MATERI PENDIDIKAN STANDAR MINIMAL PADA PASIEN DAN KEUARGA
1. Penggunaan Obat Yang Aman A. PENGERTIAN Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemuihan dan peningkatan kesehatan untuk manusia. Bila obat tidak digunakan secara efektif dan aman akan mengakibatkan kegagalan pengobatan bahkan dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. B. CARA PENGGUNAAN OBAT YANG EFEKTIF DAN AMAN 1. Informasikan kepada dokter mengenai ada atau tidaknya alergi obat 2. Baca aturan pakai obat dengan jelas 3. Minum obat sesuai waktu yag ditentukan 4. Makanan dan minuman tertentu dapat bereaksi dengan obat, karena itu minumlah obat sesuai dengan aturan pakainya : saat makan atau sebelum makan dan sesudah makan. Waktu yang tepat untuk minum obat : Pada saat makan/ segera setelah makan : Sebelum makan (1/2 – 1 jam sebelum makan), Sesudah makan (1/2 jam sesudah makan) 5. Simpanlah obat di tempat kering, terlindung dari cahaya matahari langsung, jauhkan dari jangkauan anak anak dan jika perlu di simpan di lemari pendingin (bukan freezer) 6. Minumlah obat dengan air putih, jangan dengan teh, kopi, atau minuman jenis lain 7. Gunakan alat bantu pemakaian obat secara benar (inhaler, jarum suntik) 8. Jangan gunakan obat lain maupun obat bebas lain sebelum berkonsultasi denga dokter 9. Jangan menghentikan pengobatan sebelum berkonsultasi 10. Bila mengalami reaksi reaksi yang tidak diinginkan setelah minum obat, segera konsultasikan ke dokter atau apoteker C. WASPADAI KEMUNGKINAN ALERGI TERHADAP OBAT TERTENTU
Beberapa orang mungkin sangat sensitive terhadap kandungan aktif dari beberapa obat. Hal ini dapat menyebabkan beberapa reaksi alergi, seperti batuk, pembengkakan pada bibir, lidah atau wajah, gatal-gatal pada kulit, atau bintik merah dan bengkak. Apabila anda ingin mengetahui lebih lanjut mengenai alergi obat atau reaksi alergi pada kandungan obat pereda nyeri yang dijual bebas, konsultasikan dengan dokter atau apoteker anda sebelum menggunakannya. Gejala-gejala alergi yang harus diwaspadai dan diobati, meliputi:4
Masalah pada jaringan: pembengkakan pada tenggorokan dan lidah, suara serak, suara tarikan napas yang terdengar keras.
Masalah pernapasan: sesak napas.
Maslah pada peredaran darah; detak jantung yang cepat, merasa pusing, pucat, kehilangan kesadaran
D. TEPAT MINUM OBAT
Minum obat juga ada aturannya, aturan itu dibuat supaya kerja obat dalm tubuh kita bisa maksimal. Sebelum minum obat sebaiknya kita cek, sudah benar atau belum cara minum obat kita
Cek Label Baca baik-baik label obatnya, terutama kalau kita membeli obat bebas yang nggak memerlukan resep dokter. Lihat tanggal kadaluarsa dan perhatikan isi obat tersebut. Yang paling penting juga, jangan sampai obat tersebut mengandung zat yang bisa memicu alergi buat kita.
Dosis Pas Minum obat sesuai dosis yang dianjurkan. Soalnya, menurut Patrick J. McDonnel, dosen di Temple University of Pharmacy di Philadelphia, sebagian besar obat memiliki efek samping yang nggak bagus kalau diminum berlebihan. Jadi, kalau dosisnya satu tablet, jangan ditambah jadi dua atau tiga, ya.
Tepat Waktu Setiap obat diminum dengan waktu yang berbeda-beda. Ada yang satu kali sehari, ada juga yang tiga kali sehari. Kalau kita harus minum obat tiga kali sehari, berarti menghitungnya adalah 24 jam dibagi tiga. Itu berarti kita harus minum obat tersebut setiap 8 jam. Jeda waktu ini dimaksudkan untuk memberikan waktu yang cukup lama untuk obat itu bekerja di tubuh sebelum dibuang lagi melalui keringat, urin, atau feces.
Sesudah atau Sebelum Makan? Sebagian besar obat memang paling baik diminum sesudah makan. Soalnya, pada saat itu lambung kita sudah selesai menyerap makanan sehingga proses penyerapan obat pun nggak terganggu. Tapi, ada beberapa obat yang memang lebih baik dikonsumsi sebelum makan. Jadi, sebaiknya kita mengikuti saja petunjuk dari dokter.
Habiskan Antibiotik Resep antibiotik dari dokter harus dihabiskan meskipun kita merasa sudah membaik. Soalnya, dokter sudah memberi takaran obat untuk waktu tertentu sehingga kuman penyakit tersebut akan mati. Kalau obat nggak dihabiskan, kita membuka peluang buat si kuman penyakit balik lagi ke tubuh kita karena nggak ditumpas sampai habis.
Air Putih Saja Obat memang paling baik diminum dengan air putih. Minum obat dengan teh bisa menghambat penyerapan obat dalam tubuh. Sedangkan kalau diminum dengan susu, bisa menimbulkan reaksi tertentu yang juga bikin khasiat obat jadi hilang.
Jangan Dicampur Jangan mencampur obat yang satu dengan yang lain. Soalnya, kita nggak tahu efek yang mungkin ditimbulkan dari kedua obat tersebut. Untuk menghindari kesalahan, lebih baik bertanya ke dokter atau apoteker.
E. CARA PENYIMPANAN OBAT
Obat bermanfaat sebagai penyembuh. Namun siapa sangka, obat juga berpotensi mendatangkan malapetaka. Karena itu, dengan pengetahuan tentang obat dan penggunaannya secara tepat dan aman, anda akan terhindar dari bahaya yang mungkin ditimbulkan olehnya. Bahkan, anda juga akan lebih banyak memetik manfaatnya, seperti halnya anda memetik manfaat dengan melakukan sarapan pagi Seiring dengan kesadaran akan pentingnya kualitas kesehatan, pemakaian obat juga terjadi peningkatan. Orang cenderung mempunyai persediaan obat dirumah untuk keadaan-keadaan darurat tertentu atau bagi orang-orang yang memang harus mengkonsumsi obat dalam jangka waktu tertentu. Obat membutuhkan perlakuan khusus dalam penyimpanan tergantung dari karakteristiknya sehingga obat tetap bisa dipakai dan tidak kehilangan efeknya. Masa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena lambat laun obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu. Akhirnya khasiat obat akan berkurang. Tanda2 kerusakan obat kadangkala tampak dengan jelas, misalnya bila larutan bening menjadi keruh dan bila warna suatu krim berubah tidak seperti awalnya ataupun berjamur. Akan tetapi dalam proses rusaknya obat tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Bentuk dan baunya obat tidak berubah, namun kadar zat aktifnya sudah banyak berkurang, atau terurai dengan membentuk zat-zat beracun. berkurangnya zat aktif hanya dapat ditetapkan dengan analisa di laboratorium. Menurut aturan nternasional, kadar obat aktif dalam suatu sediaan diperbolehkan menurun sampai maksimal 10%, lebih dari 10% dianggap terlalu banyak dan obat harus dibuang.
