LAPORAN KASUS
Intoksikasi Gramoxone
BAB 1 PENDAHULUAN
3
TAHUN 1979 Herbisida diubah statusnya menjadi pestisida berbatas pakai
HERBISIDA Merupakan salah satu golongan pestisida terbatas pakai yang digunakan untuk memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil.
PERATURAN PEMERINTAH TAHUN 1973 Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain seperti jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman.
PENELITIAN DI RSUP HAM JANUARI 1999 – DESEMBER 2000 Herbisida merupakan jenis racun paling banyak penyebab kematian pada penelitian tersebut. Dari 14 kasus keracunan herbisida didapati 6 orang meninggal dunia (42,86).
Kasus keracunan akut merupakan kasus emergensi di unit gawat darurat rumah sakit yang memerlukan tindakan segera, adekuat, dan menyeluruh dalam penanganannya shingga angka kematian dapat ditekan semaksimal mungkin.
4
TUJUAN
MANFAAT
Memenuhi tugas kepanitraan klinik senior Departemen
Untuk meningkatkan pemahaman mengenai aspek
Ilmu Anestesiologi dan Terapi Intensif Rumah Sakit Umum
Intoksikasi Gramoxone yang berlandaskan teori sehingga
Pusat Haji Adam Malik Medan
dapat ditatalaksana sedini mungkin sesuai kompetensinya pada tingkat pelayanan primer
TINJAUAN PUSTAKA
The United State Federal Enviromental Pesticide Control Atc (Green, 1979) mendefenisikan pestisida sebagai semua zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas, mencegah atau menangkis dari gangguan serangga, binatang pengerat nematode, cendawan, gulma yang dianggap hama kecuali virus, bakteri.
Organofosfat
Organoklorin
Karbamat
Senyawa Bipiridilium
Penggolongan pestisida berdasarkan susunan kimianya
Arsen
6
7 Gramoxone merupakan nama dagang dari paraquat yang paling banyak dipakai. Merupakan herbisida golongan bipiridil yang berefek toksik sangat tinggi.
Menghambat proses dalam
Radikal bebas yang
Superoksida tersebut
Rusaknya membran sel dan
fotosistem I, yaitu mengikat
terbentuk akan diikat oleh
mudah bereaksi dengan
jaringan tanaman.
elektron bebas hasil
oksigen membentuk
komponen asam lemak tak
fotosistem dan
superoksida yang bersifat
jenuh dari membran sel
mengubahnya menjadi
sangat aktif.
elektron radikal bebas
8 01
Oral Jalan masuk tersering biasanya didasari tujuan bunuh diri
02
Inhalasi Melalui semprotan berefek pada iritasi saluran nafas
03
Kulit Melalui kontak dengan lesi kulit dapat menyebabkan kerusakan kulit
04
Mata Melalui percikan dapat menyeabkan erosi atau ulkus kornea
05
Parenteral Jarang terjadi keracunan sistemik pada injeksi subkutan intraperitoneal dan intravena dari paraquat
9
ABSORBSI Paraquat diabsorbsi secara cepat tetapi
tidak sempurna melalui traktus gastrointestinal khususnya lambung, kirakira kurang dari 5%. Absorpsi melalui kulit
DISTRIBUSI Paraquat yang terabsorpsi didistribusikan ke semua organ dan jaringan melalui aliran darah. Paru-paru merupakan organ selektif tempat terkumpulnya paraquat dari plasma. Waktu paruh paraquat sekitar 5 – 84 jam
yang tidak intak dapat terjadi, namun terbatas hanya sekitar 0,3%.
METABOLISME Paraquat tidak dimetabolisme tetapi direduksi menjadi radikal bebas yang tidak stabil, yang kemudian mengalami reoksidasi untuk membentuk kation dan menghasilkan anion superoksida.
EKSKRESI Paraquat diekskresi secara cepat oleh ginjal. Sekitar 80-90% diekskresi dalam waktu 6 jam dan hampir 100% dalam 24 jam. Paraquat dapat menyebabkan nekrosis tubular akut yang dapat memperlambat ekskresi lebih dari 10-20 hari.
