AKHLAK
DISUSUN OLEH: VINA ANGGRAINI (34) XI-MIPA 2 SMA NEGERI 47 JAKARTA Jl. Delman Utama I RT 001 RW 1, Kebayoran Lama Selatan, 12240 Telp. (021) 7260904 Jakarta selatan
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang "Akhlak" ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta. Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas pendidikan agama dengan judul "Akhlak". Disamping itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini. Pihakpihak tersebut antara lain: 1. Bapak Lalu Abdul Mukmin selaku guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti serta pembimbing dalam pembuatan makalah ini. 2. Bapak Agus Yuliyono selaku wali kelas XI MIPA 2. 3. Kedua Orang Tua penulis yang telah berjasa dalam mendukung segala kegiatan penulis, 4. Teman-teman penulis yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan sangat di harapkan kritik dan saran yang membangun supaya dalam kedepannya penulis dapat menyusun makalah dengan lebih baik lagi.
Tangerang Selatan, 13 Maret 2017
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ……………………………………………. i DAFTAR ISI ……………………………………………………… ii BAB I PENDAHULUAN ………………………………………… 1 1.1Latar Belakang ………………………………………….. 1 1.2Rumusan Masalah ……………………………………...... 2 1.3Tujuan …………………………………………………… 2 1.4Manfaat …………………………………………………... 2 BAB II PEMBAHASAN …………………………………………... 3 2.1 Pengertian Akhlak ……………………………………….. 3 2.2 Konsep Akhlak ………………………………………….. 5 2.3 Perbedaan Akhlak dan Moral/Etika ……………………. 5 2.4 Hubungan Akhlak dan Tingkah Laku ………………….. 6 2.5 Skop Akhlak Islam ……………………………………… 7 2.6 Kedudukan Akhlak dalam Islam ……………………….. 10 2.7 Kedudukan AKhlak dalam Kehidupan Manusia ………. 11 2.8 Ciri-ciri Akhlak Islam ……………………………………12 2.9 Pembagian Akhlak ……………………………………… 13
2.10 Kedudukan Akhlakul Karimah ………………………. 15 2.11 Faktor-faktor Keruntuhan Akhlak ……….. ………….. 18 2.12 Jalan-jalan Pembentuk Akhlak Mulia ……. ………….. 19 2.13 Cara-cara Mengatasi dan Memperbaiki Akhlak dalam Islam …………………………………………………… 21 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan ……………………………………………. 23 3.2 Saran …………………………………………………… 23 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….… 24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ajaran akhlak dalam Islam berumber dari wahyu Illahi yang termasuk dalam Al-quran dan sunnah. Akhlak dalam Islam bukanlah moral yang kondisional dan situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak untuk memperoleh kebahagian di dunia ini dan di akhirat kelak. Dalam keseluruhan ajaran Islam, akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting. Di dalam Al-Qur’an saja banyak ayat-ayat yang membicarakan masalah akhlak . belum lagi dengan hadits-hadits Nabi, baik perkataan maupun perbuatan, yang memberikan pedoman akhlak yang mulia dalam keseluruhan aspek kehidupan. Akhlak dalam Islam bukanlah moral yang harus
disesuaikan dengan suatu kondisi dan situasi, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak, nilai-nilai baik dan buruk, terpuji dan tercela berlaku kapan saja, dimana saja dalam segala aspek kehidupan tidak di batasi oleh ruang dan waktu. Ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan fitrah manusia. Manusia akan mendapatkan kebahagiaan hakiki bukan semu bila mengikuti nilai-nilai kebaikan yang di ajarkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah, dua sumber akhlak dalam Islam. Akhlak Islam benarbenar memelikhara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormay sesuai dengan fitrahnya itu. Hati nurani / fitrah dalam bahasa Al-Qur’an memang dapat menjadi ukuran baik dan buruk karena manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki fitrah bertauhid, mengakui keesaanNya. (QS Ar-Rum :30) Karena fitrah itulah manusia kepada kesucian dan selalu cenderung kepada kebenaran. Hati nuraninya selalu mendambakan dan merindukan kebenaran, ingin mengikuti ajaran-ajaran Tuhan, karena kebesaran itu tidak akan di dapat kecuali dengan Allah sebagai sumber kebenaran mutlak. Namun fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari luar, misalnya pengaruh pendidikan dan lingkungan. Fitrah hanyalah merupakan potensi dasar yang perlu dipelihara dan dikembangkan. Banyak manusia yang fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat lagi melihat kebenaran, oleh sebab itu ukuran baik dan buruk tidak di serahkan sepenuhnya hanya kepada hati nurani / fitrah manusia semata, harus dikembalikan kepada penilaian syara’ yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Semua keputusan syara’ tidak akan bertentangan dengan hati nurani manusia, karena kudua-duanya berasal dari sumber yang sama yauti Allah SWT. Demikian juga halnya dengan akal pikiran. Ia hanya lah salah satu kekuatan yang dimilki manusia untuk mencari kebaikan / keburukan . Dan keputusannya bermula dari pengalaman empiris kemudian diolah menurut kemampuan pengetahuannya, oleh karena itu keputusan yang diberikan akal
hanya bersifat spekulatif dan subjektif. Demikanlah tentang hati nurani dan akal pikiran. Di samping istilah akhlak juga di kenal istilah etika dan moral. Ketiga istilah itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia. Perbedaanya terletak pada standar masing-masing. Bagi akhlak standarnya adalah Al-Qur’an dan Sunnah, bagi etika standarnya pertimbangan akal pikiran, dan bagi moral standarnya adalah adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.
a. b. c. d.
1.2 RUMUSAN MASALAH Apa pengertian akhlak? Bagaimanakah hubungan akhlak dan tingkah laku? Apa saja dan bagaiman pembagian akhlak? Bagaimanakah kedudukan Akhlakul Karimah?
