LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PSIKOTIK
I.
Pengertian Gangguan Psikotik Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh. Gangguan psikotik adalah gangguan kejiwaan yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau atau aneh.
II.
Etiologi Didalam
DSM
III faktor
psikososial
bermakna
dianggap
menyebabkan psikosis reaktif singkat, tetapi kriteria tersebut telah dihilangkan dari DSM IV. Perubahan dalam DSM IV menempatkan diagnosis gangguan psikotik singkat didalam kategori yang sama dengan banyak diagnosis psikiatrik utama lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis kemungkinan termasuk gangguan yang heterogen. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi mendukung kerentanan genetik untuk gangguan psikotik singkat. III.
Patofisiologi dan Prognosis Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik singkat adalah kurang dari satu bulan. Namun demikian, perkembangan gangguan psikiatrik bermakna tertentu dapat menyatakan suatu kerentanan mental pada pasien. Sejumlah pasien dengan persentasi yang tidak diketahui, yang pertama kali di klasifikasikan menderita gangguan psikotik singkat selanjutnya menunjukkan sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia dan gangguan mood. Tetapi, pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat memiliki prognosis yang baik, dan
Page | 1
penelitian di Eropa telah menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari semua pasien tidak memilki masalah psikiatrik berat lebih lanjut. Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari. Kadang-kadang, gejala depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah suatu keprihatinan pada fase psikotik maupun fase depresif pascapsikotik. Sejumlah indikator telah dihubungkan dengan prognosis yang baik. Pasien dengan ciri-ciri tersebut memiliki kemungkinan kecil untuk kemudian menderita skizofrenia atau suatu gangguan mood IV.
Faktor - Faktor Penyebab Gangguan Psikotik Adapun faktor – faktor penyebab gangguan psikotik antara lain : a. Faktor organo – biologic 1) Genetik (heredity) Adanya kromosom tertentu yang membawa sifat gangguan jiwa (khususnya pada skizofrenia). Hal ini telah dipelajari pada penelitian anak kembar, dimana pada anak kembar monozigot (satu sel telur) kemungkinan terjadinya skizofrenia persentase tertinggi 86,2%, sedangkan pada anak kembar dengan dua sel telur (heterozigot) kemungkinannya hanya 14,5%. 2) Bentuk Tubuh (konstitusi) Kretschmer (1925) dan Sheldon (1942), meneliti tentang adanya hubungan antara bentuk tubuh dengan emosi, temperamen dan kepribadian (personality).Contohnya, orang yang berbadan gemuk emosinya cendrung meledak –ledak, ia bisa lompat kegirangan ketika mendapat hal yang menyenangkan baginya dan sebaliknya. 3) Terganggunya Otak Secara Organik Contohnya, Tumor, trauma (bisa disebabkan karena gagar otak yang pernah dialami karena kecelakaan), infeksi, gangguan vaskuler, gangguan metabolisme, toksin dan gangguan cogenital dari otak 4) Pengaruh Cacat Cogenital Contohnya, Down Syndrome (mongoloid). 5) Pengaruh Neurotrasmiter Yaitu suatu zat kimia yang terdapat di otak yang berfungsi sebagai pengantar implus antar neuron (sel saraf) yang sangat terkait dengan penelitian berbagai macam obat –obatan yang bekerja pada
Page | 2
susunan saraf. Contohnya, perubahan aktivitas mental, emosi, dan perilaku yang disebabkan akibat pemakaian zat psikoaktif. b. Faktor Psikologik 1) Hubungan Intrapersonal a) Inteligensi. b) Keterampilan c) Bakat dan minat. d) Kepribadian. 2) Hubungan Interpersonal a) Interaksi antara kedua orang tua dengan anaknya. b) Orang tua yang over protektif. c) Orang tua yang terlalu sibuk dengan dunianya sendiri. d) Peran ayah dalam keluarga. e) Persaingan antar saudara kandung. f) Kelahiran anak yang tidak diharapkan. c. Faktor Sosio – Agama 1) Pengaruh Rasial Contohnya, adanya pengucilan pada warga berkulit hitam di negara Eropa. 2) Golongan Minoritas Contohnya, pengucilan terhadap seseorang atau sekelompok orang yang menderita penyakit HIV. 3) Masalah Nilai – Nilai yang Ada dalam Masyarakat. 4) Masalah Ekonomi Contohnya, karena selalu hidup dalam kekurangan seorang ibu menganiyaya anaknya. 5) Masalah Pekerjaan. 6) Bencana Alam. 7) Faktor Agama atau religius baik masalah intra agama ataupun inter agama. Contoh, perasaan bingung dalam keyakinan yang dialami seorang anak karena perbedaan keyakinan dari orang tuanya.
