MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BAK PENDEDERAN IKAN KERAPU CANTANG (Epinephelus sp.) di INSTALASI BUDIDAYA AIR PAYAU (IBAP) KOTA PROBOLINGGO JAWA TIMUR
PRAKTIK KERJA MAGANG PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
Oleh : ANA LATIFATUS SA’DIYAH NIM. 125080100111093
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015
i
MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BAK PENDEDERAN IKAN KERAPU CANTANG (Epinephelus sp.) di INSTALASI BUDIDAYA AIR PAYAU (IBAP) KOTA PROBOLINGGO JAWA TIMUR
PRAKTIK KERJA MAGANG PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya
Oleh : ANA LATIFATUS SA’DIYAH NIM. 125080100111093
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015
ii
LAPORAN PRAKTIK KERJA MAGANG MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BAK PENDEDERAN IKAN KERAPU CANTANG (Epinephelus sp.) di INSTALASI BUDIDAYA AIR PAYAU (IBAP) KOTA PROBOLINGGO JAWA TIMUR
Oleh : ANA LATIFATUS SA’DIYAH NIM. 125080100111093 telah dipertahankan didepan penguji pada tanggal _____________________ dan dinyatakan telah memenuhi syarat SK Dekan No. : ______________ Tanggal : _______________
Mengetahui, Dosen Pembimbing
Dosen Penguji
(Dr. Ir. Mulyanto, M.Si) NIP. 19600317 198602 1 001
(Dr. Asus Maizar S.H., S.Pi, MP) NIP. 19720529 200312 1 001
Tanggal :
Tanggal : Menyetujui, Ketua Jurusan
(Dr. Ir. Arning Wilujeng Ekawati, MS) NIP. 19620805 198603 2 001 Tanggal:
iii
PERNYATAAN TELAH MELAKUKAN PRAKTIK KERJA MAGANG (PKM)
iv
RINGKASAN
Ana Latifatus Sa’diyah. Manajemen Kualitas Air Pada Bak Pendederan Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus sp.) di Instalasi Budidaya Air Payau (IBAP) Kota Probolinggo, Jawa Timur (dibawah bimbingan Dr. Ir. Mulyanto, M.Si).
Pertambahan jumlah penduduk di Indonesia bahkan di dunia semakin hari semakin meningkat, sehingga menyebabkan meningkatnya kebutuhan sumber pangan. Manusia tidak mungkin mengandalkan sumber daya alam saja tanpa melakukan rekayasa untuk memaksimalkan potensinya. Misalnya tingkat konsumsi ikan yang semakin hari juga semakin meningkat. Oleh karena itu para nelayan berlomba-lomba untuk menangkap ikan konsumsi sebanyak mungkin demi memenuhi kebutuhan pangan. Jika hal tersebut terus dilakukan maka akan menyebabkan penurunan stok ikan sehingga hasil tangkapan juga akan semakin berkurang. Oleh karena itu perlu adanya kegiatan budidaya ikan untuk membantu memenuhi kebutuhan pangan tersebut. Pada proses budidaya, air merupakan faktor penting yang harus diperhatikan karena berfungsi sebagai media tumbuh ikan. Kualitas air akan secara langsung dapat mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan ikan. Pertumbuhan ikan akan terhambat apabila hidup pada kondisi perairan yang kurang baik. Tujuan dari Praktik Kerja Magang ini ialah untuk mengetahui secara langsung tentang pengelolaan parameter kualitas air fisika dan kimia pada proses pendederan ikan kerapu cantang serta untuk engetahui alur dan faktorfaktor yang mempengaruhi proses pendederan ikan kerapu cantang di IBAP Probolinggo. Praktik Kerja Magang ini dilaksanakan mulai tanggal 1 Juli 2015 – 28 Agustus 2015. Metode yang digunakan pada Praktik Kerja Magang ialah metode deskriptif yaitu dengan pengambilan data melalui proses observasi, wawancara, partisipasi aktif dan studi pustaka. Pada Praktik kerja Magang ini terdapat beberapa kegiatan meliputi persiapan bak, penebaran benih, pemberian pakan, pengukuran kualitas air, penyifonan, pergantian air. Grading, pembersihan bak, pemanenan dan pengemasan. Kualitas air yang diukur yaitu suhu, oksigen terlarut, derajat keasaman, salinitas dan amoniak. Pengukuran kualitas air (suhu, oksigen terlarut, derajat keasaman dan salinitas) tersebut dilakukan setiap hari pada pukul 07.00 WIB. hasil yang didapat pada pengukuran kualitas air yaitu suhu berkisar antara 24, – 26,4 oC, oksigen terlarut berkisar antara 5,1-5,9 ppm, salinitas berkisar antara 15-25 ppt, derajat keasaman berkisar antara 6,5-8,1 dan amoniak diukur 1 kali dalam satu siklus dan didapatkan hasil sebesar 0,03 ppm. Hasil pengukuran kualitas air ini beberapa sudah memenuhi syarat yang dapat ditoleransi oleh ikan kerapu cantang, akan tetapi perlu adanya pengelolaan lebih lanjut agar kualitas airnya tetap terjaga dan tidak mengganggu kelangsungan hidup ikan kerapu cantang tersebut.
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Saya sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Allah swt, yang telah memberikan segala nikmat dan kemudahan serta kekuatan hati yang luar biasa kepada saya selama ini. 2. Orang tua, kakak dan adik saya yang selalu mendukung dan mendo’akan saya. 3. Dr. Ir. Mulyanto, M.Si selaku dosen pembimbing yang sabar yang telah memberikan masukan dan membimbing serta menasehati saya. 4. Dr. Asus Maizar S.H., S. Pi, MP selaku dosen penguji yang sabar yang telah memberikan masukan dan membimbing serta menasehati saya. 5. Bapak Ardy Soesanto, ST sebagai Kepala IBAP Probolinggo dan Bapak Dodik Heriadi, S.Pi sebagai pembimbing lapang saya serta Mbak Hilal Maghfiroh, Amd. dan Pak Yunus Susanto sebagai teknisi di Pendederan ikan kerapu cantang di IBAP Probolinggo yang sudah banyak membantu. 6. Erma, Icha, Diana, Cicin, Dayinta dan Sony sahabat saya yang juga sebagai teman PKM yang selalu memberi semangat dan selalu menemani saat PKM berlangsung. 7. Teman-teman MSP angkatan 2012 yang selalu memberi saya semangat dan motivasi dan terima kasih buat kalian.
Malang, 4 November 2015
Penulis
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan Usulan Praktik Kerja Magang (PKM) ini dengan judul “Manajemen Kualitas Air pada Bak Pendederan Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus sp.) di Instalasi Budidaya Air Payau (IBAP) Kota Probolinggo, Jawa Timur”. Laporan PKM ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Penulis menyadari bahwa usulan Praktik Kerja Magang ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat bersedia menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan dalam penyusunan laporan selanjutnya sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin.