Patofisiologi
1 1
Dosis rendah, yaitu < 20 mg/kgBB (7,5 ml dalam konsentrasi 20%) Tidak memberikan gejala atau hanya gejala gastrointestinal yang muncul seperti muntah atau diare
Dosis sedang, yaitu 20-40 mg/kgBB (7,5-15 ml dalam konsentrasi 20%) Menyebabkan fibrosis jaringan paru yang masif dan bermanifestasi sesak napas yang progresif yang dapat menyebabkan kematian antara 24minggu setelah masuknya racun. Gangguan ginjal dan hati dapat ditemukan. Fungsi ginjal biasanya dapat kembali ke normal
Dosis besar, yaitu > 40 mg/kgBB (> 15 ml dalam konsentrasi 20%) Menyebabkan kerusakan multi organ, tetapi lebih progresif. Sering disertai tanda khas berupa ulkus pada orofaring. Gejala gastrointestinal sama seperti konsumsi dosis yang lebih rendah namun gejalanya lebih berat akibat dehidrasi. Gagal ginjal, aritmia jantung, koma, kejang, perforasi oesofagus, dan koma kemudian diakhiri dengan kematian.
Berdasarkan Dosis
1 2
Saluran Pencernaan
SSP
Ginjal
Rasa terbakar pada mulut, kerongkongan, dada, perut atas, Diare yang kadang-kadang dengan darah . Muntah dan diare dapat berujung hipovolemia.
Pusing, sakit kepala, demam,
mialgia, letargi, dan koma
Gagal ginjal dapat terjadi akibat terbentuknya konsentrasi tinggi. Asidosis metabolik dan hiperkalemia dapat terjadi akibat gagal ginjal.
Paru
Hati
Kulit
Batuk, sesak napas, dan
Peningkatan bilirubin dan enzim
Kerusakan lokal pada jaringan yang
takipnea biasanya muncul 2-4
hati seperti AST, ALT, dan LDH
terpapar dengan zat tersebut. Kerusakan
hari setelah tertelannya paraquat,
lokal pada kulit berupa dermatitis kontak.
tetapi dapat muncul setelah 14
Kontak yang lama akan menyebabkan
hari.
eritema, vesikel, erosi dan ulkus, dan perubahan pada kuku.
1 3
Kualitatif
Kuantitati f
• Tes kalorimetri atau tes Dithionite
Paraquat dapat diukur di dalam cairan
• Pemeriksaan urin 24 jam
biologis seperti darah dan urin dengan
spektrofotometri. liquid kromatografi dan metode radioimunoassay.
01
Pemberian oksigen merupakan kontraindikasi dari keracunan Paraquat karena dapat memperbesar pembentukan radikal bebas
02
Bilas lambung harus dipikirkan dalam satu jam pertama setelah masuknya racun melalui saluran cerna
03
Apabila terjadi asidosis sebaiknya dikoreksi melalui natrium bikarbonat intravena
04
Gagal ginjal akut dapat diterapi dengan hemodialisis
05
Efek paparan pada mata dapat diterapi dengan air yang mengalir sekitar 15 menit
1 4
1 5 Sindrom Distres Pernafasan Akut
Lubang di esofagus
Mediastinitis
Gagal Ginjal
Fibrosis Paru
1 6
Prognosis tergantung pada tingkat keparahan paparan. Beberapa orang mungkin mengalami gejala respiratori ringan, sementara yang lainnya mungkin mengalami perubahan permanen pada paru-paru. Jika seseorang menelan racun, kematian dapat terjadi tanpa pertolongan medis segera.
