ASTRA HONDA TRAINING CENTRE
PELATIHAN MEKANIK TINGKAT - II
SISTEM PERAWATAN DAN FUNGSI KOMPONEN MESIN 1
ISTILAH-ISTILAH KHUSUS DALAM MOTOR BAKAR
1. BORE X STROKE Bore
= diameter (garis tengah) lubang silinder
Stroke = panjang langkah gerak piston dari TMA ke TMB
2
Mesin-mesin modern mempunyai bore ≥ stroke: Keuntungan : 1. Dengan diameter silinder yang besar memungkinkan pemasangan katup lebih besar dan lebih banyak. , sehingga efisiensi pengisian menjadi lebih baik yang berarti tenaga mesin menjadi lebih besar 2.
Stroke yang kecil menjadikan tinggi mesin secara keseluruhan dapat ditekan dan juga bobot mesin menjadi berkurang.
3.
Sub kontak permukaan piston menjadi lebih luas sehingga beban atau tekanan yang diterima persatuan luas permukaan piston menjadi berkurang
4. Stroke yang kecil memungkinkan perpindahan panas ke dinding slinder menjadi lebih kecil.
3
2. VOLUME SILINDER/PISTON DISPLACEMENT Semakin besar silinder mesin akan semakin besar jumlah campuran bahan bakar dan udara yang diubah menjadi tenaga panas. Volume Silinder = /4 x D2 x S D = Diameter Silinder (Bore) S = Langkah Piston (Stroke) Contoh : Mesin C100 dengan D = 50 mm dan S = 49,5 mm D = 50 mm = 5 cm dan S = 49,5 mm = 4,95 cm Vol. Silinder = 3,14 x 52 x 4,95 4 = 97,1 cm
3
4
3. PERBANDINGAN KOMPRESI (COMPRESSION RATIO) Perband Vol Ruang di atas piston saat TMB dengan saat TMA
( ) = V 1 + V2 V1 V1= Volume ruang bakar V2= Volume Silinder Perband Kompresi : Motor Bensin = 6 – 11 Motor Diesel
= 12 - 25
Makin besar Perband Kompresi, maka tenaga motor makin besar, tetapi dibatasi oleh ketahanan bensin terhadap knocking. Batas maksimum Perband Kompresi disebut HURC (Highest Useful Compression Ratio).
5
Contoh : Perband Kompresi SMH Supra = 8,8 : 1. Isi silinder 97,1 cm3. Isi ruang bakarnya dapat dihitung :
( ) = V1 + V2 V1
8,8 = V1 + 97,1 1
V1
8,8V1= V1 + 97,1 8,8V1- V1 = 97,1 7,8V1 = 97,1 V1
=
97,1
7,8
= 12,4 cm3
6
4. VOLUMETRIC EFFICIENCY Perbandingan (%) dari volume campuran bahan bakar yang masuk ke dalam silinder pada tekanan dan temperatur sekeliling terhadap volume silinder. Efisiensi volumetrik berkisar antara 65 s/d 85 % disebabkan : Putaran mesin yang semakin tinggi, waktu pemasukan menjadi semakin singkat. Tahanan/gesekan di saluran masuk : diameter katup, saringan udara, bentuk dan panjang saluran masuk. Temperatur tinggi. Efisiensi volumetrik dapat ditingkatkan menjadi 100 % dengan supercharging atau turbocharging.
