BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem informasi adalah sekumpulan fungsi yang bekerja secara bersamasama didalam mengelola, mengumpulkan, menyimpan, memproses, serta melakukan pendistribusian informasi. Sejalan dengan perkembangan teknologi komputer maka mempunyai kesan bahwa seluruh sistem terkomputerisasi dianggap sebagai sistem informasi, dan sebaliknya bahwa sistem informasi harus selalu berbasis pada sistem pengolahan data berbantuan komputer. Namun bertolak dari pengertian tersebut, beberapa ahli berpendapat bahwa sistem informasi tidak harus selalu dikaitkan dengan pengolahan data berdasarkan komputer. Hal ini didukung oleh Simkin Mark G yang mendefinisikan sistem informasi sebagai sekumpulan elemen yang bekerja secara bersama-sama baik secara manual ataupun berbasis komputer dalam
melaksanakan
pengolahan
data
yang
berupa
pengumpulan,
penyimpanan, pemrosesan data untuk menghasilkan informasi. Sejak ditetapkannya Indonesia Sehat 2010 sebagai visi Kesehatan, maka
Indonesia
telah
menetapkan
pembaharuan
kebijakan
dalam
pembangunan kesehatan, yaitu paradigma sehat yang inti pokoknya adalah menekankan pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia, kesehatan sebagai investasi bangsa dan kesehatan sebagai titik sentral pembangunan nasional (Budiharto,dkk , 2006). Sehubungan dengan hal ini maka perlu dikembangkan sistem informasi kesehatan nasional dan kesehatan daerah yang terpadu yang mampu menghasilkan data/informasi yang akurat, tepat waktu dan lengkap, sehingga mampu menjadi bagian utama dari pengambilan keputusan, khususnya bagi institusi pelayanan kesehatan yaitu rumah sakit dan puskesmas. Smart card merupakan salah satu pengembangan sistem informasi kesehatan yang telah dikembangkan di negara-negara maju seperti negara1
negara di Eropah. Smart card, seperti artinya yaitu sebuah kartu cerdas yang di pegang oleh klien dan tenaga kesehatan untuk dapat mengakses dengan mudah data kesehatan klien secara akurat. Pelayanan kesehatan yang bervisi maju serta mengedepankan kenyamanan, dilakukan pengembangan “Aplikasi Pelayanan Kesehatan” dengan berbasis pada smart card. Studi yang dilakukan kali ini merupakan upaya untuk mengembangkan pendayagunaan salah satu aplikasi teknologi informasi, khususnya smart card ke dalam sistem pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia. Sistem Aplikasi yang dikembangkan ini diproyeksikan untuk mendayagunakan penggunaan smart card dalam manajemen sumber daya di sebuah unit pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit atau Klinik baik yang berdiri sendiri atau yang berada di dalam suatu institusi, serta untuk memberikan pelayanan yang lebih cepat, tepat dan berfungsi tinggi, yang membuat suasana suatu unit pelayanan kesehatan lebih maju dan terkontrol dalam sistem informasi yang memadai (Sarinanto, dkk, 2002). Dalam pengelolaan Rumah Sakit misalnya, telah umum digunakan kartu rumah sakit yang lebih merupakan kartu pengenal pasien yang terdiri atas informasi umum yang sangat dasar meliputi identitas pasien yang merupakan media verifikasi terhadap catatan pasien di database suatu rumah sakit. Akan tetapi selama ini yang dapat disimpan di kartu adalah catatan secara manual (tampilan visual pada kartu) atau kode pasien yang biasanya statis, dan hanya berisi informasi singkat. Seiring dengan kemajuan Teknologi informasi, pengelolaan informasi di dalam suatu institusi seperti Rumah Sakit, khususnya dengan skala besar sudah semakin berkembang. Jika jumlah pasien dan transaksi (baik mengenai perawatan kesehatan maupun finansial) semakin membesar maka untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan diperlukan efisiensi dan efektifitas di berbagai sendi. Berkaitan dengan hal ini, jika ada kartu yang dapat langsung mengisikan data / informasi pasien ke komputer dan langsung dapat mengadakan transaksi secara elektronis untuk mengisikan 2
data-data penting maka akan lebih memudahkan pengelola Rumah Sakit untuk memberikan pelayanan. Disamping itu juga memberi keuntungan bagi pasien rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan dengan data yang berkesinambungan pada rumah sakit yang dirujuk (Sarinanto, dkk, 2002) .
