LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO: Penatalaksanaan Gangguan/Kelainan TMJ Blok 16: Perawatan Penyakit Periodontal & Jaringan Lunak Oral
OLEH KELOMPOK H TUTOR : drg. Hengky Bowo Ardhiyanto, MDSc. Ketua
: Devanti Ayu C.
Scriber
: Anindita Permata H. (161610101076)
Anggota
: Hasna’ Fakhriyah J. (161610101071) Septiana Dwi R.
(161610101078)
(161610101072)
Ardin Tito F. (161610101073) Nadiyah Rizqi A.
(161610101074)
Syafira Dwi A.
(161610101075)
Isfania Harmintaswa (161610101077) Resza Utomo
(161610101079)
Adelia Okky S.
(161610101080)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2018
Skenario 4 Penatalaksanaan Gangguan/Kelainan TMJ
Pasien laki-laki usia 65 tahun datang ke RSGM Unej dengan keluhan rahang tidak bisa dipakai untuk menutup mulut. Istri penderita menceritakan bahwa kejadian ini berlangsung sejak pagi hari saat penderita baru bangun tidur dan menguap. Kesulitan membuka mulut penderita sebenarnya sering terjadi dan berulang terutama saat membuka mulut terlalu lebar maupun tertawa. Pemeriksaan klinis terlihat mulut terbuka dengan jarak antar insisal 1 cm, maloklusi bilateral, tidak bisa menutup mulut, palpasi di preaurikula kanan dan kiri sakit serta ada spasme otot.
STEP 1 Clarifying Unfamiliar 1. Maloklusi bilateral 2. Preaurikular 3. Spasme otot
: maloklusi terjadi pada 2 sisi : area depan telinga/ depan tragus : kontraksi involunter mendadak pada otot yang
4. Palpasi
menjadi tanda suatu penyakit. Contoh: kram otot : pemeriksaan dengan perabaan atau penekanan dengan ujung jari
STEP 2 Problems Definition 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Bagaimana hubungan maloklusi dengan gangguan TMJ? Apa saja gejala TMD? Apa saja etiologi TMD? Apa saja jenis dislokasi? Bagaimana pemeriksaan dan diagnosa TMD? Bagaimana terapi TMD?
STEP 3 Brain Storming 1. Hubungan maloklusi dengan gangguan TMJ Maloklusi – kontak tidak seimbang – tekanan tambahan untuk otot mastikasi – kelainan pada kondilus. Contohnya angle klas 2, klas 3, crossbite, openbite, deepbite. 2. Gejala TMD - Gangguan fungsional pada otot : masticatory muscle disorder o Sakit pada otot ringan-berat/ myalgia o Lelah otot dan tegang otot - Gangguan fungsional pada TMJ o Nyeri o Disfungsi
o Bunyi pada sendi: rubbing dan clicking sound Gangguan fungsional gigi geligi o Kerusakan pada periodontal - Bengkak pada bagian yang sakit 3. Etiologi TMD a. Kondisi oklusal gigi pasien b. Trauma: makrotrauma (mendadak, interna atau eksterna) dan -
mikrotrauma (kebiasaan diluar kebiasaan normal yang terusmenerus) c. Stress d. Deep pain input (pengaruh dari bagian lain yang sakit) 4. Jenis dislokasi a. Dislokasi anterior : condyl lebih ke anterior, ke eminensia b. Dislokasi posterior c. Dislokasi superior
artikularis : condyl lebih ke anterior kea rah mastoid : disebabkan trauma saat mulut dalam posisi
terbuka d. Dislokasi lateral : biasanya saat fraktur mandibula 5. Pemeriksaan dan diagnosa TMD a. Anamnesa i. Bagaimana nyeri ii. Kebiasaan buruk b. Pemeriksaan fisik: membuka mulut, palpasi, auskultasi i. Di bagian kepala (kesimetrisan) ii. Leher ipsilateral (spasme otot) iii. Muka iv. TMJ c. Pemeriksaan penunjang i. Rontgen ii. CT-scan iii. MRI 6. Terapi TMD a. Non-bedah i. Jaw rest (tidak buka terlalu lebar) ii. Terapi panas dingin iii. Reposisi iv. Muscle conditioning v. Farmakogenetik untuk mengurangi gejala
(NSAID-
ibuprofen, antianxiety-diazepam, muscle rest-cyclobenzapi) vi. Psikologis vii. Terapi oklusi (ortho, restorasi, prostetik) b. Bedah i. Operasi
ii. Arthosentesis (pencucian sendi dengan cairan yang diinjeksikan menggunakan spuit) iii. Artroskopi
STEP 4 Analysing the Problem
STEP 5 Learning Objectives 1. 2. 3. 4. 5.