Malang, 4 November 2015
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. ii HALAMAN PERNYATAAN TELAH MELAKUKAN PKM ................................. iii RINGKASAN .................................................................................................... iv UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................. v KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi 1. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1 1.2 Rumusan masalah ................................................................................. 3 1.3 Tujuan .................................................................................................... 3 1.4 Kegunaan ............................................................................................... 3 1.5 Waktu dan Tempat ................................................................................. 4 2. MATERI DAN METODE PRAKTIK KERJA MAGANG ............................... 5 2.1 Materi Praktik Kerja Magang ................................................................. 5 2.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 5 2.3 Metode Praktik Kerja Magang ............................................................... 6 2.3.1 Partisipasi Aktif ........................................................................... 7 2.3.2 Observasi ................................................................................... 7 2.3.3 Wawancara ................................................................................ 9 3. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 11 3.1 Keadaan Umum Lokasi Praktik Kerja Magang........................................ 11 3.1.1 Sejarah ....................................................................................... 11 3.1.2 Lokasi IBAP Probolinggo ............................................................ 13 3.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi ............................................................ 13 3.1.4 Struktur Organisasi ...................................................................... 14 3.2 Sarana dan Prasarana ........................................................................... 14 3.2.1 Sarana ....................................................................................... 14 3.2.2 Prasarana................................................................................... 20 3.3 Morfologi Ikan Kerapu ............................................................................ 20 3.4 Kegiatan Pendederan Ikan Kerapu Cantang........................................... 21 3.4.1 Persiapan Bak ............................................................................ 22
viii
3.4.2 Seleksi Benih ............................................................................. 23 3.4.3 Penebaran Benih........................................................................ 23 3.4.4 Pemberian Pakan ....................................................................... 24 3.4.5 Penyifonan dan Pergantian Air ................................................... 25 3.4.6 Pembersihan Bak ....................................................................... 26 3.4.7 Kualitas Air ................................................................................. 27 3.4.8 Penyakit Pada Ikan .................................................................... 32 3.4.9 Pemanenan dan Pengemasan ................................................... 33 3.4.10 Hambatan dan Solusi ................................................................. 35 4. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 36 4.1 Kesimpulan............................................................................................. 36 4.2 Saran...................................................................................................... 36 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 37 LAMPIRAN....................................................................................................... 39
ix
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Alat dan Bahan yang Digunakan..................................................................... 5
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Kincir Air .................................................................................................... 18 2. Hi-blow....................................................................................................... 18 3. Kantor IBAP ............................................................................................... 18 4. Laboratorium.............................................................................................. 19 5. Bangsal Kerja ............................................................................................ 19 6. Kantor Tambak .......................................................................................... 20 7. Ikan Kerapu Cantang ................................................................................. 21 8. Inlet ............................................................................................................ 22 9. Outlet. ........................................................................................................ 22 10. Pakan Ikan Kerapu. ................................................................................... 24 11. Penyifonan. ................................................................................................ 26 12. Pembersihan Bak....................................................................................... 27 13. Grafik Pengukuran Suhu ............................................................................ 28 14. Grafik Pengukuran Oksigen Terlarut .......................................................... 29 15. Grafik Pengukuran Salinitas ....................................................................... 30 16. Grafik Pengukuran pH................................................................................ 31 17. Pemanenan ............................................................................................... 34 18. Ikan dalam Kantong Plastik ........................................................................ 34 19. Pengemasan.............................................................................................. 38
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Denah IBAP Probolinggo .............................................................................. 39 2. Denah Kota Probolinggo ............................................................................... 41 3. Struktur Organisasi IBAP Probolinggo .......................................................... 43 4. Data Hasil Pengamatan Kualitas Air ............................................................. 43
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk di Indonesia bahkan di dunia semakin
hari semakin meningkat, sehingga menyebabkan meningkatnya kebutuhan sumber pangan. Manusia tidak mungkin mengandalkan sumber daya alam saja tanpa dilakukan rekayasa untuk memaksimalkan potensinya. Misalnya tingkat konsumsi ikan yang semakin hari juga semakin meningkat. Oleh karena itu para nelayan berlomba-lomba untuk menangkap ikan konsumsi sebanyak mungkin demi memenuhi kebutuhan pangan. Jika hal tersebut terus dilakukan maka akan menyebabkan penurunan stok ikan sehingga hasil tangkapan juga akan semakin berkurang. Oleh karena itu perlu adanya kegiatan budidaya ikan untuk membantu memenuhi kebutuhan pangan tersebut. Salah satu ikan konsumsi yang digemari masyarakat ialah ikan kerapu (Epinephelus sp.). Ikan kerapu ialah komoditas perikanan Indonesia yang diunggulkan. Meningkatnya kebutuhan konsumsi ikan kerapu yang terus bertambah maka perlu adanya peningkatan produksi dan kualitas dari ikan tersebut, misalnya melalui hibridasi. Menurut Ismi et al. (2013), hibridasi merupakan salah satu cara untuk menigkatkan keragaman genetik ikan dimana karakter-karakter dari tetuanya akan saling bergabung menghasilkan turunan yang tumbuh cepat, tahan terhadap penyakit bahkan perubahan lingkungan yang ekstrim. Menurut Sunarma et al. (2007), benih hibrida selain dapat menambah diversifikasi spesies juga berpeluang untuk meningkatkan produksi perikanan di masa datang. Salah satu ikan kerapu hasil hibridasi ialah ikan kerapu cantang. Ikan kerapu cantang ini merupakan ikan hasil hibridasi dari ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus)
induk
betina
dengan
ikan
kerapu
kertang
2
(Epinephelus lanceolatus) induk jantan. Menurut Soeharmanto et al. (2010), ikan kerapu macan telah dapat dengan mudah dikembangkan baik benih dan pembesarannya, sedangkan ikan kerapu kertang yang pertumbuhannya lebih cepat dari kerapu macan hingga saat ini masih banyak mengalami kesulitan terutama pada ketersediaan induk. Pemanfaatan keunggulan kerapu kertang secara sederhana ternyata dapat dilakukan dengan hibridasi keduanya. Hal ini awalnya terjadi secara tidak sengaja saat dilakukan pencampuran induk kertang dan macan yang memijah bersamaan dalam satu bak pemeliharaan. Hal inilah yang merupakan potensi yang sangat menjanjikan bagi budidaya ikan. Pada proses budidaya salah satu faktor yang terpenting yaitu air. Air sangat penting karena berfungsi sebagai media hidup ikan. Kondisi perairan harus disesuaikan menurut kebutuhan ikan supaya ikan tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Keberhasilan budidaya perairan banyak ditentukan dengan kualitas dan kuantitas air. Oleh karena itu perlu adanya manajemen kualitas air yang tepat. Menurut Kordi (2010), kualitas air merupakan faktor pembatas dalam pertumbuhan ikan budidaya. Ikan akan terhambat pertumbuhannya apabila hidup pada lingkungan perairan yang buruk karena energinya digunakan untuk bertahan pada lingkungan tersebut. Kualitas air yang buruk juga menjadi sumber penyakit sehingga dapat menginfeksi ikan budidaya, oleh karena itu kualitas air pada kolam budidaya harus benar-benar diperhatikan. Kualitas air harus dapat digunakan untuk kelangsungan hidup ikan secara optimal. Menurut Effendi (2003), kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dalam beberapa parameter, yaitu parameter fisika seperti suhu dan kecerahan. Parameter kimia (oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH), karbondioksida (CO2) dan amoniak (NH3). Parameter bilogi seperti plankton.
3
1.2
Rumusan Masalah Proses budidaya ikan tentunya tidak lepas dari kualitas air. Air merupakan
media dan hasil interaksi dari berbagai faktor yang dapat menentukan cocok atau tidaknya bagi kehidupan ikan. Tubuh ikan terutama bagian insang akan terus berinteraksi dengan air maupun dengan bahan yang terlarut dan tersuspensi di dalamnya. Kualitas air akan secara langsung mempengaruhi kesehatan maupun pertumbuhan ikan. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal tersebut meliputi genetik dan kondisi fisiologis ikan sedangkan faktor eksternal meliputi kualitas kimia dan fisika air, ketersediaan pakan dan penyakit. Oleh karena itu perlu adanya manajemen kualitas air pada proses budidaya ikan untuk mendapatkan hasil ikan konsumsi dengan kualitas tinggi
1.3
Tujuan Tujuan dari Praktik Kerja Magang (PKM) ini ialah sebagai berikut:
1.
Mengetahui secara langsung tentang pengelolaan parameter kualitas air fisika dan kimia pada proses pendederan ikan kerapu cantang di IBAP Probolinggo.
2.
Mengetahui secara langsung alur dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pendederan ikan kerapu cantang di IBAP Probolinggo.
1.4
Kegunaan Kegunaan Praktik Kerja Magang (PKM) ini yaitu:
1.
Memberikan kontribusi dalam bentuk pelaksanaan konsep link and match antara dunia kerja nyata di Instalasi Budidaya Air Payau (IBAP) Probolinggo dan dunia pendidikan.
4
2.
Mendapatkan pengetahuan tentang budidaya ikan baik mengenai manajemen pakan maupun manajemen kualitas air serta cara mengatasi permasalahan yang ada selama proses budidaya.
1.5
Waktu dan Tempat Praktik Kerja Magang (PKM) dilaksanakan di Instalasi Budidaya Air
Payau (IBAP) Kota Probolinggo, Provinsi Jawa Timur serta pelaksanaannya selama 40 hari orang kerja yaitu pada tanggal 1 Juli 2015 – 28 Agustus 2015.
2. MATERI DAN METODE PRAKTIK KERJA MAGANG
2.1
Materi Praktik Kerja Magang Materi yang digunakan dalam Praktik Kerja Magang di Instalasi Budidaya
Air Payau Kota Probolinggo, Provinsi Jawa Timur ini ialah air yang akan diukur kualitasnya menurut parameter yang telah ditentukan dan ikan kerapu cantang sebagai ikan yang didederkan pada bak pendederan. Adapun parameter yang akan diukur meliputi parameter fisika dan kimia air serta biologis ikan. Pada parameter fisika akan diukur ialah suhu. Parameter kimia ialah pH, amoniak, salinitas dan DO.
2.2
Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada Praktik Kerja Magang (PKM) di
IBAP Probolinggo dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan pada Praktik Kerja Magang. No. Variabel
Alat
1.
Suhu
2.
Derajat Keasaman (pH)
4.
Oksigen (DO)
terlarut
5.
