Analisis Kualitas Air Aryochepridho 14 / 365092 / PN / 13668 Manajemen Sumberdaya Perikanan Intisari Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dan tidak bisa diganti perannya bagi makhluk hidup. Kualitas air adalah segala kegiatan atau upaya untuk memanipulasi kondisi suatu lingkungan sehingga suatu lingkungan tetap berada pada kisaran yang sesuai urnuk pertumbuhan makhluk hidup. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air kolam Perikanan UGM dan Danau Lembah UGM; mengetahui cara pengukuran kualitas air; dan mengetahui hubungan antar parameter kualitas air. Metode yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu pengamatan dan pengambilan data parameter kualitas air yang dilakukan setiap 3 dan 6 jam sekali selama 12 jam pada inlet dan outlet danau dan kolam. Praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu, 3 Oktober 2015 di Danau Lembah UGM dan kolam Perikanan UGM pada pukul 06.00 hingga 18.00 WIB. Hasil pengamatan didapatkan densitas plankton terbesar pada inlet danau sebesar 30020 indv/l pada pukul 18.00 WIB dan pada outlet danau sebesar 24297 indv/l pada pukul 12.00 WIB, sedangkan pada inlet kolam sebesar 20884 indv/l pada pukul 12.00 WIB dan pada outlet kolam sebesar 3012 indv/l pada pukul 06.00 WIB. Besarnya nilai densitas plankton membuktikan bahwa kualitas air danau dan kolam masih baik, namun kualitas air danau lebih baik daripada kolam. Kata kunci: air, danau, kolam, kualitas, pengukuran
PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dan tidak bisa diganti perannya bagi makhluk hidup. Kualitas air merupakan penentu kelangsungan kehidupan makhluk hidup kedepannya, khususnya manusia. Pencemaran air memiliki pengertian bahwa adanya penyimpangan sifat – sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurnian air tersebut. Air yang tersebar di bumi ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni. Namun bukan berarti bahwa semua sudah tercemar. Kualitas air adalah istilah umum bagi semua faktor (fisika, kimia, dan biologi) yang mempengaruhi air (Latif, 2012). Danau adalah suatu badan air alami yang selalu tergenangsepanjang tahun dan memiliki kualitas air tertentu yang beragam dari suatu danau ke danau lain. Serta mempunyai produktivitas biologi yang tinggi (Satari, 2000). Pengaruh kualitas air sangat besar bagi kehidupan kehidupan organisme perairan selain itu, kualitas air juga berpengaruh pada siklus hidup dari organisme yang ada di lingkungan. Adanya kondisi yang kurang baik pada keadaan kualitas air akan dapat memperlama siklus hidup dari organisme yang bersangkutan (Odum, 1993). Kualitas air yang baik sangat penting untuk mendukung kehidupan biota air. Kondisi kualitas air menentukan ketersediaan pakan alami bagi ikan seperti plankton, bentos dan tumbuhan air. Parameter kualitas air yang penting adalah fisika air seperti kecerahan, suhu dan konduktivitas, sedangkan kimia air meliputi ketersediaan nutrien, pH, oksigen terlarut,
karbondioksida bebas dan alkalinitas total. Kualitas air sebagai tempat hidup ikan dan plankton sebagai pakan alami ikan untuk kehidupannya akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan ikan (Astuti et al., 2009). Faktor lingkungan yang berperan aktif dalam menunjang kehidupan air menurut Sumawidjaja (1990) adalah fisik, kimia, dan biologi. Di dalam usaha perikanan, manejemen kualitas air diperlukan untuk mencegah aktivitas manusia yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas air dan produksi ikan. (Sahabuddin, 2013). Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air kolam Perikanan UGM dan Danau Lembah UGM; mengetahui cara pengukuran kualitas air; dan mengetahui hubungan antar parameter kualitas air.