1.3 TUJUAN a. Untuk mendeskripsikan apa itu akhlak b. Untuk menjelaskan konsep akhlak c. Untuk mengetahui pembagian akhlak d. Untuk mengetahui hubungan akhlak dan tingkah laku 1.4 MANFAAT a. Menambah wawasan dan sebagai bahan bacaan b. Memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN AKHLAK Secara etimologi akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabi’at. Sinonim kta akhlak adalah budi pekerti, tata krama, sopan santun, moral dan etic.[1] Sedangkan akhlak menurut istilah sebagaimana di ungkapkan oleh Imam Al-Ghazali adalah sebagai berikut : aklhlak adalah suatu bentuk (naluri asli) dalam jiwa seorang manusiayang dapat melahirkan suatu tindakan dan kelakuan dengan mudah dan sopan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Apabila naluri tersebut melahirkan suatu tindakan dan kelakuan yang baik dan terpuji menurut akal dan agama, maka disebut budi pekerti yang baik. Namun sebaliknya bila melahirkan tindakan dan kelakuan yang jahat maka disebut budi pekerti yang buruk. Yang di maksud melahirkan tindakan dan kelakuan ialah suatu yang dijelmakan anggota lahir manusia, misalnya tangan, mulut, demikian juga yang dilahirkan oleh anggota bathin yakni hati yang tidak dibuat-buat. Kalau kebiasaan yang tidak dibuatbuat itu baik disebut akhlak yang baik dan kalau kebiasaan yang buruk disebut akhlak yang buruk. Jadi dapat kita simpulkan awal perbuatan yang itu lahir malalui kebiasaan yang mudah tanpa adanya pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu . contohnya jika seseorang memaksakan dirinya untuk mendermakan katanya / menahan amarahnya dengan terpaksa , maka orang yang semacam ini belum disebut dermawan / orang yang sabar. Seseorang yang memberikan pertolongan kepada orang lain belumlah dapat dikatakan ia seorang yang berakhlak baik. Apabila ia melakukan hal tersebut karena dorongan oleh hati yang tulus, akhlas, dari rasa kebaikannya / kasihannya sesama manusia maka ia dapat dikatakan berakhlak dan berbudi pekerti yang baik. Jadi akhlak adalah masalah kejiwaan, bukan masalah
perbuatan, sedangkan yang tampak berupa perbuatan itu sudah tanda / gejala akhlak. Sedangkan akhlak menurut Ibrahim Anis adalah sifat yang tertanam di dalam jiwa yang dengannya malahirkan macammacam perbuatan baik / buruk tampa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Dan menurut Abdul Karim Zaidan akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatan baik / burk untuk kemudian memilih melakukan / meninggalkannya. Dari beberapa pengertian tersebut bisa kita ambil kesimpulan bahwa akhlak / khuluq itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran / pertimbangan terlebih dahulu serta tidak memerlukan dorongan dari luar. Sifat spontanitas dari akhlak tersebut contohnya adalah apabila ada seseorang yang menyumbang dalam jumlah besar untuk pembangunan mesjid setelah mendapat dorongan dari seorang da’i (yang mengemukakan ayat-ayat dan hadist-hadist tentang keutamaan membangun mesjid di dunia), maka orang tadi belum bisa dikatakan mempunyai sifat pemurah, karena kemurahannya itu lahir setelah mendapat dorongan dari luar dan belum tentu muncul lagi pada kesempatan yang lain. Boleh jadi tanpa dorongan seperti itu, dia tida akan menyumbang. Dari keterangan di atas jelaslah bagi kita bahwa akhlak itu brsifat spontan dan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan serta dorongan dari luar. Menurut terminologi, filosofis akhlak Islam yang terpengaruh oleh filsafat Yunani ia memberikan defenisi akhlak yaitu suatu keadaan bagi jiwa yang mendorong ia melakukan tindakan. Dari keadaan itu tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan. Keadaan ini terbagi 2 ada yang berasal dari tabiat aslinya ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi tindakan itu pda mulanya hanya melalui pemikiran dan
pertimbangan, kemudian dilakukan terus menerus maka jadilah suatu bakat dan akhlak. Di samping istilah akhlak juga dikenal istilah etika dan moral. Ketiga istilah itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia. Akhlak itu ada yang bersifat tabrat / alami, maksudnya bersifat fitrah sebagai pembawaan sejak lahir, misalnya sabar, penyayang, malu, sebagaimana di dalam hadist Abdil Qais disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW berkata kepadaku “sesungguhnya pada diri kamu ada dua tabiat yang di sukai Allah”, Aku berkata “Apa yang dua itu ya Rasulullah?”, rasulullah SAW menjawab “Sabar dan malu”. Kata akhlak dipakai untuk perbuatan terpuji dan perbuatan tercela. Oleh karena itu akhlak memerlukan batasan agar bisa dikatakan akhlak terpuji / akhlak tercela.
2.2 KONSEP AKHLAK Dari beberapa pengertian tersebut diatas,dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benarbenar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatanperbuatan dengan mudah dan spontan, tanpa dipikirkan dan diangan-angankan terlebih dahulu. Hal itu tidak berarti bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan tidak sengaja atau tidak dikehendaki. Hanya saja karena yang demikian itu dilakukan berulang-ulang sehingga sudah menjadi kebiasaan, maka perbuatan itu muncul dengan mudah tanpa dipikir dan dipertimbangkan lagi. Sebenarnya akhlak itu sendiri bukanlah perbuatan, melainkan gambaran batin (jiwa) yang tersembunyi dalam diri manusia. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa akhlak adalah nafsiyah (sesuatu yang bersifat kejiwaan/abstrak), sedangkan bentuknya yang kelihatan berupa tindakan (mu’amalah) atau tingkah laku (suluk) merupakan cerminan dari akhlak tadi. Seringkali suatu perbuatan dilakukan secara kebetulan tanpa adanya kemauan atau kehendak dan bisa juga perbuatan itu dilakukan sekali atau beberapa kali saja atau barangkali perbuatan itu dilakukan tanpa disertai ikhtiar (kehendak bebas) karena adanya tekanan atau paksaan. Maka perbuatan-perbuatan tersebut diatas tidak dapat dikategorikan sebagai akhlak. Sebagai contoh, seseorang tidak dapat dikatakan berakhlak dermawan, apabila perbuatan memberikan hartanya itu dilakukan hanya sekali atau dua kali saja,atau mungkin dia memberikan itu karena terpaksa (disebabkan gengsi atau dibawah tekanan) yang sebenarnya dia tidak menghendaki untuk melakukannya atau mungkin untuk memberikan hartanya itu dia masih merasa berat sehingga memerlukan perhitungan dan pertimbangan. Padahal factor kehendak ini memegang peranan yang sangat penting, karena dia menunjukkan adanya unsur ikhtiar dan kebebasan, sehingga suatu perbuatan bisa disebut perbuatan akhlak. 2.3 PERBEDAAN AHLAK DAN MORAL/ETIKA Yang dimaksudkan dengan akhlak secara umum ialah sistem atau tingkah laku manusia yang bersumberkan kepada asas wahyu atau syarak. Sementara yang dimaksudkan dengan
