BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Tak hanya budaya, masyarakat di Indonesia juga menganut agama dan aliran kepercayaan lainnya. Walaupun terdiri dari berbagai suku, bangsa, ras, dan agama, tidak menutup kemungkinan untuk Indonesia mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Oleh karena itu, harus adanya keselarasan antar masyarakat. Masyarakat merupakan sekelompok orang yang selalu bergaul, berkomunikasi dan berinteraksi satu dengan yang lain, dengan berbagai unsur yang ada di dalamnya, dengan identitas bersama. Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, dibutuhkan kerja sama antar individu untuk menghormati HAM (Hak Asasi Manusia) dan dibutuhkan kesadaran yang tinggi untuk melaksanakan KAM. Dalam mewujudkan kesadaran yang tinggi di kalangan masyarakat, agama sangat berperan penting. Dalam paper ini akan dibahas mengenai peran umat Hindu dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera. Selain itu juga akan membahas mengenai tanggung jawab umat Hindu dalam mewujudkan HAM dan Demokrasi.
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana peran umat Hindu dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera? 2. Bagaimana tanggung jawab umat Hindu dalam mewujudkan HAM dan Demokrasi?
1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui peran umat Hindu dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera. 2. Untuk mengetahui tanggung jawab umat Hindu dalam mewujudkan HAM dan Demokrasi.
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Peran Umat Hindu dalam Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Sejahtera Masyarakat adalah sekelompok orang yang selalu bergaul, berkomunikasi dan berinteraksi satu dengan yang lain, dengan berbagai unsur yang ada di dalamnya, dengan identitas bersama. Masyarakat Hindu ditandai oleh kekhasan dengan ciri-ciri kehinduannya. Untuk mewujudkan kesejahteraan harus ada pembangunan, yaitu suatu proses yang menunjukkan adanya suatu kegiatan guna mencapai kondisi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Ada keselarasan antara tujuan pembangunan dengan tujuan agama Hindu, yaitu untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Peran serta umat Hindu dalam pembangunan masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan meliputi peran serta dalam pemikiran, peran serta dalam penggalangan dana, peran serta dalam penyediaan tenaga dan peran serta dalam penggalian berbagai sumber kekayaan. Pengertian tentang masyarakat sebagai sebuah komunitas dalam pandangan Hindu berasal dari konsepsi kula (keluarga) , gotra atau mahagotra (himpunan keluarga besar atau yang lebih besar )yang berkembang melingkupi suatu wilayah desa hingga terbentuknya suatu tatanan hidup bersama , baik yang disebut kula dresta , desa dresta atau loka dresta , dan sastra dresta .Setiap kula atau gotra pada dasarnya merupakan unit kecil dari sistem tatanan dharmadharma dalam sebuah kesatuan kosmos yang bertujuan mewujudkan kreta (pakertan), yakni kesejahteraan warganya. Dari kerta (kreta) ini dikembangkan menjadi keraman atau desa pekraman seperti dikenal pada masyarakat di bali. Konsepsi kerta (kreta) yang di pahamkan dalam konteks keraman ini secara ideal merujuk kepada ketentraman dan keberlimpahan sebagai mana halnya di khayangan atau sorga; ketentraman dan keberlimpahan itu adalah sepatutnya dihadirkan di bumi bagi segenap umat manusia. Hal ini di sebutkan dalam Atharva Veda, sebagai berikut : “Jnana bibhrati bahudha vivacasam, nanadharmanam pritivi yathaukasan. Shasram dhara dravinasya me duham, 2
Dhruveva dheur anapasphuranti” (Atharva Veda XII.1.45) “Bumi yang memikul beban, bagaikan sebuah keluarga, sebuah orang berbicara dengan bahasa berbeda-beda dan yang memeluk kepercayaan (agama) yang berbeda- beda pula, semoga ia melimpahkan kekayaan kepada kita, tumbuhkan penghargaan diantara Anda seperti sapi betina (kepada anak-anaknya)” “ Samani prapa saha vo-annabhagah, Samane yoktre saha vo-yunajmi. Samyanco-agnim saparnyata. Ana nabhim iva-abitah.” (Atharva veda III.30.6)
“Engkau mengambil makanan dan air mu ditempat yang sama. Aku menyatakan Anda semua dengan suatu ikatan saling pengertian.
