BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kesehatan yang dikenal dengan promosi kesehatan adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan kemampuan (ability) masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Tujuan promosi kesehatan bukan sekedar menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan agar masyarakat mengetahui dan berperilaku hidup sehat, tetapi juga bagaimana mampu memelihara dan meningakatkan kesehatannya. Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkaitan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat. Menurut Charter, promosi kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan individu untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Termasuk didalamnya adalah sehat secara fisik, mental dan sosial sehingga individu atau masyarakat dapat merealisasikan cita-citanya, mencukupi kebutuhan-kebutuhannya, serta mengubah atau mengatasi lingkungannya. Kesehatan adalah sumberdaya kehidupan bukan hanya objek untuk hidup. Kesehatan adalah suatu konsep yang positif yang tidak dapat dilepaskan dari sosial dan kekuatan personal. Jadi promosi kesehatan tidak hanya bertanggungjawab pada sektor kesehatan saja, melainkan juga gaya hidup untuk lebih sehat. (Keleher,et.al, 2007). WHO (1998) menyebutkan bahwa promosi kesehatan adalah strategi inti untuk pengembangan
kesehatan,
yang
merupakan
suatu
proses
yang
berkembang
dan
berkesinambungan pada status sosial dan kesehatan individu dan masyarakat. Dari beberapa definisi diatas, promosi kesehatan mempunyai beberapa level pengertian, sehingga konsep promosi kesehatan adalah semua upaya yang menekankan pada perubahan sosial, pengembangan lingkungan, pengembangan kemampuan individu dan kesempatan dalam masyarakat, dan merubah perilaku individu, organisasi dan sosial untuk meningkatkan status kesehatan individu dan masyarakat. (Keleher,et.al, 2007). 1
Upaya memecahkan masalah kesehatan ditujukan atau diarahkan kepada faktor perilaku dan faktor non perilaku (lingkungan dan pelayanan). Pendekatan terhadap faktor perilaku adalah promosi atau pendidikan kesehatan. Sedangkan, pendekatan terhadap faktor non perilaku adalah dengan perbaikan lingkungan fisik dan peningkatan lingkungan sosial budaya, serta peningkatan pelayanan kesehatan. Promosi kesehatan sebagai bagian atau cabang dari ilmu kesehatan, juga mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan seni. Dari sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi promosi kesehatan, merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain. Artinya setiap program kesehatan, misalnya pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan, dan sebagainya, perlu ditunjang atau dibantu oleh promosi kesehatan. Promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku. Hal ini berarti bahwa promosi kesehatan adalah program kesehatan yang dirancang untuk perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dalam lingkungannya (lingkungan fisik, social budaya, politik, dan sebagainya). Berdasarkan pentahapan upaya promosi kesehatan ini, maka sasaran dibagi dalam 3 kelompok sasaran, antara lain:
Sasaran Primer (Primary Target) Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi: kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat.
Sasaran Sekunder (Secondary Target) Yang termasuk sasaran sekunder antara lain para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya.
Sasaran Tersier (Tertiary Target) 2
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun daerah adalah sasaran tersier promosi kesehatan Istilah PHBS sering terdengar di masyarakat. Jika dilihat dari kepanjangannya yakni Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, tentu kita langsung mengetahui apa itu PHBS, singkat kata mengenai perilaku seseorang menyangkut kebersihan yang dapat mempengaruhi kesehatannya. Banyak penyakit dapat dihindari dengan PHBS, mulai dari Diare, DBD, flu burung, atau pun flu babi yang akhir-akhir ini marak. Salah satu faktor yang mendukung PHBS adalah kesehatan lingkungan. Dua istilah penting dalam kesehatan lingkungan yang harus dipahami dandiinterpretasikan sama oleh seluruh tenaga kesehatan yang terlibat agar kegiatan yang dilakukandapat berhasil dengan baik. Lingkungan diartikan sebagai akumulasi dari kondisi fisik, social, budaya, ekonomi dan politik yang memengaruhi kehidupan dari komunitas tersebut. Sedangkankesehatan dari suatu komunitas bergantung pada integritas lingkungan fisik, nilai kemanusiaan
dalam
hubungan
social,
ketersediaan
sumber
yang
diperlukan
dalam
mempertahankan hidup dan penaggulangan penyakit, mengatasi gangguan kesehatan secara wajar, pekerjaan dan pendidikanyang dapat tercapai, pelestarian kebudayaan dan toleransi terhadap perbedaan jenis, akses darigaris keturunan serta rasa ingin berkuasa dan memiliki harapan.Kesehatan lingkungan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pelaksanaan perawatankomunitas. Maka guna tercapainya keberhasilan intervensi perawatan komunitas perlu adanya pembahasan khusus mengenai PHBS kesehatan lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana penerapan promosi kesehatan di dalam keluarga? 2. Bagaimana penerapan apromosi kesehatan di dalam sekolah? 3. Bagaimana penerapan promosi kesehatan di tempat kerja? 4. Bagaimana penerapan promosi kesehatan di dalam fasilitas layanan kesehatan? 5. Bagaimana penerapan promosi kesehatan di dalam fasilitas umum? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui penerapan promosi kesehatan di dalam lingkungan keluarga 2. Untuk mengetahui penerapan promosi kesehatan di dalam lingkungan sekolah 3. Untuk mengetahui penerapan kesehatan di dalam tempat kerja 4. Untuk mengetahui penerapan kesehatan di dalam fasilitas layanan kesehatan 5. Untuk mengetahui penerapan kesehatan di dalam fasilitas umum 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penerapan Promosi Kesehatan dalam Keluarga 1. Pengertian Rumah Tangga Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat terkecil. Oleh sebab itu untuk mencapai perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai di masing-masing keluarga. Orang tua (ayah dan ibu) merupakan sasaran utama dalam promosi kesehatan pada tatanan ini. Karena orang tua, terutama ibu, merupakan peletak dasar perilaku dan terutama perilaku kesehatan bagi anak-anak mereka. Keluarga merupakan tempat dasar berkembangnya perilaku manusia. Ada beberapa ahli yang menjelaskan, bahwa kata tangga dalam rumahtangga berarti susunan atau tingkat, mungkin semacam hirarki, baik hirarki tanggungjawab, hirarki wewenang, hirarki kepatuhan, dan sebagainya. Jadi, dengan menganggap bahwa tangga adalah susunan, 4
maka para pemikir menjelaskan bahwa dalam rumah tangga harus ada susunan dan tingkatan wewenang dan tanggungjawab yang diatur dan dikelola dengan baik sehingga tercipta harmoni yang apik. 2. Fungsi Keluarga dalam Perawatan Kesehatan Fungsi keluarga yang penting dalam kesehatan adalah fungsi perawatan kesehatan. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Tugas kesehatan keluarga tersebut adalah (Frieman, 1998) :
Mengenal masalah kesehatan
Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Mempertahankan suasana rumah yang sehat
Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
3. Penerapan Promosi Kesehatan di Rumah Tangga a) Pengertian PHBS di Rumah Tangga PHBS di Rumah Tangga adalah upaya unutk memperdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. b) Landasan Hukum Pembinaan PHBS di Rumah Tangga Pembinaan PHBS di Rumah Tangga telah menjadi bagian dari Kesatuan Gerak PKKKB-Kesehatan sejak tahun 2005. Landasan hukum pembinaan PHBS:
Undang-undang No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pemberdayaan Keluarga Sejahtera.
