Makalah Tanggung Jawab Profesional Keperawatan
DISUSUN OLEH : 1. Hendro Satia Pratama 2. Rara Andika Afriantari 3. Regina Desyanda F
Prodi/Kelas
: D3 Keperawatan/1 A
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU TAHUN AKADEMIK 2017/2018
KATA PENGANTAR
Pertama-tama puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunianya kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. shalawat setra salam semoga selalu tercurah kepada pemimpin bagi umat dan teladan sepanjang hayat Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya tabii’in dan tabiahun, serta umatnya yang senantiasa berusaha untuk mengikuti jejak mulianya. Makalah ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi kami dan pembaca yang memerlukan informasi yang terkandung di dalamnya khususnya mengenai permasalahan yang kami bahas. Makalah ini berjudul “Tanggung Jawab Profesional Keperawatan”. Proses penyusunan makalah ini dilakukan dengan kesungguhan sesuai dengan kaidah dan pedoman yang berlaku. Walaupun demikian, kami yakin masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan yang tertuang didalamnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya koreksi dan perbaikan yang membangun dari para pembaca agar dalam penyusunan selanjutnya dapat dilakukan dengan lebih baik lagi. Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa selalu memberikan petunjuk dan keistiqomahan dalam menjalankan setiap urusan kita, serta memberikan kekuatan dan kesabaran kepada kita semua dalam menghadapi segala tantangan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kemajuan pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berdampak besar terhadap peningkatan mutu pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan yang dilaksanakan oleh tenaga profesional, dalam melaksanakan tugasnya dapat bekerja secara mandiri dan dapat pula bekerja sama dengan profesi lain. Perawat adalah orang yang mengasuh, merawat dan melindungi, yang merawat orang sakit, luka dan usia lanjut (di kutip oleh Ellis, Harley, 1980). Peran perawat adalah menjaga pasien mempertahankan kondisi terbaiknya terhadap masalah kesehatan yang menimpa dirinya (Florence Nigthingale dalam bukunya What it is and What it is not). Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Sehingga dalam praktik keperawatannya perawat juga harus mengetahui tentang tanggung jawab profesional keperawatan. 1.2 Rumusan masalah 1. 2. 3. 4. 5.
Apakah Definisi dari Tanggung Jawab Profesional Keperawatan? Apa saja Jenis-jenis Tanggung Jawab Perawat? Apa yang dimaksud dengan Kode Etik Keperawatan? Apa saja yang termasuk dalam Hak dan Tanggung Jawab Perawat? Apa saja yang merupakan Dasar Hukum Tanggung Jawab profesional Keperawatan?
1.3 Tujuan 1. Mengetahui Definisi dari Tanggung Jawab Profesional Keperawatan. 2. Mengetahui Jenis-jenis Tanggung Jawab Perawat. 3. Mengetahui Definisi Kode Etik Keperawatan. 4. Mengetahui Hak dan Tanggung Jawab Perawat. 5. Mengetahui Dasar Hukum Tanggung Jawab profesional Keperawatan.
BAB II Tanggung Jawab Profesional Keperawatan
2.1 Definisi Tanggung Jawab Profesional Keperawatan Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini menunjukan bahwa perawat profesional menampilkan kinerja secara hati-hati, teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur. Klien merasa yakin bahwa perawat bertanggung jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya. Kepercayaan tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila klien merasa tidak yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya tidak memadai dan kurang berpengalaman. a. Pengertian Tanggung jawab (Responsibility) perawat menurut ANA Tanggung jawab (Responsibility) adalah : Penerapan ketentuan hukum (eksekusi) terhadap tugas-tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat, agar tetap kompeten dalam Pengetahuan, Sikap dan bekerja sesuai kode etik (ANA, 1985). Menurut pengertian tersebut, agar memiliki tanggung jawab maka perawat diberikan ketentuan hukum dengan maksud agar pelayanan perawatannya tetap sesuai standar. Misalnya hukum mengatur apabila perawat melakukan kegiatan kriminalitas, memalsukan ijazah, melakukan pungutan liar dsb. Tanggung jawab perawat ditunjukan dengan cara siap menerima hukuman (punishment) secara hukum kalau perawat terbukti bersalah atau melanggar hukum. b. Pengertian Tanggung jawab (Responsibility) menurut Berten , (1993:133) Tanggung jawab (Responsibility) : Keharusan seseorang sebagai mahluk rasional dan bebas untuk tidak. mengelak serta memberikan penjelasan mengenai perbuatannya, secara retrosfektif atau prosfektif (Bertens, 1993:133). Berdasarkan pengertain di atas tanggung jawab diartikan sebagai kesiapan memberikan jawaban atas tindakan-tindakan yang sudah dilakukan perawat pada masa lalu atau tindakan yang akan berakibat di masa yang akan datang. Misalnya bila perawat dengan sengaja memasang alat kontrasepsi tanpa persetujuan klien maka akan berdampak pada masa depan klien. Klien tidak akan punya keturunan padahal memiliki keturunan adalah hak semua manusia. Perawat secara retrospektif harus bisa mempertanggung-jawabkan meskipun tindakan perawat tersebut diangap benar menurut pertimbangan medis. 2.2 Jenis Tanggung Jawab Perawat 1. Tanggung Jawab (Responsibility) terhadap Tuhannya (to God) Dalam sudut pandang etika normatif, tanggung jawab perawat yang paling utama adalah tanggung jawab di hadapan Tuhannya. Sesungguhnya penglihatan, pendengaran dan
hati akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Tuhan. Dalam sudut pandang Etik pertanggung jawaban perawat terhadap Tuhannya terutama yang menyangkut hal-hal berikut ini: 1. Apakah perawat berangkat menuju tugasnya dengan niat ikhlas karena Tuhan ? 2. Apakah perawat mendo’akan klien selama dirawat dan memohon kepada Tuhan untuk kesembuhannya ? 3. Apakah perawat mengajarkan kepada klien hikmah dari sakit ? 4. Apakah perawat menjelaskan manfaat do’a untuk kesembuhannya ? 5. Apakah perawat memfasilitasi klien untuk beribadah selama di RS? 6. Apakah perawat melakukan kolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien? 7. Apakah perawat mengantarkan klien dalam sakaratul maut menuju Khusnul khotimah? 2. Tanggung Jawab (Responsibility) Perawat Terhadap Klien (Client) Tanggung jawab merupakan aspek penting dalam etika perawat. Tanggung jawab adalah kesediaan seseorang untuk menyiapkan diri dalam menghadapi resiko terburuk sekalipun, memberikan kompensasi atau informasi terhadap apa-apa yang sudah dilakukannya dalam melaksanakan tugas. Tanggung jawab seringkali bersipat retrospektif, artinya selalu berorientasi pada perilaku perawat di masa lalu atau sesuatu yang sudah dilakukan. Tanggung jawab perawat terhadap klien berfokus pada apa-apa yang sudah dilakukan perawat terhadap kliennya. Perawat dituntut untuk bertanggung jawab dalam setiap tindakannya khususnya selama melaksanakan tugas di rumah sakit, puskesmas, panti, klinik atau masyarakat. Meskipun tidak dalam rangka tugas atau tidak sedang melaksanakan dinas, perawat dituntut untuk bertangung jawab dalam tugas-tugas yang melekat dalam diri perawat. Perawat memiliki peran dan fungsi yang sudah disepakati. Perawat sudah berjanji dengan sumpah perawat bahwa ia akan senantiasa melaksanakan tugas-tugasnya. Contoh bentuk tanggung jawab perawat selama dinas: mengenal kondisi kliennya, melakukan operan, memberikan perawatan selama jam dinas, tanggung jawab dalam mendokumentasikan, bertanggung jawab dalam menjaga keselamatan klien, jumlah klien yang sesuai dengan catatan dan pengawasannya, kadang-kadang ada klien pulang paksa atau pulang tanpa pemberitahuan, bertanggung jawab bila ada klien tiba-tiba tensinya drop tanpa sepengetahuan perawat, dsb. Tanggung jawab perawat erat kaitannya dengan tugas-tugas perawat. Tugas perawat secara umum adalah memenuhi kebutuhan dasar. Peran penting perawat adalah memberikan pelayanan perawatan (care) atau memberikan perawatan (caring). Tugas perawat bukan untuk mengobati (cure). Dalam pelaksanaan tugas di lapangan, adakalanya perawat melakukan tugas dari profesi lain seperti dokter, farmasi, ahli gizi, atau fisioterapi. Untuk tugas-tugas yang bukan tugas perawat seperti pemberian obat maka tanggung jawab tersebut seringkali dikaitkan dengan siapa yang memberikan tugas tersebut atau dengan siapa ia berkolaborasi. Dalam pandangan etika keperawatan perawat memiliki tanggung jawab (responsibility) terhadaptugas-tugasnya terutama keharusan memandang manusia sebagai mahluk yang utuh dan unik.