Pastikan jalan napas lancar
• Lakukan 3 manuvuer head tilit,chin lift,jaw thrust
• stabilisasi leher hingga dipastikan pasien tidak mengalami cedera cervical dengan cara memasang cervical collar • Intubasi pada pasien dengan penurunan kesadaran, depresi pernapasan, dan distres pernafasan
HEAD TILT CHIN LIFT MANUVER
JAW THRUST
Oksigenasi & Ventilasi harus adekuat
• Kegagalan dalam oksigenasi akan menyebabkan hipoksia yang diikuti oleh kerusakan otak, disfungsi jantung DAN KEMATIAN • Apabila pernafasan tidak adekuat, ventilasi dengan menggunakan teknik bag-valve-face-mask
Perbaikan sirkulasi dan perfusi jaringan
Penilaian dengan cepat status hemodinamik dari pasien,yakni dengan menilai tingkat kesadaran, warna kulit dan nadi JIKA ADA TANDA SYOK pasang dua IV line, yang berukuran besar
Periksa Tingkat Kesadaran
AVPU, yaitu (Alert,Verbal,Pain,Unresponse
Buka Pakaian
• Nilai pada keseluruhan bagian tubuh • Periksa punggung dengan memiringkan pasien dengan cara log roll. • Selanjutnya selimuti penderita dengan selimut kering dan hangat, ruangan yang cukup hangat • cairan intra-vena yang sudah dihangatkan untuk mencegah agar pasien tidak hipotermia
2 6
Nama
: Tn. P
Tanggal Masuk IGD: 27/11/2017
Umur
: 75 Tahun
Tanggal Konsul Anestesi: 27/11/2017
Pekerjaan: Petani
Berat Badan
: 55 kg
Alamat : Desa Mardinding
Tinggi Badan
: 160 cm
2 7 Keluhan Utama: Rasa Lemas
Telaah: Rasa lemas dialami pasien sejak ± 4 jam SMRS setelah pasien meminum obat pembasmi rumput (Gramoxone) ± 300 ml. Setelah diketahui meminum Gramoxone, keluarga langsung meminta pasien untuk meminum susu. Namun pasien terus mengalami mual kemudian muntah sebanyak ± 5 kali SMRS dengan sebagian isi lambung keluar, volume ± 20 ml/kali muntah, bewarna kehijauan, sehingga membuat pasien terlihat semakin lemas dan dibawa
keluarga ke RSUP HAM. Sesak nafas (+), nyeri ulu hati (+), muntah berulang (+), demam (-), BAB hitam (-). Riwayat DM (-), Hipertensi (-), Trauma (-). BAB dan BAK dalam batas normal.
2 8
Konsul Anestesi untuk teknik anestesi foto radiologi
Pasien datang ke
IGD RS HAM
27/11/2017 (11.15)
27/11/2017 (16.55)
27/11/2017 (13.00 ) 27/22/2017 (18.45)
27/11/2017 (14.30) Konsul Anestesi untuk airway management Konsul Anestesi untuk pemasangan CVC
Pasien EXIT.
Primary Survey Tanda & Gejala A (airway)
Kesimpulan
Penanganan
Clear
Snoring (-), Gurgling (-), Crowing (-) C-spine stabil
B (breathing) • Inspeksi •
Perkusi
•
Palpasi
• Auskultasi
Dyspnea
O2 2 L/menit via nasal canul
Tanda & Gejala C (circulation)
Kesimpulan Nonadequate perfusion
Penanganan Pasang IV line 18G, three way dan pemberian cairan RL
CRT <2 detik, Akral Hangat, Merah, Kering, T/V cukup, TD: 90/60mmHg, HR: 128x/menit, Perdarahan: -
D (disability) Kesadaran: GCS 15 (E4V5M6), AVPU: Alert, Ø pupil: 3 mm/3 mm, isokor, RC: +/+
GCS 15
Mempertahankan A-B-C tetap lancar
Tanda & Gejala E (exposure)
T : 36,8ºC Fraktur (-) Edema (-)
Kesimpulan
Penanganan
3 2
B1
B4
Breath
B2
Blood
B3
Brain
Airway clear, SP/ST: vesikuler/-,
Akral: hangat, merah, kering, TD:
Sensorium: Compos Mentis,
S/G/C : -/-/-, RR: 32 x/i,
90/60 mmHg,HR:128x/menit,
GCS 15, E4M6V5, pupil isokor,
terpasang O2 2 L/i via nasal
reguler, t/v: cukup, CRT < 2 detik,
diameter: 3mm/3mm, reflex
canule, SpO2: 97%
Temperatur: 376,8 ̊C, sianosis (-)
cahaya (+/+)
Bladder UOP (+), kateter terpasang, volume: ± 100 cc/4 jam, warna: kuning keruh
B5
Bowl Abdomen: soepel, peristaltik (+) melemah, nyeri tekan (+), NGT terpasang warna merah kehitaman, MMT : 07.00 (27-112017)
