MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANJUT USIA DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN
Diajukan dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Disusun Oleh : Kelompok 4 1. Dina Aria
NPM : 017.01.
2. Indriani
NPM : 017.01.3441
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MATARAM PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN PROGRAM B 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayahNya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i Keperawatan
maupun para pembaca untuk bidang Ilmu
Pengetahuan. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan Gerontik dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Lanjut Usia dengan Gangguan Penglihatan”. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.
Mataram, Desember 2017
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang....................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2 C. Tujuan.................................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian………………...................................................................... 3 B. Fisiologi Tidur…………. .................................................................... 4 C. Mekanisme Tidur.................................................................................... 4 D. Fungsi Istirahat dan Tidur....................................................................... 4 E. Tahap – tahap Tidur................................................................................ 5 F. Kebutuhan Istirahat dan Tidur per hari................................................... 6 G. Faktor – factor yang mempengaruhi istirahat dan tidur.......................... 7 H. Masalah-masalah yang terjadi pada saat tidur…………………………8 I.
Pengukuran kualitas tidur……………………………………………...10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian……...................................................................................... 11 B. Diagnosa Keperawatan........................................................................... 12 C. Intervensi Keperawatan……………………………………………….. 12 BAB IV ANALISA JURNAL TERKAIT…………………………………. 14 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...…...................................................................................... 16 B. Saran…………………........................................................................... 16 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 17
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses penuaan merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah, proses tersebut akan memberi dampak pada kemunduran fisik dan psikologis (Kozier, 2004). Perubahan- perubahan fisik tersebut meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernapasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskular, sistem pengaturan tubuh, musculoskeletal, gastrointestinal, urogenital, endokrin dan integument (Mubarak, Chayatin & Santoso, 2011, p.151). Seiring dengan pertambahan usia, banyak lanjut usia mempunyai masalah dengan fungsi fisiologis tubuhnya. Salah satunya perubahan sensoris yang ditandai dengan masalah penglihatan yaitu penurunan penglihatan yang terjadi seiring proses penuaan. Masalah penglihatan merupakan faktor yang turut berperan dalam perubahan gaya hidup yang bergerak ke arah ketergantungan yang lebih besar. Perubahan ini akan memberikan dampak terhadap kemandirian lanjut usia dalam melakukan aktivitasnya (Stanley, 2006). Penurunan penglihatan pada lanjut usia umumnya adalah penglihatan yang menurun akibat kelainan atau gangguan pada mata. Gangguan penglihatan dan kebutaan masih menjadi masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat di dunia dan di Indonesia. Seiring meningkatnya usia harapan hidup maka prevalensi gangguan penglihatan ini akan cenderung semakin meningkat (Depkes, 2012). Menurut Data Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2012) saat ini terdapat 285.389 juta orang
menderita
gangguan
penglihatan, 39.365 juta
diantaranya mengalami kebutaan. Sembilan puluh persen penderitanya berada di negara berkembang. Menurut data Riskesdas Depkes RI (2013) prevalensi nasional masalah penglihatan pada lanjut usia (65-75 tahun) tahun 2013 yaitu 1.204.711 orang yang mengalami penurunan penglihatan.
B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian lanjut usia? 2. Apa pengertian C. TUJUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN 1. Lanjut Usia Manusia lanjut usia adalah orang yang usianya mengalami perubahan biologi, fisik, kejiwaan, dan social. Perubahan ini akan berpengaruh terhadap aspek kehidupannya termasuk kesehatannya. Oleh karena itu kesehatan lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dan tetap terpelihara serta ditingkatkan agar selama kemampuannya dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (Depkes RI, 2006). Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). 2. Gangguan Penglihatan Gangguan penglihatan adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan tajam penglihatan ataupunmenurunnya luas lapangan pandang, yang dapat mengakibatkan kebutaan (Quigley dan Broman,2006).
B. ANATOMI MATA
Mata adalah organ sensorik yang mentrasmisikan rangsang melalui jaras pada otak ke lobus oksipital dimana rasa penglihatan ini diterima. Sesuai dengan proses penuaan yang terjadi tentunya banyak perubahan yang terjadi. Bagian – bagian mata : 1. Organ luar a. Bulu mata berfungsi menyaring cahaya yang akan diterima. b. Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola mata. c. Kelopak mata berfungsi untuk menutupi dan melindungi mata. 2. Organ dalam a.
Kornea Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari sumber cahaya.
b.
Pupil dan Iris. Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.Iris berfungsi sebagai diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata.
c.