METODOLOGI Praktikum analisis kualitas air dilaksanakan pada hari Sabtu, 3 Oktober 2015 dilakukan di dua tempat yang berbeda yakni Danau Lembah UGM dan kolam Perikanan UGM pada pukul 06.00 hingga 18.00 WIB. Alat-alat Alat-alat yang digunakan adalah penggaris, termometer, botol oksigen, botol cuka, botol air mineral, erlenmeyer, pipet tetes, pipet ukur, gelas ukur, timbangan, ember plastik, secchi disk, plankton net, kertas saring, mikroskop, pH meter, Sedgwick Rafter, pipet pump, kertas label, dan pensil. Bahan-bahan yang digunakan adalah larutan 4% formalin, larutan MnSO4, larutan reagen oksigen, larutan H2SO4 pekat, larutan 1/80 N Na2S2O3, larutan indikator amilum, larutan 1/44 N NaOH, larutan 1/50 N H2SO4, larutan indikator PP, larutan indikator MO, larutan 4 N H2SO4, larutan 0,01 N Kalium Permanganat, larutan 0,1 N Kalium Permanganat, larutan 0,1 Ammonium Oksalat, larutan 4% formalin, larutan 6 N H2SO4, larutan buffer, larutan 0,01 N H2SO4, asam oksalat, dan akuades. Pada praktikum ini dilakukan pengukuran beberapa parameter, yaitu fisik, kimia, dan biologi. Parameter fisik yang dicari yaitu suhu air, suhu udara, warna air, padatan tersuspensi total (TSS), dan kejernihan air dengan menggunakan pengamatan secchi disk. Pengukuran TSS dilakukan dengan metode gravimetri dan dengan menggunakan rumus TSS = 1000 Y
x ( B – A ) mg/l dengan Y adalah volume air sampel (ml); A adalah massa kertas
saring sebelum digunakan (mg); dan B adalah massa kertas saring yang telah dikeringkan (mg). Beberapa parameter biologi yakni menghitung BO atau kandungan bahan organik, diversitas dan densitas plankton dengan menggunakan rumus BO =
1000 50
x 𝑎 ×𝑓×
0,1 mg/l dengan a adalah volume titran dalam satuan milliliter (ml) dan f adalah faktor koreksi kalium permanganat yang diperoleh dari standar dengan nilai sama dengan 1. Indeks densitas plankton dengan menggunakan rumus densitas atau kepadatan plankton dengan
rumus N = n x
Vr Vo
x
1 Vs
dengan N adalah jumlah per liter; n adalah jumlah sel yang
diamati; Vr adalah volume air tersaring (ml); Vo adalah volume air yang diamati (ml). Vs adalah volume air yang disaring (l). Sedangkan indeks diversitas atau indeks keanekaragaman plankton dihitung dengan bantuan sedgwick rafter menggunakan rumus Shannon-Wiener ni
yaitu H = − ∑ N
2
ni
log N ; dengan H adalah indeks keragaman; N adalah jumlah total
individu; dan ni adalah cacah individu suatu genus. Pada parameter kimia berupa derajat keasaman (pH), kandungan oksigen terlarut (DO), kandungan CO2 bebas, BOD5, dan alkalinitas. Pengukuran suhu dan derajat keasaman (pH) dilakukan menggunakan termometer dan pH meter secara langsung. Pengukuran DO dilakukan dengan metode Winkler dengan rumus DO =
1000 50
x 𝑌 x 0,1 mg/l dengan Y
adalah banyak larutan 1/80 N Na2S2O3 yang digunakan untuk titrasi dari awal hingga akhir. Pengukuran kadar CO2 bebas dilakukan dengan metode alkalimetri dengan rumus CO2 = 1000 50
x C x 1 mg/l; dengan C adalah banyak larutan 1/44 N NaOH yang digunakan.
