Jati Cina Jati cina atau Cassia angustifolia Vahl merupakan tanaman yang tumbuh subur di daerah tropis. Daun jati cina digunakan dalam pengobatan sejak dulu sebagai pencahar dan mengandung bahan turunan antrakuinon dan glukosida. Dalam dunia kedokteran, daun jati cina memiliki efek katarsis sehingga sangat berguna untuk digunakan pada pengobatan konstipasi (Tripathy, 1999). Cassia angustifolia Vahl memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Rosidae Ordo : Fabales Famili : Fabaceae (suku polong-polongan) Genus : Cassia Spesies : Cassia angustifolia Vahl.
Kandungan kimia Daun Jati Cina : Berdasarkan analisis fitokimia dalam daun jati cina terkandung antrakinon (sennosida, tannin, flavonoid, naftalen) triterpen, kariofilen, katekin, farnesol, friedelin, asam kaurenat, prekosen I, prosianidin B-2, prosianidin B-5, prosianidin C-1, sitosterol, friedelin-3a-ol, sterol, alkaloid, karotenoid. Senyawa golongan antrakinon pada kandungan daun jati cina seperti sennosida, aloeemodin, rhein dan krisofanol yang memiliki aktivitas laksatif. Sennosida merupakan glikosida golongan antrakinon yang memiliki aktivitas paling aktif sebagai laksatif, dimana di dalam tubuh mengalami reaksi hidrolisis enzimatis dan reduksi oleh bakteri flora usus menjadi rheinantron. Kandungan utama daun jati cina yaitu senosida A dan senosida B. Senosida A di dalam tubuh akan mengalami suatu reaksi hidrolisis enzimatik dan reduksi oleh bakteri flora usus (Entamoeba coli) menjadi rein antron. Rein antron merupakan suatu senyawa yang menginduksi sekresi air dan mencegah reabsorbsi air dalam saluran pencernaan, sehingga dapat digunakan
dalam upaya penyembuhan konstipasi akut (Mun’in & Hanani, 2011). Rein–9–antron yang terkandung dalam daun senna adalah metabolit yang diproduksi oleh bakteri di usus besar, sehingga membuat daun jati cina memiliki khasiat sebagai laksatif stimulan Flavonoid yang sudah diketahui dari tanaman ini adalah kaemferol, kaempterin dan isorhamnetin. Jati cina juga mengandung beta sitosterol (0,33%). Daun jati cina sering dikenal sebagai zat pencahar. Jati cina amemiliki asam katartika, emodin, dan asam krisofanat (Dalimartha, 2005). Kegunaan:
Daun jati cina digunakan sebagai pengobatan sebagai antifungi dan antibakteri, konstipasi, demam, edema, penyakit kulit, dan antiobesitas dengan bekerja sebagai laksansia. Daun jati cina juga diketahui dapat berfungsi sebagai laksatif stimulan yang dapat meningkatkan aktivitas saluran pencernaan dan dapat menyebabkan pergerakan usus (Anonim, 2002). Khasiat: 1. Menurunkan kadar kolestrol untuk mengatasi obesitas Efek farmakologi dan mekanisme : Pada dasarnya, anthracenedione atau anthraquinone berfungsi sebagai laksatif untuk mengobati konstipasi akut. Senosida akan mempercepat gerakan hasil pencernaan di usus sehingga menaikkan volume hasil pencernaan dan meningkatkan gerakan peristaltik usus terutama di bagian kolon kiri dan sigmoid. Dengan menghambat aktivitas sodium-potasium adenosine triphosphatase di enterosit, sodium, klorida dan air yang terabsorpsi oleh usus menjadi sedikit sehingga feses menjadi lembek. Peningkatan motilitas usus juga akan memperpendek durasi makanan di usus. Hasilnya, usus akan mengabsorpsi nutrisi lebih sedikit dari makanan. Nutrisi tersebut termasuk diantaranya protein, lipid, karbohidrat, kolesterol, LDL, dan trigliserida. Maka dari itu, anthracenedione dapat menurunkan kadar kolesterol dan kadar trigliserida
serta
mempertahankan berat badan. Hal inilah yang mendasari digunakannya daun teh jati cina sebagai obat alternatif untuk mengatasi obesitas.