7
TERTIB WAKTU KLEP (VALVE TIMING) Waktu membuka dan menutupnya katup dinyata kan dalam derajat engkol dan digambarkan dalam Diagram Kerja Katup (Diagram Valve Timing Kondisi sebenarnya katup-katup tidak membuka dan menutup di TMA atau TMB. Pembukaan katup : Katup masuk sebelum TMA Katup buang sebelum TMB Kedua katup membuka = Overlapping Lihat tabel KATUP MASUK TYPE SMH
TERBUKA sebelum TMA
TERTUTUP sesudah TMB o
TERBUKA sebelum TMB o
TERTUTUP
OVERLAPPING
sesudah TMA
GRAND
2
25
33
0o
2o
SUPRA
2o
25o
33o
0o
2o
GL MAX II
15o
28o
35o
5o
20o
GL PRO II/III
10o
35o
35o
10o
20o
TIGER
10o
40o
35o
10o
20o
KARISMA
2o
25o
34o
0o
2o
KIRANA
2o
25o
34o
0o
2o
10o
40o
40o
10o
20o
GL SERIES
o
KATUP BUANG
8
KOMPONEN MESIN
1. SILINDER FUNGSI : SEBAGAI TEMPAT PEMBAKARAN BAHAN BAKAR DAN UDARA SEBAGAI TEMPAT PERGERAKAN PISTON BEKERJA PADA SUHU, TEKANAN DAN GESEKAN TINGGI, MAKA HARUS TERBUAT DARI BAHAN YANG KUAT : BAJA TUANG, CONTOH : ASTREA GRAND, SUPRA PADUAN ALUMINIUM DENGAN TABUNG BAJA SEBAGAI CYLINDER LINER, CONTOH : TYPE SPORT PERMUKAAN CYLINDER LINER MESIN 2 TAK TERBUAT DARI NICKEL SILICON CARBIDE
9
KONSTRUKSI SILINDER
SILINDER MESIN 4 TAK
SILINDER MESIN 2 TAK
DINDING SILINDER RATA
DINDING SILINDER TERDAPAT : RONGGA BILAS (SCAVENGING PORT) RONGGA BUANG (OUT LET PORT)
10
KONSTRUKSI SILINDER SILINDER MESIN PENDINGIN UDARA
SIRIP-SIRIP PENDINGIN UNTUK MEMPERLUAS BIDANG PENDINGINAN
SILINDER MESIN PENDINGIN AIR
SELUBUNG AIR
11
PEMERIKSAAN SILINDER KERATAAN PERMUKAAN SILINDER
KEAUSAN SILINDER A B C
PEMBACAAN MAXIMUM = KEAUSAN SILINDER
12
2. KEPALA SILINDER FUNGSI : SEBAGAI PENUTUP SILINDER, PENEMPATAN BUSI DAN KATUP SEBAGAI RUANG BAKAR KONSTRUKSI : TERBUAT DARI PADUAN ALUMINIUM, TAHAN PADA SUHU, DAN TEKANAN TINGGI. SIRIP PENDINGIN SQUISH AREA : Untuk menimbulkan turbulensi campuaran bahan bakar dan udara di ruang bakar agar terarah pd pusat pembakaran13
KONSTRUKSI :
KEPALA SILINDER 4 TAK KEPALA SILINDER 2 TAK
14
PEMERIKSAAN KEPALA SILINDER Kerataan permukaan Batas Service = 0,05 mm (NF100) 0,10 mm (Mega Pro/Tiger) Keretakan, keausan lubang busi Ukur panjang bebas pegas-pegas katup bagian dalam dan luar. BATAS SERVIS : (NF100) Bagian dalam : 30,9 mm Bagian luar : 34,0 mm Masukkan katup ke dalam bos katup dan periksa apakah katup bergerak dengan lancar. Periksa setiap katup terhadap adanya kebengkokan, bekas terbakar, goresan atau keausan pada tangkai katup yang tidak normal.
15
PEMERIKSAAN KEPALA SILINDER Ukur dan catat diameter luar tangkai katup. BATAS SERVIS : (NF100) Masuk : 4,92 mm Buang : 4,92 mm Lakukan reamer pada bos katup untuk menghilangkan timbunan kerak-kerak karbon sebelum mengukur bos katup. Masukkan reamer dari sisi ruang pembakaran pada kepala silinder dan putarlah reamer selalu searah dengan jarum jam. KUNCI PERKAKAS Valve guide reamer 07984-0980001 (Sport) 16
Ukur dan catat diameter dalam masing-masing bos katup dengan Dial Gauge dan Inside Micrometer. Hitung kelonggaran tangkai katup ke bos katup. BATAS SERVIS : (NF100) Masuk: 0,08 mm Buang: 0,10 mm Jika kelonggaran tangkai katup ke bos katup melebihi batas servis: Ganti bos katup yang baru Ganti bos katupnya.
katup
baru
dan
Sekir dudukan klep jika bos klep diganti
17
PENGGANTIAN BOS KLEP
MELEPAS
Topanglah kepala silinder dan dorong keluar bos klep dari bagian atas ruang bakar. ALAT PERKAKAS : (Cub) Valve guide driver 5,0 mm: 07942 MA60000
MELEPAS BOS KLEP
MEMASANG
Dinginkan bos klep pengganti di freezer selama kurang lebih satu jam. Panaskan kepala silinder sampai 100-150C dengan oven. Dorong masuk bos dari bagian atas kepala silinder. ALAT PERKAKAS : (Cub) Valve guide driver 5,0 mm : 07942 -
MEMASANG BOS KLEP
18
PROSES REAMER BOS KLEP Reamerlah bos klep baru setelah pemasangan. Masukkan reamer dari arah atas ruang bakar dan putar selalu reamer searah dengan arah jarum jam. ALAT PERKAKAS : Valve guide reamer 07984 - MA60001 CATATAN : Gunakan minyak mesin bubut pada reamer selama pengerjaan ini.
PEMERIKSAAN DUDUKAN KLEP/SKIR
NF 100 :
Bersihkan klep masuk dan buang .
