SYARAT – SYARAT TEKNIS Pasal 1 LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan yang dimaksud dalam Rencana Kerja dan Syarat – syarat Pekerjaan ini adalah : Program Kegiatan Pekerjaan Lokasi Anggaran
: Pembangunan Infrastruktur Perdesaan : Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih Perdesaan : Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih Perdesaan : Desa Joho, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun : Dana Alokasi Khusus (DAK 2018)
Pasal 2 JENIS DAN MUTU BAHAN a.
b.
1. Pipa dan Assesoris yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah Pipa PVC RRJ standart SNI 06-0084-2002 dan bersertifikat ISO – 4065 dengan spesifikasi untuk Φ 3” , Φ 2”, Φ 1,5” adalah S.12,5 setara Maspion, Supralon atau Langgeng berikut peralatannya. Pipa GI dengan klas medium digunakan untuk perlintasan dengan Φ sesuai pipa yang ada, sedangkan untuk Gate Valve dan aksesoris dari Ductile PN 10. 2. Pompa yang digunakan adalah pompa dengan jenis Submersible Deep Well Pump, Kapasitas 7,2 m3/jam, Total Head, 90 m, Power 4 KW, 3 phase, 400 V, 2900rpm, 50 Hz, Outlet Φ 2" setara Grundfos. Jenis dan mutu bahan yang akan dilaksanakan harus diutamakan bahan – bahan produksi dalam negeri, sesuai dengan : 1. Peraturan Presiden No. 04 Tahun 2015 tentang Perubahan Ke empat Atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 2. INPRES No. 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 3. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 15/M-IND/PER/2/2011 tentang Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 4. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 16/M-IND/PER/2/2011 tentang Ketentuan dan Tata Cara penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri. 5. PTK 007 Revisi 2 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Rantai Suplai Kontraktor Kontrak Kerja Sama
c.
Bahan – bahan bangunan / tenaga kerja setempat, sesuai dengan lokasi yang ditunjuk, bila bahan – bahan bangunan dari semua jenis memenuhi syarat teknis, sesuai dengan peraturan yang dianjurkan untuk dipergunakan dengan mendapat ijin dari Konsultan Pengawas (secara tertulis).
d.
Bila bahan – bahan bangunan yang telah memenuhi spesifikasi teknis terhadap beberapa / bermacam – macam jenis (merk) diharuskan untuk memakai jenis dan mutu bahan satu jenis. ~Syarat - syarat Teknis ~
1
e.
Bahan – bahan bangunan yang telah ditetapkan jenisnya, dimana bahan – bahan bangunan tersebut mempunyai beberapa macam mutu, maka harus ditetapkan untuk dilaksanakan dengan 1 (satu) mutu untuk dipergunakan.
f.
Bila rekanan pemborong telah menandatangani / melaksanakan jenis dan mutu bahan untuk pekerjaan atau bagian pekerjaan tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan bahan – bahan tersebut harus ditolak dan dikeluarkan dari lokasi pekerjaan paling lambat 24 jam setelah ditolak dan biaya menjadi tanggung jawab rekanan pemborong.
g.
Contoh – contoh yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas atau wakilnya harus segera disediakan tanpa kelambatan atas biaya pemborong harus sesuai dengan standart. Contoh tersebut diambil dengan cara begitu rupa sehingga dapat dianggap bahwa bahan tersebut yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti, contoh tersebut disimpan sebagai dasar penolakan bila ternyata bahan atau cara mengajukan yang sifatnya tidak sesuai dengan contoh baik kualitas maupun sifat – sifatnya.
h.
Bila dalam uraian dan syarat – syarat ini disebutkan nama pabrik pembuatan dari suatu barang, maka hal ini hanya dimaksudkan untuk menunjukkan kualitas dan tipe dari barang – barang yang memuaskan Pemberi Tugas. Pasal 3 URAIAN PEKERJAAN
3.1 Penyediaan Pemborong / Rekanan harus menyediakan segala sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan secara sempurna dan efisien dengan urutan yang teratur, termasuk semua alat – alat bantu yang dipergunakan rekanan dan untuk semua alat – alat tersebut sewaktu pekerjaan selesai karena tidak berguna lagi, supaya dibersihkan dari lokasi pekerjaan. 3.2 Kuantitas dan Kualitas Pekerjaan a. Kuantitas dan kualitas pekerjaan dari pekerjaan yang termasuk dalam harga kontrak harus dianggap apa yang tertera dalam gambar – gambar kontrak atau diuraikan dengan syarat – syarat. Tetapi kecuali yang disebut di atas apa yang tertera dalam uraian dan syarat – syarat dalam kontrak itu bagaimanapun tidak boleh menolak, merubah atau mempengaruhi penerapan atau interpretasi dari apa yang tercantum dalam syarat – syarat ini. b. Kekeliruan dalam uraian pekerjaan atau kuantitas atau pengurangan bagian – bagian dari gambar dan uraian dan syarat – syarat tidak boleh merusak (membatalkan) kontrak ini, tetapi hendaknya diperbaiki dan dianggap suatu perubahan yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas. c.
Segala pernyataan mengenai kuantitas yang mungkin sewaktu – waktu diberikan kepada pemborong tidak boleh merupakan bagian dari kontrak ini, dan harga – harga dimuat ~Syarat - syarat Teknis ~
2
dalam daftar harga tetap digunakan, meskipun ada ketidak sesuaian antara harga – harga itu dengan apa yang tercantum dalam perkiraan manapun. d. Harga kontrak tidak boleh disesuaikan atau dirubah secara bagaimanapun selain menuruti ketetapan – ketetapan yang tetap dari syarat – syarat ini, dan taat kepada pasal – pasal dari syarat – syarat ini. Sgala kekeliruhan baik mengenai hitungan atau bukan perhitungan harga kontrak harus dianggap telah diterima oleh kedua belah pihak yang berangkutan.
Pasal 4
GAMBAR – GAMBAR PEKERJAAN 4.1 Gambar Rencana Pekerjaan Gambar – gambar rencana pekerjaan terdiri dari gambar bestek, gambar detail konstruksi, gambar situasi dan sebagainya yang telah dilaksanakan Perencana telah disampaikan kepada rekanan beserta dokumen – dokumen lainnya. Rencana tidak boleh merubah dan menambah tanpa mendapat persetujuan tertulis dari Pemimpin Proyek / Direksi. Gambar – gambar tersebut tidak boleh diberikan kepada pihak lain yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan pemborongan ini atau dipergunakan untuk maksud – maksud lain. 4.2 Gambar – gambar tambahan Bila Direksi menganggap perlu, maka konsultan perencana harus membuat tambahan gambar detail (gambar penjelasan) yang disahkan oleh Direksi.
4.3 Asbuilt-drawing Untuk semua pekerjaan yang belum terdapat gambar- gambar baik penyimpanan atas perintah Pemberi Tugas atau tidak, pemborong harus membuat gambar – gambar yang sesuai dengan kondisi yang telah dilaksanakan (Asbuilt drawing) yang jelas memperhatikan perbedaan antara gambar – gambar kontrak dan pekerjaan yang dilaksanakan. 4.4 Gambar – gambar di tempat pekerjaan Rekanan harus menyimpan ditempat pekerjaan satu rangkap gambar kontrak lengkap termasuk Rencana Kerja dan Syarat – syarat ini. Berita Acara, Aanwijzing, Time Schedule, dalam keadaan baik (dapat dibaca dengan jelas) termasuk perubahan –perubahan terakhir dalam masa pelaksanaan pekerjaan, agar tersedia jika Pemberi Tugas atau wakilnya sewaktu – waktu memerlukannya termasuk perubahan – perubahan terakhir dalam masa pelaksanaan pekerjaan, agar tersedia jika Pemberi Tugas atau wakilnya sewaktu – waktu memerlukannya. 4.5 Gambar dan Operating Manual ~Syarat - syarat Teknis ~
3
Rekanan harus menyediakan dokumen / buku panduan cara-cara mengoperasikan Instalasi Air Bersih mulai dari sistem pemompaan sampai dengan reservoir distribusi dan rekanan berkewajiban untuk mengadakan Training Pengoperasian Instalasi kepada Warga Desa yang nantinya akan menangani operasional dari instalasi ini. 4.6 Contoh Barang / bahan yang ditawarkan. a.
Dalam masa pelaksanaan pekerjaan pembangunan bahan – bahan / barang yang akan dilaksanakan harus sesuai dengan RKS dan Berita Acara Aanwijzing.
b. Barang / bahan yang ditawarkan dalam harga satuan pekerjaan dan harga satuan bahan / upah adalah mengikat, rekanan harus menawarkan harga – harga tersebut sesuai dengan RKS dan Berita Acara Aanwijzing. c.
Contoh barang / bahan yang ditawarkan tidak dapat dipergunakan bila belum mendapatkan pesetujuan dari Direksi secara tertulis. Pasal 5
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIPERLUKAN Berlaku dan mengikat dalam Rencana Kerja dan Syarat – syarat ini adalah : a. Perpres Nomor 4 Tahun 2015; Perubahan Ke Empat Atas Perpres 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah; b. SNI 03-1734-1989 Tentang Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang Dan Struktur Dinding Bertulang Untuk Rumah Dan Gedung; c.
SKSNI T15-1991-03 tentang Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung;
d. SKSNI 03 Tahun 2002 Tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung; e. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan – bahan Bangunan (PUBB) NI 3/56; f.
Peraturan Umum Instalasi Listrik SNI 04-0225-2000 (PUIL 2000);
g. Peraturan Muatan Indonesia (PMI. 70) NI. 18 tahun 1970; h. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) NI. 5 tahun 1961; i.
Undang – undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenaga Kerjaan yang melarang penggunaan tenaga kerja dibawah umur;
~Syarat - syarat Teknis ~
4
j.
Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No. KEP. 174/MEN/86, 104/KPTS/1986 TANGGAL 4 Maret 1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tempat kegiatan konstruksi;
k. UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS PT. Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Januari 2014; l.
Perda nomor 8 Tahun 1990 tanggal 15 Desember 1990 tentang Pertambangan Bahan Galian C di Provinsi Jawa Timur;
m. Surat Gubernur Nomor 188/18274/104/1993 tanggal 27 Desember 1993 tentang Pertujuan Teknis Pemungutan Retribusi Hasil Produksi Pertambangan Bahan Galian C dengan Sister Wajib Pungut (WAPU)dan Sister Portal (TOL) di Provinsi Jawa timur; n. Surat Gubernur Nomor 15 Tahun 1993 ,tanggal 4 pebruari 1993 tentang Tata cara Pemungutan Retribusi Hasil Produk Pertambangan Bahan Galian C di Provinsi Jawa Timur; o. Pengumuman Gubernur Nomor 188 /4072/116/1993 tanggal 24 pebruari 1993. Tentang Harga Jual dan Tarif Retribusi Bahan Galian C Provinsi Jawa Timur; p. Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Madiun lainnya mengenai bangunan;
Pasal 6
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR a. Bila terdapat perbedaan gambar, antara gambar rencana dan gambar detail, maka gambar detail yang dipakai / diikuti. b. Bila terdapat skala gambar dan ukuran dalam gambar tidak sesuai, maka ukuran dengan angka dalam gambar yang diikuti. c.
Bila rencana meragukan tentang perbedaan antara gambar – gambar yang ada baik mengenai mutu bahan yang dipakai maupun konstruksi dengan RKS, maka rekanan berkewajiban untuk menanyakan kepada Pengawas Lapangan / Pemimpin Proyek secara tertulis.
d. Rekanan berkewajiban untuk mengadakan penelitian tentang hal – hal tersebut di atas. Setelah rekanan menerima dokumen dari Pemimpin Proyek dan hal tersebut akan dibahas dalam rapat penjelasan. e. Sebelum melaksanakan pekerjaan rekanan diharuskan meneliti kembali semua dokumen yang ada untuk disesuaikan dengan Berita Acara Rapat Penjelasan.
Pasal 7 ~Syarat - syarat Teknis ~
5
PERSIAPAN LAPANGAN 7.1 Bangunan / Ruang Sementara (Bouwkeet) Pemborong harus menyediakan bangunan sementara (Bouwkeet) untuk dipergunakan sebagai gudang penyimpanan dan perlindungan bahan – bahan dan ruangan untuk keperluan direksi. Ruangan untuk keperluan direksi dilengkapi dengan : Meja, kursi, papan tulis, buku harian dan buku direksi seperlunya. Semua Bouwkeet dan perlengkapannya pada waktu selesainya pekerjaan harus dibongkar (jika mendirikan bangunan), atau disingkirkan dari tapak, juga pekerjaan yang rusak / terganggu harus diperbaiki, pembongkaran bangunan sementara tersebut harus dengan persetujuan Direksi / Pemimpin Proyek, bangunan juga bisa berupa sewa bangunan / fasilitas yang telah ada sebelumnya. 7.2 Jalan Masuk Ke tempat Pekerjaan Jalan masuk ke tempat pekerjaan yang telah ditetapkan harus diadakan oleh pemborong, bilamana diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan proyek. Apabila jalan masuk sudah ada (milik sekolah/pihak lain), maka apabila pekerjaan tersebut harus dibetulkan kembali seperti semula dengan biaya yang dibebankan sepenuhnya kepada pemborong. 7.3
Papan Nama Pekerjaan Sebagai alat informasi dan sosialisasi ke masyarakat tentang pelaksanaan pekerjaan, maka pemborong harus menyediakan papan nama (sesuai gambar) dan dipasang di dekat lokasi pekerjaan sesuai petunjuk direksi lapangan. Pasal 8 JADWAL PELAKSANAAN
Pada saat rekanan pemborong akan memulai melaksanakan pekerjaan dilapangan atau setelah menerima SPMK dari Pemimpin Proyek, harus segera mengadakan persiapan antara dengan membuat jadwal pelaksanaan yang berupa Time Schedule pekerjaan secara tertulis, yang berisikan tentang tahap – tahap pelaksanaan pekerjaan, waktu yang direncanakan dan disesuaikan dengan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak dan harus disahkan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum / Direksi. Time Schedule tersebut harus selalu berada di lokasi pekerjaan agar perkembangan hasil pekerjaan dapat dimonitor, maka pada time schedule tersebut harus diisi tinta berwarna sesuai dengan kemajuan pekerjaan yang dicapai. Bila terdapat / terlihat hambatan, semua pihak harus segera mengadakan langkah – langkah untuk menanggulangi hambatan yang terjadi.
Pasal 9 KUASA PEMBORONG DI LAPANGAN 9.1 Pengawas dan Prosedur Pelaksanaan ~Syarat - syarat Teknis ~
6
Rekanan pemborong harus mengawasi dam memimpin pekerjaan dengan menggunakan kecakapan dan perhatian sepenuhnya. Rekanan tersebut harus bertanggung jawab terhadap semua alat – alat konstruksi, cara- cara teknik, urutan dan prosedur untuk mengkoordinasikan semua bagian dari yang berada di dalam kontrak.
9.2 Pegawai Pemborong yang Melaksanakan a. Sebagai pimpinan sehari – hari pada pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus dapat menyerahkan kepada seorang pelaksana yang ahli, sesuai dengan bidangnya, cakap dan diberi kuasa dan tanggung jawab penuh dan harus selalu berada di lokasi pekerjaan. b. Sebagai penanggung jawab di lapangan seorang pelaksana harus mempelajari dan memahami semua isi Gambar, Bestek dan Berita Acara Aanwijzing sehingga tidak terjadi kesalahan – kesalahan baik konstruksi maupun kualitas bahan – bahan bangunan yang dipakai. c.
Perubahan konstruksi maupun perubahan bahan – bahan bangunan dapat dilaksanakan apabila ada ijin secara tertulis dari Direksi / Pemimpin Proyek berdasarkan rapat proyek, menyimpang dari hal tersebut menjadi tanggung jawab pemborong, untuk menempatkan pengganti sesuai gambar dan bestek.
d. Pengawas berhak menolak penunjukkan seorang pelaksana dari pemborong berdasarkan pendidikan, pengalaman, tingkah laku dan kecakapannya dalam hal ini pemborong harus segera menempatkan pengganti lain dengan persetujuan Direksi.
Pasal 10 TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) a.
Adapun kebangsaan pemborong, sub pemborong, leveransir atau penengah (arbitrase) dan di manapun mereka tinggal / menetap (berdomisili) atau di manapun pekerjaan atau bagian pekerjaan berada Undang – undang Republik Indonesia adalah Undang –undang yang melindungi kontrak ini.
b.
Untuk memudahkan komunikasi demi untuk memperlancar jalannya pelaksanaan pekerjaan, rekanan pemborng berkewajiban memberikan alamat yang tetap dan jelas dengan no. telpon rumah (bila ada) kepada Pemimpin Proyek/ Direksi.
Pasal 11 PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN 11.1 Keamanan dan Kesejahteraan
~Syarat - syarat Teknis ~
7
Selama pelaksanaan pekerjaan, rekanan pemborong diwajibkan mengadakan segala yang diperlukan untuk keamanan para pekerja atau tamu, seperti pertolongan pertama, sanitasi, air minum dan fasilitas kesejahteraan lain yang diperlukan. Juga diwajibkan memenuhi segala peraturan dan tata tertib ordonansi atau Pemerintah Daerah setempat. 11.2
Terhadap Wilayah Orang Lain Pemborong diharuskan membatasi daerah operasinya di sekitar lokasi dan harus mencegah pada pekerjaannya melanggar wilayah lain yang berdekatan.
11.3
Terhadap Milik Umum Pemborong harus menjaga jalan umum, jalan kecil dan pemakai jalan, bersih dari bahan – bahan bangunan dan sebaginya dan memelihara kelancaran lalu lintas, baik bagi kendaraan umum maupun pejalan kaki selama kontrak berlangsung. Pemborong juga bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan yang terjadi atas perlengkapan umum (fasilitas) seperti saluran air, listrik dan sebagainya yang disebabkan oleh operasi – operasi pemborong, maka biaya pemasangan kembali dan segala perbaikan kerusakan menjadi tanggung jawab pemborong.
11.4
Terhadap Bangunan yang ada Selama masa – masa pelaksanaan kontrak, pemborong bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan bangunan yang ada, utilitas, jalan – jalan, saluran – saluran pembangunan dan sebagainya karena operasi – operasi pemborong dalam arti kata yang luas, itu semua harus diperbaiki oleh pemborong hingga dapat diterima Pemberi Tugas.
11.5
Keamanan Terhadap Pekerjaan Pemborong bertanggung jawab atas keamanan seluruh pekerjaan termasuk bahan – bahan bangunan dan perlengkapan instalasi di tapak, hingga kontrak selesai dan diterima baik oleh Direksi. Pemborong harus menjaga perlengkapan bahan – bahan dari segala kemungkinan kerusakan, kehilangan dan sebagainya untuk seluruh pekerjaan termasuk bagian – bagian yang dilaksanakan oleh pekerja – pekerja dan menjaga agar pekerjaan bebas dari air hujan dengan melindungi memakai tutup yang layak, memompa atau menimba seperti apa yang dikehendaki atau diinstruksikan.