Lensa mata Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal.
d.
Retina Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya bagian retina yang disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke saraf optik.
e.
Saraf optik Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke otak.
C. PERUBAHAN PADA SISTEM PENGLIHATAN LANSIA Perubahan sistem indera pada penuaan meliputi: 1. Perubahan morfologis a. Penurunan jaringan lemak sekitar mata b. Penurunan elastisitas dan tonus jaringan c. Penurunan kekuatan otot mata d. Penurunan ketajaman kornea e. Degenerasi pada sklera, pupil, dan iris f. Peningkatan frekuensi proses terjadinya penyakit g. Peninglkatan densitas dan rigiditas lensa h. Perlambatan proses informasi dari sistem saraf pusat 2. Perubahan Fisiologis a. Penurunan penglihatan jarak dekat b. Penurunan koordinasi gerak bola mata c. Distorsi bayangan d. Pandangan biru- merah e. Compromised night vision f. Penurunan ketajaman mengenali warna hijau, biru dan ungu g. Kesulitan mengenali benda yang bergerak D. MACAM – MACAM GANGGUAN PENGLIHATAN PADA LANSIA Pada lansia, gangguan penglihatan yang sering menyerang antara lain : 1.
Hyperopia (rabun dekat) Adalah kondisi penglihatan yang umum dimana kita dapat melihat benda – benda yang jauh dengan jelas namun benda – benda di dekatnya mungkin buram. Rabun dekat lebih sering terjadi pada orang yang berusia di atas 40 tahun.
2.
Presbiopi (mata tua)
Disebabkan karena daya akomodasi lensa mata tidak bekerja dengan baik, akibatnya lensa mata tidak dapat memfokuskan cahaya ke titik kuning dengan tepat, sehingga mata tidak bisa melihat yang jauh maupun dekat. Presbiopi berhubungan erat dengan usia, prevalensinya berhubungan langsung dengan orang – orang di atas usia 40 tahun. 3.
Degenerasi macula (AMD) Adalah suatu keadaan dimana macula mengalami kemunduran sehingga terjadi penurunan ketajaman penglihatan dan kemungkinan akan menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan sentral.
4. Glaukoma terjadi penumpukan cairan di bagian depan mata. Cairan tersebut meningkatkan tekanan intra okuler yang merusak saraf optic. Paling rentan terjadi pada orang – orang di atas 40 tahun. 5.
Katarak Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahanlensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2009).
E. KONSEP TEORI GLAUKOMA 1. Pengertian Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan. (Anonim,2009). Normalnya, tekanan intraokular adalah 10-20 mmHg. Jika hasil pemeriksaan tekanan bola mata lebih dari 20, maka kita patut curiga terhadap adanya glaukoma. Apabila hasil menunjukkan angka lebih dari 25, maka dipastikan orang tersebut terkena glaukoma. 2. Etiologi Faktor yang beresiko menyebabkan terjadinya glaucoma adalah: a.
Umur
Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2% dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan bertambahnya usia. b.
Riwayat anggota keluarga yang terkena glaucoma Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan anakanak.
c.
Tekanan bola mata Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik. .
3. Klasifikasi Ada beberapa tipe glaukoma dan dapat di klasifikasikan sebagai berikut : a. Glaukoma Primer Dewasa, meliputi: 1) Glaukoma Sudut Terbuka / Kronis 2) Glaukoma Sudut Tertutup b. Glaukoma Sekunder c. Glaukoma Kongenital d. Glaukoma Absolut
4. Tanda dan gejala a. Sakit kepala tumpul di pagi hari b. Rasa sakit yang ringan pada mata c. Kehilangan penglihatan perifer (penglihatan menyempit) d. Melihat lingkaran cahaya disekitar cahaya e. Penurunan ketajaman penglihatan (khususnya pada malam hari) yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata. f. Inflamasi mata unilateral g. Kornea berkabut h. Pupil berdilatasi sedang yang tidak bereaksi terhadap cahaya
i. Peningkatan tekanan intraokuler, diketahui dengan cara membuat tekanan yang lembut pada kelopak mata pasien yang tertutup menggunakan ujung jari; bola mata menahan tekanan tersebut.