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana aplikasi smart card dalam dunia kesehatan? 2. Bagaimana aplikasi smart card dalam dunia keperawatan? 3. Apakah spesifikasi umum smart card yang digunakan pada pelayanan kesehatan? 4. Bagaimanakah memori dari data card yang digunakan pada pelayanan kesehatan? 5. Bagaimana keamanan dan otentikasi dari card yang digunakan pada pelayanan kesehatan? 6. Apa saja keuntungan dari smart card yang digunakan pada pelayanan kesehatan? 7. Bagaimana aktivitas dari smart card yang digunakan pada pelayanan kesehatan?
1.3 Tujuan Penulisan 1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan aplikasi smart card dalam dunia kesehatan? 2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan aplikasi smart card dalam dunia keperawatan? 3. Mahasiswa mampu spesifikasi umum smart card yang digunakan pada pelayanan kesehatan? 4. Mahasiswa mampu mendeskripsikan memori dari data card yang digunakan pada pelayanan kesehatan?
3
5. Mahasiswa mampu mendeskripsikan keamanan dan otentikasi dari card yang digunakan pada pelayanan kesehatan? 6. Mahasiswa mampu menjelaskan keuntungan dari smart card yang digunakan pada pelayanan kesehatan? 7. Mahasiswa mampu mendeskripsikan aktivitas dari smart card yang digunakan pada pelayanan kesehatan?
4
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Aplikasi Smart Card Dalam Dunia Kesehatan Aplikasi sistem smartcard di Indonesia sudah dilakukan. Hal ini terlihat pada berbagai aktivitas sehari-hari, khususnya aktivitas bisnis. Banyak orang memakai smartcard untuk berbagai kebutuhan finansial dengan berbagai aplikasi yang ditawarkan oleh penyedia jasa tersebut, misalnya dunia perbankan. Bidang pendidikan juga tidak tidak mau ketinggalan, dalam rangka lebih meningkatkan pelayanan kepada perserta didik beberapa perguruan tinggi negeri atau swasta terkemuka sudah melaunching pemakaian smartcard ini. Pemakaian smartcard di Indonesia pada bidang kesehatan masih sangat terbatas. Menurut beberapa media, Rumah Sakit Fatmawati Jakarta merupakan salah satu pengguna teknilogi ini meskipun pengguanaannya masih dalam tahap trial dan fitur yang masih sangat sederhana. Alur transaksi untuk proses rawat jalan pada kelima sistem tersebut berjalan sebagai berikut (Sariasih,1999) : 1. Pasien datang ke tempat pelayanan kesehatan dengan membawa smartcard. 2. Pasien memasukkan smartcard miliknya ke card reader (CAD) yang terhubung ke komputer. Kemudian ia memasukkan nilai PIN yang hanya diketahui oleh pemilik smartcard tersebut. 3. Dokter yang memeriksa akan memasukkan juga smartcard profesionalnya ke dalam card reader yang terhubung ke komputer. Dokter itu juga memasukkan nilai PIN yang hanya diketahui olehnya. 4. Perangkat lunak aplikasi akan melakukan otentikasi pengguna dengan mengecek apakah nilai PIN yang ada pada smartcard sama dengan nilai PIN yang dimasukkannya. 5. Jika nilai PIN benar maka dokter dapat membaca ringkasan sejarah rekam medis pasien dan keterangan alergi terhadap beberapa obat tertentu. Untuk 5
beberapa dengan menggunakan kunci publik perangkat lunak aplikasi kesehatan, atau
dengan menggunakan kunci simetris perangkat lunak
aplikasi kesehatan. Sehingga ketika data tertentu akan dibaca maka data tersebut didekripsi dahulu dengan menggunakan kunci privat perangkat lunak aplikasi kesehatan bagi yang menggunakan mekanisme enkripsi kunci asimetris, atau kunci simetris perangkat lunak aplikasi kesehatan bagi yang menggunakan mekanisme enkripsi kunci simetris. Kemudian data hasil dekripsi ditampilkan pada layar. Tetapi terdapat juga sistem yang tidak melakukan enkripsi terlebih dahulu terhadap data reka medis yang disimpan di dalam smartcard. 