STANDARD
Oleskan dengan tipis penanda (prussian blue) pada
BATAS SERVIS : 1,6 mm
: 1,0 mm
dudukan-dudukan klep. Putar klep-klep terhadap dudukannya dengan ibu jari dalam satu arah. Lepaskan dan periksa klep-klep. Periksa lebar dari masing-masing dudukan klep, dengan melihat dan mengukur kontak klep dan dudukannya.
19
PROSES REAMER BOS KLEP Reamerlah bos klep baru setelah pemasangan. Masukkan reamer dari arah atas ruang bakar dan putar selalu reamer searah dengan arah jarum jam. ALAT PERKAKAS : Valve guide reamer 07984 - MA60001 CATATAN : Gunakan minyak mesin bubut pada reamer selama pengerjaan ini.
PEMERIKSAAN DUDUKAN KLEP/SKIR
NF 100 :
Bersihkan klep masuk dan buang .
STANDARD
Oleskan dengan tipis penanda (prussian blue) pada
BATAS SERVIS : 1,6 mm
: 1,0 mm
dudukan-dudukan klep. Putar klep-klep terhadap dudukannya dengan ibu jari dalam satu arah. Lepaskan dan periksa klep-klep. Periksa lebar dari masing-masing dudukan klep, dengan melihat dan mengukur kontak klep dan dudukannya.
20
PEMBENTUKAN PERMUKAAN DUDUKAN KLEP (VALVE SEAT REFACING)
Jika bos klep diganti, bentuk kembali dudukan klep dengan Pemotong (Valve Seat Cutter) : 1. Gunakan pemotong 45untuk menghilangkan kekasaran. 2. Gunakan pemotong 32untuk membuang 1/4 dari dudukan klep bagian atas. 3. Gunakan pemotong 60untuk membuang 1/4 bagian bawah. 4. Dengan menggunakan pemotong 45, potong dudukan klep sampai mencapai lebar yang sesuai. Periksa kembali tinggi bidang kontak klep dan dudukan klep : 1. Terlalu tinggi turunkan dg pemotong sudut 32. 2. Terlalu rendah naikkan dg pemotong 60 3. Ulangi dengan pemotong 45 untuk mencapai lebar dudukan klep sesuai standard.
21
PROSES SKIR KLEP Setelah memotong dudukan klep, lapisi permukaan daun klep dengan ambril dan skir klep menggunakan tekanan ringan. Setelah selesai menskir, cucilah sisa-sisa ambril dari kepala silinder dan klep. CATATAN Hati-hatilah agar amril tidak sampai masuk diantara tangkai klep dan bos klep.
22
MEKANISME KATUP Terbuka dan tertutupnya saluran masuk dan saluran buang pada motor 4 tak diatur oleh katup-katupyang digerakkan oleh mekanisme katup. 1. Over Head Valve (OHV) Penempatan poros nok di blok silinder dan untuk menggerakkan katup dibantu : valve lifter, push rod, rocker arm dan valver adjuster. Termasuk jenis ini digunakan di Honda CG, sebuah nok menggerakkan 2 katup melalui cam follower. 2. Over Head Camshaft (OHC) Poros nok tipe ini diletakkan di kepala silinder, dan nok langsung menggerakkan pelatuk, penyetel katup dan katup, atau bahkan tanpa pelatuk (CBR 150). Berdasarkan susunan poros nok (camshaft) : 1. SOHC (Single Over Head Camshaft) 2. DOHC (Double Over Head Camshaft) Honda menggunakan sistem ini karena : Konstruksi ruang bakar lebih baik Pembukaan dan penutupan katup lebih tepat Cocok untuk putaran tinggi.
23
RANTAI MESIN Fungsi : Meneruskan puataran poros engkol ke poros nok. Agar tidak berisik dan poros nok dapat menggerakkan katup dg saat yg tepat, rantai mesin ditahan penghantar rantai mesin (cam chain guide) dan penegang rantai (cam chain Ada 2 jenis rantai mesin : tensioner) 1. Roller Chain
2. Silent Chain
Rantai mesin tipe silent chain berbentuk mata roda gigi akan menghasilkan suara mesin yang lebih halus.
24
PENYETEL RANTAI MESIN
Type C70K/MK
Sistim manual
• Longgarkan mur pengikat • Putar berlawanan jarum jam baut penahan batang penekan ± 1 putaran • Bila dengan cara tersebut kurang berhasil , lakukan penyetelan di bagian bawah mesin.