Undang-undang No. 23 Tahun 199 tentang Kesehatan.
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom 5
Peraturan Pemerintah No. 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa dan Kelurahan.
Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Kewenangan Wajib Standar Pelayanan Minimal di Bidang Kesehatan.
Keputusan Menteri dalam Negeri dan Otonomi Daerah No. 53 tahun 2000 tentang Gerakan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga.
Keputusan menteri Kesehatan RI No. 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah
c) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PHBS Rumah Tangga adalah
Predisposing, adalah faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadi perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap keyakinan, kepercayaan nilai-nilai, tradisi, disebut.
Enabling, adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitas perilaku atau tindakan yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.
Reinforcing, adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya.
d) Sasaran PHBS Utama di Rumah Tangga Sasaran PHBS utama dirumah tangga adalah seluruh anggota keluarga diantaranya :
Pasangan usia subur
Ibu hamil dan menyusui
Anak dan remaja
Usia lanjut
Pengasuh anak
e) Manfaat PHBS di Rumah Tangga
Anggota keluarga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit
Anak tumbuh sehat dan cerdas
Produktivitas anggota keluarga meningkat 6
Pengeluaran biaya dapat di alokasikan untuk pemenuhan gizi keluarga, pendidikan & modal usaha untuk peningkatan pendapatan
Mampu mengupayakan lingkungan sehat
Mampu mencegah & menanggulangi masalah kesehatan
Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
Mampu mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat seperti Posyandu, JPKM, tabungan bersalin, arisan jamban, kelompok pemakai air, ambulan desa
f) Langkah langkah pembinaan PHBS di Rumah Tangga i.
Di Kabupaten Kota
Mengeluarkan kebijakan tentang pembinaan PHBS di Rumah Tangga melalui Tim Penggerak PKK di seluruh kecamatan dan desa/kelurahan
Sosialisasi pembinaan PHBS di Rumah Tangga kepada Tim Penggerak PKK
Mengadvokasi Bupati /Walikota /DPRD untuk memperoleh dukungan kebijakan dan dana bagi pembinaan PHBS di Rumah Tangga diseluruh kecamatan dan desa/kelurahan
Memantau kemajuan pelaksanaan pembinaan PHBS di Rumah Tangga dan pencapaian Rumah Tangga tingkat kabupaten /kota
Memberikan penghargaan terhadap Pelaksana Terbaik PHBS di Rumah Tangga tingkat kabupaten/kota
ii.
Di Kecamatan
Mengeluarkan kebijakan tentang pembinaan PHBS di Rumah Tangga melalui Tim Penggerak PKK di seluruh desa /kelurahan
Sosialisasi pembinaan PHBS di Rumah Tangga kepada Tim Penggerak PKK desa /kelurahan dan organisasi masyarakat lainnya.
Mengadvokasi Camat dan lintas sektor terkait untuk memperoleh dukungan kebijakan dan dana bagi pembinaan PHBS di Rumah Tangga di seluruh desa/kelurahan
Menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan pembinaan PHBS di Rumah Tangga berdasarkan prioritas masalah PHBS tingkat desa/kelurahan
Melatih TP-PKK desa/kelurahan dalam melaksanakan pembinaan PHBS di Rumah Tangga. 7
Memantau kemajuan pelaksanaan pembinaan PHBS di Rumah Tangga dan pencapaian Rumah Tangga diseluruh desa.
Mengirimkan hasil pengumpulan data PHBS di seluruh desa/kelurahan ke Dinasa Kesehatan kabupaten/kota untuk diolah lebih lanjut melalui Sistem Informsi Manajemen PHBS (SIM-PHBS).
Melaksanakan penilaian PHBS di Rumah Tangga tingkat desa/kelurahan.
Memberikan penghargaan terhadap Pelaksana Terbaik PHBS di Rumah Tangga tingkat desa/kelurahan.
iii.
Di Desa/Kelurahan
Sosialisasi PHBS di Rumah Tangga
Pengumpulan data PHBS di Rumah Tangga
Pengolahan Data dan Pemetaan PHBS
Perencanaan kegiatan
Penggerakan dan Pelaksanaan Kegiatan
Pemantauan dan Penilaian
g) Terdapat 10 indikator PHBS di dalam rumah tangga, yakni:
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan : Yang dimaksud tenaga kesehatan disini seperti dokter, bidan dan tenaga paramedis lainnya. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa masyarakat yang masih mengandalkan tenaga non medis untuk membantu persalinan, seperti dukun bayi. Selain tidak aman dan penanganannya pun tidak steril, penanganan oleh dukun bayi inipun dikhawatirkan berisiko besar dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi.
Memberi bayi ASI Eksklusif : Seorang ibu dapat memberikan buah hatinya ASI Eksklusif yakni pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi mulai usia nol hingga enam bulan.
Menimbang Balita setiap bulan : Penimbangan bayi dan Balita setiap bulan dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan Balita tersebut setiap bulan. Penimbangan ini dilaksanakan di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) mulai usia 1 bulan hingga 5 tahun.
8
Setelah dilakukan penimbangan, catat hasilnya di buku KMS (Kartu Menuju Sehat). Dari sinilah akan diketahui perkembangan dari Balita tersebut.
Menggunakan Air Bersih : Gunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti memasak, mandi, hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit.
Mencuci tangan pakai sabun : Mencuci tangan di air mengalir dan memakai sabun dapat menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang menempel di tangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman. Cucilah tangan setiap kali sebelum makan dan melakukan aktifitas yang menggunakan tangan, seperti memegang uang dan hewan, setelah buang air besar, sebelum memegang makanan maupun sebelum menyusui bayi.