Berikut ini cara penyimpanan obat yang benar yang dapat dilakukan dirumah ; 1. Jauhkan dari jangkauan anak-anak Jika anda punya kebiasaan untuk menyimpan obat ditempat yang mudah terlihat agar mudah ingat untuk meminumnya, tinggalkan wadah obat yang kosong ditempat itu dan simpan obatnya pada tempat yang tidak mudah dijangkau anakanak. 2. Simpa sesuai dengan petunjuk yang tertera Kebanyakan obat dapat disimpan pada tempat sejuk dan kering yaitu pada suhu kamar yang jauh dari sumber panas. Jika obat tidak tahan terhadap cahaya maka dapat digunakan botol bewarna coklat atau botol plastik yang tidak tembus cahaya. Beberapa obat harus disimpan di lemari pendingin tapi jangan disimpan di freezer. 3. Simpan obat dalam kemasan aslinya Penandaan pada kemasan asli serta brosur jangan dibuang, karena pada etiket obat tersebut tertera cara penggunaan dan informasi penggunaan obat yang penting. Ini penting agar Anda selalu mengetahui keterang`n obat dengan lengkap 4. Hal-hal lain yang harus diperhatikan:
Sediakan wadah penyimpanan obat dan pilah-pilah obat menurut jenisnya, untuk memudahkan ketika kita mencarinya.
Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung atau seperti yang tertera pada kemasan.
Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat menimbulkan kerusakan.
Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.
Periksa kondisi obat secara rutin, jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.
Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Bersihkanlah wadah/kotak tempat penyimpanan obat secara rutin.
F. ATURAN PENYIMPANAN Guna memperlambat penguraian, maka semua obat sebaiknya disimpan di tempat yang sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari lembab dan cahaya. Dan hendaknya di suatu tempat yang tidak bisa dicapai oleh anak2, agar jangan dikira sebagai permen berhubung bentuk dan warnanya kerapkali sangat menarik. Obat-obat tertentu harus disimpan di lemari es dan persyaratan ini selalu dicantumkan pada bungkusbya, mis. insulin. G. LAMA PENYIMPANAN OBAT Masa penyimpanan obat tergantung dari kandungan dan cara menyimpannya. Obat yang mengandung cairan paling cepat terurainya, karena bakteri dan jamur dapat tumbuh baik di lingkungan lembab. Maka itu terutama obat tetes mata, kuping dan hidung, larutan, sirup dan salep yang mengandung air/krim sangat terbatas jangka waktu kadaluwarsanya. Pada obat-obat biasanya ada kandungan zat pengawet, yang dapat merintangi pertumbuhan kuman dan jamur. Akan tetapi bila wadah sudah dibuka, maka zat pengawetpun tidak dapat menghindarkan rusaknya obat secara keseluruhan. Apalagi bila wadah sering dibuka-tutup. mis. dengan tetes mata, atau mungkin bersentuhan dengan bagian tubuh yang sakit, mis. pipet tetes mata, hidung atau telinga. Oleh karena itu obat hendaknya diperlakukan dengan hati-hati, yaitu setelah digunakan, wadah obat perlu ditutup kembali dengan baik, juga ihkan pipet/sendok ukur dan mengeringkannya. Di negara2 maju pada setiap kemasan obat harus tercantum bagaimana cara menyimpan obat dan tanggal kadaluwarsanya, diharapkan bahwa di kemudian hari persyaratan ini juga akan dijalankan di Indonesia secara menyeluruh. Akan tetapi, bila kemasan aslinya sudah dibuka, maka tanggal kadaluwarsa tsb tidak berlaku lagi. Dalam daftar di bawah ini diberikan ringkasan dari jangka waktu penyimpanan dari sejumlah obat, bila kemasannya sudah dibuka. Angka2 ini hanya merupakan pedoman saja, dan hanya berlaku bila obat disimpan menurut petunjuk2 yang tertera dalam aturan pakai
Jangka tab/kap salep/pasta (tube) serbuk/tabor pil krim/gel (tube) larutan tetesan suspensi
waktu 3 tahun 3 tahun 1 tahun 1 tahun 6 bulan 6 bulan 6 bulan
salep mata salep/pasta pot cairan untuk kulit tet .telinga tet/sempr.hidung krem (pot) tet/bilasan mata
penyimpanan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan 3 bulan 1 bulan
H. EFEK SAMPING OBAT Efek samping obat adalah suatu reaksi yang tidak diharapkan dan berbahaya yang diakibatkan oleh suatu pengobatan. Efek samping obat, seperti halnya efek obat yang diharapkan, merupakan suatu kinerja dari dosis atau kadar obat pada organ sasaran. Interaksi obat juga merupakan salah satu penyebab efek samping. Hal ini terjadi ketika tenaga kesehatan (dokter, apoteker, perawat) lalai dalam memeriksa obat yang dikonsumsi oleh pasien, sehingga terjadi efek-efek tertentu yang tidak diharapkan di dalam tubuh pasien. Bertambah parahnya penyakit pasien yang dapat berujung kematian merupakan kondisi yang banyak terjadi di seluruh dunia akibat interaksi obat ini. Interaksi ini dapat terjadi antar obat atau antara obat dengan makanan/minuman. Bahkan tanaman yang digunakan dalam pengobatan alternatif yang disangka aman oleh sebagian besar masyarakat juga dapat berinteraksi dengan obat lainnya. Contohnya adalah tanaman St. John's wort (Hypericum perforatum), yang digunakan untuk pengobatan depresi sedang. Tanaman ini menyebabkan peningkatan enzim sitokrom P450 yang berperan dalam metabolisme dan eliminasi banyak obat-obatan di tubuh, sehingga pasien yang mengkonsumsi St John's wort akan mengalami pengurangan kadar obat lain dalam darah yang digunakan bersamaan.
Berikut ini adalah contoh dari efek samping obat yang biasanya terjadi: 1. Aborsi atau keguguran, akibat Misoprostol, obat yang digunakan untuk pencegahan (gastric ulcer) borok lambung yang disebabkan oleh obat anti inflamasi non steroid.
2. Ketagihan, akibat obat-obatan penenang dan analgesik seperti diazepam serta morfin. 3. Kerusakan janin, akibat Thalidomide dan Accutane. 4. Pendarahan usus, akibat Aspirin. 5. Penyakit kardiovaskular, akibat obat penghambat COX-2. 6. Tuli dan gagal ginjal, akibat antibiotik Gentamisin. 7. Kematian, akibat Propofol. 8. Depresi dan luka pada hati, akibat Interferon. 9. Diabetes, yang disebabkan oleh obat-obatan psikiatrik neuroleptik. 10. Diare, akibat penggunaan Orlistat. 11. Disfungsi ereksi, akibat antidepresan. 12. Demam, akibat vaksinasi. 13. Glaukoma, akibat tetes mata kortikosteroid. 14. Rambut rontok dan anemia, karena kemoterapi melawan kanker atau leukemia. 15. Hipertensi, akibat penggunaan Efedrin. Hal ini membuat FDA mencabut status ekstrak tanaman efedra (sumber efedrin) sebagai suplemen makanan. 16. Kerusakan hati akibat Parasetamol. 17. Mengantuk dan meningkatnya nafsu makan akibat penggunaan antihistamin. 18. Bunuh diri akibat penggunaan Fluoxetine, suatu antidepresan.
