Minipro Purba 6d3o4d

Mini Project

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PENGUNJUNG PUSKESMAS KOTA WAINGAPU TERHADAP DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Stefanus Raditya Purba Program Internsip Dokter Indonesia Puskesmas Kota Waingapu 24 Januari 2019

PENDAHULUAN

Latar Belakang • DBD disebabkan virus dengue disebarkan vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus • 50-100 juta orang terinfeksi dengue setiap tahun di seluruh dunia • 126.675 kasus dengan 1.229 meninggal dunia di 34 provinsi (Profil Kesehatan Indonesia 2015)

• DBD di NTT • 1.015 kasus dengan angka kejadian 19,51 per 100.000 penduduk. • Case fatality rate 0,20% (Profil Kesehatan Indonesia 2016)

• DBD di Kec. Kota Waingapu • Des 2018 terjadi 75 kasus DBD dengan 2 meninggal dunia

Rumusan Masalah • Bagaimana tingkat pengetahuan pengunjung Puskesmas Kota Waingapu tentang DBD? • Bagaimana sikap pengunjung Puskesmas Kota Waingapu tentang DBD? • Bagaimana tindakan pengunjung Puskesmas Kota Waingapu tentang DBD?

Tujuan Penelitian • Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pengunjung Puskesmas Kota Waingapu • Untuk mengetahui sikap pengunjung Puskesmas Kota Waingapu • Untuk mengetahui tindakan masyarakat tentang DBD di wilayah kerja Puskesmas Kota Waingapu

Manfaat Penelitian • Puskesmas Kota Waingapu

• Pihak penulis

• gambaran tingkat pengetahuan, • menganalisis masalah yang sikap, dan tindakan pengunjung ada di masyarakat terhadap DBD • meningkatkan kemampuan • rumusan langkah-langkah intervensi komunikasi efektif selanjutnya • penelitian dan laporan ilmiah. • pengembangan program upaya promosi dan preventif di puskesmas. • Pihak-pihak lain • Masyarakat • tambahan wawasan dan • lebih cepat menerima kebijakan sumber pustaka sebagai intervensi langsung berbasis acuan dan pembanding untuk komunitas studi-studi serupa di wilayah lain.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus

Nyamuk Aedes aegypti & albopictus 1. Berwarna hitam dengan loreng putih di sekujur tubuh nyamuk. 2. Nyamuk menghisap darah pada pagi hari dan sore hari. 3. Senang hinggap di tempat gelap dan benda tergantung di dalam rumah.

Daur Hidup Nyamuk Aedes aegypti

Cara Penularan

Perjalananan Penyakit

Patogenesis & Patofisiologi Infeksi Virus Dengue

Demam, anoreksia, muntah

Manifestasi perdarahan

Hepatomegali

Permeabilitas vaskuler naik

trombositopenia

Kompleks Ag-AbKomplemen

Kebocoran plasma:

I

Dehidrasi Hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi pleura, asites

Demam Dengue Derajat Hipovolemia

Syok

DIC

Perdarahan Sluran Cerna

III

Anoksia

Meninggal

Patofisiologi Infeksi Dengue

Asidosis

IV

•

Manifestasi Klinis dan Gejala Klinis: Diagnosis – Demam tinggi mendadak 2-7 hari

– Manifestasi perdarahan: uji tornniquet (+) atau adanya perdarahan spontan seperti petekia, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan melena.

• Hepatomegali • Tanpa atau dengan adanya gejala syok: – – – –

Nadi lemah, cepat dan kecil sampai tidak teraba Tekanan nadi < 20 mmHg penurunan tekanan darah Kulit teraba dingin dan lembab, terutama daerah akral (ujung hidung, jari dan kaki) – Sianosis di daerah sekitar mulut

• Laboratorium – Trombositopenia (< 100.000/mm3) – Hemokonsentrasi (Ht ≥ 20%

• Diagnosa klinis ditegakkan bila didapatkan > 2 gejala klinis dengan trombositopenia dan hemokonsetrasi.