Gejala umum : dapat terjadi ketika seseorang terlalu banyak mengonsumsi daun teh jati cina adalah nyeri epigastrik, diare hebat, hingga akhirnya kehilangan banyak cairan dan elektrolit terutama kalium dan potasium yang menyebabkan kerja jantung terganggu 2. daun jati cina sebagai pelangsing (melangsingkan tubuh) Kandungan senyawa aktif dalam daun jati cina seperti tanin membantu mengurangi Penyerapan senyawa seperti lemak dalam H saluran cerna. Tanin dapat menyerap lemak atau karbohidrat dari makanan yang masuk sebabnya jati cina berperan untuk menurunkan berat badan. Dengan mengkonsumsi ramuan jati cina secara teratur, berat badan bisa dijaga tetap stabil. Karena keberadaannya sebagai penghambat, maka tidak tertutup kemungkinan berat badan kembali naik jika konsumsi jati cina dihentikan.Herbal yang berkhasiat pelangsing biasanya memiliki efek diuretik dan pencahar. Jika dikonsumsi tanpa aturan dan takaran yang benar akan mengakibatkan dehidrasi, karena hilangnya elektrolit ( kalium dan natrium). Pemakaian jati cina perlu perhatian khusus terutama pada penderita yang memiliki gangguan jantung dan ginjal. 3. ihkan darah kotor. 4. Membuang racun tubuh karena mengandung antioksidan tinggi. 5. Mengecilkan perut 6. Peluntur lemak dalam tubuh bagi penderita Obesitas. Dosis dan Kemanan: 1‐2 gram irisan daun kering dilarutkan dalam 150 ml air panas lalu di minum. Untuk konstipasi diminum saat malam hari sebelum tidur atau pagi hari. Dosis harian rata‐rata sebagai laksatif 10‐30 mg hidroksiantrakinon Fraksi antrakinon dan musilago dari ekstrak air daun jati cina dosis 2100 mg/kg BB sudah memperlihatkan efek laksatif pada mencit putih jantan galur Balb/C (Mardiyaningsih, 2011).
FARMAKOLOGI KLINIK
Waktu aksi senna berkisar antara 8-10 jam, sehingga sebaiknya diminum pada waktu malam. Senosida dapat menghilangkan keluhan konstipasi pasien (irritable bowel syndrome). Pada dosis terapi tidak ditemukan adanya gangguan kebiasaan waktu defekasi; dapat melunakkan tinja dan meningkatkan kecepatan transit makanan dalam kolon melalui peningkatan gerakan peristaltik. Senosida sedikit diserap pada bagian atas saluran gastrointestinal.
Cara Penggunaan Teh Jati Cina :
Teh daun jati cina ini dalam bentuk kering sehingga perlu diseduh dengan air panas terlebih dahulu apabila anda ingin kental tambahkan air panas 200 ml. tambahkan air.
Tutup dan diamkan selama 15 menit. Kental atau tidaknya teh tergantung banyaknya teh yang diseduh. Ambil saja 2 jumput teh dengan tangan atau 2 sendok makan.
Apabila anda ingin buang air seni lancar maka tambahkan 200ml lagi tidak usah dengan air panas dengan catatan setelah seduhan 200 ml sebelumnya sudah mengental baru.
Hasil-hasil Penelitian : Chien et al (2010) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa daun teh jati cina (Cassia angustifolia Vahl.). mengandung anthracenedione. Pada dasarnya, anthracenedione atau anthraquinone berfungsi sebagai laksatif untuk mengobati konstipasi akut. Senosida akan mempercepat gerakan hasil pencernaan di usus sehingga menaikkan volume hasil pencernaan dan meningkatkan gerakan peristaltik usus terutama di bagian kolon kiri dan sigmoid. Dengan menghambat aktivitas sodiumpotasium adenosine triphosphatase di enterosit, sodium, klorida dan air yang terabsorpsi oleh usus menjadi sedikit sehingga feses menjadi lembek. Peningkatan motilitas usus juga akan memperpendek durasi makanan di usus. Hasilnya, usus akan mengabsorpsi nutrisi lebih sedikit dari makanan. Nutrisi tersebut termasuk diantaranya protein, lipid, karbohidrat, kolesterol, LDL, dan trigliserida. Maka dari itu, anthracenedione dapat menurunkan kadar kolesterol dan kadar trigliserida serta mempertahankan berat badan.