Mahasiswa mampu memahami anatomi TMJ Mahasiswa mampu memahami pergerakan TMJ Mahasiswa mampu memahami proses dislokasi Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dislokasi Mahasiswa mampu memahami komplikasi dislokasi
STEP 7 Reporting/ Generalisation 1. LO 1 Terlampir (lampiran 1) 2. LO 2 Terlampir (lampiran 2) 3. LO 3 Terlampir (lampiran 3) 4. LO 4 Terlampir (lampiran 4)
5. LO 5 Terlampir (lampiran 5)
Lampiran 1 Learning Objective 1 Mahasiswa Mampu Memahami Anatomi TMJ
Temporo Mandibular t atau TMJ adalah salah satu sendi yang paling kompleks pada tubuh. TMJ juga merupakan tempat dimana mandibula berartikulasi pada kranium. Artikulasi tersebut memungkinkan pergerakan sendi, yaitu sendi arthrodial dan ginglimoid. Sendi ini merupakan sendi yang unik, karena bersifat bilateral. TMJ juga memiliki pengertian sendi yang menyatukan rahang atas (maksila) dan rahang bawah (mandibula). Ujung dari mandibula yang berbentuk membulat disebut kondilus (Geocities, 2008).
Berikut adalah komponen- komponen yang menyusun TMJ: 1. Kondilus Mandibula Kondilus mandibula adalah tulang dengan struktur elipsoid melekat pada ramus mandibula. Berbentuk cembung pada seluruh permukaan, walaupun sedikit terlihat datar pada permukaan bagian
posterior, dan berbentuk seperti tombol lebih lebar pada daerah mediolateral daripada anteroposterior. Kondilus berbentuk lonjong dan mempunyai poros yang berorientasi mediolateral (Anggraini, 2002) 2. Fossa Glenoidalis/ Mandibularis Bentuknya berupa cekungan. Batas anterior dari fossa mandibularis ialah eminensia artikularis. Selain itu, atap posteriornya tipis (tidak untuk menerima beban atau tekanan yang berat), yaitu tempat kondilus berada. Tonjolan atau puncak artikularis terdiri dari tulang yang tebal (untuk menerima beban). Kecuraman pada tonjolan artikularis ini bertujuan untuk menentukan arah/ jalur pergerakan kondilus (Liebgott,1994). 3. Kapsula Artikularis
Kapsula artikularis merupakan jaringan ikat fibrous tipis berada di sekeliling sendi temporomandibula dan secara anatomi dan fungsi membatasi pergerakan sendi temporomandibula. Kapsula melekat di posterior pada tulang temporal dan di inferior
pada leher kondilus
(Anggraini, 2002) Fungsi lain kapsula artikularis adalah membatasi cairan sinovial yang masuk kedalam permukaan artikular. Kapsula diperkuat oleh ligamen temporomandibula pada saat sendi bergerak ke arah lateral (Anggraini, 2002) 4. Diskus artikularis Diskus artikularis adalah satu lempeng jaringan ikat fibrosa yang berada di antara kondil dan fossa artikularis. Diskus ini tidak melekat erat,