Amoniak
Bahan Air sampel DO meter merk Aquadest Lutron DO-5510 Tissue pH pen merk HANNA Air sampel HI98107 Aquadest Aquadest DO meter merk Air sampel Lutron DO-5510 Tissue Spektrofotometer UV Ammonium klorida 1800 (NH4Cl) Timbangan analitik Larutan fenol Erlenmeyer 50 mL Natrium nitropusida Labu ukur 100 mL; (C5FeN6Na2O) 0.5% 500 mL dan 1000 mL Larutan alkalin sitrat Gelas ukur 25 mL (C6H5Na3O7) Pipet volumetric 1.0 Natrium hipoklorit mL; 2.0 mL; 3.0 mL (NaClO) 5% dan 5.0 mL Larutan Pipet ukur 10 mL dan pengoksidasi 100 mL Tissue Gelas piala 1000 mL
6
No. Variabel 6.
Salinitas
7.
Pengukuran panjang ikan
2.3
Alat Hand-held Refraktometer atago RSATO100A
Penggaris
Bahan merk TI
Air sampel Tissue Aquadest Ikan cantang
kerapu
Metode Praktik Kerja Magang Metode pengumpulan data pada praktik kerja magang ini ialah metode
deskriptif, yaitu membuat suatu gambaran (deskripsi) mengenai situasi yang terjadi selama PKM. Menurut Narbuko dan Achmadi (2007), metode deskriptif yaitu berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Metode ini memberikan informasi yang dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Menurut Surakhmad (2004), metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis tentang arti data itu. Data yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Magang ini diambil di Instalasi Budidaya Air Payau (IBAP) Probolinggo selama 40 hari kerja yang meliputi data primer dan data sekunder. Menurut Azwar (1997), data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Data primer dapat diperoleh dengan beberapa cara yaitu parsipasi aktif, observasi dan wawancara. Data sekunder yaitu data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang lain yang kemudian dikutip sebagai literatur. Pada Praktik Kerja Magang ini data sekunder diperoleh dari jurnal, buku-buku, laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) maupun skripsi dan pustaka lain serta data yang diperoleh dari lembaga penelitian yang dapat menunjang proses praktik kerja magang ini.
7
2.3.1
Partisipasi Aktif Partisipasi aktif yaitu melakukan pengamatan dengan cara melibatkan diri
secara langsung pada tempat yang sedang diamati (Indiartoro dan Supomo, 1999). Bentuk partisipasi aktif yang dilakukan pada Praktik Kerja Magang di IBAP Probolinggo yaitu turut serta dalam mengelola kualitas air pada bak pendederan ikan kerapu cantang baik dalam proses penyifonan, pergantian air dan pembersihan bak pendederan serta kegiatan lain seperti pemberian pakan, pemanenan dan pengiriman benih.
2.3.2
Observasi Observasi dapat disebut juga pengamatan yang meliputi kegiatan
pemusatan perhatian pada suatu objek dengan menggunakan alat bantu (Arikunto, 2002). Adapun kegiatan observasi yang akan dilakukan ialah dengan melakukan pengecekan parameter kualitas air yang sudah ditentukan dengan tujuan untuk mengetahui parameter fisika dan kimia yang mempengaruhi kualitas air pada proses pendederan ikan kerapu cantang. Adapun kegiatan observasi yang akan dilakukan selama Praktik Kerja Magang ini yaitu melakukan pengukuran secara langsung terhadap parameter kualitas air pada bak pendederan ikan kerapu cantang serta pengambilan gambar (dokumentasi) peralatan, fasilitas dan kegiatan selama praktik kerja magang seperti pemanenan. Berikut ini ialah cara pengukuran parameter kualitas air selama PKM. a. Suhu dan DO Pengukuran suhu dan DO perairan di IBAP Probolinggo menggunakan DO meter merk Lutron DO-5510. Prosedur pengukuran oksigen terlarut (DO) dengan menggunakan DO meter merk Lutron DO-5510 ialah sebagai berikut : 1) Melakukan pengecekan baterai
8
2) Mengecek indikator / elektroda 3) Menyalakan DO meter dengan tekan tombol on 4) Memasukkan elektroda ke dalam air sampel dan ditunggu beberapa saat sampai nilai stabil 5) Membilas elektroda dengan aquades dan dikeringkan dengan tissue 6) Mematikan DO meter dengan tekan tombol off.
b. Derajat Keasaman (pH) Pengukuran pH perairan dilakukan dengan menggunakan pH pen merk HANNA HI98107. Prosedur pengukuran pH perairan dengan menggunakan pH pen merk HANNA HI98107 ialah sebagai berikut : 1) Melepaskan penutup pH pen 2) Menggeser “ON/OFF” di bagian atas alat 3) Mengkalibrasi pH pen dengan cara memasukkan pH pen ke dalam larutan penyangga hingga menunjukkan angka 7,0 4) Masukkan pH pen ke dalam air sampel selama kurang lebih 1 menit; 5) Membaaca nilai yang tertera pada pH pen 6) Mencuci alat menggunakan aquades.
c. Salinitas Pengukuran salinitas perairan di IBAP Probolinggo menggunakan Handheld Refraktometer
merk atago TI-RSATO100A. Adapun prosedur pengujian
salinitas dengan menggunakan Hand-held Refraktometer merk atago TIRSATO100A ialah sebagai berikut : 1) Mengangkat penutup kaca prisma 2) Meletakkan 1-2 tetes air sampel yang diukur 3) Menutup kembali kaca prisma dengan hati-hati agar tidak terjadi gelembung 4) Melihat nilai salinitas melalui kaca pengintai
9
5) ihkan permukaan prisma dengan tissue setelah selesai digunakan.
d. Amoniak Pengukuran kadar amoniak dilakukan dengan menggunakan alat Spektrofotometer UV 1800. Adapun prosedur pengujian amoniak dengan menggunakan Spektrofotometer UV 1800 ialah sebagai berikut : 1) Memasukkan contoh uji ke dalam erlenmeyer 50 mL dengan menggunakan pipet volume 25 mL 2) Menambahkan 1 mL larutan fenol, menghomogenkan 3) Menambahkan 1 mL natrium nitroprusid, menghomogenkan 4) Menambahkan 2,5 mL larutan pengoksidasi, menghomogenkan 5) Menutup erlenmeyer tersebut dengan plastik atau paraffin film 6) Membiarkan selama 1 jam untuk pembentukan warna 7) Memasukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, membaca dan mencatat serapannya pada panjang gelombang 640 nm.
2.3.3
Wawancara Wawancara dilakukan untuk tujuan tugas tertentu seperti mendapatkan
informasi secara lisan dari responden dengan berdialog langsung dengan responden tersebut (Koentjoroningrat, 1991).
Kegiatan wawancara yang
dilakukan yaitu berkomunikasi dan menanyakan berbagai hal yang berhubungan dengan IBAP Probolinggo. Adapun Kegiatan wawancara yang dilakukan selama PKM ialah: a. Melakukan wawancara tentang sejarah berdirinya IBAP Probolinggo, visi, misi,
tujuan,
sarana
dan
prasarana
serta
struktur
organisasi
kepengurusan serta tugas pokok dan fungsi di IBAP Probolinggo.
dan
10
b. Melakukan wawancara yang berhubugan dengan perencanaan kegiatan pendederan ikan kerapu cantang mulai dari seleksi benih, persiapan bak, pengelolaan dan pergantian air, dosis dan intensitas waktu pemberian pakan, pemanenan dan pengemesan serta permasalahan yang sering dihadapi beserta solusinya.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Keadaan Umum Lokasi Praktik Kerja Magang 3.1.1
Sejarah Tahun 1972 Pemerintah Provinsi Jawa Timur mulai memberi perhatian di
sektor perikanan khususnya budidaya udang. Pada akhir bulan Desember 1972 Gubernur Provinsi Jawa Tiimur memerintahkan melakukan survei untuk membangun balai pembenihan udang. Setelah Gubernur melakukan survei di berbagai lokasi di Jawa Timur diputuskan bahwa Desa Sukabumi Kecamatan Mayangan Kabupaten Probolinggo merupakan lokasi yang paling ideal untuk didirikan balai pembenihan udang. Menindaklanjuti survei tersebut maka berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Provinsi Jawa Timur
NO.
DA/126/SK/ML/1973
tanggal
22
November
1973
dilakukan
pengadaan tanah dengan luas 40.000 m² yang terletak di Desa Sukabumi Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo. Pembangunan dimulai pada bulan Oktober 1973 yaitu membangun gedung hatchery, perlengkapan hatchery, gedung kantor. Pada bulan Agustus 1974 dilanjutkan dengan pembangunan hatchery dan penahan abrasi, pada bulan Oktober 1974 dilakukan pembangunan instalasi listrik, saluran air, pagar tembok, pagar kawat berduri, rumah dinas, rumah untuk tamu beserta tembok pembatasnya. Selain pembangunan juga dilakukan pengadaan alat-alat pembantu berupa alat-alat laboratorium dan kantor. Pada tanggal 20 November 1975 dilanjutkan dengan pembangunan rumah direktur, penahan abrasi dan jalan. Tanggal 20 Mei 1978 dilakukan pembangunan tempat pemeliharaan larva dengan dinding yang terbuat dari kayu dan atap yang terbuat dari seng serta terdapat 8 buah bak beton dengan ukuran (3×3×1) m³ di dalamnya yang dilengkapi dengan instalasi untuk saluran air tawar dan air laut.
