BAB I PENDAHULUAN Pembangunan suatu ruas jalan harus memenuhi 5 syarat jalan yang ada yaitu : 1. Kuat
: Suatu ruas jalan harus dibangun agar mampu
memikul beban rencana yang akan lewat diatasnya. 2. Awet
: Kemampuan untuk memikul beban harus dapat
bertahan lama minimal sampai umur rencana. 3. Aman
: Suatu ruas jalan harus dirancang dengan
geometrik yang benar sehingga aman dari kecelakaan yang ditimbulkan oleh kesalahan disain geometrik. 4. Nyaman benar
: Jalan yang dirancang dengan geometrik yang
akan
menghasilkan
suasana
yang
nyaman
bagi
memakai jalan, sepanjang kecepatan pemakai tidak melebihi kecepatan rencana jalan. 5. Ekonomis : Jalan harus dirancang dengan pertimbangan – pertimbangan
ekonomis
baik
dari
biaya
pembuatannya
maupun dari segi Biaya Operasi Kendaraan (BOK) setelah jalan dioperasikan. I.1. PERKERASAN JALAN Yang
dimaksud
dengan
perkerasan
jalan
adalah
suatu
hamparan meterial yang dihampar diatas tanah dasar dengan syarat-syarat kepadatan tertentu, sehingga mampu memikul beban lalu-lintas yang lewat diatasnya. Perkerasan jalan dibuat untuk memenuhi syarat-syarat Kuat dan Awet yang sudah dijelaskan diatas. Adapun fungsi dari perkerasan jalan tersebut adalah untuk : 1. Menahan beban yang berasal dari roda kendaraan. Agar perkerasan mampu menahan beban roda maka perkerasan harus
dibuat
dengan
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali Rekayasa Jalan Raya II
persyaratan
material
yang
bagus I-1
sehingga mudah dipadatkan. Semakin padat lapis perkerasan, semakin
kecil
volume
pori
dan
semakin
kecil
pula
kemungkinan lapisan tersebut berubah bentuk (deformasi) akibat beban yang ada diatasnya. Sebagai ilistrasi, maka perhatikanlah gambar I.1 dan I.2.dibawah ini : Beban P yang berasal dari roda kendaraan dipikul oleh lapis perkerasan.
P Gambar I.1.
Apabila lapis perkerasan tidak kuat (kepadatannya kurang) maka ada dua kemungkinan perubahan bentuk yang terjadi pada perkersan tersebut yaitu terjadi penurunan dan/atau bleading (perpindahan material kearah samping sehingga permukaan menjadi cembung). Penurunan terjadi karena memampatnya volume material atau mengecilnya volume pori. Sedangkan bleading terjadi karena gesekan antar butir (kohesi) kecil. Gesekan antar butir (kohesi) dapat diperbesar dengan:
Memadatkan material. Material yang padat berarti gesekan antar butir-butir material semakin kuat.
Menjaga
perkerasan
agar
tetap
kering/tidak
tergenang air. Air berfungsi sebagai pelumas diantara butir-butir material sehingga dapat mengurangi gesekan
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali Rekayasa Jalan Raya II
I-2
antar butir, oleh karena itu drainase jalan harus direncanakan dan dipelihara dengan baik .
Gambar GambarI.2. I.2.
P Heaving Heaving
Penurunan/ settlement 2. Menyebarkan beban kelapisan tanah dasar. Kemampuan perkerasan jalan untuk menyebarkan beban dipengaruhi oleh kepadatan (kekakuan) dari perkerasan tersebut. Semakin padat/kaku perkerasan tersebut semakin besar kemampuan menyebarkan beban, dan semakin kecil tegangan yang diterima oleh tanah dasar. Untuk melihat prinsip kerja lapis perkerasan dalam menyebarkan beban, perhatikanlah gambar I.3. dibawah ini:
Gambar GambarI.3. I.3.
P
Permukaan Permukaan perkerasan perkerasan A1 t
A2
A3 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali Rekayasa Jalan Raya II
Permukaan Permukaan
tanah tanahdasar dasar
I-3
Pada lapis permukaan bekerja beban roda berupa beban titik P, beban tersebut disebarkan oleh lapis perkerasan dengan sudut α , semakin kebawah daerah yang memikul beban semakin luas: A3 > A2 > A1. Jadi tegangan yang terjadi semakin kebawah semakin kecil: P/A3 < P/A2 < P/A1. Sudut
penyebaran
kepadatan/kekakuan
beban material
α
dipengaruhi pekerasan.
oleh
Semakin
padat/semakin kaku material per- kerasan, semakin besar sudut α, semakin luas penyebaran beban dan semakin kecil tegangan yang terjadi pada tanah dasar. Jadi kalau disimak secara mendalam ilustrasi tersebut diatas maka dapat disimpilkan bahwa untuk memperkecil tegangan yang terjadi pada tanah dasar bisa dilakukan dua hal yaitu :
Memperbesar sudut penyebaran beban α yaitu dengan memadatkan lapis perkerasan sampai kepadatan yang diharapkan.