etika ialah sistem tingkah laku manusia yang selain daripada wahyu, tegasnya yang bersumberkan falsafah. Kata etika berasal daripada bahasa Inggeris "Ethic" dan bahasa Greek "Ethos" yang membawa maksud nilai-nilai atau perkara yang berkaitan dengan sikap yang menentukan tingkah laku sesuatu golongan. Kata moral pula ialah tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika. Tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika sama ada baik atau jahat dinamakan moral. Moral ini terbahagi kepada dua iaitu baik dan jahat. Yang baik ialah segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai baik. Dan yang jahat ialah tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai jahat. 1. Perbedaan Antara Akhlak dan Moral/Etika
· Akhlak merupakan satu sistem yang menilai tindakan zahir dan batin manusia manakala moral ialah satu sistem yang menilai tindakan zahir manusia sahaja. Akhlak mencakup pemikiran, perasaan dan niat di hati manusia dalam hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan makhluk lain manakala moral mencakupi pemikiran, perasaan dan niat di hati manusia dalam hubungan manusia dengan manusia sahaja. Nilai-nilai akhlak ditentukan oleh Allah swt melalui alQuran dan tunjuk ajar oleh Rasulullah saw manakala moral ditentukan oleh manusia. Nilai-nilai akhlak bersifat mutlak, sempurna dan tetap manakala nilai-nilai moral bersifat relatif, subjektif dan sementara. 2. Contoh perbedaan ahlak dan moral a. Pakaian Menurut Islam pakaian bagi seseorang muslim mestilah menutup aurat. Seandainya mereka tidak menutup aurat maka ia telah dianggap sebagai orang yang tidak berakhlak kerana telah melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Berbeda dengan moral, jika seseorang itu mendedahkan aurat tetapi masih mempunyai perlakuan yang baik, maka mereka masih dianggap bermoral oleh sesetengah pihak. b. Pergaulan bebas antara lelaki dan perempuan
Fenomena seumpama ini sudah menjadi suatu lumrah baik masyarakat di Barat dan masyarakat kita. Berdasarkan penilaian Barat perkara ini masih dianggap bermoral, sebaliknya jika dilihat dari sudut akhlak Islam, perlakuan sedemikian sudah dianggap tidak berakhlak. c. Bersalaman
Bersalaman di antara lelaki dan perempuan yang bukan mahramnya adalah haram menurut Islam walaupun tujuannya untuk merapatkan hubungan. Tetapi perkara ini dibolehkan dalam sistem moral. 2.4 HUBUNGAN AKHLAK DAN TINGKAH LAKU Jika akhlak merupakan sifat diri secara bathiniahyang bisa diketahui oleh mata hati, tingkah laku merupakan gambara diri secara lahiriah yang bisa diketahui oleh mata atau dapat kita katakan bahwa hubungan akhlak dan tingkah laku itu seperti hubungan antara yang menunjukkan dan yang ditunjukkan.[2] Jika tingkah laku manusia itu baik serta terpuji, akhlaknya terpuji, sedangkan jika tingkah lakunya buruk maka serta tercela maka akhlaknya pun tercela. Inipun terjadi bila tak ada faktor luar yang mempengaruhi tingkah laku itu, kemudian menyebabkan tidak mengarakan akhlak secara benar. Contohnya orang yang bersedekah karena ingin dilihat orang-orang disampingnya. Rasulullah juga pernah bersabda “Manusia yang paling banyak dimasukkan ke dalam surga adalah manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT dan akhlak yang baik”. Akhlak itu merupakan suatu keadaan dalam diri, maksudnya ia merupakan suatu sifat dimilki aspek jiwa manusia, sebagaimana tindakan merupakan suatu sifat bagi aspek tubuh manusia. 2.5 SKOP AKHLAK ISLAM Skop akhlak Islam adalah luas merangkumi segenap perkara yang berkaitan dengan kehidupan manusia sama ada hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan makhluk lain.
1. Akhlak dengan Allah : Antara ciri-ciri penting akhlak manusia dengan Allah swt ialah : Beriman kepada Allah : yaitu mengakui, mempercayai dan meyakini bahawa Allah itu wujud serta beriman dengan rukun-rukunnya dan melaksanakan tuntutan-tuntutan di samping meninggalkan sebarang sifat atau bentuk syirik terhadapnya. Beribadah atau mengabdikan diri, tunduk, taat dan patuh kepada Allah : yaitu melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala larangannya dengan ikhlas semata-mata kerana Allah swt. Senatiasa bertaubat dengan tuhannya : yaitu apabila seseorang mukmin itu terlupa atau jatuh kepada kecuaian dan kesilapan yang tidak seharusnya berlaku lalu ia segera sedar dan insaf lalu meminta taubat atas kecuaiannya. Mencari keredhaan Tuhannya : yaitu sentiasa mengharapkan Allah dalam segala usaha dan amalannya. Segala gerak geri hidupnya hanyalah untuk mencapai keredhaan Allah dan bukannya mengharapkan keredhaan manusia walaupun kadang kala terpaksa membuat sesuatu kerja yang menyebabkan kemarahan manusia. Melaksanakan perkara-perkara yang wajib, fardhu dan nawafil. Ikhlas menerima Qadha' dan Qadar Allah : Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Apabila mendapat kesenangan dia bersyukur dan apabila dia ditimpa kesusahan dia bersabar maka menjadilah baik baginya." 2. Akhlak dengan manusia : Akhlak dengan Rasulullah : yaitu beriman dengan penuh keyakinan bahawa nabi Muhammad saw adalah benar-benar nabi dan Rasul Allah yang menyampaikan risalah kepada seluruh manusia dan mengamalkan sunnah yang baik yang berbentuk suruhan ataupun larangan. Akhlak dengan ibubapa : yaitu berbuat baik (berbakti) ke pada ibu bapa. Berbuat baik di sini
