BAB I PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori Kulit adalah organ terbesar tubuh. Beratnya kurang lebih 4,5 kg dan menutupi area seluas 18 kaki persegi (1,67 m2) pada laki-laki dengan berat badan 75 kg. Kulit terdiri dari lapisan epidermis yang merupakan lapisan teratas atau terluar yang tersusun dari jaringan epitel dan juga terdiri dari lapisan dermis yang berada dibawah epidermis. Epidermis mengalami stratifikasi menjadi lima lapisan. Pertama, stratum basalis (stratum germinativum) yang melekat pada jaringan ikat dari lapisan kulit dibawahnya yaitu dermis. Kedua, stratum spinosum yang merupakan lapisan sel spina atau tanduk. Ketiga adalah stratum granulosum yang terdiri dari tiga atau lima lapisan atau barisan sel dengan granula-granula keratohialin yang merupakan precursor pembentukan keratin. Lapisan keempat adalaha stratum lusidum yang merupakan lapisan jernih dan tembus cahaya dari sel-sel gepeng tidak bernukleus yang mati atau hampir mati dengan ketebalan empat sampai tujuh lapisan sel. Lapisan yang terakhir adalah stratum korneum yang merupakan lapisan epidermis teratas, terdiri dari 25 sampai 30 lapisan sisik tidak hidup yang sangat terkeratinisasi dan semakin gepeng saat mendekati permukaan kulit. Fungsi Kulit. Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang; sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka terhadap berbagai rangsangan; sebagai alat ekskresi; serta pengatur suhu tubuh. Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptor-reseptor khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat epidermis.
1
Indra peraba merupakan indera yang sederhana, umumnya tersebar pada kulit mamalia dan sedikit sekali pada vertebrata rendah. Kepekaan peraba pada manusia sangat besar, terutama di ujung jari dan bibir. Klasifikasi reseptor antara lain: Berdasarkan tipe energi khusus atau kepekaan terhadap modalitas tertentu: 1. Termoreseptor (peka terhadap perubahan suhu). 2. Mekanoreseptor (peka terhadap sentuhan dan tekanan). 3. Kemoreseptor (peka terhadap perubahan kimiawi). 4. Osmoreseptor (peka terhadap perubahan tekanan osmotik). Berdasarkan sumber rangsangan: 1. Ekteroreseptor, terletak pada permukaan tubuh dan berespons terhadap rangsangan eksterna atau luar. 2. Proprioreseptor, berespons terhadap perubahan posisi dan pergerakan terutama berhubungan dengan sistem muskuloskeletal. Meliputi sensasi posisi, sensasi tendon dan otot, sensasi tekan dan sensasi keseimbangan tubuh 3. Interoreseptor, terletak pada visera/ alat dalam dan pembuluh darah. Berdasarkan morfologi: 1. Badan terakhir yang bebas/ terbuka (tanpa kapsul) yang tak berhubungan dengan tipe sel lainnya. 2. Badan akhir yang berkapsul (korpuskular) yang mengandung unsur bukan saraf di samping saraf badan akhir saraf. Reseptor-reseptor taktil yang berada di indera peraba : a. Ujung saraf bebas, yang dapat dijumpai di semua bagian kulit dan jaringanjaringan lainnya, dapat mendeteksi rabaan dan tekanan b. Badan Meissner, reseptor raba dengan sensivitas khusus, yang merupakan juluran ujung saraf bermielin dari sensorik besar bermielin. Badan ini dapat dijumpai pada bagian kulit yang tak berambut dan terutama banyak dijumpai di ujung jari, bibir dan daerah kulit lain sehingga orang mampu membedakan lokasi spasial dari sensasi raba yang sangat berkembang. c. Diskus merkel, reseptor taktil yang ujungnya meluas, reseptor ini berperan dalam menjalarkan sinyal tetap yang menyebabkan orang dapat terusmenerus menentukan macam perubahan suatu objek pada kulitnya. d. Ujung organ ruffini, yang bercabang banyak, ujungnya bermielin. Adaptasi ujung organ ini sangat lambat, sehingga reseptor ini berguna untuk
2
