ISOLASI BAHAN ALAM LAPORAN PRAKTIKUM Isolasi Etil p-Metoksi Sinamat dari Rimpang Kencur (Kaempferia galangaL.) dengan Metode Ekstraksi Sokletasi dan Maserasi
Oleh: Ni Wayan Sri Ratmini
1313031046
I Wayan Sudarma
1313031060
Ni Made Budi Rahayu
1313031072
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2015
Isolasi Etil p-Metoksi Sinamat dari Rimpang Kencur (Kaempferia galangaL.) dengan Metode Ekstraksi Sokletasi dan Maserasi Abstrak Percobaan ini bertujuan untuk (1) mengetahui jumlah rendemen etil p-metoksi sinamat (EPMS) dari rimpang kencur dengan metode ekstraksi sokletasi dan maserasi; dan (2) mengatahui metode yang lebih baik dalam menghasilkan kristal EPMS lebih banyak antara metode sokletasi dan maserasi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penenlitian ini adalah metode experimen dengan mengekstrak senyawa EPMS dari rimpang kencur menggunakan metode ekstraksi sokletasi dan maserasi. Jumlah rendemen EPMS yang dihasilkan dengan menggunakan metode sokletasi sebanyak 2,67% dan metode maserasi sebanyak 2,65%. Berdasarkan jumlah rendemen yang dihasilkan, metode sokletasi lebih baik daripada metode maserasi dalam mengekstrak senyawa EPMS dari rimpang kencur. Selain itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mencari hubungan antara metode yang digunakan dalam ekstraksi EPMS dan jumlah rendemen yang dihasilkan. Kata Kunci: kencur, etil p-metoksi sinamat, metode sokletasi, dan metode maserasi Abstract This research aims to (1) determine the number of ethyl p-methoxycinamate (EPMS) yield from rhizome kencur with soxhletation extraction method and maceration; and (2) determine the better method to produce crystals EPMS more between soxhletation and maceration method. Data collection methods used in this study was the experimental method by extraction the EPMS compound from the rhizome kencur using soxhletation and maceration extraction methods. The amount of EPMS yield generated by using soxhletation methods as much as 2.67% and 2.65% for maceration method. Based on the amount of resulting yield, soxhletation method is better than maceration method in extracting EPMS compounds from rhizomes kencur. In addition, further research is needed to find the relationship between the method used in the extraction EPMS and the amount of yield produced. Keywords: Kencur, etil p-methoxycinamate, soxhletation method, and maceration method.
PENDAHULUAN Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu tanaman yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Masyarakat tradisional sering menggunakan kencur sebagai bumbu penyedap. Namun, seiring berkembangnya zaman, kencur banyak digunakan sebagai bahan baku obat, fitofarmaka, industry kosmetik, dan rempah-rempah serta bahan campuran saus rokok pada industri rokok kretek. Selain itu, kencur juga digunakan sebagai bahan baku bioinsektisida. Secara empirik, kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, ekspektoran, obat batuk, disentri, tonikum, infeksi bakteri, masuk angina, dan sakit perut. Sehingga keberadaan kencur sangat diperlukan oleh khlayak. Secara kimiawi, kencur mengandung begitu banyak senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Kandungan senyawa dari rimpang kencur meliputi: etil sinamat, etil pmetoksi sinamat, p-metoksi stiren, kamfen, dan borneol. Etil p-metoksi sinamat merupakan