IDENTIFIKASI ALKOHOL, KARBONIL DAN ASAM KARBOKSILAT IDENTIFIKASI ALKOHOL, KARBONIL DAN ASAM KARBOKSILAT
A. ALKOHOL I. TUJUAN Mengenal pereaksi spesifik terhadap senyawa alkohol. II. TEORI Alkohol merupakan kelompok senyawa organik dengan gugus fungsi hidroksil (-OH). Alkohol primer, sekunder, dan tersier sama-sama memiliki gugus metil pada posisi alfa. Alkohol adalah komponen dari gugus hidroksil dengan pengikatan atom karbon dengan gugus alkilnya sebanyak tiga buah dan satu tangan pada gugus hidroksil. Pada pola sederhana, desain R-OH dengan “R” adalah gugus alkil dan “OH” adalah gugus hidroksil yang terikat pada karbon. Hibridisasi sp 3 ada 3 jenis utama alkohol :
Alkohol primer
Alkohol tersier
Alkohol tersier
Nama-nama ini merujuk pada jumlah karbon yang terikat pada C-OH, contoh alkohol primer adalah metanol dan etanol. Alkohol sekunder paling sederhana adalah propandiol dan alkohol alkohol tersier sederhana adalah 2-metil-2-propandiol. a. Alkohol primer Pada alkohol primer (1o), atom karbon yang membawa gugus –OH hanya terikat pada satu gugus alkil. Ada pengecualian untuk metanol, CH3OH, dimana mmetanol ini dianggap sebagai sebuah alkohol primer meskipun tidak ada gugus alkilnya yang terikat pada atom
karbon yang membawa gugus –OH. b. Alkohol sekunder Pada alkohol sekunder (2o), atom karbon yang mengikat gugus –OH berikatan langsung dengan dua gugus alkil, kedua gugus alkil ini biasanya sama atau berbeda. c. Alkohol tersier Pada alkohol tersier (3o) atom karbon yang mengikat gugus –OH berikatan langsung dengan tiga gugus alkil, yang bisa merupakan kombinasi dari alkil yang sama atau berbeda.
Alkohol merupakan senyawa seperti air yang satu hidrogennya diganti oleh rantai atau cincin hidrokarbon. Sifat fisis alkohol, alkohol mempunyai titik didih yang tinggi dibandingkan alkana-alkana yang jumlah atom C nya sama. Hal ini disebabkan antara molekul alkohol membentuk ikatan hidrogen. Rumus umum alkohol R – OH, dengan R adalah suatu alkil baik alifatis maupun siklik. Dalam alkohol, semakin banyak cabang semakin rendah titik didihnya. Sedangkan dalam air, metanol, etanol, propanol mudah larut dan hanya butanol yang sedikit larut. Alkohol dapat berupa cairan encer dan mudah bercampur dengan air dalam segala perbandingan. Berdasarkan jenisnya, alkohol ditentukan oleh posisi atau letak gugus OH pada rantai karbon utama karbon. Ada tiga jenis alkohol antara lain alkohol primer, alkohol sekunder dan alkohol tersier. Alkohol primer yaitu alkohol yang gugus –OH nya terletak pada C primer yang terikat langsung pada satu atom karbon yang lain contohnya : CH3CH2CH2OH (C3H7O). Alkohol sekunder yaitu alkohol yang gugus -OH nya terletak pada atom C sekunder yang terikat pada dua atom C yang lain. Alkohol tersier adalah alkohol yang gugus –OH nya terletak pada atom C tersier yang terikat langsung pada tiga atom
C yang lain . Reaksi-reaksi yang terjadi dalam alkohol antara lain reaksi substitusi, reaksi eliminasi, reaksi oksidasi dan esterifikasi. Dalam suatu alkohol, semakin panjang rantai hidrokarbon maka semakin rendah kelarutannya. Bahkan jika cukup panjang sifat hidrofob ini mengalahkan sifat hidrofil dari gugus hidroksil. Banyaknya gugus hidroksil dapat memperbesar kelarutan dalam air . Senyawa yang mempunyai rumus molekul sama disebut isomer. Keisomeran dapat terjadi karena perbedaan struktur / karena konfigurasi. Struktur menggambarkan bagaimana atom – atom saling berkaitan dalam satu molekul , yaitu