Pengukuran
kandungan
1000 volume sampel
BOD
dilakukan
dengan
rumus
BOD =
x ( B – A ) x 0.1 mg/l dengan A adalah hasil analisis kandungan O2 terlarut
segera (ml); dan B adalah hasil analisis kandungan O2 terlarut 5 hari (ml). pengukuran alkalinitas ditentukan melalui titrasi dan dilakukan perhitungan dengan rumus 𝐶𝑂32− + 𝐻𝐶𝑂3−
dengan
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 2 × 1
𝐶𝑂32− =
1000 50
× 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 1 × 1
dan
𝐻𝐶𝑂3− =
1000 50
×
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tabel Data Parameter Perairan Danau Lembah
6
9
12
15
18
parameter Inlet
Outlet Inlet
Outlet Inlet
Outlet Inlet
Outlet Inlet
Outlet
Suhu Udara (⁰C)
25
22
26
28
33
30
31
32
28.5
26
Suhu Air (⁰C)
28
27
28
27
29.5
27
31.5
29
27.3
27
0.265 0.365
0.441
0.3
0.365 0.305
0.34
Kecerahan (m)
0.47
TSS (ppm)
0.22
0.22
DO (ppm)
2.02
4.64
5.92
CO₂ bebas (ppm)
12.5
10
Alkalinitas total (ppm)
128
119
BOD (ppm)
2.68
0.24
0.22
5.19
8.54
11.1
14.6
2.8
6.9
35.6
0
140
127
109
147
2.87
4.35
31.63
14.55
6.9
7.15
Densitas Plankton (indv/l)
4367
2008
Diversitas Plankton
4.17
2.32
Bahan Organik (ppm) pH
7.25
7.3
0.355 0.4963 0.28
0.32
14.06
4.77
7.15
0
11
14
0
75
116
137
136
11.76
7.08
3.96
15.18
20.88
30.37
17.71
7
7.6
7.15
7.25
30020
1506
1.41
2.55
16717 24297
1.59
2.57
7.25
7.45
B. Tabel Data Parameter Perairan Kolam Perikanan 6 9 12 Parameter Outle Outle Inlet Outlet Inlet Inlet t t Suhu Udara 25,5 25 27 30.5 34 34 Suhu Air 28 29 29 29,5 32,5 33 Kecerahan (m) 0,56 0,48 0,59 0,62 0,41 0,56 TSS (ppm) 0,26 0,16 0,18 0,24 DO (ppm) 1,15 1,29 1,92 2,52 2,75 2,22 CO2 Bebas 10 6,6 23,2 16,5 13,4 6,7 (ppm) Alkalinitas 142 134 148 131 140 139 (ppm) BOD (ppm) 1,62 0,37 1,2 3,04 Bahan Organik 10,12 8,86 15,82 13,28 (ppm) pH 7 7 7 7 7,1 7 Densitas Plankton 6225 3012 20884 1807 (indv/l) Diversitas 0,73 2,64 2,04 3,31 Plankton
Inle t 30 30 0,44
15 Outle t 36 32,5 0,5
18 Inlet
Outlet 31 33 0,47 0,22 2,5
2,8
3,5
25,5 32,5 0,39 0,14 1,07
9,4
7,7
17
9,26
105
132
129
136
0,9
2,16
9,49
12,65
7
7,15
6827
1807
1,13
2,95
7
7
C. Pembahasan Umum Praktikum dilaksanakan di dua lokasi, yaitu di danau lembah UGM dan di kolam perikanan UGM. Keadaan vegetasi di sekitar kolam perikanan berupa rumput hijau yang tidak tinggi, kolam perikanan yang digunakan kali ini dasarnya masih berupa tanah alami sementara dindingnya sudah berupa beton, dalam kolam tampak terdapat organisme penghuni ekosistem kolam seperti siput, keong, katak dan ikan sedangkan keadaan danau lembah yakni vegetasinya berupa pepohonan rindang sehingga memberikan kesan kesejukan namun disekitar tepi danau terdapat sampah dedaunan dan pada bagian inlet danau terdapat kumpulan sampah rumah tangga, serta warna air danau yang kehijauan. Pada saat praktikum, keadaan cuaca yaitu panas terik, namun pada lokasi praktikum di danau terkesan lebih sejuk karena terdapat banyak vegetasi pepohonan yang besar dan rindang.
