Kemampuan Kognitif (Cognitive Ability) Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba membahas mengenai variabel kemampuan kognitif, definisi sampai indikator. Semoga berguna^^
Konsep-Konsep Kemampuan Kognitif Latar Belakang Kemampuan kognitif atau “Cognitive Ability” adalah sebuah variabel yang memiliki pengaruh juga dalam Perilaku Organisasi atau “Organizational Behavior” atau yang biasa kita sebut dengan OB. Dalam OB, kemampuan kognitif merupakan salah satu variabel atau faktor yang mempengaruhi hal-hal seperti kinerja, motivasi, komitmen kerja, dan lain-lain. Pada kesempatan ini penulis ingin mengungkap dan membahas mengenai variabel kemampuan kognitif ditinjau dari pandangan dan pendapat para ahli yang akhirnya penulis akan merangkum dan mencoba menyimpulkan mengenai indikator apa saja yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan kognitif seseorang yang memiliki pengaruh dalam OB tersebut.
Konsep dan definisi kemampuan kognitif Schermerhorn dkk mengatakan dalam bukunya yang berjudul Organizational Behavior bahwa “Cognitive ability, intelligence, social intelligence: Ability to gather, integrate, and interpret information; intelligence, understanding of social setting”[1] Menurut Schermerhorn kemampuan kognitif, intelejensia, dan intelejensia sosial adalah kemampuan untuk mengumpulkan, menyatukan, dan mengintepretasikan informasi, dan pengertian kepada lingkup sosial. Dari definisi tersebut dapat kita simpulkan bahwa schermerhorn berpendapat bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan seseorang dalam hal mengumpulkan atau memperolah sebuah informasi. Lalu bagaimana orang tersebut menyatukan informasi itu dalam pemahamannya, setelah itu bagaimana orang tersebut mengintepretasikan atau mentransfer informasi tersebut kepada orang lain.
Sementara itu Hunter dalam Murphy memiliki definisi tentang kemampuan kognitif sebaagai berikut: “General cognitive ability has been empirically related to performance on hundred of jobs.”[2] Menurut Hunter dalam Murphy adalah bahwa kemampuan kognitif sangat berhubungan secara empirik dengan performa seseorang dalam mengerjakan banyak pekerjaan. Lebih lanjut Murphy mengatakan bahwa: “In this article, the term ability refers to general factor that is associated with performance on all (or essentially all) tests that involve the active processing of information”[3] Dalam penjelasannya tersebut Murphy mengatakan bahwa kemampuan mengacu pada faktor-faktor umum yang berkaitan dengan performa keseluruhan atau bisa dibilang keseluruhan tes yang berkaitan dengan bagaimana seseorang memproses sebuah informasi. Dari seluruh penjelasan Murphy dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan seseorang dalam memproses satu atau lebih informasi, dimana proses dalam hal ini menyangkut juga mengenai pemahaman orang tersebut tehadap informasi yang dia dapatkan. Sementara itu Ian Pownal menghubungkan kemampuan kognitif dengan pengambilan keputusan seorang pemimpin. Ian Pownall mengatakan bahwa salah satu hal penting bagi seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan adalah kemampuan kognitif pemimpin itu dimana Ian Pownall mengatakan: “A cognitive ability to identify key information from within the problem domain.”[4] Ian Pownall menekankan bahwa kemampuan kognitif intuk mengidentifikasi informasi-informasi kunci dari sebuah permasalahan adalah hal yang sangat penting untuk sebuah pengambilan keputusan bagi seorang manajer. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa Ian juga menganggap kemampuan kognitif sangat berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam menyaring dan mendapatkan informasi kunci dari sebuah kejadian. Sementara itu Seck Hong Che mengatakan suatu hal yang berbeda mengenai kemampuan yakni: “Ability is one’s performance potential”[5] Seck mengatakan bahwa kemampuan itu adalah potensi kinerja seseorang. Dapat dikatakan bahwa kemampuan itu adalah bagaimana seseorang dapat melakukan suatu pekerjaan.