5. Pemeriksaan diagnostik a. Tonometri b. Pemeriksaan slit lamp c. Gonioskopi d. Oftalmoskopi e. Perimetrik f. Fotografi fundus
6. Penatalaksanaan a. Pemberian obat – obatan (tetes mata Beta blocker, Pilocarpine, epinephrine, dipivephrine dan carbacol, acetazolamide) b. Terapi laser (Laser iridotomy, Laser trabeculoplasty, Laser cilioablation) c. Pembedahan (Trabeculectomy, Viscocanalostomy)
F. KONSEP TEORI KATARAK 1. Pengertian Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003). Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi padasemua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2009).
2. Patofisiologi
Degeneratif
Perubahan Kuman
Perubahan serabut
Kompresi sentral (serat)
Jumlah protein
Keruh
Densitas
Membentuk massa
Trauma A.
Keruh
Pembedahan
Katarak
Menghambat jalan cahaya
Pre Operasi -
Post Operasi B. Kecemasan - Gangguan rasa meningkat nyaman (nyeri) Resiko cidera - Resiko tinggi terjadinya infeksi - Resiko tinggi terjadinya injuri : Peningkatan TIO. Perdarahan intraokuler.
Penglihatan /Buta
-
Gangguan sensori persepsi visual Risiko tinggi cidera fisik
3. Etiologi Katarak disebabkan oleh berbagai faktor menrut (Tamsuri, 2008) seperti : a. Fisik b. Kimia c. Penyakit predisposisi d. Genetik dan gangguan perkembangan e. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin f. Usia
4. Manifestasi klinis a. Kehilangan penglihatan secara bertahap dan tidak nyeri b. Penglihatan baca yang buruk c. Pandangan silau yang mengganggu dan penglihatan buruk pada sinar matahari yang terang. d. Pandangan silau yang membutakan akibat lampu sorot mobil pada saat mengemudi pada malam hari. e. Kemungkinan memiliki penglihatan yang baik pada cahaya yang redup dibandingkan pada cahaya yang terang (dengan kekeruhan pada sentral) f. Pupil berwarna putih susu g. Area putih keabu-abuan di belakang pupil (dengan katarak lanjut)
5. Klasifikasi a. Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi : 1) Katarak congenital, katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun. 2) Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun. 3) Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun b. Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi : 1) Katarak traumatika Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak
pada satu mata (katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing. 2) Katarak toksika Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine. 3) Katarak komplikasi Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan myopia atau proses degenerasi pada satu mata lainnya. c. Berdasarkan stadium katarak dibedakan menjadi : 1) Katarak insipient merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak – bercak kekeruhan dan tidak teratur. 2) Katarak imatur merukpakan katarak yang lensanya melai menyerap cairan sehingga agak cembung, menyebabkan terjadinya myopia dan iris terdorong ke depan serta bilik mata depan menjadi dangkal. 3) Katarak imatur merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini terjadi kekeruhan lensa. 4) Katarak hipermatur pada stadim ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehinga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008)
6. Pemeriksaan diagnostik a. Pemeriksaan darah lengkap, LED : menunjukkan anemia sistemik. b. Pengukuran tonografi : mengkaji tekanan intra okuler (TIO) (Normalnya 12-25 mmHg). c. Pemeriksaan lapang pandang : untuk mengetahui visus. d. Pemeriksaan oftalmoskop : mengkaji struktur intraocular, mencatat atrofi lempeng optic, papil edema, perdarahan retina. e. Pemeriksaan slit-lamp.
f. Biometri g. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak
7. Penatalaksanaan Penatalaksanaan yang paling sering dilakukan adalah pembedahan. Indikasinya (Suddarth, 2001) yaitu : a. hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien b. katarak yang menyebabkan glaucoma c. retinopati diabetika Ada 2 macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak yaitu ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN KATARAK 1. PENGKAJIAN a. Identitas klien b. Riwayat Kesehatan, meliputi : 1) Keluahan utama : penurunan ketajaman penglihatan dan silau. 2) Riwayat penyakit sekarang : penggunaan kaca mata atau lensa kontak, adanya kesulitan melihat jarak dekat atau jauh, keluhan saat membaca atau menonton TV, kemampuan membedakan warna. 3) Riwayat penyakit dahulu : DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya. 4) Riwayat penyakit keluarga : DM c. Pengkajian Bio-psiko-sosial-spiritual : 1) Riwayat kebiasaan merokok, alcohol, alergi obat atau makanan 2) Pemenuhan ADL d. Pemeriksaan fisik 1) Inspeksi : tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil 2) oftalmoskop direk : Katarak terlihat tampak hitam terhadap reflex fundus 3) Pemeriksaan slit lamp 4) Snellen chart : penurunan visus e. Pemeriksaan diagnostik
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada lansia dengan katarak yaitu : a. Pre Operasi 1) Ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan. 2) Resiko cidera berhubungan dengan kerusakan pengelihatan. b. Post Operasi
1) Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan pasca operasi. 2) Gangguan sensori perseptual: penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/ status organ indra. 3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, port de entri kuman.