Barbosa-Ferreira, et al (2004) dengan judul “Sub-acute Intoxication by Senna occidentalis Seeds in Rats”. Studi ekperimental ini membuktikan bahwa tikus yang diberi Senna occidentalis selama 14 hari menujukkan gejala berupa letargi, kelemahan, sikap berbaring, depresi dan menjadi kurus. Selain itu, hasil studi histopatologi memperlihatkan adanya degenerasi serabut pada tulang dan otot jantung. Persamaannya kedua penelitian sama-sama menggunakan tikus sebagai hewan uji yang selanjutnya akan diberi senna. Bedanya pada penelitian yang sekarang tikus yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) sprague Dawley jantan yang telah diinduksi lemak babi terlebih dulu, lalu dicekok herbal selama 7 minggu lalu diukur berat badan dan kadar trigliserida plasma. Sakulpanich dan Gritsanapan (2009) melakukan penelitian degan judul “Determination of Anthraquinone Glycoside Content in Cassia fistula Leaf Extract for Alternatie Source of Laxative Drug”. Penelitian ini berisi tentang penentuan kandungan total anthraquinone glikosid sebagai laksati pada daun 7 C.fistula yang juga satu rumpun dengan C. angustifolia. Daun C. fistula dibuat ekstrak dengan cara direbus, kemudian air rebusan tersebut di analisis dengan metode UV-visible spectrophotometric. Hasilnya, kandungan anthraquinone glikosid total pada air rebusan C. fistula adalah 0.62-2.01% berat kering (rata-rata 1.52% berat kering), kemudian pada daun kering terdapat 0.09-0.63% w/w (ratarata 0.36% w/w). Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah objek yang diteliti, yaitu Cassia fistula yang masih serumpun dengan Cassia angustifolia Vahl. Sedangkan bedanya pada penelitian ini Cassia tidak mengukur kandungan antraquinone melainkan menguji efeknya langsung pada hewan uji. Wang, et al. (2002) dengan judul "Screening and Identification of Proteins Mediating Senna Induced Gastrointestinal Motility Enhancement in Mouse Colon" penelitian ini dilakukan untuk melihat motilitas usus pada tikus setelah diberikan ekstrak senna dan kadar protein pada jaringan usus tikus tersebut. Hasilnya ekstrak senna menyebabkan diare, meningkatkan motilitas usus di seluruh saluran pencernaan, dan menurunkan protein pada jaringan usus. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan sel di seluruh saluran gasrtointestinal. Persamaan dengan penelitian ini yakni menguji langsung efek daun senna kepada hewan uji dalam kurun waktu tertentu. Namun, bedanya pada penelitian yang sekarang, hewan uji yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) sprague Dawley jantan yang telah diinduksi lemak babi terlebih dulu, lalu dicekok herbal selama 7 minggu . Selain itu, penelitian yang sekarang akan lebih fokus mengukur berat badan dan kadar trigliserida plasma dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang mencermati motilitas usus pada tikus yang diuji.
Adisakwattana, et al. 2011. Dengan judul "Extracts of Edible Plants Inhibit Pancreatic Lipase, Cholesterol Esterase and Cholesterol Micellization, and Bind Bile Acids" melakukan penelitian efektifitas dan kemampuan tumbuhan yang dapat dikonsumsi untuk menghambat pencernaan lemak dan absorpsinya sebagai kemungkinan untuk mengobati hiperlipidemia dan obesitas. 9 tumbuhan diselidiki kemampuan dalam menghambat lipase pankreas, aktifitas kolesterol pankreas, kemampuan untuk menghambat misel kolesterol, dan kemampuan untuk mengikat asam empedu. 9 tumbuhan tersebut adalah rumput beijing (Murdannia loriformis), daun manis (Stevia rebaudiana), pennywort (Centella asiatica), safflower (Carthamus tinctorius), ginkgo (Ginkgo biloba), kumis kucing (Orthosiphon aristatus), senna (Cassia angustifolia), jiaogulan (Gynostemma pentaphyllum), mulberry (Morus alba). Kesamaan dengan penelitian yan sekarang, peneliti samasama meneliti efek Cassia angustifolia pada tubuh dan efeknya pada pencernaan lemak. Namun, pada penelitian terdahulu, objek penelitian tidak hanya terbatas tanaman Cassia angustifolia saja, dan yang diukur adalah mekanisme kerja tanaman tersebut seperti penghambatan pada beberapa enzim yang mencerna lemak, sedangkan pada penelitian yang sekarang hanya akan mengukur berat badan dan kadar trigliserida plasma.
Daftar Pustaka : Harborne, J.B., 1987. Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, Penerbit ITB; Bandung. Sastrohamidjojo. H, 1996, Sintesis Bahan Alam, Cetakan ke-1, Liberty, Yogyakarta. Tyler, V.E., LYNN, R.B. and ROBBERS, J.E. 1988. Pharmacognosy. Lea and Febiger. Philadelphia. Tripathy, T, etc. 1999. “Novel Flocculating Agent Based On Sodium Alginate and Acrylamide”,European Polymer Journal, p. 2057 – 2072. Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Depkes RI, Jakarta. Mun’in A., & Hanani E., 2011, Fitoterapi Dasar, Dian Rakyat, Jakarta.
Dalimartha, S., 2005, 36 Resep Tumbuhan Obat untuk Menurunkan Kolesterol, Penebar Swadaya, Surabaya. Mardiyaningsih, A., 2011, Purifikasi Antakinon dan Musilago Ekstrak Daun senna (Cassia angustifolia L.) serta Uji Efek Kombinasinya Pada Aktivitas Laksatif, Tesis, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.