12
Pada tahun anggaran 1979-1980 dilanjutkan pembangunan tempat pembenihan udang galah beserta 4 buah bak beton dengan ukuran (8×1,5×1) m³ dan tandon air tawar dengan ukuran (1,84×1,84×2) m³ dengan tinggi menara 5.85 m. Setelah seluruh kegiatan pembangunan selesai dilanjutkan dengan penentuan status kelembagaan balai pembenihan udang galah tersebut. Oleh karena itu melalui surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I terhitung sejak tanggal 1 Desember 1974 Kepala Daerah tingkat I terhitung sejak tanggal 1 Desember 1974 telah membentuk proyek pusat pembenihan udang dengan surat Keputusan No UP/824/I/XI/1974 tanggal 30 November 1974. Penentuan status kelembagaan tersebut, dimaksudkan sebagai kelengkapan susunan organisasi Dinas Perikanan Provinsi Derah tingkat I Jawa Timur yang telah ditetapkan oleh Gubernur Kepala Derah Tingkat I Jawa Timur dengan surat keputusan NO.DEM/739/G/HK/ tanggal 11 Desember. Pusat Pembenihan Udang (PPU) kemudian diubah menjadi Unit Pengelola Budidaya Laut (UPBL) Probolinggo berdasarkan SK Gubernur Jawa Timur nomor 23 tahun 1987. Pusat Pembenihan Udang (PPU) Probolinggo merupakan salah satu Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur yang terletak di tepi pantai utara Kota Probolinggo, tepatnya di Desa Sukabumi Kecamatan Mayangan Kota Prolinggo berada pada ketinggian 1 meter di atas permukaan laut dengan tekstur lumpur berpasir, UPBL Probolinggo mempunyai luas lahan ± 5 Ha yang dimanfaatkan untuk pertambakan, hatchery, kantor, mes karyawan, dan fasilitas-fasilitas yang menunjang kegiatan baik pada kegiatan budidaya maupun pembenihan. Pada tahun 2014 Unit Pengelola Budidaya Laut (UPBL) Probolinggo diubah namanya menjadi Instalasi Budidaya Air Payau (IBAP) Probolinggo berdasarkan SK Pergub Jawa Timur nomor 31 tahun 2014 mulai tanggal 23 Mei 2014 sampai dengan saat ini.
13
3.1.2
Lokasi IBAP Probolinggo Instalasi Budidaya Air Payau (IBAP) Probolinggo terletak di jalan Anggrek
4 Desa Sukabumi Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Batas–batas wilayah IBAP Probolinggo yaitu sebelah utara Laut Jawa atau Selat Madura, sebelah selatan Desa Sukabumi, sebelah barat Desa Pilang, sebelah timur Desa Mangunharjo. 3.1.3
Tugas Pokok dan Fungsi IBAP Probolinggo merupakan UPT Dinas Perikanan dan Kelautan
Provinsi Jawa Timur mempunyai tugas pokok yaitu melakukan sebagian tugas Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur. Lebih luas lagi sasaran pokok ialah memproduksi benih udang secara maksimal dan berkualitas. Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pertumbuhan usaha budidaya perikanan, maka melalui SK Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur Nomor 37 tahun 1998 tentang peningkatan fungsi UPT Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur tugas tersebut ditingkatkan melalui optimalisasi penerapan teknik pembenihan perikanan dengan mengembangkan komoditas multispesies yang berorientasi pada permintaan pasar. Penjabaran tugas-tugas di atas maka fungsi yang menjadi tanggungjawab IBAP Probolinggo sebagai UPT Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi sebagai berikut: a.
Melaksanakan proses produksi perikanan secara efektif dan efisien untuk menghasilkan produksi benih berkualitas secara optimal
b.
Melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat dengan menyediakan atau meproduksi benih udang (komoditas perikanan lainnya) yang berkualitas
14
c.
Melaksanakan kaji terap dalam budang pembenihan udang (komoditas perikananan lainnya) dan budidaya tambak serta sekaligus melakukan sosialisasi apa yang telah dicapai kepada masyarakat
d.
Sebagai pelaksanaan tugas istratif.
3.1.4
Struktur Organisasi Susunan organisasi dan tata kerja UPT PBAP Bangil ditetapkan
berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur nomor 31 tahun 2014. Jumlah tenaga kerja di IBAP Probolinggo secara keseluruhan ialah 20 orang yang terdiri dari kepala IBAP Probolinggo, 1 orang koordinator operasional, 7 orang bagian tata usaha, 2 orang bagian laboratorium, 4 orang bagian budidaya, 5 orang bagian benih. Tugas dari tiap–tiap pegawai berbeda sesuai dengan posisinya dan sudah ditetapkan sebelumya. Adapun susunan organisasi IBAP Probolinggo dapat dilihat pada lampiran 3. 3.2 Sarana dan Prasarana 3.2.1 a.
Sarana
Bangsal A Bangsal A merupakan bangunan yang berdinding tembok, beratap asbes
dan fiberglass yang di dalamnya terdapat 10 buah bak beton berbentuk persegi panjang dengan ukuran 4 x 3 x 1.5 m3 yang berfungsi untuk memelihara udang vanname.
b.
Bangsal B Bangsal B merupakan bangunan yang berdinding tembok, beratap asbes
dan fiberglass yang di dalamnya terdapat 4 buah bak beton berbentuk persegi panjang dengan ukuran 2 x 5 x 1,3 m3 yang berfungsi untuk memelihara udang vanname.
15
c. Bangsal C Bangsal C merupakan bangunan berdinding tembok beratap asbes yang di dalamnya terdapat 23 buah bak beton berukuran 5 x 3 x 2 m3 digunakan sebagai berikut: a) 2 buah bak untuk perkawinan udang windu b) 2 buah bak untuk filter air laut c) 12 buah bak untuk tendon atau pengendapan air laut d) 2 buah bak untuk tendon air tawar a) 4 buah bak untuk pemeliharaan atau perkawinan kepiting dan rajungan b) 1 buah bak untuk tandon air laut yang siap pakai.
d.
Bangsal D Bangsal D merupakan bangunan berdinding tembok beratap asbes dan
fiberglass yang di dalamnya terdapat 8 buah bak beton berukuran 4 x 1 x 1,5 m3 yang berfungsi sebagai bak pembenihan udang galah.
e.
Bangsal E Bangsal E merupakan bangunan berdinding tembok beratap fiberglass
dan di dalamnya terdapat 6 buah bak beton berbentuk persegi panjang berukuran 4 x 2.5 x 1.3 m3 yang saat ini berfungsi sebagai bak pendederan ikan kerapu cantang serta terdapat 1 buah bak beton berbentuk persegi panjang berukuran 5 x 2 x 1.5 m3 yang berfungsi sebagai bak tandon air laut. f.
Bangsal F Bangsal F merupakan bangunan berdinding tembok dan beratap asbes
yang di dalamnya terdapat 8 buah bak beton berbentuk persegi panjang berukuran 5 x 2 x 1.25 m3 yang berfungsi sebagai bak pembesaran udang galah dan ikan koi.
16
g. Bangsal G Bangsal G merupakan bangunan bak beton berbentuk persegi panjang tanpa atap yang berjumlah 4 buah dengan ukuran 5 x 2 x 1.25 m3, 2 buah bak digunakan sebagi bak tandon air laut dan 2 buah bak digunakan sebagai bak pembesaran ikan nila. h.
Bangsal H Bangsal H merupakan bangunan berdinding tembok setengah dan
beratap fiberglass yang di dalamnya terdapat 16 buah bak beton berukuran 2 x 1.5 x 1 m3 yang berfungsi sebagai bak pembesaran ikan lele. i.
Pertambakan Pada operasional budidaya ikan dan udang di IBAP Probolinggo terdapat
13 unit tambak dan 2 unit bak konikel. j.
Rumah Mesin Blower Rumah mesin blower ini merupakan bangunan yang berdinding tembok
dan beratap asbes yang di dalamnya terdapat 2 unit pompa air laut dan 1 unit generator set. Pompa air laut tersebut digunakan untuk mengambil air laut melalui pipa PVC dengan diameter 4 dim yang nantinya di salurkan ke bak tendon dan selanjutnya didistribusikan pada kegiatan-kegiatan yang memerlukan air laut.
k. Sumur Bor Sumur bor ini digunakan untuk mengambil air tawar dan air payau dari dalam tanah dengan bantuan pompa air yang nantinya air ini akan ditampung dalam bak tendon dan selanjutnya didistribusikan peda kegiatan-kegiatan yang memerlukan air tersebut.