Pasal 12 LAPORAN HARIAN DAN MINGGUAN Rekanan Pemborong harus membuat laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan mengenai kemajuan pekerjaan, laporan kemajuan pekerjaan tersebut sekurang – kurangnya mengenai keterangan – keterangan yang berhubungan kejadian – kejadian selama 1 (satu) bulan di mana disediakan disalah satu kemajuan sebagai berikut : 1. Jumlah pegawai / tenaga kerja yang dipekerjakan selama dalam bulan itu; 2. Uraian kemajuan pekerjaan pada akhir bulan; 3. Bahan dan barang perlengkapan yang telah masuk dan diterima di tempat pekerjaan;
~Syarat - syarat Teknis ~
8
4. 5. 6. 7. 8. 9.
Keadaan cuaca; Kunjungan – kunjungan tamu yang ada hubungannya dengan pelaksanaan pekerjaan; Kunjungan tamu – tamu lain; Kejadian khusus; Foto – foto ukuran kartu pos sesuai petunjuk; Pengesahan pengawasan / Pemimpin Proyek.
Pasal 13 JAMINAN DAN KESELAMATAN BURUH 13.1
Air Minum dan Air untuk Pekerjaan a. Pemborong harus senantiasa menyediakan air minum yang bersih di tempat pekerjaan untuk para pekerjanya. b. Air untuk keperluan bangunan selama pelaksanaan, dapat mempergunakan atau menyampung pipa air yang telah ada dengan meteran air tersendiri ( guna memperhitungkan pembayaran ) atau air sumur yang jernih, bersih dan tawar. Bila hal ini meragukan pengawas harus memeriksa air tersebut ke laboratorium.
13.2
Kecelakaan Apabila terjadi kecelakaan untuk tenaga kerja yang melaksanakan, pemborong harus segera mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan si korban dengan biaya pengobatan dan lain – lain menjadi tanggungan pemborong dan harus segera melaporkan kepada jawatan perburuhan dan pengawas. Di lokasi pekerjaan harus disediakan kotak obat – obatan untuk pertolongan pertama yang selalu tersedia di dalam setiap saat bila diperlukan.
Pasal 14 ALAT – ALAT PELAKSANAAN / PENGUKURAN a.
Selama pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus menyediakan / menyiapkan alat – alat baik untuk sarana peralatan pekerjaan maupun peralatan yang diperlukan untuk memenuhi kualitas hasil pekerjaan antara lain : pompa air, beton molen dsb.
b.
Penentuan titik duga letak bangunan, siku – siku bangunan maupun datar tidaknya suatu bidang dan tegak lurusnya suatu bangunan harus ditentukan memakai alat ukur water instrumen. Pasal 15 SYARAT – SYARAT CARA PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN
a.
Pemborong harus selalu memegang teguh disiplin, keras dan perintah yang baik antar pekerjanya dan tidak akan memperkerjakan tenaga yang tidak sesuai atau tidak mempunyai keahlian dalam peleksanaan tugas yang diserahkan kepadanya. ~Syarat - syarat Teknis ~
9
b.
Pemborong harus menjamin bahwa semua bahan bangunan dan perlengkapannya yang disediakan menurut kontrak dalam keadaan baru, dan bahwa semua pekerjaan akan berkualitas baik bebas dari cacat. Semua pekerjaan yang tidak sesuai dengan standart ini dapat dianggap hal yang defektif.
c.
Dalam pengajuan penawaran, pemborong harus mempertimbangkan biaya – biaya pengujian / pemeriksaan berbagai bahan pekerjaan. Di luar jumlah tersebut pemborong tetap bertanggung jawab atas biaya – biaya pengiriman yang tidak memenuhi syarat – syarat yang dikehendaki.
Pasal 16 PEKERJAAN TIDAK BAIK a.
Pemberi tugas berhak mengeluarkan instruksi agar pemborong membongkar pekerjaan apa saja yang telah ditutup untuk diperiksa, atau mengatur untuk mengadakan pengujian bahan – bahan atau barang – barang baik yang sudah maupun belum dimasukkan dalam pekerjaan atau yang sudah dilaksanakan. Ongkos untuk pengerjaan dan sebagainya menjadi bahan pemborong, untuk disempurnakan sesuai kontrak.
b.
Pemberi tugas berhak mengeluarkan instruksi untuk menyingkirkan dari tempat pekerjaan, bahan – bahan atau barang – barang apa saja yang tidak sesuai dengan kontrak.
c.
Pemberi tugas boleh ( tetapi tidak dengan secara tidak adil atau menyusahkan) mengeluarkan perintah yang menghendaki pemecatan siapa saja dari pekerjaan.
Pasal 17 PEKERJAAN TAMBAH DAN KURANG a.
Pemborong berkewajiban sesuai dengan pekerjaan yang diterima menurut ketentuan gambar – gambar detail yang telah disahkan oleh pengawas, melaksanakan secara keseluruhan atau dalam bagian – bagian menurut persyaratan – persyaratan teknis untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Pemborong selanjutnya berkewajiban pula tanpa tambahan biaya mengerjakan segala sesuatu demi kesempurnaan pekerjaan atau memakai bahan – bahan yang tepat, walaupun satu dan lain hal tidak dicantumkan dengan jelas dalam gambar dan bestek.
b.
Pekerjaan tambah dan kurang hanya dapat dikerjakan atas perintah atau persetujuan secara tertulis dari pengawas. Selanjutnya perhitungan penambahan / pengurangan pekerjaan dilakukan atas dasar yang disetujui oleh kedua belah pihak, jika tidak tercantum dalam daftar harga upah dan satuan pekerjaan.
c.
Pekerjaan tambah dan kurang yang dikerjakan tanpa seijin Direksi secara tertulis, adalah tidak sah dan menjadi tanggung jawab pemborong sepenuhnya. ~Syarat - syarat Teknis ~
10
Pasal 18 CARA – CARA DAN SYARAT PELAKSANAAN 18.1
Kewajiban Pemborong
a. Bilamana dianggap perlu oleh Direksi, maka sebelum pemborong memulai dengan pelaksanaan suatu bagian dari pekerjaan, kepadanya diwajibkan untuk mengajukan perhitungan – perhitungan / gambar yang memerlukan pengesahan dari Direksi. b. Pekerjaan harus diselenggarakan dengan ikut sertanya bahan – bahan bangunan yang dibutuhkan, tenaga kerja, perlengkapan – perlengkapan sementara, pengangkutan dan sebagainya, kecuali bilamana dalam syarat – syarat dan uraian ini ada ketentuan lain. c.
Penyerahan pekerjaan seluruhnya harus dalam keadaan sempurna dan tidak kurang suatu apapun diterimakan kepada Direksi, meskipun dalam syarat – syarat dan uraian atau gambar – gambar pekerjaan yang bersangkutan mungkin tidak diterangkan.
d. Pemborong harus menjadwalkan pekerjaan pemasangan pipa dan perlengkapannya sedemikian rupa. e. Untuk menghindari kerusakan pada pekerjaan yang sedang dilaksanakan selama itu, maka pemborong harus menyediakan sarana – sarana yang memadai untuk perlindungan / pencegahan kerusakan. f. 18.2
Selama pelaksanaan pemasangan pipa dan peralatannya, kontraktor wajib mengatur jalannya pekerjaan sedemikian, agar tidak mengganggu lalu lintas dan lingkungan sekitar. Peraturan yang berlaku
Untuk pekerjaan tersebut diatas berlaku : a. Bestek (uraian dan syarat –syarat) ini, beserta gambar – gambar besteknya; b. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing); Bilamana ketentuan – ketentuan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan bertentangan dengan Bestek, maka yang berlaku adalah ketentuan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing). c. 18.3 a.
Peraturan bangunan yang umumnya berlaku di Indonesia, Harga Satuan dan Harga Penawaran Dalam formulir surat penawaran, penawar harus melengkapi daftar harga satuan. Tiap harga satuan harus meliputi segala perongkosan (overhead) keuntungan dan segala biaya namun yang dikenakan untuk pekerjaan semacam itu.
b. Harga Penawaran yang dicantumkan (disebut) dalam formulir surat penawaran hanya dicantumkan dalam rupiah. Jumlahnya harus dibulatkan dalam ribuan rupiah ke bawah. ~Syarat - syarat Teknis ~
11
18.4
Permohonan Untuk Pembayaran
Setelah Pemberi Tugas / Pemimpin Proyek menerima suatu permohonan untuk pembayaran, maka suatu Berita Acara Kemajuan Pekerjaan untuk tiap tahap pembayaran yang tersebut di atas, dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas dan disaksikan oleh Direksi, apabila kemajuan fisik pekerjaan telah memenuhi persyaratan sesuai kontrak.
18.5
Penyediaan Bahan Bangunan
a. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan bahan bangunan yang memenuhi persyaratan mutu dan jumlah / volumenya sesuai dengan tahap – tahap pelaksanaan konstruksi sesuai dengan jadual pelaksanaan. b. Kontraktor diwajibkan menggunakan rekanan dari Kabupaten / Kotamadya setempat dalam pengadaan bahan untuk pelaksanaan proyek ini sepanjang bahan yang digunakan memenuhi mutu bahan. 18.6 Pekerjaan Persiapan a. Sebelum rekanan pemborong mengadukan persiapan lokasi, sebelumnya harus memenuhi prosedur tentang tata cara perijinan / perkenaan untuk memulai dengan persiapan – persiapan pembangunan kepada Pemerintah Daerah setempat dan yang bersangkutan, terutama tentang di mana harus membangun bangunan sementara (bouwkeet), bahan bangunan, jalan masuk dan sebagainya. b. Pada saat mengadakan persiapan dan pengukuran Direksi Lapangan sudah harus mulai aktif untuk mengadakan pengawasan sesuai dengan tugasnya. c.
Untuk menghindari keraguan konstruksi, maka sebelum tiap – tiap bagian pekerjaan dilaksanakan diharuskan mendapatkan ijin dari Direksi Lapangan untuk dapat meneruskan pekerjaan tersebut secara berkala.
d. Ukuran duga / Peil pemasangan pipa disesuaikan dengan gambar atau petunjuk Direksi Lapangan. e. Pemasangan patok jalur pipa dibuat dari kayu ukuran 3/5 cm dari kayu lokal / setempat jarak maksimum 50 m’ atau disesuaikan dengan keadaan setempat dan diletakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu lalu lintas baik berupa kendaraan atau pejalan kaki. 18.7 Pekerjaan Tanah dan Urugan a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan galian tanah, kontraktor harus koordinasi dengan instansi terkait untuk mendapatkan ijin.
~Syarat - syarat Teknis ~
12
b. Galian dilaksanakan dengan kedalaman dan bentuk sesuai gambar rencana, pada tempat – tempat yang berkaitan dengan gambar rencana tersebut. c.
Lubang galian harus dibuat cukup guna memperoleh ruang kerja yang memadai dan kemiringan sisi – sisinya tidak mudah longsor.
d. Tanah bekas galian harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan atau ditempatkan pada tempat yang direncanakan sebagai taman di dalam lokasi. e. Pelaksanaan pengangkutan lumpur / tanah beserta kotoran – kotoran lain tidak boleh mengotori jalan dan halaman penduduk. 18.8 Pengamanan Lalu Lintas a. Sebelum pelaksanaan dimulai, di tempat – tempat pekerjaan harus sudah disediakan rambu – rambu lalu lintas yang dibutuhkan, papan palang dengan tulisan yang cukup jelas / terang untuk pengamanan lalu lintas. b. Pelaksanaan pekerjaan penimbunan tanah bekas galian, pengiriman dan penimbunan kembali harus diatur sehingga tidak akan mengganggu lalu lintas umum. c.
Tanah hasil galian, bongkaran – bongkaran tidak boleh ditimbun dalam jalan, meskipun sifatnya sementara dan harus segera diangkut /dibuang ke tempat yang tidak megganggu kepentingan umum.
d. Bila terjadi kerusakan kabel tanah dari PLN, baik yang bertegangan tinggi maupun rendah, kabel tanah dari Telkom, kerusakan pipa air minum dan gas akibat dari galian tanah, maka biaya perbaikan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong. 18.9 Pekerjaan Pemasangan Sambungan Rumah a. Sambungan rumah dipasang dengan cara taping dari pipa distribusi dengan menggunakan clamp sadle. b. Clamp sadle dipasang dengan menggunakan shield karet atau lem untuk mencegah kebocoran. c. Letak kran dari sambungan rumah harus berada di halaman masyarakat pengguna air bersih, dengan jarak dari pipa distribusi menyesuaikan panjang pipa yang disediakan. d. Jika pipa sambungan rumah melintasi saluran drainase, sebisa mungkin pipa yang memotong saluran berada dibawah dasar saluran. e. Jika pipa sambungan rumah melewati saluran yang lebih dalam dari level pipa distribusi, ketinggian crossing diatur sedemikian sehingga tidak menjadi sarang sampah yang bisa menghambat saluran air. f. Letak meter air harus berada diatas permukaan tanah dengan susunan konstruksi seperti pada gambar rencana
~Syarat - syarat Teknis ~
13
g. Urutan aksesoris sambungan rumah berturut – turut dari pipa distribusi adalah sebagai berikut : Clamp sadle – shock drat luar reduksi – pipa pvc – shock drat luar – flug kran – shock drat luar – pipa pvc – knee – pipa – knee – pipa foucet elbow – pipa – fix coupling – water meter – fix coupling – gate valve – double nipple – foucet elbow – pipa pvc – knee – pipa pvc – Tee – pipa pvc – end cap. Sedangkan Tee ke atas diteruskan dengan pipa pvc – foucet elbow – kran air. Dengan bentuk konstruksi dan ukuran seperti gambar rencana. h. Pada ujung sambungan rumah di tutup end cap, agar dapat disambung untuk diteruskan kedalam rumah atas biaya pemilik persil i. Meter air harus terbuat dari kuningan untuk menghindari proses korosi. 18.10 Pekerjaan Pemasangan Pipa 1.
Parit harus dalam keadaan kering, bila pipa akan dipasang dengan perlengkapan yang diperlukan termasuk tambang digunakan untuk menurunkan pipa dari penempatannya yang tepat ke dalam parit tanpa merusak pipa.
2. Pipa harus dipasang menurut garis dan ketinggian yang tertera dalam gambar dan akan disambung hingga membentuk garis alur yang rata. 3. Pemotongan pipa harus dilakukan sedikit mungkin. Bila pemotongan diperlukan, maka harus dilakukan pada sumbu pipa dan rata. Dan dilakukan sesuai dengan petunjuk pabrik. 4. Pelumas untuk sambungan harus betul – betul sesuai dengan petunjuk pabrik serta menggunakan pelumas buatan pabrik. 5. Pipa diperkokoh kedudukannya dengan bahan urug yang telah disetujui, dipadatkan dibawahnya kecuali pada socketnya dan harus diyakinkan bahwa tidak ada kotoran masuk ke ruang sambungan maupun pipa. 18.11 Pengujian a. Kontraktor bertanggung jawab mengadakan peralatan, tenaga kerja, dan bahan – bahan yang diperlukan untuk menguji dan membebaskan penularan penyakit jalur pipa, katup dan perlengkapan lain yang dipasang. b. Sebelum pengujian dan pembebasan penularan semua jalur pipa dan perpipaan harus dibilas betul – betul dengan air bersih. c.
Kontraktor harus menguji seluruh perpipaan yang telah terpasang dari kebocoran, dengan memberikan tekanan uji sebesar 2,0 kg/cm2 selama 4 jam. Kebocoran yang tampak harus dibetulkan dan diuji ulang sampai hasilnya memuaskan.
d. Sebelum digunakan untuk pelayanan, semua jalur pipa harus dibebaskan dari penularan penyakit, dengan mengisi pipa dengan air yang mengandung sedikitnya 50 mg/lt klorin. Setelah 24 jam sisa klorin diperiksa kembali dan bila ditemukan kurang dari 25 mg/lt maka klorin harus ditambah, selanjutnya dengan waktu tambahan selama 24 jam. ~Syarat - syarat Teknis ~
14
18.12
Pekerjaan Pengeboran Sumur
Lingkup pekerjaan yang dimaksud dalam surat perjanjian kerja adalah pembuatan sumur bor dalam (deep well) Kabupaten Madiun, Propinsi Jawa Timur, yang meliputi : 1. Pekerjaan persiapan pemboran. Penentuan titik pemboran (sesuai rekomendasi geolistrik atau saran masyarakat setempat). Pada saat pekerjaan geolistrik, diharuskan melibatkan direksi atau tim monitoring dari instasi terkait. Penentuan peralatan mesin bor serta peralatan pendukung. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan. 2. Pekerjaan pembuatan sumur bor dalam (deep well), yang meliputi: Pembuatan lubang pandu (pilot hole), dengan matabor 8 inchi sampai kedalaman direncanakan. Bore hole logging SP dan Resistivity sampai kedalaman direncanakan. Pembesaran lubang bor (reaming), diameter 12 inchi sampai kedalaman direncanakan. Pengadaan dan pemasangan pipa konstruksi, dengan rincian: pipa jambang PVC AW dia. 6 inchi, pipa buta PVC AW dia. 6 inchi, dan pipa saringan dari PVC AW dia. 6 inchi, dan bottem valve dari PVC AW dia. 6 inchi, panjang masing – masing pipa sesuai perencanaan. Pengadaan dan pemasangan gravel pack ukuran 2 - 10 mm sekitar 3,5 m3, sambil dilakukan sirkulasi dengan air bersih (surgeing) untuk mengganti lumpur sisa pemboran. Pencucian sumur dengan bahan kimia kemudian dilakukan pembersihan lubang sumur dengan kompressor (air jetting) sampai bersih. Pemompaan uji atau pumping test selama 24 jam, dengan rincian uji pendahuluan selama 2 jam, uji bertingkat selama 6 jam, uji menerus selama 12 jam dan uji pemulihan selama 4 jam. Penyelesaian sumur dilengkapi sampling kualitas air dengan menyebutkan bahwa air layak konsumsi, dan laporan akhir. 1. Pekerjaan Persiapan a. Pengecekan Peralatan Pekerjaan pengecekan peralatan pemboran beserta perlengkapannya dilakukan dengan maksud agar peralatan yang ada benar-benar layak sesuai dengan kontrak kerja dan dapat dipergunakan dengan baik sebelum dikirim ke lapangan. Pengecekan ini meliputi jenis mesin electromotor, panjang stang bor kurang lebih 100 m, jenis matabor (bit) mulai dari diameter 8” sampai 12”, mud pump mulai jenis NS 100 dan beberapa material yang dipergunakan selama proses pemboran berlangsung. Pengecekan dilakukan di workshop dan lokasi pemboran. Bila peralatan tersebut benar-benar siap pakai dan bagus kondisinya sesuai dengan spesifikasi teknis dalam kontrak, maka peralatan tersebut bisa dikirim ke lapangan. Pengecekan berikutnya dilakukan pada saat steling mesin dan steling komponen pemboran. Sebaiknya pihak pelaksana membawa cadangan satu atau beberapa komponen yang dianggap kritis dan sering terjadi kerusakan. b. Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan Mobilisasi peralatan dilakukan setelah terlebih dahulu dilakukan peninjauan lapangan dan penentuan titik yang dilakukan oleh pihak pelaksana, serta melapor pada pejabat pemerintah desa setempat. Pemindahan peralatan pemboran beserta peralatan bantu dan semua perlengkapannya ~Syarat - syarat Teknis ~
15
memerlukan perhatian yang khusus pula, agar tercapai efisiensi tenaga, waktu dan dana serta keamanan peralatan. c. Pembuatan Bak Lumpur dan Saluran Sirkulasi Lumpur Bak lumpur (mud pit) dibuat dengan cara menggali tanah sesuai dengan ukuran di bawah ini Mud pit besar berukuran: 2,5 m x 2,5 m x 1,5 m, dilengkapi tandon terpal sebagai cadangan reservoir air selama kegiatan pemboran berlangsung. Mud pit kecil berukuran: 1 x 1 x 1 meter. Agar tidak terjadi runtuhan formasi, maka pinggir mud pit ini diberi pengaman dari anyaman bambu 2 (dua) lapis. Kegunaan utama dari bak lumpur ini adalah untuk menampung kotoran sisa pemboran yang berupa serbuk bor dan sekaligus menyaringnya. Sedangkan pembuatan saluran sirkulasi lumpur dimaksudkan untuk mengalirkan lumpur hasil pemboran ke dalam bak lumpur. d. Pembuatan Pondasi Mesin dan Menara
Pembuatan landasan pondasi mesin bor dan menara serta peralatan lain seperti mud pump, peletakan stangbor, dan tempat tinggal (basecamp) dapat tertata rapi, sehingga tidak mengganggu pekerjaan pemboran. Pembuatan pondasi mesin dilakukan dengan cara menggali tanah sampai kedalaman 40 cm, kemudian dibuat cor beton secukupnya.