25
PENYETEL RANTAI MESIN
Type CB100 K4/K5 GL & GL Series
Sistim kerja semi otomatis
• Longgarkan mur pengikat , maka penegang rantai akan bekerja secara otomatis untuk mendapatkan ketegangan rantai yang sempurna • Bila melalui cara belum sempurna, penyetelan dengan jari - jari roda.
tersebut lakukan bantuan
26
PENYETEL RANTAI MESIN TIPE HIDROLIS
Keterangan:
1. Rol penegang 2. Batang penegang 3. Rantai penegang 4. Batang penekan 5. Katup satu arah 6. Baut sil bawah 7. Baut sil atas
27
PENYETEL RANTAI MESIN TIPE HIDROLIS
28
PENYETEL RANTAI MESIN TIPE HIDROLIS
29
PENYETEL RANTAI MESIN TIPE HIDROLIS
30
PENYETEL RANTAI MESIN TIPE ULIR Terdiri dari : Poros lifter yang mempunyai ulir luar Tensioner yang mempunyai ulir dalam Coil spring yang bag dalamnya memegang poros tensioner dan bag luarnya diikatkan dengan rumah lifter. Coil spring akan selalu mengembang memutar poros lifter, sehingga membuat tensioner bergerak keluar dari rumah lifter menekan rantai mesin. Catatan :
Saat pemasangan agar posisi lifter tidak pada posisi menekan putar lifter ke arah kanan melalui lubang pada rumah lifter dengan menggunakan kunci khusus atau obeng minus kecil
31
POROS NOK (CAMSHAFT) FUNGSI :
Mengatur waktu pembukaan dan penutupasn katup-katup Terbuat dari besi tuang atau baja paduan dengan penyepuhan pd bag permukaan nok agar tahan terhadap keausan. Digerakkan poros engkol melalui perantaraan rantai mesin. Kedua ujung ditopang bushing (lama) atau ball bearing. Karakteristik poros nok : Lebar nok lama pembukaan katup Tinggi nok tinggi angkat katup Profil nok percepatan pembukaan dan penutupan katup
32
PEMERIKSAAN POROS NOK
Periksa bearing dengan memutar bagian luar dari bearing dengan jari. Periksa perrmukaan nok (cam lobe) dari keausan, baret, lecet atau tergores. Periksa saluran oli. Gunakan mikrometer untuk mengukur tiap tinggi bubungan. BATAS SERVIS (NF100) MASUK 26,26 mm BUANG 26,00 mm
33
PEMERIKSAAN POROS NOK
Periksa cam dekompresi dengan memutar cam dekompresi dengan jari-jari. Pastikan bahwa bubungan dekompresi hanya dapat berputar searah jarum jam saja dan tidak dapatberputar berlawanan dengan arah jarum jam. Periksa pelat penahan terhadap adanya kerusakan.
34
PEMERIKSAAN ROCKER ARM DAN SHAFT
Periksa permukaan bidang kontak pelatuk dengan bubungan akan adanya keausan atau kerusakan. Periksa bidang yang bergeseran antara pelatuk dan poros pelatuk terhadap adanya keausan, goresan atau lecet. Ukur diameter dalam pelatuk. BATAS SERVIS : 10,10 mm (NF100) Ukur diameter luar poros pelatuk. BATAS SERVIS : 11,93 mm (NF100) Ukur kelonggaran pelatuk ke poros pelatuk. BATAS SERVIS : 0,08 mm
35
PISTON Fungsi : Melakukan langkah hisap, kompresi, usaha dan buang Menerima tekanan pembakaran dan meneruskan ke poros engkol melalui batang penggerak. Terbuat dari material alluminium paduan : Ringan Penghantar panas yang baik Pemuaian kecil Tahan terhadap keausan Tahan terhadap suhu dan tekanan yang tinggi Piston kharisma dilapisi molybdenum tahan gesekan Diameter piston < diameter silinder terdapat celah piston (piston clearance). Bentuk piston diameter bag atas < diameter bag bawah (tirus), untuk menanggulangi pemuaian yg lebih besar pd bag atas
36
OFFSET ENGINE Pemasangan piston harus memperhatikan tanda pemasangan. Tanda pemasangan ini berkaitan dg “Offset Engine” , konstruksi ruang bakar dan katup. Offset engine : Konstruksi mesin dg titik pusat piston yang tidak segaris dg titik pusat poros engkol untuk memperkecil gaya ke samping pada sisi kerja piston yg menekan silinder. Terdiri : Offset pada pin piston Offset pada poros engkol
37
PEMERIKSAAN PISTON Periksa torak terhadap kerusakan atau keausan. Ukurlah diameter torak pada sebuah titik pada jarak 10 mm dari bagian bawah torak dan tegak lurus (90º) dari lubang pin torak. BATAS SERVIS : 46,90 mm (NF100)
Lepaskan kerak-kerak karbon yang ada dari alur-alur cincin torak dengan menggunakan cincin torak bekas seperti terlihat pada gambar.
