LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MEDICAL CENTRE BINTARO NOMOR : 040/PAB/SKD-RS.IMC/X/2017 TENTANG
: KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI
DAN TERAPI
INTENSIF
KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI
Kebijakan Umum 1. Semua bentuk pelayanan Anestesi di Rs Imc Bintaro, pelayanan Anestesi mengacu pada Standar di rumah sakit, nasional, undang-undang dan peraturan yang berlaku (Permenkes no 519/Mnekes Per/III/2011). 2. Pelayanan Anestesi di RS.IMC BINTARO disediakan secara memadai ,adekuat,regular dan nyaman (Termasuk sedasi Moderat dan Dalam ) Secara Teratur dan disesuaikan dengan Kebutuhan Pasien. 3. Pelayanan Anestesi disediakan secara memadai baik dari segi ketenagaan/ Sumber Daya Manusia (SDM) maupun segi Fasilitas ( Sarana dan Prasarana Penunjang), baik
dari segi kualitas maupun kuantitasnya, seperti jumlah
ketenagaan anestesi yag cukup serta Kompetensi SDM yang dibuktikan dalam sertifikat perawat asnestesi maupun sertifikat dokter Anestesi, Sarana prasaran penunjang anestesi di RS.IMC BINTARO disediakan secara memadai dan berfungsi optimal. 4. Pelayanan Anestesi ( Termasuk Sedasi Moderat dan Dalam ) di sediakan secara teratur dan rutin dalam dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu, termasuk hari libur . 5. Pelayanan Anestesi (termasuk sedasi Moderat dan Dalam ) disediakan dalam kondisi gawat daurat diluar jam operasional Kerja Pasien kegawatdaruratan harus mendapatkan prioritas utama dari layanan anestesi serta layanan-layanan
lain yang berhubungan dengan tindakan anestesi tersebut dengan tujuan untuk menyelamatkan nyawa pasien sesuai dengan undang-undang. 6. Pelayanan anestesi kedaruratan yang dilakukan oleh dokter ahli anestesiologi harus dikomunikasikan dan diedukasikan kepada pasiens dan atau keluarga pasien baik sebelum, selama dan sesudah tindakan anestesi dilakukan, kecuali pada keadaan darurat yang mengancam nyawa. 7. Untuk pasien elektif maupun darurat untuk jadwal jaga, ada jadwal dokter jaga pertama dan kedua. Bila dokter jaga anestesi pertama berhalangan atau tidak dapat dihubungi, maka digantikan oleh dokter anestesi kedua 8. Pelayanan Anestesi dan sedasi di RS.IMC BINTARO dilakukan seragam diseluruh pelayanan di rumah sakit. 9. Sesuai dengan SK Direktur yang berlaku, pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) tidak memberlakukan sumber tenaga anestesi dari luar 10. Pelayanan Anestesi di RS.IMC BINTARO dilakukan oleh tenaga Dokter anestesi yang diseleksi berdasarkan rekomendasi direktur, suatu catatan/rekor kinerja yang akseptabel,serta memenuhi undang-undang serta peraturan yang berlaku. Dalam melaksanakan pelayanan anestesis (termasuk sedasi moderat dan dalam ) harus seragam pada seluruh pelayanan anestesi di RS.IMC BINTARO. 11. Pelayanan Anestesi lokal dapat di berikan oleh operator atau perawat bedah yang sudah terlatih, dengan menggunakan obat – obat lokal anestesi untuk suatu tidakan operasi kecil sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta sesuai dengan standar nasional undang-undang dan peraturan. 12. Layanan Anestesi lokal adalah pemberian obat-obatan lokal anestesi yang menyebabkan kondisi dimana pasien masih berespon normal terhadap perintah verbal, reflek jalan nafas dan ventilasi serta fungsi kardiovaskular tidak dipengaruhi Bila diperlukan tindakan anestesi yang lainnya ( Anestesi umum ,sedasi),diwajibkan untuk melakukan konsultasi dengan dokter anestesi, contoh obat lokal anestesi lidokain 2% contoh tindakannya exterpatie 13. Pelaksanaan pemberi layanan Anestesi lokal dapat diberikan oleh : 1) Operator sesuai dengan bidangnya yang memiliki SIP di RS.IMC BINTARO sebagai DPJP