2. Pekerjaan Pembuatan Sumur Bor Dalam a. Pengeboran Lubang Pandu (Pilot Hole) Pekerjaan pengeboran lubang pandu (pilot hole) dilaksanakan setelah semua peralatan dan perlengkapan kebutuhan pemboran siap semua. Proses pemboran dilakukan dengan sistem “Direct Circulation Mud Flush” yaitu lumpur pengeboran disemprotkan oleh mud pump dengan tekanan tertentu melalui annulus pipa Kelly dan stang bor ke dalam lubang bor. Peralatan yang digunakan dalam pengeboran ini adalah : Mesin bor jenis electromotor lengkap dengan engine serta sarana pendukung. Mud pump jenis pompa pendorong NS 100 lengkap dengan genset sebagai generator. Menara kaki tiga, drill pipe ukuran 73 mm, dengan ukuran 5 meter, dan pipa kelly dengan ukuran 5 meter. Matabor ukuran 8 inchi sampai 12 inchi jenis tricone widya, drill collar panjang 3,45 m dan bit sub dengan panjang 0,2 m. Pemasangan pipa jambang dan pipa saringan dan pipa uji sementara potensi air tanah. Teknis pemboran lubang pandu (pilot hole) dengan diameter mata bor 8” dikerjakan sampai kedalaman direncanakan. Dengan melihat hasil drilling log, kita bisa melihat apakah formasi yang kita tembus tersebut keras apa lunak. Untuk formasi yang keras, sebaiknya digunakan pemberat (drill collar), dan maa bor dengan spesifikasi khusus untuk formasi batuan keras Cairan lumpur yang digunakan selama pemboran adalah campuran Natrium Bentonite dengan sedikit clay dari hasil pengeboran. Kekentalan lumpur dan SG (spesific gravitynya) dimonitor setiap saat, sehingga hubungan kekentalan serta SG-nya dapat diperkirakan cukup untuk mengangkat serbuk bor ke permukaan. Pada setiap meter kedalaman pengeboran diambil serbuk bor dengan cara menangkap lumpur pengeboran yang keluar dari permukaan casing conductor, diambil sebagian untuk kemudian ditempatkan di kotak sampel dalam plastik dan diberi label kedalaman. Selama aktivitas pengeboran, sedikit ditemui adanya water loss, mengingat jenis formasi yang ditembus oleh mata bor adalah jenis formasi yang telah mengalami sedimentasi biasa dan akuifernya mengalir melalui ruang antar butiran, bukan melalui rekahan atau celahan. ~Syarat - syarat Teknis ~
16
b. Pengukuran Geofisika Wireline Logging Setelah selesai pemboran lubang pandu, maka proses selanjutnya adalah pendeteksian litologi lapisan tanah yang diperkirakan produktif sebagai akuifer dan bukan akuifer dengan cara pengukuran geofisika well logging. Tujuan utama dari aktivitas ini adalah untuk memastikan dalam persiapan perencanaan konstruksi sumur yang akan dibuat, dengan ditunjang dari data hasil pemerian litologi hasil serbuk bor. Borehole logging dikerjakan dengan mempergunakan peralatan WE-205 Electric Well Logger. Borehole logging dikerjakan dengan mempergunakan peralatan WE205 Electric Well Logger, Kuwano E.L.Co.Ltd tahun 1978. Sebelum digunakan untuk pengukuran, terlebih dahulu peralatan logging dilakukan kaliberasi, terutama kaliberasi kedalaman dan jarak rentang pengukuran harga resistivitas dan SP. Sebelum digunakan untuk pengukuran, terlebih dahulu peralatan logging dilakukan kaliberasi, terutama kaliberasi kedalaman dan jarak rentang pengukuran harga resistivitas, Spontaneous Potential (SP) dan gamma ray (GR). Jenis logging yang bagus digunakan untuk mendeteksi lapisan akuifer adalah logging SP dan Resistivitas. Dari hasil logging ini kita bisa mengetahui adanya lapisan tanah yang permeabel dan non permeable, adanya intrusi air laut (air asin) juga bisa ditunjukkan oleh adanya penyimpangan defleksi pembacaan kurva data yang sangat berbeda bila dibandingkan pada saat merekam data untuk air tawar. Teknis pengukuran dilakukan dengan cara menurunkan peralatan logging (Sonde Cartride) ke dalam sumur bor sampai kedalaman 62 m, disertai dengan perekaman data resistivitas dan SP terhadap kedalaman. Setelah logging down sampai sampai total depth (TD) kedalaman 62 m disertai perekaman data, dan selanjutnya secara pelan-pelan dilakukan logging up sampai permukaan disertai dengan perekaman data resistivitas dan SP terhadap kedalaman. Dari hasil logging sementara di lapangan diketahui bahwa potensi air tanah mulai terlihat dikedalaman sesuai rekomendasi geolistrik; Hasil akhir dari data logging, dapat ditentukan kedalaman akifer, tebal akifer dan panjang pipa saringan (screen) yang akan dipasang pada saat konstruksi nanti. c.
Pembesaran Lubang Bor (Under Reaming)
Pembesaran lubang bor (reaming) dikerjakan sesuai dengan petunjuk dalam desain konstruksi yang akan dikerjakan. Pekerjaan ini dilakukan dengan cara pemboran ulang dengan ukuran matabor diameter 12 inch jenis tricone widya sampai kedalaman direncanakan. d. Pengadaan dan Pemasangan Pipa Konstruksi Rancang bangun yang telah disepakati dalam pembuatan sumur produksi adalah sebagai berikut : 1. Pipa jambang (Chaber Chasing) Jenis pipa : PVC Kelas : AW Diameter : 6 inchi 2. Pipa saringan (Screen) Jenis pipa : PVC Kelas AW Open area : 10 % Diameter : 6 inchi 3. Pipa buta / naik (Blind Casing) Jenis pipa : PVC Kelas : AW ~Syarat - syarat Teknis ~
17
Diameter : 6 inchi 4. Pipa buta untuk bottem valve Jenis pipa : PVC Kelas : AW Diameter : 6 inchi Persiapan awal yang perlu dilakukan sebelum dilakukan konstruksi adalah sebagai berikut : 1. Membuat daftar panjang rangkaian untuk pipa endapan (bottem valve), pipa buta dan pipa saringan dan pipa jambang. 2. Mengukur panjang tiap pipa dan disesuaikan dengan penomoran posisi konstruksi sesuai rancangan dan analisa data logging. 3. Menyambung pipa buta dengan pipa saringan dari bahan PVC kelas AW dengan membuat sambungan khusus dengan dilengkapi penguat dari mur pada keempat sisinya. Rangkaian pipa buta dan saringan berdiameter 6 inchi dipasang sesuai dengan rencana konstruksi yang telah disepakati bersama. Bagian bawah dari rangkaian pipa buta diameter 6 inch difungsikan sebagai tempat endapan lumpur (bottem valve) selama produksi berlangsung dengan panjang 4 m dengan dipasang sumbat (bottom plug) pada bagian bawah. e. Pencucian dan Pembersihan Lubang Sumur 1. Water Jetting Setelah selesai konstruksi, tahap berikutnya adalah development dengan sistem water jetting, dengan cara pengenceran cairan lumpur pemboran dengan cara melakukan sirkulasi dengan air bersih, sambil dilakukan pengisian kerikil pembalut sumur (gravel pack) yang telah diayak sesuai dengan spesifikasi teknis secara kontinyu disekitar lubang annulus. Ukuran diameter gravel yang digunakan antara 2 mm sampai 10 mm, kondisi butir membundar, dengan komposisi material lunak sekitar 5 %. Pekerjaan ini dilakukan dengan cara menyemprotkan air bertekanan tinggi dengan menggunakan pompa tekan lumpur seperti pompa NS 100, selama 46 jam. Untuk memperoleh mutu gravel yang sesuai dengan spesifikasi teknis, gravel dilakukan pengayakan dua kali dengan ukuran 3 mm dan 10 mm. Pekerjaan ini dilakukan terus sampai air lumpur sisa pemboran benarbenar terganti dengan air bersih dengan viskositas rendah sehingga pengisian gravel pack dapat maksimal. 2. Air Jetting Tahap selanjutnya adalah pembersihan sumur dengan system air jetting dengan menggunakan kompressor bertekanan tinggi. Prinsip kerja dari sistem air jetting adalah dengan cara menyemprotkan udara ke dalam sumur pada tiap kedalaman tertentu sampai diperoleh air yang keluar benar-benar jernih dan bebas dari endapan kotoran di dalam pipa konstruksi. Teknis pekerjaan lapangan dilakukan dengan cara memasukkan pipa penghantar 1,25 inchi kedalam sumur dengan variasi kedalaman tertentu. 3. Pengadaan Bahan untuk Grouting dan Penyemenan Setelah dilakukan development dengan sistem air jetting, tahap berikutnya adalah melihat apakah sumur sudah bersih dari endapan sisa-sisa lumpur atau kotoran lain dengan cara melakukan pengukuran sesuai dengan perencanaan konstruksi. Tahap berikutnya adalah menutup akuifer bagian atas dengan cara melakukan penyemenan sedalam 3 m dan penanaman pipa konduktor diameter 1,5“ sedalam 6 m. Tujuan utama dari penanaman pipa ini adalah untuk menjaga
~Syarat - syarat Teknis ~
18
kemungkinan terjadinya penurunan gravel pack setelah sumur tersebut dioperasikan selama beberapa tahun. 4. Uji Pemompaan Sumur Uji pemompaan sumur (pumping test) dilaksanakan dengan pompa submersible. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui debit air sumur, penurunan permukaan air tanah dan lain-lain data yang dibutuhkan. Secara garis besar pengujian akuifer dilakukan sebagai berikut : 1. Uji Pemompaan Pendahuluan (Introduction Test) Uji pemompaan menerus dilakukan dengan debit tetap sebesar 1,5 lt/dt selama 2 jam, sampai diperoleh angka penurunan yang stabil. SWL awal pada saat dilakukan uji pendahuluan adalah 1,05 m, setelah dilakukan uji pemompaan menerus selama 2 jam PWL maksimal menjadi 40,5 m. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa penurunan muka air tanah menjadi sebesar 39,45 m. 2. Uji Penurunan Bertingkat (Step Test) Secara umum, uji penurunan bertingkat dikerjakan dalam 4 tahap, dengan variasi debit mulai dari 1 lt/dt, 2 lt/dt dan 3 lt/dt. a. Tahap I, dengan debit tetap sebesar 1 lt/dt selama 2 jam. SWL awal 1,10 m dipompa selama 2 jam, PWL menjadi 28,6 m. Tahap II, dengan debit tetap sebesar 2 lt/dt selama 2 jam, SWL awal 28,6 m dipompa selama 2 jam, PWL menjadi 46,30 m. b. Tahap III, dengan debit tetap sebesar 3 lt/dt selama 2 jam, SWL awal 48,30 m dipompa selama 2 jam, PWL menjadi 53,80 m, kemudian selesai. 3. Uji Pemompaan Menerus (Long Test) Uji pemompaan menerus dilakukan dengan debit tetap sebesar 2 lt/dt selama 12 jam, sampai diperoleh angka penurunan yang stabil. SWL awal pada saat dilakukan uji menerus adalah 1,2 m, setelah dilakukan uji pemompaan menerus selama 12 jam PWL maksimal menjadi 32,4 m. Dari hasil perhitungan diperoleh angka debit jenis air tanah (Qs) sebesar 0,064 lt/dt/m (angka pembulatan). Maka berdasarkan angka tersebut serta kecilnya angka nilai debit jenis, bisa diduga karena sumber air tanahnya kecil atau air tanahnya tertutup oleh genangan lumpur bekas telaga. Maka perlu dilakukan reevaluasi lagi dengan cara dilakukan development sistem air jetting (air compressor). 4. Uji Pemulihan (Recovery Test) Uji pemulihan dikerjakan selama 4 jam. Pada saat awal uji pemulihan, kedudukan muka air tanah berada di posisi 32,4 m, namun setelah selama 4 jam berlangsung posisi muka air tanah berada di posisi 1,25 m. Pada menit ke 15 pertama, muka air tanah mengalami kenaikan dengan drastis dan menit-menit selanjutnya recovery / kenaikan muka air tanah cenderung naik secara siknifikan. Total waktu yang dibutuhkan dalam uji bertahap adalah 24 jam. Hasil dari masing – masing uji pompa tersebut dituangkan dalam berita acara, dan disetujui oleh Direksi. 5. Penyelesaian Sumur a. Sampling Contoh air sumur diambil pada saat pemompaan uji menerus dilakukan. Pengambilan air langsung dilakukan dari ujung pipa buangan atau discharge pipe dengan memakai jerigan, setelah terlebih ~Syarat - syarat Teknis ~
19
dahulu jerigan tersebut dibilas dengan air yang sama. Diambil dua buah sampel kemudian ditutup rapat agar jangan sampai terkontaminasi dengan air lain. b. Pembuatan Kepala Sumur (Well Head) Pemasangan kepala sumur (well head) dilakukan untuk melindungi sumur dari benda luar. Secara garis besar, penyelesaian sumur terdiri dari : 1. Pengecoran pada kepala sumur dimaksudkan untuk mencegah runtuhan dinding atas sumur serta mencegah masuknya air permukaan ke dalam sumur. 2. Pemasangan tutup sumur dari plat dan pengecatan dimaksudkan untuk melindungi sumur dari gangguan mekanis. 3. Pemulihan lokasi seperti sedia kala dimaksudkan untuk meremajakan kembali lingkungan yang telah berubah selama adanya aktivitas pemboran. Pasal 19 TEKNIS PELAKSANAAN 1.
Pekerjaan Persiapan
1.1.
Mobilisasi Kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam kontrak ini tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan sebagaimana ditentukan dibagian lain dari Dokumen Kontrak. a) Persyaratan Mobilisasi akan meliputi hal hal sebagai berikut : Mobilisasi peralatan konstruksi dari lokasi asalnya ke lokasi proyek. Mobilisasi personil semua staf supervisi dan semua pekerja yang. diperlukan untuk pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan kontrak Penyediaan kantor lapangan ( Direksi Keet ) Meja tulis dan kursi 2 unit. Papan tulis ( white board ). Penyediaan gudang tempat material dan bengkel kerja b) Persyaratan Demobilisasi : Pekerjaan Demobilisasi dari proyek yang dilaksanakan Kontraktor pada akhir proyek, meliputi pembongkaran instalasi, peralatan konstruksi dan lainnya. Kontraktor harus memperbaiki dan merapikan daerah yang dipakai sehingga kondisinya kembali seperti semula sebelum pekerjaan dimulai. c) Pelaporan Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi program Mobilisasi secara lengkap dan detail seperti jadwal mobilisasi, gambar denah lokasi yang akan dipakai, jenis peralatan yang akan dimobilisasikan termasuk kapasitas dan kepemilikannya serta tempat asalnya serta rencana perkuatan jembatan dan perbaikkan ja!an yang akan dilalui sewaktu mobilisasi maupun untuk demobilisasi.
1.2.
Pengukuran dan Pematokan (Bouwplank) a) Kontraktor harus melakukan pengukuran ulang secara lengkap untuk menyesuaikan kondisi lapangan dengan gambar rencana serta memasang patok dan papan dasar pelaksanaan (bowplank) b) Kontraktor harus menyediakan peralatan ukur (theodolite / water) atas biaya kontraktor bila sewaktu-waktu diperlukan untuk melakukan pengukuran dilapangan ~Syarat - syarat Teknis ~
20
c) d)
e)
Kontraktor harus mengkonfirmasikan kepada direksi / pengawas koordinat sudut-sudut masing-masing bangunan sebelum melakukan pematokan. Kontraktor harus menyerahkan data pengukuran beserta gambar hasil pengukuran kepada Direksi untuk mendapatkan pengesahan dan persetujuan. Penggambaran harus memakai ukuran dan kertas standar yang disetujui oleh Direksi Patok dan papan dasar pelaksanaan (bowplank) harus memakai kayu dari jenis yang baik, tahan cuaca, lurus. kuat dan dengan ukuran yang disetujui oleh Direksi. Pemasangan patok harus kuat dan mempunyai permukaan yang rata dan datar. Kontraktor harus menjamin kebenaran dan ketepatan hasil pengukuran dan pematokan yang dilakukannya.
1.3.
Papan Nama Proyek a) Papan nama proyek harus dengan bahan, ukuran dan tulisan yang sesuai dengan petunjuk Direksi b) Kontraktor harus memasang papan nama proyek tersebut pada tempat yang mudah dilihat dengan baik dan kokoh pada lokasi yang disetujui olen Direksi
1.4.
Pengamanan Lalu Lintas a) Dalam hal kegiatan pekerjaan berpotensi mengganggu kelancaran lalulintas umum, maka selama masa pelaksanaan pekerjaan Kontraktor harus mengamankan lalu lintas dengan memasang tanda rambu lalu lintas, mengalihkan jalur lalu lintas dan bila perlu membuat & memelihara jalan darurat (sementara). b) Rambu lalu lintas yang dipasang harus sesuai dengan standar DLLAJ atau atas petunjuk Direksi. c) Pengalihkan jalur lalu lintas harus bekerjasama dengan pihak DLLAJ dan Kepolisian setempat. d) Pembuatan jalan darurat (sementara) harus sesuai dengan petunjuk Direksi. e) Penempatan material, peralatan harus sedemikian supaya tidak terjadi hambatan (membahayakan) lalu lintas.
1.5.
Pembersihan lapangan a) Lokasi pekerjaan harus bersih dari rumput, lapisan humus,dan di stripping setebal 20 cm, dibersihkan dari bangunan dan pohon dan segala sesuatu yang akan menggangu pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kebutuhan atau atas petunjuk Direksi. b) Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap pengangkutan dan pembuangan material buangan dari pekerjaan yang disebutkan pada pasal 1.5.a c) Tempat lokasi pembuangan harus sesuai dengan petunjuk Direksi.