38
RING PISTON Fungsi : Mencegah kebocoran gas dari ruang bakar ke dalam bak mesin Menghantarkan panas piston ke dinding silinder Mengatur lapisan oli di dinding silinder Bahan Ring Piston : besi tuang atau baja paduan dengan lapisan chrome plating.
Mesin 4 tak mempunyai 3 ring piston
Mesin 2 tak mempunyai 2 ring piston
39
Ring Kompresi Berfungsi mencegah kebocoran gas dari ruang bakar ke bak mesin Untuk meningkatkan daya tahan thd gesekan, permukaan ring dilapisi dengan crom (chrome plate). Terdiri dari 2 buah ring kompresi : Ring Pertama (Top Ring) dengan bidang kontak rata (Plain) untuk memperoleh kerapatan yang tinggi. Ring Kedua (Second Ring) dengan bidang kontak tirus/ menyudut (Bevel Edge) guna ihkan sisa lapisan minyak pelumas di dinding silinder untuk menghindari timbulnya asap putih.
40
Ring Pelumasan Berfungsi untuk membentuk lapisan oli (oil film) antara piston dan dinding silinder, serta untuk mengikis kelebihan oli agar tidak masuk ke ruang bakar. Terdiri 2 tipe yaitu : Integral, bentuknya hampir sama ring kompresi, tetapi dilengkapi alur dan lubanglubang persegi empat (slotted square edges). Digunakan pada motor tipe lama. Split (three piece), yang terdiri dari 2 buah side rail dan sebuah expander .
41
Mesin 2 tak tidak dilengkapi ring pelumasan, karena sistem pelumasannya berbeda dengan mesin 4 tak. Ring, piston dan silinder mendapatkan pelumasan dari minyak pelumas yg masuk bersamaan dg bahan bakar. Ring expander yg dipasang di antara piston dan ring piston kedua (second ring) berfungsi untuk menekan ring piston terhadap dinding silinder dan meredam getaran ring piston, sehingga dapat mengurangi engine noise. Piston mesin 2 tak dilengkapi pin dowels/locating pins yg berfungsi utk menahan pergeseran ring piston saat piston bekerja agar ujung-ujung ring piston bersentuhan dengan lubang-lubang masuk, bilas atau buang yg terdapat pada dinding silinder.
42
PENGUKURAN RING PISTON Pada kondisi ring piston terpasang dg benar. Ukur jarak kerenggangan alur dari ring piston sambil menekan ring pd alurnya. BATAS SERVIS : Atas
: 0,12 mm
Bawah : 0,12 mm Masukkan ring piston dengan mendorong menggunakan piston ke bagian bawah silinder, pastikan posisi ring piston tidak miring dan ukur celah antara ujung ring piston. BATAS SERVIS : Atas
: 0,5 mm
Kedua
: 0,5 mm
Cincin oli : 1,1 mm
43
PEMASANGAN RING PISTON Pasang Ring Piston dengan penanda menghadap ke atas. Jangan sampai Ring Pertama/Atas dan Ring Kedua tertukar. Ring Atas = lebih tipis, penampang bentuk plat Ring Kedua = lebih tebal, penampang tirus dan sisinya tajam Letakkan celah pada ujung ring piston pada jarak 120º seperti pada gambar. Mesin 2 tak : Ujung ring piston ditepatkan pd pin dowel. Jangan meletakkan celah pada side rail ring pelumasan pada posisi yg sama. Tepatkan side rail atas dan bawah ± 20 mm dari ujung spacer ring oli. Pastikan Ring Piston dapat berputar dengan bebas dalam alurnya.
44
PEMASANGAN PISTON DAN SILINDER Lapisi lubang silinder, piston dan ring piston dengan oli mesin baru. Pasang pin-pin dowel, gasket baru dan cincin-O baru. Pasang torak dengan tanda "IN" menghadap ke saluran masuk Pasang pin piston dan pasang klip pin piston dg menepatkan posisi ujung klip tidak pada potongan piston. Pasang guide rantai mesin dan kelengkapannya. Pastikan posisi ring piston sudah tepat. Tekan ring piston dg tangan, dorong silinder sambil 45 digoyangkan.
CRANKSHAFT DAN CONNECTING ROD CrankShaft/Kruk As/Poros engkol : Berfungsi rnerubah gerak bolok-balik dan piston menjadi gerak berputar, yang akan diteruskan pada kopeling dan transmisi. Poros engkol dilengkapi dg counter weight (bandul lawan) yg dipasang berlawanan dg posisi crank pin berfungsi menyeimbangkan putaran poros engkol. POROS ENGKOL : 1. Jenis Assembly Crank Shaft Digunakan pd sepeda motor silinder tunggal dan dapat dilepas bagian demi bagian. 2. Jenis Unit Crank Shaft Digunakan pada kendaraan dengan silinder lebih dari satu dan pada jenis ini bagian-bagian Crank Shaft tidak dapat dilepas.