2) Oleh perawat yang kompeten dibawah pengawasan DPJP 12. Layanan Anestesi lokal dilakukan di unit pelayanan di lingkungan Di unit pelayanan UGD, Kamar Bersalin, Radiologi, kamar bedah untuk tindakan bedah kecil ( Minor Surgery ) 13. Dokter Spesialis anestesiologi, yaitu dokter yang telah menyelesaikan pendidikan dokter spesialis anestesiologi dipusat pendidikan yang diakui yangb telah mendapat Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktek (SIP ). Setiap dokter spesialis anestesilogi mempunyai tanggung Jawab untuk : a. Menjamin terlaksananya pelayanan anestesiologi dan terapi intensif yang bermutu dengan mengutamakan keselamatan pasien. b. Pelaksanaan pencatatan, evaluasi dan pembuatan laporan kegiatan di dalam rumah sakit. c. Pelaksanaan program menjaga mutu pelayanan anestesi dan keselamatan pasien di dalam rumah sakit. 14. Dalam memberikan pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam berada dibawah kepemimpinan satu orang yang kompeten bertanggung jawab untuk pengelolaan anestesi, yang ditetapkan sebagai KSM (Kepala Staff Medik) 15. Kepala Staf Medik Anestesiologi adalah seorang dokter spesialis anestesiologi yang diangkat oleh Direktur Rumah Sakit. Tugas KSM Anestesiologi adalah mengkoordinasikan kegiatan pelayanan anestesiologi dan terapi intensif sesuai dengan sumber daya manusia, sarana, prasarana dan peratalan yang tersedia, serta melakukan koordinasi dengan bagian/ departemen/SMF/instalasi terkait. Adapun tanggung jawab profesional pimpinan dokter spesialis anestesiologi (KSM) mencakup : 1) Pengembangan , implementasi , dan memelihara kebijakan dan prosedur. 2) Pengawasan stratif 3) Memelihara/mempertahankan program pengendalian mutu yang penting 4) Memantau dan menelaah seluruh pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam).
16. Tim pengelola pelayanan anestesi dan sedasi adalah tim yang dipimpin oleh dokter spesialis anestesiologi dengan anggota dokter spesialis anestesiologi dan perawat anestesi/ perawat lain yang mendapatkan pelatihan anestesi. 17. Dalam pelaksanaan anestesi dan sedasi, dokter spesialis anestesiologi dibantu oleh perawat anestesi atau perawat yang telah mendapatkan pelatihan anestesi. Perawat anestesi ataupun perawat yang telah mendapatkan pelatihan anestesi yang bekerja di RS.IMC BINTARO harus memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan mempunyai tanggung jawab untuk : a. Bertanggung jawab langsung kepada dokter penanggung jawab pelayanan anestesia. b. Menjamin terlaksananya pelayanan/asuhan keperawatan anestesi di rumah sakit. c. Pelaksanaan asuhan keperawatan anestesi sesuai standar. 18. Tugas perawat anestesi/ perawat lain yang memiliki pelatihan anestesi : a. Melakukan asuhan keperawatan pra anestesi yang meliputi : Pengkajian keperawatan pra anestesi, pemeriksaan dan penilaian status fisik pasien, pemeriksaan tanda vital pasien, persiapan istrasi pasien, analisis hasil pengkajian keperawatan
dan pra
merumuskan anestesi,
masalah
mengevaluasi
pasien, secara
evaluasi
tindakan
mandiri
maupun
kolaboratif, mendokumentasikan hasil anamnesis/pengkajian, persiapan mesin anestesia secara menyeluruh tiap kali akan digunakan dan memastikan bahwa mesin dan monitor dalam keadaan baik dan siap pakai, pengontrolan persediaan obat-obatan dan cairan setiap hari untuk memastikan bahwa semua obat-obatan baik obat anestesi maupun obat emergensi tersedia sesuai standar rumah sakit, memastikan tersedianya sarana prasarana anestesi berdasarkan jadwal waktu dan jenis operasi tersebut. b. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anestesi yang meliputi : menyiapkan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan perencanaan teknik anestesia, membantu pelaksanaan anestesi sesuai dengan instruksi dokter spesialis anestesi, membantu pemasangan alat monitoring non invasif, membantu dokter melakukan pemasangan alat monitoring invasif,