mengandungi erti meliputi dari segi perbuatan, perkataan dan tingkah laku. Contohnya berkata dengan sopan dan hormat, merendahkan diri, berdoa untuk keduanya dan menjaga keperluan hidupnya apabila mereka telah uzur dan sebagainya. Firman Allah swt yang bermaksud : " Kami perintahkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapa." Akhlak dengan guru : Maksud dari sebuah hadith Nabi saw: "Muliakanlah orang yang kamu belajar daripadanya." Setiap murid dikehendaki memuliakan dan menghormati gurunya kerana peranan guru mengajarkan sesuatu ilmu yang merupakan perkara penting di mana dengan ilmu tersebut manusia dapat menduduki tempat yang mulia dan terhormat dan dapat mengatasi berbagai kesulitan hidup sama ada kehidupan di dunia ataupun di akhirat. Akhlak kepada jiran tetangga : Umat Islam dituntut supaya berbuat baik terhadap jiran tetangga. Contohnya tidak menyusahkan atau mengganggu mereka seperti membunyikan radio kuat-kuat, tidak membuang sampah di muka rumah jiran, tidak menyakiti hati mereka dengan perkataanperkataan kasar atau tidak sopan dan sebagainya. Malah berbuat baik terhadap jiran tetangga dalam pengertiannya itu dapat memberikan sesuatu pemberian kepada mereka sama ada sokongan moral atau material. Akhlak suami isteri : Firman Allah swt yang bermaksud : "Dan gaulilah olehmu isteri-isteri itu dengan baik." Akhlak dengan anak-anak : Islam menetapkan peraturan terhadap anak-anak. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Kanak-kanak lelaki disembelih aqiqahnya pada hari ketujuh dari kelahirannya dan diberi nama dengan baik-baik dan dihindarkan ia daripada perkara-perkara yang memudharatkan. Apabila berusia enam tahun
hendaklah diberi pengajaran dan pendidikan akhlak yang baik." Akhlak dengan kaum kerabat : Firman Allah yang bermaksud : "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan dan memberi kepada kaum kerabat." 3. Akhlak terhadap makhluk selain manusia : Malaikat :Akhlak Islam menuntut seseorang muslim supaya menghormati para malaikat dengan menutup kemaluan walaupun bersendirian dan tidak ada orang lain yang melihat. Jin : Adab terhadap golongan jin antaranya Rasulullah melarang membuang hadas kecil di dalam lubang-lubang di bumi kerana ia adalah kediaman jin. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Jangan kamu beristinjak dengan tahi kering dan jangan pula dengan tulang-tulang kerana sesungguhnya tulang-tulang itu adalah makanan saudara kamu dari kalangan jin." Haiwan ternakan : Haiwan yang digunakan untuk membuat kerja, maka tidak boleh mereka dibebani di luar kesanggupan mereka atau dianiaya atau disakiti. Malah ketika hendak menyembelih untuk dimakan sekalipun, maka hendaklah penyembelihan dilakukan dengan cara yang paling baik iaitu dengan menggunakan pisau yang tajam, tidak mengasah pisau di hadapan haiwan tersebut atau menyembelih haiwan di samping haiwanhaiwan yang lain. Haiwan bukan ternakan : tidak menganiayai haiwan-haiwan bukan ternakan seperti mencederakannya dengan menggunakan batu dan sebagainya. Alam : Manusia diperintahkan untuk memakmurkan sumber-sumber alam demi kebaikan bersama. Islam menetapkan bahawa alam ini tidak boleh dicemari dengan kekotoran yang boleh merosakkan kehidupan manusia dan kehidupan lainnya. 2.6 SUMBER AHLAK ISLAM
Dalam Islam akhlak adalah bersumber dari dua sumber yang utama iaitu al-Quran dan al-Sunnah. Ini ditegaskan leh Rasulullah saw dalam sepotong hadith yang bermaksud : "Sesungguhnya aku diutuskan hanya semata-mata untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." Allah swt telah memuji Rasulullah kerana akhlaknya yang baik seperti yang terdapat dalam al-Quran, firman Allah swt yang bermaksud : "Sesungguhnya engkau seorang memiliki peribadi yang agung (mulia)." 2.6 KEDUDUKAN AKHLAK DALAM ISLAM Akhlak mempunyai kedudukan yang paling penting dalam agama Islam. Antaranya : Akhlak dihubungkan dengan tujuan risalah Islam atau antara perutusan utama Rasulullah saw. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." Pernyataan Rasulullah itu menunjukkan pentingnya kedudukan akhlak dalam Islam. Akhlak menentukan kedudukan seseorang di akhirat nanti yang mana akhlak yang baik dapat memberatkan timbangan amalan yang baik. Begitulah juga sebaliknya. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Tiada sesuatu yang lebih berat dalam daun timbangan melainkan akhlak yang baik." Akhlak dapat menyempurnakan keimanan seseorang mukmin. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya." Akhlak yang baik dapat menghapuskan dosa manakala akhlak yang buruk boleh merosakkan pahala. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Akhlak yang baik mencairkan dosa seperti air mencairkan ais (salji) dan akhlak merosakkan amalan seperti cuka merosakkan madu." Akhlak merupakan sifat Rasulullah saw di mana Allah swt telah memuji Rasulullah kerana akhlaknya yang baik seperti yang terdapat dalam al-Quran, firman Allah swt yang bermaksud : "Sesungguhnya engkau seorang yang memiliki peribadi yang agung )mulia)." Pujian allah swt terhadap RasulNya dengan akhlak yang mulia menunjukkan betapa
besar dan pentingnya kedudukan akhlak dalam Islam. Banak lagi ayat-ayat dan hadith-hadith Rasulullah saw yang menunjukkan ketinggian kedudukan akhlak dan menggalakkan kita supaya berusaha menghiasi jiwa kita dengan akhlak yang mulia. Akhlak tidak dapat dipisahkan dari Islam, sebagaimana dalam sebuah hadith diterangkan bahawa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw : "Wahai Rasulullah, apakah itu agama?" Rasulullah menjawab : "Akhlak yang baik." Akhlak yang baik dapat menghindarkan seseorang itu daripada neraka sebaliknya akhlak yang buruk menyebabkan seseorang itu jauh dari syurga. Sebuah hadith menerangkan bahawa, "Si fulan pada siang harinya berpuasa dan pada malamnya bersembahyang sedangkan akhlaknya buruk, menganggu jiran tetangganya dengan perkataannya. Baginda bersabda : tidak ada kebaikan dalam ibadahnya, dia adalah ahli neraka." Salah satu rukun agama Islam ialah Ihsan, iaitu merupakan asas akhlak seseorang muslim. Ihsan iaitu beribadat kepada allah seolah-olah kita melihatNya kerana walauun kita tidak melihatNya, maka sesungguhnya Dia melihat kita. 2.7 KEDUDUKAN AKHLAK DALAM KEHIDUPAN MANUSIA Akhlak merupakan garis pemisah antara yang berakhlak dengan orang yang tidak berakhlak. Akhlak juga merupakan roh Islam yang mana agama tanpa akhlak samalah seperti jasad yang tidak bernyawa. Oleh itu salah satu misi yang dibawa oleh Rasulullah saw ialah membina kembali akhlak manusia yang telah runtuh sejak zaman para nabi yang terdahulu ekoran penyembahan berhala oleh pengikutnya yang telah menyeleweng. Hal ini juga berlaku pada zaman jahiliyyah yang mana akhlak manusia telah runtuh berpunca daripada mewarisi perangai umat yang terdahulu dengan tradisi meminum arak, membuang anak, membunuh, melakukan kezaliman sesuka hati, menindas, suka memulau kaum yang rendah martabatnya dan sebagainya. Dengan itu mereka sebenarnya tidak berakhlak dan tidak ada bezanya dengan manusia yang tidak beragama.