baik pada kondil maupun pada fossa artikularis. Bentuk anatominya adalah bagian tengah tipis dan sedikit menebal pada bagian anterior dan posterior. Pada kondisi normal dan mulut tertutup, kedudukan kondilus pada bagian tengah diskus yang tipis (Anggraini, 2002). Diskus artikularis membagi sendi menjadi ruangan superior dan ruangan inferior. Ruangan inferior ini memungkinkan perputaran sendi engsel bagi kaput mandibula sedangkan ruangan superiornya adalah sendi kisar untuk memungkinkan kaput mandibula bergerak pada salah satu tempat di fossa mandibularis atau pada tuberkulum artikularis jika tulang mandibula bergerak protusi (bergerak ke anterior (Anggraini, 2002) 5. Ligamen Di sebelah luar kapsul sendi (ekstrakapsular) terdapat tiga buah ligamen
yaitu
ligamentum
temporomandibula
lateral,
ligamentum
stilomandibula, dan ligamentum sfenomandibula. Ligamen ini berperan kecil dalam stabilitas dan penyangga sendi. Unsur penunjang utamanya adalah otot mastikasi yang menjaga kondilus mandibula berhubungan langsung dengan permukaan sendi pada tulang temporal (Anggraini, 2002). 6. Muskulus Mastikasi
TMJ dikendalikan oleh muskulus atau otot. Otot yang mengatur TMJ adalah otototot mastikasi, yang mengelilingi rahang dan TMJ. Otototot tersebut meliputi m. maseter, m. pterygoid internal, m. pterygoid eksternal, m. temporalis, m. mylomyoid, m. geniohyoid, dan m. digastrik. Otot-otot lain mungkin juga memiliki pengaruh pada fungsional dari TMJ, seperti otot-otot pada leher, bahu, dan punggung (Anggraini, 2002). 7. Membran dan Cairan Sinovial Membran sinovial menghasilkan cairan sinovial yang masuk kedalam celah sendi melalui permukaan dalam kapsula. Yang berfungi membatasi cairan sinovial yang masuk kedalam permukaan artikular adalah kapsula artikularis (Anggraini, 2002).
Lampiran 2 Learning Objective 2 Mahasiswa Mampu Memahami Pergerakan TMJ
Temporomandibular t/ TMJ) TMJ merupakan sendi yang penting dalam menggerakkan rahang pada saat pengunyahan. TMJ merupakan salah satu sendi yang paling kompleks pada tubuh dan merupakan tempat dimana mandibula berartikulasi dengan kranium .Artikulasi tersebut memungkinkan terjadinya pergerakan sendi, yang disebut sendi ginglimoid dan pada saat bersamaan terjadi juga pergerakan lancar yang diklasifikasikan sebagai sendi arthrodial7. TMJ terbentuk dari kondilus mandibular yang terletak pada fosa mandibula tulang temporal. Kedua tulang dipisahkan dari artikulasi langsung oleh lempeng sendi. TMJ diklasifikasikan sebagai sendi kompound. Ada dua gerakan utama pada sendi TMJ yaitu : a.
Gerak rotasi Rotasi adalah gerakan berputar pada sumbunya yang terjadi antara permukaan superior kondilus dengan permukaan inferior diskus artikularis. Berdasarkan porosnya dibagi atas : (1) horisontal, (2) frontal/ vertikal, dan (3) sagital.
b.
Gerak meluncur atau translasi Translasi adalah suatu gerakan di mana setiap titik dari obyek bergerak secara serempak dengan kecepatan dan arah yang sama. Di dalam sistim pengunyahan, tranlasi terjadi ketika rahang (bawah) bergerak maju, lebih menonjol sehingga gigi, kondilus dan ramus semua pindah ke arah dan derajat inklinasi yang sama.