pemberian obat anestesi, mengatasi penyulit yang timbul, pemeliharaan jalan nafas, pemasangan alat ventilasi mekanik, pemasangan alat nebulisasi, pengakhiran tindakan anestesia dan pendokumentasian semua tindakan yang dilakukan agar seluruh tindakan tercatat baik dan benar. c. Melakukan
asuhan
keperawatan
pasca
anestesi
yang
meliputi
:
merencanakan tindakan keperawatan pasca tindakan anestesi, pelaksanaan tindakan dalam manajemen nyeri, pemantauan kondisi pasien pasca pemasangan kateter epidural dan pemberian obat anestesia regional, evaluasi hasil pemasangan kateter epidural dan pengobatan anestesi regional,
pelaksanaan
tindakan
dalam
mengatasi
kondisi
gawat,
pendokumentasian pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan yang dipakai dan pemeliharaan perawatan agar siap untuk dipakai pada tindakan anestesi selanjutnya. 19. Perawat anestesi atau perawat yang mendapatkan pelatihan anestesi atau dokter umum yang berkompeten dan bertanggung jawab atas pasien yang menerima sedasi moderat maupun dalam harus memenuhi kualifikasi sekurang-kurangnya dalam hal : a. Teknik berbagai modus sedasi b. Monitoring yang tepat c. Respon terhadap komplikasi d. Penggunaan zat-zat reversal e. Sekurang-kurangnya bantuan hidup dasar
Kebijakan Khusus 1. Semua Pelayanan Anestesi yang dilakukan anestesi di RS.IMC BINTARO harus didokumentasikan lengkap oleh dokter spesialis Anestesi dalam Form Anestesi yang tersedia. Semua isian dari form anestesi yang mencakup : a. Assement Pra anestesi di diruang rawat inap pasien dan dikerjakan pada setiap pasien yang akan dilakukan anestesi, pada saat dokter spesialis Anestesi menilai pasien sebelum operasi. b. Untuk operasi elektif, pengkajian akan dilakukan sebelum operasi atau untuk situasi tertentu miimal dilakukan 1 jam sebelum operasi.
c. Untuk operasi cito, maka Pengkajian pre anestesi akan dilakukan diruang penerimaan pasien di ruang operasi atau di unit lain d. Untuk pasien ODC,pengkajian dilakukan di klinik ( dapat diruang ODC) sebelum operasi dilakukan. (dokter Operator membuat konsul pada hari perencanaan ODC, pasin diperiksa oleh dr SpAn yang bertugas pada hari itu, atau dapat didelegasikan ke SpAn lain) 2. Semua pasien yang direncanakan operasi baik elektif ataupun cito wajib dilaporkan mengenai keadaan dan kondisi pasien oleh dokter jaga atau perawat yang kompeten 3. Asessmen pra anestesi dan sedasi meliputi : a. Mempelajari rekam medik pasien b. Anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien c. Mempelajari hasil pemeriksaan penunjang dan konsultasi dari bagian lain. d. Menentukan risiko anestesi dalam bentuk klasifikasi ASA. e. Menentukan rencana pelayanan anestesi, termasuk metode, obat, persiapan pasien dan premedikasi yang diperlukan dan didokumentasikan dalam rekam medis pasien. 4. Assesmen pra anestesi pasien merupakan dasar untuk perencanaan anestesi dan penggunaan analgesia pasca operasi. Assesmen pra anestesi memberikan informasi yang diperlukan bagi : a. Pemilihan pelayanan anestesi dan merencanakan anestesi b. Pemberian layanan anestesi yang aman dan tepat c. Penafsiran temuan pada monitoring pasien 5. Dokter spesialis anestesiologi atau petugas lain yang berkompeten (dokter umum) memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga dan atau pengambil keputusan mengenai risiko, manfaat dan alternatif anestesi serta pilihan analgesia pasca operasi untuk mendapatkan persetujuan tertulis (informed consent) dari pasien ataupun wali yang sah menurut hukum. 6. Dokter spesialis anestesiologi atau perawat anestesi menuliskan teknik anestesi, obat-obatan yang dipakai selama tindakan anestesi serta nama dokter spesialis anestesiologi yang bertanggung jawab ke dalam rekam medis anestesi pasien.