komponen utama dari kencur yang mudah untuk diisolasi dan dimurnikan karena kadarnya cukup tinggi. Etil p-metoksi sinamat merupakan senyawa tabir surya atau pelindung kulit dari sengatan sinar matahari. Sehingga isolasi senyawa etil p-metoksi sinamat dari rimpang kencur sangat perlu untuk dilakukan. Mengingat begitu besarnya potensi senyawa etil p-metoksi sinamat, maka perlu metode yang tepat untuk mengisolasi/memisahkan senyawa tersebut dari rimpang kencur. Dua metode yang baik digunakan untuk mengisolasi senyawa etil p-metoksi sinamat dari begitu banyak metode ekstraksi adalah metode ekstraksi maserasi dan metode sokletasi. Kedua metode ini memiliki perbedaan yang sangat khas ditinjau dari temperature ekstraksi serta proses ekstraksinya. Melihat perbedaan tersebut, tentunya akan menghasilkan rendemen etil p-metoksi sinamat yang berbeda pula, sehingga perlu dilakukan pemilihan metode yang tepat. Dalam rangka usaha pengembangan dan pemanfaatan senyawa etil p-metoksi sinamat, maka diperlukan metode pemisahan yang efektif untuk mengisolasi senyawa tersebut dari rimpang kencur. Penelitian terhadap metode maserasi dan sokletasi sangat perlu untuk dilakukan sehingga dihasilkan senyawa etil p-metoksi sinamat dalam jumlah banyak. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah: Berapakah jumlah rendemen etil p-metoksi sinamat yang dihasilkan dari rimpang kencur dengan metode ekstraksi sokletasi dan maserasi? metode manakah yang menghasilkan etil p-metoksi sinamat (EPMS) lebih banyak antara metode sokletasi dan maserasi? Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan dari percobaan ini, yaitu untuk mengetahui jumlah rendemen Etil p-Metoksi Sinamat yang dihasilkan dari rimpang kencur dengan metode ekstraksi sokletasi dan maserasi dan untuk mengetahui
metode yang menghasilkan etil p-metoksi sinamat (EPMS) lebih banyak antara metode sokletasi dan maserasi. KAJIAN PUSTAKA Kencur merupakan tanaman yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan dengan tanah yang gembur dan tidak banyak air. Tanaman kencur tidak berbatang, rimpang bercabang, berdesak-desakan, kadang-kadang berumbi dan memiliki bunga berwarna putih. Daun dari tanaman ini berbentuk jorong dan berjumlah 1-3 helai. Berdasarkan daunnya terdapat dua jenis kencur, yaitu berdaun lebar terhampar diatas tanah dan berdaun sempit agak tegak. Adapun klasifikasinya sebagai berikut. Nama Kingdom Sub kingdom Divisi Sub divisi Kelas
Kencur (Kaempferia galanga L.) Plantae (Tumbuhan) Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Spermatophyta (Menghasilkan biji) Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub kelas Ordo Famili Genus Jenis
Commelinidae Zingiberales Zingiberaceae (suku jahe-jahean) Abelmoschus Kaempferia
Spesies Kaempferia galanga L. Komposisi kimia dalam rimpang kencur adalah pati, mineral, minyak atsiri yang berupa sineol, asam metil kanil dan pentadekaan, asam sinamat, etil ester, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisat, dan alkaloid. Etil p-metoksi sinamat yang terkandung dalam kencur merupakan senyawa turunan sinamat. Beberapa peneliti terdahulu berhasil mengisolasi Etil p-Metoksi Sinamat dari rimpang kencur sebanyak 0,8-1,26%. Etil p-Metoksi Sinamat (EPMS) merupakan bahan dasar senyawa tabir surya yaitu pelindung kulit dari sengatan sinar matahari dengan struktur sebagai berikut.