Sembahlah Tuhan Yang Maha Esa dengan kebulatan hati ( musyawarah ) dan tujulah kehidupan yang bersatu seperti sebuah as roda yang di kelilingi oleh jari-jarinya”. “Jyayavantas Cittino ma vi yausta, Sam radhayantah sadhuras caran-tah. Anyo anyasmai algu vadanta eta. Sadhrician vahsammanasaskraomi” (Atharva Veda III.30.5) “ Wahai uamat manusia, dengan berjalan kearah depan anda seharusnya tidak saling bertentangan, karena anda adalah para pengikut tujuan yang sama, yang hormat kepada orang tua, yang memiliki pemikiran-pemikiran yang mulia dan ikut serta di dalam pikiran yang sama. Aku mempersatukan anda dan memberkahimu dengan pemikiran-pemikiran yang mulia”. “ Ajyesthaso akanisthasa ete,sam 3
Bhrataro vav rdhuh saubhagaya” (Rg Veda V.60.5) “Pada Dewa Marut bertingkah laku seperti sesama saudara dan mereka membeci orang yang membedakan tinggi dan rendah, majulah diaku menuju kemakmuran”. “Sagdhis ca me saptitas ca me” (Yayur Veda XVIII 9 ) “Hendaknya terdapat tempat makan umum, untuk makan dan minum”. “Indram vardhanto apturah krnavanto visvam aryanam Apaghnanto Aravnah” (Rg Veda IX.63.5) “Semoga semua dari Anda menjadi giat dan bijak. Buatlah seluruh masyarakat menjadi mulia dan hancurkanlah orang-orang kikir”.
Dari kutipan di atas dapat di pahami bahwa setiap manusia Hindu yang merupakan bagian dari anggota keluarga, mahagotra, dan desa pakaraman secara teologis telah dibekali sebuah kesadaran social-ekonomi cultural untuk berperan mengkondisikan dan membangun sebuah masyarakat yang kerta-raharja (civil society) atau masyarakat madani/ sejahtera. Upaya ini tidak sekedar tergantug kepada pimpinan Negara, akan tetapi bertumpu kepada setiap individu. Hal ini selaras dengan konsep Hindu yang memandang bahwa setiap manusia Hindu adalah seorang pemimpin; pertam-tama adalah memimpin mengendalikan indra-indranya ke hal yang positif, sehingga ia jiga akan dapat memimpin keluarga dan masyarakat demi terciptanya kesejahteraan bersama. Mewujudkan kesejahteraan pada prinsipnya sebuah dharma-agama sekaligus dharma-Negara dan dharma-kemasyarakatan.
2.2 Tanggung Jawab Umat Hindu dalam Mewujudkan HAM dan Demokrasi Tanggung jawab dalam mewujudkan HAM dan Demokrasi bagi sebuah kehidupan masyarakat dalam pandangan Veda, pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dharma-karma. Dalam pehaman tentang dharma-karma baik dalam konteks dharma-agama, dharma-negara 4
dan dharma kemasyarakatan, maka makna HAM akan dipahami sebagai salah satu kesatuan dengan KAM (Kewajiban Asasi Manusia). Selanjutnya, dengan memahami makna HAM dan KAM sebagai salah satu kesatuan juga berarti memahami konsepsi HAR (Hak Asasi Ruh) dan KAR (Kewajiban Asasi Ruh) yang terlahirkan sebagai manusia. Seperti telah disinggung dalam pembicaraan diatas, pandangan filsafat manusia Hindu lebih berat tendensinya kepada paham spiritualisme bahwa jiwa-atma lebih tinggi dari badan materi. Dalam kaitan ini, Mahatma Gandhi mengatakan : ”Sumber dari seluruh hak yang sejati ialah kewajiban. Asal saja kita semua melaksanakan kewajiban sendiri (Swadharma), tidak terlalu susah mengejar hak”. Pandangan Mahatma Gandhi ini pada dasarnya bersumber dari Bhagawadgita, sebagai berikut : “tasmad asaktah satatam, Karyam karma samacara, Asakto hy acara karma, Param apnoti purusah,
Artinya : “oleh karena itu, laksanakanlah segala kerja kewajibanmu tanpa terikat pada hasil (sebagai hak), sebab kerja yang bebas dari keterikatan bila melakukannya, maka orang itu akan mencapai (tujuan) yang tertinggi”.