D. Pengamatan parameter fisik, kimia, dan bilogi Danau Lembah DO, CO2 bebas, Alkalinitas, dan pH
CO2Bebas Danau
DO (ppm)
20 15 10
inlet
5
outlet
0 6
9
12
15
18
CO2 Bebas (ppm)
DO Danau 40 30 20
inlet
10
outlet
0 6
9
12
Grafik 2. CO2 Bebas Danau vs Waktu
Grafik 1. DO Danau vs Waktu
pH Danau
200 150 inlet outlet
0 6
9
12
15
18
waktu
Grafik 3. Alkalinitas Total Danau vs Waktu Waktu
pH
alkalinitas (ppm)
Alkalinitas Danau
50
18
waktu
Waktu
100
15
7.8 7.6 7.4 7.2 7 6.8 6.6 6.4
inlet
outlet 6
9
12
15
18
waktu
Grafik 4. pH danau vs Waktu
Kadar oksigen terlarut tertinggi pada inlet dan outlet danau tertinggi pada pukul 15.00 WIB sedangkan kadar karbon oksida terbesar di inlet pada pukul 12.00 WIB dan di outlet pada pukul 15.00 WIB. Nilai DO pada inlet dan outlet danau lebih besar dibandingkan nilai CO2 bebas di inlet dan outlet danau. Kadar CO2 berbanding terbalik dengan kadar DO. Nilai alkalinitas pada inlet dan outlet ada yang berbanding terbalik dengan pH dan CO2 bebas, namun seharusnya nilai alkalinitas berbanding lurus dengan nilai pH karena sifat basa pada alkalinitas menyebabkan nilai pH tinggi dan apabila alkalinitas tinggi juga. Alkalinitas berhubungan dengan konsentrasi ion dalam sebuah perairan, alkalinitas berisfat basa dan CO2 cenderung asam maka makin tinggi nilai alkalinitasnya makin rendah kadar CO2 bebasnya. Maka nilai alkalinitas berbanding lurus dengan nilai pH dan berbanding terbalik dengan nilai CO2 bebas.
BO, Alkalinitas, dan pH
pH Danau
200 150 100
inlet
50
pH
alkalinitas (ppm)
Alkalinitas Danau
outlet
0 6
9
12
15
7.8 7.6 7.4 7.2 7 6.8 6.6 6.4
18
inlet outlet 6
9
12
waktu
15
18
waktu
Grafik 2. pH Danau vs Waktu
Grafik 1. Alkalinitas Danau vs Waktu
Bahan Organik (ppm)
Bahan Organik Danau 35 30 25 20 15 10 5 0
inlet outlet 6
12
18
waktu
Grafik 3. Bahan organik Danau vs Waktu Bahan organik (BO) merupakan kumpulan beragam senyawa organik yang kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan autotrofik yang terlibat dan berada di dalamnya. (Madjid, 2008) Nilai alkalinitas pada inlet dan outlet ada yang berbanding terbalik dengan pH, seharusnya nilai alkalinitas berbanding lurus dengan nilai pH karena sifat basa pada alkalinitas menyebabkan nilai pH tinggi dan apabila alkalinitas tinggi juga. Pada pH < 5, alkalinitas dapat mencapai 0, semakin tinggi pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar CO2 bebas. Larutan yang bersifat asam (pH rendah) bersifat korosif (Effendi, 2003). Nilai alkalinitas pada inlet dan outlet danau berbanding lurus dengan BO danau, namun berbanding terbalik dengan pH.
BO, DO, dan BOD
Bahan Organik Danau
DO (ppm)
20 15 10
inlet
5
outlet
0 6
9
12
15
18
Bahan Organik (ppm)
DO Danau 40 30 20
inlet
10
outlet
0 6
Waktu
12
18
waktu
Grafik 1. DO Danau vs Waktu
Grafik 3. Bahan organik Danau vs Waktu
BOD (ppm)
BOD Danau 14 12 10 8 6 4 2 0
inlet outlet
6
12
18
Waktu
Grafik 2. BOD Danau vs Waktu Kandungan BO di inlet danau terbesar pada pukul 06.00 WIB. Sedangkan kandungan BO di outlet terbesar pada pukul 12.00 WIB. Nilai BOD inlet dan outlet danau terbesar pada pukul 12.00 WIB dan pukul 18.00 WIB. Dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik dapat mengurangi kadar oksigen terlarut hingga mencapai nol (anerob) (Effendi, 2003). Semakin tinggi nilai BOD suatu perairan maka semakin buruk kondisi perairan tersebut, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menggunakan senyawa organik semakin banyak sehingga menurunkan nilai DO. Sehingga DO memiliki hubungan berbanding terbalik dengan BO karena suspensi yang ada berpengaruh pada organisme perairan yang dapat mati karena penurunan DO, dengan demikian kondisi air miskin oksigen sehingga organisme tidak dapat hidup karena BOD dapat mengindikasikan banyak limbah yang terdapat di perairan tersebut. Jadi, BO berbanding terbalik dengan DO dan berbanding lurus dengan BOD.