menjalarkan sinyal perubahan bentuk jaringan yang datang terus-menerus, misalnya sinyal raba dan tekan yang besar dan berkepanjangan. e. Badan paccini, terletak di bawah kulit dan juga jaringan fasia tubuh. Reseptor ini hanya dapat dirangsang oleh penekanan local jaringan yang cepat karena resepto ini dapat beradaptasi dalam waktu sepersekian ratus detik. Kemampuan panca indra untuk membedakan keberadaan 2 titik yang mendapat rangsangan sangat dipengaruhi oleh mekanisme inhibisi lateral yang meningkatkan derajat kontras pada pola spasial yang disadari. Setiap jaras sensorik bila dirangsang, secara simultan akan menghasilkan sinyal inhibitorik lateral; sinyal ini menyebar ke sisi sinyal eksitatorik dan menghambat neuron yang berdekatan.Sebagai contoh, ingat lah neuron yang dirangsang di nukleus kolumna dorsalis. Selain dari pusatsinyal eksitatorik, jaras lateral pendek juga menjalarkan sinyal inhibitorik ke neuron di sekitarnya. Jadi, sinyal ini lewat melelui interneuron tambahan yang mensekresi transmitter inhibitorik.Pentingnya inhibisi lateral adalah bahwa inhibisi ini menghambat penyebaran sinyal eksitatorik kelateral sehingga meningkatkan derajat kontras dalam pola sensorik yang dirasakan di korteks serebralis.
Pada kulit kita terdapat beberapa jenis reseptor rasa. Mekanisme sensoris pada reseptor-reseptor tersebut dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan philogenesis, jalur-jalur syaraf spinal, dan daerah korteks serebri tempat mekanisme ini diintergrasikan. Golongan pertama, yakni paleo-sensibilities, meliputi rasa-rasa primitif atau rasa-rasa vital, antara lain rasa raba, rasa tekan, nyeri, dingin, dan panas. Syaraf-syaraf afferen dari rasa-rasa ini bersinap dengan interneuroninterneuron yang bersinap lagi dengan motor-motor neuron dari medulla spinalis dan juga dengan thalamus dan korteks cerebri melalui traktus 3
spinotalamus. Indra somatik dapat digolongkan menjadi tiga jenis fisiologis yaitu indera somatik mekanoreseptor yang dirangsang oleh pemindahan mekanisme sejumlah jaringan tubuh, indera termoreseptor yang mendeteksi panas dan dingin, dan indera nyeri yang digiatkan oleh faktor apa saja yang merusak jaringan. Golongan kedua, yakni gnostic atau neo-sensibilities yang meliputi rasarasa yang sangat diferensiasikan, antara lain sensasi rada yang membutuhkan rangsangan dengan derajat lokalisasi tinggi, sensasi getaran, sensasi posisi tubuh, sensasi tekan yang berkaitan dengan derajat penentuan intensitas tekanan. Syaraf-syaraf afferen dari rasa-rasa ini mengahantarkan impuls-impuls yang terutama dialirkan melalui traktus dorso-spinal sensoris di dalam korteks serebri setelah diintergrasikan seperlunya. Temperatur reseptor / thermoreseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada dermis,otot skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor dingin tiga/ empat kali lebih banyak daripada reseptorpanas. Tidak ada strukur yang membedakan reseptor dingin dan panas. Sensasi temperature diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Mereka dikirim ke formation retikularis, thalamus dan korteks primer sensoris. Thermoreseptor merupakan phasicreseptor, aktif bila temperature berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperature yang stabil. Reseptor nyeri / nosiseptor terletak pada daerah superficial kulit, kapsul sendi, dalam periostes tulang sekitar dinding pembuluh darah. Jaringan dalam dan organ visceral mempunyai beberapa nosiseptor. Reseptor nyeri merupakan free nerve ending dengan daerah reseptifyang luas, sebagai hasilnya sering kali sulit membedakan sumber rasa nyeri yang tepat. Nosiseptor sensitive terhadap temperature yang ekstrim, kerusakan mekanis dan kimia seperti mediator kimia yang dilepaskan sel yang rusak. Bagaimanapun juga rangsangan yang kuat akan diterima oleh ketiga tipe reseptor. Untuk itu lah kita bisa merasakan sensasi rasa nyeriyang disebabkan oleh
asam, panas,
luka yang
dalam.
