STRUKTUR DAN PERSEBARAN PENDUDUK
Uraian dibawah ini menyangkut persoalan struktur dan persebaran penduduk, salah satu bagian penting di dalam materi Dasar-Dasar Demografi. Cakupan permasalahan yang akan diuraikan terdiri dari : 1. Manfaat analisis struktur dan persebaran penduduk 2. Struktur penduduk (menurut ciri/karakteristik biologis, sosial, ekonomi, rumah tangga dan budaya) 3. Persebaran penduduk 4. Piramida penduduk 5. Rasio ketergantungan 6. Umur median dan struktur umur penduduk 7. Rasio kepadatan penduduk Dengan cakupan uraian yang demikian, diharapkan dapat membantu peserta untuk dapat memahami persoalan umum kependudukan dan hal-hal yang terkait dengan struktur dan persebaran penduduk.
1.
Manfaat Analisis Struktur dan Persebaran Penduduk
Salah satu bentuk analisis demografi yang sederhana dan banyak digunakan adalah analisis struktur dan persebaran penduduk. Struktur penduduk di suatu wilayah dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu : a. Biologis yang meliputi jenis kelamin dan umur b. Sosial yang meliputi status perkawinan dan pendidikan c. Ekonomi yang meliputi status pekerjaan, lapangan pekerjaan, pendapatan, pengeluaran d. Rumah tangga yang meliputi jumlah anak, ukuran keluarga, hubungan dengan kepala rumah tangga e. Budaya yang meliputi agama, bahasa, dan suku bangsa f. Sementara persebaran penduduk dapat dibagi menjadi wilayah istrasi dan geografis
Analisis struktur penduduk menurut umur dan jenis kelamin, misalnya diperlukan untuk perencanaan berbagai kegiatan pemerintah seperti untuk perencanaan dalam bidang pendidikan, militer, kesehatan. Kalangan bisnis memerlukan analisis umur dan jenis kelamin untuk perencanaan penjualan (sales). Sementara, data mengenai umur sangat diperlukan dalam memperkirakan kebutuhan di masa depan yang disebut dengan proyeksi, misalnya proyeksi jumlah rumah tangga, proyeksi murid yang akan terdaftar di sekolah (school enrollment), proyeksi angkatan kerja, proyeksi kebutuhan perumahan, proyek kebutuhan pangan dsb. Sedangkan analisis persebaran penduduk menurut geografis dan istrasi diperlukan untuk mengetahui ketidakmerataan (atau kemerataan) penduduk antara wilayah satu dan wilayah lain, untuk mengetahui kepadatan penduduk di suatu wilayah dan untuk mengetahui daya dukung suatu wilayah. Analisis mengenai struktur penduduk menurut ciri biologis, sosial, ekonomi, rumah tangga dan budaya seringkali dikaitkan dengan variabel lain seperti fertilitas dan mortalitas serta analisis persebaran penduduk biasanya digabungkan dengan variabel lain seperti fertilitas dan mortalitas. 2.
Struktur Penduduk
Seperti disebutkan di atas, struktur penduduk dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu menurut ciri dan karakteristik biologis, sosial, ekonomi, rumah tangga, dan budaya. 2.1 Menurut ciri biologis Dalam analisis, umur dapat dikelompokkan menurut umur tunggal (single age group) atau umur lima tahunan (five years age group). Pengelompokkan ini tergantung dari kebutuhan analisis. Sementara untuk jenis kelamin hingga kini dalam demografi hanya dikenal dua jenis yaitu laki dan perempuan. Tabel 1 menyajikan data jumlah penduduk Indonesia menurut kelompok umur lima tahunan dan jenis kelamin pada tahun 2010. Dari Tabel 1 terlihat bahwa pada kelompok laki-laki sebagian besar mengelompok pada usia 0-19 tahun, sedangkan pada perempuan sebagian besar mengelompok pada usia 0-29 tahun.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2010 Kelompok Umur (tahun) 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 95+ Jumlah