TSS, Kecerahan, Densitas Plankton
TSS DANAU
Kecerahan Danau
0.3 0.2
inlet
0.1
outlet
0 6
12
kecerahan (m)
TSS (ppm)
0.4
0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0
18
inlet outlet 6
9
12
15
18
waktu
Waktu
Grafik 1. TSS Danau vs Waktu
Grafik 2. Kecerahan Danau vs Waktu
Densitas Plankton Danau densitas (indv/l)
40000 30000 20000
inlet
10000
outlet
0 6
12
18
Waktu
Grafik 3. Densitas Plankton Danau vs Waktu Densitas plankton inlet dan outlet terbesar pada pukul 18.00 WIB dan pukul 12.00 WIB. TSS inlet dan outlet terbesar pada pukul 18.00 WIB. Kecerahan inlet tertinggi pada pukul 06.00 WIB dan di outlet pada pukul 18.00 WIB. Kecerahan rendah juga menunjukkan bahwa nilai TSS dan BO tinggi, hal tersebut terjadi karena TSS dan BO merupakan suspensi yang terlarut dalam air yang mampu menghalangi cahaya matahari menembus moekul air sehingga membuat air menjadi keruh. Kecerahan suatu perairan dipengaruhi oleh kadar TSS dan DO. Semakin tinggi TSS maka akan mengakibatkan DO menurun karena larutan yang tersuspensi di perairan. Jadi, TSS berbanding terbalik dengan kecerahan dan DO. Kandungan oksigen terlarut di perairan alami tergantung pada keberadaan tumbukan suspensi dan fitoplankton yang hidup di perairan yang melakukan aktivits fotosintesis.
E. Pengamatan parameter fisik, kimia, dan bilogi kolam perikanan DO, CO2 bebas, Alkalinitas, dan pH
4 3 2 1 0
CO2 Bebas Kolam
inlet outlet 6
9
12
15
18
CO2 bebas (ppm)
DO (ppm)
DO Kolam 25 20 15 10 5 0
inlet outlet 6
9
Waktu
Grafik 1. DO Kolam vs Waktu
100
inlet
50
outlet
0 15
18
Waktu
Grafik 3. Alkalinitas Kolam vs Waktu
pH
Alkalinitas (ppm)
150
12
18
pH Kolam
200
9
15
Grafik 2. CO2 Bebas Kolam vs Waktu
Alkalinitas Kolam
6
12
waktu
7.2 7.15 7.1 7.05 7 6.95 6.9
inlet outlet 6
9
12
15
18
Waktu
Grafik 4. pH Kolam vs Waktu
Kadar oksigen terlarut tertinggi pada inlet dan outlet kolam tertinggi pada pukul 15.00 WIB. Sedangkan kadar karbon oksida terbesar di inlet dan outlet pada pukul 09.00 WIB. CO2 yang ada di dalam perairan merupakan hasil respirasi plankton dan organisme lainnya di perairan. Nilai DO pada inlet dan outlet kolam lebih kecil dibandingkan nilai CO2 bebas di inlet dan outlet kolam. Kadar CO2 berbanding terbalik dengan kadar DO. Nilai alkalinitas pada inlet dan outlet ada yang berbanding terbalik dengan pH dan CO2 bebas, namun seharusnya nilai alkalinitas berbanding lurus dengan nilai pH karena sifat basa pada alkalinitas menyebabkan nilai pH tinggi dan apabila alkalinitas tinggi juga. Alkalinitas juga berhubungan dengan konsentrasi ion dalam sebuah perairan, alkalinitas berisfat basa dan CO2 cenderung asam maka makin tinggi nilai alkalinitasnya makin rendah kadar CO2 bebasnya. Makan nilai alkalinitas berbanding lurus dengan nilai pH dan berbanding terbalik dengan nilai CO2 bebas.