Rangsangan pada
4
dendrite di
nosiseptor
menimbulkan depolarisasi,
bila
segmen akson
mencapai batas ambang dan terjadi potensial aksi di susunan saraf pusat. Mechanoreseptor sangat sensitif terhadap rangsangan yang terjadi pada membrane sel. Membran sel memiliki regulasi mekanis ion channel dimana bisa terbuka ataupun tertutup bila ada respon terhadap tegangan, tekanan dan yang bisa menimbulkan kelainan pada membrane. Terdapat tiga jenis mechanoreseptor antara lain : a
Tactile reseptor memberikan sensasi sentuhan, tekanan dan getaran. Sensasi sentuhan memberikan inforamsi tentang bentuk atau tekstur, dimana tekanan memberikan sensasi derajat kelainan mekanis. Sensasi getaran memberikan sensasi denyutan / debaran.
b
Baroreseptor untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan pada dinding pembuluh darah dan pada tractus digestivus, urinarius dan system reproduksi.
c
Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini merupakan struktur dan fungsi yang kompleks pada reseptor sensoris.
Spesialisasi pada neuron Chemoreseptor dapat dideteksi dari perubahan kecil dari konsentrasi kimia. Umumnya chemoreseptor berespon terhadap substansi water-soluble danlipid soluble yang larut dalam cairan. Chemoreseptor tidak mengirim informasi pada korteks primer sensoris, jadi kita tidak tahu adanya sensasi yang diberikan kepada reseptor tersebut. Saat informasi datang lalu diteruskan menuju batang otak yang merupakan pusat otonomik yang mengatur pusat respirasi dan fungsi cardiovascular. Reseptor taktil adalah Mekanoreseptor, Mekanoreseptor berespons terhadap perubahanbentuk dan penekanan fisik dengan mengalami depolarisasi dan menghasilkan potensial aksi. Apabila depolarisasinya cukup besar, maka serat saraf yang melekat ke reseptor akan melepaskan potensial aksi dan menyalurkan informasi ke korda spinalis dan otak.
5
Reseptor taktilyang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula. Kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujung disebut diskriminasi dua titik. Tubuh bervariasi dalam kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisaha bervariasi. Normalnya dua titik terpisah 2-4mm. Dapat dibedakan pada ujung jari tangan, 30-40 mm dapat dibedakan pada dorsum pedis. Sensasi taktil dibawa ke korda-spinalis oleh satu dari tiga jenis neuron sensorik, yaitu : serat tipe A beta yang besar, serat tipe A delta yang kecil, dan serat tipe C yang paling kecil. Kedua jenis serat tipe A mengandung mielin dan menyalurkan potensial aksi dengan sangat cepat; semakin besar serat semakin cepat transmisinya dibanding serat yang lebih kecil. Informasi taktil yang dibawa dalam serat A biasanya terlokalisasi baik. Serat C yang tidak mengandung mielin dan menyalurkan potensial aksi kekordaspinalis jauh lebih lambat daripada serat A. Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk kekorda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai. Setelah bersinap di spina, informasi dengan lokalisasi dibawa oleh serat-serat A yang melepaskan potensial aksi dengan cepat (beta dan delta) di kirim ke otak melalui sistem lemniskus kolumna dorsalis . Serat-serat saraf dalam sisitem ini menyebrang dari kiri ke kanan dibatang otak sebelum bersinaps di talamus . Informasi mengenai suhu dan sentuhan yang lokalisasi kurang baik di bawa ke korda spinalis melalui serat-serat C yang melepaskan potensialaksi secara lambat. Info tersebut dikirim ke daerah retikularis di batang otak dan kemudian kepusatpusat yang lebih tinggi melalui serat di sistem anterolateral . Indera raba (taktil): reseptor taktil adalah alat indera yang paling luas, terletak diseluruh permukaan kulit dan beberapa selaput lendir. Ada dua fungsi penting yaitu untuk survival; dengan mengidentifikasi sentuhan ringan secara umum, temperatur, dan rasa nyeri. Sedangkan fungsi diskriminasi yang berkembang kemudian, penting untuk mengenal tekstur,
6
bentuk, lokasi akuratdari suatu sentuhan dan berperan penting dalam perkembangan persepsi tubuh, keterampilan motorik halus dan praksis. Reseptor indera taktil terletak pada kulit dan beberapa lokasi selaput lendir. Indera taktil memberikan informasi tentang kualitas benda-benda yang diraba (keras, halus, dsb), arahgerak dari input taktil dan lokasi dari input tersebut (= fungsi diskriminatif). Selain itu system taktil juga menerima rasa raba halus, nyeri dan temperatur (=fungsi protektif).
