LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS IMMINENS
A. PENGERTIAN Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam rahim. Manuaba, 2007:683).
Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus yang nyata dengan hasil konsepsi dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi servik uteri (Sarwono, 1996, hal. 261). Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari Abdul, 2000) Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat ( Mansjoer, Arif M, 1999) Abortus imminen adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak pada paruh pertama kehamilan ( William Obstetri, 1990)
B. Anatomi dan Fisiologi Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di perineum. Struktur reproduksi interna dan 9 eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen dan progesteron (Bobak, 2005). 1.
Struktur Interna (Alat Reproduksi Bagian Dalam)
Gambar 1. Struktur Interna Sistem Reproduksi Wanita (Sumber : Maria Poppy, Anatomi Sistem Reproduksi Wanita)
Gambar 2. Struktur Interna Sistem Reproduksi Wanita (Sumber : Yunita, Anatomi Sistem Reproduksi Wanita)
Alat reproduksi bagian dalam wanita terdiri atas ovarium (kandung telur), tuba fallopi atau oviduk (saluran telur), dan vagina (saluran kelamin). a.
Ovarium Ovarium berjumlah sepasang yang terdapat di rongga perut, yaitu tepatnya di sebelah kiri dan kanan daerah pinggang. Fungsi ovarium ini untuk menghasilkan sel telur atau ovum dan hormon-hormon kelamin wanita, seperti progesteron dan . Ovarium dilindungi oleh suatu kapsul pelindung yang mengandung folikel-folikel. Setiap folikel berisi sebuah sel telur yang diselubungi satu atau lebih lapisan sel-sel folikel. Folikel merupakan suatu struktur yang berbentuk bulatan-bulatan dan terdapat di sekeliling oosit, berguna sebagai penyedia makanan dan pelindung bagi sel telur yang sedang mengalami pematangan.
b.
Tuba Fallopi Tuba fallopi yang lazim disebut sebagai oviduk berjumlah sepasang. Tuba fallopi ini merupakan suatu saluran yang menghubungkan ovarium dengan rahim (uterus). Tuba fallopi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu ismus yang merupakan
bagian
tuba
fallopi
yang
terletak
dekat
uterus
atau
rahim, ampula, yaitu daerah yang berbentuk lengkungan yang terletak di atas ovarium, dan infudibulum, yaitu daerah pangkal tuba fallopi yang berbentuk corong (fimbria). Pangkal tuba fallopi yang berbentuk corong disebut pula infudibulum. Infudibulum mengandung tonjolan-tonjolan seperti kaki cumicumi yang berjumbai-jumbai disebut fimbriae. Fimbriae ini berperan untuk menangkap ovum. Ovum yang telah ditangkap fimbriae, kemudian diangkat oleh tuba fallopi. Dengan adanya gerak peristaltik serta dinding tuba fallopi yang bersilia, ovum kemudian diangkat menuju rahim. Dengan demikian, tuba fallopi memiliki beberapa fungsi, yaitu untuk menyalurkan ovum menuju uterus dan menyediakan lingkungan yang cocok bagi proses pembuahan dan perkembangan telur sebelum fertilisasi terjadi.
c.
Uterus Uterus lazim disebut rahim, pada manusia hanya terdiri dari satu ruang yang disebut simpleks. Uterus ini berbentuk seperti buah pear dan berotot cukup tebal. Pada wanita-wanita yang belum pernah melahirkan, ukuran panjang rahimnya adalah 7 cm dengan lebar antara 4 cm sampai 5 cm. Pada rahim bagian bawah bentuknya mengecil dan dinamakan serviks uterus, sedangkan bagian yang lebih besar disebut badan rahim atau corpus uterus. Rahim pada manusia dan mamalia tersusun atas tiga lapisan, yaitu perimetrium, meiometrium, dan endometrium. Pada lapisan endometrium dihasilkan banyak lendir, serta terdapat banyak pembuluh darah. Lapisan endometrium ini mengalami proses penebalan dan akan mengelupas setiap bulannya apabila tidak terdapat zigot yang terimplantasi (tertanam). Uterus ini merupakan tempat untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Di samping itu, rahim juga terbagi atas tiga bagian, yaitu fundus, bagian paling atas yang berdekatan dengan saluran telur, ismus bagian tengah rahim, dan serviks yang sering kali disebut sebagai leher rahim adalah bagian paling bawah dan tersempit, yang memanjang sampai vagina.
d.
