Konsep Dasar Kepariwisataan By : Jainur Santoso 1. Definisi Pariwisata Kata pariwisata bukan asli bahasa Indonesia, akan tetapi berasal dari bahasa Sanskerta. Berdasarkan asal katanya pariwisata terdiri atas 2 kata dasar yaitu Pari dan Wisata. Menurut Abdurrachmat dan E. Maryani (1998 : 71-71) di katakan bahwa “Pari” berarti banyak, penuh, atau berputar-putar, dan “wisata” artinya perjalanan, jadi menurut pengertian berdasarkan arti katanya pariwisata adalah “perjalanan dari satu tempat ke tempat lain”. Selain pengertian di atas, menurut ahli pariwisata Oka A Yoeti (1990) pengertian pariwisata dapat diartikan sebagai “suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya memenuhi keinginan yang beragam”. Menurut ahli-ahli lainnya pengertian pariwisata dalam Idris Abdurrachmat dan E Maryani (1998 : 73-73) adalah sebagai berikut : a.
Mc Intosh dan Goelder : Pariwisata adalah ilmu atau seni dan bisnis yang dapat menarik dan menghimpun pengunjung, termasuk di dalamnya berbagai akomodasi dan katering yang dibutuhkan dan diminati oleh pengunjung.
b.
James J. Spillane : Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain bersifat sementara, dilakukan perorangan ataupun kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan, keserasian dalam dimensi sosial budaya alam dan ilmu.
c.
Gluckman : Keseluruhan hubungan antara manusia yang hanya berada sementara waktu dalam suatu tempat dengan manusia yang tinggal di tempat itu.
d.
Undang-undang RI no. 9 tahun 1990 : Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait. Sedangkan wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.
Peraturan Pemerintah (PP) No. 67 Tahun 1996 Tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan telah mengatur definisi dasar dari kepariwisataan sebagai berikut : a.
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.
b.
Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
c.
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.
d.
Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.
e.
Usaha Pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata, menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.
f.
Objek dan Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Berdasarkan uraian di atas, pariwisata merupakan suatu aktivitas dengan tujuan hanya untuk bersenang-senang dengan menikmati objek-objek wisata, karena itu pengembangan bidang wisata harus mampu memberikan kesenangan bagi wisatawan.
Istilah lain yang hampir senada pengertiannya dengan pariwisata adalah rekreasi. Rekreasi mengandung arti aktivitas yang dilakukan pada waktu luang, bisa juga mengadakan suatu perjalanan yang bertujuan untuk refresing yang dilakukan tidak jauh dari tempat tinggal yang direncanakan atau diorganisir secara sendiri atau bersama-sama.
2. Bentuk Pariwisata Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai pariwisata maka perlu mengetahui tentang bentuk-bentuk dari pariwisata. Menurut Nyoman S. Pendit (2002:37-38) pariwisata menurut bentuknya terbagi ke dalam kelompok- kelompok sebagai berikut : a.
Menurut asal wisatawan : Jika wisatawan tersebut berasal dari luar negeri maka disebut pariwisata internasional sedangkan jika berasal dari dalam negeri berarti merupakan pariwisata domestik.
b.
Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran : Kedatangan wisatawan luar dari luar negeri yang membawa mata uang asing berarti membawa dampak positif terhadap neraca perdagangan luar negeri, pemasukan ini memberikan dampak positif terhadap pembayaran luar negeri disebut pariwisata aktif. Kepergian wisatawan ke luar negeri berarti membawa dampak negatif bagi neraca perdagangan luar negeri dan disebut pariwisata pasif
c.
Menurut jangka waktu : Lama waktu wisatawan yang tinggal di suatu tempat digolongkan ke dalam pariwisata jangka panjang dan jangka pendek, yang mana bergantung kepada ketentuanketentuan yang diberlakukan oleh suatu negara untuk mengukur pendek atau panjangnya waktu yang dimaksudkan.
d.
