Jelaskan Hubungan Antara As 123p4r

Jelaskan hubungan antara viabilitas, vigor, dormansi dan kemunduran benih dalam penanganannya ! Jawab : a. Hubungan viabilitas, vigor dan kemunduran benih Kualitas benih yang baik tercapai pada saat benih masak fisiologis karena pada sat benih masak fisiologis, maka berat kering benih, viabilitas dan vigornya tertinggi. Setelah masak fisiologis kondisi cenderung menurun sampai pada akhirnya benih tersebut kehilangan daya viabilitas dan vigornya sehingga benih tersebut mati. Sebenarnya viabilitas dan vigor benih tidak selalu dapat dibedakan, karena pada dasrnya proses kehilangan vigor terjadi bersamaan dengan viabilitasnya tetapi pada tingkatan yang lebih rendah. Laju penurunan viabilitas dan vigor ini biasanya digambarkan dengan suatu kurva yang dikemukakan oleh J.F Harringtong

Kurva tersebut mula-mula menurun secara perlahan, lalu penurunannya berlangsung dengan cepat, kemudian diakhiri dengan kehilangan viabilitas yang terjadi secara perlahan. Laju penurunan vigor dan viabilitas benih tergantung pada beberapa faktor diantaranya faktor genetik dari spesies atau kultivar, kondisi benih serta kondisi penyimpanan (faktor lingkungan). Dalam hubungannya dengan kemunduran benih, maka terjadi hubungan timbal balik dengan viabilitas dan vigor benih. Hubungan antara terjadinya laju kemunduran pada benih dengan tingkat viabilitas serta vigor benih tidak dapat dipisahkan. Hal ini terjadi karena ketika benih memiliki viabilitas dan vigor awal yang tinggi, maka itu akan berpengaruh terhadap lama waktu akan terjadinya kemunduran pada benih. Benih tidak akan mudah mengalami kemunduran jika memang didukung oleh kondisi awal (viabilitas dan vigor) yang optimal serta kondisi lingkungan yang optimal pula. Sama pula halnya dengan hubungan antara kemunduran benih terhadap tingkat viabilitas dan vigor benih. Benih yang mengalami kemunduran yang cepat akan menyebabkan turunnya kualitas dan sifat benih jika dibandingkan saat benih tersebut mencapai masak fisiologisnya. Turunnya kualitas akan mengakibatkan viabilitas dan vigor benih menjadi rendah yang pada akhirnya akan mengakibatkan tanaman menjadi buruk. Hal ini dapat dilihat pada tanaman pada lahan yang memiliki variabilitas yang tinggi dan hasil panen yang menjadi jelek. b. Hubungan antara dormansi, viabilitas, vigor, dan kemunduran pada benih Ada beberapa faktor yang menyebabkan benih mengalami dormansi salah satunya adalah faktor internal kematangan embrio. Jika pada suatu benih embrionya tidak matang maka pada benih tertentu kemungkinan besar akan mengalami dormansi, selain itu tingkat viabilitas dan vigor dari benih tersebut menjadi menurun karena embrio yang tidak matang. Jika viabilitas dan vigor awal dari suatu benih sudah