I.
FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA EFEK SAMPING OBAT
1. Faktor Pasien Faktor pasien meliputi umur, genetik dan penyakit yang diderita. Pada pasien anak-anak (khususnya bayi) sistem metabolism belum sempurna sehingga kemungkinan terjadinya efek samping dapat lebih besar, begitu juga pada pasien geriatrik (lansia) yang kondisi tubuhnya sudah menurun. Pada pasien dengan penyakit tertentu seperti gangguan hati dan ginjal penggunaan obat perlu perhatian khusus karena dapat menyebabkan efek samping yang serius. 2. Faktor Obat Faktor obat yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek samping seperti pemilihan obat, jangka waktu penggunaan obat, dan adanya interaksi antar obat. Masing masing obat memiliki mekanisme dan tempat kerja yang berbeda-beda sehingga dapat menimbulkan efek samping yang berbeda
J. CARA MENCEGAH TIMBULNYA EFEK SAMPING OBAT 1. Baca dosis dan aturan pakai penggunaan obat sesuai dengan yang tertera di leafleat atau yang diresepkan dokter. 2. Pergunakan obat sesuai indikasi yang jelas dan tepat sesuai yang tertera di leafleat atau yang diresep dokter. 3. Berikan perhatian khusus terhadap penggunaan dan dosis obat pada bayi, pasien usia lanjut dan pasien dengan penyakit hati atau ginjal. 4. Perhatikan dan catat riwayat alergi akibat penggunaan obat 5. Beritahukan ke dokter apabila anda sedang hamil, menyusui, alergi obat tertentu, memiliki penyakit diabetes, penyakit ginjal atau liver, sedang meminum obat lain atau suplemen herbal 6. Hindari penggunaan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus 7. Mintalah dokter mengevaluasi penggunaan obat dalam jangka panjang
2. Penggunan Alat Medis yang Aman A. PENGERTIAN Tinjauan Literatur Peralatan medis didefinisikan setiap item yang digunakan untuk mendiagnosa, mengobati, atau mencegah penyakit, cedera, atau kondisi lain yang bukan obat, biologis, atau makanan. Peralatan medis seringkali mengakibatkan efek-efek yang tidak diinginkan pada klien. Peristiwa yang merugikan adalah kejadian di mana peralatan medis telah, atau mungkin memiliki, menyebabkan atau berkontribusi pada kematian atau luka berat (FDA Kode Peraturan, Federal 21 2010). Masalah yang sering peralatan aktual atau potensial dan dapat terjadi karena beberapa alasan. Dua alasan sering dilaporkan kepada FDA melibatkan masalah peralatan (a) manufaktur dan (b) interaksi manusia (faktor manusia). Faktor manusia disebut sebagai 'ergonomi dan faktor manusia rekayasa' fokus pada interaksi manusia-mesin (Bogner, 1994). ALAT KESEHATAN Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan, Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Peralatan medis berkisar dari item yang sederhana seperti stik sampai peralatan yang lebih kompleks, seperti ventilator. Mereka mewakili beberapa teknologi yang paling inovatif yang dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir. Sebuah peralatan medis didefinisikan setiap item yang digunakan untuk mendiagnosa, mengobati, atau mencegah penyakit, cedera, atau kondisi lain yang bukan obat, biologis, atau makanan Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 116/SK/79, Alat kesehatan dapat digolongkan menjadi : 1.
preparat untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan
2.
Pestisida dan insektisida pembasi hama manusia dan binatang piaraan
3.
alat kecantikan yang digunakan dalam salon kecantikan
4.
wadah dari plastik dan kaca untuk obat dan injeksi, juga karet tutup botol infus
5.
peralatan obstetri dan hgynekologi
6.
pelalatan anestesi
7.
peralatan dan perlengkapan kedokteran gigi
8.
peralatan dan perlengkapan kedokteran THT
9.
peralatan dan perlengkapan kedokteran mata
B. JENIS DAN MACAM PERALATAN MEDIS 1. Alat ukur/alat diagnosis a. Alat Ukur gula darah sewaktu/GDS b. Alat ukur tekanan darah c. Alat ukur denyut nadi & tekanan darah. 1
Alat bantu pemberian obat a. Infus pump b. Syringe pump c. Alat suntik insulin,missal; d. Alat bantu dengar e. CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialisys) f. Alat Bantu Rehabilitasi Medik. - alat bantu jalan - sepatu, dll
1
Alat bantu pemantauan/observasi a. Holter b. ABP(Ambulatory Blood Presure) c. Observasi gambaran jantung
C. HAL-HAL YANG HARUS DIKETAHUI / DIPERHATIKAN
Saat Di Rumah Sakit a. Semua peralatan medis yang berada dan digunakan selama perawatan di dalam rumah sakit merupakan tanggung jawab petugas pemberi pelayanan b. Awasi anak-anak atau geriatric/manula/usia lanjut jika ada di (khususnya) ruang perawatan terhadap alat medis yang digunakan seperti; 1. Tombol di Tempat Tidur Elektrik 2. Hati-hati Alat yang ada rodanya (Tiang infus, Over Bed Table, dll) ”RESIKO JATUH” c. Segera Beri tahu Petugas jika menemukan hal berikut; 1.
Alarm bunyi
2.
Mesin peralatan medis mati/OFF
3.
Aliran obat tidak mengalir.
4.
Peralatan medis Lepas dari pemasangan.
Saat Di Rumah Saat menggunakan alat medis di rumah, perhatikan beberapa hal berikut; a. Satuan Alat ukur: Pastikan satuan hasil ukurnya sudah sesuai dengan standart yang anda inginkan, sehingga saat hasilnya tertera dialat tidak salah mengartikan dan tidak salah merespon hasil. b. Alat observasi/pemantauan: Pastikan petugas telah menjelaskan instruksi kerja/petunjuk tehnis penggunaan alat yang akan digunakan dirumah. Termasuk hal-hal penting yang bisa mempengaruhi hasil pemantauan. c. Alat suntik: Pastikan petugas menjelaskan cara menggunakan alat tersebut dan khususnya cara pengaturan dosis obatnya. d. Kenali faktor-faktor yang bisa membuat alat medis tersebut rusak atau tidak berfungsi, konsultasikan jika terjadi perubahan fungsi/rusak. D. MAKSUD DAN TUJUAN PENGGUNAAN ALAT MEDIS 1. Untuk mencapai target waktu 2. Untuk mencapai target dosis 3. Untuk diagnosis /alat ukur
4. Untuk sarana observasi/pemantauan 5. Alat bantu dengar 6. Alat bantu jalan 7. Sarana kemanan dan keselamatan
D. PERSYARATAN PERALATAN 1. Persyaratan peralatan meliputi peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan baik pakai; 2. Peralatan medis harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/ atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang; 3. Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan harus diawasi oleh lembaga yang berwenang; 4. Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di Rumah Sakit harus dilakukan sesuai dengan indikasi medis pasien; 5. Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya; 6. Pemeliharaan peralatan harus didokumentasi dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan; 7. Ketentuan mengenai pengujian dan/ atau kalibrasi peralatan medis, standar yang berkaitan dengan keamanan, mutu, dan manfaat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2 I.