Menurut jumlah wisatawan : Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlah wisatawan yang datang, apakah wisatawan tersebut datang sendiri atau rombongan. Maka timbullah istilah- istilah pariwisata tunggal atau pariwisata golongan.
e.
Menurut alat angkut yang dipergunakan : Dibagi ke dalam pariwisata laut, udara, kereta api dan mobil, tergantung kepada alat transportasi yang digunakan oleh wisatawan.
3. Jenis Pariwisata Jenis pariwisata dapat digunakan sebagai acuan untuk mengenali jenis kegiatan pariwisata yang telah dan dapat dilakukan setelah menilai potensi-potensi kepariwisataan yang ada untuk menyusun statistik atau data-data penelitian dan peninjauan yang lebih akurat dalam bidang ini. Menurut Nyoman S. Pendit (2003 :37-43) pariwisata dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok sebagai berikut : a.
Wisata budaya : Ini dimaksudkan agar perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka.
b.
Wisata kesehatan : Perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan tersebut untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani, dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas yang dapat menyembuhkan, tempat yang mempunyai iklim udara menyehatkan atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas kesehatan lainnya.
c.
Wisata Olahraga :Ini dimaksudkan wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolah raga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau negara seperti Olimpiade, Asean Games, Thomas Cup, dll.
d.
Wisata Komersial:Dalam jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri, pameran dagang dan sebagainya.
e.
Wisata Industri:Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang awam ke dalam suatu kompleks atau daerah perindustrian di mana terdapat pabrik atau bengkel besar dengan tujuan untuk mengadakan peninjauan dan penelitian.
f.
Wisata Politik: Perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian secara aktif dalam peristiwa kegiatan politik seperti misalnya kegiatan ulang tahun negara, penobatan Ratu Inggris, dan sebagainya di mana fasilitas akomodasi, sarana angkutan dan atraksi aneka warna diadakan secara megah dan meriah bagi pengunjung, baik dalam maupun luar negeri.
g.
Wisata Konvensi:Terkait dengan wisata politik hanya saja objek wisata disini adalah kegiatan konvensi dengan segala fasilitas yang disediakan.
h.
Wisata Sosial : Pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberikan kesempatan kepada golongan ekonomi lemah (atau dengan kata lain tidak mampu untuk membayar sesuatu yang bersifat lux, untuk mengadakan perjalanan.
i.
Wisata Pertanian : Pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya.
j.
Wisata Maritim (Marina) atau Bahari : Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan olahraga air, lebih-lebih di danau, begawan, pantai, teluk, sungai, atau laut lepas.
k.
Wisata cagar alam : : wisata ini banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang dan marga satwa yang langka serta tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di tempat lain.
l.
Wisata Buru: Jenis wisata ini banyak dilakukan di negerinegeri yang memiliki daerah atau hutan berburu yang dibenarkan oleh pemerintah,
m.
Wisata Pilgrim : Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan atau kelompok dalam masyarakat.
n.
Wisata Bulan Madu : Penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan pengantin baru, yang sedang berbulan madu.
o.
Wisata Petualangan : Dikenal dengan istilah Adventure Tourism, seperti masuk hutan belantara yang tadinya belum pernah dijelajahi (off beaten track), penuh binatang buas, mendaki tebing teramat terjal, masuk goa penuh misteri dll.
4. Objek dan Daya Tarik Wisata Sebagai upaya untuk lebih mempertajam pengkajian tentang permasalahan yang akan dibahas maka diperlukan suatu acuan untuk mengenali Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) yang terdapat di lapangan. Menurut Undang-undang Kepariwisataan, No. 9 Tahun 1990 menyebutkan bahwa Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) dapat digolongkan ke dalam 2 golongan di antaranya sebagai berikut : a.
objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna.
b.
objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan tempat hiburan.
Adapun objek daya tarik wisata berdasarkan undang-undang tersebut yang akan penulis teliti adalah tergolong kepada objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud peninggalan sejarah.