1.6.
Dokumen Proyek dan Contoh Barang a) Gambar-gambar rencana pekerjaan : Terdiri dari gambar-gambar bestek, gambar detail dan gambar konstruksi, gambar situasi dan sebagainya yang telah dilaksanakan oleh Perencana telah disampaikan kepada rekanan beserta dokumen-dokumen lain. Rekanan tidak boleh mengubah dan menambah tanpa mendapat persetujuan tertulis dari Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Madiun /Direksi. Gambar-gambar yang tidak boleh diberikan kepada pihak lain yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan pemborongan ini atau dipergunakan untuk maksud-maksud lain. b) Gambar-gambar tambahan : Bila direksi menganggap perlu, maka Perencana harus membuat tambahan gambar detail (gambar-penjelasan) yang disahkan oleh Direksi, gambar-gambar tersebut menjadi ~Syarat - syarat Teknis ~
21
c)
d)
e)
1.7.
milik Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Madiun /Direksi. As Built Drawing Untuk semua pekerjaan yang belum terdapat gambar-gambar baik penyimpangan atau atas perintah pemberi tugas atau tidak, pemborong harus membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang dilaksanakan (as Built drawing) yang jelas memperhatikan perbedaan antara gambar-gambar kontrak dan pekerjaan yang dilaksanakan. Gambar-gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap (tiga) dan semua biaya pembuatannya ditanggung oleh rekanan. Penyimpanan Gambar-gambar & Dokumen Proyek Rekanan harus menyimpan ditempat pekerjaan satu rangkap gambar kontrak lengkap termasuk Rencana Kerja dan Syarat-syarat, Berita acara Aanwijzing, Time schedule, dalam keadaan baik (dapat dibaca dengan jelas) termasuk perubahan-perubahan terakhir dalam masa pelaksanaan pekerjaan, agar tersedia jika pemberi tugas atau wakilnya sewaktu-waktu memerlukan. Contoh barang/ bahan yang ditawarkan : 1. Dalam masa pelaksanaan pekerjaan pembangunan bahan-bahan/ barang yang akan dilaksanakan harus sesuai dengan RKS dan Berita acara Aanwijzing. 2. Barang/ bahan yang ditawarkan dalam harga satuan pekerjaan dan harga satuan bahan/ upah adalah mengikat, rekanan harus menawarkan harga-harga tersebut sesuai dengan RKS dan Berita acara Aanwijzing. 3. Contoh bahan/barang yang ditawarkan tidak dapat dipergunakan bila belum mendapatkan persetujuan dari direksi secara tertulis.
Keamanan dalam pelaksanaan pekerjaan a) Keamanan dan Kesejahteraan Selama pelaksanaan pekerjaan Kontraktor/rekanan pemborong diwajibkan mengadakan segala yang diperlukan untuk keamanan para pekerja dan tamu, seperti pertolongan pertama, sanitasi, air minum dan fasilitas-fasilitas kesejahteraan. Juga diwajibkan memenuhi segala peraturan dan tata tertib, koordinasi dengan Pemerintah atau Pemerintah Daerah Setempat b) Terhadap Wilayah Orang lain Kontraktor/rekanan pemborong diharuskan membatasi daerah operasinya disekitar lokasi dan harus mencegah para pekerjanya melanggar wilayah orang lain yang berdekatan. c) Terhadap Milik Umum Kontraktor/Pemborong harus menjaga jalan umum, jalan kecil dan hak pemakaian jalan, bersih dari bahan-bahan bangunan dan sebagainya dan memelihara kelancaran lalu lintas, baik bagi kendaraaan mapupun pejalan kaki selama kontrak berlangsung. Kontraktor/Pemborong juga bertanggungjawab atas gangguan dan pemindahan yang terjadi atas perlengkapan umum (fasilitas) seperti saluran air, listrik dan sebagainya yang disebabkan oleh operasi-operasi pemborong, maka biaya pemasangan kembali dan segala perbaikan kerusakan menjadi tanggung jawab Kontraktor/pemborong. d) Terhadap Bangunan Yang Ada. Selama masa-masa pelaksanaan kontrak, Kontraktor/pemborong bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan bangunan yang ada, utilitas, jalan-jalan, saluran-saluran pembangunan dan sebagainya ditapak kerusakan-kerusakan sejenis yang disebabkan karena operasi pemborong dalam arti yang luas. Itu semua harus diperbaiki oleh Kontraktor/pemborong hingga dapat diterima Pemberi Tugas e) Keamanan Terhadap Pekerjaan. Kontraktor/Pemborong bertanggung jawab atas keamanan seluruh pekerjan termasuk ~Syarat - syarat Teknis ~
22
bahan-bahan bangunan dan perlengkapan instalasi tapak, hingga kontrak selesai dan diterima baik oleh Direksi. Kontraktor/Pemborong harus menjaga perlengkapan bahan-bahan dari segala kemungkinan kerusakan, kehilangan dan sebagainya untuk seluruh pekerjaan termasuk bagian-bagian yang dilaksanakan oleh pekerja-pekerja dan menjaga agar pekerjaan bebas dari air hujan dengan melindungi memakai penutup dari air hujan dengan melindungi memakai tutup layak, memompa, atau menimba seperti apa yang dikehendaki atau diinstruksikan. 1.8.
Jaminan dan Keselamatan Buruh a) Air minum dan air untuk pekerjaan : 1. Kontraktor/Pemborong harus senantiasa menyediakan air minum yang cukup bersih ditempat pekerjaan untuk para pekerjanya. 2. Air untuk keperluan gangguan selama pelaksanaan, dapat mempergunakan atau menyambung pipa air yang telah ada dengan meteran tersendiri (guna memperhitungkan pembayaran) atau air sumur yang bersih/jernih dan tawar, bila hal ini meragukan pengawas harus diperiksa kepada Laboratorium. b) Kecelakaan Apabila terjadi kecelakaan untuk tenaga kerja yang melaksanakan, Kontraktor/pemborong harus segera mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan si korban dengan biaya pengobatan dan lain-lain menjadi tanggung jawab pemborong dan harus segera melaporkan kepada jawatan perburuhan dan Pengawas. c) Dilokasi pekerjaan harus disediakan kotak obat-obatan untuk pertolongan pertama selalu tersedia didalam setiap saat dan berada ditempat pengawas atau di Direksi Keet/Bouwkeet.
1.9.
Alat – alat pelaksanaan dan pengukuran a)
b)
Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor/pemborong harus menyediakan/ menyiapkan alat-alat, baik untuk alat peralatan pekerjaannya maupun peralatanperalatan yang diperlukan untuk memenuhi kualitas hasil pekerjaan antara lain : pompa air, beton molen, alat penggetar/ vibrator dan sebagainya. Penentuan titik duga letak bangunan, siku-siku bangunan maupun datar (Waterpast) dan tegak lurusnya banguan harsu ditentukan dengan memakai alat ukur waterpast instrumen (keiker).
1.10. Pekerjaan Tidak baik a)
b)
1.11.
Pemberi tugas berhak mengeluarkan instruksi agar Kontraktor/pemborong membongkar pekerjaan apa saja yang telah ditutup untuk diperiksa, atau mengatur untuk mengadakan pengujian bahan-bahan atau barang-barang baik yang sudah ada maupun yang belum dimasukkan dalam pekerjaan atau yang sudah dilaksanakan. Ongkos untuk pengerjaan dan sebagainya menjadi tanggungan Kontraktor/pemborong, untuk disempurnakan sesuai kontrak. Pemberi Tugas berhak mengeluarkan instruksi untuk menyingkirkan dari tempat pekerjaan, pekerjaan, bahan-bahan atau barang apa saja yang tidak sesuai dengan kontrak.
Pembersihan Lapangan
~Syarat - syarat Teknis ~
23
a)
b) c) d) 1.12.
Pada waktu persiapan untuk memulai pekerjaan, lokasi pekerjaan harus dibersihkan dari sampah dan kotoran – kotoran lainnya, sedangkan untuk pohon dan benda berharga lain yang dirasa menggangu pelaksanaan pekerjaan harus didiskusikan terlebih dulu dengan Direksi. Pada waktu persiapan untuk serah terima pekerjaan, lokasi harus dibersihkan dari sampah dan kotoran, sedangakan untuk sisa-sisa material yang tidak digunakan pembuangannya harus didiskusikan terlebih dulu dengan Direksi. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap pengangkutan dan pembuangan material buangan dari pekerjaan Tempat lokasi pembuangan harus mendapatkan persetujuan Direksi.
Pengukuran dan Pembayaran a) b)
Pengukuran Pengukuran kemajuan pekerjaan persiapan akan ditentukan berdasarkan hasil kemajuan yang telah dicapai dan disetujui oleh Direksi. Dasar Pembayaran Pekerjaan Persiapan dibayar atas dasar lumpsum, dimana dalam pembayaran ini sudah termasuk segala biaya yang diperlukan untuk pengadaan, pemasangan dan untuk seluruh upah buruh dan biaya tak terduga lainnya. Mata Pembayaran Uraian Pekerjaan 1.1 Pembersihan Lokasi 1.2 Pek. Bouwplank 1.4 Biaya Air Kerja
Satuan Ls M’ Ls
2.
Pekerjaan Tanah
2.1.
Pekerjan Galian 1. Umum Pekerjaan ini mencakup penggalian, penanganan, pembuangan, pembuatan stok tanah atau padas atau material lainnya yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan ini. Pekerjaan ini umumnya digunakan dalam pembuatan selokan, saluran air, pondasi bangunan, gorong – gorong dan struktur lainnya serta untuk pembuangan material yang tidak terpakai, untuk pekerjaan stabilitas dan pembersihan longsoran, untuk galian konstruksi atau pembentukan tempat kerja yang sesuai dengan spesifikasi yang memenuhi garis peninggian dan penampang melintang yang ditunjukkan dalam gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi. Kecuali untuk kepentingan pembayaran, ketentuan dari pasal berlaku untuk keperluan pekerjaan galian yang dilakukan sehubungan dengan kontrak untuk seluruh galian dan pembuangan yang merupakan salah satu dari : (i) Galian tanah biasa Galian tanah biasa, pekerjaan ini harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai galian padas / galian konstruksi. (ii) Galian padas / Galian Konstuksi Galian Padas/ Galian Konstruksi harus mencakup galian dari padastermasuk juga didalamnya galian untuk konstruksi yang dipandang oleh direksi tidak praktis pembongkarannya tanpa menngunakan alat khusus seperti peralatan dengan tekanan udara, pemboran, atau peledakan dengan volume 1 m3 atau lebih. ~Syarat - syarat Teknis ~
24
2.
3.
4.
Galian ini tidak termasuk bahan yang menurut direksi dapat dilepaskan dengan penggaru yang ditarik oleh traktor dengan berat minimum 15 ton dan tenaga kuda netto sebesar 180 TK. (iii) Pembuangan sisa galian Pembuangan Sisa Galian harus mencakup semua pembuangan dan pengangkutan sisa galian, sampah, bongkaran konstruksi dan semua bahan yang tidak diperlukan dalam pelaksanaan proyek sesuai dengan petunjuk Direksi. Lokasi tempat pembuangan material buangan harus dilokasi yang aman dan diluar proyek atas petunjuk Direksi. Semua biaya pembuangan dan pengangkutannya sudah harus diperhitungkan dalam biaya pekerjaan galian. Toleransi Dimensi a) Kelandaian akhir, arah dan formasi sesudah galian boleh bervariasi dan yang ditentukan lebih dari 2 cm pada setiap titik b) Permukaan galian yang te!ah selesai yang terbuka terhadap aliran air permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin drainase yang bebas dan permukaan itu tanpa terjadi genangan Pelaporan dan Pencatatan a) Setiap pekerjaan galian yang dibayar menurut pasal ini. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi gambar detail potongan melintang yang menunjukkan kondisi dan elevasi tanah asli sebelum pekerjaan galian dilakukan b) Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi gambar detail dari seluruh struktur yang diusulkan atau diperintahkan untuk digunakan seperti skor, turap, cofferdam, tembok penahan dan harus mendapat persetujuan Direksi sebelum melaksanakan pekerjaan galian yang dimaksudkan akan dilindungi oleh struktur yang diusulkan tersebut. c) Kontraktor harus memberikan informasi tertulis kepada Direksi yang berisi lokasi, bahan, kondisi, dan perkiraan kuantitas dari bahan yang akan dibongkar serta peralatan / bahan yang digunakan untuk membongkar d) Setelah pekerjaan galian untuk tanah dasar, formasi, atau pondasi selesai Kontraktor harus memberitahu Direksi, dan bahan landasan atau material lain tidak boleh dipasang sebelum disetujui oleh Direksi untuk dimensi galian. Jaminan Keselamatan Pekerjaan Galian a) Kontraktor harus memikul seluruh tanggung jawab untuk menjamin keselamatan pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian serta penduduk sekitar. b) Selama masa pekerjaan galian, diperlukan lereng yang stabil yang mampu menahan pekerjaan sekitarnya. Struktur atau mesin harus dipertahankan sepanjang waktu, skor atau turap yang memadai harus dipasang, jika tepi permukaan galian yang dilindungi dapat membahayakan atau tidak stabil. Bila diperlukan Kontraktor harus membuat penahan atau penyangga struktur sekitarnya yang jika tidak dilakukan dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian. c) Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan, atau keperluan lainnya tidak diijinkan beroperasi lehih dekat dari 1.5 m dari galian terbuka. d) Tembok ujung cofferdam atau konstruksi lainnya untuk menghindarkan air dan daerah galian harus dirancang dengan benar dan kuat untuk menjamin keruntuhan mendadak. e) Kontraktor harus menyediakan seorang pengawas keamanan pada tempat pekerjaan galian yang tugasnya memonitor kemajuan dan keamanan pekerjaan. Kontraktor juga harus menyediakan peralatan galian cadangan serta perlengkapan ~Syarat - syarat Teknis ~
25
5.
6.
7.
8.
9.
P3K pada lokasi pekerjaan galian. f) Seluruh galian terbuka harus diberi penghalang yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh kedalamannya dan setiap galian terbuka pada malam hari harus diadakan tambahan tanda / rambu berupa drum yang dicat putih atau lampu kuning sesuai perintah Direksi. g) Kontraktor harus bertanggung jawab dan menjamin pengaturan dan pengendalian arus lalu lintas selama masa pelaksanaan pekerjaan. Jadwal Kerja a) Luas galian terbuka pada suatu operasi harus dibatasi sepadan dengan pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam kondisi baik, dengan mempertimbangkan akibat dari pengeringan, pembasahan akihat hujan dan gangguan serta operasi berikutnya. b) Galian yang memotong badan jalan harus dilakukan menggunakan konstruksi setengah badan jalan sehingga jalan tetap terbuka bagi lalu lintas setiap saat. c) Apabila lalu lintas terpaksa terganggu akibat pekerjaan galian, Kontraktor harus mengajukan jadwal dan gambar rencana pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari penguasa setempat dan dari Direksi. Kondisi Tempat Kerja a) Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Kontraktor harus menyediakan seluruh material yang diperlukan, perlengkapan, dan buruh untuk pengeringan (pompa), pengalihan saluran air dan pembuatan saluran sementara, tembok ujung dan cofferdam. Pompa air harus siap dilokasi pekerjaan pada setiap saat untuk menjamin tidak ada gangguan dalam prosedur pengeringan dengan pompa air. b) Bila pekerjaan galian dilakukan pada saluran yang ada atau tempat lainnya dimana aliran bawah tanah atau pada tanah mungkin tercemar, Kontraktor harus menyediakan air bersih, sabun dan desinfektan secukupnya untuk air minum dan mencuci. Perbaikkan Pekerjaan Galian yang Tidak Memuaskan Pekerjaan galian yang tidak memenuhi persyaratan toleransi dimensi diatas harus diperbaiki Kontraktor sebagai berikut : (i) Bahan yang berlebihan harus dibuang dengan penggalian lebih lanjut. (ii) Daerah dimana telah tergali lebih atau daerah retak atau lepas harus diurug kembali dengan timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat seperti diperintahkan Direksi Utilitas Bawah Tanah a) Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperoleh informasi tentang adanya serta lokasi dari utilitas bawah tanah, untuk memperoleh dan membayar ijin yang diperlukan atau wewenang lainnya guna melaksanakan galian yang diperlukan dalam Kontrak. b) Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menjaga setiap saluran yang masih berfungsi dari pipa, kabel atau jalur lainnya serta struktur yang dijumpai dan memperbaiki setiap kerusakan yang ditimbulkan oleh operasinya. Penggunaan dan Pembuangan Material Galian a) Seluruh material yang didapat dalam batas dan cakupan proyek bila dimungkinkan dapat digunakan kembali untuk formasi timbunan atau urugan kembali. b) Material galian yang mengandung bahan organis tinggi, peat. sejumlah besar akar atau benda tetumbunan lain dan tanah yang kompresif yang menurut pendapat Direksi akan menyulitkan pemadatan dari bahan pelapisan atau yang ~Syarat - syarat Teknis ~
26
10.
11.
mengakihatkan terjadinya kerusakan atau penurunan yang tidak dikehendaki, harus diklasifikasikan tidak memenuhi untuk digunakan sebagai timbunan c) Setiap material galian yang berlebih untuk kebutuhan timbunan atau tiap material yang tidak disetujui oleh Direksi sebagai material timbunan harus dibuang dan diratakan dalam lapis yang tipis oleh Kontraktor diluar daerah proyek seperti diperintahkan Direksi. d) Kontraktor harus bertanggung jawab untuk seluruh pengaturan dan biaya untuk pembuangan material berlebih atau tidak rnemenuhi syarat, termasuk pengangkutandan perolehan ijin dari pemilik tanah dimana pembuangan dilakukan. Pengembalian Bentuk dan Pembongkaran Pekerjaan Sementara a) Terkecuali diperintahkan oleh Direksi, seluruh struktur sementara seperti cofferdam, skor dan turap harus dibongkar Kontraktor, setelah pekerjaan permanen selesai atau pekerjaan lain dimana galian dilakukan. Pembongkaran harus dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu atau merusak struktur yang telah selesai dikerjakan. b) Setiap pemakaian material galian yang bersifat sementara diijinkan untuk ditempatkan dalam saluran air dan harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan selesai sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu saluran air. c) Seluruh tempat bekas galian material atau sumber material yang digunakan Kontraktor harus ditinggalkan dalam keadaan rapi dengan tepi dan lereng yang stabil. Prosedur Umum Penggalian a) Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh Direksi dan pembuangan seluruh material dalarn bentuk apapun termasuk tanah, padas, batu bata, beton dan stuktur lainnya b) Pekerjan galian harus dilakukan dengan gangguan seminimal mungkin terhadap bahan dibawah dan diluar batas galian. c) Jika bahan yang terbuka pada garis formasi atau permukaan lapis tanah dasar atau pondasi dalam keadaan lepas atau tanah lunak atau bahan lainnya yang tak memenuhi persyaratan menurut pendapat Direksi, maka bahan tersebut harus dipadatkan dengan benar atau seluruhnya dibuang dan diganti dengan timbunan yang memenuhi syarat, sebagaimana diperintahkan Direksi. d) Dimana bahan padas, lapisan keras atau yang sukar dibongkar dijumpai pada garis formasi untuk selokan berpasangan, pada ketinggian tanah dasar untuk perkerasan dan bahu, atau pada dasar galian pipa atau pondasi struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam hingga kepermukaan yang mantap dan merata. Tidak boleh ada tonjolan-tonjolan padas pada permukaan tersebut dan seluruh pecahan padas yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian yang disyaratkan harus didapat dengan mengurug kembali dengan bahan yang dipadatkan yang disetujui oleh Direksi. e) Untuk pekerjaan galian konstruksi serta pada pembongkaran struktur bawah jembatan yang ada, maka penggalian harus dilakukan sampai dasar sungai asli dan pada bagian yang tidak terletak disungai, harus dibongkar/ digali paling sedikit 30 cm dibawah permukaan tanah aslinya. f) Penggalian cadas harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tepi dan galian harus dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata mungkin. Cadas yang lepas dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau orang harus dibuang, baik bila terjadi pada galian karang yang baru maupun yang lama. ~Syarat - syarat Teknis ~
27
12. Galian Untuk Struktur Dan Pipa a) Galian untuk pipa atau saluran beton dan galian untuk pondasi gorong-gorong atau struktur lain, harus cukup ukurannya untuk memungkinkan pemasangan bahan yang benar, juga untuk pengawasan dan pemadatan urugan kembali dibawah dan disekeliling pekerjaan. b) Bila gorong-gorong atau galian lain dilakukan dalam timbunan yang baru, maka timbunan harus dibangun sampai dengan ketinggian yang diperlukan sejarak pada masing-masing sisi tidak kurang dari 5 x lebar galian tersebut, selanjutnya galian dibuat dengan sisi setegak mungkin sebagaimana tanahnya memungkinkan. c) Setiap pemompaan dari galian harus dilakukan sedemikian untuk menghindarkan kemungkinan bagian yang baru dipasang terbawa. Setiap pemompaan yang diperlukan selama pemasangan beton, atau periode 24 jam sesudahnya harus dilakukan dengan pompa yang berada diluar acuan beton tersebut. d) Galian sampai elevasi akhir dari pondasi untuk pondasi struktur tidak boleh dilaksanakan sampai sesaat sebeium pondasi akan dipasang. 2.2.