Dalam bahasa yang lain, Svami Vivankananda mengatakan : “tiap-tiap kewajiban adalah suci, dan mengabdikan diri kepada sesuatu kewajiban adalah suatu bentuk pemujaan terhadap Tuhan yang tertinggi”. Dengan demikian sudah sangat jelas bagi masyarakat Hindu, bahwa mewujudkan HAM tidak dapat dilakukan tanpa KAM. Dengan kata lain bahwa pemahaman dan pelaksanaan KAM secara otomatis telah mengandung HAM sekalipun tidak tampak dalam bentuk benda materi yang nyata. Selanjutnya pustaka suci Bhagawadgita II 40-41-45, menjelaskan sebagai berikut: “Di jalan ini taka da usaha yang sia-sia dan taka da rintangan yang tak teratasi bahkan walauoun sedikit dari dharma ini sudah cukup untuk membebaskan dari kekuatan yang mengerikan”. Taka ada langkah yang sia-sia karena dan setiap usaha yang dilakukan dengan penuh perjuangan akan meninggalkan nilai yang akan diperhitungkan sebagai jasa. 5
“ Dalam hal ini wahai Kurunandana (Arjuna) yang pikirannya sudah bulat, pemahamannya menyatu, sedangkan yang pikirannya masih ragu-ragu, pemahamannya bercabang dan taka da habis-habisnnya” Di sini dengan jelas diharapkan untuk dapat mengkonsentrasikan pikiran mencapai keberhasilan, karena kegiatan apapun yang dikerjakan tanpa konsentrasi, tak akan memberikan konsentrasi. Pada dasarnya, pikiran manusia senantiasa mengembara kemana-mana terutama mengikatkan dirinya pada objek-objek kenikmatan material, sehingga untuk dapat melakukan semacam itu diperlukan usaha keras yang disertai semangat yang tak kunjung padam. “ Kegiatan dari triguna (tiga sifat alam) adalah masalah pokok dari kitab Weda, tetapi engkau hendaknya membebaskan dirimu dari padanya, wahai arjuna, bebaskan pula dirimu dari dualitas ( pasangan yang saling bertentangan) dan mantapkan pikiranmu pada kemurnian, jangan mempedulikan tentang masalah duniawi dan konsentrasi pada sang Diri.” Pelaksanaan upacara ritualitas diperlukan untuk memelihara kehidupan duniawi sebagai hasil dari triguna ntuk mendapatkan hasil kesempurnaan yang lebih tinggi, kita harus mengarahkan perhatian kita pada realitas yang tertinggi.
6
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Masyarakat adalah sekelompok orang yang selalu bergaul, berkomunikasi dan berinteraksi satu dengan yang lain, dengan berbagai unsur yang ada di dalamnya, dengan identitas bersama. Masyarakat Hindu ditandai oleh kekhasan dengan ciri-ciri kehinduannya. Adapun peran masyarakat Hindu untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia yaitu dengan melakukan pembangunan. Pembangunan adalah suatu proses yang menunjukkan adanya suatu kegiatan guna mencapai kondisi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Ada keselarasan antara tujuan pembangunan dengan tujuan agama Hindu, yaitu untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Peran serta umat Hindu dalam pembangunan masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan meliputi peran serta dalam pemikiran, peran serta dalam penggalangan dana, peran serta dalam penyediaan tenaga dan peran serta dalam penggalian berbagai sumber kekayaan. Selain peran, terdapat tanggung jawab umat Hindu dalam mewujudkan HAM dan demokrasi di mana dalam sloka disebutkan bahwa untuk mewujudkan suatu hak harus melaksanakan kewajiban terlebih dahulu. Dengan demikian sudah sangat jelas bagi masyarakat Hindu, bahwa mewujudkan HAM tidak dapat dilakukan tanpa KAM. Dengan kata lain bahwa pemahaman dan pelaksanaan KAM secara otomatis telah mengandung HAM sekalipun tidak tampak dalam bentuk benda materi yang nyata.
3.2 Saran Demikian paper mengenai masyarakat dalam agama Hindu yang kami buat. Kami mengharapkan sepenuhnya kritik atau saran guna pembuatan paper yang lebih baik nantinya.
7
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Agama Hindu Unud. 2016. Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi. Bali: Udayana University Press
8