Tujuan Penyusunan Neraca Pembayaran 1. Mengetahui Peranan Sektor Eksternal Dalam Perekonomian Suatu Negara Peranan sektor eksternal tercermin antara lain dari besarnya jumlah permintaan produk domestik oleh bukan penduduk, atau sebaliknya. Semakin besar permintaan terhadap produk domestik oleh bukan penduduk, yang tercermin dari nilai ekspor Negara bersangkutan, semakin besar pula peranan sektor eksternal dalam pembentukan produk domestik. 2. Mengetahui Aliran Sumber Daya Antar Negara. Berdasarkan Neraca Pembayaran dapat diketahui seberapa besar aliran sumber daya antara suatu Negara dengan Negara-negara lainnya sehingga terlihat apakah Negara tersebut merupakan pengekspor barang dan atau modal, atau sebaliknya sebagai pengimpor barang atau modal 3. Mengetahui Struktur Ekonomi dan Perdagangan Suatu Negara Dengan mengamati perkembangan Neraca Pembayaran, dapat diketahui pola umum kegiatan perekonomian suatu Negara dalam berinteraksi dengan Negara lain, seperti ketergantungan sumber pendapatan nasional dari hasil ekspor produk petanian dan ketergantungan sumber pembiayaan investasi dari Negara lain. 4. Mengetahui Permasalahan Utang Luar Negeri Suatu Negara Berdasarkan catatan transaksi modal dan keuangan di Neraca Pembayaran, dapat diketahui seberapa jauh suatu Negara dapat memenuhi kewajibannya terhadap Negara lain. 5. Mengetahui Perubahan Posisi Cadangan Devisa Suatu Negara. Bertambah atau berkurangnya posisi cadangan devisa terkait dengan surplus atau defisit Neraca Pembayaran. Apabila terjadi surplus Neraca Pembayaran maka posisi cadangan devisa akan bertambah sebesar surplus tersebut. Dan sebaliknya. 6.
Dipergunakan Sebagai Sumber Data dan Informasi Dalam Penyusunan Anggaran Devisa (foreign exchange budget). Dengan memperhatikan surplus atau defisit Neraca Pembayaran pada tahun tertentu, dapat diperlukan besarnya kebutuhan devisa untuk anggaran tahun berikutnya, sekaligus dapat ditentukan besarnya pinjaman yang diperlukan. 7.
Dipergunakan Sebagai Sumber Data Penyusunan Statistik Pendapatan Nasional (national ). Statistic Neraca Pembayaran diperlukan dalam perhitungan pendapatan nasional mengingat salah satu variabel pendapatan nasional adalah nilai ekspor-impor barang dan jasa yang tercatat dalam Neraca Pembayaran. TRIWULAN 1 JAN-MAR Untuk meredam kuatnya tekanan depresiasi rupiah selama triwulan 1-2013, bank indonesia memutuskan untuk mengambil alih penyediaan sebagian besar kebutuhan valuta asing untuk pembayaran impor minyak dari perbankan domestik. Kebijakan ini berhasil mengurangi permintaan di pasar valas dan meredam tekanan depresiasi rupiah. Dalam triwulan tersebut,
nilai tukar rupiah yang sempat mencapai titik terendah Rp 9943/USD berhasil dikendalikan pada level rata-rata RP9680/USD. Berkurangnya permintaan di pasar valas memberikan ruang kepada perbankan domestik untuk menambah simpanan valas mereka dalam jumlah yang cukup besar. Pelemahan mencapai 0.7% TRIWULAN II APR-JUN Pada triwulan II 2013 kurs rupiah masih mengalami depresiasi. Pelemahan mencapai 2,09%. Hal ini dikarenakan tren pergerakan atau melemahnya mata uang negara-negara di kawasan asia. Seperti halnya pelemahan mata uang negara-negara di kawasan Asia, depresiasi nilai tukar rupiah terutama dipengaruhi penyesuaian kepemilikan non-resident di aset keuangan domestik dipicu sentimen terkait pengurangan (tapering off) stimulus moneter oleh the fed. Tapering off (pengurangan pembelian obligasi jangka panjang). TRIWULAN III JULI-SEPT Pada triwulan III 2013 kurs rupiah masih mengalami depresiasi. Rupiah melemah 14,29 %. Hal ini dikarenakan tren pergerakan atau melemahnya mata uang negara-negara di kawasan asia. Dan juga terkait stimulus moneter the fed. Pada akhir triwulan III 2013 tekanan rupiah melemah seiring dengan membaiknya kinerja inflasi dan neraca perdagangan serta sentimen positif penundaan tapering off oleh the fed. TRIWULAN IV OKT-DES Tekanan pelemahan terhadap rupiah sedikit mereda pada triwulan IV 2013. Nilai tukar rupiah pada tiwulan IV 2013 tercatat melemah 4,85%, lebih rendh dibandingkan dengan depresiasi di triwulan III 2013 sebesar 14,29%. Meski demikian, secara umum nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2013 berada dalam tren melemah. Nilai tukar rupiah juga memiliki tingkat volalitas yang relatif rendah, dan leih baik dibandingkan dengan sebagian negara asia lainnya. Volatilitas adalah besarnya jarak antara fluktuasi/naik turunnya harga saham atau valas. Volatilitas tinggi berarti harga naik tinggi dengan cepat lalu tiba-tiba turun dalam dengan cepat pula, sehingga memunculkan selisih sangat besar antara harga terendah dan harga tertinggi dalam suatu waktu.