Laki-laki 11.662.369 11.974.094 11.662.417 10.614.306 9.887.713 10.631.311 9.949.357 9.337.517 8.322.712 7.032.740 5.865.997 4.400.316 2.927.191 2.225.133 1.531.459 842.344 481.462 182.432 63.948 36.095 119.630.913
Presentase
Perempuan
Presentase
9,75% 10,01% 9,75% 8,87% 8,27% 8,89% 8,32% 7,81% 6,96% 5,88% 4,90% 3,68% 2,45% 1,86% 1,28% 0,70% 0,40% 0,15% 0,05% 0,03%
11.016.333 11.279.386 11.008.664 10.266.428 10.003.920 10.679.132 9.881.328 9.167.614 8.202.140 7.008.242 5.695.324 4.048.254 3.131.570 2.468.898 1.924.872 1.135.561 661.708 255.529 106.951 68.559 118.010.413
9,34% 9,56% 9,33% 8,70% 8,48% 9,05% 8,37% 7,77% 6,95% 5,94% 4,83% 3,43% 2,65% 2,09% 1,63% 0,96% 0,56% 0,22% 0,09% 0,06%
100%
Jumlah 22.678.702 23.253.480 22.671.081 20.880.734 19.891.633 21.310.443 19.830.685 18.505.131 16.524.852 14.040.982 11.561.321 8.448.570 6.058.761 4.694.031 3.456.331 1.977.905 1.143.170 437.961 170.899 104.654 237.641.326
100%
Sumber: Data Sensus Penduduk 2010 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
Pengelompokkan umur dapat juga dilakukan menurut kebutuhan misalnya untuk menganalisis kesehatan anak umur bawah lima tahun yang diperhatikan adalah 0-4 tahun, untuk menganalisis pendidikan biasanya umur penduduk dikelompokkan menjadi : -
7-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun 19-24 dan 25+
: usia SD : usia SMP : usia SMA, dan : usia Perguruan Tinggi
2.2 Menurut Karakteristik Sosial Pengelompokkan penduduk berdasarkan karakteristik sosial umumnya mencakup tingkat pendidikan, status perkawinan, dan faktor sosial lainnya. Untuk “tingkat pendidikan” hal-hal yang diperhatikan adalah penduduk menurut
kepandaian membaca dan menulis, penduduk menurut jenjang pendidikan formal yang ditamatkan (lihat Tabel 2) dan penduduk menurut status sekolah.
Tabel 2. Presentase Penduduk Umur 5 Tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan: Indonesia, 2010
Tingkat Pendidikan Tidak/Belum Pernah Sekolah Tidak/Belum Tamat SD SD/MI/Sederajat SLTP/MTs/Sederajat SLTA/MA/SM Kejuruan/Sederajat DI - DIII Diploma IV/Universitas S2/S3
Laki-laki (L) 7,67% 19,21% 29,83% 17,26% 20,71% 1,64% 3,36% 0,33%
Perempuan (P) 10,82% 19,36% 31,27% 16,52% 16,91% 2,14% 2,83% 0,15%
100%
100%
Jumlah (L+P) 9,24% 19,28% 30,55% 16,89% 18,82% 1,89% 3,09% 0,24% 100%
Sumber: Data Sensus Penduduk 2010 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia Catatan: Terjadi perubahan kecil pada tabel ini karena koreksi dan validasi data. Perubahan terhitung mulai tanggal 4 Mei 2012.
Pengelompokkan menurut status sekolah, dalam sensus dan survei umumnya dibagi dalam 3 kelompok: (1) tidak/belum pernah sekolah, (2) masih sekolah, dan (3) tidak sekolah lagi. Masih bersekolah adalah mereka yang masih berstatus sedang mengikuti pendidikan dasar, menengah, atau pendidikan tinggi. Tidak bersekolah lagi adalah status pendidikan dari mereka yang pernah mengikuti pendidikan dasar, menengah atau pendidikan tinggi, tetapi pada saat pencacahan tidak sekolah lagi. Sementara itu, penduduk berdasarkan status perkawinan umumnya dikelompokkan menjadi: belum kawin, kawin, cerai hidup, dan cerai mati (Tabel 3). Dari tabel ini terlihat perbedaan pola status perkawinan antara penduduk di daerah perkotaan dan pedesaan. Di samping itu, terlihat pola proporsi penduduk yang berstatus cerai, janda atau duda di daerah pedesaan, baik laki-laki maupun perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan di daerah perkotaan.