Gunakan Jamban Sehat : Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk ihkannya. Ada beberapa syarat untuk jamban sehat, yakni tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau, tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan ventilasi udara yang cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
Memberantas jentik di rumah sekali seminggu : Lakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air, dll yang dilakukan secara teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M (Menguras, Mengubur, Menutup).
Makan buah dan sayur setiap hari : Konsumsi sayur dan buah sangat dianjurkan karena banyak mengandung berbagai macam vitamin, serat dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh.
Melakukan aktifitas fisik setiap hari : aktifitas fisik, baik berupa olahraga maupun kegiatan lain yang mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar 9
sepanjang hari.Jenis aktifitas fisik yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yakni berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian, dan lain-lainnya.
Tidak merokok di dalam rumah : Di dalam satu puntung rokok yang diisap, akan dikeluarkan lebih dari 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin, tar, dan karbon monoksida (CO). Jika ada anggota keluarga yang merokok (perokok aktif), terlebih di dalam rumah, maka asap yang dihasilkan dari rokok tersebut tidak hanya berbahaya bagi perokok itu sendiri, melainkan juga orang-orang disekitarnya (perokok pasif) yang tentu saja berefek buruk bagi kesehatan. Rumah sebagai tempat berlindung bagi keluarga, termasuk dari asap rokok. Oleh karena itu, perokok pasif harus berani menyuarakan haknya untuk bebas dari kepulan asap rokok. Memang PHBS, khususnya di skala rumah tangga, memang terasa mudah dalam
teori, namun dalam pelaksanaannya memang butuh banyak dukungan, mulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitar hingga pemerintah. Banyak tantangan yang dihadapi dalam menerapkan PHBS di lingkungan keluarga. Masih banyaknya iklan rokok yang ada di media cetak maupun elektronik, makanan dan minuman cepat saji yang kurang sesuai dengan prinsip gizi seimbang, belum adanya monitoring evaluasi terpadu tentang kegiatan PHBS ini. Selain itu, kawasan padat penduduk di kota-kota besar seperti Surabaya dan juga banyaknya penduduk musiman yang menimbulkan permasalahan pada kehidupan sosial dan ekonomi juga merupakan tantangan tersendiri dalam penerapan PHBS. Oleh karena itu, bagaimana upaya penerapan sepuluh PHBS di lingkungan keluarga, tentu sangat tergantung dari kesadaran dan peran aktif masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing. Sebab, upaya mewujudkan lingkungan yang sehat akan mendukung pola perilaku kehidupan masyarakat yang sehat secara kerkesinambungan.
2.2 Penerapan promosi kesehatan dalam lingkungan kerja 1. Definisi Tempat Kerja Tempat Kerja menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1970 ialah tiap ruangan atau lapangan baik terbuka atau tertutup, bergerak maupun menetap dimana terdapat tenaga kerja
10
yang bekerja atau sering dimasuki orang bekerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Menurut OHSAS 18001:2007 tempat kerja adalah lokasi manapun yang bekaitan dengan aktivitas kerja di bawah kendali organisasi (perusahaan). 2. Definisi Promosi Kesehatan di Tempat Kerja Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan komponen kegiatan pelayanan pemeliharaan/ perlindungan kesehatan pekerja dari suatu pelayanan kesehatan kerja. Sayang sekali, dalam beberapa hal promosi kesehatan di tempat kerja dikembangkan sebagai kegiatan yang terpisah dari pelayanan kesehatan kerja. Hal ini selain membuang sumber daya, juga tidak efektif dalam kemajuan program promosi kesehatan di tempat kerja. Sehat berarti tidak hanya ketiadaan suatu penyakit tapi optimalnya kondisi fisik, mental dan kesejahteraan sosial. Promosi kesehatan kerja didefinisikan sebagai proses yang memungkinkan pekerja untuk meningkatkan kontrol terhadap kesehatannya. Jika dilihat dalam konteks yang lebih luas, promosi kesehatan di tempat kerja adalah rangkaian kesatuan kegiatan yang mencakup manajemen dan pencegahan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan serta peningkatan kesehatan pekerja secara optimal. Promosi kesehatan kerja adalah upaya memberdayakan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri serta lingkungannya. Promosi kesehatan menempatkan masyarakat sebagai subyek bukan obyek, sebagai pelaku bukan sasaran, dan aktif berbuat bukan pasif menunggu. Jadi dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan di tempat kerja (health promotion at the workplace) adalah program kegiatan yang direncanakan dan ditujukan pada peningkatan kesehatan para pekerja beserta anggota keluarga yang ditanggungnya dalam konteks tempat kerja. Promosi kesehatan di tempat kerja diselenggarakan berdasarkan suatu kerangka konsep (framework), yang dibangun melalui beberapa kunci seperti ; pendekatan (approach), strategi (strategies), area prioritas (priority areas), faktor yang mempengaruhi (influence factors), dan lain-lain 3. Tujuan Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja 11
Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.
Menurunkan angka absensi tenaga kerja.
Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja.
Membantu tumbuhnya kebiasaan kerja dan gaya hidup yang sehat.
Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, kondusif, dan aman.
Memberikan dampak positif terhadap lingkungan kerja dan masyarakat Secara mendasar promosi kesehatan di tempat kerja adalah perlu melindungi individu
(pekerja), lingkungan didalam dan diluar tempat kerja dari bahan-bahan berbahaya, stress atau lingkungan kerja yang jelek. Gaya kerja yang memperhatikan kesehatan dan menggunakan pelayanan kesehatan yang ada dapat mendukung terlaksananya promosi kesehatan di tempat kerja. 4. Sasaran dari Promosi Kesehatan Di tempat Kerja
Primer
: Karyawan di tempat kerja.
Sekunder
: Keluarga pekerja dan masyarakat sekitar pabrik
Tersier
: Dinas Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja, dan Perusahaan-
perusahaan Asuransi Kesehatan
5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat Kerja PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat kerja antara lain :
Tidak merokok di tempat kerja.
Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja.
Melakukan olahraga secara teratur atau aktifitas fisik. 12
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang
air besar dan buang air kecil.
Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.
Menggunakan air bersih.
Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar.
Membuang sampah pada tempatnya.
Mempergunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan.
6. Strategi Terbaik Untuk Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja
Implementasi program perubahan gaya hidup karyawan (Berhenti merokok,
Program Fitness, Meningkatkan nutrisi, pengurangan stress dll).