7. Assesmen pra induksi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi, diruang persiapan kamar operasi, dilaksanakan untuk reevaluasi pasien, dilakukan sesaat sebelum diberikan induksi anestesi, hasilnya didokumentasikan dalam rekam medis anestesi. 8. Pada pasien emergensi, assesmen pra anestesi dan sedasi dapat dilakukan sesaat atau bersamaan dengan assesmen pra induksi, namun didokumentasikan berbeda dalam rekam medik pasien. 9. Selama pemberian anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam), status fisiologis setiap pasien terus menerus dimonitor setiap 5 menit sekali dan hasil monitoring didokumentasikan dalam rekam medis anestesi pasien. Metoda monitoring tergantung pada status pra anestesi pasien, anestesi yang dipilih dan kompleksitas dari pembedahan atau prosedur lain yang dikerjakan selama anestesi. Namun monitoring selama anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) minimal adalah monitoring EKG (laju nadi), tekanan darah menggunakan Non Invasif Blood Pressure (NIBP), dan saturasi oksigen pasien. Frekuensi minimum dan tipe monitoring selama tindakan anestesi polanya seragam untuk semua pasien serupa yang menerima tindakan anestesi yang sama, selama pemberian anestesi di RS.IMC BINTARO 10. Sebelum keluar dari kamar operasi (sebelum pindah ke recovery room), pasien dimonitor sesuai kebijakan selama periode pemulihan pasca operasi dan semua temuan didokumentasikan dalam rekam medis. Pasien dikeluarkan dari kamar operasi (ke recovery room) apabila pasien dapat mempertahankan jalan nafas spontan atas penilaian dokter spesialis anestesiologi yang kompeten penuh atau perawat anestesi yang telah diberikan wewenang (otorisasi) oleh dokter spesialis anestesiologi yang bertanggung jawab. 11. Pasien dimonitor sesuai kebijakan selama periode pemulihan pasca anestesi, dan setiap temuan didokumentasikan dalam rekam medis anestesi. Waktu tiba dan pemindahan dari ruang pulih didokumentasikan dalam rekam medis pasien. Pasien dipindahkan (atau menghentikan monitoring pemulihan) oleh seorang perawat anestesi atau petugas yang setaraf dan kompetensinya dibawah sepengetahuan dokter spesialis anestesi yang bertanggung jawab, sesuai dengan kriteria pasca anestesi (aldrette score untuk pasien dewasa,
steward score untuk pasien anak, bromage score untuk anestesi regional) dan bukti pemenuhan kriteria didokumentasikan dalam rekam medis pasien. Pasien dipindahkan ke suatu unit yang telah ditetapkan sebagai tempat yang mampu memberikan pelayanan pasca anestesi atau pasca sedasi terhadap pasien tertentu, antara lain ruang intensif (ICU) ataupun ruang rawat inap, sesuai dengan kriteria pasca anestesi dan pertimbangan lain (jenis operasi, lama anestesi, penilaian pra anestesi dan sedasi pasien) yang ditetapkan oleh dokter spesialis anestesiologi yang bertanggung jawab, setelah berkoordinasi dengan operator. 12. Dokter spesialis anestesiologi melakukan verifikasi bahwa semua yang dilakukan selama anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) telah tercatat benar dalam rekam medis anestesi pasien dan bertanggung jawab atas semua yang dicatat tersebut. 13. Anestesi pada Anak-Anak Anak-anak menerima teknik anestesi yang sama dengan orang dewasa, yang telah disesuaikan dengan usia dan prosedur yang akan dilakukan. Dosis obatobatan anestesi sesuai usia dan berat badan anak. Tujuan pemberian anestesi pada anak adalah : a. Memberikan pelayanan anestesi yang aman bagi anak b. Mengurangi kecemasandan stres pada anak c. Menyediakan, bila diperlukan rencana efektif untuk pengendalian nyeri pasca operasi.