Gambar 1. Struktur Etil p-Metoksi sinamat
Dilihat dari strukturnya, EPMS termasuk golongan senyawa ester yang mengandung cincin benzena dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar serta gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar, sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut
yang mempunyai variasi kepolaran yang rendah seperti, etanol, etil asetat, metanol, air, dan heksana. Pada praktikum ini, heksana digunakan sebagai pelarut. Heksana merupakan cairan yang tidak berwarna pada suhu kamar dengan titik didih antara 50 dan 70 °C dan berbau sepeti bensin. Secara luas, heksana digunakan sebagai pelarut non-polar yang murah, relatif aman, secara umum tidak reaktif, dan mudah diuapkan. Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan senyawa kimia tertentu dari suatu bahan alam dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa dilakukan dengan berbagai metode yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi. Pada proses ekstraksi, sampel yang digunakan bisa dalam keadaan segar atau yang telah dikeringkan, tergantung pada sifat tumbuhan dan senyawa yang akan diisolasi. Senyawa utama dalam suatu bahan alam dapat diekstraksi dengan pelarut yang sesuai. Metode ekstraksi maserasi merupakan suatu proses ekstraksi simplisia yang menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu kamar. Sedangkan metode ekstraksi sokletasi ialah ekstraksi yang mengunakan pelarut yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Metode ekstraksi maserasi dan sokletasi memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan metode ekstraksi lainnya. Keuntungan utama metode ekstraksi maserasi yaitu, (1) prosedur dan peralatan yang digunakan sederhana; dan (2) tidak memerlukan proses pemanasan sehingga bahan alam tidak terurai. Metode ekstraksi sokletasi merupakan metode esktraksi yang dapat menghasilkan esktrak yang banyak dengan jumlah pelarut yang digunakan lebih sedikit (efisiensi bahan), waktu yang diperlukan lebih sedikit, dan senyawa yang diinginkan dapat terekstraksi secara sempurna karena dilakukan berulang-ulang. Berdasarkan kajian pustaka, maka diajukan hipotesis yaitu jumlah rendemen etil pmetoksi sinamat yang dihasilkan dari rimpang kencur dengan metode ekstraksi sokletasi lebih banyak daripada metode ekstraksi maserasi.
METODE Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat ekstraksi soklet, statif dan klem, hot mantle, labu dasar bulat, batu didih, aluminium foil, blender, neraca analitik, spatula, gelas ukur. Bahan-bahan yang digunakan adalah kencur kering, n-heksana, Natrium Sulfat anhidrat dan kertas saring. Prosedur Kerja Persiapan sampel Sebelum melakukan proses ekstraksi, tahap pertama yang dilakukan adalah tahap persiapan sampel. Pada tahap persiapan sampel hal yang dilakukan adalah mengiris tipis 3 kg kencur yang telah dibeli di pasar kemudian mengeringkannya tanpa matahari selama satu minggu. Setelah proses pengeringan, kencur kemudian dihaluskan menggunakan blender dan selanjutnya ditimbang. Berikut ini skema tahap persiapan sampel.
Ekstraksi sokletasi Setelah tahap persiapan sampel, selanjutnya adalah tahap ekstraksi. Ekstraksi yang pertama dilakukan adalah ekstraksi sokletasi. Untuk melakukan ekstraksi sokletasi hal pertama yang dilakukan adalah merangkai alat sokletasi. Selanjutnya memasukkan 250 mL n-heksana dan tiga butir batu didih kedalam labu dasar bulat kemudian membungkus 50 gram kencur kering yang telah dihaluskan dengan kertas saring dan memasukkannya ke dalam
Gambar 3. Ekstraksi Sokletasi
ruang ekstraktor soklet (Gambar 3.). Setelah semuanya dirangkai sedemikian rupa, selanjutnya keran air dihidupkan agar air terus mengalir dan disaat bersamaan hot mantle juga dihidupkan
untuk memanaskan labu dasar bulat. Siklus yang terjadi diamati selama 5 jam dan mencatat jumlah siklus yang terjadi. Setelah siklus selesai selama 5 jam, alat soklet didiamkan hingga dingin kemudian sampel sisa disimpan dalam wadah, dan pelarut disimpan dalam Erlenmeyer untuk selanjutnya didestilasi. Ekstraksi maserasi Setelah melakukan ekstraksi sokletasi, langkah selanjutnya adalah ekstraksi maserasi. Tahap pertama yang dilakukan pada ekstraksi maserasi adalah memasukkan magnetic stirrer dan 50 gram kencur kering yang telah dihaluskan ke dalam botol kaca. Selanjutnya sebanyak 205 mL n-heksana juga dimasukkan ke dalam botol kaca. Setelah itu campuran diaduk dengan menghidupkan pengaduk pada heater selama 5 jam (Gambar 4.). Setelah 5 jam,