Program konsultasi dan penilaian resiko kesehatan di perusahaan.
Menunjukkan dukungan manajemen terhadap program promosi kesehatan
khususnya membangun pernyataan misi promosi kesehatan perusahaan.
Membangun budaya organisasi yang fleksibel, dukungan masyarakat, responsif
terhadap kebutuhan karyawan.
Membangun kebijakan perusahaan untuk memelihara area bebas rokok dan
minuman keras dan narkoba di tempat kerja.
Membentuk komite kesehatan dan keselamatan kerja dan melakukan pertemuan
secara reguler.
Mengawasi efektivitas, biaya, keuntungan dan partisipasi dalam program promosi
kesehatan.
Membuat dan memelihara fasilitas promosi kesehatan dengan menghubungkan
audit kualitas lingkungan kerja pada interval reguler dan ambil langkah untuk identifikasi alamat area yang bermasalah. 7. Kunci Efektivitas Program Kesehatan Di Tempat Kerja
Menunjukkan keterlibatan dan dukungan manajemen pada program kesehatan.
Melibatkan karyawan dalam tahapan perencanaan program.
Tawarkan program pada waktu dan tempat yang menyenagkan bagi karyawan 13
Membuat tujuan program dan identifikasi kebutuhan kesehatan karyawan.
Berikan hadiah terhadap prestasi dan keikutsertaan dalam pencapaian tujuan
program.
Meyakinkan karyawan bahwa status kesehatan mereka adalah sangat penting
Berikan program yang bervariasi untuk mempertemukan kebutuhan karyawan
Membuat lingkungan tempat kerja mendukung usaha perubahan gaya hidup
Membantu karyawan untuk mengerti dampak dari masalah kesehatan.
2.3 Penerapan promosi kesehatan dalam lingkungan sekolah 1. Arti penting Promosi Kesehatan Sekolah Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya untuk menciptakan sekolah menjadi suatu komunitas yang mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekolah melalui 3 kegiatan utama (a) penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,(b) pemeliharaan dan pelayanan di sekolah,dan (c) upaya pendidikan yang berkesinambungan. Ketiga kegiatan tersebut dikenal dengan istilah TRIAS UKS. Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah mempunyai peranan dan kedudukan strategis dalam upaya promosi kesehatan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar anak usia 5-19 tahun terpajan dengan lembaga pendidikan dalam jangka waktu cukup lama. Jumlah usia 7-12 berjumlah 25.409.200 jiwa dan sebanyak 25.267.914 anak (99.4%) aktif dalam proses belajar. Untuk kelompok umur 13-15 thn berjumlah 12.070.200 jiwa dan sebanyak 10.438.667 anak (86,5%) aktif dalam sekolah (sumber: Depdiknas,2007). Dari segi populasi, promosi kesehatan di sekolah dapat menjangkau 2 jenis populasi, yaitu populasi anak sekolah dan masyarakat umum/keluarga. Apabila promosi kesehatan ditujukan pada usia sampai dengan 12 tahun saja, yang berjumlah sekitar 25 juta, maka mereka akan mampu menyebarluaskan informasi kesehatan kepada hampir 100 juta populasi masyarakat umum yang terpajan promosi kesehatan. Sekolah mendukung pertumbuhan dan perkembangan alamiah seorang anak, sebab di sekolah seorang anak dapat mempelajari berbagai pengetahuan termasuk kesehatan. Promosi kesehatan di sekolah membantu meningkatkan kesehatan siswa, guru, karyawan, keluarga serta masyarakat sekitar, sehingga proses belajar mengajar berlangsung lebih produktif.
14
Dalam promosi kesehatan sekolah, keluarga anak sekolah dapat dipandang sebagai 2 aspek yaitu : a)
Sebagai pendukung keberhasilan program promosi kesehatan di sekolah ( side)
b)
Sebagai pihak yang juga memperoleh manfaat atas berlangsungnya promosi kesehatan di sekolah itu sendiri (impact side) Pada segi pendukung keberhasilan, promosi kesehatan di sekolah seringkali akan
lebih berhasil jika mendapat dukungan yang memadai dari keluarga si murid. Hal terkait dengan intensitas hubungan antara anak dan keluarga, dimana sebagian besar waktu berinteraksi dengan keluaraga lebih banyak. Pada segi pihak yang turut memperoleh manfaat, peran orang tua yang memadai, hangat, membantu serta berpartisipasi aktif akan lebih menjamin keberhasilan program promosi kesehatan. Sebagai contoh bila di sekolah dilakukan kampanya perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun kemudian dirumah orang tua juga menyediakan fasilitas CTPS, maka perilaku anak akan lebih lestari (sustainable). Bentuk dukungan orang tua ini meyakinkan bahwa tindakan cuci tangan pakai sabun merupakan tindakan yang benar, baik di sekolah maupun di rumah. 2. Tujuan Promosi Kesehatan Di Sekolah
Meningkatkan peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah untuk ber-PHBS
Meningkatkan lingkungan sekolah yang sehat, aman dan nyaman
Meningkatkan pendidikan kesehatan di sekolah
Meningkatkan akses (kesempatan) untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan di sekolah
Meningkatkan peran aktif peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah
Meningkatkan penerapan kebijakan sehat dan upaya di sekolah untuk mempromosikan
kesehatan.
