Jurnal Dr Novita Spa 5l3d4e

Latar belakang • Infeksi HSV dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada neonatus (umur kurang dari 29 hari) dan terjadi pada 0,2% sampai 0,5% neonatus yang menjalani evaluasi penyakit bakteri serius di bagian emergensi.

Klasifikasi penyakit • Disseminata • Sistem saraf pusat • Kulit, mata, mulut

Penampilan klinis dari infeksi HSV neonatal • Gejala klinis yang paling spesifik dari infeksi HSV adalah adanya lesi vesicular. • Gejala lainnya adalah: – Temperatur tidak stabil – Iritabilitas – Letargi – Kejang – Distres pernapasan

Penampilan klinis dari infeksi HSV neonatal • Tidak spesifik pada neonatal, sehingga diagnosis cepat sulit dilakukan • Presentasi klinis infeksi HSV pada neonatus tergantung dari tipe dan durasi penyakitnya (tabel 1) • Riwayat sebelumnya juga tidak spesifik (demam maternal, kelahiran vaginal, dan kelahiran preterm) dan tidak sensitive (riwayat ibu terinfeksi HSV) untuk identifikasi HSV pada neonatal

disseminata • “The American Academy of Pediatric (AAP) Commite on Infectious Disease” menyatakan bahwa infeksi disseminata harus dipertimbangkan apabila pada naonatus terdapat: – Sindrom sepsis – Hasil kultur bakteri negatif – Disfungsi hati yang berat

Temuan laboratorium • Trombositopenia • Peningkatan enzim hati • Dan pleositosis cairan serebrospinal

Mitos-mitos • HSV neonatus tidak mungkin terdapat pada ibu yang tidak memiliki riwayat infeksi HSV (X). Ternyata HSV primer pada ibu hamil dapat memiliki bentuk yang sangat tidak spesifik, seperti demam, flu-like illness, dan tidak adanya lesi vesikular. • HSV neonatus tidak mungkin tidak memiliki lesi vesikular (X). Ternyata lesi vesikular HSV neonatus hanya 10-30% muncul saat evaluasi medis awal. • HSV neonatus tidak mungkin tidak memiliki CSS yang tidak berdarah (X). Infeksi HSV dapat menyebabkan ensefalitis hemoragic, tapi hanya pada tipe CNS yang parah sekali, dan CSS yang berdarah bukan merupakan tanda yang tipikal pada HSV neonatus dengan ensefalitis.

Diagnosis & evaluasi • Setiap neonatus dengan vesikel terisolasi harus melakukan pemeriksaan CSS dan darah untuk mengevaluasi adanya HSV CNS dan disseminata. • Pemeriksaan primer yang dilakukan adalah: viral culture dan deteksi HSV menggunakan polymerase chain reaction (PCR). • Viral kultur dapat diambil dari: kulit atau mata/konjungtiva (94% sensitif), mulut/orofaring (48% sensitif), dan CSS atau biopsi otak (40% sensitif). • PCR dapat dilakuakn pada darah dan CSS. Pemeriksaan ini lebih sensitif dan lebih spesitif dari culture darah. Namun sensitifitasnya dapat menjadi rendah jika dilakukan pada awal perjalanan penyakit. sensitifitas CSS PCR 75% - 76% jika dilakukan pada 7 hari pertama penyakit.

Pengobatan • AAP merekomendasikan pemberian acyclovir parenteral. Dosis yang direkomendasikan adalah 60 mg/kgBB/hari dengan 3 dosis terbagi, dan durasinya bergantung pada klasifikasi infeksi dan respon terhadap pengobatan (tabel 1). • Pemberiannya harus dilakukan sesegera mungkin dan karenanya diagnosis tidak boleh terlambat.

Tes HSV dan pengobatan empiris untuk neonatus yang menjalani evaluasi penyakit bakterial serius • Saat ini belum ada konsensus ataupun guidelines untuk pemberian acyclovir untuk neonatus yang menjalani evaluasi penyakit bakterial serius. • Walaupun terdapat bukti bahwa prevalensi meningitis bakterial sama dengan prevalensi infeksi HSV pada neonatus yang menjalani evaluasi penyakit bakterial serius. • Juga terdapat bukti yang mendukung untuk melakukan PCR HSV pada CSS dan memulai pemberian acyclovir pada neonatus dengan demam dengan CSS pleiositosis.