INTERAKSI OBAT DENGAN OBAT LAIN DAN MAKANAN
INTERAKSI OBAT DENGAN OBAT A. PENGERTIAN DEFENISI DAN TERMINOLOGI Kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau
menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Modifikasi efek suatu obat lain yang diberikan bersamaan. Bila dua atau lebih obat berinteraksi sedemikian rupa sehingga keefektifan suatu obat berubah.
Interaksi
obat
adalah
perubahan
efek
suatu
obat
akibat
pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Potensi obat dapat dirasakan setelah terjadi reaksi kimia di dalam tubuh. Reaksi kimia dapat terjadi antar obat atau obat dengan bahan lain di luar obat yang dikonsumsi dalam waktu bersamaan.
Adanya reaksi atau interaksi obat dengan makanan atau obat dengan zat lain dapat menurunkan potensi obat dan mengurangi efek pengobatan, atau sebaliknya bisa terjadi peningkatan efek samping dari obat itu sendiri. Interaksi antara obat dengan makanan dapat terjadi jika makanan yang kita makan mempengaruhi obat yang sedang kita gunakan sehingga mempengaruhi efek obat tersebut. Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain perubahan dalam farmakokinetika obat tersebut, seperti Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi (E) obat. B. BERDASARKAN
JENIS
ATAU
BENTUKNYA
INTERAKSI
OBAT
DIKLASIFIKASIKAN ATAS: 1. Interaksi secara kimia atau farmasetis Interaksi secara kimia / farmasetis terjadi apabila secara fisik atau kimia suatu obat inkompatibel dengan obat lainnya. Pencampuran obat yang inkompatibel akan mengakibatkan inaktivasi obat. Interaksi ini sering terjadi pada cairan infus yang mencampurkan berbagai macam obat. 2. Interaksi secara farmakokinetik Interaksi secara farmakokinetik terjadi apabila suatu obat mempengaruhi absorpsi, distribusi, biotransformasi / metabolisme, atau ekskresi obat lain. 3. Interaksi secara fisiologi Secara fisiologi interaksi terjadi apabila suatu obat merubah aktivitas obat lain pada lokasi yang terpisah dari tempat aksinya.
4. Interaksi secara farmakodinamik Secara farmakodinamik terjadi apabila suatu obat mempengaruhi aktivitas obat lain pada atau dekat sisi reseptornya. C. AKIBAT INTERAKSI OBAT a. Sumasi (adiktif). b. Sinergisme, contoh : Sulfonamid mencegah bakteri untuk mensintesa dihidrofolat, sedangkan trimetoprim menghambat reduksi dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Kedua obat ini bila diberikan bersama-sama akan memiliki c.
efek sinergistik yang kuat sebagai obat anti bakteri. Antagonisme, contoh : Antagonis reseptor beta (beta bloker) mengurangi efektifitas obat-obat bronkhodilator seperti salbutamol yang merupakan agonis
d.
beta reseptor. Potensiasi, contoh : banyak diuretika yang menurunkan kadar kalium plasma, dan yang akan memperkuat efek glikosid jantung yang mempermudah timbulnya toksisitas glikosid. Penghambat monoamin oksidase meningkatkan jumlah noradrenalin di ujung syaraf adrenergik dan karena itu memperkuat efek obat-obat seperti efedrin dan tiramin yang bekerja dengan cara melepaskan noradrenalin.
KLASIFIKASI INTERAKSI OBAT 1. Minor drugs interaction Umumnya tidak terlalu berpengaruh pada efek klinik dan tidak membutuhkan perubahan regiment terapi.(contoh : Furocemid and hydralazine). 2. Moderate drugs interaction Jika terjadi interaksi, membutuhkan penyesuaian dosis dan monitoring ketat. (contoh : Rifampin and isoniazid). 3. Severe drugs interaction Interaksi ini harus dihindari sedapat mungkin, karena berpotensi menimbulkan toksisitas yang berbahaya. (contoh : ketoconazole causes marked increases in cisapride exposure). HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN INTERAKSI OBAT 1. Tidak semua obat yang berinteraksi signifikan scr klinik 2. Interaksi tidak selamanya merugikan. 3. Jika dua obat berinteraksi tidak berarti tidak boleh diberikan 4. Interaksi tidak hanya untuk terapi yang berbeda tetapi kadang untuk mengobati penyakit yang sama. 5.Interaksi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pengobatan.
MANFAAT INTERAKSI OBAT 1.
Meningkatkan Kerja Obat
Contoh : sulfametoksasol, analgetik dan kafein 2.
Mengurangi Efek Samping Contoh : anestetika dan adrenalin
3.
Memperluas Spektrum Contoh : kombinasi antiinfeksi
4.
Memperpanjang Kerja Obat Probenesid dan penisilin.
PASIEN YANG RENTAN TERHADAP INTERAKSI OBAT Pasien lanjut usia Pasien yang mengkonsumsi lebih dari satu macam obat Pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati Pasien dengan penyakit akut Pasien dengan penyakit yang tidak tidak stabil (kadang kambuh) Pasien dengan karakteristik genetik tertentu Pasien yang dirawat oleh lebih dari satu dokter. II.