Tabel 3. Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Status Perkawinan: Indonesia, 2010 Jenis Kelamin/
Status Perkawinan
Tempat Tinggal
Belum Kawin
Kawin
Cerai Hidup
Cerai Mati
37,07% 34,24% 35,66%
59,63% 62,27% 60,94%
1,01% 1,21% 1,11%
1,59% 1,99% 1,79%
30,66% 25,46% 28,07%
58,25% 61,74% 59,99%
2,44% 2,56% 2,50%
8,29% 10,05% 9,17%
33,87% 29,86% 31,87%
58,94% 62,00% 60,47%
1,73% 1,89% 1,81%
4,93% 6,02% 5,47%
Laki-Laki (L) Perkotaan Pedesaan Indonesia Perempuan (P) Perkotaan Pedesaan Indonesia Jumlah (L+P) Perkotaan Pedesaan Indonesia
Sumber: Data Sensus Penduduk 2010 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
2.3 Menurut Karakteristik Ekonomi Komposisi penduduk menurut karakteristik ekonomi termasuk di dalamnya adalah menurut lapangan usaha, jenis pekerjaan, dan status pekerjaan. Tabel 4 berikut ini adalah contoh pemaparan keadaan penduduk yang dikelompokkan menurut status kegiatannya selama seminggu yang lalu, yaitu yang mencakup (1) bekerja, (2) mencari pekerjaan, (3) sekolah, (4) mengurus tangga, dan (5) lainnya. Tabel 4. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Kelompok Umur dan Kegiatan Seminggu yang Lalu: Indonesia, 2010
Jenis Kegiatan
Laki-laki (L)
Perempuan (P)
Jumlah (L + P)
Bekerja Mencari Pekerjaan Bersedia Bekerja bila Ada yang Menyediakan Bukan Angkatan Kerja Lain-lain
79,20% 1,64% 3,31%
45,03% 1,66% 7,99%
62,07% 1,65% 5,66%
15,36% 0,49%
45,08% 0,24%
30,25% 0,36%
Sumber: Data Sensus Penduduk 2010 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
2.4 Menurut Karakteristik Rumah Tangga Struktur penduduk dapat pula dikelompokkan berdasarkan karakteristik rumah tangga dan keluarga. Umumnya yang tercakup dalam karakteristik rumah tangga dan keluarga tersebut adalah jenis rumah tangga, ukuran anggota rumah tangga, karakteristik kepala rumah tangga, hubungan anggota dengan kepala rumah tangga. Secara umum, perbedaan antara rumah tangga (household) dan keluarga (family) sangat ditentukan oleh ada tidaknya ikatan kekeluargaan di antara anggotanya. Sebuah keluarga lebih didasarkan atas adanya ikatan perkawinan atau ikatan darah, sementara hal ini tidak terlalu diperhatikan dalam konsep rumah tangga. Sebuah rumah tangga dapat terdiri dari rumah tangga yang terdiri atas satu orang anggota atau sekelompok orang yang tinggal bersama tetapi tidak memiliki hubungan persaudaraan atau ikatan perkawinan. Konsep keluarga biasanya dibedakan menjadi keluarga inti (nuclear family) dan keluarga luas (extended family). Kepala rumah tangga secara umum didefinisikan sebagai orang yang bertanggung jawab secara ekonomi dalam suatu rumah tangga. Kaitannya dengan jenis kelamin dari kepala rumah tangga, pada umumnya adalah seorang laki-laki. Namun demikian, ada pula beberapa rumah tangga yang dikepalai oleh seorang wanita. Dalam survei dan sensus, hubungan antara anggota keluarga dengan kepala keluarga dapat disebutkan sebagai berikut: partner (spouse), anak, orang tua, saudara, atau orang lain yang ikut dalam keluarga. 2.5 Menurut Karakteristik Budaya Pengelompokkan penduduk menurut karakteristik budaya umumnya mencakup identitas suku kebangsaan (etnisitas) dan bahasa. Informasi mengenai etnisitas ada sejak sensus tahun 2000. Sebelumnya informasi tentang hal tersebut diproksi melalui pemakaian bahasa. Sebagai bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai kelompok etnis atau suku bangsa dan sub suku bangsa, informasi tentang hal tersebut menjadi sangat perlu. Suryadinata (2003:9) menyebutkan adanya 101 kelompok suku bangsa dan sub suku bangsa yang teridentifikasi dalam sensus 2000. Ada 15 kelompok suku bangsa terbesar yang diacu oleh lebih dari 1 juta orang. Pengertian etnis sebenarnya mengacu pada keturunan yang sama (common ancestry) entah kenyataan atau pun khayalan. Identitas etnis juga mengacu pada dimilikinya unsur-unsur budaya yang sama seperti: bahasa, tradisi, pola-pola kebiasaan (Burkley, 1978 dalam Suryadinata, 2003:10). Dalam sensus penduduk Indonesia tahun 2000 tidak memuat pengertian etnis yang jelas, mungkin semacam pengakuan diri saja bahwa seseorang menganggap dirinya masuk dalam golongan suku bangsa tertentu. Karakteristik budaya lainnya adalah bahasa. Ada tiga macam bahasa yang diidentifikasi yaitu: bahas ibu, bahasa sehari-hari, dan bahasa asing. Sebelum sensus
2000, identifikasi bahasa ini seringkali dijadikan proksi untuk identifikasi suku bangsa seseorang. 3.