Gambar 4. Ekstraksi Maserasi
pengaduk dimatikan, kemudian campuran disaring. Sampel sisa disimpan dalam wadah dan pelarut disimpan dalam Erlenmeyer untuk selanjutnya didestilasi. Destilasi Langkah selanjutnya adalah destilasi. Destilasi dilakukan untuk pelarut hasil ekstraksi sokletasi dan pelarut hasil ekstraksi maserasi dengan prosedur kerja yang sama. Hal pertama yang dilakukan adalah merangkai alat destilasi kemudian memasukkan pelarut hasil sokletasi atau pelarut hasil maserasi ke dalam labu dasar bulat. Setelah semuanya siap, keran air dihidupkan agar air pada pendingin liebdig mengalir, di saat bersamaan heater juga dihidupkan dan mengatur suhu cairan antara 500-700 C. Pemanas dimatikan bila cairan pada labu dasar bulat tersisa kurang lebih 10 mL. Cairan tersebut disimpan pada gelas kimia kemudian ditutup dengan aluminium foil yang telah dilubangi kecil-kecil pada bagian atasnya. Kristalisasi Pada tahap kristalisasi, gelas kimia yang berisi cairan hasil destilasi pelarut hasil ekstraksi sokletasi dan pelarut hasil ekstraksi maserasi ditutup dengan aluminium foil yang telah dilubangi bagian atasnya. Cairan tersebut didiamkan pada suhu kamar hingga terbentuk kristal-kristal EPMS. Perhitungan Kristal hasil Kristalisasi Pada tahap ini, kristal dan minyak hasil rekristalisasi hasil sokletasi dan maserasi ditimbang massanya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil ekstraksi yang dilaksanakan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, pada tanggal 10 – 30 September 2015 mulai pukul 10.00-18.00 WITA, rendemen senyawa etil p-metoksi sinamat yang dihasilkan dari rimpang kencur dengan menggunakan metode ekstraksi maserasi dan ekstraksi sokletasi berbeda. Sebanyak 50 gram serbuk rimpang kencur kering udara diekstraksi dengan kedua metode tersebut selama 5 jam memberikan hasil sebagai berikut. Tabel 1. Data kristal metode ekstraksi sokletasi dan maserasi Metode
Kencur
Maserasi Sokletasi
50 gram 50 gram
Kristal EPMS 1,3268 gram 1,689 gram
Minyak
% Rendemen
1,147 gram 1,503 gram
kristal EPMS 2,65% 3,378 %
Dari hasil pengamatan menunjukan pada ekstraksi sokletasi, kondensasi pertama dari pelarut terjadi pada kolom pertama pada kondensor yang mana terjadi pada menit ke-7 setelah pemanas dihidupkan. Siklus pertama pada ekstrraksi sokletasi terjadi 13 menit setelah kondensasi. Siklus kedua terjadi setelah 5 menit, siklus ketiga terjadi setelah 5 menit siklus selanjutnya konstan terjadi dalam selang waktu 5 menit. Setelah 5 jam ekstraksi, sebanyak 57 siklus terjadi pada ekstraksi sokletasi yang menyebabkan serbuk rimpang kencur mengalami 57 kali perendaman. Hasil siklus pertama menyebabkan warna pelarut menjadi kuning yang mengindikasikan terekstraknya senyawa etil p-metoksi sinamat dari rimpang kencur. Selanjutnya ditambahkan 50 mL n-hexana pada hasil ekstraksi sokletasi tersebut. Setelah proses sokletasi, kemungkinan masih ada air yang terkandung dalam hasil ekstraksi. Oleh karena itu diperlukan penambahan zat anhydrous (natrium sulfat). Setelah itu hasil ekstraksi didiamkan selama 1 minggu untuk selanjutnya didestilasi. Metode maserasi menghasilkan ekstrak yang berwarna kuning pucat. Warna kuning pucat mengindikasikan adanya ekstrak senyawa etil p-metoksi sinamat dari rimpang kencur. Selanjutnya ditambahkan 100 mL n-hexana pada hasil ekstraksi maserasi tersebut. Setelah proses maserasi, kemungkinan masih ada air yang terkandung dalam hasil ekstraksi. Oleh karena itu diperlukan penambahan zat anhydrous (natrium sulfat). Selanjutnya pelarut yang dihasilkan disimpan selama seminggu untuk selanjutnya didestilasi. Proses destilasi dilakukan pada kedua pelarut hasil ekstraksi sokletasi dan maserasi. Perlu diketahui bahwa titik didih dari n-hexana adalah 59 0C, jadi suhu harus dijaga antara 50700C. Pada destilasi pelarut hasil sokletasi, destilat pertama yang merupakan n-hexana diperoleh pada suhu 540C. Destilasi dihentikan saat pelarut yang tersisa kira-kira ±10 mL.