INTERAKSI OBAT DENGAN MAKANAN A. PENGERTIAN Setiap saat, ketika suatu makanan atau minuman mengubah efek suatu obat, perubahan tersebut dianggap sebagai interaksi obat-makanan. Interaksi seperti itu bisa terjadi, tetapi tidak semua obat dipengaruhi oleh makanan, dan beberapa obat hanya dipengaruhi oleh makanan tertentu. Interaksi obat-makanan dapat terjadi dengan obat yang diresepkan oleh dokter, obat yang dibeli bebas, produk herbal, dan suplemen diet. Meskipun beberapa interaksi mungkin berbahaya atau bahkan fatal pada kasus yang langka, interaksi yang lain bisa bermanfaat dan umumnya tidak akan menyebabkan perubahan yang berarti terhadap kesehatan anda. B. PROSES MAKANAN DAN OBAT BERINTERAKSI
Makanan dan obat dapat berinteraksi dalam banyak cara yang berbeda. Sering, zat tertentu di dalam makanan memberikan efek. Perubahan-perubahan lain dapat disebabkan oleh jumlah protein dalam diet anda, atau bahkan cara makanan tersebut disiapkan. Salah satu cara yang paling umum terjadi, dimana makanan mempengaruhi efek obat adalah dengan mengubah cara obat tersebut diuraikan ( dimetabolisme ) oleh tubuh anda. Jenis protein yang disebut enzim, memetabolisme banyak obat. Pada sebagian besar obat, metabolisme adalah proses yang terjadi di dalam tubuh terhadap obat dimana obat yang semula aktif/ berkhasiat, diubah menjadi bentuk tidak aktifnya sebelum dikeluarkan dari tubuh. Sebagian obat malah mengalami hal yang sebaliknya, yakni menjadi aktif setelah dimetabolisme, dan setelah bekerja memberikan efek terapinya, dimetabolisme lagi menjadi bentuk lain yang tidak aktif untuk selanjutnya dikeluarkan dari tubuh. Beberapa makanan dapat membuat enzim-enzim ini bekerja lebih cepat atau lebih lambat, baik dengan memperpendek atau memperpanjang waktu yang dilalui obat di dalam tubuh. Jika makanan mempercepat enzim, obat akan lebih singkat berada di dalam tubuh dan dapat menjadi kurang efekteif. Jika makanan memperlambat enzim, obat akan berada lebih lama dalam tubuh dan dapat menyebabkan efek samping yang tidak dikehendaki. C. INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN YANG UMUM TERJADI Makanan yang mengandung zat Tyramine ( seperti bir, anggur, alpukat, beberapa jenis keju, dan berbagai daging olahan ) memperlambat kerja enzim yang memetabolisme obat penghambat MAO ( kelompok obat antidepresi ) dan dapat menyebabkan efek yang berbahaya, termasuk tekanan darah tinggi yang serius. Beberapa jenis makanan dapat mencegah obat tertentu untuk diserap ke dalam darah setelah ditelan, dan yang lain sebaliknya dapat meningkatkan penyerapan obat. Contohnya, jika anda meminum segelas susu ketika menggunakan obat antibiotik tetrasiklin, calcium yang ada dalam susu akan mengikat tertrasiklin, membentuk senyawa yang tidak mungkin dapat diserap oleh tubuh ke dalam darah. Sehingga efek yang diharapkan dari obat tetrasiklin tidak akan terjadi. Di sisi lain, meminum segelas jus citrus bersamaan dengan suplemen yang mengandung zat besi akan sangat bermanfaat karena vitamin C yang ada dalam jus akan meningkatkan penyerapan zat besi. Akhirnya, beberapa makanan benar-benar bisa mengganggu efek yang diinginkan dari obat. Contohnya, orang yang menggunakan obat pengencer darah warfarin seharusnya tidak mengkonsumsi secara bersamaan dengan makanan yang banyak mengandung vitamin
K seperto brokoli, atau bayam. Vitamin K membantu pembekuan darah, sehingga melawan efek dari obat warfarin. Efek yang sebaliknya, terjadi dengan vitamin E, bawang dan bawang putih, karena bahan-bahan ini menghaslkan efek yang mirip dengan efek warfarin. Konsumsi dalam jumlah besar dari makanan ini dapat menyebabkan
efek
warfarin
menjadi
terlalu
kuat.
D. CONTOH INTERAKSI OBAT DENGAN MAKANAN Tidak semua obat berinteraksi dengan makanan. Namun, banyak obat-obatan yang dipengaruhi oleh makanan tertentu pada waktu memakannya. Berikut adalah beberapa contohnya: 8. Jus jeruk menghambat enzim yang terlibat dalam metabolisme obat sehingga mengintensifkan pengaruh obat-obatan tertentu. Peningkatan pengaruh obat mungkin kelihatannya baik, padahal tidak. Jika obat diserap lebih dari yang diharapkan, obat tersebut akan memiliki efek berlebihan. Misalnya, obat untuk membantu mengurangi tekanan darah bisa menurunkan tekanan darah terlalu jauh. Konsumsi jus jeruk pada saat yang sama dengan obat penurun kolesterol juga meningkatkan penyerapan bahan aktifnya dan menyebabkan kerusakan otot yang parah. Jeruk yang dimakan secara bersamaan dengan obat antiinflamasi atau aspirin juga dapat memicu rasa panas dan asam di perut 9.
Kalsium atau makanan yang mengandung kalsium, seperti susu dan produk susu lainnya dapat mengurangi penyerapan tetrasiklin.
10. Makanan yang kaya vitamin K (kubis, brokoli, bayam, alpukat, selada) harus dibatasi konsumsinya jika sedang mendapatkan terapi antikoagulan (misalnya warfarin), untuk mengencerkan darah. Sayuran itu mengurangi efektivitas pengobatan dan meningkatkan risiko trombosis (pembekuan darah). 11. Kafein
meningkatkan
risiko overdosis
antibiotik
tertentu
(enoxacin,
ciprofloxacin, norfloksasin).Untuk menghindari keluhan palpitasi, tremor, berkeringat atau halusinasi, yang terbaik adalah menghindari minum kopi, teh atau soda pada masa pengobatan. Situs obat-obat dan interaksi obat-makanan seperti ini :
E. AKIBAT INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN Dapat menghambat kerja obat Muncul efek samping obat yang merugikan atau menguntungkan Muncul efek samping baru F. HAL-HAL
YANG
PERLU
DILAKUKAN
UNTUK
MENGHINDARI
TERJADINYA INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN: 1. Jagalah obat tetap berada di dalam wadah / tempat aslinya sehingga memudahkan untuk mendapatkan informasi mengenai obat pada label obat.
2. Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memehami dapat ditanyakan kepada apoteker atau dokter. 3. Bacalah aturan pakai, perhatian dan peringatan interaksi obat yang tercantum dalam lebel dan wadah obat. 4. Sebaiknya minum obat dengan segelas air putih 5. Tanyakan kepada apoteker atau dokter mengenai informasi tentang makanan, minuman dan suplemen serta yang harus dihindari ketika minum obat.