Vagina Vagina merupakan bagian dalam kelamin wanita yang berbentuk seperti tabung dilapisi dengan otot yang arahnya membujur ke arah bagian belakang dan atas. Bagian dinding vagina lebih tipis dibandingkan dengan dinding rahim dan terdapat banyak lipatan-lipatan. Lipatan-lipatan tersebut berguna untuk mempermudah jalannya proses kelahiran bayi. Di samping itu, pada vagina juga terdapat lendir yang dikeluarkan oleh dinding vagina dan sepasang kelenjar yang dikenal sebagaikelenjar bartholi. Vagina ini merupakan organ persetubuhan (kopulasi) pada wanita.
2.
Struktur Eksterna (Alat Reproduksi Bagian Luar)
Gambar 3. Struktur Eksterna Sistem Reproduksi Wanita (Sumber : Dian Husada, Sistem Reproduksi Wanita)
a.
Vulva Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi perineum.
b.
Mons Pubis Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons 10 berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama koitus.
c.
Labia Mayora Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia
minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya. Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka. Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan semakin menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.
d.
Labia Minora Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang, memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkankan labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
e.
Klitoris Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar. Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang berarti “kunci” karena
klitoris dianggap 12 sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi tekanan. f.
Vestibulum Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
g.
Fourchette Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
h.
Perineum Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
C. ETIOLOGI Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu : 1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi - Kelainan kromosom - Lingkungan sekitar kurang sempurna - Pengaruh dari luar 2. Kelainan pada plasenta adalah perdarahan dari pembuluh darah disekitar plasenta 3. Penyakit ibu (pneumonia, typhus, abdominalis, anemia berat, malaria, keracunan) 4. Kelainan traktus genitalia (retroversi uteri, mioma uteri, kelainan bawaan uterus) 5. Kelainan endokrin (hyperthiroid, diabetes melitus, kekurangan progesteran) 6. Trauma 7. Gangguan nutrisi 8. Stress psikologis ( Hamilton, C. Mary, 1995 )
D. PATHWAY Perdarahan Nekrosis Hasil konsepsi terlepas dari uterus
Uterus berkontraksi
Hasil konsepsi keluar
E.
Hasil konsepsi keluar sempurna
Merasa kehilangan
Hasil konsepsi keluar tidak sempurna
Cemas Perdarahan Stress
Nyeri
Intervensi aktifitas F.
Gangguan rasa nyaman, nyeri
Defisit volume cairan
Gangguan istirahat dan tidur
D. MANIFESTASI KLINIS Tanda dan gejala pada abortus Imminen : a) Terdapat keterlambatan dating bulan b) Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules c) Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim d) Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim e) Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif (Syaifudin. Bari Abdul, 2000)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Ultrasonografi (USG) Transvaginal danObservasi Denyut Jantung Janin Pemeriksaan USG transvaginal penting untuk menentukan apakah janin viabel atau non viabel1,5 dan membedakan antara kehamilan intrauteri, ekstrauteri, mola, atau missedabortion. Jika perdarahan berlanjut, ulangi pemeriksaan USG dalam tujuh hari kemudian untuk mengetahui viabilitas janin. Jika hasil pemeriksaan meragukan, pemeriksaan dapat diulang 1-2 minggu kemudian. Bradikardia janin dan perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan HPHT dengan hasil
pemeriksaan
USG
menunjukkan
prognosis
buruk.
Data
prospektif
menyebutkan, bahwa jika terdapat satu diantara tiga faktor risiko (bradikardia janin, perbedaan antara kantung kehamilan dengan panjang crown to rump, dan perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan HPHT dan pemeriksaan USG lebih dari satu minggu) meningkatkan presentase kejadian keguguran dari 6% menjadi 84%. Penelitian prospektif pada umumnya menunjukkan presentase kejadian keguguran 3,4-5,5% jika perdarahan terjadi setelah jantung janin mulai beraktivitas, dan identifi kasi aktivitas jantung janin dengan USG di pelayanan kesehatan primer memberikan presentase berlanjutnya kehamilan hingga lebih dari 20 minggu sebesar 97%. 2. Kadar Human Chorionic Gonadotropin(HCG) Kuantitatif Serial Evaluasi harus mencakup pemeriksaan hCG serial kecuali pasien mengalami kehamilan intauterin yang terdokumentasi dengan USG, untuk mengeliminasi kemungkinan kehamilan ektopik.9 Kadar hCG kuantitatif serial diulang setelah 48 jam digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik, mola, abortus imminens,
dan missed abortion 2,6,8 Kadar hCG serum wanita hamil yang mengalami keguguran diawali dengan gejala abortus imminens pada trimester pertama, lebih rendah dibandingkan wanita hamil dengan gejala abortus imminens yang kehamilannya berlanjut atau dengan wanita hamil tanpa gejala abortus imminens. 3. Pemeriksaan Kadar Progesteron Kadar hormon progesteron relatif stabil pada trimester pertama, sehingga pemeriksaan tunggal dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel; kadar kurang dari 5 mg/mL menunjukkan prognosis kegagalan kehamilan dengan sensitivitas 60%, sedangkan nilai 20 ng/mL menunjukkan kehamilan yang viabel dengan sensitivitas 100%. 4. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus 5. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
F.