3. Strategi Promosi Kesehatan WHO mencanangkan lima strategi promosi kesehatan di sekolah yaitu: a) Advokasi
15
Kesuksesan program promosi kesehatan di sekolah sangat ditentukan oleh dukungan dari berbagai pihak yang terkait dengan kepentingan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan masyarakat sekolah. Guna mendapatkan dukungan yang kuat dari berbagai pihak terkait tersebut perlu dilakukan upaya-upaya advokasi untuk menyadarkan akan arti penting program kesehatan sekolah. Advokasi lebih ditujukan kepada berbagai pihak yang akan menentukan kebijakan program, termasuk kebijakan yang terkait dana untuk kegiatan. b) Kerjasama Kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait sangat bermanfaat bagi jalannya program promosi kesehatan sekolah. Dalam kerjasama ini berbagai pihak dapat saling belajar dan berbagi pengalaman tentang keberhasilan dan kekurangan program, tentang cara menggunakan berbagai sumber daya yang ada, serta memaksimalkan investasi dalam pemanfaatan untuk melakukan promosi kesehatan. c) Penguatan kapasitas Kemampuan kerja dalam kegiatan promosi kesehatan di sekolah harus dapat dilaksanakan secara optimal. Untuk itu berbagai sektor terkait harus diyakini dapat memberikan dukungan untuk memperkuat program promosi kesehatan di sekolah. Dukungan berbagai sektor ini dapat terkait dalam rangka penyusunan rencana kegiatan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program promosi kesehatan sekolah. d) Kemitraan Kemitraan dengan berbagai unit organisasi baik pemerintah, LSM maupun usaha swasta akan sangat mendukung pelaksanaan program promosi kesehatan sekolah. Disamping itu, dengan kemitraan akan dapat mendorong mobilisasi guna meningkatkan status kesehatan di sekolah. e) Penelitrian Penelitian merupakan salah satu komponen dari pengembangan dan penilaian program promosi kesehatan. Bagi sektor terkait, penelitian merupakan akses untuk masuk dalam mengembangkan promosi kesehatan di sekolah baik secara nasional maupun regional, disamping untuk melakukan evaluasi peningkatan PHBS siswa sekolah. 4. Komponen Promosi Kesehatan Di Sekolah Komponen-komponen kesehatan menurut WHO dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Penerapan Kebijakan Kesehatan 16
Peraturan-peraturan yang dibuat oleh Pimpinan Sekolah dimaksudkan untuk menanamkan kebiasan atau perilaku sehat bagi para murid.
Kebiasaan yang terkait dengan pemeliharaan kesehatan perorangan (personal
hygiene) seperti : keharusan memakai alas kaki, keharusan memotong dan ihkan kuku, kebersihan rambut, kulit, dsb. Untuk mananamkan kedisiplinan ini, setiap Senin dilakukan pemeriksaan oleh guru misalnya.
Larangan jajan di sembarang tempat. Dengan adanya kantin sekolah akan
memudahkan guru dan petugas sekolah untuk melakukan pengawasan.
b)
Larangan merokok di lingkungan sekolah
Larangan membawa barang-barang terlarang dan melanggar norma-norma social.
Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan
Tersedianya tempat cuci tangan
Tersedianya klinik atau sekuarang-kurangnya ruang dan peralatan P3K
Adanya tenaga terlatih untuk P3K dsb
Tersedianya alat-alat medis sederhana misalnya, thermometer, tensi darah, dan
timbangan berat badan. c)
d)
Tersedianya lingkungan yang sehat
Semua ruangan sekolah (kelas) harus cukup ventilasi dan pencahayaan
Tersedianya air bersih
Tersedianya tempat pembuangan air kecil/besar yang memadai
Tersedianya tempat sampah baik di setiap ruang kelas maupun di teras.
Tersedianya keset
Tersedianya lapangan sekolah atau halaman sekolah
Tersedianya taman sekolah
Adanya program penyuluhan kesehatan
17
Pendidikan dan penyuluhan kesehatan di sekolah penting dilakukan terutam yang menyangkut :
e)
Pentingnya kebersihan perorangan
Pemilihan makanan yang bergizi
Pentingnya olahraga atau aktivitas fisik
Bahaya merokok dan narkoba bagi kesehatan
Kesehatan reproduksi
Cara-cara pencegahan penyakit
Partisipasi orangtua murid dan masyarakat Pengembangan kesehatan di sekolah merupakan bagian daripada pengembangan kesehatan masyarakat yang berarti memerlukan partisipasi dari masyarakat terutama orangtua murid.
2.4 Penerapan promosi kesehatan dalam fasilitas layanan kesehatan A. Rumah Sakit 1. Prinsip Dasar Perbedaan promosi kesehatan di rumah sakit dengan yang lainnya hanya terletak pada sasarannya saja. Sasaran promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan masyarakat adalah kelompok orang sehat, sedangkan sasaran promosi kesehatan di rumah sakit utamanya adalah orang yang sakit (pasien) dan juga orang yang sehat atau keluarga pasien. Ditinjau dari tempat pelaksanaan (setting), rumah sakit termasuk tatanan institusi pelayanan kesehatan. Dari segi psikososial orang yang sedang sakit atau keluarga orang yang sakit dalam kondisi ketidakenakan : rasa sakit, kekhawatiran, kecemasan, kebingungan, dan sebagainya. Oleh sebab itu mereka memerluka bantuan bukan saja pengobatan, tetapi juga bantuan lain seperti informasi, nasihat, dan petunjuk – petunjuk dari petugas rumah sakit berkaitan dengan masalah atau penyakit yang mereka alami.
Dalam mengembangkan promosi kesehatan rumah sakit, beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan sebagai berikut : 18
Promosi kesehatan di rumah sakit dikhususkan untuk individu – individu yang sedang memerlukan pengobatan dan perawatan di rumah sakit.
Promosi kesehatan di rumah sakit pada prinsipnya adalah pengembangan pengertian atau pemahaman pasien dan keluarganya terhadap masalah kesehatan atau penyakit yang didideritanya.
Promosi kesehatan di rumah sakit juga mempunyai prinsip pemberdayaan pasien dan keluarganya dalam kesehatan.
Promosi kesehatan di rumah sakit pada prinsipnya adalah penerapan “proses belajar” kesehatan di rumah sakit.
2. Tujuan Promosi Kesehatan di Rumah sakit Sasaran promosi kesehatan di rumah sakit bukan hanya orang sakit atau pasien dan keluarga pasien saja, tetapi juga rumah sakit. Oleh sebab itu, promosi kesehatan di rumah sakit mempunyai bermacam-macam tujuan sesuai dengan sasaran yaitu tujuan bagi pasien, keluarga pasien, dan tujuan bagi rumah sakit. a) Bagi Pasien
Mengembangkan perilaku kesehatan (healthy behavior) Promosi kesehatan di rumah sakit mempunyai tujuan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan perilaku (praktik) tentang kesehatan, khususnya yang terkait dengan masalah atau penyakit yang diderita oleh pasien yang bersangkutan. Apabila pengetahuan, sikap dan perilaku ini dipunyai oleh pasien maka pengaruhnya antara lain :
Mempercepat kesembuhan dan pemulihan pasien
Mencegah terserangnya penyakit yang sama atau mencegah kekambuhan penyakit.
Mencegah terjadinya penularan penyakit kepada orang lain, terutama keluarganya
Menyebarluaskan pengalaman tentang proses penyenbuhan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat belajar dari pasien tersebut.