6. Dokter melakukan pemeriksaan. Setelah melakukan pemeriksaan dokter akan menambahkan data rekam medis dan tindakan medis lain (misalkan pemeriksaan darah, rontgen, pemeriksaan radiologi, dan sebagainya) ke dalam smartcard. Sebelum data disimpan, data tersebut dapat dienkripsi dahulu dengan kunci yang dimiliki oleh perangkat lunak aplikasi kesehatan atau data rekam medis tersebut dapat juga tidak dienkripsi. 7. Setelah menambah data rekam medis, dokter menandatangani data rekam medis tersebut dan time stamp penambahan data, kemudian tanda tangan tersebut disimpan di dalam smart card (tetapi ada beberapa sistem juga yang tidak mendukung tanda tangan digital). 8. Penambahan data rekam medis dicatat dan disimpan dalam basis data rumah sakit. 9. Proses pengobatan selesai, pasien meninggalkan tempat pemeriksaan dengan membawa serta smartcard miliknya.
Berdasarkan
perbandingan
beberapa
teknologi
sistem
smartcard
kesehatan di luar negeri yang disesuaikan dengan kondisi sistem rekam medis di Indonesia, diperoleh hasil bahwa sistem smartcard kesehatan di luar negeri
6
dapat memenuhi hampir sebagian besar kebutuhan sistem rekam medis di Indonesia. Untuk mengimplementasikan teknologi sistem smartcard kesehatan di Indonesia, maka beberapa hal yang harus diasumsikan adalah sebagai berikut (Sariasih,1999) : 1.
Masyarakat yang menggunakan smartcard kesehatan adalah masyarakat golongan menengah ke atas karena harga smartcard yang termurah sekalipun lebih mahal dari kertas dan untuk mengimplementasikan teknologi sistem rekam medis berbasis smartcard tidaklah murah. Selain itu, golongan masyarakat menengah ke atas lebih menginginkan kerahasiaan data rekam medis miliknya dan kemudahankemudahan yang ditawarkan oleh sistem smartcard kesehatan ini, walaupun untuk kedua hal tersebut mereka harus mengeluarkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan sistem rekam medis berbasis kertas yang ada sekarang.
2.
Rumah sakit yang mengimplementasikan sistem smartcard kesehatan adalah rumah sakit yang memiliki kondisi : a) Sudah terhubung ke jaringan komputer. b) Memiliki PC dan card reader yang terhubung dengan PC tersebut untuk membaca dan menulis data ke/dari smartcard. c) Sumber daya manusia yang dapat menggunakan aplikasi komputer. d) Memiliki modal keuangan yang cukup untuk mengimplementasikan sistem smartcard kesehatan. Kebutuhan-kebutuhan umum smartcard kesehatan yang sesuai dengan
kondisi di Indonesia, yang dapat didefinisikan dari sistem smartcard kesehatan yang telah dibandingkan dan kondisi sistem rekam medis Indonesia, adalah sebagai berikut : 1. Hal-hal yang harus didukung oleh sistem smartcard kesehatan : a) Terdapat card centre sebagai pihak yang mengeluarkan smartcard dan menyimpan data-data sebagai berikut : identitas smartcard, identitas 7
pemilik, data rekam medis dan sertifikat digital. Informasi ini bersifat rahasia dan digunakan jika smartcard kesehatan hilang. Card centre merupakan basis data terpusat berisi data rekam medis seumur hidup setiap pemilik smartcard. Pihak-pihak yang membaca
informasi
dalam smartcard dapat diyakini keabsahannya (authenticity). b) Informasi dalam smartcard hanya boleh diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan (yaitu pemilik smartcard, dokter yang merawat, staf rumah sakit, apoteker), sehingga kerahasiaannya (confidentiality) terjamin. c) Pengubahan informasi dalam smartcard harus ditandatangani oleh pihak yang dapat melakukan pengubahan yaitu dokter yang merawat. Artinya orang itu adalah benar-benar pihak yang berwenang (authenticity) untuk melakukan pengubahan. d) Informasi dalam smartcard tidak bisa diubah-ubah oleh pihak-pihak yang tidak berwenang contoh : pemilik smartcard, perusahaan asuransi, staf rumah sakit yang tidak berwewenang), sehingga keutuhannya (integrity) terjamin. e) Ada bukti sah yang tidak dapat disangkal (non-repudiation) untuk pihakpihak yang menambah, membuat, atau melakukan