Persebaran Penduduk Persebaran penduduk dapat dibagi menjadi dua yaitu: a. Persebaran penduduk berdasarkan geografis b. Persebaran penduduk berdasarkan istrasi pemerintahan
Yang dimaksud persebaran penduduk secara geografis adalah karakteristik penduduk menurut batas-batas alam seperti pantai, sungai, danau, dan sebagainya. Sedangkan persebaran penduduk secara istrasi adalah karakteristik penduduk menurut batas-batas wilayah istrasi yang ditetapkan oleh suatu negara, misalnya jumlah penduduk di desa A adalah 5000 orang. Tabel 5 memperlihatkan distribusi penduduk Indonesia secara geografis dari tahun 1930 hingga tahun 2005. Tabel tersebut juga memperlihatkan ketidakmerataan persebaran penduduk Indonesia. Pulau Jawa dan Madura yang hanya 6.9 persen wilayah Indonesia dihuni oleh 68,7 persen penduduk pada tahun 1930, sementara pada tahun 2005 masih dihuni 58,8 persen. Sedangkan di propinsi lain seperti Kalimantan yang luas 28 persen dari Indonesia hanya dihuni 3,6 persen penduduk pada tahun 1930 dan 5,5 persen pada tahun 2005. Penurunan presentase penduduk di Jawa dan Madura disebabkan oleh salah satunya adalah adanya migrasi, baik melalui program transmigrasi atau migrasi karena kemauan sendiri, keluar dari Jawa ke luar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Ini terlihat dari adanya kecenderungan meningkatnya presentase penduduk di luar Jawa. Banyak faktor yang menyebabkan ketidakmerataan penduduk di suatu wilayah, di antaranya adalah faktor alam (kesuburan tanah dan iklim), sosial ekonomi (ketersediaan srana dan prasarana), budaya, dan politik. Pada akhirnya persoalan ini kadang menimbulkan masalah yang serius bagi pemerintah dan penduduknya, seperti penyediaan lapangan pekerjaan dan sarana pendidikan yang terbatas. Tabel 5. Distribusi Presentase Luas dan Penduduk menurut Pulau Luas Penduduk (%) Wilayah (%) 1930 1961 1971 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 Jawa + Madura 6,9 68,7 65,0 63,8 61,9 60,9 60,0 58,9 59,1 58,8 57,5 Sumatera 24,7 13,5 16,2 17,5 19,0 19,9 20,3 21,0 20,7 21,0 21,3 Kalimantan 28,1 3,6 4,2 4,4 4,5 4,7 5,1 5,5 5,5 5,5 5,8 Sulawesi 9,9 6,9 7,3 7,1 7,1 7,0 7,0 7,3 7,3 7,2 7,3 Pulau Lainnya 30,4 7,3 7,3 7,2 7,5 7,5 7,6 7,3 7,4 7,5 8,1 Pulau
Sumber: Data Sensus Penduduk 2010 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
4.
Piramida Penduduk
Piramida penduduk adalah grafik berbentuk piramida yang merupakan gambaran secara visual dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin. Penggunaan piramida akan membantu memudahkan mengenal dan memahami karakarteristik penduduk suatu wilayah menurut jenis kelamin. Hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam membuat sebuah piramida penduduk yaitu: a) Sumbu vertikal untuk distribusi umur, baik menurut kelompok umur satu tahunan (single year) ataupun lima tahunan (5 year age groups). b) Sumbu horizontal untuk jumlah penduduk, dapat menggunakan jumlah absolut maupun presentase. Dasar piramida dimulai dengan kelompok umur muda dan dilanjutkan ke atas untuk kelompok umur yang lebih tua, misalnya dalam kelompok umur 5 tahunan akan dimulai dengan 0-4 tahun, 5-9 tahun, dan seterusnya sampai umur tertua. c) Puncak piramida untuk umur tua sering dibuat dengan sistem umur terbuka (open-end interval). Misalnya untuk umur 75, 76, 77, 78, dan seterusnya cukup dituliskan 75+. d) Bagian sebelah kiri dan kanan piramida digunakan untuk mewakili penduduk menurut jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. e) Besarnya balok diagram untuk masing-masing kelompok umur harus sama. Menurut bentuknya, dikenal ada lima model piramida penduduk seperti terlihat pada Gambar 1. Model 1 Piramida model ini mempunyai dasar lebar dan slope tidak terlalu curam atau datar. Bentuk semacam ini terdapat pada penduduk dengan tingkat kelahiran dan kematian sangat tinggi, sebelum mereka mengadakan pengendalian terhadap kelahiran maupun kematian. Umur median rendah, sedangkan angka beban tanggungan (dependency ratio) tinggi. Contoh: Piramida Penduduk Indonesia tahun 1971. Model 2 Dibandingkan dengan model 1, dasar piramida model 2 ini lebih