17
l.
Tenaga Listrik Instalasi Budidaya Air Payau (IBAP) Probolinggo menggunakan listrik
sebagai sarana penunjang kegiatannya. Sumber tenaga listrik yang digunakan di IBAP Probolinggo berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) cabang Probolinggo. Besar daya atau kekuatan yang ada sebesar 43.000 watt. Selain dari PLN, IBAP Probolinggo juga mempunyai cadangan berupa generator set dengan kekuatan 30 KVA yang digunakan sebagai pembangkit listrik apabila aliran listrik dari PLN padam. m.
Komunikasi Sarana Komunikasi yang digunakan di IBAP Probolinggo untuk
memperlancar hubungan komunikasi dengan pihak luar atau instansi lain berupa pesawat telepon yang berasal dari PT Telkom cabang Probolinggo. Selain itu sarana komunikasi lainnya yang digunakan ialah via internet dari speedy sehingga akses komunikasi lebih mudah dan tidak terbatas. n.
Jalan dan Transportasi Transportasi merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih lokasi usaha karena kelancaran transportasi akan memudahkan pengankutan barang ataupun hasil panen. Jalan yang berada di dalam lokasi IBAP ialah paving dengan kondisi baik. Transportasi baik roda dua maupun roda empat dapat masuk dalam wilayah IBAP Probolinggo. o.
Sistem aerasi Pada IBAP Probolinggo sistem aerasi diperoleh dari berbagai sumber
yaitu difusi oksigen dari permukaan perairan, oksigen hasil fotosintesis serta terdapat bantuan suplai blower dan Kincir air. Oksigen sangat diperlukan dalam kehidupan dan aktivitas biota perairan.
Pada kegiatan pembesaran seperti
18
pembesaran udang vaname alat yang digunakan ialah kincir air. Sedangkan padakegiatan
pembenihan
seperti
pendederan
ikan
kerapu
cantang
menggunakan hi-blow. Sitem aerasi pada pembesaran dapat dilihat pada Gambar 1, sedangkan sistem aerasi pada pembenihan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 1. Kincir Air
Gambar 2. Hi-blow
p. Kantor IBAP Probolinggo mempunyai sebuah kantor utama. Kantor ini digunakan untuk ruang kepala, ruang istrasi dan ruang untuk menerima tamu. Selain itu kantor ini juga digunakan untuk menyimpan laporan-laporan penting mengenai kegiatan yang dilakukan di IBAP Probolinggo. Kantor IBAP Probolinggo dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kantor IBAP q.
Laboratorium Pada gedung laboratorium IBAP Probolinggo diantaranya terdapat 4
ruangan, 1 buah digunakan untung ruang kepala laboratorium dan 3 buah ruangan
digunakan
sebagai
laboratorium.
Laboratorium
tersebut
yaitu
19
laboratorium kualitas air, laboratorium elisa dan laboratorium nutrisi. Dari ketiga laboratorium yang ada tersebut hanya 1 laboratorium yang difungsikan yaitu laboratorium
kualitas
air
karena
kurangnya
tenaga
ahli
yang
dapat
mengoperasikan laboratorium yang ada. Laboratorium kualitas air ini digunakan untuk menganalisa sifat fisika, kimia dan biologi air dan tanah. Laboratorium di IBAP Probolinggo dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Laboratorium r.
Bangsal Kerja (workshop) Pada
bangunan
bangsal
kerja
digunakan
sebagai
kantor
penanggungjawab bagian pembenihan. Selain itu terdapat juga ruang ganti karyawan, dapur dan alat-alat penunjang untuk kegiatan pembenihan seperti blower, kulkas, timbangan. Bangsal kerja dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Bangsal Kerja s.
Kantor tambak Kantor tambak merupakan sebuah bangunan yang digunakan sebagai
kantor penanggungjawab bagian pembesaran atau budidaya, ruang tamu dan
20
sebagai tempat alat-alat penunjang yang digunakan untuk kegiatan pembesaran. Knator tambak dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Kantor tambak 3.2.2
Prasarana Prasarana yang terdapat di IBAP Probolinggo yaitu perpustakaan,
musholla, asrama atau mes dan rumah dinas. 3.3
Morfologi Ikan Kerapu Kerapu cantang merupakan ikan hasil perekayasaaan perkawinan silang
antara ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) induk betina dengan ikan kerapu kertang (Epinephelus lanceolatus) induk jantan. Perekayasaan ini telah menghasilkan satu varietas baru yang secara morfologis mirip dengan kedua spesies induknya tetapi pertumbuhannya lebih baik dan lebih cepat. Bentuk tubuh ikan kerapu cantang compress dan relatif membulat dengan ukuran lebar kepala hampir sama dengan lebar badannya. Warna kulit ikan kerapu cantang coklat kehitaman dengan garis hitam melintang di bagian tubuhnya. Semua siripnya (pectoral, anal, ventral, dorsal dan caudal) bercorak dengan dasar berwarna kuning dilengkapi dengan bintik-bintik hitam. Bintik hitam itu juga banyak tersebar di bagian kepala dan di dekat sirip pectoral dengan jumlah yang berbeda di setiap individu. Bentuk ekornya rounded (membulat). Bentuk mulutnya lebar superior (bibir bawah lebih panjang daripada bibir atas). Sisik stenoid (bergerigi). Bentuk gigi runcing.
21
Klasifikasi
ikan
kerapu
secara
umum
menurut
Subyakto
dan
Cahyaningsih (2003) ialah sebagai berikut: Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Osteichtyes
Subkelas
: Actinopterigi
Ordo
: Percomorphi
Subordo
: Percoidea
Family
: Serranidae
Genus
: Ephinephelus
Spesies
: Epinephelus sp.
Gambar 7. Ikan Kerapu Cantang
3.4
Kegiatan Pendederan Ikan Kerapu Cantang Kegiatan pendederan ikan kerapu cantang di IBAP Probolinggo dilakukan
di bangsal E yang terletak di belakang gedung perkantoran. Bak ini terletak pada ruangan tertutup. Pada bak tersebut terdapat dua saluran yaitu inlet (saluran pemasukan air) dan outlet (saluran pengeluaran air). Saluran inlet dan outlet terletak terpisah. Saluran inlet ini berupa pipa paralon yang dilengkapi dengan saringan yang berfungsi untuk menghindari masuknya tanah dan batu yang terbawa oleh air yang dapat mengganggu proses pendederan. Pipa paralon yang digunakan pada inlet ada dua yaitu untuk saluran air tawar dan saluran air laut.
22
Pipa paralon yang digunakan untuk menyalurkan air laut dihubungkan dengan mesin pompa diesel dengan merk dagang Yanmar 16 PK berukuran 4 dim, sedangkan pipa paralon yang digunakan untuk menyalurkan air tawar dihubungkan dengan pompa diesel dengan merk dagang Jetpam berukuran 1 ¼ dim. Pada saluran pengeluaran air (outlet) terdapat satu pipa besar yaitu pipa PVC dengan ukuran 4 dim. Saluran inlet dan outlet dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9.
Gambar 8. Inlet
3.4.1
Gambar 9. Oulet
Persiapan Bak Tahap awal dari pendederan ikan kerapu cantang ialah persiapan bak
yaitu pertama melakukan pembersihan bak dengan cara menyikat dasar dan diding bak tersebut menggunakan sikat sehingga semua kotoran hilang, kemudian dibilas menggunakan air sampai benar-benar bersih. Setelah bak dibersihkan, bak tersebut dikeringkan kurang lebih 2-3 hari. Kemudian bak diberi kaporit (Ca(ClO)2) dengan cara menyiramkan pada dinding dan dasar bak secara merata dengan dosis 25.000 ppm (250g kaporit yang dilarutkan dalam 10 L air). Kaporit ini berfungsi untuk menghilangkan patogen yang menempel pada bak pendederan yang bisa menganggu kelangsungan hidup ikan. Setelah diberi kaporit bak pendederan ini harus dibersihkan kembali dengan cara disikat bagian dasar dan dinding bak. Hal ini bertujuan agar kaporit yang telah disiramkan pada diding dan dasar bak tersebut tidak mengering yang nantinya dapat mengganggu
23
kelangsungan hidup ikan. Setelah itu dibilas dengan air tawar sehingga sisa-sisa kaporit tersebut hilang. Tahap selanjutnya yaitu pengisian air sampai ketinggian 40-50 cm dan dilanjutkan dengan pemasangan aerator yang dilakukan sehari setelah pemberian kaporit. Pemasangan aerator ini bertujuan untuk mensuplai oksigen yang dapat berguna pada pendederan ikan kerapu cantang. Jumlah aeraor yang dipasang sebanyak 20 buah. Menurut Aslianti (2010), pengaturan pipa dan batu aerasi disesuaikan dengan kebutuhan dan diatur sedemikian rupa sehingga pasokan oksigen yang mengalir dalam bak diharapkan dapat memenuhi kebutuhan ikan. 3.4.2
Seleksi Benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam
pendederan ikan kerapu. Hal yang perlu diperhatikan yaitu seleksi benih, transportasi benih, padat tebar serta kualitas benih yaitu benih ikan dalam kondisi sehat misalnya tidak cacat dan ukuran benih yang seragam agar diperoleh hasil yang baik dan maksimal. Benih yang ditebar pada IBAP Probolinggo diperoleh dari PT. Makara Banyuglugur Situbondo. Menurut Akbar et al. (2013), salah satu upaya untuk menunjang usaha budidaya ikan kerapu ialah seleksi beinh. Keberhasilan pembenihan juga ditunjang ukuran benih, kepadatan dan volume media. Menurut Sembiring et al. (2013), benih merupakan salah satu faktor produksi yang sangat menentukan keberhasilan suatu usaha budidaya.