Utuh artinya memiliki kebutuhan dasar yang kompleks dan saling berkaitan antara kebutuhan satu dengan lainnya, unik artinya setiap individu bersifat khas dan tidak bisa disamakan dengan individu lainnya sehingga memerlukan pendekatan khusus kasus per kasus, karena klien memiliki riwayat kelahiran, riwayat masa anak, pendidikan, hobby, pola asuh, lingkungan, pengalaman traumatik, dan cita-cita yang berbeda. Kemampuan perawat memahami riwayat hidup klien yang berbeda-beda dikenal dengan Ability to know Life span History dan kemampuan perawat dalam memandang individu dalam rentang yang panjang dan berlainan dikenal dengan Holistic. 3. Responsibility to Colleague and Supervisor (tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan) Ada beberapa hal yang berkaitan dengan tanggung jawab perawat terhadap rekan sejawat atau atasan. Diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Membuat pencatatan yang lengkap (pendokumentasian) tentang kapan melakukan tindakan keperawatan, berapa kali, dimana dengan cara apa dan siapa yang melakukan. Misalnya perawat A melakuan pemasangan infus pada lengan kanan vena brchialis, dan pemberian cairan RL sebanyak 5 labu, infus dicabut malam senin tanggal 30 juni 2007 jam 21.00. keadaan umum klien Compos Mentis, T=120/80 mmHg, N=80x/m, R=28x/m S=37C kemudian dibubuhi tanda tangan dan nama jelas perawat. 2. Mengajarkan pengetahuan perawat terhadap perawat lain yang belum mampu atau belum mahir melakukannya. Misalnya perawat belum mahir memasang EKG diajari oleh perawat yang sudah mahir. Untuk melindungi masyarakat dari kesalahan, perawat baru dilatih oleh perawat senior yang sudah mahir, meskipun secara akademik sudah dinyatakan kompeten tetapi kondisi lingkungan dan lapangan seringkali menuntut adaptasi khusus. 3. Memberikan teguran bila rekan sejawat melakukan kesalahan atau menyalahi standar. Perawat bertanggung jawab bila perawat lain merokok di ruangan, memalsukan obat, mengambil barang klien yang bukan haknya, memalsukan tanda tangan, memungut uang di luar prosedur resmi, melakukan tindakan keperawatan di luar standar, misalnya memasang NGT tanpa menjaga sterilitas. 4. Memberikan kesaksian di pengadilan tentang suatu kasus yang dialami klien. Bila terjadi gugatan akibat kasus-kasus malpraktek seperti aborsi, infeski nosokomial, kesalahan diagnostik, kesalahan pemberian obat, klien terjatuh, overhidrasi, keracunan obat, over dosis dsb. Perawat berkewajiban untuk menjadi saksi dengan menyertakan bukti-bukti yang memadai. 5. Apabila ada kasus kesalahan pemberian obat maka perawat harus turut bertanggung-jawab, meskipun tanggung jawab utama ada pada pemberi tugas atau atasan perawat, dalam istilah etika dikenal dengan Respondeath Superior. Istilah tersebut merujuk pada tanggung jawab atasan terhadap perilaku salah yang dibuat bawahannya sebagai akibat dari kesalahan dalam pendelegasian. Sebelum melakukan pendelegasian seorang pimpinan atau ketua tim yang ditunjuk misalnya dokter harus melihat pendidikan, skill, loyalitas, pengalaman dan
kompetensi perawat agar tidak melakukan kesalahan dan bisa bertanggung jawab bila salah melaksanakan pendelegasian. 2.3 Kode Etik Keperawatan Prinsip confidentiality (kerahasiaan), berarti perawat menghargai semua informasi tentang klien merupakan hak istimewa pasien dan tidak untuk disebarkan secara tidak tepat. Fidelity/kesetiaan, berarti perawat berkewajiban untuk setia dengan kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat, meliputi menepati janji, menyimpan rahasia serta "Carring". Prinsip Justice (keadilan), merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil untuk semua individu. Semua nilai-nilai moral tersebut selalu dan harus dijalankan pada setiap pelaksanaan praktek keperawatan dan selama berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain. Kondisi inilah yang sering kali menimbulkan konflik dilema etik. Maka penyelesaian dari dilema etik tersebut harus dengan cara yang bijak dan saling memuaskan baik pemberi asuhan keperawatan (perawat), Pasien dan profesi lain (teman sejawat). a. Tujuan dan Fungsi Kode etik keperawatan Secara umum menurut Kozier (1992) dikatakan bahwa tujuan kode etik profesi keperawatan adalah meningkatkan praktek keperawatan dengan moral dan kualitas dan menggambarkan tanggung jawab, akuntabilitas serta mempersiapkan petunjuk bagi anggotanya. Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk mengukur perilaku moral dalam keperawatan. Dalam menyusun alat pengukur ini keputusan diambil berdasarkan kode etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat (Suhaemi, 2002). Adanya penggunaan kode etik keperawatan, organisasi profesi keperawatan dapat meletakkan kerangka berfikir perawat untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab kepada masyarakat anggota tim kesehatan lain dan kepada profesi. Sesuai tujuan tersebut diatas, perawat diberi kesempatan untuk dapat mengembangkan etika profesi secara terus menerus agar dapat menampung keinginan dan masalah baru dan mampu menurunkan etika profesi keperawatan kepada perawat-perawat muda. Disamping maksud tersebut, penting dalam meletakkan landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat dapat memahami dan menyenangi profesinya. Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching, tujuan etika profesi keperawatan adalah, mampu: 1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan. 2. Membentuk strategi/cara dan menganalisa masalah moral yang terjadi dalam praktik keperawatan. 3. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Beberapa tujuan dan fungsi kode etik keperawatan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi kode etik keperawatan, adalah: 1. Memberikan panduan pembuatan keputusan tentang masalah etik keperawatan. 2. Dapat menghubungkan dengan nilai yang dapat diterapkan dan dipertimbangkan
3. Merupakan cara mengevaluasi diri profesi perawat. 4. Menjadi landasan untuk menginisiasi umpan balik sejawat. 5. Menginformasikan kepada calon perawat tentang nilai dan standar profesi keperawatan. 6. Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai moral. Sedangkan kode etik keperawatan di Indonesia yang dikeluarkan oleh organisasi profesi (PPNI) telah diatur lima pokok etik, yaitu: hubungan perawat dan pasien, perawat dan praktek, perawat dan masyarakat, perawat dan teman sejawat, perawat dan profesi. Kelima pokok etik keperawatan yang ada merupakan bentuk kode etik yang telah mejadi panduan dari semua perawat Indonesia untuk menjalankan profesinya. b. Konsep Moral dalam praktek keperawatan Praktek keperawatan menurut Henderson dalam bukunya tentang teori keperawatan, yaitu segala sesuatu yang dilakukan perawat dalam mengatasi masalah keperawatan dengan menggunakan metode ilmiah, bila membicarakan praktek keperawatan tidak lepas dari fenomena keperawatan dan hubungan pasien dan perawat. Fenomena keperawatan merupakan penyimpangan/tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio, psiko, social dan spiritual), mulai dari tingkat individu untuk sampai pada tingkat masyarakat yang juga tercermin pada tingkat system organ fungsional sampai subseluler (Henderson, 1978, lih, Ann Mariner, 2003). Asuhan keperawatan merupakan bentuk dari praktek keperawatan, dimana asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan praktek keperawatan yang diberikan pada pasien dengan menggunakan proses keperawatan berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etika dan etiket keperawatan(Kozier, 1991). Asuhan keperawatan ditujukan untuk memandirikan pasien, (Orem, 1956,lih, Ann Mariner, 2003). 1. Prinsip-prinsip moral dalam praktek keperawatan a. Menghargai otonomi (facilitate autonomy) Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan/prilaku dan tujuan hidup individu. Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab terhadap pilihannya sendiri. Prinsip otonomi menegaskan bahwa seseorang mempunyai kemerdekaan untuk menentukan keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri. b. Kebebasan (freedom) Perilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatu tanpa tekanan atau paksaan pihak lain (Facione et all, 1991). Bahwa siapapun bebas menentukan pilihan yang menurut pandangannya sesuatu yang terbaik. Contoh: Klien mempunyai hak untuk menerima atau menolak asuhan keperawatan yang diberikan. c. Kebenaran