V.
Manifestasi Klinis Gangguan Psiotik Adapun gambaran utama perilakuvGangguan Psikotik antara lain : a. Memiliki labilitas emosional. b. Menarik diri dari interaksi sosial. c. Tidak mampu bekerja sesuai fungsinya. d. Mengabaikan penampilan dan kebersihan diri. e. Mengalami penurunan daya ingat dan kognitif parah. f. Berpikir aneh, dangkal, berbicara tidak sesuai keadaan. g. Mengalami kesulitan mengorientasikan waktu, orang dan tempat. h. Sulit tidur dalam beberapa hari atau bisa tidur yang terlihat oleh keluarganya, tetapi pasien mesrasa sulit atau tidak bisa tidur.
Page | 3
i. Memiliki keengganan melakukan segala hal, mereka berusaha untuk tidak melakukan apa – apa bahkan marah jika diminta untuk melakukan apa – apa. j. Memiliki perilaku yang aneh misalnya, mengurung diri di kamar, berbicara sendiri, tertawa sendiri, marah berlebihan dengan stimulus ringan, tiba – tiba menangis, berjalan mondar – mandir, VI.
berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas. Tipe Gangguan Psikotik a. Psikotik Akut Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu : 1) Mendengar suara – suara yang tidak ada sumbernya. 2) Keyakinan dan ketakutan yang aneh atau tidak masuk akal. 3) Kebingungan atau disorientasi. 4) Perubahan perilaku menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta marah – marah atau memukul tanpa alasan.
Pedoman diagnostik untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut : 1) Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan misalnya, mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya). 2) Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh kelompok sosial pasien), misalnya, pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh tetangga, menerima pesan dari televisi atau merasa diamati atau diawasi oleh orang lain. 3) Agitasi atau perilaku aneh (bizar). 4) Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi).Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel). Selain diagnosis pasti, ada diagnosis banding untuk psikotik akut ini karena dimungkinkan adanya gangguan fisik yang bisa menimbulkan gejala psikotik. 1) 2) 3) 4)
Epilepsi. Intoksikasi atau putus zat karena obat atau alkohol. Febris karena infeksi. Demensia dan delirium atau keduanya.
Page | 4
5) Jika gejala psikotik berulang atau kronik, kemungkinan skizofrenia dan gangguan psikotik kronik lain. 6) Jika terlihat gejala maniak (suasana perasaan meninggi, percepatan bicara atau proses pikir, harga diri berlebihan), pasien mungkin sedang mengalami suatu episode maniak. 7) Jika suasana perasaan menurun atau sedih, pasien mungkin sedang mengalami depresi. b. Psikotik Kronik Untuk menetapkan diagnosa medik psikotik kronik data berikut merupakan perilaku utama yang secara umum ada. 1) Penarikan diri secara sosial. 2) Minat atau motivasi rendah dan pengabaian diri. 3) Gangguan berpikir (pembicaraan yang tidak nyambung atau aneh). 4) Perilaku aneh seperti apatis, menarik diri, tidak memperhatikan kebersihan. Perilaku lain yang dapat menyertai adalah : 1) Kesulitan berpikir dan berkonsentrasi. 2) Melaporkan bahwa individu mendengar suara – suara. 3) Keyakinan yang aneh dan tidak masuk akal seperti memiliki kekuatan supranatural, merasa dikejar – kejar, merasa menjadi orang hebat atau terkenal. 4) Keluhan fisik yang tidak biasa atau aneh seperti merasa ada hewan atau objek yang tak lazim di dalam tubuhnya. 5) Bermasalah dalam melaksanakan pekerjaan atau pelajaran. Beberapa kondisi yang dapat menjadi diagnosis banding psikosis kronik diantaranya adalah : 1) Depresi jika ditemukan gejala depresi (suasana perasaan yang menurun atau sedih, pesimisme, perasaan bersalah). 2) Gangguan bipolar jika ditemukan gejala maniak (eksitasi, suasana perasaan meningkat, penilaian diri yang berlebihan). 3) Intoksikasi kronik atau putus zat karena alkohol, zat dan bahan lain (stimulansia, halusinogenik). 4) Efek penggunaan zat psikoaktif atau gangguan depresif dan ansietas menyeluruh jika berlangsung setelah satu periode VII.