BO, Alkalinitas, dan pH
pH Kolam
200 150 100
pH
Alkalinitas (ppm)
Alkalinitas Kolam
inlet
50
outlet
0 6
9
12
15
7.2 7.15 7.1 7.05 7 6.95 6.9
18
inlet
outlet 6
Waktu
9
12 15 18
Waktu
Grafik 1. Alkalinitas Kolam vs Waktu
20
Grafik 2. pH Kolam vs Waktu
Bahan Organik Kolam
BO (ppm)
15
10
inlet
5
outlet
0 6
12
18
waktu
Grafik 3. BO Kolam vs Waktu Kandungan bahan organik tertinggi inlet dan outlet kolam pada pukul 12.00 WIB yakni sebesar 15,82 dan 13,28 ppm. Nilai alkalinitas pada inlet dan outlet ada yang berbanding terbalik dengan pH, seharusnya nilai alkalinitas berbanding lurus dengan nilai pH karena sifat basa pada alkalinitas menyebabkan nilai pH tinggi dan apabila alkalinitas tinggi juga. Niali alkalinitas pada inlet dan outlet kolam berbanding terbalik dengan BO kolam, namun berbanding terbalik dengan pH.
BO, DO, dan BOD
20
Bahan Organik Kolam
DO Kolam
DO (ppm)
BO (ppm)
15 10 inlet 5
outlet
4 3 2 1 0
0
inlet outlet 6
6
12
9
18
12
15
18
Waktu
waktu
Grafik 14. BO Kolam vs Waktu
Grafik 10. DO Kolam vs Waktu
BOD Kolam BOD (ppm)
4 3 2
inlet
1
outlet
0 6
12
18
waktu
Grafik 15. BOD Kolam vs Waktu Kandungan bahan organic tertinggi inlet kolam pada pukul 06.00 WIB, dan di outlet kolam pada pukul 18.00 WIB. Kandungan oksigen terlarut di inlet dan outlet kolam tertinggi pada pukul 15.00 WB dan kandungan BOD di inlet dan outlet tertinggi pada pukul 18.00 WIB. Semakin tinggi nilai BOD suatu perairan maka semakin buruk kondisi perairan tersebut, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menggunakan senyawa organik semakin banyak sehingga menurunkan nilai DO. Sehingga DO memiliki hubungan berbanding terbalik dengan BO karena suspensi yang ada berpengaruh pada organisme perairan yang dapat mati karena penurunan DO, dengan demikian kondisi air miskin oksigen sehingga organisme tidak dapat hidup karena BOD dapat mengindikasikan banyak limbah yang terdapat di perairan tersebut. Jadi, BO berbanding terbalik dengan DO dan berbanding lurus dengan BOD.