4. DIET DAN NUTRISI A. PENGERTIAN Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari agar seseorang tetap sehat. Bila diet dilakukan di rumah sakit dengan tujuan untuk meningkatkan status gizi dan/atau membantu kesembuhan pasien, maka istilah yang digunakan adalah Diet Rumah Sakit ( Hospital Diet ). Nutrisi diartikan sebagai sebuah proses dalam tubuh makhluk hidup untuk memenfaatkan makanan guna pembentukan energi, tumbuh kembang dan pemeliharaan tubuh. B. TERAPI NUTRISI Terapi nutrisi adalah penggunaan layanan nutrisi khusus untuk mengobati penyakit, luka, atau kondisi lainnya dan mencakup dua hal utama yaitu penilaian status gizi penderita dan penatalaksanaan yang mencakup terapi nutrisi, penyuluhan dan penggunaan supplement nutrisi. Terapi nutrisi membantu tubuh menyingkirkan sel yang rusak dan menggantinya dengan sel baru yang lebih sehat dan lebih kuat sehingga kesehatan meningkat. Dasar dari terapi nutrisi adalah untuk penderita
dengan penyakit kritis baik yang disebabkan oleh trauma, luka bakar, pembedahan, khemoterapi, sepsis dan kausa lainnya. Jenis terapi nutrisi itu sendiri yaitu terapi nutrisi oral, enteral, panteral dan terapi nutrisi kombinasi. Jenis terapi nutrisi itu sendiri yaitu terapi nutrisi oral, enteral, panteral dan terapi nutrisi kombinasi. Tetapi nutrisi oral dan enteral diberikan pada pasien dengan fungsi saluran pencernaan baik sedangkan terapi nutrisi parenteral dan terapi nutrisi parenteral dan terapi nutrisi kombinasi diberikan pada pasien dengan fungsi saluran pencernaan tidak baik. Terapi Nutrisi Parenteral (TNPE) diberikan pada pasien dengan indikasi tidak mau makan, tidak cukup makan, tidak bias makan dan tidak boleh makan. Rule pemberian TNPE bias melalui vena sentral dan vena perifer. Perbedaan penggunaan vena sentral dan perifer dilihat dari lamanya terapi, batas osmolaritas, stress metabolic dan derajat malnutrisi. C. STANDAR MAKANAN RUMAH SAKIT Standar makanan rumah sakit merupakan pedoman pemberian makanan bagi pasien di rumah sakit. Ada 2 golongan yaitu : 1. Makanan Umum Merupakan dasar untuk modifikasi makanan khusus Dapat memenuhi kebutuhan gizi pasien Susunan makanan sama dengan makanan orang sehat di rumah 2. Makanan Khusus (Therapeotic Diet) Perubahan konsistensi : Makanan lunak, makanan saring, makanan cair Penambahan / pengurangan energy : Diet kalori rendah, diet kalori tinggi Penambahan / pengurangan jenis makanan : Diet garam rendah, diet laktosa rendah, diet albumin tinggi D. STANDAR BENTUK MAKANAN DI RUMAH SAKIT 1. Makanan Biasa Pengertian : sama dengan makanan sehari-hari yang beraneka ragam, Tujuan diet :
bervareasi dengan entuk, tekstur dan aroma yang normal. memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi untuk
mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh Indikasi pemberian: diberikan kepada pasien yang tidak memerlukan diet Contoh makanan 2. Makanan Lunak Pengertian:
khusus berhubungan dengan penyakitnya. nasi, lauk sayur makanan yang memiliki tekstur mudah dikunyah, ditelan dan dicerna dibanding makanan biasa
Tujuan diet ;
memberikan makanan dalam bentuk lunak mudah ditelan dan dicerna sesuai kebutuhan gizi dan keadaan penyakit
Indikasi Pemberian: Pasien sesudah operasi tertentu Pasien dengan penyakit infeksi dengan kenaikan suhu tubuh tidak terlalu tinggi Pasien dengan kesulitan mengunyah dan menelan Perpindahan dari makanan saring ke makanan biasa 3. Makanan Saring Pengertian ; makanan semipadat yang mempunyai tekstur lebih halus dari pada makan lunak, sehingga lebih mudah ditelan dan Tujuan diet :
dicerna. memberikan makanan dalam bentuk semi padat untuk jangka waktu pendek sehingga proses adaptasi terhadap brntuk makanan yang lebih padat
Indikasi Pemberian; Pasien pasca operasi tertentu Infeksi akut termasuk infeksi saluran cerna Pasien kesulitan mengunyah makanan Perpindahan dari makanan cair kental ke makanan lunak Ket ; makanan jenis ini kurang ssehat dan Vit C maka sebaiknya diberikan untuk jangka waktu pendek yaitu selama 1-3 hari saja. 4. Makanan cair Pengertian : makanan yang mempunyai konsistensi cair hingga kental Jenis makana cair Makanan cair jernih Makanan cair penuh Makanan cair kental a. Makanan Cair jernih Pengertian makanan yang disajikan dalam bentuk cairan jernih pada suhu ruang dengan kandungan sasa ( resdu ) minimal dan tembus pandang bila diletakan dalam wadah bening. Tujuan diet memenuhi kebutuhan cairan tubuh yang mudah diserap dan sedikit meninggalkan sisa mencegah dehidrasi dan menghilangkan rasa haus Indikasi pemberian diberikan pada pasien pra dan pasca oprasi tertentu keadaan mual dan muntah sebagai makanan tahap awal pasca pendarahan saluran cerna Ket : makanan ini nilai gizi sangat rendah karena hanya terdiri dari kandungan karbohierat b. Makanan Cair Penuh
Pengertian
makan yang berbentuk ccair atau semi cair pada suhu ruang dengan kandungan serat minimal dan tidak tembus
Tujuan diet
pandang bila diletakkan pada wadah bening - memberikan makanan dengan bentuk cair dan setengah
cair yang memenuhi kebutuhan gizi meringankan kerja saluran cerna Indikasi Pemberian : pasien mempunyai masalah untuk mengunyah, menelan atau mencerna mkanan padat. Misalnya pada operasi mulut dan tenggorokan atau pada kesadaran menurun Cara Pemberian :
oral, pipa, atau enternal ( NGT ), secara bolus atau
drip ( tetes ) . c. Makanan Cair Kental Pengertian makanan yang mempunyai konsentrasi kental/ semi padat pada suhu kamar, yang tidak membutuhkan proses mengunyah dan mudah ditelan Tujuan diet
memberikan makanan yang tidak membutuhkan proses
mengunyah, mudah ditelan dan mencegah terjadinya aspirasi yang memenuhi kebutuhan gizi serta mempertahankan keseimbangan cairan tubuh. Indikasi Pemberian Pasien yang tidak mampu mengunyah dan menelan Untuk menegah aspirasi ( cairan masuk dalam salluran nafas ) seperti, penyakit yang disertai peradangan ulkus npeptikum atau gangguan struktural atau motorik pada rongga mulut. E. JENIS MAKANAN 1. Diet energy tinggi protein tinggi Diet energi tinggi protein ( ETPT ) adalah diet yang mengandung energi dan protein diatas kebutuhan normal. Diet ini diberikan bila pasien telah mempunyai cukup nafsu makan dan menerima makanan lengkap. Tujuan diet : Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untukn mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh berat badan normal Indikasi a. Kurang energi protein ( KEP )
Menambah berat badan hingga mencapai
b. Sebelum dan sesudah operasi tertentu, multi trauma sera selama radioterapi dan kemoterapi c. Luka bakar dan baru sembuh dari penyakit dengan panas tinggi d. Hipertiroid, hamil, dan post partum dimana kebutuhan energi dan protein meningkat 2. Diet energi rendah Diet energi rendah adalah diet yang kandungan energinya dibawah kebutuhan normal, cukup Vitamin dan mineral, serta banyak mengandung serat yang bermanfaat dalam proses penurunan berat badan. Tujuan diet Mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai dengan umur , gender dan kebutuhan fisik. a. Mencapai IMI normal yaitu 18,5 – 25 kg/m2 b. Mengurangi asupan energi, sehingga teerapai penurunan berat badan sebanyak setengah – 1 kg/ minggu. Pastikan yang berkurang adalah sel lemak dengan mengukur lemak lipatan kulit dan lingkar pinggang. Indikasi Diet ini diberikan pada pasien yang berdasarkan perhitungan mempunyai IMI lebih dari 25 kg/m2. Sesuai dengan kemampuan pasien, diet energi rendah dapat diberikan secara perorangan. Diet diberikan sapai tercapai berat badan normal. 3. Diet Garam Rendah Diet garam rendah adalah program natrium seperti yang terdapat di dalam garam dapur ( NACL ) , soda kue ( NaHCO3 ), baking powder, natrium benzoat dan vetsin ( mono sodium glutanat ) Tujuan diet : Tujuan diet garam rendah adalah membantu menghilangkan retensi garam air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi Indikasi : Diet rendah garam I diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan atau hipertensi besar pada pengolahan makananya tidak ditambahkan ggaam dapur. Hindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya. 4. Diet Serat tinggi Pada umumnya serat tinggi mengandung energi rendah dengan demikian dapat memmbantlu menurunkan berat badan. Menimbulkan rasa kenyang sehingg menunda rasa lapar. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat erdiri dari 2 golongan : serat larut air dan tidak larut air. Tujuan diet :