Carrol dalam “Study”nya mengenai kemampuan kognitif mendefinisikan kata kemampuan atau “ability” sebagai berikut: “It is a term that refers only to variations in individuals’ potentials for present performance on a define class of tasks.”[6] Kata “it” disini mengacu pada kata “ability” yang ia bahas pada kalimat sebelumnya. Carrol mengatakan bahwa kemampuan adalah mengacu pada variasi potensi pada individu dalam kinerjanya untuk suatu pekerjaan atau tugas yang tertentu. Carrol juga mengungkapkan dari definisinya di atas secara tidak langsung bahwa kemampuan kognitif berarti adalah kemampuan seseorang pada suatu pekerjaan atau tugas yang bersifat kognitif (cognitive tasks). Dia lalu mengatakan juga bahwa contohnya adalah Elementary Cognitive Task (ECT), dimana Carrol mengatakan mengenai ECT sebagai berikut : “ECT is any one of possibly very large number of tasks in which a person undertakes, or is assigned...”[7] ECT adalah satu dari segala kemungkinan dari banyaknya pekerjaan atau tugas yang di lakukan oleh seseorang. Dengan demikian Carrol mengungkapkan bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang bersifat kognitif. Sintesa dan Indikator Dari berbagai konsep di atas maka penulis menyimpulkan bahwa kemampuan kognitif adalah kebisaan seseorang dalam melakukan berbagai macam tugas yang dibebankan pada khususnya mengenai pengumpulan informasi, pengintepretasian informasi, dan bagaimana transfer informasi tersebut kepada orang lain. Kemampuan kognitif menjadi sangat penting dalam hal pemecahan masalah, karna dalam pemecahan masalah tersebut maka seseorang yang kemampuan kognitifnya baik, dia akan dengan cepat menemukan inti masalah itu dan mengintepretasikan serta mencari jalan keluarnya. Dengan demikian maka indikator yang dapat dibuat dari berbagai teori tersebut untuk mengukur kemampuan kognitif seseorang adalah sebagai berikut: 1. cara dan trik seseorang dalam mendapatkan dan mengumpulkan informasi yang benar-benar penting.
2. cara seseorang dalam mengintepretasikan atau memproses informasi tersebut agar manjadi berguna dalam pemecahan masalah 3. Bagaimana seseorang mentransfer informasi yang sudah diintepretasikan tersebut kepada orang lain agar bisa menemukan pemecahan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
-
John R. Schermerhorn Jr. Dkk, Organizational Behavior, USA, Atpala, Inc, 2007
-
Kevin R. Murphy, Is relationship between cognitive ability and job performancestable over time?,colorado state university, Lawrence Elbraum Associates, inc, 1999
-
Ian Pownall, Effective Management Decision Making, Ian Pownall & ventus Publishing ApS, 2012
-
Seck Hong Che, performance as a function of ability, motivation and emotion, singapore, university of singapore, 1968
-
John B. Carrol, Human cognitive ability:a survey factor of analytic studies, university of north carolina, cambridge university press, 1993
[1] John R. Schermerhorn Jr. Dkk, Organizational Behavior, USA, Atpala, Inc, 2007; h.307 [2] Kevin R. Murphy, Is relationship between cognitive ability and job performancestable over
time?,colorado state university, Lawrence Elbraum Associates, inc, 1999;h.185 [3] Ibid, H. 184 [4] Ian Pownall, Effective Management Decision Making, Ian Pownall & ventus Publishing ApS, 2012;h.207 [5] Seck Hong Che, performance as a function of ability, motivation and emotion, singapore, university of singapore, 1968;h.10 [6] John B. Carrol, Human cognitive ability:a survey factor of analytic studies, university of north carolina, cambridge university press, 1993;h.16 [7] Ibid, h.11
Definisi penguasaan konsep Konsep adalah suatu satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama Winkel (1991). Sementara Dahar (1989) mendefinisikan konsep sebagai batu-batu landasan berpikir, yang diperoleh melalui fakta-fakta dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Wollfold & Nicolish (2004) dalam Juliana (2009) mendefinisikan konsep sebagai kategori yang digunakan untuk mengelompokkan peristiwa, ide, atau obyek yang serupa atau merupakan abstraksi, kreasi pikiran untuk mengorganisasi pengalaman Adapun yang dimaksud dengan penguasaan konsep menurut Winkel (1991) adalah pemahaman dengan menggunakan konsep, kaidah dan prinsip. Dahar (2003) mendefinisikan penguasaan konsep sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan definisi penguasaan konsep yang lebih komprehensif dikemukakan oleh Bloom (dalam Rustaman et al., 2005) yaitu kemampuan menangkap pengertianpengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya. Lebih lanjut, Wollfold & Nicolish (2004) dalam Juliana (2009) mengemukakan bahwa penguasaan konsep adalah kemampuan siswa yang bukan hanya sekedar memahami, tetapi juga dapat menerapkan konsep yang diberikan dalam memecahkan suatu permasalahan, bahkan untuk memahami konsep yang baru. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami makna pembelajaran dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran, penguasaan konsep sangatlah penting. Dengan penguasaan konsep menurut Winkel (1991) dan Anderson dalam Rustaman (2005) siswa dapat meningkatkan kemahiran intelektualnya dan membantu dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya serta menimbulkan pembelajaran bermakna.