lebar dan slope lebih curam sesudah kelompok umur 0-4 tahun sampai ke puncak piramida. Terdapat pada negara dengan permulaan pertumbuhan penduduk yang tinggi/cepat akibat adanya penurunan kematian bayi dan anak-anak tetapi belum ada penurunan fertilitas. Median age (umur median) sangat rendah dan angka beban tanggungan (dependency ratio) sangat tinggi. Contoh: Sri Langka, Meksiko, dan Brazilia (tahun 1970 an). Model 3 Bentuk piramida ini dikenal dengan bentuk sarang tawon kuno (old fashioned beehive). Terdapat pada negara dengan tingkat kelahiran dan kematian yang begitu rendah. Karakteristik yang dimiliki piramida ini yaitu umur median
sangat tinggi, dengan beban tanggungan sangat rendah terutama pada kelompokkelompok umur tua. Contoh: Piramida Penduduk di negara-negara Eropa Barat. Model 4 Piramida penduduk dengan bentuk lonceng/genta (the bellshaped pyramid). Bentuk ini dicapai oleh negara-negara yang paling sedikit sudah 100 tahun mengalami penurunan tingkat kelahiran dan kematian. Umur median cenderung menurun dan angka beban tanggungan meninggi. Contoh: Piramida Penduduk Amerika Serikat. Model 5 Terdapat pada negara yang menjalani penurunan drastis yang tingkat kelahiran dan kematiannya sangat rendah. Penurunan tingkat kelahiran yang terus menerus akan menyebabkan berkurangnya jumlah absolut penduduk. Contoh: Piramida Penduduk Jepang tahun 1980 an. Gambar 1 Model Piramida Penduduk
Seperti halnya dengan dinamika jumlah penduduk secara total, komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, sebagai data dasar pada piramida penduduk sangat ditentukan oleh tiga faktor utama demografi yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan perpindahan penduduk (mobilitas).
Berdasarkan komposisi penduduk umur dan jenis kelamin, maka karakteristik penduduk dari suatu negara dapat dibedakan atas tiga ciri yaitu: a. Expansive
b. Constrictive
c. Stationary
: jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda. Tipe ini umumnya terdapat pada negaranegara yang mempunyai angka kelahiran dan angka kematian tinggi. : jika penduduk yang berada dalam kelompok termuda jumlahnya sedikit. Tipe ini terdapat pada negaranegara di mana tingkat kelahiran turun dengan cepat, dan tingkat kematiannya rendah. : jika banyaknya penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama, kecuali pada kelompok umur tertentu. Tipe ini terdapat pada negara-negara yang mempunyai tingkat kelahiran dan tingkat kematian rendah.
Gambar 2 Tiga Tipe Piramida Penduduk
Piramida Penduduk Indonesia Gambar 3 memperlihatkan bentuk piramida penduduk Indonesia tahun 2000 dan 2010. Dari gambar tersebut terlihat bahwa dasar piramida masih lebar, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Hal itu disebabkan karena, masih tingginya angka kelahiran di Indonesia, walaupun secara relatif angka ini telah menurun beberapa dekade terakhir. Penduduk kelompok umur muda (0-4 tahun) tercatat sebanyak 10.295.701 laki-laki dan 10.006.675 perempuan pada tahun 2000, kemudian pada tahun 2010 menjadi 11.662.369 laki-laki dan 11.016.333 perempuan.
Gambar 3 Piramida Penduduk Indonesia, 2000 dan 2010
Sumber : Kompas
Dengan memperhatikan bentuk piramida penduduk Indonesia tahun 2000 dan 2010, dikatakan bahwa penduduk Indonesia memiliki ciri penduduk dengan kondisi intermediate, ataupun terlihat masih mempunyai ciri penduduk agak expansive, walaupun cenderung mulai constrictive. Hal itu ditandai dengan masih lebarnya bidang pada kelompok umur muda, mulai bertambahnya bidang pada kelompok usia produktif, makin melebarnya bidang pada kelompok usia lanjut. Pada tahun 2010 terlihat penduduk laki-laki umur 60 tahun ke atas 8.290.064 orang dan penduduk perempuan umur 60 tahun ke atas 9.753.648 orang. 5.
Rasio Ketergantungan
Ada tiga pengelompokkan penduduk berkenaan dengan kaitan antara struktur umur dan kemampuan berproduksi secara ekonomi, yaitu : Kelompok penduduk usia muda, yaitu mereka yang berumur di bawah 15 tahun (0-14 tahun). Kelompok penduduk usia produktif, yaitu penduduk umur 15-64 tahun, dan kelompok penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas).