Mengembangkan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan (health seeking behavior) 19
Promosi kesehatan terhadap pasien dengan memberikan pengetahuan yang benar tentang penyakit, terutama cara penyembuhan maka pasien akan mencari penyembuhan dengan tepat. b) Bagi Keluarga Keluarga adalah lingkungan sosial yang paling dekat dengan pasien. Proses penyembuhan dan terutama pemulihan terjadi bukan hanya semata – mata karena faktor rumah sakit, tetapi juga faktor keluarga. Oleh sebab itu, promosi kesehatan bagi keluarga pasien penting karena dapat :
Membantu mempercepat proses penyembuhan
Keluarga tidak terserang atau tertular penyakit
Membantu agar tidak menularkan penyakitnya ke orang lain
c) Bagi Rumah Sakit Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2010) berpendapat bahwa promosi kesehatan di rumah sakit mempunyai keuntungan bagi rumah sakit itu sendiri , antara lain :
Meningkatkan mutu pelayanan
Meningkatkan citra rumah sakit
Meningkatkan angka hunian rumah sakit (BOR)
3. Sasaran Promosi Kesehatan Di Rumah Sakit Sasaran promosi kesehatan rumah sakit adalah masyarakat rumah sakit. Secara rinci sasaran promosi kesehatan di rumah sakit diuraikan sebagai berikut : i.
Penderita (pasien) pada berbagai tingkat penyakit Pasien yang datang ke rumah sakit sangat bervariasi, baik dilihat dari segi latar belakang sosial ekonominya, maupun dilihat dari tingkat keparahan penyakit dan jenis pelayanan perawatan yang diperlukan. Promosi kesehatan dengan berbagai jenis sasaran pasien dijadikan dasar untuk menentukan metode dan strategi promosi atau penyuluhan.
ii.
Kelompok atau individu yang sehat 20
Pengunjung rumah sakit yang sehat antara lain keluarga pasien yang mengantarkan atau menemani pasien, baik pasien rawat jalan maupun rawat inap serta tamu rumah sakit. Kelompok sasaran orang sehat penting untuk dijadikan sasaran promosi kesehatan, karena mereka ini akan dapat menunjang proses penyembuhan pasien baik waktu masih dalam perawatan di rumah sakit, maupun bila sudah pulang ke rumah. iii.
Petugas rumah sakit Petugas rumah sakit secara fungsional dapat dibedakan menjadi petugas medis, para medis dan non-medis. Sedangkan secara structural dapat dibedakan menjadi pimpinan, tenaga istrasi, dan tenaga teknisi. Oleh sebab itu sebelum mereka melakukan promosi kepada para pasien atau keluarga pasien, mereka harus dibekali kemampuan promosi atau penyuluhan kesehatan .
4. Tempat dan Kesempatan Promosi Kesehatan Pada waktu pasien akan menjalani perawatan di rumah sakit atau pasien yang akan berobat jalan di rumah sakit, akan melalui prosedur yang ditentukan rumah sakit. Di tempat – tempat tersebut idealnya merupakan tempat untuk dilaksanakan promosi kesehatan, terkait dengan pelayanan yang akan diberikan. Namun demikian tidak semua titik pelayanan tersebut efektif untuk dilakaukan promosi kesehatan. Tempat – tempat pelayanan rumah sakit yang potensial dilakukan promosi kesehatan, anatara lain sebagai berikut : i.
Di ruang tunggu Di ruang tunggu rumah sakit baik di ruang tunggu panggilan periksa dokter, ruang tunggu obat, dan sebagainya adalah kesempatan yang baik untuk melakukan promosi kesehatan. Karena pada umumnya di tempat tersebut pasien atau pengantar pasien berkumpul dalam waktu yang relatif lama untuk menunggu giliran pemeriksaan atau memperoleh obat. Di ruang ini dapat dilakukan penyuluhan langsung atau ceramah kesehatan atau dilakukan penyuluhan tidak langsung misalnya menggunakan rekaman radio kaset atau video tidak langsung. Disamping itu, di ruang tunggu juga disediakan leaflet – leaflet atau selebaran – selebaran yang dapat dibaca atau dibawa pulang oleh pasien atau keluarga pasien. Demikian pula pada dinding – dinding ruang tunggu perlu ditempel poster – poster yang berisikan pesan – pesan kesehatan. 21
ii.
Di kamar periksa Sambil memeriksa pasien atau setelah selesai memeriksa pasien, petugas kesehtan atau dokter dapat menjelaskan tentang penyakit yang diderita pasien, penyebabnya, perjalanan penyakitnya, cara penularan, cara pencegahan, dan pengobatan yang diberikan. Untuk menunjang promosi atau penyuluhan kesehatan pada kesempatan – kesempatan tersebut, di ruang periksa dilengkapi dengan alat – alat peraga atau gambar – gambar terkait dengan penyakit tertentu, misalnya : kerangka manusia, gambar – gambar atau model makanan bergizi dan sebagainya.
iii.
Di ruang perawatan Di ruang perawatan peran perawat sangat penting karena di tempat ini, perawat mempunyai waktu yang relatif banyak untuk berkomunikasi dengan pasien dibandingkan dengan petugas yang lain. Perawat dapat menyampaikan pesan – pesan dan anjuran – anjuran yang harus dipatuhi oleh pasien dalam rangka proses penyembuhan.