Pergerakan rahang merupakan pergerakan yang unik dan kompleks. Pergerakan mandibula dicetuskan oleh beberapa reseptor sensori yang
disampaikan ke sistem saraf pusat melalui serabut saraf afferen. Aktifitas sistem syaraf ini akan menyebabkan kontraksi dan relaksasi dari otot-otot pengunyahan. Koordinasi dan ritmisitas dari pengunyahan berkaitan dengan aktivasi dua refleks batang otak yaitu gerakan menutup dan membuka mandibula. Refleks pembukaan rahang diaktifkan oleh stimulasi mekanis yaitu tekanan pada ligamen periodontal dan mekanoreseptor mukosa yang menyebabkan eksitasi pada otot pembuka rahang akan menghambat kontraksi dari otot–otot penutup rahang. Persyarafan yang mengatur pergerakan rahang adalah N. Trigeminus (V), merupakan N. Cranialis terbesar dan hubungan perifernya mirip dengan N. Spinalis, yaitu keluar berupa radiks motorial dan sensorial yang terpisah dan radix sensorial mempunyai ganglion yang besar. Serabut sensoriknya berhubungan dengan ujung saraf yang berfungsi sebagai sensasi umum pada wajah, bagian depan kepala, mata, cavum nasi, sinus paranasal, sebagian telinga luar dan membrane tymphani, membran mukosa cavum oris termasuk bagian anterior lingua, gigi geligi dan struktur pendukungnya serta dura meter dari fosa cranii anterior. Saraf ini juga mengandung serabut sensorik yang berasal dari ujung propioseptik pada otot rahang dan kapsula serta bagian posterior discus articulation
temporomandibularis.
Radiks
motoria
mempersarafi
otot
pengunyahan, otot palatum molle ( M. tensor veli palatine ), otot telinga tengah. Berdasarkan hasil penelitian elektromiografi, gerak mandibula dalam hubungannya dengan rahang atas dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu : 2.1
Gerak Membuka Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih
kecil daripada kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus lateralis berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke depan menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan relaksasi muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus medialis yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak
ke depan sedangkan angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan pada tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya a.
Gerak membuka
b.
Gerak menutup
c.
Protrusi
d.
Retusi
e.
Gerak lateral
Mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada keadaan istirahat) dari prosessus kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis 2.2
Gerak Menutup Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan
muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi paling posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan kontraksi muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup retrusi, serabut posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus masseter untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis, sehingga gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan akan diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus pterygoideus lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari caput mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar ramus, di daerah manapun di dekat orifisum
canalis mandibular. Walaupun demikian masih diperdebatkan tentang apakah articulatio temporomandibula merupakan sendi yang tahan terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil penelitian mutakhir dengan menggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada berbagai kondisi beban menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam mekanisme stress 2.3
Protrusi Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke
depan dan ke bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak meluncur yang tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Serabut posterior muskulus temporalis merupakan antagonis dari kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter, muskulus pterygoideus medialis
dan
serabut
anterior
muskulus
temporalis
akan
berupaya
mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula yang akan memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga akan menarik discus artikularis ke bawah dan ke depan menuju eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari diskus ke fissura tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan berfungsi membatasi kisaran gerak protrusi ini 2.4
Retrusi Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya
akan meluncur ke arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior muskulus temporalis. Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada keadaan tersebut Otot-otot pengunyahan lainnya akan berfungsi mempertahankan tonus kontraksi dan menjaga agar gigi geligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas bagian posterior discus articularis dan capsula articulatio temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada hubungan yang tepat terhadap caput mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke belakang
2.5
Gerak lateral Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk
mendapat gerak pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar, prosesus kondiloideus pada sisi tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut posterior muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap dipertahankan oleh otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus kondiloideus dan diskus artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam hubungannya dengan relaksasi serabut posterior muskulus temporalis. Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain terbentuk melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung bergantian, yang juga berperan dalam gerak protrusi dan retrusi Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan tetap ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput mandibula dari sisi kontralateral akan bergerak translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada bidang horizontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang ‘cekat’, tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan bergerak sedikit ke lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai gerak Bennett. Selain menimbulkan pergerakan aktif, otot-otot pengunyahan juga mempunyai aksi postural yang penting dalam mempertahankan posisi mandibula terhadap gaya gravitasi. Bila mandibula berada pada posisi istirahat, gigi geligi tidak beroklusi dan akan terlihat adanya celah atau freeway space diantara arkus dentalis superior dan inferior.