BAB II HASIL PERCOBAAN
2.1 Rasa Panas dan Dingin 2.1.1 Jari Tangan
Jari Kanan
Stimulus Es
Respon Respon lambat, jari terasa dingin, kaku
Kiri
Air hangat
Respon cepat, jari terasa panas
7
Kanan-kiri
Air biasa
Kanan = terasa biasa Kiri = terasa hangat
2.1.2
Punggung Tangan Lokasi Punggung tangan Punggung tangan
Stimulus Alkohol
Respon Dingin Lebih dingin dan sedikit nyeri
2.2 Reaksi-reaksi di Kulit Telapak tangan
Kuduk
Lengan bawah
Pipi
8
Keterangan : Panas
: merah
Dingin : hijau Tekan
: biru
Nyeri
: hitam
No
Perlakuan
1 2 3 4
Nyeri Tekan Suhu dingin Suhu panas
Jumlah Reseptor Rasa-rasa Kulit Telapak Lengan Kuduk tangan bawah 7 8 8 7 8 8 9 9 9 9 9 9
Pipi 9 9 9 9
2.3 Percobaan Neosensibilitas 2.3.1 Lokalisasi Rasa Tekan Jarak titik tunjuk Lokasi Ujung Jari
I 2
II 1
III 0
Ratarata 1
9
Telapak Tangan Lengan Bawah Lengan Atas Pipi Kuduk 2.3.2
5 14 25 5 5
9 8 15 7 9
2 10 5 17 4
5,3 10,6 15 9,6 6
Diskriminasi Rasa Tekan Rangsangan simultan
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Perlakuan Telapak Tangan Lengan Bawah Lengan Atas Pipi Kuduk Bibir Lidah Depan Telinga
Dari kecil ke besar Jarak dua titik Rerata (mm) I II II 5 9 14 9,3
Dari besar ke kecil Jarak dua titik Rata-rata (mm) I II III 12 10 9 10,3
3
10
25
12,7
22
20
18
20
4 6 8 3 4 12
10 12 14 5 5 16
15 25 20 13 7 20
9,7 14,3 14 7 5,3 16
16 19 20 9 10 16
14 17 14 7 7 12
11 15 16 6 5 10
13,7 17 16,7 7,3 7,3 12,7
Rangsangan berurutan
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Perlakuan Telapak Tangan Lengan Bawah Lengan Atas Pipi Kuduk Bibir Lidah Depan Telinga
Dari kecil ke besar Jarak dua titik Rerata (mm) I II II 19 15 18 17,33
Dari besar ke kecil Jarak dua titik Rerata (mm) I II III 7 11 14 10,66
25
30
23
26
14
24
20
19,33
55 12 15 4 5 32
45 18 23 8 6 26
40 18 25 3 3 30
46,6 16 21 5 4,6 29,33
27 7 25 2 1 12
15 10 20 4 2 7
15 16 17 2 2 9
19 12 23,6 2,67 1,7 9,3
10
2.3.2 Diskriminasi Kekuatan Rangsangan atau Hukum Weber-Fechner No . 1 2 3 4 5
Beban awal (g) Beban awal 5 g Beban awal 10 g Beban awal 50 g Beban awal 100 g Beban awal 200 g
I 60 55 15 15 65
Ulangan (mm) II III 60 10 55 5 15 115 60 65 65
65
Rerata 43,3 38,3 48,3 46,6 65
Hubungan antara beban awal terhadap beban yang dirasakan
Sesuaikah hukum Weber-Fechner dengan hasil percobaan? Bagaimana bunyi hukum Weber-Fechner? Kemampuan untuk membedakan kekuatan rangsang rasa-rasa, pada umumnya tidak tergantung pada kekuatan mutlak dari rangsangan tersebut, tetapi pada perbedaan relatifnya Sesuaikah hukum ini dengan hasil percobaan? Sesuai, karena menurut hukum tersebut didapatkan bahwa sebuah rangsang yang didapatkan akan lebih rendah daripada stimulus yang diberikan sehingga beban akan terasa lebih ringan dari beban asalnya.