14. Pelayanan Kritis 1) Pelayanan pasien kondisi kritis diperlukan pada pasien dengan kegagalan organ yang terjadi akibat komplikasi akut penyakitnya atau akibat sekuele dari regimen terapi yang diberikan. 2) Pelayanan
pasien
kondisi
kritis
dilakukan
oleh
dokter
spesialis
anestesiologi dan dokter spesialis lain yang memiliki kompetensi. 3) Seorang dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi harus senantiasa siap untuk mengatasi setiap perubahan yang timbul sampai pasien tidak dalam kondisi kritis lagi.
4) Seorang dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi
(DPJP)
diperlukan
untuk
menjadi
koordinator
yang
bertanggung jawab secara keseluruhan mengenai semua aspek penanganan pasien, komunikasi dengan keluarga pasien, dan dokter lain. 5) Pada keadaan tertentu ketika segala upaya maksimal telah dilakukan tetapi prognosis pasien sangat buruk, maka dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi harus melakukan pembicaraan kasus dengan dokter lain yang terkait untuk membuat keputusan penghentian upaya terapi dengan mempertimbangkan manfaat bagi pasien, faktor emosional keluarga pasien, dan menjelaskannya kepada keluarga pasien tentang sikap dan pilihan yang diambil. 6) Semua kegiatan dan tindakan yang dilakukan harus didokumentasikan dalam catatan medis. 7) Dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi berperan dalam masalah etika untuk melakukan komunikasi dengan pasien dan keluarganya dalam pertimbangan dam pengambilan keputusan tentang pengobatan dan hak pasien untuk menentukan nasibnya terutama pada kondisi akhir kehidupan. 8) Dokter spesialis anestesiologi mempunyai peran penting dalam manajemen unit terapi intensif, membuat kebijakan istratif, kriteria pasien masuk dan keluar, menentukan standar prosedur operasional dan pengembangan pelayanan intensif.
14. Pelayanan Tindakan Resusitasi 1) Pelayanan resusitasi meliputi bantuan hidup dasar, lanjut dan jangka panjang. 2) Dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi memainkan peranan penting sebagai tim resusitasi dan dalam melatih dokter, perawat dan paramedis. 3) Standar internasional serta pedoman praktis untuk resusitasi jantung paru mengikuti American Heart Association (AHA) dan/atau European Resuscitation Council.
4) Semua Upaya resusitasi harus dimasukkan ke dalam audit yang berkelanjutan. 15. Pelayanan Anestesi Rawat Jalan Pelayanan anestesi rawat jalan diberikan pada pasien yang menjalani tindakan pembedahan sehari untuk prosedur singkat dan pembedahan minimal serta tidak menjalani rawat inap. Pasien dengan status fisik ASA 1 dan ASA 2 yang terkendali sesuai dengan penilaian dokter spesialis anestesiologi dan disiapkan dari rumah 16. Pelayanan Anestesi Regional 1) Pelayanan anestesi regional adalah tindakan pemberian anestesi untuk memblok saraf sehingga tercapai anestesi di lokasi pembedahan sesuai dengan yang diharapkan. 2) Anestesi regional dilakukan oleh dokter spesialis anestesi yang kompeten di tempat yang tersedia sarana dan perlengkapan untuk tindakan anestesi umum sehingga bila diperlukan dapat dilanjutkan atau digabungkan dengan anestesi umum. 3) Sumber gas oksigen diutamakan dari sumber gas oksigen sentral agar tersedia oksigen dalam jumlah yang cukup untuk operasi yang lama atau bila dilanjutkan dengan anestesi umum. 4) Anestes regional dilakukan oleh dokter spesialis anestesiologi dan dapat dirumat oleh dokter atau perawat anestesi atau perawat yang telah mendapat pelatihan anestesi di bawah supervisi dokter spesialis anestesi yang bertanggung jawab. 5) Pemantauan status fisiologis selama tindakan anestesi regional dilakukan sesuai standar monitoring anestesi dan didokumentasikan dalam rekam medis anestesi. 6) Analgesia regional dapat dilanjutkan untuk penanggulangan nyeri pasca bedah atau nyeri kronik. 7) Pemantauan di luar tindakan pembedahan/ di luar kamar bedah dapat dilakukan oleh dokter atau perawat anestesi atau perawat yang telah mendapat pelatihan anestesi di bawah supervisi dokter spesialis anestesiologi.