3. INTERVENSI a. Pre Operasi No.Dx 1.
Tujuan & Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji derajat dan durasi gangguan visual. 1. Informasi dapat menghilangkan ketakutan keperawatan selama … x 24
Dorong
mengetahui
yang tidak diketahui. Mekanisme koping
jam diharapkan tidak terjadi
keprihatinan pasien, perasaan, dan tingkat
dapat membantu pasien berkompromi
ansietas
pemahaman. Jawab pertanyaan, beri dukungan
dengan kegusaran, ketakutan, depresi,
dan bantu pasien dengan metode koping.
tegang, keputusasaan, kemarahan dan
dengan
kriteria
hasil : pasien mengucapkan pemahaman informasi.
percakapan
untuk
mengenai
penolakan. 2. Orientasikan pasien pada lingkungan yang 2. Pengenalan baru.
membantu
terhadap mengurangi
lingkungan ansietas
dan
meningkatkan keamanan. 3. Jelaskan rutinitas persiapan operasi dan 3. Pasien tindakan operasi yang akan dilakukan.
yang telah mendapat
banyak
informasi akan lebih mudah menerima pemahaman dan mematuhi instruksi.
4. Jelaskan
intervensi
sedetil-detilnya. 4. Pasien yang mengalami gangguan visual
Perkenalkan diri anda pada setiap interaksi,
bergantung pada masukan indera yang lain
terjemahkan setiap suara asing, pergunakan
untuk mendapatkan informasi.
sentuhan untuk membantu komunikasi verbal.
5. Dorong partisipasi keluarga atau orang yang 5. Pasien mungkin tak mampu melakukan berarti dalam perawatan pasien.
semua
tugas
sehubungan
dengan
penanganan dan perawatan diri. 6. Dorong
partisipasi
dalam
aktivitas
dan 6. Isolasi social dan waktu luang yang terlalu
pengalihan bila memungkinkan.
lama
dapat
menimbulkan
perasaan
negative. 2.
Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu pasien ketika mampu melakukan 1. Menurunkan resiko jatuh atau cedera ketika keperawatan selama … x 24
ambulasi, pre operasi sampai stabil, dan
langkah
jam
mempunyai keterampilan koping utuk
diharapkan
cedera
mencapai
dicegah
dengan
koping yang memadai. Gunakan teknik
dapat
kriteria hasil : - Pasien
penglihatan
dan
keterampilan
mengubah penataan meja, kursi tanpa orientasi
hidup untuk menurunkan
terlebih dahulu.
cedera.
tidak
kerusakan penglihatan.
menunjukkan 2. Bantu pasien menata lingkungan. Jangan 2. Memfasilitasi
resiko
melindungi
atau
bimbingan penglihatan.
perubahan perilaku pola
factor
sempoyongan
diri
dan 3. Orientasi pasien pada ruangan. dari
kemandirian
dan
menurunkan resiko cedera.
3. Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan
b. Post Operasi No.Dx 1.
Tujuan & Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Setelah dilakukan tindakan 1. Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan 1. Memberikan informasi untuk membantu keperawatan selama … x 24
karakteristik nyeri, misalnya terus-menerus,
dalam menentukan pilihan/ keefektifsn
jam
sakit,
intervensi
diharapkan
mengatakan berkurang
pasien nyerinya
atau
terbakar.
Buat
rentang
intensitas pada skala 0-10.
hilang 2. Beri penjelasan pada pasien tentang penyebab 2. Pemahaman pasien akan mengundang
dengan kriteria hasil : -
menusuk,
nyeri.
Menyangkal
partisipasi
tidak merintih,
-
ekspresi wajah rileks
dalam
mengatasi
permasalahan yang ada.
ketidaknyamanan mata, 3. Ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan 3. Teknik -
pasien
teknik ditraksi (napas dalam)
ditraksi
merupakan
teknik
pengalihan perhatian sehingga mengurangi emosional yang kognitif.
4. Berikan obat analgetik sesuai dengan advis 4. Analgetik dokter
memblokir
jaras
nyeri.
Ketidaknyamanan mata berat menandakan perkembangan komplikasi dan perlunya perhatian medis segera. Ketidaknyamanan ringan di perkirakan.
2.
Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah 1. Kebutuhan individu dan pilihan intervensi keperawatan selama … x 24
satu atau kedua mata terlibat.
bervariasi, sebab kehilangan penglihatan
jam diharapkan pasien dapat
terjadi secara lambat dan progresif. Bila
meningkatkan
bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju
penglihatan normal
ketajaman dalam
dengan
batas kriteria
hasil: -
yang berbeda. Tetapi biasanya hanya satu mata di perbaiki per prosedur. 2. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, 2. Memberikan peningkatan kenyamanan dan
Pasien
mengenal
gangguan
orang lai di sekitarnya.
sensori
kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pasca operasi.
dan berkompensasi 3. Observasi tanda dan gejala disorientasi. 3. Terbangun dalam lingkungan tidak dikenal terhadap perubahan,
Pertahankan pagar tempat tidur sampai benar-
dan mengalami keterbatasan penglihatan
mengidentifikasi
benar sembuh.
dapat mengakibatkan bingung pada orang
atau
memperbaiki
potensial
tua.
bahaya
dalam lingkungan.
Meningkatkan
resiko
jatuh
bila
bingung/ tidak tahu ukuran tempat tidur. 4. Anjurkan pasien menggunakan kacamata 4. Perubahan
ketajaman dapat
dan
kedalaman
katarak yang tujuannya memperbesar kurang
persepsi
menyebabkan bingung
lebih 25%, penglihatan perifer hilang, dan buta
penglihatan/ meningkatkan resiko cedera
titik mungkin ada.
sampai
pasien
mengkompensasi.
belajar
untuk
3.
Setelah dilakukan tindakan 1. Diskusikan keperawatan selama … x 24
pentingnya
mencuci
tangan 1. Menurunkan jumlah bakteri pada tangan,
sebelum menyentuh / mengobati mata.
mencegah kontaminasi area operasi.
jam diharapkan infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil: 2. Gunakan / tunjukkan teknik yang tepat untuk 2. Teknik - Meningkatkan
ihkan mata dari dalam dengan kapas
penyembuhan luka tepat
basah / bola kapas untuk tiap usapan, ganti
waktu
balutan.
aseptic
menurunkan
resiko
penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.
- Bebas drainase, eritema 3. Tekankan pentingnya tidak menyentuh / 3. Mencegah kontaminasi dan kerusakan dan demam.
menggaruk mata yang di operasi.
insisi.
4. Observasi / diskusikan tanda terjadinya 4. Infeksi mata terjadi 2 sampai 3 hari setelah infeksi, contoh : kemerahan, kelopak bengkak,
prosedur
drainase purulent.
intervensi.
5. Berikan obat sesuai indikasi atau advis dokter. 5. Sediaan Antibiotic
(topical,
subkonjungtiva) dan steroid.
parenteral,
dan
topical
memerlukan
upaya
digunakan
secara
profilaksis, dimana terapi lebih agresif diperlukan bila terjadi infeksi. Steroid digunakan untuk menurukan inflamasi.
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GLAUKOMA 1. PENGKAJIAN a. Aktivitas / istirahat : Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. b. Nutrisi : mual, muntah (pada glaucoma akut) c. Neurosensory : - Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, - kehilangan penglihatan perifer, - fotofobia(glaukoma akut). - Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. - Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan. - Peningkatan air mata d. Nyeri / kenyamanan - Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis) - Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut) e. Riwayat kesehatan : penyakit keluarga seperti DM, glaucoma, hipertensi. Riwayat alergi, terpajan radiasi, steroid. f. Pemeriksaan Diagnostik - Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik. - Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma. - Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg) - Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
- Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan. - Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma. - Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi. - EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK. - Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah b. Gangguan
persepsi
sensori
:
penglihatan
b.d
gangguan
penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif c. Ansitas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup. d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan pertanyaan; pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN a. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai
dengan mual dan muntah. -
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
-
Kriteria hasil : 1)
pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri
2)
pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
3)
ekspresi wajah rileks
- Intervensi : 1)
Kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
2)
Kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
3)
Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
4)
Atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.
5)
Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
6)
Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
7)
Berikan analgesik sesuai anjuran
b. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan
penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif. -
Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal
-
Kriteria Hasil: 1)
Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
2)
Pasien
akan
mempertahankan
lapang
ketajaman
penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut. -
Intervensi : 1)
Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan
2)
Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan
3)
Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak salah dosis
4)
Lakukan
tindakan
menanganiketerbatasan
untuk
membantu
penglihatan,
contoh,
pasien kurangi
kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam. 5)
c.
Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi
Ansietas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup. -
Tujuan : Cemas hilang atau berkurang
-
Kriteria Hasil: 1)
Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi.
-
2)
Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
3)
Pasien menggunakan sumber secara efektif
Intervensi : 1)
Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
2)
Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
3)
Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
4)
Identifikasi sumber/orang yang menolong.
d.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah. -
Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi, prognosis dan pengobatannya.
-
Kriteria Hasil: 1)
Pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.
2)
Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
3)
Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
-
Intervensi : 1) Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi, 2) Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata. Izinkan pasien mengulang tindakan. 3) Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal. 4) Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur dll. 5) Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup 6) Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/men dorong, menggunakan baju ketat dan sempit. 7) Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat.
8) Tekankan pemeriksaan rutin. Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma.
BAB IV ANALISA JURNAL TERKAIT
A. JUDUL Hubungan Dampak Katarak dengan Konsp Diri : Harga Diri Rendah pada Lansia di Desa Sukamanah Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi Tahun 2015. B. PENULIS Syaifunnuril Anwar C. LATAR BELAKANG Selain dapat menyebabkan kebutaan, katarak juga menyebabkan menurunnya fungsi peran serta kepercayaan diri seseorang. D. TUJUAN untuk mengidentifikasi hubungan katarak dengan konsep diri : Harga diri pada lansia Di Desa Sukamanah Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi 2015 E. METODELOGI PENELITIAN
Populasi : lansia yang mengalami katarak di desa Sukamanah. Adapun populasinya yaitu lansia yang berusia 60 tahun ke atas yang mengalami katarak berjumlah 32 orang.
Sampel : lansia yang mengalami katarak di desa sukamanah kecamatan sukatani kabupaten bekasi 2015 sebanyak 32 orang
Instrument : kuesioner. Kuisioner yang telah dibuat mencakup variabel yang diteliti, yaitu variabel independen terdiri dari keadaan fisik, dukungan keluarga, aktivitas social, sedangkan untuk variabel dependennya adalah harga diri rendah.
Metode penelitian : Cross Sectional
F. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil uji univariat
sebagian besar dari responden yang mengalami harga diri rendah yaitu 22 responden (68,8%), sedangkan responden (31,2%)
harga diri baik terdapat 10
sebagian besar dari responden yang keadaan fisiknya terganggu yaitu 20 responden (62,5%), sedangkan tidak terganggu terdapat 12 responden (37,5%)
sebagian besar dari responden dengan keluarga yang tidak mendukung yaitu 22 responden (68,8%), sedangkan keluarga yang mendukung terdapat 10 responden (31,2%).
hampir seluruhnya dari responden yang aktivitas sosial tidak aktif yaitu 25 responden (78,1%), sedangkan aktivitas yang aktif terdapat 7 responden (21,9%).
2. Hasil Uji Bivariat
Dari 22 sampel yang mengalami HDR, 18 lansia (90,0%) mengalami keadaan fisik terganggu dan mengalami harga diri rendah, sedangkan 4 lansia (33,3%) mengalami keadaan fisik tidak terganggu dan mengalami harga diri baik
Dari 22 sampel yang mengalami HDR, 19 lansia (86,4%) dengan keluarga tidak mendukung dan mengalami harga diri rendah, sedangkan 3 lansia (30,0%) dengan keluarga yang mendukung dan mengalami harga diri baik.
Dari 22 sampel yang mengalami HDR, 21 lansia (84,0%) tidak aktif dalam aktivitas sosial dan mengalami harga diri rendah, sedangkan 1 lansia (14,3%) aktif dalam aktivitas sosial dan mengalami harga diri baik.
G. KESIMPULAN
Ada hubungan antara keadaan fisik dengan konsep diri : harga diri rendah pada lansia di Desa Sukamanah Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi tahun 2015
Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan konsep diri : harga diri rendah pada lansia di Desa Sukamanah Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi tahun 2015
Ada hubungan antara aktivitas sosial dengan konsep diri : harga diri rendah pada lansia di Desa Sukamanah Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi tahun 2015
H. KELEBIHAN JURNAL Memberi pengetahuan kepada perawat bahwa pasien lansia dengan katarak tidak hanya memiliki masalah keperawatan yang berhubungan dengan fisiknya saja tetapi juga masalah konsep dirinya sehingga dalam pengkajian harus selalu dikaji riwayat bio-psiko-sosial-spiritualnya. I. KEKURANGAN JURNAL Tidak menampilkan contoh pertanyaan-pertanyaan yang termuat dalam kuesioner.