Untuk memberi makans sesuai kebutuhan gizi yang tinggi serat sehingga dapat merangsang peristaltik usus agar defekasi berjalan normal. Indikasi : Diet serat tinggi diberikan kepada pasien konstipasi kronis dan penyakit divertikulosis. Lama pemberian diet disesuaikan dengan pemberian penyakit. 5. Diet Serat Rendah Adalah makan yang terdiri dari bahan makanan rendah serat dan hanya sedikit meninggalkan sisa. Tujuan diet ; Untuk memberikan makanan sesuai kebutuhan
gizi yang sedikit
mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi volume feses dan tidak merangsang saluran cerna. Indikasi : Diberikan kepada pasien dengan diare berat, peradangan sluran cerna akut, divertikulitis akut, obstipasi spastik, penyumbatan sebagian saluran cerna, hemorod berat, serta pada pra dan pasca bedah saluran cerna. F. TUJUAN PELAYANAN GIZI Tujuan khusus pelayanan gizi menurut PGRS (2003) adalah : 1. Penegakan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan anamneses, antropometri, gejala klinis dan biokimia tubuh. 2. Penyelenggaraan pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkan anamnesis diet dan pola makan. 3. Penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien 4. Penentuan bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan makanan jumlah pemberian serta cara pengolahan bahan makanan. 5. Penyelenggaraan evaluasi terhadap preskripsi diet yang diberikan sesuai perubahan klinis, status gizi dan status laboratoriium. 6. Penterjemahan preskripsi diet, penyediaan dan pengolahan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan pasien. 7. Penyelenggaraan penelitian aplikasi dibidang gizi dan dietetik 8. Penciptaan standar diet khusus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat membantu penyembuhan penyakit. 9. Penyelenggaraan penyuluhan dan konseling tentang pentingnya diet pada pasien dan keluarganya.
5. Manajemen Nyeri A. PENGERTIAN Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak nyaman dan antara orang yang satu dengan orang lain berbeda perasaan nyerinya, dan hanya orang itu yang dapat menjelaskan rasa nyeri yang dialaminya. Pengertian nyeri menurut para ahli adalah: a. Mc Coffery (1979) : suatu keadaan yg mempengaruhi seseorang, yg keberadaanya diketahui hanya jika orang itu pernah mengalaminya. b. Wolf W. Feurst (1974) : suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yg menimbulkan ketegangan. c. Arthur C. Curton (1983) : suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan
sedang
rusak,dan
menghilangkan nyeri.
menyebabkan
individu
tersebut
bereaksi
utk
d. Kozies dan Erb (1983) : sensasi ketidaknyamanan yang dialami sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman, dan fantasi luka. Adapun definisi dari kozier dan Erb, nyeri diperkenalkan sebagai suatu pengalaman emosional yang penatalaksanaannya tidak hanya pada pengelolaan fisik semata, namun penting juga untuk melakukan manipulasi psikologis untuk mengatasi nyeri. e. Asosiasi Internasional (1979) : Suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan baik secara aktual maupun potensial. B. JENIS-JENIS NYERI 1. Nyeri akut → Nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot. 2. Nyeri Kronis → Nyeri yang timbul secara perlahan-lahan dan biasanya berlangsung dalam waktu lebih dari 6 bulan. 3. Nyeri Somatis → Nyeri yang bersumber dari kulit dan jaringan dibawah kulit pada otot dan tulang, tetapi nyeri ini tidak menjalar pada bagian tubuh lainnya. 4. Nyeri Viseral → Nyeri yang bersumber dari kulit dan jaringan dibawah kulit pada otot dan tulang tetapi nyeri ini dapat menjalar pada bagian tubuh lainnya. 5. Nyeri Menjalar → Nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ viseral. 6. Nyeri Psikogenik → Nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang timbul akibat psikologis. 7. Nyeri Phantom → Nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstremitas diamputasi. 8. Nyeri Neurologis → Merupakan nyeri yang tajam karena adanya spasme disepanjang atau beberapa jalur saraf. C. TAHAPAN FISIOLOGI NYERI Fisiologis nyeri dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu: 1. Tahap Trasduksi Stimulus akan memicu sel yang terkena nyeri untuk melepaskan mediator kimia (prostaglandin, bradikinin, histamin, dan substansi P) yang mensensitisasi nosiseptor. Mediator kimia akan berkonversi menjadi impuls-impuls nyeri elektrik. 2. Tahap Transmisi Terdiri atas 3 bagian: a. Nyeri merambat dari serabut saraf perifer (serabut A-delta dan serabut C) ke medula spinalis. b. Transmisi nyeri dari medula spinalis ke batang otak dan thalamus melalui jaras spinotalamikus (STT) mengenal sifat dan lokasi nyeri.
c. Impuls nyeri diteruskan ke korteks sensorik motorik, tempat nyeri di persepsikan. 3. Tahap Persepsi Tahap kesadaran individu akan adanya nyeri. Memunculkan berbagai strategi perilaku kognitif untuk mengurangi kompenen sensorik dan afektif nyeri. 4. Tahap Modulasi Disebut juga tahap desenden. Fase ini neuron di batang otak mengirim sinyal-sinyal kembali ke medula spinalis. Serabut desenden itu melepaskan substansi (opioid, serotonin, dan norepinefrin) yang akan menghambat impuls asenden yang membahayakan di bagian dorsal medula spinalis. D. PENANGANAN NYERI 1. Farmakologis a. SAID (Steroid Anti-Inflamasion Drugs) Dua jenis utama SAID murni: 1) Agonis murni 2) Kombinasi agonis-integonis b. NSAID (Non Steroid Anti-Iflamasion Drugs) 2. Non Farmakologis Penanganan fisik meliputi:
Message kulit
Stimulasi Kontralateral
Tens
Pijat refleksi
Plasebo
Stimulisasi elektrik
Akupuntur
Distraksi
Relaksasi
Komunikasi terapeutik
Hipnosis
Bio
3. Penanganan Kognitif 4. Regional Analgesia Perjalanan nyeri impuls melalui saraf dengan cara memberikan obat pada batang saraf. Obat ini dilakukan dengan cara disuntikkan pada situs dimana saraf terlindungi
tulang. Terdiri atas 2 analgesia yaitu:
Analgesia Lokal
Analgesia Infiltrasi
E. MACAM SKALA NYERI 1. Skala Numeris 2. Skala Deskriptif 3. Skala Analog Visual 4. Skala Wajah 5. Skala Oucher SKALA NUMERIS
SKALA DESKRIPTIF
SKALA ANALOG VISUAL
SKALA WAJAH
SKALA OUCHER
F. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI: 1. Lokasi Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik minta klien untuk menunjukkan area nyerinya, bisa dengan bantuan gambar. Klien bisa menandai bagian tubuh yang 2.
mengalami nyeri. Intensitas nyeri Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan terpercaya untuk
3.
menetukan intensitas nyeri pasien. Kualitas nyeri Terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk. Perawat perlu mencatat kata-kata yang digunakan klien untuk menggambarkan nyerinya. Sebab
4.
informasi berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi nyeri. Pola Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan kekambuhan atau interval nyeri. Karenanya, perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri terakhir muncul.