Pengobatan Awal

Pencegahan DBD LAKUKAN 4M PLUS: 1. MENGURAS Menguras wadah air seperti bak mandi, tempayan, vas bunga, penampung air agar telur dan jentik nyamuk mati

2. MENUTUP Menutup rapat semua wadah air agar nyamuk tidak dapat masuk dan bertelur

3. MENGUBUR Mengubur atau memusnahkan semua barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti ban bekas, kaleng bekas, pecahan botol, dll

4. MEMANTAU Memantau semua wadah air yang dapat menjadi tempat nyamuk berkembang biak

METODOLOGI

Metode Penelitian • Jenis Penelitian • Deskriptif kuantitatif • Cross-sectional

• Lokasi dan Waktu • Puskesmas Kota Waingapu • Timeline • Penentuan tema dan kuesioner 14 Januari 2019 • Pembagian kuesioner 15-18 Januari 2019 • Penyuluhan 19 Januari 2019

• Populasi target • pengunjung Puskesmas Kota Waingapu

• Sampel • Inklusi • usia ≥ 18 tahun, bersedia

• Eksklusi • Bukan penduduk wil. PKM Waingapu

• Besaran sampel • {1,962 x 0,71 x (1-0,29)}/ 0,12 = 79,6 ~ 80

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional • Tingkat pengetahuan • Tinggi: skor ≥ 75% (benar 12-16) • Sedang: skor ≥ 50% (benar 8-11) • Rendah: skor < 50 (benar 0-7)

• Sikap responden • Positif: skor 6-10 • Negatif: skor 0-5

• Tindakan responden • Baik, skor 7-10 • Cukup, skor 4-6 • Kurang, 0-3

• Usia • • • •

18-25 tahun 26-40 tahun 41-64 tahun ≥ 65 tahun

• Pekerjaan • Ibu rumah tangga, wiraswasta, karyawan swasta, PNS, TNI/polisi, honorer, tani/nelayan, pelajar

• Tingkat Pendidikan • Rendah: tidak sekolah – SD • Sedang: SMP-SMA • Tinggi: Diploma, PT

Kerangka Konsep

HASIL & DISKUSI

GAMBARAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

DISKUSI Gambaran Karakteristik Responden • Usia: • 41-64 tahun: 30 (37,5%) • 26-40 tahun: 27 (33,8%) • Penelitian sebelumnya: terbanyak 26-40 tahun (Wirakusuma (2016) & Itrat dkk (2008)

• Jenis kelamin: • Perempuan 46 (57,5%) & laki-laki 34 (42,5%) • Penelitian sebelumnya: • Perempuan lebih banyak: Wirakusuma (56,1%), Akhmadi dkk (70,8%) • Laki lebih banyak: Itrat dkk (63,3%)

• Tingkat Pendidikan • Sedang (SMP-SMA) terbanyak (78,8%) • Sama dengan penelitian sebelumnya oleh Wirakusuma (2016), Akhmadi dkk (2012), dan Marini (2009)

• Pekerjaan • Ibu rumah tangga terbanyak (46,2%) • Sama dengan Akhmadi dkk (2012), dan Marini (2009) • Wirakusuma: terbanyak wiraswasta (48,5%)

• Paparan informasi DBD • Mayoritas pernah

TINGKAT PENGETAHUAN

DISKUSI Tingkat Pengetahuan Responden • 65% rendah, 30% sedang, 5% tinggi • Berbeda dengan penelitian sebelumnya di mana mayoritas sedang dan tinggi (Hutapea 2007) • Faktor: • • • • •

Pendidikan  perbedaan level Pekerjaan Usia Pengalaman  fenomena DBD baru akhir-akhir ini paparan informasi  hanya berdasarkan kondisi belakangan

SIKAP

DISKUSI Sikap Responden • Mayoritas positif (90%) • Sejalan dengan penelitian sebelumnya (Wirakusuma (2016): 92,4%; Hutapea (2007): 99,7%; Pangemanan & Nelwan: 100% • Berbeda dengan penelitian Marini (2009): sikap baik 21,1% • Sikap: pandangan atau perasaan seseorang dengan kecenderungan untuk melakukan tindakan sesuai stimulus yang diberikan • Pada kasus ini karena ada wabah DBD mempengaruhi perasaan & pandangan orang  waspada, memperhatikan  sikap positif