koreksi terhadap informasi dalam smartcard. f) Dalam keadaan darurat, data rekam medis dalam smartcard pasien dapat langsung terbaca. g) Boleh atau tidaknya pasien mengerti akan isi dari pada rekam medis adalah amat tergantung pada kesanggupan pasien untuk mendengar informasi mengenai penyakit yang dijelaskan oleh dokter yang merawatnya, oleh sebab itu tidak semua informasi dalam smartcard dapat diakses oleh si pemilik smartcard. h) Dokter dari suatu poliklinik tertentu tidak dapat mengakses informasi rekam medis milik poliklinik-poliklinik lain, kecuali apabila informasi 8
rekam medis poliklinik-poliklinik lain tersebut memiliki status dapat dibaca oleh dokter yang merawat dari poliklinik tertentu tersebut. Sebagai contoh : dokter dari poliklinik THT tidak boleh membaca data rekam medis poliklinik ginekologi yang tidak berhubungan dengan kebutuhannya. i) Pasien yang kehilangan smartcard kesehatannya dapat dengan mudah memperoleh kembali smartcard kesehatan baru lengkap dengan data rekam medis yang disimpan dalam smartcard yang lama. j) Rumah sakit yang sedang melakukan pengobatan dapat meminta data rekam medis pasiennya kepada rumah sakit lain k) Dokter dapat mendiagnosa ulang data rekam medis yang dibuatnya secara online dari mana saja.
2.2 Aplikasi Smart Card Dalam Dunia Keperawatan Keperawatan merupakan bagian intergral dari layanan kesehatan. Itu berarti bahwa aktivitas keperawatan di semua ruang lingkupnya adalah merupakan elemen dari keberhasilan pelayanan kesehatan. Sebagai salah satu elemen
penting,
keperawatan
terus
meningkatkan
diri
mengikuti
perkembangan teknologi global dalam meningkatkan derajat kesehatan melalui peningkatan mutu layanan kesehatan yang salah satunya adalah melalui teknologi informasi, khususnya sistem informasi manajemen keperawatan (SIM Keperawatan). SIM Keperawatan merupakan bagian dari SIM Kesehatan yang mencakup aspek keperawatan termasuk didalamnya mengenai peningkatan dokumentasi keperawatan (Telemark College, 2001 dalam Sulistyowati, 2010 ). Aplikasi pengguanaan smartcard pada sistem pelayanan keperawatan sangat memungkinkan karena memang lingkup layanan keperawatan sangat luas dan perawat merupakan salah tenaga profesional kesehatan (Kardas & Tunali, 2006). Smartcard dapat digunakan dalam aktivitas pemberian asuhan 9
keperawatan. Mulai dari pengkajian sampai dengan proses evaluasi keperawatan, smartcard dapat digunakan dalam setiap fase proses keperawatan. Perawat dapat menggunakan smartcard untuk memasukkan data hasil pengkajian misalnya pemeriksaan fisik dan anamnesa, kemudian menegakkan diagnosa, intervensi sampai evaluasi, semua dapat diinput kedalam smartcard. Data ini kemudian disimpan dalam database yang ada dalam institusi layanan kesehatan dengan sistem proteksi yang sangat kuat. Akumulasi data asuhan keperawatan pasien kemuadian dapat dimamfaatkan juga dalam proses riset dan penelitian. Aplikasi smartcard bukan hanya dalam lingkup pelayanan di rumah sakit atau klinik, tapi juga dapat digunakan dalam pelayanan keperawatan komunitas. Misalnya dalam hal rehabilitasi ketika pasien keluar dari perawatan rumah sakit. Perawat komunitas dapat melakukan kunjungan rumah berdasarkan data discarge planning pasien. Hal ini karena smartcard juga memuat data tentang diet, pemakaian obat, dan lain-lain (Kardas & Tunali, 2006). Akhirnya, walaupun sangat memungkinkan penggunaan smartcard dalam layanan keperawatan kenyataannya hampir tidak pernah / belum digunakan
dalam
lingkup
layanan
keperawatan,
khususnya
asuhan
keperawatan. Banyaknya keterbatasan, baik dilihat dari sisi SDM, sarana dan prasarana, serta kebijakan dan pendanaan lagi-lagi menjadi penyebab yang paling dominan. Perlu kiranya perawat terus meningkatkan kemampuan diri dalam memberikan asuhan keperawatan melalui teknologi informasi.