abstinensia (misalnya, sekitar 4 minggu). Cara Mengatasi Gangguan Psikotik a. Penatalaksanaan Psikotik Akut Page | 5
1. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang psikotik akut berikut hak dan kewajibannya. a) Episode akut sering mempunyai prognosis yang baik, tetapi lama perjalanan penyakit sukar diramalkan hanya dengan melihat dari satu episode akut saja. b) Agitasi yang membahayakan pasien, keluarga atau masyarakat, memerlukan hospitalisasi atau pengawasan ketat di suatu tempat yang aman. Jika pasien menolak pengobatan, mungkin diperlukan tindakan dengan bantuan perawat kesehatan jiwa masyarakat dan perangkat desa serta keamanan setempat 2. Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya: a) Keluarga atau teman harus mendampingi pasien. b) Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi dan kebersihan). c) Hati hati agar pasien tidak mengalami cedera. 3. Konseling pasien dan keluarga a) Membantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan pengobatan psikiatrik antara lain hak pasien, kewajiban dan tanggung jawab keluarga dalam pengobatan pasien. b) Mendampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan stresor. c) Memotivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari – hari setelah gejala membaik. 4. Pengobatan Program pengobatan untuk psikotik akut : a) Berikan obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik, haloperidol 2 – 5 mg, 1 – 3 kali sehari, atau Chlorpromazine 100 – 200 mg 1 – 3 kali sehari. Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk mengurangi efek samping, walaupun beberapa pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi. b) Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika untuk mengendalikan agitasi akut (misalnya : lorazepam 1 – 2 mg, 1 – 3 kali sehari). c) Obat antipsikotik selama sekurang – kurangnya 3 bulan sesudah gejala hilang. b. Penatalaksanaan Psikotik Kronik 1. Memberikan informasi kepada
pasien
dan
keluarga
tentang asuhan keperawatan pada pasien halusinasi, waham, isolasi
Page | 6
sosial, defisit perawatan diri.Beberapa informasi yang dapat disampaikan pada pasien dan keluarga antara lain : a) Gejala penyakit jiwa (perilaku aneh dan agitasi). b) Antisipasi kekambuhan. c) Penanganan psikosis akut. d) Pengobatan yang akan mengurangi gejala dan mencegah kekambuhan. e) Perlunya dukungan
keluarga
terhadap
pengobatan
dan
rehabililtasi pasien. f) Perlunya organisasi kemasyarakatan sebagai dukungan yang berarti bagi pasien dan keluarga. 2. Konseling pasien dan keluarga a) Pengobatan dan dukungan keluarga terhadap pasien. b) Membantu pasien untuk berfungsi pada taraf yang optimal dalam pekerjaan dan kegiatan sehari-hari. c) Kurangi stress dan kontak dengan stres. 3. Pengobatan Program pengobatan untuk psikotik kronik : 1) Antipsikotik yang mengurangi gejala psikotik : a) Haloperidol 2-5 mg 1 – 3 kali sehari b) Chlorpromazine 100-200 mg 1 – 3
kali
sehari
Dosis harus serendah mungkin hanya untuk menghilangkan gejala, walaupun beberapa pasien mungkin membutuhkan dosis yang lebih tinggi. 2) Obat anti psikotik diberikan sekurang – kurangnya 3 bulan sesudah episode pertama penyakitnya dan lebih lama sesudah episode berikutnya. 3) Obat antipsikotik mempunyai efek jangka panjang yang disuntikkan jika pasien gagal untuk minum obat oral. 4. Berikan terapi untuk mengatasi efek samping yang mungkin timbul a) Kekakuan otot (distonis dan spasme akut) yang dapat diatasi dengan obat anti parkinson atau benzodiazepine yang disuntikkan b) Kegelisahan motorik yang berat (akatisia) yang dapat diatasi dengan pengurangan dosis terapi atau pemberian beta – bloker. c) Obat anti Parkinson yang dapat mengatasi gejala parkinson (antara lain trihexyphenidil 2 mg sampai 3 kali sehari, ekstrak belladonna 10 – 20 mg 3 X sehari, diphenhydramine 50 mg 3 X sehari).