TSS, Kecerahan, Densitas Plankton
Kecerahan Kolam
TSS Kolam
0.6 0.4
tss (ppm)
Kecerahan (m)
0.8
inlet
0.2
outlet
0 6
9
12
15
0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0
18
inlet outlet 6
Waktu
12
18
Waktu
Grafik 16. Kecerahan Kolam vs Waktu
Grafik 17. TSS Kolam vs Waktu
Densitas (indv/l)
Densitas Plankton Kolam 25000 20000 15000 10000
inlet
5000
outlet
0 6
12
18
Waktu
Grafik 18. Densitas Plankton Kolam vs Waktu Tingkat kecerahan tertinggi di inlet kolam pada pukul 09.00 WIB dan outlet kolam juga pada pukul 09.00 WIB. TSS tertinggi inlet kolam pada pukul 06.00 WB dan outlet kolam pada pukul 12.00 WIB. Densitas plankton tertinggi di inlet dan outlet kolam pada pukul 12.00 WIB dan pada pukul 06.00 WIB. Kecerahan rendah menunjukkan bahwa nilai TSS dan BO tinggi, hal tersebut terjadi karena TSS dan BO merupakan suspensi yang terlarut dalam air yang mampu menghalangi cahaya matahari menembus moekul air sehingga membuat air menjadi keruh. Kecerahan suatu perairan dipengaruhi oleh kadar TSS dan DO. Semakin tinggi TSS maka akan mengakibatkan DO menurun karena larutan yang tersuspensi di perairan. Jadi, TSS berbanding terbalik dengan kecerahan dan DO. Kandungan oksigen terlarut di perairan alami tergantung pada keberadaan tumbukan suspensi dan fitoplankton yang hidup di perairan yang melakukan aktivits fotosintesis.
Diversitas Plankton Danau Diversitas
5 4 3 2
inlet
1
outlet
0 6
12
18
waktu
Grafik 1. Diversitas Plankton Danau vs Waktu
Diversitas Plankton Kolam Diversitas
4 3 2
inlet
1
outlet
0
6
12
18
Waktu
Grafik 2. Diversitas Plankton Kolam vs Waktu Pada grafik, di inlet dan outlet pukul 06.00, 12.00 dan 18.00 WIB diversitas plankton di danau lebih besar dibandingkan dengan di kolam. Densitas dan diversitas plankton dapat menunjukkan tingkat kualitas suatu perairan. Keberadaan plankton di suatu perairan dipengaruhi oleh suhu, cahaya matahari, DO, CO2, pH, alkalinitas, TSS, dan BO. Suhu berpengaruh pada sistem metabolisme plankton. Cahaya matahari atau kecerahan dan CO2 dibutuhkan untuk fotosintesis pada fitoplankton. Nilai alkalinitas berpengaruh pada kestabilan pH air agar didapatkan pH optimum untuk hidupnya organisme air. TSS menyebabkan kekeruhan dan dapat menghalangi masuknya cahaya matahari ke dalam air. BO berpengaruh pada dekomposisi materi dalam perairan yang akan diuraikan oleh plankton. Secara keseluruhan, kualitas air di danau lembah dan di kolam perikanan masih baik, namun kualitas air danau lembah lebih baik daripada kolam perikanan.
KESIMPULAN Kualitas air di danau lembah dan di kolam perikanan tergolong masih baik karena densitas dan diversitas plankton yang masih tinggi, namun kualitas air danau lembah lebih baik daripada kolam perikanan. Cara pengukuran kualitas air bergantung pada parameterparameter yang mendukung seperti parameter fisika, kimia, dan biologi. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap 3 jam dan 6 jam sekali selama 12 jam. Korelasi antar parameter yaitu saat suhu tinggi maka kadar CO2 tinggi sehingga kadar DO menurun; ketika nilai alkalinitas tinggi maka nilai pH akan naik juga namun membuat kadar CO2 menurun; jika nilai BO tinggi maka nilai BOD pun ikut tinggi dan menyebabkan kadar DO menurun; dan saat nilai TSS tinggi maka tingkat kecerahan, kadar DO dan nilai diversitas akan menurun. Densitas dan diversitas plankton yang tinggi menunjukkan bahwa kualitas perairan di danau lembah dan kolam perikanan masih baik.
DAFTAR PUSTAKA Astuti, L. P., A. Warsa., H. Satria. 2009. Kualitas Air dan Kelimpahan Plankton di Danau Sentani, Kabupaten Jayapura. Jurnal Perikanan XI(1): 66-77. Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air. Kanisius. Yogyakarta Latif, A.A. 2012. Studi kuantitas dan kualitas air sungai tallo sebagai sumber air baku. UNHAS Press. Makassar. Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi ketiga. Gadjah Mada University press. Yogyakarta. Sahabuddin, H et al. 2013. Analisa status mutu air dan daya tampung beban pencemaran sungai wanggu kota Kendari. Unbraw. Malang.