PENATALAKSANAAN 1. Tirah baring total 2. Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual 3. Jika perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi. Jika perdarahan terus berlangsung, nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Jika perdarahan berlanjut, khususnya jika ditemukan uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola 4. Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus imminens, karena pada saat berhubungan seksual, oksitoksin disekresi oleh puting atau akibat stimulasi klitoris, selain itu prostaglandin E dalam semen dapat mempercepat pematangan serviks dan meningkatkan kolonisasi mikroorganisme di vagina. 5. Relaksan Otot Uterus Buphenine hydrochloride merupakan vasodilator yang juga digunakan sebagai relaksan otot uterus, pada penelitian RCT menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan penggunaan plasebo, namun metode penelitian ini tidak jelas, dan tidak ada penelitian lain yang mendukung pemberian tokolisis pada awal terjadinya abortus imminens.1 Cochrane Library menyebutkan tidak ada cukup bukti yang
menunjukkan efektivitas penggunaan relaksan otot uterus dalam mencegah abortus imminens. 6. Profilaksis Rh (rhesus) Konsensus menyarankan pemberian imunoglobulin anti-D pada kasus perdarahan setelah 12 minggu kehamilan atau kasus dengan perdarahan gejala berat mendekati 12 minggu.
G. KOMPLIKASI 1. Perdarahan 2. Infeksi 3. Syock (Syaifudin. Bari Abdul, 2000)
H. PENATALAKSANAAN Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadangkadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu. Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan dapat dilanjutkan. Sonografi vagina,pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (hCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Dapat juga digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup. Setelah konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ulhasonografi abdomen atau probe vagina Dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi : a. Istirahat baring agar aliran darah ke uerus bertambah dan rangsang mekanik berkurang b. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas c. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, ungkin janin akan mati, pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup d. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 / 1.000 mg e. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C f. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat (Wiknjosastro dkk, 2002 : 305)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. IDENTITAS Data yang perlu dikaji oleh perawat adalah : a) Data dasar yang meliputi : - Aspek biologi - Aspek psikologis - Aspek sosial kultural - Aspek spritual b) Data fokus yaitu : data yang sesuai dengan kondisi pasien saat ini yang meliputi : - Riwayat kehamilan - Riwayat sebelumnya, penggunaan kontrasepsi dan jenisnya, riwayat kehamilan sebelumnya, lahir hidup atau lahir mati, riwayat haid yang meliputi siklus haid, lama haid dan akhir hair - Pengkajian fisik meliputi : Usia kehamilan saat ini, adanya tanda – tanda awal kehamilan Perhatian pendarahan yang terjadi Adanya infeksi Rasa nyeri pada saat terjadi pendarahan Ada riwayat masalah pengobatan Aktivitas yang dilakukan selama kehamilan - Masalah psikologis - Adanya dukungan dari keluarga - Pemeriksaan LAB : pemeriksaan test kehamilan, Hb, Ht Leukosit. - Pemeriksaan USG untuk mengetahui pertubuhan janin - Monitor denyut jantung janin dan tinggi fundus uteri.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Kekurangan volume cairan b.d perdarahan 2. Nyeri akut b.d kerusakan jaringan intra uteri 3. Resiko syok (hipovolemik) 4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi 5. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan
3. INTERVENSI No
Masalah Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
1
Kekurangan volume cairan b.d perdarahan
NOC : - Fluid balance - Nutritional Status : Food and Fluid Intake Kriteria Hasil : - Mempertahankan urine output - Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
2
Nyeri akut b.d kerusakan jaringan intra uteri
NOC : - Pain Level - Pain Control Kriteria Hasil - Mampu mengontrol nyeri - Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan nyeri