3.4.3
Penebaran Benih Penebaran ikan kerapu cantang dilakukan sehari setelah bak pendederan
diisi air dan diberi aerasi. Ikan kerapu cantang yang ditebar berukuran 2-3 cm. Sebelum ikan ditebar di bak pendederan terlebih dahulu dipindah ke dalam
24
ember plasitik yang berlubang (seperti tempat nasi) kemudian dibilas dengan air tawar
dan
dimasukkan
ke
dalam
larutan
Malachite
green
oxalate
(C6H5C[C6H4N(CH3)2)2]Cl.C7H15COOH) kurang lebih 15 detik yang bertujuan untuk menghilangkan jamur yang menempel pada tubuh ikan kerapu sehingga ikan tidak sakit atau mati. Pemberian Malachite green oxalate ini dengan dosis 10g dan dilarutkan ke dalam 10 liter air (1000 ppm). Setelah dimasukkan ke dalam larutan Malachite green oxalate ikan kerapu cantang dibilas lagi dengan air tawar selanjutnya langsung ditebar pada bak pendederan. Ikan kerapu yang ditebar sebanyak 12.000 ekor dan ditebar pada 6 bak berukuran 4x2.5x1.3 m3 dengan padat tebar pada masing-masing bak yaitu 2000 ekor.
3.4.4
Pemberian Pakan Pakan merupakan faktor yang penting untuk menunjang keberhasilan
kegiatan pendederan. Pakan yang digunakan hendaknya mempunyai kandungan nutrisi dan protein yang tinggi karena ikan kerapu merupakan ikan karnivora. Pakan yang digunakan ialah jenis pakan pelet. Pakan pelet ini didapat dari PT. Cargill (dapat dilihat pada Gambar 10).
Gambar 10. Pakan ikan kerapu Menurut Ismi et al. (2013), berbagai jenis pakan dapat digunakan selama tahap pendederan termasuk jenis pakan pelet kering (komersial), pelet basah, ikan rucah, udang rebon atau kombinasi semuanya. Namun penggunaan ikan rucah tidak dianjurkan kecuali tidak ada alternatif lain, karena kemungkinan
25
perpindahan parasit dari pakan ikan yang sedang dibudidayakan yang dapat menyebabkan meningkatkan kematian akibat wabah penyakit. Pemberian pakan harus disesuaikan dengan bukaan mulut benih ikan kerapu cantang. Pemberian pakan pada benih ikan kerapu cantang di IBAP Probolinggo dilakukan secara adlibitum (diberi makan sampai ikan kenyang) sebanyak 4 kali dalam sehari (pukul 07.00, 11.00, 14.00 dan 16.00 WIB). pemberian pakan ini harus secara rutin sedikit demi sedikit dan tidak boleh terlalu berlebihan karena akan menyebabkan pemborosan. Jadi pemberian pakan ini harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti. Menurut Ismi et al. (2013), kerapu juvenile harus diberi makan sesering mungkin selama fase pendederan setidaknya 4-6 kali sehari. Pemberian pakan yang sering akan mengurangi kanibalisme. Pemberian pakan yang baik seharusnya disaat subuh karena secara nyata dapat mengurangi kanibalisme pada kerapu jika dibandingkan mulai memberi pakan lebih siang.
3.4.5
Penyifonan dan Pergantian Air Pengelolaan kualitas iar pada bak pendederan juga dilakukan dengan
cara melakukan kegiatan penyifonan untuk membuang kotoran berupa feses dan sisa pakan yang terdapat di dasar bak. Penyifonan dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pagi pukul 07.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 WIB. dengan menggunakan alat siphon yang terdiri dari selang dan paralon. Penyifonan dapat dilihat pada Gambar 11. Ketika melakukan peyiphonan juga mengurangi volume air dengan cara membuka saluran pembuangan atau pengeluaran (outlet) setelah dilakukan penyifonan dilakukan pergantian air. Pergantian air pada bak pendederan di IBAP Probolinggo dilakukan 2 kali dalam sehari. Pergantian air ini bertujuan untuk ihkan air dari kotoran yang tidak tersifon. Pergantian air ini diharapkan dapat menjaga kestabilan
26
parameter fisika, kima dan biologi untuk kualitas air serta untuk menjaga kesehatan ikan itu sendiri. Pergantian air mempunyai dampak positif terhadap kestabilan kualitas air. Kondisi air yang kotor akibat terakumulasinya sisa kotoran yang terdapat dalam bak akan terganti secara cepat jika presentase pergantian air cukup tinggi sehingga diprediksi dapat mengahambat tumbuhnya parasite (jamur ataupun bakteri). Hal ini sesuai dengan literatur menurut Aslianti (2010), ikan kerapu umunya hidup di perairan karang, bersifat menyendiri dan lebih menyukai
habitat
yang
bersih
dengan
kondisi
perairan
yang
stabil.
Mengantisipasi sifat alami ikan kerapu tersebut, pergantian air merupakan faktor penting dalam menjaga kestabilan kualitas air selama pemeliharaan dalam wadah terkontrol. Oleh karenanya pengelolaan lingkungan pemeliharaan ikan kerapu melalui pergantian air secara rutin dan optimal diharapkan dapat mengurangi kendala ekstrim yang terjadi.
Gambar 11. Penyifonan
3.4.6
Pembersihan Bak Pembersihan bak pada bak pendederan di IBAP Probolinggo dilakukan
dua hari sekali. Pembersihan bak ini dilakukan dengan cara menguras air dan menyikat dasar dan dinding bak. Hal ini bertujuan untuk ihkan bak dari kotoran seperti lumut dan menghindari kemungkinan terjadinya kontaminasi parasit. Pembersihan bak dapat dilihat pada Gambar 12.
27
Gambar 12. Pembersihan bak
3.4.7
Kualitas Air Kualitas air yang diukur pada bak pendderan ikan kerapu cantang
meliputi parameter fisika dan kimia air yang terdiri dari suhu, DO, pH, salinitas dan amoniak yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan. a. Suhu Air Suhu air merupakan faktor yang mempengaruhi laju metabolisme, nafsu makan, pertumbuhan organisme yang hidup di perairan dan kelarutan oksigen dalam perairan tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur menurut Kordi dan Tancung (2007), suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, oleh karena itu penyebaran organisme baik di lautan maupun di perairan air tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan biota air. Secara umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu. Suhu dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai drastis. Dari hasil pengukuran suhu pada bak pendederan ikan kerapu cantang di IBAP Probolinggo yang dilakukan 1 kali sehari yaitu pada pukul 07.00 WIB didapatkan hasil kisaran suhu antara 24,3 oC – 26,3 oC. Kenaikan dan penurunan suhu ini disebabkan oleh keadaan kondisi alam seperti adanya angin gending meskipun pengaruhnya tidak secara langsung karena bak pendederan ikan
28
kerapu cantang terdapat pada lokasi tertutup. Selain itu adanya pergantian air yang terus dilakukan dan adanya bantuan aerasi juga mempengaruhi tinggi rendahnya suhu. Menurut Kordi dan Tancung (2007), suhu air optimum bagi kehidupan ikan kerapu yaitu berkisar antara 27 oC – 32 oC. Semakin tiggi suhu air, semakin tinggi pula laju metabolisme organisme yang berarti semakin besar konsumsi oksigennya, padahal kenaikan suhu tersebut bahkan mengurangi daya larut oksigen dalam air. Pergantian atau pencampuran air dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh suhu tinggi. Pergantian air yang diupayakan untuk pengenceran metabolit sekaligus dapat mempengaruhi suhu tinggi.