rendah maka besar kemungkinan benih tersebut akan megalami kemunduran (deteriorasi) yang lebih cepat dibandingkan benih pada tingkat kematangan embrio yang sempurna serta viabiitas dan vigor yang bagus. Meskipun tidak selamanya benih yang mengalami dormansi tingkat viabilitas dan vigornya rendah, namun karena selama masa dorman tersebut aktivitas biokimia dan fisiologis tetap berjalan, maka benih yang sebenarnya pada awalnya memiliki viabilitas dan vigor yang tinggi lama kelamaan sejalan dengan umur benih tersebut akan mengalami penurunan dan ini berarti pula telah terjadi kemunduran pada benih. c. Penanganannya Tingkat viabilitas, vigor, laju kemunduran pada benih serta terjadinya dormansi erat kaitannya dengan faktor genetik dan lingkungan, oleh karena itu penanganannya harus memperhatikan kedua faktor tersebut. Mempertahankan viabilitas dan vigor penting bagi kehidupan suatu benih, sehingga setiap usaha budidaya mulai dari pemilihan varietas, waktu tanam, perlakuan selama dilapangan, panen serta pasca panen termasuk pembersihan, dan penyimpanan sangat perlu diperhatikan. Penurunan viabilitas dan vigor memang tidak dapat dihentikan tetapi ini dapat diperlambat, begitu juga dengan laju kemunduran benih. Dengan adanya benih dorman juga merupakan salah satu cara proteksi bagi benih itu sendiri untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya termasuk mempertahankan viabilitas, vigor dan kemundurannya. Namun sejauh mana benih dorman ini tetap dapat mempertahankan viabilitas dan kevigorannya itu tergantung dari penanganan yang kita berikan termasuk kontrol lingkungan. 3. Jelaskan hubungan materi penanganan benih pada materi yang telah didiskusikan ! Jawab : Berdasarkan materi-materi yang telah didiskusikan, maka untuk mendapatkan benih yang bermutu tinggi diperlukan penanganan dimana dapat dikelompokkan kedalam tiga bagian, yaitu: a. Penanganan benih sebelum tanam Yang dimaksud penanganan benih sebelum tanam termasuk disini adalah pemilihan jenis benih yang akan kita tanam yang ditinjau dari segi fisik, genetik dan fisiologis. Mutu fisiologis benih terutama ditentukan oleh viabilitas dan vigor tinggi sehingga mampu menghasilkan tanaman yang normal. Jika benih yang digunakan viabilitasnya menurun maka akan meningkatkan biaya penyulaman, harga benih, mundurnya waktu tanam, sehingga produksi tidak optimal dan mutunya rendah. Pada beberapa benih sebelum ditanam memerlukan perlakuan khusus. Hal ini dapat disebabkan oleh hambatan fisik misalnya kulit benih yang terlalu keras atau tebal, selain itu ada juga akibat adanya masa dormansi dari benih sehingga pada saat ingin ditanam tidak dapat berkecambah atau tumbuh. Sebenarnya cara mengatasi hambatan fisik atau mematahkan dormansi benih telah banyak ditemukan, diantaranya adalah : Skarifikasi yaitu perlakuan menipiskan kulit benih yang tebal agar lebih permeable terhadap air dan gas sehingga lebih mudah berkecambah. Perlakuan suhu yaitu dengan cara merendam benih kedalam air dengan suhu tertentu, misalnya pada benih lamtoro yang sulit berkecambah karena kulitnya keras dan berlilin, dapat diatasi dengan merendam benih ke dalam air panas yang bersuhu awal 80-100oC selama 24 jam. Perendaman dengan bahan kimia seperti sodium fosfat, sodium thiosulfat dan tannic acid juga dapat meningkatkan invigorisasi dan viabilitas benih. Khusus untuk benih dorman, pada beberapa keadaan penyimpanan dapat