Page | 7
KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
A. Pengertian Perilaku
kekerasan
adalah
perilaku
individu
yang
dapat
membahayakan orang lain, diri sendiri baik secara fisik, emosional dan atau seksualitas (Nanda, 2005).
Page | 8
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis (Berkawi,1993 dalam Depkes 2000). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan klien sendiri, lingkungan dan
termasuk orang lain (Maramis, 1998). B. Etiologi Menurut Budiana Keliat (2004) faktor presipitasi dan predisposisi dari perilaku kekerasan adalah: 1. Faktor predisposisi a. Psikologi Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk b. Perilaku Reinforcement yang diterima jika melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan, merupakan aspek yang menstimulasi dan mengadopsi perilaku kekerasan. c. Sosial budaya Budaya tertutup, kontrol sosial tidak pasti terhadap perilaku kekerasan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima. d. Bioneurologis Kerusakan sistem limbik, lobus frontal atau temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter. 2. Faktor presipitasi Yaitu faktor yang bersumber: a. Klien, misalnya :
kelemahan
fisik,
keputusasaan,
ketidakberdayaan, percaya diri kurang. b. Lingkungan sekitar klkien, misalnya : padat,ribut, kritikan mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan dan kekerasan. c. Interaksi dengan orang lain, misalnya: provokatif dan konflik C. Manifestasi Klinik a. Emosi Tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), jengkel b. Fisik Muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan obat dan tekanan darah c. Intelektual Mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan
Page | 9
d. Spiritual Kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak bermoral, kebejatan kreativitas terhambat e. Sosial Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor (Budiana Keliat, 2000) Tanda ancaman kekerasan (Kaplan dan Sadock,1997) adalah : a. Tindakan kekerasan belum lama, termasuk kekerasan terhadap barang b. Ancaman verbal atau fisik c. Membawa senjata atau benda lain yang dapat digunakan sebagai d. e. f. g.
senjata. Misalnya: Garpu, asbas, dll Agitasi psikomotor progresif Intoksikasi alkohol atau zat lain Ciri paranoid ada pasien psiotik Halusinasi dengar dengan perilaku kekerasan tetapi tidak semua
pasien berada ada resiko tinggi h. Penyakit otak global atau dengan temuan lobus frontalis, lebih jarang pada temuan lobus temporalis (kontroversial) i. Kegembiraan katatonik j. Episode manik tertentu k. Gangguan kepribadian (kekerasan, penyerangan, atau diskontrol impuls) D. Akibat Perilaku Kekerasan Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi minciderai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko menciderai merupakan suatu
tindakan
yang
kemungkinan
dapat
melukai/mrmbahayakan diri, orang lain dan lingkungan. E. Pohon Masalah Resiko Mencederai diri, orang lain, lingkungan ... (akibat)
Perubahan perilaku, resiko perilaku kekerasan/amuk … Core Problem
Harga Diri Rendah … Etiologi
Page | 10
F. Penatalaksanaan Tindakan keperawatan 1) Berteriak, menjerit, memukul Terima kemarahan klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak seperti bantal dan kasu. 2) Cari gara-gara Bantu klien melakukan relaksasi. Misalnya latihan fisik maupun oahraga. Latihan pernapasan 2kali/hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan nafas. 3) Bantu melalui humor Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang yang menjadi sasaran dan diskusikan cara umum yang sesuai. (Keliat, 2002) Terapi medis 1) Clorpimazine (Z) Untuk mensupresi
gejala-gejala
psikosa:
agitasi,
ansietas,
ketegangan,kebingungan insomnia,halusinasi, waham dan gejala-gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, maniak, depresi,gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa kecil.cara pemberian perroral atau intra muskular. 2) Haloperidol Untuk gangguan psikotik, sindroma gilles dela tourett pada anak-anak dan dewasa.