Gambar 13. Grafik pengukuran suhu (0C)
b. Oksigen Terlarut Ketersediaan
oksigen
terlarut
di
dalam
suatu
perairan
sangat
berpengaruh bagi kehidupan organisme termasuk ikan. Ikan kerapu cantang membutuhkan oksigen agar dapat melakukan aktivitasnya. Menurut Kordi dan Tancung (2007), oksigen merupakan salah satu faktor pembatas sehingga apabila ketersediaannya dalam air tidak mencukupi biota budidaya maka segala
29
aktivitas dari biota tersebut akan terhambat. Hal ini juga sesuai dengan Odum (1971), yang menyatakan bahwa oksigen terlarut merupakan salah satu unsur pokok pada proses metabolisme dari organisme, terutama untuk proses respirasi. Disamping itu juga dapat digunakan sebagai petunjuk kualitas air. Berdasarkan hasil pengukuran oksigen terlarut pada bak pendederan ikan kerapu cantang di IBAP Probolinggo yang dilakukan 1 kali sehari yaitu pada pukul 07.00 WIB berkisar antara 5,1 – 5,9 ppm. Konsentrasi oksigen terlarut pada bak pendederan ikan kerapu cantang berubah-ubah dalam siklus harian. Kisaran oksigen terlarut pada bak pendederan ikan kierapu cantang sudah cukup baik, namun masih perlu adanya pengontrolan agar oksigen terlarut tetap stabil dan tidak terjadi fluktuasi yang tinggi. Menurut Kordi dan Tancung (2007), kisaran oksigen terlarut yang optimum bagi kelangsungan hidup ikan kerapu yaitu berkisan antara 5-6 ppm. Meskipun beberapa jenis ikan mampu bertahan hidup pada perairan dengan konsentrasi oksigen 3 ppm, namun konsentrasi minimum yang masih dapat diterima sebagian besar spesies biota air budidaya untuk hidup dengan baik ialah 5 ppm. Pada perairan dengan kondisi oksigen dibawah 4 ppm, beberapa jenis ikan masih mampu bertahan hidup akan tetapi nafsu makannya menurun.
Gambar 14. Grafik pengukuran oksigen terlarut (mg/L)
30
c. Salinitas Menurut Kordi dan Tancung (2007), salinitas ialah kadar seluruh ion-ion yang terlarut dalam air. Ion-ion tersebut ialah klorida, karbonat, bikarobonat, sulfat, natrium, kalsium dan magnesium. Salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotic air. Semakin tinggi salinitas, akan semakin besar pula tekanan osmotiknya. Dari hasil pengukuran salinitas pada bak pendederan ikan kerapu cantang di IBAP Problinggo yang dilakukan 1 kali sehari yaitu pada pukul 07.00 WIB berkisar antara 15 - 25 ppt. Kadar salinitas pada bak pendederan ikan kerapu cantang di IBAP Probolinggo ini tergantung tingkat pencampuran air tawar dan air laut yang dimasukkan ke dalam bak pendederan tersebut. Dengan kata lain kadar salinitas ini diatur sendiri oleh teknisi bagian pendederan sesuai dengan kebutuhan. Menurut Redjeki dan Mayunar (1990), ikan kerapu hidup normal pada salinitas 32 – 34 ppt. Sedangkan Nursida (2011) mengemukakan bahwa ikan kerapu hidup di air laut maupun air payau pada kisaran salinitas yang luas antara 15 – 35 ppt atau tahan di dalam air tawar lebih dari 15 menit namun untuk mengoptimumkan pertumbuhan ikan maka salinitas air yang digunakan untuk kegiatan pembenihan sebaiknya berkisar antara 28 – 32 ppt.
Gambar 15. Grafik pengukuran salinitas (ppt)
31
d. Derajat Keasaman (pH) pH merupakan logaritma dari kepekatan ion-ion H (hidrogen) yang terlepas dalam suatu cairan. Derajat keasaman atau pH air menunjukkan aktivitas ion hydrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hydrogen (dalam mol per liter) pada suhu tertentu. Semakin tinggi konsentrasi ion H+, akan semakin rendah konsentrasi ion H- yang tinggi dan pH >7, maka perairan bersifat alkalis (basa) (Kordi dan Tancung, 2007). Dari hasil pengukuran pH pada bak pendederan ikan kerapu cantang di IBAP Probolinggo yang dilakukan 1 kali sehari yaitu pada pukul 07.00 WIB didapatkan hasil berkisar antara 6,5 – 7,9. Kordi dan Tancung (2007) menyebutkan bahwa pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah (keasaman yang tinggi) kandungan oksigen terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas pernapasan naik dan selera makan akan berkurang. Hal yang sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 – 9,0 dan kisaran optimal adalah pH 7,5 – 8,7.
Gambar 16. Grafik pengamatan pH
32
e. Amoniak Pengukuran amoniak pada bak pendederan ikan kerapu cantang di IBAP Probolinggo dilakukan 1 kali, karena keterbatasan alat yang da di IBAP Probolinggo. Hasil pengukuran amoniak pada bak pendederan ikan kerapu cantang yaitu sebesar 0.03 mg/L. Kandungan amoniak ini masih bisa ditoleransi karena masih berada dibawah batas standar amoniak yang ditentukan. Akan tetapi kualitas air tetap harus dijaga karena sisa pakan dan feses ikan kerapu cantang sangatlah banyak sehingga jika kualitas air tidak dijaga maka akan menyebabkan menurunnya kualitas air dan menganggu kelangsungan hidup ikan kerapu cantang tersebut. Menurut Aslianti (2010), kandungan amoniak dalam media pemeliharan merupakan hasil metabolisme ikan, pembusukan senyawa organik dan bakteri. Amoniak ialah hasil utama penguraian protein dan merupakan racun bagi ikan. Oleh karena itu kandungan amoniak yang dianjurkan pada media pemeliharaan ikan tidak lebih dari 1 mg/L.
3.4.8
Penyakit Pada Ikan Penyakit dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat
menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung (Kordi, 2001). Secara umum penyebab penyakit pada usaha pendederan kerapu dapat digolongkan menjadi 2 yaitu penyebab patogenik dan non patogenik. Penyakit patogenik terjadi pada ikan disebabkan oleh beberapa kualitas air. Ikan sakit karena faktor patogenik sering terjadi karena ikan terinfeksi oleh bakteri, virus atau parasit. Penyakit yang sering menjadi masalah pada proses pendederan ikan kerapu cantang di IBAP Probolinggo yaitu insang biasanya disebabkan oleh mikroorganisme dan mulut ikan memerah dan terdapat jamur seperti protozoa
33
pada tubuh ikan kerapu cantang tersebut. Akan tetapi tidak dilakukan pengujian atau penelitian jamur apa yang menempel pada tubuh ikan kerapu cantang karena keterbatasan alat yang ada di IBAP Probolinggo. Penaggulangan atau pencegahan yang biasa dilakukan di IBAP Probolinggo yaitu melakukan penyifonan dan pergantian air selama dua kali dalam sehari, penyikatan atau pembersihan bak pendederan dua hari sekali dan memberi Malachite green oxalate atau formalin sebagai desinfektan untuk mencegah menempelnya bakteri dan jamur pada tubuh ikan kerapu cantang.
3.4.9
Pemanenan dan Pengemasan
a. Pemanenan Sebelum dilakukan pengemasan terlebih dahulu ikan dipanen dari bak pendederan. Beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk mendukung keberhasilan panen yaitu persiapan wadah, ukuran benih dan cara panen. Pemanenan dari bak pendederan ialah untuk melanjutkan kegiatan ketahap berikutnya yaitu kegiatan pembesaran. Kriteria benih ikan kerapu cantang yang akan di panen berdasarkan IBAP Probolinggo yaitu ukuran dan permintaan pasar. Biasanya benih ikan kerapu yang akan dipanen berukuran 7-11cm tetapi apabila pembeli sudah menginginkan untuk membeli benih tersebut maka ukuran 6-8 juga bisa dijual dengan syarat pembelian minimal 1000 ekor. Benih ukuran ini digunakan untuk kegiatan pembesaran di KJA atau di tambak. Cara panen yang pertama yaitu melakukan grading. Grading ini bertujuan untuk menghitung jumlah benih ikan kerapu cantang dan untuk mengetahui ukurannya karena harga jual benih ikan kerapu ini berdasarkan dengan ukuran (per cm). Setelah dilakukan grading benih ikan dikelompokkan sesuai dengan ukurannya dan dihitung jumlahnya kemudian dimasukkan ke dalam keranjang
34
plastik dan diberi label ukuran serta jumlah setelah itu dimasukkan kembali ke dalam bak pendederan Proses ini dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Pemanenan
b. Pengemasan Proses pengemasan dilakukan dengan mempersiapkan kantong plastik ukuran panjang 100 cm lebar 50 cm dan ketebalan 0.2 mm. Plastik tersebut dicuci terlebih dahulu menggunakan air tawar agar kotorannya hilang kemudian dirangkap dua untuk menghindari kebocoran dan diisi dengan air laut 1/3 dari volume plastik. Air yang akan digunakan disesuaikan suhunya yaitu sebesar 270C. Setelah kantong plastik diisi dengan air, benih ikan kerapu cantang yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diisi oksigen sebanyak 2/3 dari volume plastik (dapat dilihat pada Gambar 18).