Melakukan kegiatan/tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang tidak bertentangan (tepat, lengkap). Prinsip kejujuran menurut Veatch dan Fry (1987) didefinisikan sebagai menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Suatu kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang lain. Kebenaran merupakan hal yang fundamental dalam membangun hubungan saling percaya dengan pasien. Perawat sering tidak memberitahukan kejadian sebenarnya pada pasien yang memang sakit parah. Namun dari hasil penelitian pada pasien dalam keadaan terminal menjelaskan bahwa pasien ingin diberitahu tentang kondisinya secara jujur (Veatch, 1978). Contoh: Tindakan pemasangan infus harus dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku dimana klien dirawat. d. Keadilan (Justice) Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991) merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya individu mendapat tindakan yang sama mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Prinsip dari keadilan menurut beauchamp dan childress adalah mereka uang sederajat harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan secara tidak sederajat, sesuai dengan kebutuhan mereka. e. Tidak Membahayakan (Nonmaleficence) Tindakan/perilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau membahayakan orang lain (Aiken, 2003). Contoh: Bila ada klien dirawat dengan penurunan kesadaran, maka harus dipasang side driil. C. Nilai-nilai Professional yang harus diterapkan oleh perawat 1. Justice (Keadilan) : Menjaga prinsip-prinsip etik dan legal, sikap yang dapat dilihat dari Justice adalah: Courage (keberanian/Semangat, Integrity, Morality, Objectivity), dan beberapa kegiatan yang berhubungan dengan justice perawat: Bertindak sebagai pembela klien, Mengalokasikan sumber-sumber secara adil, Melaporkan tindakan yang tidak kompeten, tidak etis, dan tidak legal secara obyektif dan berdasarkan fakta. 2. Truth (kebenaran) : Kesesuaian dengan fakta dan realitas, sikap yang berhubungan dengan perawat yang dapat dilihat, yaitu: Akuntabilitas, Honesty, Rationality, Inquisitiveness (ingin tahu), kegiatan yang berhubungan dengan sikap ini adalah: Mendokumentasikan asuhan keperawatan secara akurat dan jujur, Mendapatkan data secara lengkap sebelum membuat suatu keputusan, Berpartisipasi dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi masyarakat dari informasi yang salah tentang asuhan keperawatan. 3. Aesthetics : Kualitas obyek, kejadian, manusia yang mengarah pada pemberian kepuasan dengan perilaku/ sikap yang tunjukan dengan Appreciation, Creativity, Imagination, Sensitivity, kegiatan perawat yang berhubungan dengan aesthetics: Berikan lingkungan yang menyenangkan bagi klien, Ciptakan lingkungan kerja yang
4.
5.
6.
7.
menyenangkan bagi diri sendiri dan orang lain, Penampilan diri yang dapat meningkatkan “image” perawat yang positif. Altruism : Peduli bagi kesejahteraan orang lain (keiklasan) dengan sikap yang ditunjukan yaitu: Caring, Commitment, Comion (kasih), Generosity (murah hati), Perseverance (tekun, tabah (sabar). Kegiatan perawat yang berhubungan dengan Altruism: Memberikan perhatian penuh saat merawat klien, Membantu orang lain/perawat lain dalam memberikan asuhan keperawatan bila mereka tidak dapat melakukannya, Tunjukan kepedulian terhadap isu dan kecenderungan social yang berdampak terhadap asuhan kesehatan. Equality (Persamaan): Mempunyai hak, dan status yang sama, sikap yang dapat ditunjukan oleh perawat yaitu: Acceptance (menerima), Fairness (adil/tidak diskriminatif), Tolerance, Assertiveness. Kegiatan perawat yang berhubungan dengan equality: memberikan nursing care berdasarkan kebutuhan klien, tanpa membedabedakan klien, berinteraksi dengan tenaga kesehatan/teman sejawat dengan cara yang tidak diskriminatif. Freedom (Kebebasan) : Kapasitas untuk menentukan pilihan, sikap yang dapat ditunjukan oleh perawat yaitu: Confidence, Hope, Independence, Openness, Self direction, Self Disciplin. Kegiatan yang berhubungan dengan Freedom: hargai hak klien untuk menolak terapi, mendukung hak teman sejawat untuk memberikan saran perbaikan rencana asuhan keperawatan, mendukung diskusi terbuka bila terdapat isu kontroversial terkait profesi keperawatan. Human Dignity (Menghargai martabat manusia) : menghargai martabat manusia dan keunikan martabat manusia dan keunikan individu. Sikap yang dapat ditunjukan oleh perawat, yaitu: Empathy, Kindness, Respect full, Trust, Consideration. Kegiatan yang berhubungan dengan sikap Human Dignity: Melindungi hak individu untuk privacy, Menyapa/memperlakukan orang lain sesuai dengan keinginan mereka untuk diperlakukan, Menjaga kerahasiaan klien dan teman sejawat.