Berdasarkan komposisi penduduk menurut kelompok umur tersebut di atas, dapat ditentukan apakah penduduk suatu wilayah tertentu tergolong penduduk tua atau penduduk muda. Umumnya, penduduk negara maju tergolong penduduk tua dan penduduk negara berkembang tergolong usia penduduk muda. Penggolongan tersebut dilakukan menurut kriteria berikut :
Kelompok Umur
Penduduk Tua
Penduduk Muda
0-14 tahun
≤ 30%
≥ 40%
15-64 tahun
≥ 60%
≤ 55%
65 + tahun
≥ 10%
≤ 5%
Tabel 6 menunjukkan komposisi penduduk di Indonesia menurut tiga kelompok umur. Pada tahun 2000, Indonesia memiliki penduduk usia muda sekitar 30,6%, penduduk usia produktif 64,8%, dan penduduk usia lanjut 4,6%. Angka ini jauh berbeda dengan situasi pada tahun 1990. Dengan kata lain, selama periode tahun 1990 – 2000 telah terjadi peningkatan komposisi penduduk usia lanjut, dan dikenal dengan istilah proses penuaan (aging process) atau proses transisi umur dari penduduk muda ke penduduk tua. Tabel 6. Struktur Umur Penduduk Indonesia: 1990, 1995, 2000
0-14 tahun
1990 Juta % 66,0 36,7%
1995 Juta % 65,4 33,5%
2000 Juta % 64,4 30,6%
15-64 tahun
107,2 59,6%
121,7 62,3%
136,6 64,8%
Kelompok Umur
65 + tahun Sumber : BPS, 1993
6,6
3,7%
8,2
4,2%
9,7
4,6%
Dari pembagian tiga kelompok umur tersebut, diperoleh ukuran rasio ketergantungan (dependency ratio), baik untuk kelompok usia muda (youth dependency, 0-14) dan kelompok usia tua (aged dependency, 65 +). Rasio ketergantungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk yang tidak produktif (penduduk usia muda dan usia lanjut) dengan banyaknya penduduk usia produktif (penduduk usia 15-64 tahun). Secara matematis, hubungan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
Dependency = youth dependency + aged dependency
Dependency =
P0-14 P15-64
x 100 +
P65+ P15-64
x 100
(Eq.4)
Dengan memperhatikan kedua rasio ketergantungan tersebut, untuk usia muda dan usia lanjut, kita dapat mengetahui kelompok umur mana yang berkontribusi paling besar/sedikit dalam rasio ketergantungan total. Dengan menggunakan data pada Tabel 2.8 dan rumus ketergantungan di atas (Eq.4), dapat diketahui rasio ketergantungan penduduk Indonesia pada tahun 1990 dan 2000 sebagai berikut : 64,4 + 9,7
Rasio ketergantungan (thn. 2000) =
Youth dependency (thn. 2000) =
Aged dependency (thn. 2000) =
136,3 64,4
136,3 9,7 136,3
x 100 = 54,4
x 100 = 47,2
x 100 = 7,1
Secara singkat, pada tahun 2000, rasio ketergantungan adalah 54,4. Hal ini berarti bahwa setiap 100 penduduk Indonesia usia produktif harus menanggung sekitar 54 penduduk yang tidak produktif, 47 orang berasal dari kelompok usia muda dan 7 orang dari kelompok usia lanjut. Angka ini jauh lebih rendah dari rasio ketergantungan pada tahun 1990, yaitu 67,7. Namun demikian, rasio ketergantungan penduduk usia tua meningkat selama dekade tersebut, yaitu 6,2 pada tahun 1990 dan 7,1 pada tahun 2000. Sebaliknya, rasio ketergantungan penduduk usia muda semakin menurun. 6.