mempengaruhi dormansi. Dormansi beberapa spesies tanaman dapat menghilang bila disimpan selama beberapa waktu pada kondisi suhu dan kelembaban nisbi lingkungan terkendali, asal saja suhu berada diatas suhu titik beku. Pemilihan varietas yang unggul sesuai dengan agroklimat setempat juga merupakan bagian dari tahap persiapan benih. Dengan penggunaann varietas unggul yang sesuai dengan kondisi agroklimat setempat maka dapat meningkatkan hasil. Varietas unggul juga merupakan salah satu komponen teknologi penting dalam penerapan teknologi usaha tani dan berperan dalam peningkatan produksi maupun efisiensi produksi. b. Perlakuan tanaman saat dilapangan Hasil persatuan luas selain tergantung pada varietas benih yang digunakan, cara bercocok tanam dan kondisi lingkungan termasuk temperatur, kelembaban, dan kesuburan tanah juga sangat berpengaruh. Bercocok tanam yang baik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : Penentuan jumlah benih yang akan disebar; jumlah benih yang akan disebar harus benar-benar diperhitungkan. Kebutuhan benih harus disesuaikan dengan luas lahan. Tujuannya terutama untuk efisiensi biaya. Kerapatan tanam (jarak tanam); setiap tanaman memerlukan jarak tanam yang berbeda-beda. Jarak tanam perlu diperhitungkan dengan baik sebab akan menentukan besarnya intersepsi cahaya yang dapat di intersepsi oleh daun, begitupula didalam tanah kemapuan akar untuk menyerap air dan hara. Cahaya, air, dan hara ketersediannya diperlukan untuk melakukan aktivitas fotosintesis. Jika jarak tanam terlalu rapat, maka akan terjadi kompetisi dalam penyerapan cahaya, air dan hara sehingga laju fotosintesis menurun. Penurunan laju fotosintesis menyebabkan asimilat yang dihasilkan rendah. Jika terjadi supplay asimilat rendah pada saat pembungaan atau pembentukan dan pengisian biji, maka berat biji akan menurun, banyak biji hampa sehingga pada akhirnya produksi tanaman menurun. Pengaturan jarak tanam juga dapat menekan pertumbuhan gulma pada pertanaman. Pemberian unsur hara/pemupukan; jika pada awalnya kita menggunakan benih yang bermutu, maka respon tanaman terhadap pemberian hara kemungkinan akan lebih efisien, sehingga tidak perlu biaya ekstra untuk pemberian pupuk dalam jumlah yang besar. Yang pasti harus diperhatikan adalah pemberian pupuk harus sesuai dengan dosis anjuran agar tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan bagi tanaman utamanya. Roguing; roguing/pembersihan dari tanaman yang tidak diinginkan diperlukan agar benih yang akan dihasilkan dapat terjaga kemurniannya. Roguing juga diperlukan agar tanaman lain tidak bersaing dengan tanaman pokok dalam memperebutkan cahaya, air, maupun hara dan sebagainya. Panen; waktu panen yang tepat akan berpengaruh pada viabilitas dan vigor benih. Seperti diketahui bahwa saat matang fisiologis, tingkat viabilitas dan vigor itu tinggi sehingga tepat untuk dipanen. Namun yang sering menjadi kendala adalah pada saat tersebut kadar air benih masih tinggi. Oleh karena itu, perlu ditunggu beberapa hari dimana kadar air sudah mulai menurun sedang viabilitas dan vigor masih tetap bagus. c. Penanganan pascapanen sampai benih siap kembali ditanam Setelah panen, viabilitas dan vigor benih akan terus mengalami penurunan dan ini tidak dapat dihentikan. Hal yang bisa dilakukan adalah memperlambat laju tersebut, sehingga pada saat benih tersebut akan ditanam tidak kehilangan viabilitas dan vigornya. Pada benih rekalsitran seperti benih kakao, ini memerlukan penanganan khusus sebab kondisi benih ini tidak memungkinkan untuk disimpan pada kondisi

lingkungan terbuka dalam waktu yang lama. Benih yang telah dipanen harus dilakukan pembersihan dengan baik, hal ini ditujukan agar benih tersebut tidak ditumbuhi jamur atau terserang hama. Selanjutnya dipilih kemasan yang tepat, ada kemasan yang porous, semiporous, dan kedap uap air, yang dipilh sesuai dengan kondisi benih. Pemberian bahan penyeimbang kondisi air/kandungan air benih misalnya desikan dapat dilakukan dengan cara mencampur atau ditempatkan terpisah. Setelah benih dibersihkan, dikemas, maka benih dapat disimpan pada ruangan dengan kondisi yang terkontrol, berventilasi baik, serta bebas dari hama pengerat. Dengan perlakuan ini diharapkan benih dapat digunakan pada musim tanam berikutnya dengan viabilitas dan vigor yang tetap baik. http://mohammad-aqsa.blogspot.com/2010/05/final-test-teknologibenih.html#!/2010/05/final-test-teknologi-benih.html