5. Sarana Kepariwisataan Menurut A. Yoeti (1990:184) sarana kepariwisataan adalah: “perusahaan
yang memberikan pelayanan pada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya banyak bergantung kepada kedatangan wisatawan”. Macam-macam sarana kepariwisataan adalah:
•
Sarana pokok, yaitu perusahaan-perusahaan yang sangat tergantung pada lalu lintas wisatawan. Fungsinya adalah menyediakan fasilitas pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatangan para wisatawan.
•
Sarana pelengkap yaitu fasilitas yang dapat melengkapi sarana pokok sedemikian rupa sehingga fungsinya dapat membuat para wisatawan lebih lama tinggal di tempat itu,misalnya fasilitas olahraga.
•
Sarana penunjang yaitu fasilitas yang diperlukan para wisatawan yang berfungsi tidak hanya melengkapi sarana pokok dan sarana pelengkap tetapi yang lebih penting adalah agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat itu, misalnya night club, casino dan lainnya.
Selain itu dalam pembangunan dan pengembangan sektor wisata, profesionalisme pengelolaan merupakan aspek yang penting, terutama dalam memberikan kemudahan-kemudahan dalam pelayanan para wisatawan. Yang tidak kalah penting, adanya partisipasi masyarakat khususnya masyarakat di sekitar objek wisata. Secara langsung maupun tidak langsung masyarakat mempunyai peran penting dalam pengembangan wisata, misalnya berupa pementasan seni, kerajinan dan cinderamata atau suvenir, juga keramahan, keamanan dan kebersihan lingkungan.
6. Potensi Alam dan Budaya Sebagai Objek Kepariwisataan Potensi sumberdaya geografis yang menjadi obyek wisata antara lain: • Keadaan alam: iklim, landform, hidrologi, land use, flora dan fauna. • Kehidupan masyarakat: Suku Dayak, suku Toraja, dll. • Hasil ciptaan manusia: peninggalan sejarah seperti candi, monumen,
benda-benda hasil tingkat budaya seperti: museum, hand craft, dll. Suatu objek wisata dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan apabila memenuhi syarat-syarat tertentu. Menurut Oka A. Yoeti (1990:164-167) syarat-syarat tersebut adalah: • Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai “Something tosee” artinya di tempat tersebut harus ada objek wisata dan atraksi wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki daerah lainnya, dengan kata lain daerah itu harus mempunyai daya tarik yang khusus sehingga dapat dilihat dan dinikmati oleh wisatawan yang berkunjung ke tempat tersebut. • Daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut “Something to do” artinya selain yang banyak dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat mereka betah tinggal lebih lama di tempat itu. • Daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “Something to buy” artinya di tempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja terutama barang-barang suvenir dan kerajinan rakyat Sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-masing. Sementara itu Soekadji (1996:50) mengemukakan tiga modal potensi kepariwisataan yaitu : a. Modal dan potensi alam, yang dimaksud dengan alam di sini adalah alam fisik, fauna dan floranya. Meskipun sebagai atraksi wisata ketiga-tiganya selalu berperan secara bersama-sama akan tetapi ada salah satu yang menonjol peranannya. b.
Modal dan potensi Kebudayaan. Kebudayaan di sini adalah kebudayaan dalam arti yang luas, tidak hanya meliputi kebudayaan tinggi seperti Kesenian atau peri kehidupan keraton dan sebagainya, akan tetapi juga adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah suatu masyarakat. Pada pokoknya semua art dan artifact (tingkah laku dan hasil karya) suatu masyarakat dan tidak hanya kebudayaan yang masih hidup, akan tetapi juga kebudayaan yang berupa peninggalan-peninggalan atau tempat-tempat bersejarah.
c.
Modal dan potensi Manusia. Manusia dapat menjadi atraksi wisata dan menarik kedatangan wisatawan itu bukan merupakan hal yang luar biasa, meskipun gagasannya akan membuat orang heran. Akan tetapi manusia sebagai atraksi wisata tidak boleh kedudukannya begitu direndahkan sehingga kehilangan martabatnya sebagai manusia.