5.
Faktor presipitasi Terkadang, aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri sebagai contoh, aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri dada. Selain itu, faktor lingkungan ( lingkungan yang sangat dingin atau sangat panas), stressor fisik dan emosionaljuga dapat memicu munculnya nyeri.
G. METODE PENGKAJIAN NYERI Metode Pengkajian Nyeri Menggunakan PQRST P (provokes) : Apa yang menimbulkan nyeri (aktivitas, spontan, stress, setelah makan dll)? Q (Quality) : Apakah tumpul, tajam, tertekan, dalam, permukaan dll? Apakah pernah merasakan nyeri seperti itu sebelumnya? R (radiation atau Relief) : Apakah menyebar (rahang, punggung, tangan dll)? Apa yang membuat lebih baik (posisi)? Apa yang mempertambah buruk (inspirasi, pergerakan)? S (Severity atau tanda dan gejala) : Jelaskan skala nyeri dan frekuensi. Apakah disertai dengan gejala seperti (mual, muntah, pusing, diaphoresis, pucat, nafas pendek, sesak, tanda vital yang abnormal dll)? T (time; mulai dan lama) : Kapan mulai nyeri? Apakah konstan atau kadang–kadang? Bagaimana lama? Tiba–tiba atau bertahap? Apakah mulai setelah anda makan? Frekuensi?
6.
Teknik teknik rehabilitasi
A. PENGERTIAN
Menurut kamus kedokteran Dorland edisi 29, definisi rehabilitasi adalah pemulihan ke bentuk atau fungsi yang normal setelah terjadi luka atau sakit, atau pemulihan pasien yang sakit atau cedera pada tingkat fungsional optimal di rumah dan masyarakat, dalam hubungan dengan aktivitas fisik, psikososial, kejuruan dan rekreasi. Jika seseorang mengalami luka, sakit, atau cedera maka tahap yang harus dilewati adalah penyembuhan terlebih dulu. Setelah penyembuhan atau pengobatan dijalani maka masuk ke tahap pemulihan. Tahap pemulihan inilah yang disebut dengan rehabilitasi. Jadi, rehabilitasi medis adalah cabang ilmu kedokteran yang menekankan pada pemulihan fungsional pasien agar aktivitas fisik, psikososial, kejuruan, dan rekreasinya bisa kembali normal. Ilmu Rehabilitasi Medik (disebut juga sebagai ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi) adalah ilmu yang mengkhususkan diri dalam pelayanan masyarakat sejak bayi, anak, remaja, dewasa sampai usia tua, yang memerlukan asuhan rehabilitasi medis. Dimana pelayanan yang diberikan adalah untuk mencegah terjadinya kecacatan yang mungkin terjadi akibat penyakit yang diderita serta mengembalikan kemampuan penderita seoptimal mungkin sesuai kemampuan yang ada pada penderita. Rehabilitasi Medik merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat : 1.
Medis
2.
Sosial
3.
Edukasional
4.
Vokasional Ada tiga jenis kecacatan/gangguan/kerusakan yang bisa terjadi pada penderita yang memerlukan rehabilitasi: 1. Impaimint : kerusakan yang bisa kembali seperti semula 2. Disabilitas : kerusakan yang bisa reversible ataupun irreversible 3. Handicap
: kerusakan irreversible, terkait efek lingkungan
B. TUJUAN REHABILITASI MEDIK Tujuan REHABILITASI MEDIK adalah meningkatkan dan mempertahankan kemampuan fungsi tubuh dan kemandirian yang optimal, dengan cara : 1. Mencegah terjadinya kelainan tubuh 2. Mencegah dan mengatasi ketidakmampuan tubuh
3. Mencegah dan mengatasi ketunaan tubuh Berbagai macam penyakit yang perlu tindakan Rehabilitasi Medik, antara lain :
Low back pain
Ischialgia
Bell's Palsy
Post Stroke
Cerebral Palsy
Tennis Elbow
Osteo arthritis
Gout Artritis
Scoliosis
Rehabilitation of the Amputee
Cervical root syndrom
Pyriformis Syndrom
Hernia nucleus Pulposus
Carpal Tunnel Syndrom
Paraplegia - Tetraplegia
Frozen Shoulder
Rheumatoid Arthritis
Lesi Plexus Brachialis
Monoparese extremitas
Sport Injuries
C. PELAYANAN REHABILITASI MEDIK
Adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsional yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui panduan intervensi medik, keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal. Pelayanan Rehabilitasi Medik meliputi: 1. Pelayananan Fisioterapi Adalah bentuk pelayanan kesehatan untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi organ tubuh dengan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektro terapiutik dan mekanis), pelatihan. 2. Pelayanan Okupasi Terapi Adalah Pelayanan kesehatan untuk mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi dan atau mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk aktivitas sehari-hari (Activity Daily Living), produktivitas, dan waktu luang melalui remediasi dan fasilitasi. 3. Pelayanan Terapi Wicara Adalah bentuk pelayanan kesehatan untuk memulihkan dan mengupayakan kompensasi/adaptasi fungsi komunikasi, bicara dan menelan dengan melalui pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi (fisik, elektroterapiutis dan mekanis) 4. Pelayanan Ortotis-Prostetis: Adalah salah satu bentuk pelayanan keteknisian medik yang ditujukan kepada individu untuk merancang, membuat dan mengepas alat bantu guna pemeliharaan dan pemulihan fungsi, atau pengganti anggota gerak. 5. Pelayanan Psikologi Adalah bentuk pelayanan untuk pengembangan, pemeliharaan mental emosianal serta pemecahan problem yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit dan cedera. 6. Pelayanan Sosial Medik Adalah bentuk pelayanan pemecahan masalah sosial akibat dari suatu keadaan/kondisi sakit, penyakit atau cedera untuk bisa kembali ke masyarakat. Contoh Penerapan Rehabilitasi Medik : 1. Penyakit Anak : - Bronkhitis dengan Bentuk Lama - Kelumpuhan Tangan pada Bayi Baru Lahir - Kaki bengkok (CTEV) - Keterlambatan Perkembangan Anak - Penyakit Otot pada Anak 2. Penyakit Syaraf - Nyeri Pinggang - Leher Cengeng - Kelumpuhan - Stroke
3. Bedah : - Pasca Operasi Patah Tulang - Luka Bakar - Pasca Amputasi - Nyeri Pasca Operasi 4. Penyakit dalam - Rematik - Osteoporosis - Akibat Penyakit Kencing Manis 5. Penyakit Kandungan - Senam Hamil - Senam Nifas - Radang Saluran Indung Telur