Lampiran 3 Learning Objective 3 Mahasiswa Mampu Memahami Proses Dislokasi
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi). Dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). 3.1
3.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi jenis dan arah dislokasi TMJ -
Morfologi kondilus, fossa glenoid, eminensia artikularis, arkus
-
zigomatikus, dan fisura squamotimpani. Umur Gigi geligi
Etiologi dislokasi TMJ -
60% kasus disebabkan oleh trauma akibat jatuh, kecelakaan lalu lintas,
-
kecelakaan rumah tangga, kekerasan, Membuka mulut yang berlebihan saat menguap, tertawa, bernyanyi, Membuka mulut berkepanjangan dari prosedur lisan dan THT, Membuka mulut dengan kuat dari intubasi endotrakeal dengan
-
larungeal mask atau tabung trakea, Membuka mulut secara kuat dari prosedur anestesi dan endoskopi Perubahan pada komponen structural seperti kapsul longgar, ligamen , dan atropi kondilus kecil atau pendek, atropi artikular, artikular memanjang, hipoplasia lengkungan zygomatik, fossa glenoid kurang berlekuk.
3.3
Faktor predisposisi
3.4
Epilepsi Muntah parah Sindrom Ehlers-Danlos Sindrom Marfan Gerakan distonik dari neuroleptic pada penyakit neuropsikiatri
Patofisiologi Dislokasi biasanya disebabkan karena faktor fisik yang memaksa sendi
untuk bergerak lebih dari jangkauan normalnya, yang menyebabkan kegagalan tekanan, baik pada komponen tulang sendi, ligamen dan kapsula fibrous, atau pada tulang maupun jaringan lunak. Struktur-struktur tersebut lebih mudah terkena bila yang mengontrol sendi tersebut kurang kuat. Penyebab terjadinya dislokasi temporomandibular t adalah karena: -
Trauma Jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur dislokasi. Kongenital
Sebagian anak dilahirkan dengan dislokasi, misalnya dislokasi pangkal paha. Pada keadaan ini anak dilahirkan dengan dislokasi sendi pangkal paha secara klinik tungkai yang satu lebih pendek dibanding tungkai yang lainnya dan pantat bagian kiri serta kanan tidak simetris. Dislokasi congenital ini dapat bilateral (dua sisi). Patologis >> Akibatnya destruksi tulang, misalnya tuberkolosis tulang belakang. 3.5
Etio-Patogenesis Dislokasi Temporomandibular t Dislokasi Anterior Pada dislokasi tipe ini terjadi perubahan posisi condylus menjadi anterior terhadap fossa articularis tulang temporal. Dislokasi anterior biasanya terjadi akibat interupsi pada sekuens normal kontraksi otot saat mulut tertutup setelah membuka dengan ekstrim. Muskulus masseter dan temporalis mengangkat mandibula sebelum muskulus pterygoid lateral berelaksasi, mengakibatkan condylus mandibularis tertarik ke anterior ke tonjolan tulang dan keluar dari fossa temporalis. Spasme muskulus
masseter, temporalis, dan pterygoid menyebabkan trismus dan menahan condylus tidak dapat kembali ke fossa temporalis. Dislokasi Posterior Biasanya terjadi karena adanya pukulan langsung ke dagu. Kondilus mandibula didorong ke posterior menuju mastoid. Cedera pada saluran pendengaran eksternal dari puncak condylar. Dislokasi Superior Dapat terjadi dari pukulan langsung ke mulut setengah terbuka. Sudut mandibula dalam posisi ini menjadi kecil dan bulat ,salah satu faktor predeposisi adalah batas kepala kondilus migrasi ke atas kondilus. Hal ini dapat mengakibatkan fraktur fossa glenoid dan dislokasi kondilius mandibula ke dasar tengkorak tengah. Dislokasi Lateral Biasanya berhubungan dengan fraktur mandibula. Kepala condylar bermigrasi ke lateral dan superior dan sering teraba di temporal space. Dislokasi Akut dan Dislokasi Kronis Dislokasi akut yang berlangsung selama 2 minggu dan tidak ditangangi menyebabkan kejang dan pemendekan otot temporalis dan masseter yang jika berlangsung dalam waktu panjang menyebabkan dislokasi kronis
Lampiran 4 Learning Objective 4 Mahasiswa Mampu Memahami Penatalaksanaan Dislokasi
Penatalaksanaan dislokasi TMJ (temporomandibular t) tergantung pada kejadian dislokasi. Pada keadaan akut, sebaiknya segera dilakukan reposisi secara manual sebelum spasme otot bertambah dalam. Sedangkan pada keadaan kronis rekuren diperlukan tindakan pembedahan dan non pembedahan lainnya untuk menghindari redislokasi. Prosedur terapi manual merupakan metode reduksi yang telah lama diperkenalkan. Tahapan penatalaksanaannya adalah sebagai berikut (Hayati, 2007).