2.3 Spesifikasi Umum Smart Card Smartcard adalah kartu plastik yang berukuran sama dengan kartu kredit yang di dalamnya terdapat chip silikon yang disebut microcontroller. Chip merupakan integrated circuit yang terdiri dari prosesor dan memori. 10
Chip, seperti layaknya U (Central Processing Unit) di komputer, bertugas melaksanakan perintah dan menyediakan power ke smartcard. Smartcard merupakan pengembangan dari kartu magnetis, namun berbeda dengan kartu magnetis yang hanya dipakai sebagai tempat penyimpanan data, smartcard mempunyai kemampuan untuk memproses dan menginterpretasikan data, serta menyimpan data tersebut secara aman. Apalagi dengan perkembangan algoritma kriptografi, data yang disimpan akan dienkripsi terlebih dahulu, sehingga tidak mudah dibaca oleh pihak yang tidak berwenang/berhak (Sariasih, 1999). Sistem yang dikembangkan ini disebut Smart Card Health System (SCHS), (Kardas & Tunali, 2006). Mempunyai dua kartu cerdas yaitu untuk pasien dan profesional kesehatan. Dokter menggunakan kartu mereka untuk disahkan di sistem sedangkan kartu pasien meliputi kesehatan umum pemilik informasi yang dapat diakses tanpa koneksi database. Pusat database di rumah sakit / institusi layanan kesehatan lainnya untuk menyimpan data kesehatan yang mempunyai interkoneksi pada tiap ruangan, sehingga dapat menjadi input data pasien ketika berada dalam ruangan tersebut.
2.3 Gambar 1 : arsitektur sistem SCHS
11
2.4 Memori Data Smart Card Seperti yang telah dijelaskan, ada dua jenis smart card yang ada dalam sistem ini yaitu kartu pasien dan kartu dokter. Pada kartu pasien, informasi pribadi pemilik disimpan, seperti, nama pasien, nama, tanggal lahir, jenis darah, jenis kelamin, alamat, rumah, kantor dan nomor telepon seluler. Kontak untuk keadaan darurat (nama, nama keluarga, rumah, pekerjaan dan nomor ponsel orang yang akan dihubungi dan hubungannya dengan pasien) dan informasi asuransi (Nama perusahaan asuransi pasien dan SSN yang relevan) yang juga disimpan di kartu. Kedua informasi pribadi pasien dan kontak darurat informasi tidak dilindungi PIN. Terutama dalam keadaan darurat, hal itu tidak mungkin untuk mendapatkan PIN dari pasien. Namun, semua data lainnya pada kartu dilindungi dengan PIN dan kartu dapat memblokir dirinya sendiri terhadap kesalahan barulang memasukkan PIN. Informasi kesehatan pasien yang tersimpan dalam kartu tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: penyakit kronis dan keadaan penting dengan tanggal diagnosis, obatobatan yang digunakan secara permanen beserta dosisnya, alergi dengan tanggal diagnosis, imunisasi dengan tanggalnya, operasi bedah termasuk tanggal operasi, nama klinik dan ringkasan informasi. Data tambahan disimpan sebagai memo pada kartu. Pemeriksaan terakhir pasien dan informasi resep juga disimpan pada kartu. Informasi pemeriksaan terakhir termasuk tanggal pemeriksaan terakhir, klinik dan dokter Data (dokter ID, nama dan nama keluarga) dan ringkasan pemeriksaan. Resep informasi termasuk tanggal resep itu, klinik, daftar obat-obatan, persetujuan negara informasi dan data yang dokter lagi terkait yang (Dokter ID, nama dan nama keluarga). Selain data pasien, dokter juga mempunyai kartu pasangan dari kartu pasien tersebut dimana ia uga mempunyai ID, PIN kartu, nama, nama pasien,
12
departemen di rumah sakit, alamat, rumah, kantor dan nomor telepon mobile disimpan sebagai informasi pribadi.
