LIRIK LAGU KEKASIHMU FATIN SHIDQIA LUBIS Pencipta : Nukke Kusmadewi Seperti kertas putih Ku ingin kembali suci Sebening embun pagi Ku ingin kembali suci Tanpa noda yang terlupa Ku kembali ke Jalan Mu Ya Allah Ku ikhlaskan air mata Basahi seluruh jiwa dan ragaku Sempurna kan ku dalam ibadahku Agar ku selalu jadi kekasihMu Ya Allah Sadarku dalam dosa Hambamu yang penuh hina Kau pun datang memelukku Tuk kembali ke jalanMu Ya Allah Ku ikhlaskan air mata Basahi seluruh jiwa dan ragaku Sempurna kan ku dalam ibadahku Agar ku selalu jadi kekasihMu Ya Allah Ku pasrahkan diri Ku sandarkan hati Tuk dapatkan rido Nya Pegang erat dengan kasih Mu Ya Allah Ku ikhlaskan air mata Basahi seluruh jiwa dan ragaku Sempurna kan ku dalam ibadahku Agar kuselalu jadi kekasihMu Ya Allah Pegang erat dengan kasihMu
LAGU KUN ANTA Liujarihim, qoldat tu zohiru ma fihim Pabadautu shakhson a-khar, kai atafa-khar, Wa zonan tu ana, anni bizalika huztu ghina, Fawajad tu anni kha-sir, fatilka mazohir, La la, La nahtajul ma-la, Kai nazdada jama-la, Jauharna huna, Fi qalbi talala, La la, Nurdhin nasi bima-la, Nardhohu la na ha-la, Za-ka jamaluna, Yasmu yataa'la Oh Wo Oh, Kun anta tazdada jamala Attaqabbalhum, anna-su lastu qalliduhum, Illa bima yurdhi-ni, kai urdhi-ni, Sa akunu ana, mithli tamaman hazana, Fakona a'ti takfini, za-ka yaqi-ni, La la, La nahtajul ma-la, Kai nazdada jama-la, Jauharna huna, Fi qalbi talala, La la, Nurdhin nasi bima-la, Nardhohu la na ha-la, Za-ka jamaluna, Yasmu yataa'la Oh Wo Oh Kun anta tazdada jamala Saakunu ana, man ardho ana, lan asa' la liri dhohum, Waakunu ana, ma ahwa ana, ma-li wama liridhohum, Saakunu ana, man ardho ana, lan asa' la liri dhohum, Waakunu ana, ma ahwa ana, lan ardho ana biridhohum La la, La nahtajul ma-la, Kai nazdada jama-la, Jauharna huna, Fi qalbi talala, La la, Nurdhin nasi bima-la, Nardhohu la na ha-la, Za-ka jamaluna, Yasmu yataa'la Oh Wo Oh, Kun anta tazdada jamala
PIDATO KESEMPURNAAN IMAN ?Wahai orang-orang yang beriman masuklah dalam Islam itu secara menyeluruh dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesunguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian?. (Qs. Al-Baqarah:208) Kemerosotan yang terjadi di negerti-negeri Islam bukan suatu akibat pasti dari naik-turunnya pertumbuhan suatu negeri. Ada benang-benang merah yang menghubungkan, diantaranya: Pertama, cara pandang umat yang salah dalam menempatkan agama. Agama seolah merupakan pakaian ketika sedang melakukan ritual ibadah yang bersifat mahdah (khusus), seperti shalat, puasa, zakat haji dll. Sementara sisi-sisi lain dari kehidupan yang sangat vital ?menurut persepsi mereka- tak tersentuh oleh agama sedikitpun. Padahal Islam bersifat universal dalam pengertian menyentuh berbagai aspek kehidupan; mulai dari sosial, ekonomi, politik, budaya, dst. Sebagai akibat logis adalah, untuk menyebut contoh, banyak yang melakukan shalat sedang ia tidak mengetahui sama sekali kalau pakaian yang ia pakai bukan dari usaha yang halal seperti bunga bank. Orang berkorban, berzakat, berhaji dll., tanpa tahu akan halal-haram uang yang ia pakai. Pemahaman agama yang seperti inilah yang merusak semua rangkaian ibadah-ibadah yang lain. Isyarat yang jelas tentang hal ini telah Allah ungkapkan dalam firman-Nya: ??Masuklah dalam Islam itu secara menyeluruh??. (Al-Baqarah:208) Kalau ibadah yang kita lakukan ini rusak maka dari mana keunggulan dan kemenangan akan kita capai??. Aspek-aspek sosial Islam banyak terlupakan oleh kaum Muslimin. Lihat saja di sekitar kita, masih banyak kaum fakir miskin yang terlantar, sementara di samping gubuk-gubuk mereka berdiri gedung-gedung pencakar langit yang pemilikinya adalah seorang muslim. Bukankah Islam mengajarkan kasih sayang dan tolong menolong di antara sesama muslim ? Bukankah seorang muslim dengan yang lainnya adalah bersaudara ? Bukankah totalitas Islam mengajarkan kita untuk menerapkan seluruh ajaran Islam dalam berbagai aspeknya ? Kedua, penekanan ibadah yang keliru. Banyak orang mendahulukan perkara sunnah dari yang wajib, mendahulukan yang mubah dari yang sunnah, dan seterusnya. Padahal semestinya, yang wajib harus didahulukan, menyusul sunnah, kemudian mubah. Sebagai contoh, ketika seseorang lebih mendahulukan shalat lail, lalu meninggalkan shalat shubuh dengan alasan shalat lail, atau mengeluarkan infak tapi tidak mengeluarkan zakat, dst. Pemisahan politik dan negara dari agama (sekularisme), atau pemisahan urusan keduniaan dan urusan akhirat, adalah contoh lain dari penanggalan totalitas Islam. Islam tidak mengenal sikap parsial dalam memandang hidup. Sebab hidup adalah suatu mata rantai, yang mempunyai konsekwensi masa depan di Akhirat. Bukankah Al-Qur?an menyebutkan bahwa kita akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang diperbuat oleh pendengaran, penglihatan dan hati kita. Kita tidak bisa menunda-nunda sikap totalitas kita dalam melaksanakan Islam. Caranya, mulai dari diri sendiri, kemudian keluarga dan orang-orang terdekat kita, barulah kepada kaum muslimin dan manusia secara umum. Muslim kaffah, kenapa tidak ?