B6
Bone Edema (-), Fraktur (-)
3 3
Allergies
Tidak dijumpai
Medications
Tidak jelas
Past Illness
Tidak dijumpai
Last Meal Event
10.00 WIB (27 November 2017) Pasien merasakan lemas karena meminum racun rumput
(Gramoxone)
3 4
Bed rest
Inj Ceftriaxone 1 gram/12 jam/IV
O2 2 L/menit via nasal canule
Inj Ranitidine 50 mg/12 jam/IV
Pasang NGT, kateter urin, dan IV line 18G
Cek laboratorium lengkap (Darah Lengkap,
IVFD RL 20 gtt/menit
AGDA, elektrolit, RFT, KGD ad random, HST)
Tab Norit 125 mg 12 tablet via NGT
emeriksaan EKG, Foto Thoraks AP
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Rujukan
Hemoglobin (HGB)
16.5 g/dL
13 – 18 g/dL
Leukosit (WBC)
10.270/µL
4,0 - 11,0x103/µL
Hematokrit
50%
39 - 54%
Trombosit (PLT)
430.000/µL
150 - 450x103/µL
HEMATOLOGI
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Rujukan
Analisa Gas Darah pH
7,08
7,35-7,45
pCO2
35,0 mmHg
36-42 mmHg
pO2
150,0 mmHg
85-100 mmHg
Bikarbonat (HCO3)
10,4 U/L
22-25 U/L
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Rujukan
Natrium (Na)
131 mEq/L
135–155 mEq/L
Kalium (K)
3,6 mEq/L
3,6–5,5 mEq/L
Klorida (Cl)
100 mEq/L
96–106 mEq/L
357 mg/dL
<200 mg/dL
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa Darah (Sewaktu)
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Rujukan
BUN
20 mg/dL
9- 21 mg/dL
Ureum
46 mg/dL
19 – 44 mg/dL
Kreatinin
2,1 mg/dL
0,7 – 1,3 mg/dL
GINJAL
FOTO KLINIS (27/11/17)
Interpretasi:
Sinus Takikardia EKG (27/11/17)
Interpretasi: CTR 50%, segmen aorta normal, segmen pulmonal normal, apeks downward, infiltrat (-), kongesti (-)
FOTO THORAKS AP (27/11/17)
4 2
DIAGNOSIS TINDAKAN RENCANA
01
02
03
Intoksikasi Gramoxone Dosis Tinggi
Management Airway
Rencana pemasangan CVC Rencana teknik anestesi foto radiologi
.
27 November 2017 (16.30) S
Penurunan Kesadaran
O
• Aiirway clear, SP/ST: vesikuler/-, S/G/C : -/-/-, RR: 38 x/i, terpasang O2 2L/i via nasal canule, SpO2: 94-95% • TD: 90/60 mmHg, HR: 136x/i reguler t/v: kuat/cukup, akral H/M/K, CRT < 2”, temp. 36,5oC • Sensorium: Somnolen, pupil isokor 3mm/3 mm. • UOP (+) 150 cc, warna kuning keruh, kateter (+) • Abdomen soepel, peristaltik (+) melemah • Edema (-), Fraktur (-)
A
Intoksikasi Gramoxone Dosis Tinggi
P
• • • • • • •
Bed rest O2 2L/menit via nasal canule Pasang NGT, kateter urin, dan IV line 18G IVFD RL 20 gtt/menit Tab Norit 125 mg 12 tablet via NGT Inj Ceftriaxone 1 gram/12 jam/IV Inj Ranitidine 50 mg/12 jam/IV
27 November 2017 (18.30)
Pasien mengalami apnoe saat diantar ke ruangan dan kemudian dilarikan kembali ke
IGD. Dilakukan RJPO 5 siklus dengan epinefrin. ROSC (-), pupil midriasis (+/+), refleks kornea (-/-), refleks cahaya (-/-), dolls eye phenomenon (-). Pasien dinyatakan EXIT
d
TEORI
Asal Paparan
Melalui oral, inhalasi, kulit, mata dan parenteral. Oral merupakan jalan masuknya zat yang paling sering dan biasanya didasari adanya tujuan bunuh diri
Asal Paparan
KASUS
Pada pasien ini, asal paparan dari oral. Pasien
meminum obat pembasmi rumput (Gramoxone)
Manifestasi TEORI Klinis Dalam dosis besar, menyebabkan kerusakan multi organ, tanda khas berupa ulkus pada orofaring. Gejala gastrointestinal dapat disertai dehidrasi. Gagal ginjal, aritmia jantung, kejang, perforasi
Manifestasi Klinis
oesofagus, dan koma kemudian diakhiri dengan kematian
KASUS
Pasien mengeluhkan rasa lemas, mual dan mual kemudian muntah dan muntah bewarna kehijauan. Pasien juga mengelukan sesak nafas dan nyeri ulu hati.