17. Pelayanan Nyeri (Akut dan Kronis) Pelayanan nyeri adalah pelayanan penanggulangan nyeri (rasa tidak nyaman yang berlangsung dalam periode tertentu) baik akut maupun kronik. Pada nyeri akut, rasa nyeri timbul secara tiba-tiba dan terjadi akibat pembedahan, trauma, persalinan dan umumnya dapat diobati. Pada nyeri kronik, nyeri berlangsung menetap dalam waktu tertentu dan seringkali tidak responsif terhadap pengobatan. Kelompok pasien yang memiliki perhatian khusus terhadapnyeri adalah anak-anak, pasien obstetrik, pasien usia lanjut, pasien dengan gangguan kognitif dan sensorik, pasien yang memiliki nyeri kronis, pasien yang memiliki risiko menderita nyeri kronis, pasien dengan kanker atau HIV/AIDS dan pasien dengan ketergantungan pada opioid atau obat lainnya. Pelayanan pada tatalaksana nyeri akut dan kronis di RS.IMC BINTARO mengacu pada panduan manajemen nyeri rumah sakit.
17. Pengelolaan Akhir Kehidupan 1) Pengelolaan akhir kehidupan meliputi penghentian bantuan hidup (withdrawing life ) dan penundaan bantuan hidup (withholding life ). 2) Keputusan withdrawing/withholding dilakukan pada pasien yang dirawat di ruang rawat intensif (ICU/HCU). Keputusan penghentian atau penundaan bantuan hidup adalah keputusan medis dan etis. Keputusan diambil oleh minimal 3 (tiga) orang dokter, spesialis anestesi dan 2 (dua) orang dokter lain yang memiliki kompetensi, 3) Prosedur
pemberian
atau
penghentian
bantuan
hidup
ditetapkan
berdasarkan klasifikasi setiap pasien di ICU atau HCU, yaitu : a. Bantuan total dilakukan pada pasien sakit atau cedera kritis yang diharapkan tetap dapat hidup tanpa kegagalan otak berat yang menetap. Walaupun sistem organ vital berpengaruh, tetapi kerusakannya masig reversibel. Semua usaha yang memungkinkan harus dilakukan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas.
b. Semua bantuan kecuali RJP (DNAR Do Not Attemp Rescucitation), dilakukan pada pasien- pasien dengan fungsi otak yang tetap ada atau dengan harapan pemulihan otak, tetapi mengalami kegagalan jantung, paru atau organ lain, atau dalam tingkat akhir penyakit yang tidak dapat disembuhkan c. .Tidak dilakukan tindakan-tindakan luar biasa, pada pasien-pasien yang jika diterapi hanya memperlambat waktu kematian dan bukan memperpanjang
kehidupan.
Untuk
pasien
ini
dapat
dilakukan
penghentian atau penundaan bantuan hidup. Pasien yang masih sadar tapi tanpa harapan, hanya dilakukan tindakan terapetik/paliatif agar pasien merasa nyaman dan bebas nyeri. d. Semua bantuan hidup dihentikan pada pasien dengan kerusakan fungsi batang otak yang ireversibel. Setelah kriteria mati batang otak (MBO) yang ada terpenuhi, pasien ditentukan meninggal dan dinyatakan MBO serta semua terapi dihentikan. Jika dipertimbangkan donasi organ, bantuang jantung paru pasien diteruskan sampai organ yang diperlukan telah diambil. Keputusan penentuan MBO dilakuan oleh tiga dokter yaitu dokter spesialis anestesiologi, dokter spesialis saraf dan satu dokter lain yang berkompeten.
18. Pelayanan Anestesi Di Luar Kamar Bedah Pelayanan anestesi di luar kamar bedah di RS.IMC BINTARO dilakukan antara lain : di Instalasi Gawat Darurat, ICU, Kamar Bersalin, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, dan Ruang Radiologi. Pelayanan anestesi di seluruh lingkup baik RS.IMC BINTARO yang di dalam kamar bedah maupun di luar kamar bedah dilakukan seragam sesuai dengan standar prosedur yang ada.
Ditetapkan di: Tangerang Selatan Pada tanggal : 12, Oktober 2017 Direktur RS.Imc Bintaro
dr. Vebry Haryati Lubis,MARS