5. Materi Promosi Kesehatan di Rumah Sakit Materi atau isi promosi kesehatan di rumah sakit adalah mencakup pesan – pesan atau informasi – informasi kesehtan yang disampaikan kepada pasien atau keluarga pasien. Materi promosi kesehatan di rumah sakit ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yakni : i. Pesan kesehtan yang terkait dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan Pesan – pesan kesehatan yang terkait pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ini mencankup perilaku hidup sehat (healthy behavior), antara lain :
Makan dengan menu atau susunan makanan yang seimbang
Aktivitas fisik secra rutin, termasuk olahraga
Tidak merokok atau minum minuman keras, seperti alcohol
Memanajemen stress
Istirahat cukup
ii. Pesan – pesan kesehtan yang terkait dengan pencegahan serangan penyakit 22
Pesan – pesan tentang pencegahan berbagai macam penyakit perlu dikemas dalam media leaflet atau poster sekurang – kurangnya mencakup :
Gejala atau tanda – tanda penyakit
Penyebab penyakit
Cara penularan penyakit dan pencegahan penyakit
iii. Pesan – pesan kesehatan yang terkait dengan proses pemyembuhan dan pemulihan Masing – masing penyakit mempunyai proses penyembuhan yang berbeda. Oleh sebab itu, informasi atau pesan – pesan kesehtan yang terkait dengan proses penyembuhan dan pemulihan merupakan isi promosi kesehatan di rumah sakit. 6. Bentuk Metode Promosi Kesehatan di Rumah Sakit Promosi rumah sakit seyogianya menciptakan kesan rumah sakit menjadi tempat yang menyenangkan, tempat untuk beramah tamah, dan sebagainya. Untuk mengubah kesan tersebut seyogianya bentuk atau pola promosi kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi : i. Pemberian contoh Tahap pertama yang diperlukan untuk mengubah kesan rumah sakit yang menyeramkan tersebut adalah dengan menampilkan bangunan fisik dan fasilitas rumah sakit ii. Penggunaan media Media informasi atau penyuluhan kesehatan di rumah sakit merupakan alat bantu dalam memyampaikan pesan – pesan kesehtan kepada para pasien dan pengunjung rumah sakit lainnya. Media informasi yang layak digunakan di rumah sakit dia antaranya dalam bentuk cetakan : leaflet, flayer atau selebaran, poster dan spanduk, serta dalam bentuk media elektronik, yakni radio kaset dan video kaset. iii. Promosi atau penyuluhan langsung Penyuluhan langsung dapat dilakukan secara terstruktur atau terprogram, tetapi juga dapat dilakukan secara tidak terstruktur atau tidak terprogram. Berdasarkan sasaran promosi kesehatan, bentuk promosi kesehatan dapat dilaksanakan secara :
Individual
Kelompok
Massa 23
Seperti halnya promosi kesehatan di tatanan – tatanan lainnya, pada umumnya promosi kesehatan dengan menggunakan metode langsung dan tidak langsung.
Secara Langsung Metode penyuluhan langsung digunakan pada waktu penyuluhan langsung, yakni apabila sasaran (pasien dan keluarga pasien) bertatap muka dengan petugas kesehatan sebagai promotor kesehatan. Oleh sebab itu, metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi kelompok, simulasi dan permain peran.
Secara Tidak langsung Promosi atau penyuluhan secara tidak langsung berarti menggunakan media dan antara petugas promosi kesehatan tidak dapat bertatap muka dengan pasien atau keluarga pasien sebagai client. Oleh sebab itu, maka metode promosi secara tidak langsung ini selalu menggunakan media atau alat bantu pendidikan atau promosi, misalnya : leaflet, booklet, selebaran, poster, radio kaset, video kaset dan sebagainya
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010) . B. Puskesmas 1. Pengertian Promosi Kesehatan Di Puskesmas Dalam
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
585/Menkes/SK/V/2007 Tentang Pedoman Pelaksana Promosi Kesehatan di Puskesmas dijelaskan bahwa promosi Kesehatan Puskesmas adalah upaya puskesmas melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat. 2. Strategi Promosi Kesehatan Di Puskesmas Sebagaimana disebutkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan Surat Keputusan menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang pedoman Pelaksana Promosi Kesehatan di daerah, strategi dasar utama promosi kesehatan antara lain :
Pemerdayaan 24
Bina suasana
Advokasi
Kemitraan
3. Pendukung Dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan Dalam pelaksanaanya, strategi promosi kesehatan harus diperkuat dengan metode dan media yang tepat, serta sumber daya yang memadai. a) Metode dan Media Metode yang dimaksud disini adalah metode komunikasi. Pada prinsipnya, baik pemberdayaan, bina suasana, maupun advokasi adalah proses komunikasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan metode yang tepat dalam proses tersebut. Pemilihan metode harus dilakukan dengan memperhatikan kemasan informasinya, keadaan penerima informasi dan hal – hal lain seperti ruang dan waktu. Media atau sarana informasi juga perlu dipilih mengikuti metode yang telah ditetapkan, memperhatikan sasaran atau penerima informasi. Media yang digunakan tidak penuh tulisan. b) Sumber Daya Sumber daya utama yang diperlukan untuk menyelenggarakan promosi kesehatan puskesmas adalah tenaga (SDM), sarana/peralatan termasuk media komunikasi dan dana. Pengelolaan promosi kesehatan hendaknya dilakukan oleh koordinator yang mempunyai kapasitas di bidang promosi kesehatan. Jika tidak tersedia tenaga khusus promosi tersebut dapat dipilih dari semua tenaga kesehatan puskesmas yang melayani pasien. 4. Kegiatan Promosi Kesehatan Di Dalam Gedung Puskesmas Promosi kesehatan didalam gedung puskesmas adalah promosi kesehatan yang dilaksanakan dilingkungan dan gedung puskesmas seperti di tempat pendaftaran, poliklinik, ruang perawatan, laboratorium kamar obat, dan halaman puskesmas. Kegiatan promosi kesehatan didalam gedung puskesmas dilaksanakan sejalan dengan pelayanan yang di selenggarakan puskesmas. a) Di Tempat Pendaftaran b) Di Poliklinik 25
c) Di ruang pelayanan KIA dan KB d) Di Ruang Perawatan Inap e) Pemanfaatan Ruang Tunggu f) Di Laboratorium g) Di Kamar Obat h) Di Klinik Khusus i) Dihalaman 5. Kegiatan Promosi Kesehatan di Luar Gedung Puskesmas Promosi kesehatan dilakukan untuk masyarakat yang berada di wilayah kerja puskesmas. Pelaksanaan promosi kesehatan di luar gedung puskesmas yang dilakukan oleh Puskesmas sebagai suatu upaya untuk meningkatkan PHBS melalui pengorganisasian masyarakat. a) Kunjungan Rumah b) Pemberdayaan Berjenjang c) Pengorganisasian Masyarakat 2.5 Penerepan konsep promosi kesehatan di dalam fasilitas umum Penularan penyakit dapat terjadi di tempat-tempat umum karena kurangtersedianya air bersih dan jamban, kurang baiknya pengelolaan sampah dan air limbah, kepadatan vektor berupa lalt dan nyamuk, kurangnya ventilasi dan pencahayaan, kebisingan dan lain-lain. Tempat-tempat umum yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai penyakit, yang selanjutnya dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia. Penyakit