Menurut Winkel (1991) penguasaan konsep dapat diperoleh melalui: benda-benda, gambar-gambar dan penjelasan verbal serta menuntut kemampuan untuk menemukan ciri-ciri yang sama pada sejumlah obyek. Penguasaan konsep diperoleh dari proses belajar. Ausubel (Dahar, 1989) mengemukakan bahwa konsep dapat diperoleh melalui formasi konsep (concept formation) dan asimilasi konsep (concept assimilation). Formasi konsep erat kaitannya dengan perolehan pengetahuan melalui proses induktif. Dalam proses induktif anak dilibatkan belajar penemuan (discovery learning). Belajar melalui penemuan akan membuat apa yang dipelajari siswa bertahan lebih lama dibandingkan dengan belajar cara hafalan. Sedangkan perolehan konsep melalui asimilasi erat kaitannya dengan proses deduktif. Dalam proses deduktif, siswa memperoleh konsep dengan cara menghubungkan atribut konsep yang sudah dimilikinya dengan gagasan yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitifnya. Indikator penguasaan konsep menurut Sumaya(2004) yaitu seseorang dapat dikatakan menguasai konsep jika orang tersebut benar-benar memahami konsep yang dipelajarinya sehingga mampu menjelaskan dengan menggunakan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi tidak mengubah makna yang ada di dalamnya. Sedangkan, Winkel (1991) mengatakan adanya skema konseptual yaitu suatu keseluruhan kognitif, yang mencakup semua ciri khas yang terkandung dalam suatu pengertian. Indikator yang lebih komprehensif dikemukakan oleh Bloom dalam (Rustaman et al., 2005) sebagai berikut: Mengingat (C1) yakni kemampuan menarik kembali informasi yang tersimpan; Memahami (C2) yakni kemampuan mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki; Mengaplikasikan (C3) yakni kemampuan menggunakan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas; Menganalisis (C4) yakni kemampuan menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana keterkaitan antar unsur-unsur tersebut; Mengevaluasi (C5) yakni kemampuan membuat suatu pertimbangan berdasarkan criteria dan standar yang ada serta; Membuat (C6) yakni kemampuan menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan.
PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENGUASAAN KONSEP Browse » Home » Label: PENDIDIKAN » Perbedaan Pemahaman Konsep dan Penguasaan konsep
Dalam dunia pendidikan kita sering mendengar istilah “pemahaman konsep” dan “penguasaan konsep”. Apakah kedua “mahluk” tersebut berbeda atau sama? Mari kita kaji istilah-istilah tersebut menurut para ahli.
Pemahaman konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata paham sebagai asal kata dari pemahaman diartikan sebagai mengerti benar atau tahu benar. Jadi, pemahaman dapat diartikan sebagai proses, perbuatan, cara untuk mengerti benar atau mengetahui benar. Seseorang dapat dikatakan paham mengenai sesuatu apabila orang tersebut sudah mengerti benar mengenai hal tersebut.
Menurut Sudjana yang dimaksud dengan pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti dari konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini, siswa tidak hanya menghafal secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari konsep atau masalah.
Dalam upaya untuk mengoptimalisasi pemahaman konsep pada siswa adalah siswa harus berani mengungkapkan pendapatnya tentang materi yang disampaikan guru atau temannya. Ada tujuh ciri pemahaman konsep yaitu sebagai berikut. Menyatakan ulang sebuah konsep 2. Mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu atau sesuai dengan konsepnya 3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep 4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis 5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep 1.
Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu 7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah 6.
Dalam taksonomi ranah kognitif Bloom pemahaman dibagi menjadi tiga aspek yaitu translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi. Translasi (kemampuan menerjemahkan), yaitu kemampuan untuk mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa perubahan makna. Simbol berupa kata-kata (verbal) diubah menjadi gambar atau bagan atau grafik. Kalau simbol ini berupa kata-kata atau kalimat tertentu, maka dapat diubah menjadi kata-kata atau kalimat lain. Pengalihan konsep yang dirumuskan dari kata-kata ke dalam grafik dapat dimasukkan dalam kategori menerjemahkan. 2. Interpretasi (kemampuan menafsirkan), yaitu kemampuan untuk menjelaskan makna yang terdapat di dalam simbol, baik simbol verbal maupun yang nonverbal. Kemampuan untuk menjelaskan konsep, atau prinsip atau teori tertentu termasuk dalam kategori ini. Seseorang dapat menginterpretasikan sesuatu konsep atau prinsip jika ia dapat menjelaskan secara rinci makna atau arti suatu konsep atau prinsip, atau dapat membandingkan, membedakan, atau mempertentangkannya dengan sesuatu yang lain. 3. Ekstrapolasi (kemampuan meramalkan), yaitu kemampuan untuk melihat kecenderungan atau arah atau kelanjutan dari suatu temuan. Kemampuan pemahaman jenis ini menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi, misalnya membuat telahan tentang kemungkinan apa yang akan berlaku. 1.