46
PEMERIKSAAN POROS ENGKOL KERENGGANGAN AKSIAL Ukur jarak kerenggangan aksial Crank Shaft dan Big End Connecting Rod dengan feeler gauge. BATAS SERVIS : 0,6 mm
KERENGGANGAN RADIAL Ukur jarak kerenggangan radial Big End dan Crank Pin BATAS SERVIS: 0,05 mm
PEMERIKSAAN BANTALAN Bantalan harus berputar dengan halus dan tanpa suara. Pastikan lingkaran bagian dalam bantalan terpasang dengan erat pada poros engkol.
47
PEMERIKSAAN KEOLENGAN Ukur keolengan dengan menggunakan dial gauge. Letakkan poros engkol pada blok-V dan lakukan pengukuran di bagian kiri dan kanan. BATAS SERVIS: 0,10 mm
48
GANGGUAN/KERUSAKAN PADA POROS ENGKOL Mesin Berhenti Tiba-tiba :
Getaran Berlebihan dan Suara Abnormal :
Bearing Utama Macet
Bearing Utama Aus
Bearing Big End Macet
Bearing Big End Aus
Sulit Start : Bearing Utama Macet Bearing Big End Macet
Big End Aus Crank Pin Aus Connecting Rod Bengkok
PERHATIAN ! Kerusakan/gangguan yang bersumber pada poros engkol sebagian besar disebabkan oleh kekurangan oli atau tidak berfungsinya sistem pelumasan. Oleh karena itu sangat penting untuk pemeriksaan secara teratur terhadap sistem pelumasan
49
CONNECTING ROD
Fungsi : Menghubungkan Piston ke Poros engkol dan meneruskan tenaga pembakaran yang diterima piston ke poros engkol.
Bagian-bagian Connecting Rod
Connecting Rod mesin 2 tak dilengkapi needle bearing pada bagian small endnya
50
FLY WHEEL
Fungsi : Menyimpan tenaga gerak sebagai kelebihan pada saat langkah kerja untuk menjamin poros engkol tetap berputar agar piston dapat mencapai langkah-langkah berikutnya. Fly wheel juga berfungsi sebagai rotor generator, sehingga dilengkapi kutub-kutub magnet. Fly wheel pada sepeda motor dengan electric starter dilengkapi one way clutch starting. PERHATIAN ! Untuk melepas fly wheel gunakanlah fly wheel puller special tools Pastikan spi pengunci telah terpasang pada alur di ujung poros engkol dan tepat pada alur fly wheel. Kencangkan mur fly wheel dengan torsi standard
51
CRANK CASE (BAK MESIN)
Crank Case Mesin 4 Langkah Ruang poros engkol dan transmisi menjadi satu : Sebagai tempat penampungan dan pendingin minyak pelumas. Dipasang saluran pernafasan Disambungkan ke saringan udara untuk mengurangi emisi gas.
Crank Case Mesin 2 Langkah Ruang poros engkol dan transmisi terpisah tidak boleh terjadi kebocoran bag luar ball bearing penopang poros engkol dipasang oil seal. Ruang poros engkol penampungan sementara gas baru dari karburator sebelum ke ruang bakar. Ruang transmisi tempat gigi transmisi dan kopling serta oli mesin.
PERHATIAN ! Utk menghindari kebocoran oli, setiap pemasangan crank case gunakan gasket baru dan pengerasan baut dimulai bagian Kencangkan terlebih dahulu baut berukuran besar dengan pola bersilangan dari dalam ke luar
52
CRANKCASE EMISSION CONTROL SYSTEM CECS adalah Sistem mengatur gas kotor dari crankcase untuk menghindari pencemaran udara. Fungsi : Untuk mencegah pelepasan emisi ke atmosfir. Aliran dari blow-by gas, dimasukkan ke combustion chamber melalui air cleaner dan karburator.
53
SISTEM PEMASUKAN DAN PEMBUANGAN MESIN 2 LANGKAH
Piston Port Sederhana, maintenance mudah
Rotary Valve Konstruksi rumit, waktu pemasukan dapat diatur/distel dengan merubah bentuk coakan piringan.
54
Reed valve : Konstruksi sederhana Tak ada blow back pada putaran rendah.
55
PEMBILASAN MESIN 2 LANGKAH Pemasukan bahan bakar ke dlm ruang bakar dilakukan pada saat piston bergerak ke TMB dan pembuangan gas bekas masih berlangsung. Untuk memperkecil bahan bakar ikut terbuang keluar bersama gas bekas dilakukan : Membuat kepala piston dengan pengarah gas. Mengatur perletakan rongga-rongga pada dinding silinder.