2.4 Hak dan Kewajiban Perawat a. Hak Perawat Hak mungkin merupakan tuntutan sebagaimana mestinya dengan dasar keadilan, moralitas atau legalitas (Suhaemi, 2002). Hak adalah tuntutan terhadap sesuatu yang seseorang berhak, seperti kekuasaan atau hak istimewa. Hak merupakan peranan fakultatif karena sifatnya boleh tidak dilaksanakan atau dilaksanakan, menurut suryono (1990). Hak merupakan suatu yang dimiliki orang atau subyek hukum baik manusia sebagai pribadi atau manusia sebagai badan hukum, dimana subyek yang bersangkutan mempunyai kebebasan untuk memanfaatkan atau tidak memanfaatkan sedangkan kewajiban merupakan peran imperative karena tidak boleh tidak dilaksanakan. a. Hak-hak perawat, menurut Claire dan Fagin (1975), bahwa perawat berhak: 1. Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
2. Mengembangkan diri melalui kemampuan kompetensinya sesuai dengan latar pendidikannya. 3. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan perundangundangan serta standard kode etik profesi. 4. Mendapatkan informasi lengkap dari pasien atau keluaregannya tentang keluhan kesehatan dan ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan. 5. Mendapatkan ilmu pengetahuannya berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang keperawatan/kesehatan secara terus menerus. 6. Diperlakukan secara adil dan jujur baik oleh institusi pelayanan maupun oleh pasien. 7. Mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang dapat menimbulkan bahaya baik secara fisik maupun emosional. 8. Diikutsertakan dalam penyusunan dan penetapan kebijaksanaan pelayanan kesehatan. 9. Privasi dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh pasien dan atau keluargannya serta tenaga kesehatan lainnya. 10. Menolak dipindahkan ke tempat tugas lain, baik melalui anjuran maupun pengumuman tertulis karena diperlukan, untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan standar profesi atau kode etik keperawatan atau aturan perundang-undangan lainnya. 11. Mendapatkan penghargaan dan imbalan yang layak atas jasa profesi yang diberikannya berdasarkan perjanjian atau ketentuan yang berlaku di institusi pelayanan yang bersangkutan. 12. Memperoleh kesempatan mengembangkan karier sesuai dengan bidang profesinya. b. Tanggung jawab/Kewajiban Perawat Disamping beberapa hak perawat yang telah diuraikan diatas, dalam mencapai keseimbangan hak perawat maka perawat juga harus mempunyai kewajibannya sebagai bentuk tanggung jawab kepada penerima praktek keperawatan. (Claire dan Fagin, 1975l,dalam Fundamental of nursing,Kozier 1991). Kewajiban perawat adalah sebagai berikut: 1. Mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan. 2. Memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi dan batas kemanfaatannya. 3. Menghormati hak pasien. 4. Merujuk pasien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang mempunyai keahlihan atau kemampuan yang lebih kompeten, bila yang bersangkutan tidak dapat mengatasinya. 5. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk berhubungan dengan keluarganya, selama tidak bertentangan dengan peraturan atau standar profesi yang ada.
6. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing selama tidak mengganggu pasien yang lainnya. 7. Berkolaborasi dengan tenaga medis (dokter) atau tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada pasien. 8. Memberikan informasi yang akurat tentang tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan atau keluargannya sesuai dengan batas kemampuannya. 9. Mendokumentasikan asuhan keperawatan secara akurat dan berkesinambungan. 10. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi keperawatan atau kesehatan secara terus menerus. 11. Melakukan pelayanan darurat sebagai tugas kemanusiaan sesuai dengan batas kewenangannya. 12. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, kesuali jika dimintai keterangan oleh pihak yang berwenang. 13. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuat sebelumnya terhadap institusi tempat bekerja. Beberapa cara dimana perawat dapat mengkomunikasikan tanggung jawabnya : 1. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere intereset) Contoh : “Mohon maaf bu demi kenyamanan ibu dan kesehatan ibu saya akan mengganti balutan atau mengganti spreinya”. 2. Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia memberikan penjelasan dengan ramah kepada kliennya (explanantion about the delay). Misalnya ; “Mohon maaf pak saya memprioritaskan dulu klien yang gawat dan darurat sehingga harus meninggalkan bapak sejenak”. 3. Menunjukan kepada klien sikap menghargai (respect) yang ditunjukkan dengan perilaku perawat. misalnya mengucapkan salam, tersenyum, membungkuk, bersalaman dsb. 4. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subjects the patiens desires) bukan pada kepentingan atau keinginan perawat misalnya “Coba ibu jelaskan bagaimana perasaan ibu saat ini”. Sedangkan apabila perawat berorientasi pada kepentingan perawat: “Apakah bapak tidak paham bahwa pekerjaan saya itu banyak, dari pagi sampai siang, mohon pengertiannya pak, jangan mau dilayani terus”. 5. Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina (derogatory) misalnya “ pasien yang ini mungkin harapan sembuhnya lebih kecil dibanding pasien yang tadi”. 6. Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut pandang klien (see the patient point of view). Misalnya perawat tetap bersikap bijaksana saat klien menyatakan bahwa obatnya tidak cocok atau diagnosanya mungkin salah. 2.5 Dasar Hukum Tanggung Jawab Profesional Keperawatan
Dasar Hukum Tanggung Jawab Profesional Keperawatan terdapat pada pasal 15 yang berbunyi “Perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan berwenang untuk: 1. Melaksanakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan. 2. Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir (i) meliputi: intervensi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud huruf (i) dan (ii) harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan organisasi profesi. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari dokter. Tetapi pasal 15 dapat dikecualikan apabila terdapat hal-hal yang termasuk dalam pasal 20 : 1. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien/perorangan, perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15. 2. Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Perawat memiliki tanggung jawab profesional dalam melakukan praktik keperawatannya.Tangung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya.Tanggung jawab perawat diidentifikasi menjadi beberapa jenis, yaitu tanggung jawab terhadap klien baik individu, keluarga maupun masyarakat, tanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya, tanggung jawab terhadap sesama perawat dan tenaga kesehatan lain, serta tanggung jawab terhadap pemerintah. Selain itu, perawat memiliki kode etik, hakhaknya dan dasar hukum tanggung jawab profesional keperawatan yang berarti tanggung jawab seorang perawat sudah diakui dan disahkan oleh negara dan seharusnya seorang perawat dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara profesional dan sesuai dengan kode etik serta hal-hal yang tercantum dalam dasar hukum tanggung jawab profesional keperawatan. 3.2 Saran Sebaiknya seorang perawat harus lebih memahami apa saja tanggung jawab , kode etik dan dasar hukum dalam keperawatan agar seorang perawat dapat bekerja lebih profesional.
DAFTAR PUSTAKA Craven & Hirnle. (2000). Fundamentals of nursing. Philadelphia. Lippincott. Canadian Nurses Association (1999). Code of Ethics. For ed Nurses:Otawa,Canada: CNA. Huston, C.J, (2000). Leadership Roles and Management Functions in Nursing;Theory and Aplication; third edition: Philadelphia: Lippincott. Husted Gladys L. (1995). Ethical Decision Making in Nursing, 2nd ed, St.Louis: Mosby. Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing : concept theory and practices. Philadelphia. Addison Wesley. Leah curtin & M. Josephine Flaherty (1992). Nursing Ethics; Theories and Pragmatics: Maryland: Robert J.Brady CO. Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan; Yogyakarta: Kanisius. Barbara kozier, 1983, Fundamental of nursing Bertens, 1993, Etika Lucie Young Kelly, 1981, Dimension of professional Nursing, fourth edition, Macmillan publishing London Caroline Bunker Rosdahal, 1999, Text Book of Basic Nursing, Lippincot, Philadelphia, Newyork, Baltimore Taylor, Lilis, LeMone, 1997, fundamental of nursing the Art and Sciences of Nursing care, Lippincott Philadelphia Newyork