Kontraindikasi:
depresi
saraf
pusat.
Penyakit
parknson,
mengantuk, tremor, letih, lesu, gelisah, gejala ekstra piramidal. 3) Trihexyphenidyl (THP,Artane,Tremin) Untuk gejala skizofrenia G. Pengkajian 1. Factor predisposisi a. Riwayat kelahiran dan tumbuh kembang (biologis) b. Trauma karena aniaya fisik, seksual, atau tindakan aniaya fsik c. Tindakan anti social d. Penyakit yang pernah diderita e. Gangguan jiwa di masa lalu f. Pengadaan sebelumnya 1) Aspek psikologis
Page | 11
Keluarga, pengasuh, lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis klien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi jiwa amuk adalah: penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien. Pola asuh pada usia anak-anak yang tidak adekuat misalnya tidak ada kasih saying, diwarnai kekerasan dalam keluarga merupakan resiko gangguan jiwa amuk. 2) Aspek social budaya Kemiskinan, konflik social budaya, kehidupan terisolasi, disertai stress yang menumpuk, kekerasan dan penolakan. 3) Aspek spiritual Klien merasa berkuasa dan dirinya benar, tidak bermoral. 2. Factor fisik a. Identitas Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, diagnosa medis, pendidikan dan pekerjaan. b. Keturunan Adalah penyakit keluarga yang sama dengan klien atau gangguan jiwa lainnya, jika ada sebutkan. c. Proses psikologis 1) Riwayat kesehatan masa lalu Apakah klien pernah sakit atau kecelakaan, apakah sakit 2) 3) 4) 5) 6)
tersebut mendadak / menahun dan meninggalkan cacat. Bagaimana makan dan minum klien Istirahat tidur Pola BAB/BAK Latihan Pemeriksaan fisik Fungsi system, seperti pernafasan, kardiovaskuler, gastrointestinal, genitourinary, integument dan paru udara. Penampilan fisik, berpakaian rapi/tidak rapi, bersih, factor
tubuh (kaku, lemah, rileks, lemas) 3. Factor Emosional Klien merasa tidak aman, mersa terganggu, dendam, jengkel. 4. Faktor Mental Cenderung mendiminasi, cerewet, kasar, meremehkan dan suka berdebat. 5. Latihan Menarik diri, pengasingan, penonalakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
Page | 12
H. Masalah Keperawatan Diagnose 1 : Resiko Perubahan Perilaku kekerasan 1. Tujuan umum Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya 2. Tujuan Khusus a. Klien dapat membina hubungan saling percaya b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan c. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan d. Klien dapat menyebutkan cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan e. Klien dapat menggunakan oabt dengan benar (sesuai dengn program) 3. Strategi Pelaksanaan SP 1 1. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan 2. Mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan 3. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan 4. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang bia dilakukan 5. Mengajarkan cara mengontrol PK dengan napas dalam 6. Melatih cara mengontrol PK dengan napas dalam 7. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal latihan SP 2 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih klien cara control PK fisik (memukul bantal/Kasur/konversi energy) 3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal latihan
SP 3 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih pasien cara control PK dengan verbal (meminta,menolak dan mengungkapkan marah dengan baik) 3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian SP 4 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih pasien dengan spiritual (berdoa) dan napas dalam 3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian SP 5 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Menjelaskan cara control PK dengan minum obat 3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Page | 13
Page | 14
I. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PSIKOTIK AKUT: RESIKO PERUBAHAN PERILAKU KEKERASAN Diagnosa
Rencana Tujuan
Keperawatan Resiko Perubahan
TUK 1
Setelah … kali interaks klien
1. Bina Hubungan Saling
Perilaku Kekerasan
Klirn dapat Membina
dapat menunjukkan tanda –
Percaya dengan Klien 2. Berbicaa kepada klien
Hubungan Saling Percaya
Kriteria Evaluasi
tanda percaya kepada perawat dengan kriteria