Cairan sisa yang berwarna coklat kemerahan merupakan minyak atsiri dari kencur yang masih terdapat sedikit pelarut n-hexana, jadi cairan sisa ini disimpan dengan aluminium foil yang dilubangi kecil-kecil diatasnya agar pelarut hexana dapat menguap. Pada destilasi pelarut hasil maserasi, pelarut tersebut mulai mendidih pada suhu 51 0C dan destilat (n-hexana) pertama menetes pada suhu 54 0C. Cairan sisa berwarna kuning kecoklatan yang diperoleh kira-kira ±10 mL. Cairan sisa ini diperlakukan sama seperti cairan sisa hasil destilasi pelarut sokletasi. Langkah selanjutnya adalah kristalisasi dari EPMS yang terdapat dalam minyak atsiri kencur. Setelah didiamkan selama dua minggu, terbentuk kristal yang berwarna kekuningan pada cairan sisa hasil destilasi pelarut sokletasi dan maserasi. Kemudian Kristal yang dihasilkan dicuci dengan n-hexana kemudian dikeringkan. Kristal EPMS yang terbentuk dari minyak atsiri hasil ekstraksi sokletasi dan ekstraksi maserasi yang telah direkristalisasi dapat dilihat pada gambar 5 dan 6 berikut.
Gambar 5. Kristal EPMS yang terbentuk dari minyak atsiri hasil sokletasi
Gambar 6. Kristal EPMS yang terbentuk dari minyak atsiri hasil maserasi
Gambar 7. Minyak EPMS hasil sokletasi sokletasi
Gambar 8. Minyak EPMS hasil
Berdasarkan massa kristal EPMS hasil ekstraksi maserasi dan sokletasi diatas, maka dapat dihitung rendemen kristal EPMS dari hasil maserasi dan sokletasi sebagai berikut. Rendemen kristal EPMS hasil ekstraksi sokletasi: Rendemen kristal EPMS sokletasi=
massa kristal EPMS × 100 massa kencur
Rendemen kristal EPMS sokletasi=
1,689 gram ×100 50 gram
Rend emen kristal EPMS sokletasi=3,378
Rendemen kristal EPMS hasil ekstraksi maserasi: Rendemenkristal EPMS maserasi=
massa kristal EPMS ×100 massa kencur
Rendemen kristal EPMS maserasi=
1,3268 gram × 100 50 gram
Rendemen kristal EPMS maserasi=2,65
Uji t-test Selanjutnya untuk menguji hipotesis digunakan uji statistika yaitu t-test (uji satu arah pihak kanan). Adapun data yang digunakan untuk uji t-test merupakan hasil yang diperoleh dari 4 percobaan dengan data yang ditunjukkan pada Tabel 2. sebagai berikut. Tabel 2. Data kristal hasil metode ekstraksi sokletasi dan maserasi dari empat percobaan
Percobaa n
Kristal EPMS Sokletasi
Kristal EPMS Maserasi
1
1,689 gram
1,3268 gram
2
1,98 gram
1,01 gram
3
1,2092 gram
1,1119 gram
4
1,1156 gram
1,1342 gram
Mean
1,498
1,146
Σ(x – x )2
0,498
0,052
I.