2.4 Kemampuan Diskriminasi Kekasaran o
K eka
Jari Tangan Ulangan
Telapak Tangan Ulangan
Lenga n Bawah Ulang
Kuduk Ulangan
11
sara n Ker tas Gos ok 0 1 2 3
an I
II
I
II
I
II
I
II
2.5 Kemampuan Diskriminasi Bentuk B o
e nt u k
Jari tangan Ulangan
I
Telapak Tangan Ulangan
II
I
Lengan Bawah Ulangan
II
I
Kudu k Ulan gan II
II
B ul at K u b us L i m as B al o k
12
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Paleo-sensibilities Percobaan untuk mendeteksi rasa panas dan dingin dilakukan dengan memasukkan telunjuk kedalam air es (50C), air panas (400C), dan air dengan suhu kamar (300C). Jari telunjuk yang dimasukkan kedalam air se lalu dimasukkan ke dalam air dengan suhu kamar (30 0C) terasa lebih hangan, sedangkan jari telunjuk yang dimasukkan ke dalam air panas (40 0C) terasa lebih dingin saat dimasukkan ke dalam air dengan suhu kamar (30 0C). Hal ini disebabkan karena adanya perbandingan atau perbedaan relatif indera rasa kita saat merasakan panas dingin, bukan kekuatan mutlak dari suhu suatu benda. Pada percobaan meniup punggung tangan, orang coba merasa dingin karena terjadi penguapan pada permukaan punggung tangan dengan mengambil panas dari kulit. Saat punggung tangan dibasahi oleh air kemudian ditiup, air akan menyerap kalor untuk menguap, tetapi proses penguapan air lebih lama dibandingkan dengan proses penguapan alkohol. Maka dari itu, saat orang coba mengoleskan alkohol terlebih dahulu, tiupan akan terasa lebih dingin dibanding saaat diberi air. Hal ini disebabkan karena titik penguapan alkohol lebih rendah dari air sehingga mengambil kalor lebih banyak dari permukaan kulit dan orang coba merasa lebih dingin.