Umur Median dan Struktur Umur Penduduk
Umur median adalah umur yang membagi penduduk menjadi dua bagian dengan jumlah yang sama, bagian yang pertama lebih muda dan bagian yang kedua lebih tua daripada umur median. Kegunaan dari ukuran umur median adalah untuk mengukur tingkat pemusatan penduduk pada kelompok-kelompok umur tertentu. Rumus umur median adalah : N Umur Median = 1Md +
2
f(x) i fMd
Keterangan : 1Md
= batas bawah kelompok umur yang mengandung N/2
N
= jumlah penduduk total
f(x)
= jumlah penduduk kumulatif sampai dengan kelompok umur yang mengandung N/2
fMd
= jumlah penduduk pada kelompok umur di mana terdapat nilai N/2
i
= kelas interval umur
Dengan menggunakan ukuran umur median ini dapat ditentukan kategori penduduk suatu wilayah dengan berdasarkan hal-hal berikut : Penduduk muda
: < 20 tahun
Penduduk intermediate : 20-29 tahun Penduduk tua
: > 30 tahun
Sebagai contoh, Tabel 6 menyajikan data penduduk Indonesia menurut kelompok umur lima tahunan dan jumlah kumulatifnya (dan presentase) dari data SUPAS 1995. Dari data tersebut diperoleh : N 2
=
194.756 2
= 97.377,5
(angka ini berada pada kelompok umur 20-24 tahun dengan jumlah kumulatif 103.379) 1Md = 20 (batas bawah) Dari kelompok umur 20-24 tahun kita ingin mencari x ? 20
86.228
X=
X
24
97.377,5
103.379
97.377,5 – 86.228 103.379 – 86.228
Tabel 7. Penduduk Indonesia, 1995 (ribuan) Kelompok Jumlah Umur Kumulatif % Kumulatif (tahun) Penduduk 0-4 20.452 20.452 10,50 5-9 21.788 42.240 21,69 10-14 23.709 65.949 33,86 15-19 20.279 86.228 f(x) 44,28 20-24 17.151 103.379 √ 53,08 25-29 16.308 119.687 61,46 30-34 14.982 134.669 69,15 35-39 14.119 148.788 76,40 40-44 11.103 159.891 82,10 45-49 8.251 168.142 86,34 50-54 7.120 175.262 89,99 55-59 6.195 181.457 93,17 60-64 5.182 186.639 95,83 65-69 3.556 190.195 97,66 70-74 2.448 192.643 98,92 75 + 2.112 194.755 100,00 Jumlah 194.755 Sumber : diolah dari BPS, SUPAS 1995, Tabel 02 seri S2
Dengan rumus umur median diperoleh : 194.775 Md = 20 +
86.228
2
5
17.151
= 20 +
= 20 +
97.377,5 – 86.228 17.151
11.149,5 17.151
= 20 + 0,6500787 x 5 = 20 + 3,25 = 23,25
5
5
Dengan demikian, umur median penduduk Indonesia pada tahun 1995 adalah 23,3 tahun, berarti setengah dari jumlah penduduk berusia lebih muda dari 23,3 tahun dan setengahnya berusia lebih tua dari 23,3 tahun. Umur median ini terletak di antara 20 dan 30 tahun. Dengan kata lain, penduduk Indonesia dapat dikategorikan sebagai penduduk intermediate, transisi dari penduduk muda (young population) menuju penduduk tua (old population). Selain umur median, proporsi penduduk usia tua (aged person) juga dapat dipakai sebagai ukuran “tua mudanya” suatu penduduk. Suatu penduduk dikatakan tua jika presentase penduduk 65 tahun ke atas lebih dari 10 persen seperti Jepang (12,1 persen pada tahun 1990). Sementara Indonesia tahun 2005 presentase penduduk 65 tahun ke atas baru 4,6 persen. Jadi dapat dikatakan penduduk Indonesia termasuk penduduk muda. 7.
Rasio Kepadatan Penduduk (density ratio)
Rasio kepadatan penduduk adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk terhadap luas wilayah atau berapa banyaknya penduduk per kilometer persegi pada tahun tertentu, atau dapat ditulis sebagai berikut :
Rasio Kepadatan Penduduk =
Jumlah Penduduk Luas Wilayah (km2)
Jumlah penduduk yang digunakan sebagai pembilang dapat berupa jumlah seluruh penduduk di seluruh wilayah tersebut atau bagian-bagian penduduk tertentu seperti penduduk pedesaan atau penduduk yang bekerja di sektor pertanian, sementara penyebutnya bisa seluruh luas wilayah, luas daerah pertanian, atau luas pedesaan. Dari Tabel 8 terlihat bahwa rasio kepadatan penduduk tertinggi berada di provinsi yang ada di Pulau Jawa. DKI Jakarta sebagai ibukota negara memiliki rasio kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia. Pada tahun 2010, di provinsi DKI Jakarta setiap satu kilometer persegi dihuni oleh 14.469 orang, sementara di provinsi Papua Barat dihuni hanya oleh 8 orang dan di provinsi Papua dihuni hanya oleh 10 orang setiap satu kilometer persegi. Karena adanya pertambahan penduduk, ada kecenderungan rasio kepadatan penduduk meningkat dari tahun 1971 hingga tahun 2010 untuk setiap provinsi.