Pekerjaan Urugan/Timbunan A. Umum 1. Uraian a) Pekerjaan ini mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk konstruksi urugan, untuk pengurugan ,kembali galian pipa atau struktur dan untuk urugan umum yang diperlukan untuk membuat bentuk dimensi timbunan antara lain ketinggian yang sesuai persyaratan atau penampang melintangnya. b) Urugan yang dicakup oleh ketentuan ini harus dibagi menjadi dua jenis, yaitu urugan biasa dan urugan pilihan. Urugan biasa akan digunakan di pekerjaan drainase, pasangan talud, trotoar, gorong-gorong, peninggian peil dan pekerjaan lainnya. Urugan pilihan akan digunakan didaerah berawa, dan lokasi serupa dimana material yang plastis sulit untuk dipadatkan dengan baik. Urugan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi lereng yang curam karena keterbatasan ruangan dan untuk pekerjaan urugan lainnya dimana kekuatan dan fungsi urugan adalah faktor yang kritis c) Kecuali untuk kepentingan pembayaran dari Sub. Bab ini berlaku untuk keperluan Pekerjaan Urugan/Timbunan yang dilakukan sehubungan dengan Kontrak dan seluruh Urugan/ Timbunan dapat merupakan salah satu dari : i. Urugan Tanah dan Pemadatan Pekerjaan urugan ini mencakup pengambilan, pengangkutan dan penghamparan dari tanah pada lubang-lubang galian yang telah disiapkan, dengan pemadatan lapis demi lapis setiap 20 cm dengan menggunakan alat pemadat yang sesuai, sampai tercapai dimensi urugan yang dikehendaki. ii. Urugan Tanah Kembali dan Pemadatan Pekerjaan urugan ini mencakup pengurugan kembali dari tanah bekas galian yang dihasilkan, pada lubang-lubang yang telah dipersiapkan, dengan Pemadatan lapis demi lapis setiap 20 cm dengan menggunakan alat pemadat yang sesuai sampai tercapai dimensi urugan yang dikehendaki. iii. Urugan Pasir dan Pemadatan Urugan pasir dipergunakan pada dasar galian pondasi dan bagian ~Syarat - syarat Teknis ~
28
2.
bawah dari jenis konstruksi lainnya. Bahan urugan adalah pasir urug yang bebas dari kotoran dan bahan organis lainnya Pemadatan urugan pasir lapis demi lapis menggunakan stamper dengan penyiraman seperlunya. Pengukuran ketebalan urugan pasir dlakukan setelah urugan pasir benar-benar padat. iv. Urugan Sirtu dan Pemadatan Pekerjaan urugan ini mencakup pengambilan, pengangkutan dan penghamparan material sirtu pada bidang yang telah disiapkan untuk berfungsi sebagai bagian dari konstruksi pedestrian dan konstruksi perkerasan jalan. Sehubungan dengan perbedaan kedudukan dan fungsi dari lapisan sirtu tersebut maka kualitas sirtu dapat dibedakan menjadi sebagai berikut: Sirtu untuk Pedestrian Mengandung komponen Batu dan Pasir sehingga dapat menghasilkan kualitas yang lebih baik dari pada urugan tanah biasa/pedel, meskipun komposisi gradasi butiran yang dikandungnya tidak diatur namun contoh material harus mendapatkan persetujuan dari Pengawas/Direksi. Metoda & peralatan pemadatan harus mendapatkan persetujuan dari Pengawas/Direksi. Sirtu untuk Konstruksi Perkerasan Jalan Kualitas dan gradasi dari komponen material sirtu harus memenuhi persyaratan sebagai material Lapis Pondasi Bawah Agregat Kelas C (baca Pasal spesifikasi tentang Konstruksi Perkerasan Jalan/Paving yang menguraikan persyaratan Agregat Kelas C secara lebih detil). Pemadatan sebagai lapisan sub base perkerasan jalan/area parkir harus menggunakan mesin gilas (vibrating roller dsb) atau mesin pemadat lain yang mendapat persetujuan dari Pengawas/Direksi. v. Urugan Pedel dan Pemadatan Pekerjaan urugan ini mencakup pengambilan, pengangkutan dan penghamparan material pedel untuk mencapai level perataan area sebagaimana tercantum didalam gambar. Jenis material adalah pedel kuning. Perataan dan pemadatan dilakukan dengan menggunakan Bulldozer. Dalam hal kondisi lokasi pengurugan berupa area berlumpur, bila dirasa perlu Kontraktor dapat melakukan uji coba pengurugan dengan luasan tertentu untuk diamati bersama direksi & pengawas pekerjaan, hal ini dilakukan sebagai referensi dalam menetapkan koefisien volume material pedel sebelum melakukan pengurugan dalam volume yang besar. Toleransi Dimensi a) Permukaan dan ketinggian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi atau lebih rendah 2cm dari yang ditentukan akan disetujui. b) Seluruh permukaan akhir urugan yang terbuka harus cukup rata dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan. c) Permukaan akhir lereng timbunan harus tidak bervariasi lebih dari 10cm dari garis profil yang ditentukan d) Tahapan pengurugan tidak boleh dihampar dalam lapisan yang lebih dari 20
~Syarat - syarat Teknis ~
29
3.
4.
5.
6.
cm tebal padat juga tidak dalam lapis yang kurang dari 10 cm tebal padat. Pelaporan a) Untuk setiap urugan yang akan dibayar menurut ketentuan dari spesifikasi Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi sebelum ijin memuiai pekerjaan disetujui yaitu gambar detail penampang melintang yang menunjukan permukaan yang telah dipersiapkan untuk penempatan urugan b) Kontraktor harus menyerahkan contoh material urugan kepada Direksi paling lambat 14 ( empat belas )hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk melaksanakan pekerjaan urugan dengan ketentuan sebagai berikut : (i) Dua contoh masing masing 50 kg setiap material, satu contoh harus disimpan Direksi sebagai rujukan selama masa kontrak. (ii) Pernyataan lokasi, komposisi dan perkiraan jumlah kandungan material serta hasil pengujian laboratorium yang membuktikan sifat dan karakteritik material tersebut sesuai ketentuan dan persyaratan dalam spesifikasi ini. Jadwal Kerja Kontraktor harus menyerahkan jadwal kerja, lokasi, metode kerja, gambar kerja dan perkiraan volume yang akan digunakan termasuk pengaturan dan pengamanan lalu lintas. Kondisi Tempat Kerja. (a) Kontraktor harus menjamin selama pelaksanaan lokasi urugan tetap kering sebelum dan selama penghamparan dan pemadatan berlangsung. Untuk itu material urugan selama konstruksi harus memiliki kemiringan yang cukup untuk membantu drainase dari aliran air hujan dan menjamin bahwa pekerjaan akhir mempunyai drainase yang baik. Air dari tempat pekerjaan harus dibuang kedalam sistim drainase permanen. Cara yang memadai untuk menjebak lumpur harus diadakan pada bagian darurat yang mengalir kedalam drainase permanen. (b) Kontraktor harus menyediakan mobil tangki air dan air yang cukup untuk pengendalian kelembaban urugan selama operasi penghamparan dan pemadatan. Perbaikan Urugan Yang Tidak Memuaskan (a) Urugan terakhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang ditentukan atau toleransi yang diijinkan harus diperbaiki dengan membuang atau menambah material sebagaimana ditentukan dalam perencanaan dan dilanjutkan dengan pembentukkan dan pemadatan kembali. (b) Urugan yang kadar airnya kurang memenuhi persyaratan atau seperti diperintahkan Direksi harus diperbaikki dengan penyiraman air secukupnya untuk kemudian dibentuk dan dipadatkan kembali. (c) Urugan yang jenuh air akibat air hujan atau lainnya setelah pemadatan selesai dalam batasan persyaratan ini biasanya tidak memerlukan perbaikan. asal sifat dan karakteristik material serta kerataan permukaan masih memenuhi persyaratan dalam spesifikasi ini. (d) Perbaikan urugan yang tidak memenuhi persyaratan yang disebut dalam spesifikasi ini harus dibuang dan diganti dengan material yang memenuhi persyaratan. Untuk urugan yang tidak memenuhi persyaratan kepadatan harus dipadatkan kembali sampai sesuai dengan persyaratan spesifikasi ini. (e) Perbaikan urugan yang rusak akibat banjir setelah pekerjaan selesai dan diterima oleh Direksi harus diperbaiki seperti ditentukan dalam ayat (6) (c) dan (6).(d) diatas.
~Syarat - syarat Teknis ~
30
7.
8. 9.
B.
Pengembalian Bentuk Pekerjaan Seluruh kerusakan pada pekerjaan akhir urugan yang telah diuji kepadatannya harus diberbaiki oleh Kontraktor secepatnya dan dipadatkan kembali hingga mencapai kepadatan dan toleransi kerataan permukaan yang disyaratkan oleh spesifikasi ini. Pembatasan Cuaca Urugan tidak boleh dipasang, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan. Pengaturan Lalu Lintas Kontraktor bertanggung jawab terhadap pengamanan, pengalihan dan pengendalian lalu lintas selama pelaksanaan konstruksi.
Material Urugan / Timbunan 1. Sumber Material Material urugan harus dipilih dari sumber yang telah mendapat persetujuan Direksi. ukuran dan mutu dari material harus sesuai dengan persyaratan spesifikasi ini. 2. Urugan Biasa a) Urugan yang diklasifikasikan sebagai urugan biasa harus terdiri dari tanah galian yang telah dibuktikan oleh laboratorium memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh spesifikasi ini dan disetujui oleh Direksi. b) Material yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang plastisitasnya tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 dari persyaratan AASHTO M 145 atau sebagai CH dalam sytem klasifikasi “ Unified atau Casagrade “. Bila penggunaan tanah yang plastisitanya tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada timbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung yang tinggi. Tanah plastis seperti itu tidak tidak boleh digunakan sama sekali pada lapisan 30 cm dibawah tanah dasar perkerasan atau bahu. Sebagai tambahan timbunan dalam zona ini harus, bila diuji dengan AASHTO T 193, memiliki CBR tidak kurang dari 6% setelah perendaman 4 hari dengan kepadatan 100% dari kepadatan kering maksimum seperti ditetapkan oleh AASHTO T 99. c) Tanah yang pengembangannya tinggi (retakan) yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T 258 sebagai "sangat tinggi", tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif harus diukur sebagai material perbandingan antara Indeks Plastisitas (PI) – (AASHTO T 90) dan persentase ukuran lempung (AASHTO T 88). 3.
Timbunan Pilihan a) Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai "Timbunan Pilihan" bila digunakan pada lokasi yang telah ditentukan pada gambar rencana dan disetujui secara tertulis oleh Direksi. b) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri clan bahan timbunan yang memenuhi persyaratan untuk timbunan biasa dengan tambahan harus memiliki sifat dan karakteristik tertentu seperti diperintahkan dan disetujui oleh Direksi. Dalam segala hal, seluruh timbunan pilihan seperti ditentukan oleh AASHTO T 193 harus memiliki CBR minimum 10% setelah perendaman 4 hari pada kepadatan 100% dan kepadatan kering maksimum seperti ditentukan oieh AASHTO T 99.
~Syarat - syarat Teknis ~
31
c)
4.
C.
Bila digunakan dalam keadaan dimana pemadatan dalam keadaan jenuh atau banjir tidak dapat dihindari, timbunan pilihan haruslah pasir atau kerikil atau material berbutir bersih lainnya dengan Indeks Plastisitas maksimum 6%. d) Bila digunakan pada lereng atau stabilitas timbunan atau pada situasi darurat lainnya dimana kuat geser lereng menentukan tetapi kondisi pemadatan kering atau normal, Timbunan pilihan dapat dari cadas atau kerikil berlempung bergradasi baik atau lempung berpasir atau berplastisitas rendah. Tipe dari material yang dipilih tergantung pada kecuraman lereng atau beban yang akan dipikul dan harus disetujui secara tertulis oleh Direksi. Urugan Daerah Rawa / Berair Pada timbunan didaerah rawa, material yang digunakan dibedakan dalam 2 (dua) kondisi yaitu Bila daerah tersebut terdapat aliran air atau genangan air yang menetap maka material yang digunakan harus material timbunan pilihan. Bila daerah tersebut tidak terdapat aliran air atau genangan air yang tidak tetap, maka material timbunan yang digunakan cukup dengan material timbunan biasa.
Pemasangan Dan Pemadatan Urugan 1. Penyiapan Tempat Kerja a) Sebelum pemasangan urugan pada suatu tempat, seluruh bahan yang tidak memenuhi harus telah dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi. b) Bila tinggi dari urugan satu meter atau kurang, dasar pondasi dari urugan harus dipadatkan benar-benar (termasuk penggaruan dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sehingga 15 cm bagian atas memenuhi persyaratan kepadatan yang ditentukan untuk urugan yang dipasang diatasnya. 2. Pemasangan Urugan a) Urugan harus dibawa kepermukaan yang telah disiapkan dan disebar merata dalam lapis yang bila dipadatkan akan memenuhi toieransi tebal lapisan yang diberikan. Bila lebih dari satu lapis akan dipasang, lapis-lapis tersebut sedapat mungkin harus sama tebalnya. b) Urugan tanah umumnya harus diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ketempat permukaan yang telah disiapkan sewaktu cuaca kering dan disebar. Penimbunan stok tanah urug biasanya tidak diperbolehkan, terutama selama musim hujan. c) Dalam penempatan urugan diatas atau terhadap selimut pasir atau bahan drainase porous, harus diperhatikan agar tidak terjadi pencampuran dua bahan tersebut. Dalam hal pembentukan drainase vertikal, pemisah yang jelas harus diberikan antara kedua bahan dapat dijamin oleh penggunaan acuan sementara dari pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit ditarik sewaktu pengisian urugan dan drainase prorouse dilaksanakan. d) Urugan bila diatas gorong-gorong dan dibelakang struktur harus dilaksanakan secara sistematis dan secepat mungkin menyusul pemasangan gorong-gorong atau struktur. Akan tetapi sebelum pengurugan paling sedikit harus diberikan waktu 8 jam setelah pemberian adukan pada sambungansambungan gorong-gorong atau pengecoran struktur beton dengan gaya berat, pasangan batu atau pasangan batu dengan adukan. Periode 14 (empat belas) hari harus diberikan sebelum pengurugan disekitar struktur penahan ~Syarat - syarat Teknis ~
32
3.
D.
tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan adukan. e) Bila timbunan akan diperlebar, lereng dari timbunan yang ada harus disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan permukaan dan dibuat bertangga sehingga urugan yang baru terkunci kepada timbunan yang lama sampai memuaskan Direksi. Selanjutnya urugan yang diperlebar harus dibangun secara horisontal dengan ketinggian tanah dasar, yang selanjutnya narus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah sampai setinggi permukaan jalan yang ada sehingga bagian yang diperlebar dapat digunakan oleh lalu lintas secepatnya, yang memungkinkan pembangunan dilanjutkan ke sisi jalan lainnya jika diperlukan. Pemadatan Urugan a) Langsung setelah pernasangan dan penghamparan urugan, masing-masing lapis harus dipadatkan benar-benar dengan peralatan pemadatan yang memadai yang disetujui Direksi hingga mencapai kepadatan yang ditentukan b) Pemadatan dari urugan tanah harus dilaksanakan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang kurang dari 3% sampai lebih dari 1% dari kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang dipero!eh bila tanah dipadatkan sesuai dengan AASHTO T99 c) Seluruh urugan cadas harus ditutup dengan satu atau lebih lapisan setebal 20 cm dari bahan bergradasi baik yang tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm dan sanggup mengisi rongga-rongga pada padas bagian atas urugan. Lapis penutup ini akan dibangun sampai kepadatan yang disyaratkan untuk urugan tanah. d) Masing-masing lapis dari urugan yang dipasang harus dipadatkan seperti yang ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima oleh Direksi sebelum lapis berikut dipasang. e) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi dan berlanjut kearah sumbu jalan sedemikian sehingga masing-masing bagian, menerima jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana mungkin, lalu lintas alat konstruksi harus dilewatkan diatas urugan dan arahnya terus diubah-ubah untuk menyebarkan usaha pemadatan dari la!u lintas tersebut. f) Bila bahan urugan akan dipasang pada kedua sisi dari pipa atau saluran beton atau struktur, maka operasi harus dilakukan agar urugan selalu kirakira sama tingginya pada kedua sisi struktur. g) Urugan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadatan mesin 15 cm tebal gembur dan secara menyeluruh dipadatkan dengan menumbuk loncat mekanis atau timbiris (stamper) minimum seberat 10 kg. Harus diperhatikan secara khusus untuk menjamin pemadatan yang memuaskan dibawah dan ditepi pipa untuk mencegah rongga dan untuk menjamin pipa betul-betul terdukung.
Jaminan Mutu 1. Pengendalian Mutu Bahan a) Jumlah dari data pendukung hasil uji yang diperlukan untuk persetujuan awal dari mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi, tetapi akan mencakup seluruh pengujian yang dipersyaratkan, paling sedikit tiga contoh yang mewakili dan sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentangan mutu yang cenderung dijumpai dari sumber. ~Syarat - syarat Teknis ~
33
b)
2.