Merumuskan hipotesis Hipotesis awal dan hipotesis alternative adalah sebagai berikut: H0 : Jumlah kristal EPMS yang dihasilkan dengan metode ekstraksi sokletasi sama dengan jumlah kristal EPMS yang dihasilkan dengan metode ekstraksi maserasi. Ha : Jumlah kristal EPMS yang dihasilkan dengan metode ekstraksi sokletasi lebih banyak dibandingkan dengan jumlah kristal EPMS yang dihasilkan dengan metode ekstraksi maserasi. II. Menentukan standard deviasi (s) Standar deviasi sampel EPMS dari kencur melalui metode sokletasi.
s=
√
Σ(x−x )2 n−1
s1 =
√
s1 =
√ 0,166
0,498 4−1
s1 = 0.407 Standar deviasi sampel EPMS dari kencur melalui metode maserasi.
s= s2 = s2 =
√
Σ(x−x )2 n−1
√
0,052 4−1
√ 0,017 3
s2 = 0.132
x 1−x 2 t=
√
s 12 s 2 2 + n1 n2 1, 498−1,146
t=
√
0,4072 0,1322 + 4 4
t=
0,352 √0, 041+0,004
t=
0,352 0,2121
t = 1,660 Nilai t pada tabel untuk taraf signifikan 0.05 dengan jumlah data 4 adalah 2,776 sedangkan nilai t hitung dengan taraf signifikan 0.05 dengan jumlah data 4 adalah 1,660. Berdasarkan hasil tersebut, maka t tabel > t hitung, sehingga H 0 ditolak dan Ha diterima.
KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah kristal EPMS yang dihasilkan dengan metode ekstraksi sokletasi lebih banyak dibandingkan jumlah kristal EPMS yang dihasilkan dengan metode ekstraksi maserasi. Jumlah rendemen EPMS yang dihasilkan dengan metode sokletasi sebanyak 3,378 % dan maserasi sebanyak 2,65%. DAFTAR PUSTAKA [1]Putra, A. D. Isolasi Etil p-metoksisinamat dari Kencur (Kaemferia galangan L.) dan Sintesis Asam p-metoksisinamat: Sintesis Turunannya dan Penentapan Struktur. Jurnal pada http://www.idoub.com/doc/22303 8995/Laporan-Isolasi-Etil-pmetoksisinamatdari-Kencur#idoub (diunduh pada 18 September 2015). [2]Rostiana, O. dan Dedi Soleh Effendi. 2007. Teknologi Unggulan Kencur: Perbenihan dan Budidaya Pendukung Varietas Unggul. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. [3]Nugraha, S. A., Kusoro Siadi, dan Sudarmin. 2012. Uji Antimikroba Etil p-Metoksi sinamat dari Rimpang Kencur terhadap Bacillus Subtiles. Indonesian Journal of Chemical Science, volume 1, issue 2. [4]Hidajati, N. & Suryanto. 2008. Sintesis Senyawa Tabir Matahari n-oktil para-metoksi sinamat Menggunakan Material awal etil para-metoksi sinamat Hasil Isolasi dari Rimpang Kencur (Kaemferia galangal L.). Jurnal ILMU DASAR, vol 9 No 1, Januari 2008: 22-27. [5]Selyn. 2015. Ekstraksi Padat Cair. [Online]. Tersedia: https://www.idoub.com /doc/282007565/f- 41323-Ekstraksi-Padat-Cair. (25 Septermber 2015). [6]Wiratma, I. G. L. dkk. 2003. Buku Ajar: Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Singaraja: Undiksha press. [7]Istoqomah. 2013. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokletasi terhadap Kadar Hiperin Buah Cabe Jawa (Piperis rectofractifructus).Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.