Akhlak juga merupakan nilai yang menjamin keselamatan daripada api neraka. Islam menganggap mereka yang tidak berakhlak tempatnya dia dalam neraka. Umpamanya seseorang itu melakukan maksiat, menderhaka kepada ibu bapa, melakukan kezaliman dan sebagainya, sudah pasti Allah akan menolak mereka daripada menjadi ahli syurga.Selain itu, akhlak juga merupakan ciri-ciri kelebihan di antara manusia kerana ianyalambang kesempurnaan iman, ketinggian taqwa dan kealiman seseorang manusia yang berakal. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda yang bermaksud : "Orang yang sempurna imannya ialah mereka yang paling baik akhlaknya." Kekalnya sesuatu ummah juga kerana kukuhnya akhlak dan begitulah juga runtuhnya sesuatu ummah itu kerana lemahnya akhlaknya. Hakikat kenyataan di atas dijelaskan dalam kisah-kisah sejarah dan tamadun manusia melalui al-Quran seperti kisah kaum Lut, Samud, kaum nabi Ibrahim, Bani Israel dan lain-lain. Ummah yang berakhlak tinggi dan sentiasa berada di bawah keredhaan dan perlindungan Allah ialah ummah yang seperti di Madinah pada zaman Rasulullah saw. Ketiadaan akhlak yang baik pada diri individu atau masyarakat akan menyebabkan berlaku pelbagai krisis dalaman dan luaran seperti krisis nilai diri, keruntuhan rumahtangga, masyarakat belia yang mundur dan boleh membawa kepada kehancuran sesebuah negara. Presiden Perancis ketika memerintah Perancis dulu pernah berkata :"Kekalahan Perancis di tangan tentera Jerman disebabkan tenteranya runtuh moral dan akhlak." Pencerminan diri seseorang sering digambarkan melalui tingkah laku atau akhlak yang ditunjukkan. Malahan akhlak merupakan perhiasan diri bagi seseorang sebagaimana aqidah merupakan tunjang agama, syariat merupakan cabang dan rantingnya manakala akhlak adalah yang mewarnai seperti bunga-bungaan yang menyerikan hiasan pokok tersebut. Akhlak tidak dapat dibeli atau dinilai dengan wang ringgit Ia wujud di dalam diri seseorang hasil daripada didikan kedua ibu bapa atau penjaga serta pengaruh dari masyarakat sekeliling mereka. Jika sejak kecil kita didedahkan dengan akhlak
yang mulia, maka secara tidak langsung ia akan mempengaruhi tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari hinggalah seterusnya. Proses pembentukan sesebuah masyarakat adalah sama seperti membina sebuah bangunan. Kalau dalam pembinaan bangunan, asasnya disiapkan terlebih dahulu, begitu juga dengan membentuk masyarakat mesti dimulakan dengan pembinaan asasnya terlebih dahulu. Jika kukuh asas yang dibina maka tegaklah masyarakat itu. Jika lemah maka robohlah apaapa sahaja yang dibina di atasnya. Akhlak amat penting kerana merupakan asas yang dilakukan oleh Rasulullah saw ketika memulakan pembentukan masyarakat Islam. Sheikh Mohamad Abu Zahrah dalam kitabnya Tanzim al-Islam Li al-Mujtama' menyatakan bahawa budi pekerti atau moral yang mulia adalah satu-satunya asas yang paling kuat untuk melahirkan manusia yang berhati bersih, ikhlas dalam hidup, amanah dalam tugas, cinta kepada kebaikan dan benci kepada kejahatan. 2.8
CIRI-CIRI AKHLAK ISLAM
1. Islam menyeru agar manusia menghiasi jiwa dengan
akhlak yang baik dan menjauhkan diri dari akhlak yang buruk. Yang menjadi ukuran baik dan burukna adalah syarak, iaitu apa yang diperintahkan oleh syarak, itulah yang baik dan apa yang dilarang oleh syarak itulah yang buruk. 2. Lingkungan skop akhlak Islam adalah luas meliputi segala perbuatan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan makhluk selain manusia. 3. Islam menghubungkan akhlak dengan keimanan. Orang yang paling sempurna keimanannya ialah orang yang paling baik akhlaknya. 4. Adanya konsep balasan dan ganjaran pahala atau syurga oleh Allah dan sebaliknya orang yang berakhlak buruk akan mendapat dosa atau disiksa dalam neraka.
2.9 PEMBAGIAN AKHLAK
Akhlak dibagi menjadi dua macam : 1. Akhlakul Karimah Akhlakul karimah adalah akhlak yang mulia atau terpuji. Akhlak yang baik itu dilahirkan oleh sifat-sifat yang baik pula yaitu sesuai dengan ajaran Allah SWT dan rasil-rasulNya. Misalnya : a. Bertaqwa kepada Allah SWT “Dan bertaqwalah kepada Ku, hai orang-orang yang berakal”. (QS Al-Baqarah : 197) Rasulullah juga telah bersabda yang mana artinya adalah sebagai berikut : “Bertaqwalah kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah suatu keburukan dengan kebaikan, niscaya akan menghapuskannya dan bergaullah dengan sesma manusia dengan akhlak yang baik” (H.R Tirmidzi dari Abu Dzar dan Mu’adz bin Jabal) b. Berbuat baik kepada kedua orang tua. Allah SWT telah berfirman yang mana artinya adalah sebagai berikut : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia.dan hendaklah kamu berbuat baik kepad ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (QS Al-Isra’ : 23) Rasulullah juga telah bersabda, “Ridha Allah SWT itu terletak pada ridha kedua orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murkanya kedua orang tua” (H.R Tirmidzi dari Abdullah bin ‘Amr). c. Suka Menolong Orang yang Lemah Allah SWT telah berfirman dalam surat Al-Maidah : 2 yang mana artinya adalah sebagai berikut, “Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa. Dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran”.
Rasulullah juga telah bersabda : “Dan Allah akan menolong hambaNya, selama hambaNya itu suka menolong saudaranya” (H.R Muslim dari Abu Hurairah) 2. Akhlakul Madzmumah Akhlakul madzmumah adalah akhlah tercela / akhlak yang tidak terpuji. Akhlakul madzmumah (tercela) ialah akhlak yang lahir dari sifat-sifat yang tidak sesuai dengan ajaran Allah SWT dan RasulNya. Misalnya : a. Musyrik (menyekutukan Allah) Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya : “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata ‘sesungguhnya Allah ialah Al Masih putra Maryam’ padahal Al Masih sendiri berkata ‘ Hai Bani Israil, sembahlan Allah Tuhanku dan Tuhanmu!’. Sesungguhnya orang-orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pastilah Allah mengharamkam surga kepadanya dan tempatnya adalah neraka. Orang-orang zalim itu tidaklah mendapat seorang penolong pun” (QS Al Maidah : 72). Rasulullah juga bersabda yang artinya sebagai berikut : “Tidaklah kalian mau kuberi tahukah sebesar-besarnya dosa besar? (beliau mengatakan demikian demikian sampai 3 kali). Para sahabat menjawab,”Tentu ya Rasulullah “. Rasulullah SAW bersabda yang demikian itu adalah musryik (menyekutukan Allah)”. (H.R Bukhari dan Muslim) b. Pergaulan Bebas (zina) Allah berfirman “Dan janganlah kamu mendekati zina , sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji dan jalan yang buruk” (QS Al-Isra’ : 32) Rasulullah telah bersabda yang artinya : “Tidak ada suatu dosa pun setelah musryik (menyekutukan Allah) yang lebih besar di sisi Allah dari pada seseorang yang meletakkan spermanya kepada kamaluan perempuan
yang tidak halal baginya” (H.R Ahmad dan Thabari dari Abdullah bin Al-Harits) c. Meminum Minuman Keras (narkoba) Dalam hal ini Allah SWT telah berfirman dalam surat AlMaidah : 90, yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji yang termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan” (QS Al-Maidah : 90) Rasulullah dalam hal ini telah bersabda : “Jauhilah minum minuman keras, karena dia merupakan kunci segala keburukan” (H.R Al-Hakam dari Ibnu Abbas r.a)
1.10