2.5 Keamanan Dan Otentikasi Setiap desain sistem yang berbasis elektronik, keamanan dianggap sebagai fitur yang sangat diperlukan. Sebuah saluran yang aman harus dibuat antara terminal di kamar pemeriksaan dan perangkat penerima kartu (CAD) yang terhubung ke terminal tersebut. Ketika seorang dokter atau kartu cerdas pasien dimasukkan dalam CAD, otentikasi terjamin antara kartu dan perangkat lunak komputer host oleh pertukaran kunci. Kartu ini dilengkapi dengan PIN sebagai penguat sistem keamanan pada kartu ini. Ketika PIN telah dimasukkan dengan benar, maka data akan dapat diakses dengan mudah dan cepat. Untuk menyediakan otentikasi dokter pada sistem dan akses ke server digunakan tanda tangan digital pribadi yang disimpan dokter pada smart card (R.Das, 2006).
2.6 Keuntungan Dari Smart Card 1.
Lebih handal daripada kartu magnetik (kartu magnetik) Kehandalan dari smartcard disebabkan oleh proteksi terhadap keamanan data yang disimpan. Keamanannya tidak hanya tergantung pada chip, namun juga keseluruhan system termasuk aplikasi serta proses pembuatan dari smartcard itu sendiri. Chip menjamin keamanan data yang disimpan di dalam smartcard disebabkan adanya mekanisme enkripsi sehingga tidak mudah dibaca oleh pihak yang tidak berwenang. Lebih banyak menyimpan informasi daripada kartu magnetik.
2.
Kapasitas memori dari smartcard lebih besar dibanding kartu magnetik. Smartcard mempunyai ukuran memory bermacam-macam, misalnya dari 1 Kbyte (1 dari ASE(Alladin Smartcard Environment)), 2 Kbyte (CC1 dari ASE(Alladin Smartcard Environment)), 22 Kbyte (JavaCard) dan 31 13
Kbyte(MSC0402 dari Motorola). Selain berisi informasi, smartcard juga berisi sistem operasi yang mengendalikan seluruh proses yang terjadi di smartcard. 3.
Lebih sulit untuk ditiru daripada kartu magnetik Kartu magnetik mempunyai pita magnetik pada permukaaannya. Pengcopy-an terhadap kartu magnetik dilakukan dengan meng-copy pita magnetik tersebut ke kartu lain. Pada smartcard peng-copy-an terhadap kartu sulit dilakukan, ini disebabkan karena setiap kartu memiliki nomor seri yang unik, tidak ada 2 buah kartu yang memiliki nomor seri yang sama. Jika pengaman dari kartu dilakukan dengan menghitung hash dari nomor seri kartu, maka peng-copy-an kartu tidak mungkin dilakukan.
4.
Dapat melakukan banyak fungsi di berbagai area industri Walapun kartu magnetik telah banyak dimanfaatkan di berbagai sektor, misalnya sektor perbankan dan sektor telekomunikasi, tetapi fungsi yang dapat
dilakukan
terbatas
atau
disebut
single
function.
Karena
keistimewaan yang dimiliki oleh smartcard, yaitu dalam hal kapasitas simpan dan kemampuan untuk melakukan proses, smartcard menawarkan skema multi-function, yaitu satu kartu untuk berbagai layanan. 5.
Selalu mengalami evolusi (sesuai dengan perkembangan chip komputer dan memori). Smartcard mempunyai standar mikroprosesor 8-bit, namun saat ini mulai dikembangkan mikroprosesor 32-bit yang mempunyai keuntungan, yaitu memungkinkan melakukan pemrograman dengan menggunakan bahasa tingkat tinggi dan meningkatkan kekuatan komputasi untuk fungsi matematika yang kompleks. Dan yang paling penting, peningkatan MIPS (million instruction per second) memungkinkan industri smartcard memanfaatkan kemajuan teknologi biometri dan kriptografi.