Jika kemungkinan ada fraktur, perlu dilakukan rontgen foto terlebih dahulu. Jika tidak ada trauma, dapat dilakukan proses penanganan secara
langsung. Pasien ditempatkan pada kursi yang tidak bersandaran dan menempel
dinding sehingga punggung dan kepala pasien bersandar pada dinding. Sebelum melakukan pertolongan, balut ibu jari dengan kain kasa yang agak tebal untuk mencegah tergigitnya ibu jari karena setelah berada pada posisi yang benar maka rahang akan mengatup dengan cepat dan keras.
Setelah itu gunakan sarung tangan. Posisi operator berada di depan pasien. Letakkan ibu jari pada daerah retromolar pad (di belakang gigi molar terakhir) pada kedua sisi mandibula setinggi siku-siku operator dan jarijari yang lain memegang permukaan bawah mandibula (A).
Berikan tekanan pada gigi-gigi molar rahang bawah untuk membebaskan
condylus dari posisi terkunci di depan eminensia artikulare (B). Dorong mandibula ke belakang untuk mengembalikan ke posisi
anatominya (C & D). Jika tidak mudah untuk direlokasi, operator dapat merujuk untuk
dilakukan rontgen foto Dapat dilakukan pemberian midazolam intra vena (untuk mengendorkan otot) dan 1-2 ml 1% lidokain intraarticular (untuk mengurangi nyeri). Injeksi dilakukan pada sisi kiri daerah yang tertekan dari condylus yang
displacement. Pemasangan Barton Head Bandage untuk mencegah relokasi dan menghindari pasien membuka mulut terlalu lebar dalam 24-48 jam. Pasien
juga diinstruksikan untuk diet makanan lunak. Pemberian obat berupa analgetik dan pelemas otot (jika perlu) (Hayati, 2007).
Prosedur manual yang lain yaitu :
Operator berada dibelakang pasien Ibu jari diletakkan pada retromolar pad dan jari jari lain memegang
mandibula bagian depan Mandibula ditekan ke arah kaudal (bawah) Mandibula akan tertarik dengan sendirinya keposterior, teknik ini akan lebih efektif bila disertai dengan sedasi (Sarnat, 1992).
Jika telah terdapat spasme otot yang berat karena keterlambatan mereduksi, prosedur ini mungkin sebaiknya dilakukan dengan bantuan anestesi lokal yang disuntikkan ke dalam sendi dan otot pterigoid lateral, atau dengan pemberian diazepam intravena untuk menghilangkan spasme otot dan mengurangi nyeri. Jika cara ini juga tidak efektif, anestesi umum digunakan untuk mendapatkan relaksasi yang memadai (Sarnat, 1992). Setelah reduksi berhasil dilakukan, mandibula dapat diimobilisasi selama beberapa hari dengan head-chin strap atau fiksasi intermaksila. Tujuan imobilisasi agar kapsul mempunyai kesempatan untuk mengadakan perbaikan dan penyesuaian kembali keseimbangan otot serta mencegah dislokasi terjadi kembali disebabkan kapsul yang masih kendor. Jika sendi dalam keadaan normal pada saat terjadi dislokasi, perawatan ini harus memadai untuk memulihkan fungsi dengan baik. Tetapi, pada kondisi yang mana dislokasi disebabkan karena kapsul yang longgar, terdapat kecenderungan terjadi dislokasi berulang atau rekuren. Pada kondisi tersebut, perawatan yang lebih definitif menjadi indikasi (Sarnat, 1992).