Tabel 8. Kepadatan Penduduk per km2 menurut Provinsi, 1971 – 2010 Tahun 1971 1980 1990 2000 2005 00. Indonesia 62 78 95 108 116 11. Nanggroe Aceh Darussalam 36 50 66 76 78 12. Sumatera Utara 93 114 139 158 169 13. Sumatera Barat 56 79 93 99 106 14. Riau 17 23 35 52 62 15. Jambi 22 27 38 45 49 16. Sumatera Selatan 33 50 68 67 73 17. Bengkulu 24 39 60 74 78 18. Lampung 83 131 170 191 201 19. Kep. Bangka Belitung na na na 56 65 20. Kepulauan Riau na na na na na 31. DKI Jakarta 7,762 9,794 12,439 12,592 13,344 32. Jawa Barat 467 794 1,023 1,033 1,126 33. Jawa Tengah 640 780 876 959 982 34. DI Yogyakarta 785 863 914 980 1,049 35. Jawa Timur 532 609 678 726 757 36. Banten na na na 936 1,044 51. Bali 381 438 493 559 601 52. Nusa Tenggara Barat 109 135 167 199 208 53. Nusa Tenggara Timur 48 58 69 83 90 61. Kalimantan Barat 14 17 22 27 28 62. Kalimantan Tengah 5 6 9 12 12 63. Kalimantan Selatan 45 47 60 69 75 64. Kalimantan Timur 4 5 8 11 12 71. Sulawesi Utara 90 139 162 132 139 72. Sulawesi Tengah 13 20 27 35 36 73. Sulawesi Selatan 71 97 112 129 136 74. Sulawesi Tenggara 26 25 35 48 51 75. Gorontalo na na na 68 75 76. Sulawesi Barat na na na na na 81. Maluku 15 30 40 26 27 82. Maluku Utara na na na 25 29 91. Papua Barat na na na na na 92. Papua 2 3 5 6 7 Sumber : (www.data-statistikindonesia.com) dan (http://anapangesti.blogspot.com/) Provinsi
2010 124 78 178 115 64 62 81 86 220 74 205 14,469 1,217 987 1,104 784 1,100 673 242 96 30 14 94 17 164 43 172 59 92 69 33 32 8 10
Menurut Mantra (2000) kepadatan penduduk dapat dibagi menjadi tiga jenis kepadatan penduduk yaitu : 1. Kepadatan penduduk kasar (crude population density) 2. Kepadatan penduduk fisiologis (physiological density) 3. Kepadatan penduduk agraris (agriculture density)
Kepadatan penduduk kasar adalah banyaknya penduduk per satuan luas. Luas yang dipakai sebagai penyebut adalah luas daratan suatu pulau atau suatu wilayah yang bersangkutan tanpa membedakan daerah yang tandus atau subur. Tabel 8 menggambarkan kepadatan penduduk kasar di masing-masing provinsi di Indonesia dari tahun 1971 – 2010. Kepadatan penduduk fisiologis adalah jumlah penduduk tiap kilometer persegi lahan pertanian, atau dengan rumus : Jumlah penduduk suatu wilayah Rasio Penduduk Fisiologis = Luas lahan pertanian (km2) Kepadatan penduduk agraris adalah jumlah penduduk petani tiap-tiap km2 lahan pertanian, atau dengan rumus : Rasio Penduduk Agraris =
Jumlah penduduk petani suatu wilayah Luas lahan pertanian (km2)
Persebaran Penduduk dan Pembangunan Menurut Duncan terdapat empat aspek human ecology dilengkapi dengan satu aspek pelengkap (kultur). Aspek-aspek tersebut adalah : a) b) c) d) e)
Penduduk (population) Lingkungan (environment) Kegiatan (sustainance activities) Teknologi (technology) Kultur budaya (culture)
Lima aspek di atas berinteraksi satu sama lainnya. Perubahan pada salah satu aspek akan mendatangkan perubahan pada aspek lainnya. Keseimbangan penduduk harus memenuhi dua kriteria yang menarik yaitu : a) Pembangunan daerah disesuaikan dengan prioritas dan potensi daerah masing-masing b) Adanya keseimbangan pembangunan antar daerah Proses mempersiapkan keseimbangan penduduk tersebut sangat erat kaitannya dengan berbagai fenomena pembangunan yaitu pembangunan daerah, desa, industri dan jasa, pekerja dan daerah transmigrasi. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang menjamin keserasian, keselarasan, dan keseimbangan penduduk dengan lingkungan hidup, sehingga dapat menunjang kehidupan bangsa dari generasi ke generasi sepanjang masa. Pembangunan seperti ini merupakan upaya sadar dan berencana dalam menggunakan dan mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia secara bijaksana.
Penduduk dalam segala matranya merupakan salah satu modal dasar dan sumber daya manusia yang produktif bagi pembangunan nasional di segala bidang, apabila perkembangan dalam kuantitas yang memadai, kualitas yang tinggi, serta persebaran yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Sumber bacaan : 1. Biro Pusat Statistik. Sensus Penduduk Tahun 2010.Jakarta. 2. Lembaga Demografi. 2006. Dasar-dasar Demografi (draft edisi revisi). 3. Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum (edisi kedua). Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 4. Suryadinata, Leo, Evi Nurvidya Arifin dan Aris Ananta. 2003. Penduduk Indonesia. Etnis dan Agama dalam Pembangunan Politik. Jakarta. LP3ES. 5. www.data-statistikindonesia.com 6. anapangesti.blogspot.com