14
2.7 Aktivasi Smart Card Komputer yang terletak di kamar pemeriksaan adalah sebagai sistem terminal klien. Setiap terminal memiliki CAD terhubung ke server sistem tertentu untuk mengakses database. Perangkat lunak yang berjalan pada terminal dapat membuka sesi dokter dan pasien. Harus ada aktivitas online ketika dokter melakukan pemeriksaan pada pasien untuk memasukkan data hasil pemeriksaan. Aktivitas ini hanya bisa dibuka oleh smart card dokter. Bila kartu dokter dimasukkan dalam CAD, lalu dimasukkan PIN smart card dokter. Jika PIN masih berlaku, sesi kartu akan berhasil dibuka dan aplikasi terminal berkomunikasi dengan server jauh melalui protokol sistem untuk mendapatkan pesan dokter terkait. Satu pendekatan adalah untuk menjaga sesi terbuka dokter hanya ketika kartu dokter dimasukkan pada CAD. Jadi, kartu pasien hanya dapat diterima bila kartu dokter juga hadir di pembaca. Namun, ini hanya mungkin dapat dilakukan di CADs dengan dua slot kartu canggih.
Ketika kondisi dokter membuka sesi puas, aplikasi dapat menerima kartu pintar pasien dan pasien sesi terbuka. Seperti sesi dokter, saluran aman didirikan dan otentikasi saling menyadari ketika kartu pasien dimasukkan
15
pada CAD. PIN yang dimasukkan divalidasi dan pesan jarak jauh pasien diterima dengan cara yang sama.
16
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Smartcard merupakan salah satu aplikasi teknologi informasi yang paling diminati di masa mendatang pada berbagai bidang kehidupan, khususnya bidang kesehatan. Selain mempunyai fungsi menyimpan, transfer dan pengolahan data dengan akurat, ia juga mempunyai sisi praktis dan efisien sehingga dapat dibawa kemana-mana. Smartcard juga dilindungi sebuah sistem yang dapat menjamin keamanan dari data di dalamnya. Pemakaian smartcard di Indonesia masih terbatas, khususnya dibidang kesehatan dan keperawatan walaupun sangat memungkinkan dapat digunakan dalam proses pelayanan kesehatan. Selain SDM yang kurang, sarana dan prasarana serta pendanaan belum menunjang untuk dilakukannya sistem ini.
3.2 Saran Sangat penting menciptakan kondisi dimana sistem informasi kesehatan berbasis teknologi sangat diperlukan sabagai alat yang tepat pada pengambilan keputusan yang tepat dan akurat bagi pemegang kebijakan, untuk itu perlu kiranya sosialisasi yang berkelanjutan melalui media yang paling akontabel yaitu riset dan penelitian tentang teknologi ini, khususnya smartcard. Penelitian berkelanjutan yang bersifat eksperimen pada aplikasi smartcard dibidang keperawatan dapat dijadikan sebagai pilot projek untuk menilai tingkat keberhasilan dan efektivitas pemakaian di lapangan. Tentunya ditambah dengan sistem evaluasi yang valid dan reliabel sebagai alat koreksi bagi penyempurnaan aplikasi sistem ini di masa-masa mendatang pada dunia keperawatan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Taufik. 2011. Aplikasi Smartcard Berbasis Sistem Pelayanan Kesehatan Di Indonesia. (Http://pkko.fik.ui.ac.id) diakses pada tanggal 29 oktober 2017 Alfitri, Nadia, dkk. 2007. Aplikasi Smart Card Untuk Electronic Medical Record (EMR) Smart Card Application for Electronic Medical Record. (http://repo.polinpdg.ac.id/473/1/134-117-1-PB.pdf) diakses tanggal 29 oktober 2017 Nanda,
Arya, dkk. 2012. System informasi kesehatan Smart card. (http://sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/22002339/39ce93a22 5414b7e4ab1fd2b88176e49/intro.pdf) diakses tanggal 30 oktober 2017
18