Mau menjawab salam Mau menjabat tangan Ekspresi wajah
bersahabat Ada kontak mata Mau duduk berdampingan dengan
TUK 2 Klien dapat mendefinisikan
perawat Bersedia mengungkapkan
masalah yang dialami Setelah … kali interaksi klien
Intervensi
Rasional
dengan sopan dan ramah 3. Perkenalkan nama dan tujuan perkenalan 4. Tunjukkan sikap yang jujur 5. Tunjukkan sikap yang simpati 6. Dengarkan dan perhatikan setiap klien mengungkapkan perasaannya 1. Beri kessempatan
dapat mengidentifikasi
kepada klien untuk
penyebab perilaku kekerasan
mengungkapkan
Page | 15
penyebab perilaku kekerasan
dengan KH 1. Klien mampu mengungkapkan perasaannya 2. Klien dapat
perasaan 2. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal
mengungkapkan penyebab perasaan marah dari TUK 3
lingkungan/orang lain Setelah … kali interaksi klien
1. Bicarakan akibat
Klien dapat
dapat mengidentifikasi akibat
dan cara yang
mengidentifikasi akibat
dari perilaku kekerasan
dari perilaku kekerasan
1. Klien dapat menjelaskan akibat dari PK - Terhadap klien -
sendiri Terhadap orang lain Terhadap lingkungan
dilakukan klien 2. Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien 3. Tanya pada klien apakah ia ingin mempelajari cara
Page | 16
yang baru dan yang TUK 4
Setelah … interaksi klien
sehat 1. Bantu klien
Klien dapat
dapat mencegah /mengontrol
memilih cara yang
menyebutkan cara
perilaku kekerasannya dengan
paling tepat untuk
mencegah / mengontrol perilaku kekerasan
KH 1. Klien dapat menyebutkan contoh pencegahan perilaku kekerasan secara - Fisik : Tarik napas dalam, olahraga/ -
pukul bantal Verbal : mengatakan secara langsung dengan
tidak menyakiti 2. Klien dapat
mengontrol PK 2. Bantu klien mengidentifikasi manfaat/cara yang telah dipilih 3. Beri pujian positif atas keberhasilan klien menstimulasikan cara tersebut 4. Anjurkan klien untukmenggunaka n cara yang
mendemonstrasikan
dipelajari saat
cara fisik menarik
jengkel/marah
Page | 17
napas dalam maupun memukul bantal untuk mencegah perilaku kekerasan
TUK 5 Klien dapat menggunakan obat
Setelah … kali Interaksi klien
1. Jelaskan jenis obat
dapat menggunakan obat
yang diminum
dengan benar (sesuai dengan
pada klien dan
dengan benar ( sesuai
program) dengan KH
dengan program)
1. Klien dapat menyebutkan obat yang diminum dan kegunaannya (jenis,waktu,dosis,efek ) 2. Klien dapat minum obat sesuai program pengobatan
keluarga 2. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seijin dokter 3. Jelaskan prinsip benar minum obat (baca nama obat
Page | 18
yang tertera pada kemasan obat, dosis, waktu dan cara pemberian) 4. Anjurkan klien minum obat tepat waktu 5. Anjurkan klien melaporkan kepada perawat / dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan 6. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar
Page | 19
Page | 20
J. Tindakan keperawatan Setelah menegakan diagnosa keperawatan perawat melakukan beberapa tindakan keperawatan, baik pada pasien maupun keluarganya. 1. Tindakan keperawatan pada pasien Tujuan keperawatan a) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan b) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan c) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah di lakukannya d) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang di lakukannya e) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/ mengendalikan perilaku kekerasan f) Pasien dapat mencegah/
mengendalikan
perilaku
kekerasannya secara fisik, spiritual, social dan dengan terapi psikofarmaka Tindakan keperawatan a) Mengucapkan salam terapeutik Dalam membina hubungan saling percaya pasien harus merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang harus perawat lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah : Mengucapkan salam terapeutik Berjabat tangan Menjelaskan tujuan interaksi Membuat kontrak topic, waktu, dan tempat setiap kali ketemu pasien b) Mendiskusikan bersama
pasien
penyebab
perilaku
kekerasan sekarang dan yang lalu c) Mendiskusikan perasaan, tanda, dan gejala yang di rasakan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan Mendiskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan
secara fisik Mendiskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
Page | 21
Mendiskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan
secara social Mendiskusikan tanda dan gejala perilaku kekeraan
secara spiritual Mendiskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan
secara intelektual d) Mendiskusikan bersama pasien tentang perilaku kekerasan yang biasa di lakukan pada saat marah : Verbal Terhadap orang lain Terhadap diri sendiri Terhadap lingkungan e) Mendiskusikan bersama pasien akibat perilaku kekerasan yang ia lakukan f) Mendiskusikan bersama
pasien
cara
mengendalikan
perilaku kekerasan yaitu dengan cara berikut : Fisik : pukul Kasur/ bantal, Tarik napas dalam Obat Social / verbal : menyatakan secar aserif rasa marahnya Spiritual : beribadah sesuai keyakinan pasien g) Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik : Latihan napas dalam dan pukul/ bantal Susun jadwal latihan dalam dan pukul Kasur/ bantal h) Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara social/ verbal : Membantu mengungkapkan rasa marah secara verbal
:menolak
dan
meminta
dengan
baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik Menyusun jadwal latihan mengungkapkan marah
secara verbal i) Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual : Membantu pasien mengendalikan marah secara spiritual : kegiatan ibadah yang biasa di lakukan Membuat jadwal latihan ibadah dan berdoa j) Bantu pasien mengendalikan perilaku kekerasan degngan patuh minum obat :
Page | 22
Membantu pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara pemberian, benear dosis, dan benar obat) di sertai penjelasan mengenai keguanaan obat
dan akibat berhenti Susun jadwal minum obat secara teratur. (Keliat, Keperawatan kesehatan jiwa komunitas,
2012) 2. Tindakan keperawatan pada keluarga Tujuan keperawatan: Keluarga dapat merawat pasien dirumah. Tindakan keperawatan: a) Mendiskusikan maslah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien b) Mendiskusikan bersama keluarga tentan perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul, dan akibat dari perilaku tersebut) c) Mendiskusikan bersama keluarga tentang kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain. d) Membantu latihan keluarga dalam merawat pasien perilaku kekerasan. e) Menganjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat. f) Mengajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien jika pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat. g) Mendiskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan jika pasien menunjukan gejala-gejala perilaku kekerasan h) Membuat perencanaan bersama keluarga. (Keliat, Model praktik keperawatan profesional jiwa, 2012) K. Evaluasi Evaluasi terhadap kemampuan pasien dan keluarga dan kemampuan perawat.Berikut merupakan table evaluasi pada pasien dengan perilaku kekerasan (Keliat, Model praktik keperawatan profesional jiwa, 2012)
Page | 23
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa, Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo Boyd MA, Nihart MA. 1998. Psydiatric Nursing : Contemporary Prctice Philadelphia Publisher. Direja, A. H. (2011). Buku ajar keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha medika. Keliat B,A. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC. Keliat, B. A. (2012). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. jakarta: EGC. Keliat, B. A. (2012). Model praktik keperawatan profesional jiwa. jakarta: EGC. Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Bandung : RSJD Bandung. Stuart GW & Sudeed SJ. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Wati, F. K. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. jakarta: Salemba Medika. Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. jakarta: revita aditama.
Page | 24
LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN WP DENGAN GANGGUAN PSIKOTIK AKUT DI RUANG LELY RSUP SANGLAH
Denpasar, Desember 2016
Mahasiswa,
(I Made Gde. Suryawan)
Mengetahui,
Mengetahui,
Kepala Ruangan Lely RSUP Sanglah
Pembimbing Akademik
(Ns. Dewa Ketut Aryawan, S.Kep)
(Ns. Ni Kadek Parsi Kasmini, S.Kep)
Page | 25