Lampiran 5 Learning Objective 5 Mahasiswa Mampu Memahami Komplikasi Dislokasi
Komplikasi yang terjadi bila tidak dilakukan reposisi adalah terjadinya fibro-osseus ankylosis, jejas pada arteri carotis eksternal dan jejas pada saraf wajah. Spasme otot yang berat juga dapat terjadi karena keterlambatan mereduksi (Novyan, Syamsudin, & Fathurachman, 2016) 1. Nyeri Otot sekitar wajah yang berkelanjutan : a. Umumnya akibat adanya pergeseran letak meniskus. b. Tidak dapat hanya diatasi dgn memperbaiki posisi Imobilisasi rahang menggunakan Fiksasi intermaksilar “elastic head bandage” meniskus saja, tetapi harus dilanjutkan dgn fisioterapi. 2. Infeksi : a. Pada perawatan dislokasi non bedah jarang ditemui. b. Kemungkinan akibat kontaminasi mikroorganisma patogen saat injeksi anestesi lokal. 3. Rekuren dislokasi : Dislokasi akut mungkin berkembang menjadi kronis jika ditangani dengan cara yang tidak sempurna, misalnya hanya dilakukan reposisi& imobilisasi saja (Gross & Pertes, 1995).
Daftar Pustaka
Adriyani, A. Aspek Fisiologis Pengunyahan dan Penelanan Pada Sistem Stomatognati. Skripsi FKG Universitas Sumatra Utara Medan. 2001.4-8 Anggraini, W. 2002. Tinjauan Anatomi Nyeri Intrakapsular dan Ekstrakapsular pada TMJr. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi. Edisi Khusus FORIL Oktober Geocities. TMJ Sound. http://www.geocities.com/capecanaveral/8462/TMJ03.HTM?200817/Det iled analysis of TMJ sounds. 2008. [31 Oktober 2018] Gross, Martin D. Occlusion in Restorative Dentistry, Technique and Theory. Churchill Livingstone. Edinburgh London Melbourne and Newyork. 1982. 5-11 Hayati, Nurina, dkk. 2007. Dislokasi Sendi Temporomandibular. Jakarta: EGC. Indri Seta Septadina. MKS, Th. 47, No. 1, Januari 2015. Prinsip Penatalaksanaan Dislokasi Sendi Temporomandibular. Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Palembang. Liebgott, B. Dasar-Dasar Anatomi Kedokteran Gigi. Edisi Revisi. Penerjemah : Yuwono. 1994. Jakarta : EGC Mokhtar M. Dasar-Dasar Ortodonti Perkembangan Pertumbuhan Kraniodentafasial. Edisi Pertama, IDI. 1998. Jakarta. 22 Novyan Abraham Ning, Endang Syamsudin, Fathurachman. 2016. Studi Kasus Penatalaksanaan dislokasi sendi temporomandibula anterior bilateral. ISSN: 2460-0059 (online).Fakultas Kedokteran gigi Universitas Padjajaran. Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Sarnat BG, Laskin DM. Surgical Considerations. In: Sarnat, B.G and Laskin, D.M. (Ed). The Temporomandibular t: A Biological Basis For Clinical Practise. 4th ed. Philadelphia: W.B. Saunders. 1992. Soboleva, Una. Lija, L. Anda, S. The Masticatory System- an Overview, Stomatologija, Baltic Dental & Maxilofacial Journal. 2005. 7 : 77-80