4 8
DIAGNOSIS (TEORI)
DIAGNOSIS (KASUS)
Diagnosis kasus intoksikasi Gramoxone terdiri dari
Dari anamnesis didapati pasien datang dengan keluhan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
utama rasa lemas, dialami sejak ± 4 jam SMRS setelah
penunjang.
pasien meminum obat pembasmi rumput (Gramoxone) ± 300 ml. Setelah diketahui meminum Gramoxone, keluarga langsung meminta pasien untuk meminum susu. Namun pasien terus mengalami mual kemudian muntah sebanyak ± 5 kali SMRS dengan sebagian isi lambung keluar, volume ± 20 ml/kali muntah, bewarna kehijauan, sehingga membuat pasien terlihat semakin lemas dan dibawa keluarga ke RSUP HAM. Sesak nafas (+), nyeri ulu hati (+), muntah berulang (+).
4 9
DIAGNOSIS (TEORI)
DIAGNOSIS (KASUS)
Diagnosis kasus intoksikasi Gramoxone terdiri dari
PEMERIKSAAN FISIK
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Inspeksi Nafas spontan, pergerakan thoraks kiri dan kanan simetris, tidak ada ketinggalan bernapas, tidak ada retraksi. Palpasi Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi Sonor kedua lapangan paru Auskultasi Suara pernapasan: vesikuler , suara tambahan (-), RR: 32 kali per menit,
5 0
DIAGNOSIS (TEORI)
DIAGNOSIS (KASUS)
Diagnosis kasus intoksikasi Gramoxone terdiri dari
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
Ph
: 7,08
penunjang.
pCO2
: 35,0 mmHg
pO2
: 150,0 mmHg
Bikarbonat (HCO3)
: 10,4 U/L
Kesan: Fungsi Ginjal Ureum
: 46 mg/dL
Kreatinin
: 2,1 mg/dL
5 1
DIAGNOSIS (TEORI)
DIAGNOSIS (KASUS)
Diagnosis kasus intoksikasi Gramoxone terdiri dari
FOTO THORAKS
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
CTR 50%, segmen aorta normal, segmen pulmonal normal, apeks downward, infiltrat (-), kongesti (-)
penunjang.
EKG
Sinus takikardia
5 2
DIAGNOSIS (TEORI)
DIAGNOSIS (KASUS)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pasien ini belum dilakukan pemeriksaan
KUALITATIF
penunjang diagnosis baik kualitatif maupun
• Tes kalorimetri atau tes Dithionite
kuantitatif.
• Pemeriksaan urin 24 jam KUANTITATIF Paraquat dapat diukur di dalam cairan biologis seperti darah dan urin dengan spektrofotometri, liquid kromatografi, dan metode radioimunoassay
5 3
PENATALAKSANAAN(TEORI) Pemberian oksigen merupakan kontraindikasi dari keracunan paraquat karena dapat memperbesar pembentukan radikal bebas (superoksida) yang merupakan patogenesis penyebab kerusakan pada paruparu Bilas lambung harus dipikirkan dalam satu jam pertama setelah masuknya racun yang melalui saluran pencernaan
PENATALAKSANAAN (KASUS) Bed rest O2 2 L/menit via nasal canule Pasang NGT, kateter urin, dan IV line 18G IVFD RL gtt/menit Tab Norit 125 mg 12 tablet via NGT
Apabila terjadi asidosis sebaiknya dikoreksi dengan natrium bikarbonat intravena
Inj Ceftriaxone 1 gram/12 jam/IV
Gagal ginjal akut dapat diterapi dengan hemodialisis
Inj Ranitidine 50 mg/12 jam/IV
Efek paparan pada mata dapat dilakukan irigasi dengan air yang mengalir sekitar 15 menit
5 4 Bed rest
O2 2 L/menit via nasal canule Memasang NGT Kateter urin terpasang untuk memantau urine output
Pasang monitor untuk memantau hemodinamik. Memasang IV line ukuran 18 G dan threeway serta pastikan lancar IVFD RL 20 gtt/menit Tab Norit 125 mg 12 tablet via NGT Inj Ceftriaxone 1 gram/12 jam/IV Inj Ranitidine 50 mg/12 jam/IV
ANY QUESTIONS?