Sistem pemasukan NSR 150R : Crankcase Reed Valve Efiensi volumetrik lebih baik, karena saluran masuk lebih pendek dan lebih besar. Konstruksi lubang bilas dan lubang buang dapat dibuat lebih besar
Intake Chamber Menampung gas sementara saat reed valve tertutup dan membantu suplai gas saat reed valve membuka untuk meningkatkan akselerasi.
56
MESIN 4 LANGKAH SISTEM PELUMASAN MESIN 2 LANGKAH Fungsi : Anti friction effect : Membentuk lapisan oli untuk mencegah kontak langsung antara dua permukaan yang bergesekan.
Cooling Effect : Mendinginkan komponen mesin.
Sealing Effect : Merapatkan piston dan silinder
Buffer Effect : Sebagai bantalan untuk memperluas bidang tekanan
Rust Inhibiting Effect : Membentuk lapisan permukaan untuk mencegah karat
Cleaning Effect : Melarutkan dan mengeluarkan kotoran dari bagian-bagian mesin.
57
WET SUMP PELUMASAN MESIN 4 LANGKAH DRY SUMP
WET SUMP Oli ditampung di bak mesin, setelah melumasi ke seluruh bagian2 mesin kembali ke bak mesin. Diterapkan pd semua type SMH yg diproduksi PT AHM.
DRY SUMP Oli ditampung di luar mesin yaitu di tangki tersendiri, setelah melumasi ke seluruh bagian2 mesin kembali ke tangki oli.
58
SISTEM PELUMASAN MESIN 4 LANGKAH
59
POMPA PELUMAS
TROCHOID PUMP
GEAR PUMP
PLUNGER PUMP
TROCHOID PUMP Paling banyak digunakan, karena bentuknya sederhana, kecil dan mempunyai kemampuan pemompaan tinggi.
60
Pompa terdiri : Roda gigi dalam (Inner Rotor) dan roda gigi luar (Outer Rotor). Roda gigi dalam (Inner Rotor) mempunyai jumlah roda gigi lebih sedikit dan sebagai penggerak Outer Rotor.
61
PRINSIP KERJA Outer rotor dan inner rotor tidak satu titik pusat, sehingga besarnya ruangan antara inner rotor dan outer rotor akan berubah-ubah. Oli akan terhisap saat ruangan tsb membesar dan oli akan ditekan ketika ruangannya mengecil
62
PEMERIKSAAN POMPA OLI Ukur celah antara rumah pompa oli dan rotor luar. BATAS SERVIS : 0,20 mm (NF100)
Ukur celah antara ujung rotor dalam dan rotor luar. BATAS SERVIS : 0,20 mm (NF100)
Ukur kelonggaran kesamping dengan menggunakan feeler gauge. BATAS SERVIS : 0,15 mm (NF100)
63
GEAR PUMP Digunakan pada tipe lama.
POMPA PLUNGER (GEAR PUMP) Digunakan sepeda motor ber CC besar.
64
SISTEM PELUMASAN MOTOR 2 LANGKAH
Sistem Pelumasan Campur
Sistem Pelumasan Injeksi
Minyak pelumas dicampurkan dalam tangki bahan bakar antara 20 s/d 30 : 1
Minyak pelumas ditampung dalam tangki dan dicampurkan dengan bahan bakar di saluran masuk atau langsung ke bagian yg membutuhkan dengan pompa plunger yg digerakkan poros engkol. Jumlah oli yang dipompa disesuaikan putaran mesin dan pembukaan katup gas. Dikenal istilah : Superlube Kawasaki CCI (Crankshaft Cylinder Injection) Suzuki Autolube Yamaha
Bak transmisi dan kopling pada mesin 2 langkah terpisah dari crankcase, oli tertampung pada bak transmisi dan kopling. Roda gigi transmisi dan kopling menerima pelumasan dengan cipratan oli.
65
SISTEM PELUMASAN AUTOLUBE
SISTEM PELUMASAN CCI (Cylinder Crankshaft Injection)
66
MINYAK PELUMAS
Viskositas/kekentalan : Kemampuan untuk membentuk lapisan oli. Terlalu rendah Lapisan oli mudah rusak dan menyebabkan keausan pada komponen. Terlalu tinggi Menambah tahanan gerakan komponen, sehingga mesin berat saat start dan tenaga berkurang. Kekentalan oli dinyatakan oleh angka yg disebut Indek kekentalan dan ditetapkan oleh SAE Society of Automative Engineers. Indeks kekentalan rendah
olinya encer
Indeks kekentalan besar
olinya kental
Oli Multi Grade = Indek kekentalannya ganda Kekentalan/viskositasnya tidak banyak berubah, jika temperatur berubah Contoh : SAE 10W-30 = Pada suhu dingin (-20ºC) kekentalannya SAE 10 dan pada suhu panas (100ºC) kekentalannya SAE 30.
