PERKEMBANGAN ARSITEKTUR RUMAH GADANG
Di Susun oleh: Syafardi Kahir Ira Khairunnisa Mutia Dwitasari Fitri Nur Insani Abbas
FAKULTAS TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014
Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjuang. Struktur Rumah Gadang
Fungsi fungsi Rumah Gadang, melingkupi bagian keseluruhan kehidupan keseharian orang Minangkabau. Baik sebagai tempat kediaman keluarga dan merawat keluarga. Termasuk pula sebagai pusat melaksanakan berbagai upacara, sebagai tempat tinggal bersama keluarga. Bahkan diatur pula tempat perempuan yang sudah berkeluarga dan yang belum. Rumah Gadang memiliki fungsi sebagai tempat bermufakat. Rumah Gadang juga merupakan bangunan pusat dari seluruh anggota kaum dalam membicarakan berbagai hal dalam sebuah suku. Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama, mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Jumlah kamar r bergantung kepada jumlah perempuan yang tinggal di angkiang. dalamnya. Setiap perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami memperoleh sebuah kamar. Sementara perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja memperoleh kamar bersama di ujung yang lain.Seluruh bagian dalam Rumah Gadang merupakan ruangan lepas kecuali kamar tidur. Bagian dalam terbagi atas lanjar dan ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang itu berbanjar dari muka ke belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang yang berbanjar dari depan ke belakang menandai lanjar, sedangkan tiang dari kiri ke kanan menandai ruang. Jumlah lanjar bergantung pada besar rumah, bisa dua, tiga dan empat. Ruangnya terdiri dari jumlah yang ganjil antara tiga dan sebelas. Dihalaman depan Rumah Gadang biasanya selalu terdapat dua buah bangunan Rangkiang, digunakan untuk menyimpan padi, terdapat beberapa jenis rangkiang diantaranya.
a. Sitinjau lauik Rangkiang jenis ini merupakan rangkiang tempat penyimpanan padi yang akan dijual untuk membeli keperluan rumah tangga yang tidak dapat dibuat atau dikerjakan sendiri. b.Sibayau-bayau Rangkiang jenis ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari. c.Sitangguang lapa Merupakan jenis rangkiang yang digunakan sebagai tempat penyimpanan padi yang akan dipergunakan sebagai cadangan pada masa paceklik tiba. d.Rangkiang kaciak Rangkiang yang digunakan sebagai tempat penyimpanan padi yang akan digunakan sebagai benih dan biaya pengerjaan penanaman sawah pada masa tanam berikutnya.
Rumah Gadang pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjung (Bahasa Minang: anjuang) sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena itu rumah Gadang dinamakan pula sebagai rumah Baanjuang. Anjung pada kelarasan Bodi-Chaniago tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya, sedangkan pada kelarasan KotoPiliang memakai tongkat penyangga. Hal ini sesuai filosofi yang dianut kedua golongan ini yang berbeda, salah satu golongan menganut prinsip pemerintahan yang hirarki menggunakan anjung yang memakai tongkat penyangga, pada golongan lainnya anjuang seolah-olah mengapung di udara. Tidak jauh dari komplek Rumah Gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan dan juga sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut yang belum menikah. Ukiran Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakang. Pada bagian dinding Rumah Gadang di buat dari bahan papan, sedangkan bagian belakang dari bahan bambu. Papan dinding dipasang vertikal, sementara semua papan yang menjadi dinding dan menjadi bingkai diberi ukiran, sehingga seluruh dinding menjadi penuh ukiran. Penempatan motif ukiran tergantung pada susunan dan letak papan pada dinding Rumah Gadang. Dari bagian dari depan Rumah Gadang yang biasanya penuh dengan ukiran ornamen dan umumnya bermotif akar, bunga, daun serta bidang persegi empat dan genjang. Sedangkan bagian luar belakang dilapisi dengan belahan bambu. .
Rumah tradisional ini dibina dari tiang-tiang panjang, bangunan rumah dibuat besar ke atas, namun tidak mudah rebah oleh goncangan, dan setiap elemen dari Rumah Gadang mempunyai makna tersendiri yang dilatari oleh tambo yang ada dalam adat dan budaya masyarakat setempat. Semua jenis ukiran menunjukkan bahwa unsur penting pembentuk budaya Minangkabau bercerminkan kepada apa yang ada di alamMakna filosofis yang terkandung dalam ukiran mencerminkan pola kehidupan masyarakat Minangkabau. Ukiran ini pada umumnya banyak terdapat di dinding Rumah Adat Minangkabau (Rumah Gadang). Dalam tulisan ini diketahui bahwa ukiran tersebut memiliki makna filosofis yang terlihat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau yang masih ada dan dipertahankan samapai sekarang. Makna tersebut adalah pertama, mengenai keselarasan dan keserasian kehidupan masyarakat Minangkabau dengan alamnya; kedua, tata pergaulan dalam kehidupan sehari-hari antar individu dalam masyarakat; ketiga, tatanan sistem pemerintahan; keempat, hubungan sinergis pada hubungan system kekerabatan antara mamak dan kemenakan; kelima, keteguhan dalam menjalankan prinsip- prinsip hidup; keenam, kebersamaan dan kekompakan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.
Rumah adat ini memiliki keunikan bentuk arsitektur dengan bentuk puncak atapnya runcing yang menyerupai tanduk kerbau dan dahulunya dibuat dari bahan ijuk yang dapat tahan sampai puluhan tahun namun belakangan atap rumah ini banyak berganti dengan atap seng. Secara simbolik, lengkungan atap seperti di rumah gadang sumatera kerap diyakini mirp bentuk tanduk kerbau atau rebung alias bamboo muda. Ada juga yang merujuknya pada bentuk layar kapal. Juka bentuk tanduk kerbau atau rebung berkaitan dengan budaya pertanian, maka bentuk kapal mencerminkan budaya merantau. Namun, secara fungsional bentuk atap ini memiliki fungsi yang sangat penting. Semakin meruncing ujung atap, semakin cepat air hujan turun kebawah. Dengan demikian, atap tak menerima beban massa air yang berat saat hujan. Rongga atap yang menculang tinggi menciptakan renggangan yang mendorong sirkulasi udara di rumah lebih lancer. Rumah adat khas sumatera ini sangat memiliki cirri khas tropis karena bisa melindungi pemilik rumah dengan efektif pada saat panas dan hujan yang terjadi sepanjang tahun.