13
Pada percobaan dengan alkohol pada kulit, mula-mula timbul rasa dingin lalu disusul rasa panas. Rasa dingin ini disebabkan oleh penguapan alkohol, tetapi karena proses penguapan alkohol berlangsung cepat, maka lamakelamaan alkohol menguap habis dan suhu permukaan kulit kembali normal. Saat permukaan kulit kembali ke suhu normal, orang coba merasakan panas karena kulit mengalami kenaikan suhu. Dari hasil percobaan tersebut dapat disimpulkan, bila suatu rangsang tetap diberikan secara terus menerus pada suatu reseptor, frekuensi potensial aksi di saraf sensorik lama-kelamaan akan menurun. Hal ini yang dinamakan adaptasi. Dengan adanya proses adaptasi pada tubuh seseorang, rasa panas yang dirasakan pada percobaan meniup punggung tangan dengan mengoleskan alkohol sebelumnya akan hilang dan tidak berlangsung terusmenerus. 3.2 Neo-sensibilities Dari percobaan yang telah dilakukan, dibuktikan bahwa tubuh memiliki tingkat kepekatan yang berbeda-beda pada tiap bagiannya. Hal ini disebabkan kepadatan titik-titikreseptor di setiap bagian kulit tidaklah sama. Pada hasil percobaan kami, dapat dilihat bahwa daerah yang memiliki kepekatan paling tinggi adalah pipi, diikuti dengan kuduk, lengan bawah, dan telapak tangan. Pada pemberian rangasangan dingin, lengan bawah terdapat 21 titik reseptor, dengan kata lain rangsangan dingin paling dirasakan oleh lengan bawah pada percobaan ini. Pada pemberian rangsangan panas, kuduk memiliki titik reseptor rasa panas yang lebih banyak. Sedangkan pada pemberian rangsangan nyeri, pipi dan telapak tangan lebih terasa. Pada semua pemberian rangsangan tersebut juga dirasakan rasa tekan. Reseptor dingin dan reseptor hangat terletak tepat di bawah kulit, yakni pada titik-titik yang berbeda dan terpisah-pisah, dengan diameter perangsangan kira-kira 1mm. Pada sebagian besar daerah tubuh jumlah
14
reseptor bervariasi, 3-5 titik dingin pada jari-jari, dan kurang bdari satu titik dingin persentimeter persegi pada daerah permukaan dada yang luas. Sedangkan jumlah titik hangatnya lebih sedikit. Alat indera untuk nyeri adalah ujung saraf telanjang yang terdapat di hampir semua jaringan tubuh. Rangsangan raba, tekan, dan getaran dideteksi oleh jenis reseptor yang sama. Satu-satunya perbedaan dari ketiga jenis sensasi ini adalah sensasi raba umumnya disebabkan oleh perangsang reseptor taktil di dalam kulit, sensasi tekanan biasanya disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam, dan sensasi getaran disebabkan oleh isyarat sensoris yang berulang dengan cepat, tetapi menggunakan beberapa jenis reseptor yang sama seperti yang digunakan untuk raba dan tekanan, terutama jenis reseptor yang cepat beradaptasi. Reseptor taktil terdapat di beberapa ujung saraf bebas yang dapat ditemukan di dalam kulit dan di dalam banyak jaringan lain serta dapat mendeteksi raba dan tekanan. Reseptor raba dengan kepekata khusus adalah korpuskulus Meissner, suatu ujung saraf berkapsul yang merangsang serabut saraf sensoris besar bermielin. Reseptor ini terutama banyak di dalam ujung jari, bibir, dan daerah kulit lain, tempat kemampuan seseorang untuk membedakan sifat-sifat ruang dari sensasi raba sangat berkembang. Reseptor-reseptor ini terutama bertanggung jawab bagi kemampuan untuk mengenali dengan tepat letak tubuh bagian mana yang disentuh dan untuk mengenali tekstur benda yang diraba. Guyton menyebutkan golongan paleo-sensibilities dengan golongan sistem anterolateral. Sedangkan untuk golongan noe-sensibilities, guyton menyebut dengan golongan sistem kolumna dorsalis-lemnikus medialis. Sistem anterolateral atau paleo-sensobilities mempunyai kemampuan khusus yang tidak dimiliki oleh sistem dorsalis, yaitu kemampuan untuk menjalarkan modalitas sensasi yang sanfat luas.
15
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Mekanisme sensoris di kulit dibedakan menjadi dua macam berdasarkan pilogenesisnya, yaitu paleosensibilitas dan neosensibilitas. Setiap bagian tubuh memiliki sensibilitas dan diskriminasi yang berbeda terhadap setiap rangsangan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ganong,F.William. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.20. Jakarta:EGC Kimball,John W.1990.Biologi jilid 1. Jakarta:Gramedia Sloane, Ethel. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC
17