KEDUDUKAN AKHLAKUL KARIMAH Akhlakul karimah merupakan barometer tinggi rendahnya derajat seseorang sekalipun orang itu pandai setinggi langit, namun jika ia suka melanggar norma-norma agama maka ia tidak bisa dikatakan orang yang mulia. Akhlakul karimah tidak hanya menentukan tinngi rendahnya derajat seseorang akan tetapi mencakup pula derajat suatu bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan mulia karena kemuliaan dan kebesarannya, kalau mereka berakhlak jahat dan hinakarena yang akan tinggal itu bukan kemewahan dan kebesarannya melainkan akhlaknya. Oleh karena itu akhlak menjadi peninggalan kekal yang akan terhapus selama dunia di huni manusia, sedang kemewahan dan kebesaran itu akaj lenyap bila bangsa itu hancur dan binasa. Lenyapnya kemuliaan suatu bangsa karena kehilangan akhlak yang baik dan utama dari mereka, demikian pula sebaliknya kekalnya suatu bangsa karena kekalnya akhlakakhlak dari mereka. Seorang pujangga Mesir bernama Ahmad Syauqi dalam salah satu qubahannya: Sesungguhnya suatu bangsa akan menjadi jaya dan terhormat selama bangsa itu memiliki akhlak yang luhur, apabila bangsa itu telah kehilangan akhlak yang luhur, maka bangsa itu akan musnah dan hancur lembur. Oleh karena itu masalah akhlak itu tidak bisa dianggap sepele, karena mencakup masyarakat luas, yang akan mengangkat drajat manusia ke tingkat yang semulia-mulianya, namun bila salah jalan justru akan membawa mareka kepada derajat yang serendah-rendahnya. Masalah akhlak pada masa sekarang ini pada umumnya kejahatan mengatasi kebaikan,kebatilan mengatasi kebenaran, pencemaran menjadi perbuatan yang lumrah dilakukan orang. Pada masa sekarang orang tua sangat mengkhawatirkan moral anaknya, karena rusaknya pergaulan dikalangan manusia, khususnya pada masa remaja. Masa yang menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dipengaruhi oleh hawa nafsu dan bujukan setan. Namun manusia tidak bisa semata-
mata mengandalkan teknologi dan ilmu pengetahuan ini untuk membimbingnya ke jalan kebajikan dan mengesampingkan ajaran dan tuntutan agama. Kaum muslim sebaiknya mempraktekkan akhlakul karimah ini, karena kedatangan Nabi Muhammad SAW adalah sebagai penyempurna akhlak yang baik dan utama. Sebagaimana diterangkan dalam sabdanya yang artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (H.R Al-Hakim dari Abu Hurairah) Sebagai anjuran bagi umatnya supaya berakhlak baik, bliau bersabda, yang artinya adalah : “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya” (H.R Tirmidzi dari Abu Hurairah) Dan Nabipun telah mendorong orang tua agar mengajarkan tata krama dan sopan santun kepada anak-anaknya tersebut dalam sebuah hadits yang artinya “Muliakanlah anak-anakmu dan baguskanlah budi pekerti mereka” (H.R Ibnu Majah dari Anas bin Malik) Nabi Muhammad tidak hanya menganjurkan umatnya supaya berakhlak baik dan mulia, tetapi lebih dahulu beliau berakhlak mulia, bersopan santun dan berperangai terpuji, sehingga Allah SWT memberikan pujian kepada beliau yang belum pernah diberikannya kepada orang lain, sebagaimana diterangkan dalam firmannya yang berarti, “Sesungguhnya engkau (Muhammad) berbudi pekerti agung” (QS Al-qalam : 4) Oleh karena itu setiap muslim berkewajiban mendidik dirinya sendiri dan ank-anaknya supaya berakhlak baik. Dan di perguruan tinggi masalah akhlak ini perlu mendapat perhatian. Janganlah mereka hanya mementingkan ilmu pngetahuan dan teknologi saja, sedangkan akhlak tidak diperhatikan. Ilmu pengetahuan dan teknologi serta penghidupan yang serba mewah itu, tidaklah memiliki arti apa-apa kalau mereka dan anak-anak mereka berakhlak jahat dan hina, karena ketiadaan akhlak yang baik itu bisa membawa mereka kepada kerusakan dan kerendahan.
Dalam keseluruhan agama Islam akhlak menempati kedudukan istimewa dan sangat penting, karena Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi pokok risalah Islam, beliau bersabda yang artinya : “Sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (H.R Baihaqi) Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam sebagai Rasulullah Saw pernah mendefenisikan agama itu dengan akhlak yang baik. Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki bertanya pada Rasulullah SAW: Ya Rasulullah, apakah agama itu? Beliau menjawab “Agama itu adalah akhlak yang baik”. Pendefisian agama (Islam) dengan akhlak yang baikitu sebanding dengan pendefenisian ibadah haji dengan wuquf di Arafah. Rasulullah menyebutkan haji adalah wuquf di Arafah. Artinya tidak sah haji seseorang tanpa wuquf di Arafah. Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nantipada hari kiamat. Rasulullah bersabda yang mana artinya : “Tidak ada satupun yang akan lebih memberatkan timbangan (kebaikan) seorang hamba mukmin nanti pada hari kiamat selain dari akhlak yang baik” (H.R Tirmidzi) Dan orang yang paling dicintai serta dekat dengan Rasulllah SAW nanti pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya. Rasulullah menjadikan baik buruknya akhlak seseorang sebagai ukuran klulitas imannya. Hal ini bisa kita lihat pada sabda rasulullah yang artinya adalah : “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, misalnya shalat, puasa, zkat, dan haji. Sebagaiman firman Allah yang artinya : “Dan dirikan lah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS Al-Ankabut : 29:45) Rasulullah juga pernah bersabda bahwa puasa itu bukan hanya menahan makan dan minum saja, tapi puasa itu menahan
diri dari perbuatan kotor dan keji. Jika seoarng mencaci, menjahili kamu maka katakan sesungguhnya aku sedang puasa. Firman Allah SWT dalam surat At-Taubah 9:103 : “ Ambilah zakat dari sebagaian harta mereka, demgan zakat itu kamu ihkan dan mensucikan mereka”. Firman allah dalam surat Al-Baqarah : 197 “Musim haji adalah beberapa bulan dimaklumi. Barabg siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (mengeluarkan perkataan yang menimbulakan birahi yang tidak senonoh / bersetubuh dalam masa mengerjakan haji”. Dan beberpa arti dari ayat di atas kita dapat melihat adanya kaitan langsung antara shalat, puasa, haji dan zakat dengan akhlak. Seseorang yang mendirikan shalat tentu tidak akan mengerjakan segala perbuatan yang tergolong keji dan mungkar. Sebab apalah arti shalat kalau dia tetap saja mengerjakan kekejian dan kemungkaran. Seseorang yang benarbenar puasa demi mencari ridha Allah, di samping menahan keinginannya untuk makan dan minum, tentu saja akan menahan dirinya dari segala kata-kata yang kotor dan perbuatan yang tercela. Sebab tanpa meninggalkan perbuatan yang tercela itu dia tidak akan mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus semata. Begitu juga dengan ibadh, zakat dan haji, di kaitkan oleh Allah SWT hikmahnya dengan aspek akhlak. Jadi kesimpulannya, akhlak yang baik dan diterima oleh Allah adalah buah dari ibadahyang baik atau ibadah yang baik dan diterima oleh Allah SWTtentu akan melahirkan akhlak yang baik dan terpuji. Nabi Muhammad Saw selalu berdoa agar Allah SWT membaikkan akhlak beliau. Salah satu doa beliau adalah : “Ya Allah tunjukilah aku jalan menuju akhlak yang baik, karena sesungguhnya tidak ada yang dapat memberi petunjuk menuju jalan yang lebih baik selain engkau. Hindarilah aku dari akhlak yang buruk karena sesungguhnya tidak ada yang dapat menghindarkan aku dari akhlak yang buruk kecuali engku”.