3.
E.
Menyusul persetujuan dari mutu bahan yang diusulkan, pengujian mutu bahan selanjutnya akan diulangi atas dasar pertimbangan Direksi. dalam hal diamati perubahan dalam bahan atau dalam sumbernya. c) Program untuk pengendalian pengujian bahan secara rutin akan dilakukan untuk mengendalikan perubahan yang ada dalam bahan yang dibawa ke tempat kerja. Cakupan dari pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi tetapi untuk setiap 1000 meter kubik bahan urugan dari setiap sumber paling sedikit harus dilakukan atau penentuan dari Aktivitas. Tanah yang pengembangannya tinggi (retakan) yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 (sangat tinggi), tidak boleh digunaan sebagai bahan urugan. Nilai aktif harus diukur sebagai perbandingan antara Indeks Plastisitas (PI) — (AASHTO T90) dan Prosentase ukuran lempung (AASHTO T88). Persyaratan Kepadatan Untuk Urugan a) Lapis yang lebih dalam dari 30 cm dibawah elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai 95% dari kepadatan kering maksimum yang ditetapkan sesuai AASHTO T99. Untuk tanah yang mengandung lebih dart 10% bahan yang tertahan pada saringan inci, kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus diadakan penyesuaian untuk bahan yang terlalu besar tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi. b) Lapis pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai dengan 100% dari kepadatan kering maksimum yang ditetapkan sesuai dengan AASHTO T99. c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada masing-masing lapis dari urugan yang dipadatkan sesuai dengan AASHTO T191 dan jika hasii dari suatu pengujian menunjukan kepadatan kurang dari yang diisyaratkan maka Kontraktor harus memperbaiki pekerjaan. Pengujian dilakukan sampai kedalaman dari lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan oleh Direksi, tetapi harus tidak berselang lebih dari 200 m, untuk urugan kembali disekitar struktur, atau pada galian gorong-gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis urugan yang dipasang. Dalam timbunan paling sedikit satu pengujian harus dilakukan dalam setiap 1000 meter kubik urugan yang dipasang Percobaan Pemadatan Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan peralatan dan metode untuk mencapai tingkat kepadatan yang ditentukan. Dalam hal bahwa Kontraktor tidak sanggup mencapai kepadatan yang diisyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini dapat diikuti: Percobaan lapangan harus dilakukan dengan jumlah lintasan peralatan pemadat dan kadar air diubah-ubah sehingga kepadatan yang diisyaratkan tercapai sehingga memuaskan Direksi. Hasil dari percobaan lapangan ini selanjutnya harus digunakan untuk menetapkan jumlah lintasan, tipe dari peralatan pemadat dan kadar air dari Pemadatan tersebut.
Pengukuran dan Pembayaran 1. Pengukuran Galian a) Pengukuran Pekerjaan galian dan pembuangan hasil galian seperti diatas harus diukur untuk pembayaran sebagai volume ditempat dalam meter kubik bahan yang dipindahkan. Dasar dari perhitungan ini haruslah gambar penampang melintang yang disetujui dari tanah sebelum digali dan garis yang ~Syarat - syarat Teknis ~
34
dipersyaratkan yang dibedakan tiap-tiap 1 m kedalaman serta diterima dari akhir pekerjaan galian. Metode perhitungan haruslah metode luas ujung rata-rata, tiap-tiap 1 m kedalaman menggunakan penampang melintang dan pekerjaan yang berselang jarak tidak lebih dari 25 m. b) Dasar Pembayaran Kwantitas dari galian, diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar persatuan pengukuran pada harga yang dimasukkan dalam Daftar Kwantitas dan Harga untuk Mata Pembayaran yang terdaftar dibawah, yang merupakan kompensasi untuk saluran pekerjaan dan biaya yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan galian yang diperlukan sebagaimana diuraikan dalam Pasal ini. 2. Pengukuran Urugan Urugan harus diukur sejumlah kubik meter dari bahan yang dipadatkan, selesai dipadatkan dan diterima. Volume yang diukur harus didasarkan pada gambar penampang melintang yang disetujui dari profil tanah atau profit galian sebelum urugan ditempatkan pada garis dan ketinggian yang diisyaratkan dan diterima dari pekerjaan urugan akhir. Metode untuk menghitung volume bahan haruslah luas bidang ujung, dengan menggunakan penampang melintang yang berselang jarak tidak lebih dari 25 m. a) Urugan yang ditempatkan melebihi garis dan penampang melintang yang disetujui, termasuk setiap tambahan urugan yang diperlukan sebagai akibat dari perbuatan tangga atau penguncian kedalam lereng yang ada, atau sebagai akibat dari penurunan pondasi, tidak akan dimasukkan kedalam volume yang diukur untuk pembayaran kecuali bila : (i) Urugan yang diperlukan untuk mengganti bahan lunak atau untuk mengganti padas atau bahan keras lainnya. (ii) Tambahan urugan diperlukan untuk mernperbaiki pekerjaan yang tidak stabil atau gagal hal dimana Kontraktor tidak dianggap bertanggung jawab. (iii) Bila urugan akan dipasang pada tanah berawa/berair dimana dapat diperkirakan akan terjadi konsolidasi dari tanah asli, pelat dan batang penurunan harus dipasang dan diamati bersama oleh Direksi dan Kontraktor. Kwantitas Pekerjaan Tanah dapat ditentukan berdasarkan tanah dasar asli yang telah turun. Pengukuran atas tanan dasar ini hanya dapat diijinkan jika catatan penurunan di dokumentasi secara baik. c) Urugan yang tidak digunakan dimana saja diluar batas Kontrak untuk pekerjaan, atau untuk menggubur bahan sisa atau yang tak terpakai, atau untuk menutup sumber bahan, tidak boleh dimasukkan datam pengukuran Urugan. 3.
Dasar Pembayaran Kwantitas yang diukur dari Urugan yang diukur seperti diuraikan diatas, dalam jarak angkut berapapun yang diperlukan, harus dibayar untuk satu satuan pengukuran dari harga yang dimasukkan pada masing-masing Daftar Penawaran untuk Mata Pembayaran terdaftar dibawah, dimana harga tersebut harus sudah merupakan kompensasi penuh untuk pengolahan, pengadaan, penempatan, pemadatan, penyelesaian dan pengujian dari bahan, seluruh biaya lain yang perlu atau biasa untuk penyelesaian yang tepat dari pekerjaan yang diuraikan dalam Pasal ini.
~Syarat - syarat Teknis ~
35
Mata Pembayaran 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6
Uraian Pekerjaan
Urugan Tanah Pedel Urugan Sirtu Ngoro Urugan Pasir Bwh Pondasi Urugan Pasir BwhPlat / Lt Kerja Galian Tanah Urugan Kembali
Satuan
M3 M3 M3 M3 M3 M3
3.
Pekerjaan Pasangan, Plesteran dan Siaran
3.1.
Pekerjaan Pasangan 3.1.1. Pasangan Batu Kosong a. Bahan Batu untuk pasangan batu kosong harus terdiri dari batu yang keras dan awet. Batu untuk pasangan batu kososng harus merupakan batu belah dan memiliki dimensi paling kecil 30 cm atau ditentukan lain oleh Direksi. b. Pemasangan Pondasi dialasi dengan pasir urug yang bersih dan tidak mengandung benda yang lebih besar dari 1,5 cm dengan ketebalan sesuai dengan gambar kerja, kemudian disiram dengan air secukupnya. Pasangan batu kosong dipasang dengan ketebalan sesuai gambar kerja kemudian diisi dengan pasir dan disiram dengan air sampai celah-celah antara batu yang satu dengan bahu yang lain terisi penuh dengan pasir. Batu kosong terpasang padat. 3.1.2. Pasangan Batu Bata a. Bahan Semua batu bata yang digunakan harus dari mutu kelas satu, padat. keras, benar ukurannya, mempunyai ujung persegi dan harus sesuai dengan gambar kerja. Semua batu bata yang dipergunakan sebaiknya berasal dan satu tempat. Batu bata yang akan digunakan dengan ukuran yang berbeda harus mendapat persetujuan Direksi. Bahan-bahan seperti pasir, semen dan air adukan pasangan mengikuti ketentuan yang digunakan dalam pekerjaan beton. Pencampuran adukan dan kekuatan adukan sama dengan yang disyaratkan pada pasangan batu kali. b.
Pemasangan Sebelum dipasang Batu Bata harus dibersihkan terlebih dahulu sampai bebas dari kotoran dan khusus untuk batu bata dicelup atau dibasahi dengan air. Secara umum Batu Bata dipasang dengan adukan : K70 (memiliki kekuatan tekan minimal 70 kg/cm) atau sesuai dengan komposisi campuran yang dipersyarat didalam RAB dan analisa satuan pekerjaan. Pasangan Batu Bata dilakukan secara bertahap dan setiap hari tingginya
~Syarat - syarat Teknis ~
36
tidak lebih dari 100 cm, yang diikuti dengan cor kolom praktis. Pembuatan lubang stager pada pasangan Batu Bata sama sekali tidak dibenarkan. Semua angker, pipa dan peralatan lainnya harus dipasang bersamaan dengan pemasangan Batu Bata. Setelah Batu Bata terpasang, adukan, naat/siar harus dibersihkan dengan sapu lidi. Hasil dari pasangan Batu Bata adalah sesuai dengan gambar kerja. Kerugian akibat kesalahan pemasangan, sepenuhnya menjadi tanggungan Kontraktor.
3.1.3. Plesteran, Acian dan Siaran 3.1.3.1.
Pekerjaan Plesteran 1. Campuran a. Dinding yang akan diplester, sebelumnya pasangan bata harus disiram terlebih dahulu dan menggunakan campuran 1 pc : 5 ps sedangkan plesteran trasram setinggi 50 cm diatas sloof harus dengan campuran 1 pc : 3 ps (trasam). b. Campuran spesi untuk plesteran beton, menggunakan campuran 1 pc : 3 ps sedangkan untuk plesteran tembok / dinding dilaksanakan dengan campuran 1 pc : 5 ps hasil ayakan yang halus. c. Untuk penyelesaian sudut – sudut sponeng (benangan) supaya digunakan plesteran 1 pc _ 2 ps dilaksanakan dengan lurus dan tajam. d. Material plesteran yang digunakan harus merupakan semen (PC), pasir, dan air yang sama dengan yang digunakan untuk beton ditambah mortar ixtures bila diperlukan terutama untuk permukaan beton dan batako yang akan diplester. e. Adukan harus dicampur dengan alat mekanik (concrete mixer) atau ditentukan lain oleh Direksi. Adukan yang sudah kering, dan mengeras tidak diperkenankan untuk dipakai kembali. f. Acian digunakan untuk memperhalus permukaan, campuran yang digunakan adalah campuran semen PC dengan air. 2. Pelaksanaan Permukaan yang akan diplester harus kering dan bersih dari kotoran. minyak, lumut kemudian disiram air secukupnya. Untuk permukaan beton yang akan diplester harus dibuat keras untuk memberi ikatan sebelum diplester. Plesteran yang mempunyai ketebalan lebih dari 3 cm harus diberi kawat ayam untuk menjamin lekatan plesteran.
3.
3.1.3.2. 1.
Perbaikan Pekerjaan yang Tidak Memuaskan a Kontraktor harus mengadakan perbaikan setiap cacat, retak dan kerusakan lainnya dengan cara membongkar bagian yang rusak berbentuk persegi kemudian diplester kembali dengan adukan yang mempunyai campuran cian bahan yang sama. b. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memelihara. ihkan plesteran yang kotor selama pelaksanaan pekerjaan. Pekerjaan Acian Campuran
~Syarat - syarat Teknis ~
37
a.
2. 3.
Acian digunakan untuk memperhalus permukaan dinding yang sudah diplester, campuran yang digunakan adalah campuran semen PC, atau semen khusus acian yang dicampur dengan air dengan air. b. Sebelum dilakukan pekerjaan acian permukaan plesteran harus dibersikan dulu dan disiram agar material acian menempel sempurna dengan plesteran. Pelaksanaan Sebelum dilakukan pekerjaan acian permukaan plesteran harus dibersikan dulu dan disiram agar material acian menempel sempurna dengan plesteran. Perbaikan Pekerjaan yang Tidak Memuaskan a Kontraktor harus mengadakan perbaikan setiap cacat, retak dan kerusakan lainnya dengan cara membongkar bagian yang rusak berbentuk persegi kemudian di aci kembali dengan adukan yang mempunyai campuran acian dan bahan yang sama. b. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memelihara. ihkan acian yang kotor selama pelaksanaan pekerjaan.
3.1.3.2. Pekerjaan Siaran a. Pekerjaan ini dilakukan untuk. mengisi celah batu yang satu dengan yang lain pada bidang permukaan pasangan dengan campuran. b. Semua permukaan yang akan di siar harus bersih dari kotoran minyak dan lumut kemudian dibasahi sebelurn pekerjaan siar dilaksanakan c. Pencampuran harus menggunakan alat mekanik (concrete mixer), tidak diperkenankan memakai campuran yang sudah mengering dan mengeras. d. Siaran yang belum mengeras harus dilindungi dari hujan. 3.1.3.3. Pengukuran dan Pembayaran a. Pengukuran Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan plesteran adalah meter persegi luasan permukaan diukur. Tidak ada pengukuran untuk pembayaran untuk pekerjaan acian dan siaran, harus sudah diperhitungkan pada masing-masing item pekerjaan terkait. b. Dasar Pembayaran Jumlah meter persegi luas permukaan yang diukur dan sudah termasuk seluruh kompensasi untuk pekerjaan acian dan siaran. No Pembayaran 3.1 3.2 3.3 3.4 4.
Uraian Pekerjaan Plesteran 1 : 4 Pleteram 1 : 3 Acian Siaran
Satuan M2 M2 M2 M2
Pekerjaan Beton Struktur 4.1. U m u m 1. Uraian a. Pekerjaan ini harus mencakup pembuatan seluruh stuktur beton termasuk beton tak bertulang, beton bertulang, komposit, maupun prategang sesuai dengan persyaratan dan garis, elevasi, kelandaian dan ukuran seperti yang tampak pada ~Syarat - syarat Teknis ~
38
b.
c.
d.
gambar atau sesuai yang ditentukan oleh Direksi. Kelas beton yang digunakan pada masing-masing bagian pekerjaan harus sebagaimana yang ditentukan gambar atau pasal lain yang sesuai dengan persyaratan ini atau sebagaimana ditentukan Direksi. Semua beton harus dari kelas fc' 25 Mpa dan fc' 15 Mpa, dengan ketentuan sebagai berikut: fc' 25 Mpa : untuk digunakan pada beton pratekan, gelagar jembatan, tiang pancang, lantai jembatan, gorong-gorong, kolom, balok, pelat, kerb, trotoar dan sebagainya fc' 15 Mpa : untuk digunakan pada lapisan lantai dasar pondasi, pengisi dsb Kontraktor harus mengusulkan rumusan campuran (job mix fomula), beton untuk mengetahui komposisi masing-masing material yang digunakan beserta hasil test iaboratorium semua material yang digunakan sebagai bahan campuran beton yang akan diterapkan sebagai acuan dalam pelaksanaan yang harus memenuhi persyaratan pada spesifikasi ini dan disetujui oleh Direksi. Syarat dari SKNI T-15-1991-03 harus diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan beton, kecuali bila bertentangan dengan ketentuan spesifikasi ini, dalam hal ini ketentuan dalam spesifikasi ini harus menentukan.
4.2. Material Beton 1. Semen a. Semen yang dipakai adalah type semen Portland (PC) yang memenuhi persyaratan. b. AASHTO M85 atau memenuhi persyaratan SKNI 1991 dan disetujui Direksi. c. Kontraktror harus bertanggung jawab, menjamin dan memelihara mutu semen baik pada saat pengangkutan maupun penyimpanannya dan harus dari satu pabrik atau sesuai petuniuk Direksi. d. Kontraktor harus membuang semen yang sudah membeku/mengeras. 2. Pasir dan Agregat a. Pasir harus dari pasir alam, sedangkan Agregat beton harus dari mesin pemecah batu (stone crusher) dan harus bersih, awet dan tidak kropos serta bersih dari bahan organic, tanah, lumpur, garam dan sesuai dengan SKNI 1991 b. Bahan pengisi (pasir dan kerikil) harus disimpan di tempat yang bersih dan cegah agar tidak tercampur satu dengan lainnya dan terlindung dari kotoran. 3. Air dan Bahan Campuran Tambahan (ixture) a. Untuk campuran beton harus bersih dan babas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam. basa dan zat oganik lainnya dan harus memenuhi persyaratan AASGTO 126. b. Bahan campuran tambahan (ixture) bila dipandang perlu dapat digunakan untuk mempercepat proses pengerasan dan harus dengan prsetujuan / perintah Direksi. 4.3. Besi Beton / Tulangan a. Pekerjaan ini mencakup pengadaan dan pemasangan besi beton sesuai dengan gambar dan spesifikasi ini atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi. b. Mutu besi beton yang digunakan adalah: Mutu besi beton minimal BJ.Tp 24 (fy = 240 Mpa) dan sesuai ketentuan dalam gambar. c. Besi baton harus terbuat dari baja yang mempunyai tegangan leleh 2400 kg/cm' (fy = 240 Mpa). Dalam segala hal, besi beton harus memenuhi ketentuan SKSNI 1991, serta diameter harus sama dengan yang tertera atau diisyaratkan dalam gambar rencana. ~Syarat - syarat Teknis ~
39
d. Untuk Penulangan beton pada umumnya sbb : Beton sloof (15/20) cm : Tulangan 4 dia ± 12 mm Beton kolom (15/25) cm : Tulangan 4 dia ± 12 mm Beton praktis (12/12) cm : Tulangan 4 dia ± 10 mm Beton balok lantai (12/15) cm : Tulangan 4 dia ± 10 mm Beton ring balk (12/15) cm : Tulangan 4 dia ± 10 mm Beton strous : Tulangan 6 dia ± 10 mm Semua sengkang memakai besi beton tulangan dia 6 jrak 15 cm. e. Kontraktor harus menyerahkan contoh untuk semua jenis dan diameter besi yang akan dipakai untuk mendapatkan persetujuan Direksi. f. Membengkokkan dan meluruskan besi beton harus dalam keadaan dingin, sesuai dengan aturan yang berlaku (SKSNI 1991 dan atau PBI 1971). g. Besi beton harus bebas dari kotoran, karat, minyak, cat dan kotoran lain yang dapat mengurangi daya lekat semen atau dapat menurunkan mutu besi baton. h. Besi baton harus dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan gambar. Kemudian dibentuk dan dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempat. i. Kawat beton yang dipergunakan untuk mengikat tulangan harus kawat baja yang memenuhi persyaratan AASHTO M32-78 atau sesuai dengan petunjuk Direksi. Besi baton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan di alam terbuka untuk jangka waktu yang panjang. 4.4.