3
Resiko
syok
(hipovolemik)
NOC : - Syok prevention - Syok managemen Kriteria Hasil : - Nadi, irama jantung, frekuensi napas, dan irama pernapasan dalam batas yang diharapkan
4
Intoleransi Aktivitas
Activity Tolerance Saturasi O2 saat aktivitas dalam batas normal (95100%) Nadi saat aktivitas dalam batas normal (60100x/mnt) RR saat aktivitas dalam batas normal (1220x/mnt) Tekanan darah systole saat aktivitas dalam batas
Intervensi NIC - Pertahankan catatan intake dan output yang akurat - Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik, jika diperlukan - Monitor status nutrisi - Dorong masukan oral - Kolaborasikan pemberian cairan IV
NIC : - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien - Ajarkan teknik non-farmakologi
NIC : - Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung, HR, dan ritme, nadi perifer, dan kapiler refill - Monitor input dan output - Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya syok - Lihat dan pelihara kepatenan jalan napas
Activity Therapy 1. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk merencanakan, monitoring program aktivitasi klien. 2. Bantu klien memilih aktivitas yang sesuai dengan kondisi. 3. Bantu klien untuk melakukan aktivitas/latihan fisik secara teratur. 4. Monitor status emosional, fisik dan social serta spiritual klien terhadap latihan/aktivitas. 5. Monitor hasil pemeriksaan EKG
normal (100-120mmHg) Tekanan darah diastole saat aktivitas dalam batas normal (60-80mmHg) Hasil EKG dalam batas normal Fatigue Level Tidak nampak kelelahan Tidak nampak lesu Tidak ada penurunan nafsu makan Tidak ada sakit kepala Kualitas tidur dan istirahat dalam batas normal5
5
Ansietas kurangnya pengetahuan
b.d
klien saat istirahat dan aktivitas (bila memungkinkan dengan tes toleransi latihan). 6. Kolaborasi pemberian obat antihipertensi, obat-obatan digitalis, diuretic dan vasodilator. Energy Management 1. Tentukan pembatasan aktivitas fisik pada klien 2. Tentukan persepsi klien dan perawat mengenai kelelahan. 3. Tentukan penyebab kelelahan (perawatan, nyeri, pengobatan) 4. Monitor efek dari pengobatan klien. 5. Monitor intake nutrisi yang adekuat sebagai sumber energi. 6. Anjurkan klien dan keluarga untuk mengenali tanda dan gejala kelelahan saat aktivitas. 7. Anjurkan klien untuk membatasi aktivitas yang cukup berat seperti berjalan jauh, berlari, mengangkat beban berat, dll. 8. Monitor respon terapi oksigen klien. 9. Batasi stimuli lingkungan untuk relaksasi klien. 10. Batasi jumlah pengunjung.
Anxiety level Anxiety Reduction 1. Mendengarkan penyebab kecemasan Anxiety self-control klien dengan penuh perhatian Anxiety level 2. Observasi tanda verbal dan non verbal Coping dari kecemasan klien Kriteria hasil : Calming Technique Klien mampu mengidentifikasi 1. Menganjurkan keluarga untuk tetap dan mengungkapkan gejala mendampingi klien cemas 2. Mengurangi atau menghilangkan Mengidentifikasi, mengungkapkan dan rangsangan yang menyebabkan menunjukkan tehnik untuk kecemasan pada klien Coping Enhancement mengontrol cemas Vital sign dalam batas normal 1. Meningkatkan pengetahuan klien mengenai glaucoma. Postur tubuh, eksperesi wajah, 2. Menginstruksikan klien untuk bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menggunakan tekhnik relaksasi menunjukkan berkurangnya kecemasan
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi ke 3. Jakarta, 2001.
Army dan K. Suheimi. 2006. Dasar- dasar Ilmu Kebidanan. Andalas University Press
Bobak dkk. 2005. Buku Ajar Keperawtan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta.
Kusmiyati, Yuni. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya.
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.
Manuaba. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC NANDA, 2007. Nursing Diagnoses : Definition and Clssification 2015 – 2017, NANDA International, Philadephia. Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, Jakarta,1996.
LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS IMMINENS STASE KEPERAWATAN MATERNITAS DI RSUD dr.M.YUNUS BENGKULU
Disusun Oleh: Yessy Kusna Nengsi, S.Kep NPM. 1614901086
Preseptor
Co Preseptor
Ns. Padila, M.Kep
Ns. Eka Purwati, S.Kep
PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU (UMB) 2017