Di dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan akhlak,baik berupa perintah untuk berakhlak yang baik serta pujian dan pahala yang diberikan kepada orang-orang yang mematuhi perintah itu, maupn larangan berakhlak yang buruk serta celaan dan dosa bagi orang-orang yang melanggar. 2.11
FAKTOR-FAKTOR KERUNTUHAN AHLAK 1. lingkungan sosial Faktor lingkungan sosial banyak mempengaruhi pembentukan peribadi seseorang. Antaranya ialah :
2.
Individu yang hidup dalam keluarga yang tidak mengamalkan cara hidup yang berakhlak, maka jiwanya akan terdidik dengan tingkah laku, tutur kata dan gaya hidup yang tidak baik. Kehadiran teknologi canggih dalam media massa sama ada bercetak atau elektronik juga sedikit sebanyak memberi kesan dalam pembentukan akhlak seseorang yaitu melalui adegan-adegan ganas dan berunsur seks yang boleh merosakkan jiwa mereka. Pengaruh rakan sebaya dan masyarakat sekeliling juga merupakan faktor yang membentuk keperibadian dan akhlak seperti tingkah laku, tutur kata dan cara bertindak. Permasalahan keluarga yang melibatkan ibu bapa contohnya pergaduhan dan perceraian boleh membawa kepada permasalahan sosial seperti lari dari rumah, menyertai rakan sebaya mahupun kumpulan yang rosak akhlaknya sehingga membawa kepada pergaulan bebas, perzinaan, pengambilan dadah, pelacuran (bohsia) dan seumpamanya. Budaya masyarakat yang cenderung ke arah liberalisme juga membawa masyarakat kini mudah terjebak dengan budaya rock, rap, lepak dan seumpamanya. Nafsu
Nafsu adalah anugerah Allah swt kepada manusia dan nafsu juga adalah musuh sebati dengan diri manusia yang melaksanakan hasrat nafsu manusia. Manusia yang terlalu menurut kehendak nafsunya akan terdorong untuk melakukan keburukan. Seandainya nafsu tidak dapat dikawal, sudah asti boleh menghilangkan maruah diri, agama dan nilai budaya sesebuah masyarakat dan membawa kepada kemungkaran sebagaimana berlaku dalam masyarakat kini. 3. Syaitan
Satu lagi musuh ghaib yang sentiasa mendampingi manusia dengan memperalatkan nafsu manusia iaitu syaitan. Fungsi syaitan adalah sebagai agen perosak akhlak manusia berlaku sejak Nabi Adam a.s. dan berterusan hingga ke hari kiamat. Kesimpulannya setiap manusia yang hidup terpaksa menghadapi ujian dan cubaan hidup dalam usaha melatih diri menjadi manusia yang berakhlak dan bersedia menghadapi segala rintangan. 2.12
JALAN-JALAN PEMBENTUK AKHLAK MULIA Akhlak adalah sesuatu perilaku yang boleh diubah dan dibentuk, contohnya Saidina Umar al-Khattab, sebagaimana keadaan beliau semasa berada di zaman jahiliyyah berbanding keadaannya sesudah memeluk agama Islam. Dari sini dapat disimpulkan bahawa akhlak merupakan sesuatu yang semulajadi tetapi ianya perlu dibentuk. Terdapat beberapa cara untuk membentuk dan membina akhlak mulia. Antara cara-cara itu ialah melalui : 1. Pendidikan Iman sebagai Asas Akhlak
Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencorak manusia menjadi seseorang yang beriman. Iman adalah asas kepada akhlak Islam. Tidak akan sempurna iman seseorang jika tidak disertai oleh akhlak yang baik. Contohnya dengan melaksanakan segala perintah Allah yang berupa ibadah kerana kesemua perintah Allah tersebut bertujuan untuk ihkan diri dan menyuburkan jiwa manusia dengan sifat-sifat terpuji.
Lantaran itu setiap ayat al-Quran menyeru manusia berbuat baik dan mencegah manusia daripada melakukan perbuatan mungkar. Biasanya didahului dengan panggilan "Wahai orang-orang yang beriman" kemudian barulah diikuti dengan perintah atau larangan. Iman yang teguh tetap memerlukan akhlak yang teguh. Jika berlaku kemerosotan akhlak di kalangan manusia, puncanya adalah kelemahan iman dan tertakluk kepada kefasikan atau kejahatan yang dilakukan oleh seseorang. Pendidikan iman bolehlah disimpulkan sebagai suatu pemulihan tenaga keimanan seseorang supaya dapat mempertahankan diri manusia daripada segala kerendahan dan keburukan serta dapat mendorong manusia ke arah kemuliaan. 2. Melalui Latihan dan Bimbingan Pendidik Berkualiti
Pendidikan yang diberikan itu hendaklah bermula dari rumah yang ditangani oleh ibu bapa. Selepas itu barulah berpindah ke peringkat sekolah hingga ke pusat pengajian tinggi bagi pendidikan berbentuk formal. Ibu bapa seharusnya mempunyai keperibadian dan akhlak yang mantap sebagai pendidik dan pembinbing seperti lemah lembut dalam pertuturan, pergaulan, sabar, lapang dada, istiqamah, berwawasan dan seumpamanya. 3. Mengambil Rasulullah saw Sebagai Contoh
Rasulullah adalah contoh teladan dan ikutan yang paling tepat bagi semua peringkat kehidupan. Bersesuaian dengan itu, Allah swt telah berfirman bahawa Nabi Muhammad saw diutuskan kepada manusia untuk menyempurnakan akhlak di kalangan mereka. Firman Allah yang bermaksud : "Demi sesungguhnya bagi kamu pada diri Rasulullah saw itu contoh ikutan yang baik bagi orang-orang yang sentiasa mengharapkan keredhaan Allah dan balasan baik di hari akhirat serta sentiasa menyebut dan memperingati Allah dalam masa senang dan susah." Contoh-contoh akhlak Rasulullah saw : ·
1. Akhlak Rasulullah saw dengan Allah swt Mengabdikan diri setiap detik dan masa kepada Allah dengan penuh kepatuhan, ketaatan, kecintaan dan kesyukuran yang
tidak berbelah bagi terhadap Allah di samping redha dengan apa yang telah ditentukan oleh Allah kepadanya. ·
·
Melaksanakan kewajipan yang wajib atau difardhukan serta amalan-amalan sunat seperti bangun malam mengadakan Qiyamullail, berpuasa sunat, zikir, istighfar, doa, tasbih, tahmid dan sebagainya. 2. Akhlak Rasulullah saw dengan sesama manusia Akhlak Rasulullah saw meliputi aspek kekeluargaan, soaial, ekonomi, politik dan sebagainya. Dari aspek kekeluargaan, Rasulullah saw berjaya mewujudkan suasana yang harmoni dan Rasulullah saw pernah bersabda :"Rumahku adalah syurgaku."