yang banyak terjadi di tempat-tempat umum antara lain: diare, demam
berdarah, keputihan, infeksi saluran pernafasan akut serta penyakit-penyakit lain akibat terpapar asap rokok, seperti: penyakit paru-paru, jantung dan kanker. Terjadinya penyakit-penyakit tersebut disebabkan lingkungan yang buruk dan perilaku hidup yang tidak sehat seperti tidak menggunakan air bersih, membuang sampah sembarangan, membiarkan air tergenang, dan kebiasaan merokok di tempat umum. Untuk mencegah resiko terjadinya berbagai penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit setiap individu, 26
kelompok, dan masyarakat tempat-tempat umum diharapkan dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Penerapan PHBS di tempat-tempat umum dapat diwujudkan melalui tersedianya sumber air bersih, jamban, tempat pembuangan sampah, adanya larangan untuk tidak merokok, serta anjuran untuk menutup makanan dan minuman yang terhidang (untuk penjaga makanan). Adapun
yang
dimaksud
dengan
tempat-tempat
umum
adalah
sarana
yang
diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya. 1. Sasaran PHBS di tempat-tempat umum a) Masyarakat pengunjung/pembeli b) Pedagang c) Petugas kebersihan, keamanan pasar d) Konsumen e) Pengelola (pramusaji) f) Jamaah g) Pemelihara/pengelola tempat ibadah h) Remaja tempat ibadah i) Penumpang j) Awak angkutan umum k) Pengelola angkutan umum 2. Manfaat PHBS di tempat-tempat umum a) Bagi masyarakat : Masyarakat menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit Masyarkat mampu mengupayakan lingkungan sehat, serta mampu mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi. b) Bagi tempat umum : Lingkungan disekitar tempat-tempat umum menjadi lebih bersih, indah dan sehat,
sehingga meningkatkan citra tempat umum. Meningkatkan pendapatan di tempat-tempat umum sebagai akibat dari meningkatnya
kunjungan pengguna tempat-tempat umum. c) Bagi pemerintah kabupaten/kota : Peningkatan persentase tempat umum menunjukkan kinerja dan citra pemerintah/kota
yang baik. Kabupaten/kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di tempat-tempat umum. 27
3. Langkah-langkah pembinaan PHBS di tempat-tempat umum a) Analisis sistem Penentu kebijakan/pimpinan di tempat-tempat umum melakukan pengkajian ulang tentang ada tidaknya kebijakan tentang PHBS di tempat-tempat umum serta bagaimana sikap dan perilaku khalayak sasaran (pengelola, karyawan, dan pengunjung) terhadap kebijakan PHBS di tempat-tempat umum. Kajian ini untuk memperoleh data sebagai dasar membuat kebijakan. 1. Pembentukan kelompok kerja penyusunan kebijakan PHBS di tempat-tempat umum. Membahas rencana kebijakan tentang penerapan PHBS di tempat-tempat umum Meminta masukan tentang penerapan PHBS di tempat-tempat umum, antisipasi
kendala dan sekaligus alternative solusi. Menetapkan penanggung jawab PHBS di tempat-tempat umum dan mekanisme
pengawasannya. Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi pengelola, karyawan dan pengunjung. Pimpinan atau penanggung jawab di tempat-tempat umum membentuk kelompok kerja penyusunan kebijakan PHBS di tempat-tempat umum.
2. Pembuatan kebijakan PHBS di tempat-tempat umum Kelompok kerja membuat kebijakan yang jelas, tujuan dan cara melaksanakannya. 3. Penyiapan infrastruktur Membuat surat keputusan tentang penanggung jawab dan pengawas PHBS di tempat
tempat umum. Instrumen pengawasan. Materi sosialisasi penerapan PHBS di tempat-tempat umum. Pembuatan dan penempatan pesan-pesan PHBS di tempat-tempat umum yang
strategis. Mekanisme dan saluran pesan PHBS di tempat-tempat umum. Pelatihan bagi pengelola PHBS di tempat-tempat umum.
4. Sosialisasi penerapan PHBS di tempat-tempat umum Sosialisasi penerapan PHBS di tempat-tempat umum di lingkungan internal. Sosialisasi tugas dan penanggung jawab PHBS di tempat-tempat umum. 5. Penerapan PHBS di tempat-tempat umum Penyampaian pesan PHBS di tempat-tempat umum kepada pengunjung seperti melalui penyuluhan, menyebarluaskan informasi melalui media poster, stiker, papan pengumuman, billboard, spanduk, dsb.
28
6.
Penyediaan sarana dan prasarana PHBS di tempat-tempat umum seperti air bersih,
jamban sehat, tempat sampah, tempat cuci tangan, dsb. Pelaksanaan pengawasan PHBS di tempat-tempat umum.
Pengawasan dan penerapan sanksi Pengawasan penerapan PHBS di tempat-tempat umum mencatat pelanggaran dan menerapkan sanksi sesuai dengan peraturan daerah setempat seperti merokok di tempat-
tempat umum, membuang sampah sembarangan. 7. Pemantauan dan evaluasi Lakukan pemantauan dan evaluasi secara periodik tentang kebijakan yang telah
dilaksanakan. Minta pendapat pokja PHBS di tempat-tempat umum dan lakukan kajian terhadap
masalah yang ditemukan. Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap kebijakan.
29
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Upaya promosi kesehatan yang diselenggarakan di tempat kerja, selain untuk memberdayakan masyarakat di tempat kerja untuk mengenali masalah dan tingkat kesehatannya, serta mampu mengatasi, memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri juga memelihara dan meningkatkan tempat kerja yang sehat. Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk pekerja dalam menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat. Keuntungan promosi kesehatan di tempat kerja, secara umum : Promosi Kesehatan di tempat kerja mendorong tempat kerja dan tenaga kerja yang sehat yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial. Menerapkan promosi kesehatan di dalam linkungan masyarakat dan kelompok adalah salah satu upaya perbaikan suatu kemajuan di bidang kesehatan. 3.2 Saran Diharapkan dengan tersusunnya makalah ini mahasiswa dapat menerapkan promosi kesehatan dilingkungan masyarakat maupun kelompok.
DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan. Jakarta: PT Renika Cipta Fertman, Cl., & Allensworth, DD.2010. Health Promotion Program. San Francisco, US : A Wiley Imprint. Keleher, H., MacDougall, C., & Murphy, B. 2007. Understanding Health Promotion. Victoria, Australia : Oxford University Press. Barata, Atep Adya. 2003. Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Jakarta : Eleex media computindo. Depkes RI. 2014. Promosi Kesehatan Rumah Sakit. Tersedia: www.promkes.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 7 September 2014 pukul 18.00 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 585/Menkes/SK/V/2007 Tentang Pedoman Pelaksana Promosi Kesehatan di Puskesmas. Mantra, I.B. 1989. Penyuluhan Kesehatan di Rumah Sakit, Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Notoarmodjo,Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:Rineka Cipta.