10 mg /kg BB 3 X seminggu, 15 mg/kg BB 2 X semingggu atau 300 mg/hari untuk dewasa. lntermiten : 600 mg / kali 3. Pirazinamid : fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 X semingggu, 50 mg /kg BB 2 X semingggu atau : BB > 60 kg : 1500 mg BB 40-60 kg : 1 000 mg BB < 40 kg : 750 mg 4. Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg /kg BB, 30mg/kg BB 3X seminggu, 45 mg/kg BB 2 X seminggu atau : BB >60kg : 1500 mg BB 40 -60 kg : 1000 mg BB < 40 kg : 750 mg Dosis intermiten 40 mg/ kgBB/ kali 5. Streptomisin:15mg/kgBB atau: BB >60kg : 1000mg BB 40 - 60 kg : 750 mg BB < 40 kg : sesuai BB 3.7.3
Efek Samping OAT :
Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian OAT dapat dilanjutkan. 17
Gambar 1. Efek samping ringan dari OAT
Gambar 2. Efek samping berat dari OAT
18
BAB IV KESIMPULAN Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan bahwa Tn. Oong Ahmad Ismail, 74 tahun dengan keluhan batuk berdarah sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit didiagnosis dengan TB paru kambuh. Hal tersebut disimpulkan dari hasil anamnesis yang menyatakan bahwa pasien pernah menderita penyakit TB paru sebelumnya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pada auskultasi paru terdengan suara napas abnormal yaitu ronki kering kasar pada bagian lobus atas paru. Ditambah dengan terdengarnya suara ronki basah halus pada bagian basal paru kanan dan friction rub yang menandakan keterlibatan selaput pleura dalam penyakit infeksi ini. Pada pemeriksaan penunjang juga didapatkan hasil yang mendukung diagnosis antara lain gambaran infiltrat di lobus atas paru kanan foto rontgent pada foto thorax PA dan sedikit gambaran efusi di sudut kostofrenikus kanan.
19