Cetakan Beton/Bekesting a. Bahan Cetakan untuk beton/bekisting, harus dibuat dari papan plywood yang tebal minimal 9 mm dan diperkuat dengan rangka dari kayu yang baik. Kontraktor harus membuat perhitungan dan gambar rinci bekisting untuk mendapatkan persetujuan Direksi. Bahan tiang penyangga untuk lantai harus terbuat dari kayu bermutu baik atau perancah besi dengan tidak diperkenankan memakai bahan bambu atau atas petunjuk Direksi. b. Konstruksi Cetakan dibuat, disangga dan diperkuat sedemikian rupa sehingga dapat mencegah getaran yang merusak. Dan tidak berubah bentuk sebelum, selama pengecoran berlangsung dan selama beton belum padat. Cetakan dibuat sedemikian rupa untuk mempermudah pengecoran dan pemadatan beton tanpa merusak konstruksi beton. Kayu penyangga harus dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat menahan beban yang dipikulnya. Kontraktor harus membuat shop drawing dari bagian-bagian konstruksi cetakan/bekisting serta mendapat persetujuan Direksi. c. Pelapis cetakan Untuk mempermudah membuka bekisting beton, dapat digunakan pelapis cetakan dari bahan yang disetujui Direksi. Minyak pelumas, baik bekas maupun baru, tidak dibenarkan dipakai sebagai bahan pelapis cetakan. 4.5. a.
Adukan Beton Rencana Adukan ~Syarat - syarat Teknis ~
40
Nama "jenis adukan" dibawah diberikan untuk setiap jumlah bahan pengisi (pasir dan kerikil) terhadap 40 kg semen. Gradasi butiran bahan pengisi harus sesuai dengan syarat-syarat gradasi dibawah ini: Ukuran Ayak Persentase Berat Yang Lolos Standar Inch Agregat Pilihan Agregat d (inc) Halus Kasar (mm) 50 2 100 37 1 1/2 95-100 100 25 1 95100 100 19 3/4 35-70 90-100 100 13 1/2 25-60 90-100 10 3/8 100 10-30 20-55 40-70 4,75 #4 90-100 0-5 0-10 0-10 0-15 2,36 #8 0-5 0-5 0-5 1,18 #16 45-80 0,3 #50 10-30 -
Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak lebih dari 3/4 jarak minimum antara tulangan baja atau antara tulangan baja dengan acuan, atau antara perbatasan lainnya Jenis adukan Beton: Setara fc' 15 Mpa (kuat tekan beton 150 kg/cm2) Setara fc' 20 Mpa (kuat tekan beton = 200 kg/cm2) Setara fc' 25 Mpa (kuat tekan beton = 250 kg/cm) Catatan : pc = Portland cement ...................... kg Ps = pasir (bahan pengisi halus)……..m3 Krl = krikil (bahan pengisi kasar)…….. m3 Kekuatan beton Sebe!um melakukan pekerjaan beton fc' 15 Mpa & fc' 25 Mpa. Kontraktor diwajibkan membuat job mix design sebagai acuan di lapangan untuk minimal menyamai mutu beton yang diisyaratkan (dalam hal ini kuat tekan beton = 150 kg/cm’ atau fc' 15 Mpa dan kuat tekan beton = 250 kg/cm' atau fc' 25 Mpa). Pedoman pengujian kuat tekan tersebut adalah dengan test kuat tekan dan hammer test. Bahan Tambahan Dalam Adukan Dalam pemakaian campuran bahan tambahan harus dibawah pengawasan Direksi.
b.
c. d.
e.
Pengadukan Pengadukan menggunakan mesin pengaduk beton (concrete mixer) dengan jumlah yang memadai yang masing-masing berkapasitas tidak kurang dari 350 liter atau lainnya sesuai petunjuk Direksi. Beton Dekking Beton dekking/ganjal 1 pc : 3 ps harus dibuat terlebih dahulu, sebelum pekerjaan baton konstruksi dimulai. Dicetak setebal 2 cm berukuran 4 x 4 cm atau sesuai dengan yang disyaratkan, lengkap dengan kawat pengikatnya. Sesudah mengeras dan kering udara, beton dekking ini direndam dengan air. Untuk beton balok dan kolom, dipasang 10 (sepuluh) buah untuk setiap 1 m2 ~Syarat - syarat Teknis ~
41
f.
g.
4.6.
dengan ketebalan 3 cm. Dan untuk beton plat dipasang beton dekking dengan ketebalan 2 cm sebanyak 5 buah untuk setiap 1 m'. Selain beton dekking untuk balok yang mempunyai dua baris atau lebih tulangan, harus diberikan ganjalan dengan besi beton dengan diameter yang sama dengan tulangan rangkap. Ganjal ini dipasang pada bagian samping dan bawah balok sebanyak 3 buah untuk setiap 1 m2. Adukan Beton "Ready Mix" Bila dipakai adukan beton "Ready Mix" nama dan alamat perusahaannya harus mendapat persetujuan Direksi. Kontraktor bertanggung jawab penuh, bahwa adukan yang dikirim tersebut memenuhi syarat spesifikasi dengan membawa hasil test laboratorium sesuai dengan ketentuan yang diisyaratkan dalam spesifikasi dan menjamin kontinunitas kedatangan setiap delivery. Direksi mempunyai wewenang untuk setiap saat meminta kepada Kontraktor untuk mengadakan percobaan mutu beton tersebut. Apabila mutunya diragukan Direksi berhak menghentikan dan menolak beton Ready Mix tersebut dan semua kerugian yang ditimbulkan oleh hal ini menjadi tanggungan Kontraktor. Adukan Beton Setempat Adukan beton dibuat dengan alat pengaduk "batch mixer" dengan type dan kapasitas yang mendapat persetujuan Direksi. Kecepatan aduk sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya. Kapasitas aduk tidak lebih dari yang diijinkan.
Pengujian Beton a) Untuk pengujian beton digunakan silinder berdiameter 15 cm dengan 30 cm atau kubus beton berukuran 15x15x15 cm3 yang hasilnya dikonversikan sesuai aturan SKSNI 1991. b) Pengambilan campuran beton untuk silinder/kubus coba dan pengetesannya menjadi tanggung jawah Kontraktor dan harus dibawah pengawasan Direksi. c) Prosedur pembuatan kubus beton terdiri dari: Setiap pembuatan 5 m3 beton harus dibuat minimal 1 buah silinder/kubus beton coba untuk pengetesan kuat tekan. Bila volume beton kurang dari 5 m3 atau melakukan pengecoran kurang dari 5 m3, maka harus dibuat minimal 1 buah silinder/kubus coba. Jumlah silinder/kubus coba yang harus dibuat untuk seluruh volume beton minimal 9 buah, dimana masing-masing sebanyak 3 buah untuk percobaan pada umur 3, 7 dan 28 hari. Hasil percobaan tahap I ini harus mendapat persetujuan Direksi sebelum pekerjaan beton dimulai. Selanjutnya setiap saat biia dirasakan perlu Direksi berhak meminta kepada Kontraktor untuk membuat silinder/kubus coba dari adukan beton yang dibuat. Dalam hal ini silinder/kubus beton diberi tanda yang dapat mengidentifikasi tanggal pengecoran, penggunaan untuk bagian struktur yang bersangkutan dan lain-lain yang dianggap perlu. d) Segala silinder/kubus coba ditest alat di laboratorium yang disetujui Direksi. Apabila pengetesan akan dilakukan di lapangan, maka alat test harus mempunyai sertifikat kalibrasi yang diakui dan pelaksanaan pengetesan ada di bawah pengawasan Direksi. e) Kontraktor juga diharuskan mengadakan slump tes menurut syarat-syarat dalam SKNI 1991 f) Apabila terjadi setelah Beton dicor tidak memenuhi syarat-syarat sesuai dengan basil test ~Syarat - syarat Teknis ~
42
g)
maka seluruh volume beton yang dicor dengan campuran tersebut harus dibongkar. Sebelum dilaksanakan pembongkaran, Kontraktor diijinkan untuk mengajukan usulan pengetesan ulang dengan core test, loading test atau hammer test pada struktur baton yang sudah dicor dengan persetujuan Direksi. Semua biaya yang diperlukan dalam pengujian mutu beton dibebankan kepada Kontraktor.
4.7.
Mutu Beton a. Standar Mutu Beton Selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah waktu pengujian, Direksi harus mencantumkan nilai karakteristik, deviasi standar, slump, tanggal pengecoran dan pengujian. Apabila hasil percobaan tidak memenuhi kekuatan yang diisyaratkan, Kontraktor harus merubah proporsi adukan, sehingga dapat mencapai syarat yang direncanakan. Kuat tekan silincler/kubus coba dalam rencana adalah kuat tekan karakteristik. Kuat tekan Karakteristik adalah kuat tekan rata-rata yang dapat dari percobaan tekan atas minimum 5 (lima) buah silinder/kubus coba berturut-turut dikurangi dengan 1.64 S. Dimana S adalah standar deviasi yang diperhitungkan menurut rumus dalam statistik Peraturan Beton Indonesia. Apabila ternyata kuat tekan silinder/kubus coba beton yang diambil dari adonan beton dalam pelaksanaan tidak memenuhi syarat spesifikasi, maka Direksi berhak meminta Kontraktor untuk mengadakan percobaan non destruktif atau percobaan curing. Apabila percobaan curing masih juga gagal, maka bagian pekerjaan tersebut harus dibongkar dan dibangun baru sesuai petunjuk Direksi. b. Syarat Mutu Beton Tidak boleh lebih dari satu diantara 21 nilai hasil percobaan kubus coba berturut turut terjadi kuat tekan karakteristik kurang dari yang direncanakan
4.8.
Pengecoran Beton a) Proporsi perbandingan campuran semen dengan bahan pengisi (pasir dan kerikil) adalah minimal jadi tidak dibenarkan untuk dikurangi semennya. b) Sebelum adukan beton dituangkan, semua cetakan harus betul-betul bersih dari kotoran seperti serbuk gergaji, tanah minyak dan kotoran lainnya. Kemudian cetakan tersebut dibasahi dengan air secukupnya, namun tidak boleh ada genangan air pada cetakan tersebut. c) Pengecoran baru bisa dimulai setelah mendapat persetujuan Direksi Apabila pengecoran beton dilakukan tanpa adanya persetujuan Direksi, maka kerugian akibat pembongkaran sepenuhnya menjadi tanggungan Kontraktor. d) Adukan harus homogen atau dengan warna yang merata dan harus sudah dicorkan dalam waktu 1 (satu) jam setelah pencampuran dimulai. e) Pengecoran suatu unit pekerjaan beton harus dilaksanakan terus-menerus sampai selesai dengan tanpa berhenti, kecuali mendapat persetujuan Direksi. Tidak dibenarkan mengecor beton saat hujan, kecuali ada tindakan pengaman dari Kontraktor, terutama untuk meneruskan pengecoran suatu unit pekerjaan yang mendapat persetujuan Direksi. Dalam hal ini Kontraktor harus berupaya agar beton yang baru dicorkan tidak dirusak oleh air hujan. f) Setelah dicorkan pada cetakan, adukan harus dipadatkan dengan alat penggetar (vibrator) yang berfrekwensi dalam adukan paling sedikit 3000 putaran setiap menit. ~Syarat - syarat Teknis ~
43
g)
h)
4.9.
Penggetaran dilakukan selama 20 detik setiap satu adukan yang dicorkan, mulai pada saat adukan dicorkan dalam cetakan dan dilanjutkan dengan adukan selanjutnya. Vibrator tidak boleh menyentuh cetakan dan besi beton yang salah satu bagiannya berhubungan dengan adukan beton yang telah mengeras. Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa, sehingga dapat dicegah adanya pemisahan atau pengurangan bagian-bagian bahan. Adukan tidak boleh dijatuhkan lebih dari 2 meter. Untuk kolom-kolom yang tinggi, harus dibuatkan jendela-jendela dengan jarak vertikal tidak lebih dari 2 meter. Siar pelaksanaan (contruction t) dipakai bahan penyekat "styrofoam" yang mudah hancur dengan bensin, dalam pengecoran beton harus mendapat persetujuan Direksi. Apabila terjadi pertemuan dengan beton yang sudah dicor, bidang pertemuan harus dibersihkan dengnan cara menyemprot dengan air. Kemudian disikat sampai agregat kasar kelihatan dan selanjutnya disiram dengan air semen kental dan ditamhah additive, rnerata keseluruh permukaan yang akan disambungkan, sedang untuk beton yang memerlukan kedap air harus memakai "Water Stop" yang direkomendasikan untuk setiap jenis sistem sambungan.
Pemasangan Angker/Pembekokan Besi Tulangan a) Pada semua sambungan tegak antara beton kolom dengan dinding harus dipasang batang tulangan berdiameter 8 mm sepanjang 50 cm sebagai angker. b) Satu ujungnya dibengkokan dan dimasukkan ke dalam beton kolom dan sisanya 35 cm dibiarkan menjulur di luar kolom. c) Angker-angker ini ditempatkan dari sloof ke atas dengan jarak 35 cm, selanjutnya pada setiap jarak 80 cm. d) Angker-angker harus sudah dipasang sebelum kolom dicor. e) Pembengkokan dilaksanakan dengan berhati-hati dan teliti, tepat ukuran sesuai ukuran dengan gambar. f) Panjang lewatan, panjanq penyaluran dan peiangkaran tulangan beton harus memenuhi persyaratan pada SKSNI 1991 dan PBI 1971.
4.10. Toleransi-Toleransi a) Toleransi pada beton cetakan kasar. Toleransi terhadap posisi untuk masing-masing bagian konstruksi adalah 1 cm. Toleransi terhadap ukuran masing-masing bagian konstruksi adalah -0,3 cm dan +0,5 cm. b) Toleransi pada cetakan beton halus. Toleransi terhadap posisi untuk masing-masing bagian konstruksi adalah 0,6 cm. Toleransi terhadap ukuran masing-masing bagian konstruksi adalah -0,2 cm dan +0.4 cm. c) Toleransi posisi vertikal : 2 mm/m' d) Toleransi posisi horisontal : 1 mm/m'. 4.11.
Pemasangan Pipa-Pipa a) Pipa pipa air dan perpipaan lainnya yang akan tertanam atau bersinggungan dengan beton harus terbuat dari bahan yang tidak merusak mutu beton. b) Pipa atau benda-benda yang terbuat dari aluminium tidak boleh tertanam atau bersinggungan dengan beton, kecuali benda-benda tersebut diberi perlindungan yang dapat mencegah adanya reaksi kimia antara beton dengan benda tersebut dan antara aluminium dengan besi beton. ~Syarat - syarat Teknis ~
44
c) d) e)
Diameter pipa dan benda-benda lain yang ditanam dalam beton tidak boleh dari 1/3 tebal beton tempat pipa ditanam. Ukuran beton yang berisi pipa diperhitungkan cukup untuk memikul beban yang dipikul olehnya. Grouting pertemuan beton dengan pipa atau bahan lainnya dimana pada pertemuan tersebut dipadukan keadaan waterproof maka harus digunakan grouting Moster Flax ‘13 grout atau yang lain atas persetujuan Direksi.
4.12. Perawatan Pengerasan a) Agar beton terlindung dari pengaruh cuaca, beton harus dibasahi secara terus-menerus selama 14 (empat belas) hari setelah pengecoran dengan menutupi jerami/karung basah. b) Semua permukaan beton yang terbuka dijaga agar tetap basah sekurang-kurangnya selama 4 (empat) hari setelah pengecoran, dengan cara menyemprotkan atau menggenangi dengan air pada pemukaan beton tersebut, terutama pada pagi/sore hari atau cuaca teduh. c) Beton harus terlindung dari kerusakan secara mekanis/pengering sebelum waktunya. 4.13. Pembongkaran Cetakan a) Cetakan beton tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan kubus yang dapat memikul 2x berat sendiri. Pada bagian-bagian konstruksi yang memikul beban lebih besar dari rencana rata-rata, cetakan beton belum boleh dibongkar sampai beton mempunyai kekuatan tersebut. b) Untuk pembongkaran cetakan pada bagian-bagian tertentu, Kontraktor harus meminta persetujuan Direksi. Untuk pembongkaran cetakan, Kontraktor harus berpedoman pada SKSNI 1991. Segala akibat yang ditimbulkan oleh pembongkaran cetakan ini adalah menjadi tanggungan Kontraktor. 4.14. Cacat Pada Beton a) Yang dimaksud dengan cacat beton adalah hal-hal sebagai berikut Konstruksi beton yang amat keropos. Konstruksi beton tidak sesuai dengan yang direncanakan. Konstruksi beton yang berisi benda-benda yang dilarang ada pada beton. b) Apabila hal ini terjadi, Direksi berwenang untuk tidak menerima pekerjaan beton tersebut dan Kontraktor harus segera memperbaikinya sesuai dengan petunjuk Direksi. c) Penggunaan alat bantu pekerjaan yang membenahi struktur harus mendapat persetujuan Direksi dan Kontraktor harus memperbaiki beton yang rusak akibat penggunaan alat bantu. No Pembayaran 4a.(1) 4a.(2) 4a.(1) 4b.(1) 4b.(2) 4b.(5) 4b.(8) 4b.(11) 4b.(12) ~Syarat - syarat Teknis ~
Uraian Pekerjaan Lantai Kerja Tiang Pancang) Pile cape Sloof Kolom Balok Beton Tangga Plat Lantai Plat Atap
Satuan Pengukuran M2 M’ M3 M3 M3 M3 M3 M3 M3 45
4b.(13) 4b.(14) 4b.(15)
List Plank Rabatan Beton Water Profing
M3 M3 M2
5.
Pekerjaan Elektrikal
5.1.
Persyaratan Umum 5.1.1. Ijin Kerja Kontraktor / Instalatir Kontraktor / Instalatir yang akan mengerjakan pekerjaan listrik ini diharuskan memenuhi ketentuan sbb : a. Mempunyai Surat Ijin Kerja Instalatir tahun kerja yang berlaku.dengan Pas. Instalatir Kelas B dari Instansi terkait. b. Mempunyai tanda lulus prakualifikasi (Tanda Daftar Rekanan) c. Menunjukkan Surat Kemampuan/Pengalaman Kerja dalam mengerjakan pekerjaan yang sejenis. 5.1.2.
Standard dan Normalisasi Semua pekerjaan listrik yang dilaksanakan dalam proyek ini harus memenuhi atau mematuhi persyaratan standard dari instansi yang berwenang untuk itu sbb : a. Peraturan Umum Instalasi Listrik ( PUIL ) 2000. b. Standard Kontruksi / Normalisasi PLN. c. Peraturan-peraturan PLN / Jawatan Keselamatan Kerja setempat. d. Standard / Normalisasi : SII dan SLI VDE / DIN JIS / JEC. e. Semua Peralatan disesuaikan untuk tegangan kerja 220 V, 50 Hz.
5.1.3.
Ruang Lingkup Pekerjaan Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat pekerjaan( RKS ) adalah Instalasi Listrik yang meliputi sbb : a. Pengurusan dan Pembayaran sampai selesai penyambungan daya listrik PLN b. Pengadaan dan Pemasangan Penerangan c. Pengadaan dan Pemasangan Instalasi Penerangan dan Stop Kontak d. Pengadaan dan Pemasangan grounding system
5.1.4.