·
Rasulullah saw merupakan seorang yang bertanggungjawab, sentiasa memberi kasih sayang, berlemah lembut dan bertolak ansur terhadap semua ahli keluarganya.
·
Rasulullah saw juga selalu berbincang dengan para sahabat dan menghargai pandangan yang diberikan oleh mereka.
·
Begitu juga akhlak dan sikap Rasulullah saw terhadap orang bukan Islam iaitu menghormati mereka, bersopan santun dan memberi haknya kepada mereka terutama dari segi kejiranan. Contohnya kisah baginda dengan seorang wanita Yahudi (jirannya) yang akhirnya wanita Yahudi tersebut telah memeluk Islam atas keprihatinan, kesabaran dan kemuliaan akhlak yang ditonjolkan oleh Rasulullah saw.
·
·
3. Akhlak Rasulullah saw dengan makhluk lain. Rasulullah saw begitu peka dan prihatin terhadap makhluk yang lain seperti haiwan, tumbuha-tumbuhan dan alam sekitar. Rasulullah saw menasihati umatnya supaya berlaku ihsan kepada haiwan dan binatang ternakan serta tidak menzalimi atau menyiksa mereka. Demikian juga tumbuh-tumbuhan dan alam sekitar.
2.13 CARA-CARA MENGATASI DAN MEMPERBAIKI AKHLAK DALAM ISLAM
Menguatkan nilai-nilai aqidah dan keimanan dalam jiwa.
Mengawal pancaindera daripada melihat atau mendengar perkara-perkara yang membangkitkan atau menguatkan syahwat dan hawa nafsu yang menjadi punca segala sifat buruk dan keji. Mempelajari huraian atau penjelasan al-Quran dan Hadith serta penafsirannya oleh para ulama mengenai akhlak terpuji untuk ihkan jiwa. Melatih diri membiasakan perbuatan-perbuatan baik seperti ibadah berupa solat, puasa dan lain-lain dan menjauhkan diri daripada segala perbuatan buruk dan keji. Berkawan dan berjiran dengan orang-orang yang berakhlak mulia kerana kawan atau jiran memberi kesan atau pengaruh dalam pembinaan akhlak seseorang. Mempelajari kehidupan para nabi, sahabat, ulama atau auliya dan menjadikan kehidupan mereka sebagai contoh teladan dalam kehidupan kita. Dalam segala tindak tanduk kita hendaklah sentiasa mengikuti dan menggunakan akal fikiran dan janganlah mengikut perut dan hawa nafsu kita. Sentiasa berdoa memohon bantuan Allah swt agar dilengkapkan diri dengan akhlak yang mulia dan mendapatkan perlindungan daripada perkara-perkara yang tidak diingini.
BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Ahlak merupakan suatu perlakuan yang tetap sifatnya di dalam jiwa seseorang yang tidak memerlukan daya pemikiran di dalam melakukan sesuatu tindakan.Berdasarkan apa yang telah menjadi pokok bahasan pada materi di atas, maka secara sederhana dapat di tarik sebuah kesimpulan yaitu ahlak merupakan cerminan dari agama islam itu sendiri, dimana bila ahlak seorang manusia mencerminkan sebuah kebaikan, kesucian, kesopanan dan lain sebagainya yang bertujuan menggapai rido allah swt. Yang menjadi ukuran baik dan burukna ahlak adalah syarak, iaitu apa yang diperintahkan oleh syarak, itulah yang baik dan apa yang dilarang oleh syarak itulah yang buruk. Perkembangan teknologi dapa mempengaruhi lingkungan serta kebudayaan masyarakat. Apabila dalam dingkungan masyarakat tersebut tidak memiliki tembok yang kuat, niscaya keruntuhan Ahlak dan morallah yang akan terjadi. Yaitu di mulai dengan hilangnya norma-norma dalam masyarakat tersebut. 3.2 SARAN Kerusakan ahlak pada manusia di sebabkan oleh pengaruh lingkungan yang semakin hari, semakin kebarat baratan yang selalu menurutu hawa nafsu yang menggebu-gebu dalam menggapai ataupun meraih sebuah tujuan. Namun dengan adanya pengaruh syaitan yang sangat kuat dalam diri manusia itu sendiri, yang menjadikan tujuan yang baik, menjadi merosot kearah keburukan yang menyesatkan kehidupan manusia baik di dunia maupun akherat. Untuk itu marilah kita secara sadar dan bersama-sama menjalanka kaidah dan menguatkan nlai-nilai aqidah islam dalam jiwa kita degan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA Anwar, Khairul. 2014. Pengantar Studi Islam : Rajawali Pers. Diambil dari: http//www,urgensiakhlakdalamkehidupan.com http//akhlakdalami slam.com Gusmawan, Try. 2015. Makalah Akhlak dalam Islam. Diambil dari: http://tugaskuliah15.blogspot.co.id/2015/10/makalah-akhlakdalam-islam.html (20 Oktober 2015). Muja, Annafi. 2015. MAKALAH AKHLAK “Pengertian Akhlak, Konsep Akhlak, dan Urgensi Akhlak dalam Kehidupan”. Diambil dari: https://annafimuja.wordpress.com/2015/01/17/makalahakhlak-pengertian-akhlak-konsep-akhlak-dan-urgensi-akhlakdalam-kehidupan/ (17 Januari 2015). Nurasmawi. 2011. Buku Ajar Aqidah Akhlak, Pekanbaru : Yayasan Pusaka Riau Rahmi, Fitri. 2013. Makalah PAI: Pengertian Akhlak dan Pembagiannya. Diambil dari: http://fitrirahmiku.blogspot.co.id/2013/04/makalah-paipengertian-akhlak-dan.html (4 Juli 2013). Rajab, Khairunnas. Pustaka Pesantren
2012. Agama
Kebahagian.Yogyakarta
:
Ritonga, Rahman. 2005.Merakit Hubungan dengan Sesama Manusia. Diambil dari: http//www.perbedaanakhlakdanmoral.com http//www.pengertian etika.com