Penguasaan Konsep Adapun yang dimaksud dengan penguasaan konsep menurut Dahar (2003), mendefinisikan penguasaan konsep sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan definisi penguasaan konsep menurut Bloom yaitu kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam
bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami makna pembelajaran dan mampu menerapkan dalam memecahkan masalah di kehidupan sehari-hari.
Jadi berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan dari pemahaman konsep dan penguasaan konsep adalah terletak pada penerapan dari konsep tersebut. Kalau pemahaman konsep siswa hanya mampu memahami konsep tersebut tetapi tidak mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kalau penguasaan konsep siswa mampu mengaplikasikan konsep tersebut dalam memcahkan masalah kehidupan sehari-hari. Seseorang yang menguasai konsep pasti memahami konsep tersebut, tetapi seseorang yang memahami konsep belum tentu menguasai konsep tersebut. Jadi penguasaan konsep lebih tinggi tingkatannya daripada sekedar memahami konsep. Penguasaan konsep memerlukan pemikiran tingkat tinggi dibandingkan dengan pemahaman konsep.
Definisi Kognitif, Afektif, dan Psikomotor DEFINISI KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK 1. Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu: 1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge) 2. Pemahaman (comprehension) 3. Penerapan (application) 4. Analisis (analysis) 5. Sintesis (syntesis) 6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. 2. Afektif Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: 1. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan) 2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif” 3. Valuing (menilai atau menghargai) 4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan) 5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau
komplek nilai) 3. Psikomotorik Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
Pengertian kemampuan kognitif
Depdiknas (2007:3), kemampuan kognitif merupakan salah satu dari bidang pengembangan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Pengembangan kemampuan kognitif bertujuan agar anak mampu megolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macam alternative pemecahan masalah, pengembangan kemampuan logika matematika, pengetahuan ruang dan waktu, kemampuan memilah dan mengelompokkan, dan persiapan pengembangan kemampuan berpikir teliti.
Pengertian Kemampuan Kognitif oleh: sehatjaya
Summar y rating: 3 stars
Pengarang : nur afifa
(9 Tinjauan)
Kunjungan : 2877 kata:300
Kemampuan adalah kesanggupan, kebolehan atau kecakapan untukmelakukan atau mengerjakan sesuatu. Sedangkan dalam Kamus IlmiahPopuler, kognitif adalah berfikir dan mengerti, bersifat pengetahuan. 1 Dalamhal ini adalah kemampuan kognitif siswa dalam pelajaran Pendidikan AgamaIslam. Siswa merupakan salah satu unsur dalam proses belajar mengajar dansekaligus sebagai obyek dari tujuan pengajaran. Agar pengajaran PendidikanAgama Islam di sekolah berhasil dan berlansung secara efisien, makakemampuan kognitif atau kesiapan mental siswa perlu terus di latih.Istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayahpsikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungandengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,kesengajaan dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini jugaberhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertaliandengan ranah rasa. Jadi kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitandengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap orang memilikipersepsi tentang pengamatan atau penyerapan suatu obyek. Berarti menguasaisesuatu yang diketahui, dalam arti pada dirinya terbentuk suatu persepsi, danpengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk menjadi miliknya.Setiap saat bila diperlukan, pengetahuan yang dimilikinya itu dapatdireproduksi. Banyak atau sedikit, tepat atau kurang tepat pengetahuan itudapat dimiliki dan dapat diproduksi kembali dan ini merupakan tingkatkemampuan kognitif seseorang.Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar.Sebagaimana kita ketahui bahwa hasil belajar merupakan perpaduan antarafaktor pembawaan dan pengaruh lingkungan (faktor dasar dan ajar).2 Faktordasar yang berpengaruh dalam bentuk lingkungan alamiah dan lingkunganyang dibuat. Proses belajar mengajar adalah upaya menciptakan lingkunganyang bernilai positif, diatur dan direncanakan untuk mengembangkan faktordasar yang telah dimiliki oleh anak. Tingkat kemampuan kognitif tergambarpada hasil belajar
yang diukur dengan tes hasil belajar pada pelajaranPendidikan Agama Islam. Tes hasil belajar menghasikan nilai kemampuankognitif yang bervariasi. Variasi nilai tersebut menggambarkan perbedaankemampuan kognitif tiap-tiap individu. Dengan demikian pengukuran kemampuan kognitif dapat dilakukan dengan tes kemampuan belajar atau teshasil belajar pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Diterbitkan di: 09 Juli, 2011
Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2184204-pengertian-kemampuan-kognitif/#ixzz2h2rWcml5