TINDAKAN

DISKUSI Tindakan Responden • Penelitian sebelumnya mayoritas pada tingkatan sedang • Pengetahuan kurang tetapi tindakan baik? • Notoatmodjo: tindakan tidak harus didasari tingkat pengetahuan dan sikap namun jika didasari itu akan lebih berkelanjutan • Fenomena saat ini (wabah DBD) dapat mengubah paradigma orang  tindakan baik di masyarakat karena mulai ada kesadaran • Kemungkinan ketidaksesuaian kuesioner dengan kenyataaan

DISKUSI Keterbatasan Penelitian • Desain potong lintang (cross-sectional) • tidak dapat memberikan gambaran follow-up dari tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku setelah intervensi

• Keterbatasan sampling • Studi ini sebagai preliminary study untuk mencari gambaran awal serta mengevaluasi kemungkinan untuk diadakan penelitian lanjutan berbasis komunitas di wilayah kerja Puskesmas Waingapu • Butuh penelitian lebih besar berbasis komunitas untuk mendapat gambaran yang cukup representatif akan keadaan di wilayah

KESIMPULAN & SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN • Kesimpulan • Tingkat pengetahuan responden pengunjung Puskesmas Kota Waingapu tentang DBD mayoritas adalah rendah • Responden dari pengunjung Puskesmas Kota Waingapu mayoritas memiliki sikap positif terkait pencegahan dan tata laksana awal DBD • Responden dari pengunjung Puskesmas Kota Waingapu memiliki tindakan baik terkait pencegahan dan tata laksana awal DBD

• Saran • studi lanjutan berbasis komunitas di wilayah kerja Puskesmas Waingapu dengan sampel dari kepala keluarga dari masingmasing kelurahan • Implementasi program intervensi seperti penyuluhan dan penyebaran leaflet dalam skala lebih besar di masyarakat (seperti di masing-masing posyandu, pustu, atau kantor desa/kelurahan

REFERENSI (1) • Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010, Penemuan dan Tatalaksana Penderita Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Dirjen P L; 2010. • Gubler DJ. 2002. Epidemic dengue/dengue hemorrhagic fever as a public health, social and economic problem in the 21st century. Trends Microbiol Vol. 10, p100–103. • World Health Organization. Dengue and Severe Dengue. Accessed on 17th April 2017. Available at: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/ • Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2017 • Soedarmo SSP. 2005. Demam Berdarah (Dengue) pada Anak. Jakarta: Penerbit UI Press. • Hanim D. 2013. Program Pengendalian Penyakit menular Demam Berdarah Dengue. Surakarta: Fakultas Kedokteran UNS. p.1-51. • Kusumawardani E. 2012. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Ibu dalam pencegahan Demam Berdarah Dengue. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. • WHO. 2011. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. New Delhi: WHO Regional Office for South-East Asia • WHO. 2009. Dengue: Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control. Geneva: WHO. • Halstead, S. 2000. “Arbovirus”. Dalam: Nelson (Eds). Ilmu Kesehatan Anak. 15th ed. Jakarta: EGC. 1132-1139.

REFERENSI (2) • Notoodjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2nd ed. Jakarta: Rineka Cipta. • Wawan A, Dewi M. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Manusia. Jakarta: Nuha Medika. • Wirakusuma IB. 2016. Gambaran Tingkat Pengetahuan, SIkap, Praktik Tentang Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Bebandem. Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana • Gubler DJ. 2002. Epidemic dengue/dengue hemorrhagic fever as a public health, social, and economic problem ini the 21st century. Trends Microbiol Vol. 10, p 100-103. • Akhmadi, Ridha MR, Marlinae L, Setyaningtyas DE. 2012. Hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap demam berdarah dengue di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Kalimantan Selatan: Jurnal Buski, hal 7-13. • Marini D. Gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan mengenai DBD pada keluarga di kelurahan Padang Bulan Tahun 2009. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. • Hutapea B. 2017. Perilaku Masyarakat Mengenai DBD di Kelurahan Gung Negari Kecamatan Kabanjahe Karo Tahun 2007. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara • Suherman E. 2007. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Kepala Keluarga (KK) terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (di RW 22 Kelurahan Sungai Beliung Kota Pontianak). [Skripsi]. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro • Bahtiar Y. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tokoh Masyarakat dengan Perannya dalam Pengendalian Demam Berdarah di Wilayah Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya Vol.4,No.2.Hal 7384.

KUESIONER (1)

KUESIONER (2)

DOKUMENTASI

DOKUMENTASI

TERIMA KASIH