Gambar-gambar Listrik a. Pelaksana diwajibkan memeriksa gambar / desain terhadap kemungki-nan adanya kesalahan atau ketidakcocokan dalam hal-hal yang berhubungan dengan fabrikasi maupun pelaksanaan pemasangannya. b. Sebaiknya hal tersebut diajukan sebelum memasukkan penawaran. Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka instalatir atau kontraktor dianggap sudah memahami secara keseluruhan. c. Pelaksanaan di lapangan selainyang tertera pada gambar disesuaikan dengan kondisi lapangan atas petunjuk Direksi / Pengawas Lapangan secara tertulis / lisan. d. Segala perubahan yang disengaja dilakukan Kontraktor tanpa Ijin Direksi/Pengawas Lapangan adalah resiko Kontraktor, bila nantinya tidak disetujui Direksi/Pengawas Lapangan & harus terpaksa dibongkar. Kontraktor dalam hal ini tidak diperkenankan menuntut ganti rugi. ~Syarat - syarat Teknis ~
46
e.
Kontraktor diwajibkan membuat gambar kerja untuk gambar yang perlu detail fabrikasi atau konstruksi serta gambar pelaksanaan (As built drawing) yang sesuai dengan keadaan yang dilaksanakan dilapangan. Gambar-gambar tersebut harus mendapat persetujuan dari Manajer Kontruksi/Direksi.
5.1.5.
Pelaksanaan Pekerjaan a. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh tenaga-tenaga ahli / berpengalaman. b. Kontraktor diharuskan menyediakan tenaga pelaksana yang terlatih dalam jumlah yang cukup untuk menangani pekerjaan secara simultan. Pengawas/Direksi berhak memerintahkan penambahan tenaga kerja apabila diperlukan.
5.1.6.
Bahan / Material dan Peralatan a. Bahan / material dan peraltan yang digunakan pada pekerjaan ini harus disediakan oleh kontraktor dan harus dalam keadaaan baru serta mendapat persetujuan Direksi. b. Semua bahan/material yang akan dipergunakan diutamakan produksi dalam negeri sejauh mana bahan / material tersebut masih memenuhi persyaratan teknis dan standard yang berlaku. c. Kontraktor diwajibkan menyerahkan contoh bahan/material yang disebut dalam lingkup pekerjaan kepada Direksi / Pengawas Lapangan untulk mendapatkan persetujuan sebelum dipasang. d. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan minimum brosur spesifikasi teknis harus ditunjukkan dan disetujui oleh Direksi / Pengawas lapangan.
5.1.7.
Sistem Koordinasi a. Untuk memudahkan komunikasi teknis, Kontraktor harus menempatkan seorang atau lebih pemimpin lapangan yang dapat mewakili Kontraktor, menerima perintah / petunjuk dari Direksi / Pengawas lapangan dan segera melaksanakannya bila diperlukan. b. Kontraktor diwajibkan membuat laporan berkala (harian/mingguan) yang memberikan gambaran tentang kegiatan proyek, misal : Jadwal waktu pelaksanaan, kegiatan pelaksanaan, prestasi kegiatan fisik
5.1.8.
Pengujian / Testing a. Untuk mengetahui bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat berfungsi dengan baik dan telah sesuai dengan persyartan teknis yang diminta maka Kontraktor diwajibkan menguji seluruh pekerjaannya dengan standard uji masing-masing yang telah ditetapkan dalam peraturan atau spesifikasi peralatan. b. Pengujian ini dilaksanakan di bawah pengawasan Direksi / Pengawas Lapangan yang ditunjuk. Jadwal pelaksanaan pengujian dapat diatur seminggu sebelumnya / atas persetujuan bersama. c. Semua bahan yang kurang baik, pemasangan yang kurang sempurna yang diketahui saat pemeriksaan/pengujian harus segera diganti dengan yang baru/disempurnakan sampai dapat berfungsi dengan baik dan sesuai standard uji yang ada. d. Pengujian ini antara lain berupa : Pemeriksaan Visual ~Syarat - syarat Teknis ~
47
e.
5.1.9.
Pemeriksaan pekerjaan sambungan Pengujuran tahanan isolasi dan pentanahan. Pengujian dengan beban. Semua Pengujian harus dicatat dan ditanda tangani bersama. Semua biaya yang diperlukan untuk pengujian ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor termasuk biaya pengurusan dan pengesahan Instalasi dari Instasi yang berwenang.
Garansi a. Semua pekerjaan, pemasangan perlengkapan dan bahan yang telah dipasang oleh Kontraktor harus digaransi selama 3 (tiga) bulan sejak masa penyerahan pertama. b. Peralatan elektrikal seperti pompa dan lain – lain harus disertai garansi resmi dari pabrik / distributor. c. Selama masa garansi ini semua perlengkapan, bahan dan pengerjaan yang kurang baik/rusak (yang bukan disebabkan oleh salah pakai, salah pengoperasian) harus secepatnya diganti atau diperbaiki atas tanggungan Kontraktor.
5.1.10. Lain-lain a. Bagian-bagian yang termasuk dalam pekerjaan ini yang secara teknis tidak dapat dipisahkan/diabaikan/dihilangkan tetapi belum disebutkan dalam bestek/gambar tetap harus dilaksanakan Kontraktor tanpa biaya tambahan. b. Hal-hal lain yang menyangkut pelaksanaan lapangan tetapi belum disebutkan dalam peraturan ini akan ditentukan lebih lanjut oleh Direksi/ Pengawas Lapangan. 6. Pekerjaan Perpipaan dan Assesorisnya a.
Pemasangan pipa dan peralatannya a. b. c.
d.
e.
Pipa dan peralatannya dan peralatannya beserta bangunan- bangunan pelengkap yang akan dipasang terlihat seperti pada gambar – gambar bestek terlampir; Untuk pipa dengan diameter 90, 63 dan 50 mm yang diukur adalah diameter dalam. Sebelum dan sesudah dipasang pipa – pipa dan peralatannya terutama bagian sebelah dalamnya harus dijaga kebersihan dari benda lain, harus diperiksa lagi kerusakan berupa retak – retak atau tidak pecah, pipa dan peralatan yang baik, baru dan sesuai spesifikasi yang ditentukan serta harus mendapatkan persetujuan direksi. Pemotongan pipa apabila diperlukan dapat dilakukan rekanan dengan persetujuan direksi dan harus dilaksanakan dengan alat yang sesuai / khusus untuk jenis / bahan pipa yang dipasang agar benar – benar terjamin penyambungannya yng baik sesuai dengan syarat – syarat teknis petunjuk dari pabrik pembuat pipa yang bersangkutan, misal pipa Galvanis Iron (GI) dengan pemotong pipa. Sambungan pipa dilaksanakan dengan cara – cara: Pipa GI dengan las atau sock drat, klas medium dengan panjang 6 m;
~Syarat - syarat Teknis ~
48
Pipa PVC diameter 90, 63, 50 mm dengan alat penyambung rubbering, sedangkan untuk pipa PVC diameter 25 mm kebawah dengan alat penyambung “lem”; Pipa – pipa lainnya disesuaikan dengan standart pabrik pembuatannya dengan mutu / kelas pipa adalah S 12,5 SNI panjang pipa 6 m. Tikungan / belokan (vertical / horizontal) tanpa elbow / bend dilaksanakan sedemikian rupa sehingga sudut penyambungn antara pipa tidak boleh lebih besar dari yang diijinkan oleh pabrik pembuat pipa yang bersangkutan. Untuk itu akan diberikan petunjuk teknis lebih lanjut oleh direksi. Untuk pipa PVC, pipa – pipa yang memotong jalan (crossing) diurug segera dengan pasir pasang penuh, kemudian tanah bekas galian harus disingkirkan agar segera dapat dilalui kendaraan, dan khusus untuk jalan – jalan protocol (lalu lintas padat dan kendaraan berat) harus dilindungi dengan pelat beton bertulang (konstruksi khusus dapat dilihat pada gambar pelaksanaannya). Pada waktu pemasangan pipa, harus diperhatikan mengenai kedudukan pipa agar betul – betul lurus serta pada peil yang benar dan dasar pipa harus terletak rata, tidak boleh ada batu – batu (puing – puing) atau benda keras yang memungkinkan rusaknya pipa di kemudian hari; Pada waktu pemasangan pipa, di dalam galian tanah untuk perletakan pipa tidak boleh ada air sama sekali dan bagian dalam pipa harus diperiksa kembali kebersihannya. Penyambungan pipa hanya dilakukan dalam keadaan kering; Semua alat – alat perlengkapan pipa seperti tee, elbow / bend harus diberi blok – blok angker dari beton (pasangan beton campuran 1:2:3) supaya terhindar dari bergesernya alat – alat tersebut akibat tekanan air yang timbul dimana blok angkernya disesuaikan dengan diameter pipa / sesuai gambar. Semua ujung pipa yang terakhir tidak dilanjutkan harus diberi tutup dengan standart blank flange (dop), kemudian diberi penahan dari beton campuran 1:2:3. Cara – cara pengangkutan dan penyambungan pipa serta ketentuan – ketentuan teknis lainya kana diberi petunjuk oleh direksi; Apabila pekerjaan pemasangan pipa dihentikan, ujung pipa harus ditutup rapat untuk mencegah masuknya benda – benda asing, kotor ke dalam pipa. Material yang digunakan untuk menutup ujung pipa harus bersih dari minyak, oil, ter dan aspal atau bahan minyak pelumas lainnya, apabila air masuk ke dalam parit galian sebelum pemasangan pipa dipasang lagi, tutup dari ujung – ujung pipa jangan dibuka dahulu sebelum air dalam galian dipompa keluar sampai kering. Perubahan arah perletakan pipa (belokan/tikungan) yang mempunyai sudut lebih besar dari yang diijinkan harus dilaksanakan dengan bantuan alat penyambung bend / elbow yang sesuai, begitu pula untuk penyebrangan harus dengan tee (sesuai dengan kebutuhan); Mengenai penilaian prosentase pemasangan pipa diperhitungkan sebagai berikut : Galian tanah 30 % Pemasangan pipa 40 % Urugan 30% Rekanan diwajibkan membuat gambar pelaksanaan di kertas kalkir (as build drawing) untuk disampaikan kepada direksi sebeum serah terima pertama. 6.2 Perlintasan Pipa ~Syarat - syarat Teknis ~
49
a). Perlintasan kali / sungai o Untuk pipa yang melintasi sungai bila memungkinkan pipa – pipa tersebut ditempelkan pada balok jembatan yang ada sekaligus memperhatikan kemungkinan struktur jembatan yang ada. Jenis dan kualitas pipa yang digunakan untuk perlintasan sungai digunakan atas petunjuk dan persetujuan direksi. o Apabila tidak memungkinkan ditempelkan pada jembatan yang ada, maka harus dibuatkan pipa tersendiri atau dengan menggunakan konstruksi siphon. b) Perlintasan Jalan o Untuk pipa yang melintasi jalan bila memungkinkan pipa – pipa tersebut diberikan pipa pengaman sebelum ditanam dengan diameter pipa yang lebih besar dan menggunakan jenis pipa yang lebih kuat/ tahan terhadap beban berat. Jenis dan kualitas pipa yang digunakan untuk perlintasan jalan digunakan atas petunjuk dan persetujuan direksi.
6.3 Perbaikan Kembali Pihak rekanan berkewajiban serta bertanggungjawab untuk perbaikan kembali seperti keadaan / konstruksi semula dengan konstruksi dan kualitas yang minimal harus sama yaitu semua bangunan yang rusak akibat pelaksanaan pekerjaan tersebut, misalnya : Jalan aspal harus kembali beraspal Jalan batu harus kembali berbatu Trotoar, beton, rumput / tanam – tanaman yang rusak harus kembali seperti semula Pengembalian tanah bekas galian di daerah milik jalan (DMJ) dilaksanakan pemadatan secara berlapis – lapis ± 20 cm. 7.
Syarat-Syarat Khusus Bahan 7.1.
Bahan Semua bahan yang diguanakan untuk pelaksanaan harus hasil /produksi Dalam Negeri demikian juga perlengkapan kerja. Apabila produksi Dalam Negeri tidak ada maka digunakan bahan yang sebesar mungkin komponennya adalah produk Dalam Negeri . a. Semen PC - Semen PC yang digunakan adalah keluaran pabrik semen Dalam Negeri. - Pada prinsipnya seluruh pekerjaan pasangan disyaratkan menggunakan satu merk semen PC. Penggunaan semen dengan merk yang berlainan hanya dapat diijinkan pada sat terjadi kelangkaan semen dan harus mendapat persetujuan Pimpinan Proyek secara tertulis. - PC yang dipakai untuk kontruksi harus memenuhi ketentuan dalam NI-8 b. Pasir - Pasir yang digunakan tidak boleh mengandung unsur garam, dan kandungan Lumpur maksimum adalah 5% - Pasir yang berasal dari pantai /laut tidak sama sekali digunakan dalam pekerjaan ini - Untuk pekerjaan pasangan batu, beton, plesteran dan siaran pasir harus disaring /diayak dengan lubang ayakan yang telah disyaratkan untuk pasir. c. Kerikil - Kerikil yang digunakan adalah hasil dari pecahan batu hasil dari penyaringan sirtu - Kerikil untuk campuran beton kontruksinya harus bersih dari Lumpur atau kotoran. - Kerikil harus masif tidak boleh keropos ataupun berongga. ~Syarat - syarat Teknis ~
50
- Bila terdiri dari beberapa ukuran kerikil yang disyaratkan maka cara penem patannya berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan. d. Air - Air yang digunakan untuk pekerjaan beton, pasangan batu, plesteran dan siaran adalah air yang bersih bebas dari unsure dan atau zat kimia yang dapat merusak kekuatan dari beberapa pasangan batu. - Air untuk keperluan lahan karyawan/pekerjaannya harus memenuhi standar kesehatan yang berlaku. e. Besi Beton Diameter besi beton disesuaikan dengan gambar, dengan mutu baja polos fy 240 Mpa, ulir fy 320 Mpa. 7.2.
Perselisihan a. Bila terdapat perselisihan pendapat antara Kontraktor dengan Direksi atas suatu bahan kontruksi , maka Direksi harus meminta Kontraktor untuk mengambil contoh bahan yang diperselisihkan untuk dikirim ke Laboratorium pemerikaan bahan bangunan. b. Semua biaya untuk pemeriksaan bahan bangunan menjadi tanggungan Kontraktor. c. Contoh bahan yang disetujui Direksi digunakan sebagau standar bahan-bahan yang akan digunakan.
8. Penyelesaian Pekerjaan a. Yang dimaksud dengan pekerjaan penyeleaian adalah : Perbaikan–perbaikan kecil terhadap bagian dari bangunan yang kurang sempurna dengan nilai pekerjaan setinggi-tingginya 1% dari harga jenis pekerjaannya dan bukan pekerjaaan pokok. Pembersihan kembali lapangan kerja dari sisa-sisa bahan/peralatan kerja menjadi tanggung jawab kontraktor . b. Selama masa pemeliharaan Kontraktor diwajibkan untuk : Membongkar barak kerja/gudang bahan dan dibersihkannya. Memperbaiki bangunan-bangunan setempat yang rusak sehubungan dengan pelaksanaan/kegiatan pekerjaan, termasuk lining jembatan, deker/gorong-gorong yang rusak akibat kendaraan Kontraktor selama masa pelaksanaan pekerjaan. c. Semua alat bantu milik Negara yang dipinjamkan/diperbantukan dikembalikan setelah diservis/diperbaiki sebagaimana keadaan pada waktu penyerahan dari proyek. d. Pembersihan dan pembuangan Lumpur/Sampah/Pasir Bawaan Yang dimaksud dengan item ini adalah pembersihan sampah/lumpur/pasir yang terbawa aliran air setelah dilaksanakan pekerjaan pembersihan sebelumnya baik pada saluran maupun sungai.Hal ini harus dilengkapi data pendukung/photo dan atas sepengetahuan Direksi. Hasil Pembersihan (tanah/pasir) yang kualitasnya baik dapat digunakan timbunan atas persetujuan Direksi.
Pasal 20 PEMBERITAHUAN PENYERAHAN PEKERJAAN PERTAMA 20.1
Apabila dalam waktu pelaksanaan dalam kontrak atau tanggal baru akibat perpanjangan waktu sesuai dengan ADDENDUM KONTRAK telah berakhir, pemborong harus segera ~Syarat - syarat Teknis ~
51
menyerahkan pekerjaannya dengan baik sesuai dengan kontrak kepada Kuasa Pengguna Anggaran dan Petugas Pengawas Lapangan berkewajiban : a. Membuat evaluasi tentang hasil seluruh pelaksanaan sesuai dengan kontrak pemborong. b. Menanggapi / melaporkan kepada Penanggungjawab Program tentang hasil pekerjaan pemborong tersebut secara tertulis. 20.2 Kuasa Pengguna Anggaran akan mengadakan rapat mengenai penyerahan pekerjaan tersebut di atas berdasarkan : a. Kontrak Pemborong; b. Surat Penyerahan Pekerjaan dari Pemborong; c. Surat Tanggapan dari pengawas, setelah dapat menerima penyerahan pekerjaan tersebut. Pasal 21 PEMELIHARAAN PERBAIKAN LINGKUNGAN SEBELUM PENYERAHAN KEDUA 21.1
Terhitung mulai tanggal diterimanya penyerahan pekerjaan yang pertama, hingga 180 (Seratus Delapan puluh) hari kalender adalah merupakan masa pemeliharaan yang masih menjadi tanggung jawab pemborong sepenuhnya, antara lain : a. Keamanan dan Penjagaan; b. Penyempurnaan dan Pemeliharaan; c. Pembersihan.
21.2
Apabila pemborong telah melaksanakan hal tersebut di atas sesuai kontrak, maka penyerahan pekerjaan yang kedua dapat dilaksanakan seperti pada tata cara (prosedur) pada penyerahan pekerjaan pertama.
Pasal 22 PENUTUP 22.1
Apabila dalam Rencana Kerja dan Syarat – syarat (RKS) ini untuk uraian bahan – bahan, pekerjaan – pekerjaan, yang tidak disebut perkataan atau kalimat “diselenggarakan oleh pemborong”, maka hal ini harus dianggap seperti disebutkan.
22.1
Guna mendapat hasil pekerjaan yang baik, maka bagian – bagian yang nyata termasuk di dalam pekerjaan ini, tetapi tidak dimasukkan / disebut kata demi kata dalam RKS ini, haruslah diselenggarakan oleh pemborong dan diterima sebagai “ hal ” yang disebutkan.
22.1
Hal – hal yang tidak tercantum dalam RKS ini akan ditentukan lebih lanjut oleh Kuasa Pengguna Anggaran, dalam bentuk Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
Mengetahui, KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG ~Syarat - syarat Teknis ~
KEPALA BIDANG TATA KELOLA LINGKUNGAN 52
KABUPATEN MADIUN Selaku Pengguna Anggaran (PA)
Selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
.
Ir. ARNOWO WIDJAJA, MM Pembina Utama Muda NIP. 19611213 199203 1 011
Ir. ESTHI WIDAYAT NIP. 19601210 199202 1 002
CONTOH PAPAN NAMA KEGIATAN
120 120CM Cm PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN DINAS PEKERJAAN UMUM & PENATAAN RUANG BIDANG TATA KELOLA LINGKUNGAN
~Syarat - syarat Teknis ~ Program
: Pembangunan Infrastruktur Perdesaan
Kegiatan
: Pembangunan Sarana Dan Prasarana Air Bersih Perdesaan
Pekerjaan
: Pembangunan Konstruksi Jaringan Air Bersih
53
90 Cm