Mempertebal lapis perkerasan (t), semakin tebal t maka semakin luas daerah yang menerima beban.
I.2. JENIS PERKERASAN Perkerasan jalan dikelompokkan menjadi dua macam menurut bahan pengikat yang dipakai yaitu : 1. Perkerasan Lentur (Fleksible Pavement) yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. 2. Perkerasan Kaku ( Rigid Pavement) yaitu perkerasan yang menggunakan semen ( Portland Cement = PC) sebagai bahan pengikat atau jalan dengan perkerasan beton.
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali Rekayasa Jalan Raya II
I-4
Kedua macam perkerasan tersebut mempunyai sifat yang saling berlawanan yaitu: 1. Perkerasan
fleksible
atau
lentur
mempunyai
sifat
melentur/melendut bila sedang ada beban dan akan kembali keposisi semula bila beban tersebut sudah lewat. Hal ini menyebabkan jalan bisa meredam setiap getaran yang timbul pada kendaraan sehingga berkendaraan pada jalan lentur menjadi lebih nyaman karena getaran kendaraan menjadi lebih halus. Perhatikan gambar I.4. Berikut :
Gmr.I.4 Gmr.I.4
Posisi PosisiI I
Posisi PosisiIIII
Lendutan yang kembali datar setelah tidak ada beban
2. Perkerasan Kaku (Rigid) mempunyai sifat tetap kaku/datar pada saat ada beban maupun tidak
ada beban. Sifat ini
menyebabkan permukaan perkerasan tidak dapat meredam getaran
kendaraan
tetapi
justru
memantulkan
kembali
getaran yang terjadi pada kendaraan. Jadi pada perkerasan kaku kenyamanan berkendaraan menjadi berkurang karena getaran kendaraan menjadi keras dan bising. Gambar I.5. Menggambarkan ilustrasi perkerasan kaku. Gmbr I.5 Gmbr I.5
Posisi PosisiI I
Posisi PosisiIIII Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali Rekayasa Jalan Raya II
I-5
Kedua
perkerasan
kekurangan,
tersebut
sehingga
mempunyai
dalam
kebaikan
pembangunannya
dan perlu
memperhatikan situasi dan kondisi seperti ketersediaan dana untuk pembangunan. Adapun kebaikan-kebaikan kedua jenis perkerasan tersebut : 1. Jalan Lentur :
Bersifat fleksibel sehingga lebih nyaman.
Biaya
awal
untuk
pembangunan
relatif
kecil
dibandingkan jalan beton (perkersanan kaku/rigid).
Tidak silau pada siang hari karena permukaan aspal yang gelap/hitam.
Biaya operasi kendaraan yang relatif lebih ekonomis dilihat
dari
pemakaian
ban
yang
lebih
awet
dibandingkan pada jalan rigid. 2. Jalan Rigid/kaku :
Kekakuan/kepadatan yang besar sehingga penyebaran beban menjadi besar dan tegangan yang terjadi pada tanah dasar juga kecil.
Tidak diperlukan daya dukung tanah dasar yang besar karena kondisi diatas, dimana tegangan yang sampai pada tanah dasar kecil.
Tidak memerlukan pemeliharaan yang mahal, karena selama pengerjaan betonnya benar, maka semakain lama
umur
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali Rekayasa Jalan Raya II
beton,
semakin
kuat
beton
tersebut. I-6
Pemeliharaan hanya diperlukan pada
bahan pengisi
diantara siar pelaksanaan/sambungan beton.
Terang pada malam hari, karena permukaannya yang putih. Jadi tidak mutlak diperlukan penerangan jalan.
Sedangkan
kekurangan
–
kekurangan
dari
kedua
perkerasan
tersebut adalah sebagai berikut : 1. Perkerasan lentur :
Penyebaran
beban
kecil
sehingga
tegangan
yang
sampai pada tanah dasar masih besar.
Sering memerlukan pemeliharaan karena sifat aspal sebagai bahan pengikat akan hilang fleksibelitasnya karena pengaruh suhu/sinar matahari dan hujan. Jadi diperlukan
pemeliharaan
berkala
berupa
pelapisan
kembali pada lapis permukaan (overlay).
Diperlukan daya dukung tanah dasar yang besar karena tegangan yang diterima tanah dasar masih besar.
Gelap pada malam hari sehingga penerangan jalan sangat diperlukan.
2. Perkerasan kaku:
Biaya awal pembangunan sangat besar karena harga semen yang mahal dan tebal lapisan beton yang harus dibuat sangat tebal yaitu sampai 60 cm.
Bising karena getaran kendaraan yang keras karena sifat kaku yang dimiliki oleh beton.
Biaya
operasi
kendaraan
menjadi
besar
karena
pemakaian ban boros.
Silau pada malam hari karena permukaan yang putih.
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali Rekayasa Jalan Raya II
I-7