Gambar 18. Ikan dalam kantong plastik Selanjutnya plastik diikat menggunakan karet gelang dan kantong tersebut siap dimasukkan ke dalam sterofom (dapat dilihat pada Gambar 19). dan dililiti dengan selotip agar tutupnya tertutup rapat sehingga kantong plastik
35
yang ada di dalamnya tidak jatuh. Setelah itu ikan siap dikirim ke tempat tujuan. Benih ikan kerapu cantang di IBAP Probolinggo di pasarkan ke petani KJA di pulau Gili Ketapang Probolinggo dan ke Lamongan.
Gambar 19. Pengemasan 3.4.10 Hambatan dan Solusi Hambatan utama yang dialami selama proses pendederan ikan kerapu cantang yaitu sifat kanibalisme dari ikan kerapu itu sendiri sehingga banyak terjadi kematian dalam fase pendederan. Masalah lainnya yaitu sulitnya mencari benih ikan kerapu cantang, karena sudah banyak yang mendederkan ikan kerapu cantang akan sehingga saling rebutan. Selain itu apabila pemesanan benih ikan kerapu cantang sudah terlambat maka akan mendapatkan benih ikan kerapu cantang yang cacat sehingga kualitas benih yang didederkan menurun. Ikan kerapu merupakan salah satu jenis ikan yang mudah terkena penyakit, serangan penyakit seperti terkena virus itulah yang salah satunya juga menjadi faktor penghambat proses pendederan ikan kerapu itu sendiri. Cara mengendalikan untuk mengurangi sifat kanibalisme pada ikan kerapu yaitu dengan melakukan penyortiran atau grading untuk memastikan bahwa hanya ikan yang berukuran seragam yang terdapat dalam bak tersebut. Selain itu pengelolaan pakan yang baik untuk mengendalikan nafsu makan dari ikan kerapu.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil Praktik Kerja Magang (PKM) yang telah dilakukan di IBAP Probolinggo dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Alur pendederan ikan kerapu cantang di IBAP Probolinggo yaitu mulai dari persiapan bak, seleksi benih, penebaran benih, pemeliharaan (seperti pemberian pakan, penyifonan, pergantian air dan pembersihan bak) sampai dengan pemanenan. b. Kondisi kualitas air seperti parameter fisika dan kimia air pada bak pendederan ikan kerapu cantang di IBAP Probolingo sudah cukup baik ditambah lagi adanya kegiatan pergantian air, penyifonan dan pembersihan bak yang dilakukan secara rutin sehingga kualitas air tetap tergjaga. c. Berdasarkan hasil pengukuran parameter kualitas air yang dilakukan setiap pagi hari nilai suhu berkisar antara 24,3 – 26,4 oC, nilai oksigen terlarut berkisar antara 5,1 – 5,9 ppm, nilai salinitas berkisar antara 15-25 ppt, nilai pH berkisar antara 6,5 – 8,1. Sedangkan pengukuran amoniak yang dilakukan 1kali didapatkan nilai sebesar 0,03 mg/L. 4.2 Saran a. Kegiatan pendederan kerapu cantang perlu ditingkatkan agar diperoleh produksi benih secara kualitas maupun secara kuantitas. b. Perlu adanya penambahan alat laboratorium sehingga parameter seperti amoniak dan nitrit dapat diukur serta perlu adanya perhatian terhadap pemakaian dan perawatan alat sehingga alat tetap bagus dan normal untuk digunakan.
37
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S., Marsoedi, Soemarno dan E. Kusnendar. 2013. Pertumbuhan Benih Kerapu Macan Pada Fase Pendederan Dengan Kepadatan Berbeda di Keramba Jaring Apung (KJA). Jurnal Teknologi Pangan.5(1): 41-48. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik-Edisi Revisi IV. Rineka Cipta: Jakarta. Aslianti, Titiek. 2010. Pemeliharaan Gelondongan Kerapu Sunu (Plectropomus leopardus) dengan Persentase Pergantian Air Yang Berbeda. Jurnal Ilmu dan Teknolgi Kelautan Tropis.2(2): 26-33. Azwar. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar : Yogyakarta. Bbapsitubondo.com Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius :Yogyakarta. Indiartoro, N. dan B., Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen Edisi Pertama. Yogyakarta: BPEE. Ismi, Suko., Tatam, S., Giri. N.A., Michael, A. R., Richard, M.J.K., Anjanette, C.B. dan Ketut, S. 2013. Pengelolaan Pendederan Ikan Kerapu. Australian Government. Ismi, Suko., Y. N. Asih dan D. Kusumawati. 2013. Pwningkatan Produksi dan Kualitas Benih Ikan Kerapu Melalui Program Hibridasi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis.5(2): 333-342. Koentjoroningrat. 1991. Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia :Jakarta. Kordi, M. G. H. 2001. Pembesaran Kerapu Bebek di Karamba Jaring Apung. Kanisius: Yogyakarta. Kordi, M.G.H. dan Tancung, A.B. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta: Jakarta. __________________________. 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal. Lily Publisher :Yogyakarta. _________________________.2010. Nikmat Rasanya, Nikmat Untungnya-Pintar Budidaya Ikan di Tambak Secara Intensif. Lily Publisher :Yogyakarta. Narbuko, C. dan A. Achmadi. 2007. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara:Jakarta. Nursida,
N. F. 2011. Polimorfisme Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) yang Tahan Bakteri Vibrio alginolitycus dan Toleransi
38
Salinitas Rendah Serta Salinitas Tinggi. Skripsi. FPIK-UNHAS: Makassar. Redjeki, R dan Mayunar. 1990. Pengaruh Pergantian Air dan Kelangsungan Hidup Kerapu Macan. Jurnal Penelitian Perikanan Pantai, Maros. Sembiring, S. B. M., Tridjoko dan Haryanti. 2013. Keragaman Genetik Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) Generasi F1 dan F3. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis.5(1): 103-111. Soeharmanto, Dwi., B. Hanggono, S. Djunadi dan A.B. Muslim. 2010. Rekayasa Hibridasi Ikan Kerapu Macan dan Kertang (Cantang) Melalui Pembuahan Buatan. Balai Budidaya Air Payau Situbondo: Situbondo. Subyakto, Slamet dan Cahyaningsih. 2003. Pembenihan Kerapu Skala Rumah Tangga. Agro Media Pustaka: Depok. Sunarma, A., D.W.B. Hastuti dan Y. Sistina. 2007. Penggunaan Ekstender Madu Yang Dikombinasikan Dengan Krioprotektan Berbeda Pada Pengawetan Sperma Ikan Nilem (Indonesiam Shark-minnow, Osteochilus hasseltii Valencien-nes, 1842). Prosiding Masyarakat Akuakultur Indonesia. 9-18. Surakhmad, W. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik (Edisi Revisi). Penerbit Tarsito: Bandung.
39
LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah IBAP Probolinggo
40
Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Kolam Patin Bangsal A Bangsal B Musolah Bangsal C Bangsal F Bangsal D Bangsal E Bangsal H Bangsal I Bangsal G Gudang Tambak 1 Tambak 2 Tambak 3 Tambak 4 Rumah Blower Intek Tambak 15 Tambak 5
21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.
Tambak 6 Tambak 7 Gudang Tambak 8 Mes Tambak 14 Tambak 11 Tambak 10 Tambak 9 Tambak 12 Tambak 13 Kolam lele Ruang tambak Ruang workshop Laboratorium Kantor Rumah Dinas
41
Lampiran 2. Denah Kota Probolinggo
42
Lampiran 3. Struktur Organisasi IBAP Probolinggo
43
Lampiran 4. Data hasil pengamatan kualitas air Tanggal pengecekan
Suhu (oC)
DO (ppm)
pH
Sainitas (ppt)
22
24.3
5.5
7.4
17
23
26.6
5.5
7.7
17
24
26.8
5.6
7.6
15
27
25.9
5.4
6.5
19
28
26.5
5.5
7.5
15
29
26.2
5.1
8.1
15
30
26.5
5.3
7.7
16
31
26.6
5.1
7.8
16
3
25.4
5.2
7.8
16
4
25.4
5.6
7.9
20
5
25.8
5.8
7.7
20
6
25.8
5.9
8
16
7
26.3
5.9
8.1
16
10
26.2
5.4
7.8
25
11
26.6
5.4
7.8
25
12
26.3
5.2
7.9
23
13
26.4
5.8
8
22
14
26.3
5.9
7.9
25
Amoniak (mg/L)
0.03