67
KUALITAS MINYAK PELUMAS Standarisasi oleh API (American Petrolium Institute). SA SB SC SD SE SF SG SH
Kualitas semakin baik dengan penambahan bahan-bahan aditif
Perhatian ! Pemilihan minyak pelumas harus disesuaikan temperatur dan kondisi kerja mesin. Sepeda motor menggunakan kopling basah, gunakanlah minyak pelumas sesuai rekomendasi pabrik.
68
OLI BERDASARKAN MATERIAL PEMBUAT TIPE MINERAL Terbuat dari penyulingan minyak bumi. Harga lebih murah, kualitas baik. TIPE VEGETABLE Terbuat dari tumbuh-tumbuhan. Kualitas sangat baik, tetapi harga lebih mahal, dan tidak dapat dipakai untuk jangka waktu yang lama. TIPE SINTETIK Terbuat dari bahan-bahan sintetik melalui proses kimia menghasilkan viskositas yg stabil dan mempunyai performa pelumasan yg tinggi. TIPE SEMI SINTETIK Terbuat campuran mineral oil, vegetable oil dan synthetic oil .
69
SISTEM PENDINGINAN Untuk mendinginkan mesin agar mesin bekerja pada temperatur kerjanya dan tidak mengalami overheating. Sistem Pendinginan Udara Alami Sistem Pendinginan Udara Sistem Pendinginan Udara Paksa Sistem Pendinginan
Sistem Pendinginan Air
70
SISTEM PENDINGINAN UDARA Sistem Pendinginan Udara Alami Udara mengalir melewati mesin melakukan pendinginan sewaktu sepeda motor berjalan Sirip-sirip pendingin di blok silinder dan kepala silinder berfungsi untuk memperluas bidang pendinginan
Sistem Pendinginan Udara Paksa Udara disirkulasikan oleh kipas ke siripsirip pendingin.
71
SISTEM PENDINGINAN AIR
Sekeliling silinder dan kepala silinder diberikan rongga-rongga berisi air yang disirkulasikan oleh pompa air (water pump). Air yg telah menyerap panas mesin dialirkan ke radiator untuk didinginkan melalui kisi-kisi radiator dan aliran udara yg melalui radiator.
72
SISTEM PEMBUANGAN
Fungsi : Meredam/mengurangi tekanan, suhu dan suara yg ditimbulkan oleh keluarnya gas bekas. Mengatur arah aliran gas bekas untuk meningkatkan tenaga mesin.
73
SISTEM PEMBUANGAN
Untu meningkatkan performance mesin 2 langkah terutama tipe NSR, muffler didesain dengan metode silencing yaitu di bagian tengah membesar dan bagian ujung menyempit (narrowed age). Desain tsb bertujuan utk menimbulkan tekanan balik, sehingga mengurangi bahan bakar segar yg ikut terbawa keluar bersama gas bekas saat pembilasan.
74
SISTEM STARTER METODE SISTEM STARTER 1. Sistem Electric Starter
2. Sistem Kick Starter
75
SISTEM ELECTRIC STARTER Mesin akan mulai berputar karena digerakkan oleh motor listrik melalui perantaraan rantai starter atau roda gigi. Agar setelah mesin hidup motor starter tidak ikut berputar pada rotor flywheel dipasangkan Kopling Satu Arah. CARA KERJA KOPLING SATU ARAH
1. Kondisi Start Gear Starter Roller Outer Race Crankshaft
2. Mesin Hidup Crankshaft Outer Race Roller Gear Starter
76
TYPE RODA GIGI STARTER
1. JENIS RACHET
Pedal kick starter bebas : Roda gigi starter pinion saling berhubungan (constant mesh) dan bebas berputar bersama roda gigi starter pada countershaft.
Pedal kick starter ditekan : Ratchet bergeser dan berhubungan dengan gigi starter : Kick starter poros rachet pinion gear Gear Idle Starter Gear Comp Starter Outer Clutch Comp Gear Primary Crankshaft.
77
TYPE RODA GIGI STARTER
2. JENIS SLIDE PINION
Pedal kick starter bebas : Roda gigi pinion starter tidak saling berhubungan.
Pedal kick starter ditekan : Roda gigi pinion bergeser dan berhubungan dengan gigi starter di counter shaft : Kick starter poros helical pinion gear Gear 4 Countershaft Gear Mainshaft Mainshaft Outer Clutch Comp Gear Primary Crankshaft.
78
TIPE KICK STARTER
2. CONVENTIONAL
Pedal kick starter bebas :
Pedal kick starter ditekan :
79
TIPE KICK STARTER
1. PRIMARY STARTER
Pedal kick starter bebas :
Pedal kick starter ditekan :
80
81