menggambarkan ikatan , sedangkan konfigurasi menggambarkan susunan ruang atom – atom dalam satu molekul . Sifat fisika alkohol 1) Titik didih Titik didih alkohol relatif tinggi. Hal ini merupakan akibat langsung dan daya tarik intermolekuler yang kuat. Titik didih adalah ukuran dasar dari jumlah energi yang diperlukan untuk memisahkan suatu molekul cair dari molekul terdekatnya. Jika molekul terdekatnya molekul padat molekul tersebut sebagai ikatan hidrogen. Dibutuhkan energi yang cukup besar untuk memisahkan ikatan tersebut. Setelah itu molekul tersebut dapat terlepas dari cairan menjadi gas. Semakin besar massa molekul relatif alkohol maka titik didih makin tinggi. Titik didih alkohol bercabang lebih rendah daripada alkohol berantai lurus, meskipun massa molekul relatifnya sama. 2) Kelarutan Kepolaran dari ikatan hidrogen merupakan faktor yang menentuksn besarnya kelarutan alkohol dan eter dalam air. Alkohol dengan massa molekul rendah larut dalam air. Kelarutan dalam air ini lebih disebabkan oleh ikatan hidrogen antara alkohol dan air. Dengan bertambahnya massa molekul relatif maka gaya-gaya Van den Waals
antara bagian-bagian hidrokarbon dari alkohol menjadi lebih efektif menarik molekul-molekul alkohol satu sama lain. Oleh karena itu, semakin panjang rantai karbon, semakin kecil kelarutannya dalam air. Sifat Kimia 1) Dehidrasi alkohol Dehidrasi (pelepasan air) merupakan reaksi yang melibatkan terlepasnya H dan OH . Reaksi dehidrasi alkohol dapat membentuk alkena atau eter dan air. Asam sulfat pekat berlebih dicampurkan dalam aklohol kemudian campuran tersebut dipanaskan hingga 180 oC, maka gugus hidroksil akan terlepas dan atom hidrogen dari karbon terdekatnya juga terlepas, membentuk H2O. 2) Oksidasi alkohol Oksidasi
alkohol
akan menghasilkan
senyawa
yang berbeda,
tergantung jenis alkoholnya. 3) Reaksi alkohol dengan logam Na dan K Alkohol kering (tidak mengandung air) dapat bereaksi dengan logam Na dan K tetapi tidak sereaksif air dengan logam Na dan K. Atom H dari gugus OH- digantikan logam tersebut, sehingga terbentuk Na-Alkoholat. Kegunaan alkohol a. Kegunaan etanol -
Spirit (minuman keras) bermetil yang diproduksi dalam skala
industri. -
Sebagai bahan bakar
-
Sebagai pelarut
b. Kegunaaan metanol -
Sebagai sebua stok industri.
III. PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat
1.
Tabung reaksi
→ untuk tempat mereaksikan larutan
dalam jumlah sedikit 2.
Pipet tetes
→ untuk mengambil larutan dalam
jumlah sedikit 3. Penangas air
→ untuk memanaskan larutan
3.1.2 Bahan 1. Metanol
→ senyawa yang akan diuji
2. Fenol
→ senyawa yang akan diuji
3. Etanol
→ senyawa yang akan diuji
4. Isopropanol
→ senyawa yang akan diuji
5. Etilen glikol
→ senyawa yang akan diuji
6. Tersier butanol 7. Gliserol
→ senyawa yang akan diuji → senyawa yang akan diuji
B. KARBONIL I. TUJUAN Untuk mengetahui reaksi spesifik senyawa karbonil (aldehid dan keton) dan mengetahui pereaksi spesifiknya. II. TEORI Dalam kimia organik, gugus karbonil adalah sebuah gugus fungsi yang tersiri dari sebuah atom karbon yang berikatan rangkap denggan sebuah atom oksigen C=O. Istilah karbonil juga dapat merujuk ke karbon monoksida sebagai sebuah ligan pada senyawa organik atau kompleks organologam (misalnya nikel karbonil), dalam situasi ini karbon berikatan rangkap tiga dengan oksigen C=O. Senyawa karbonil dikarakteristikan oleh jenis-jenis senyawa berikut : -
Senyawa aldehida
-
Keton
-
Asam karboksilat
-
Ester
-
Anida enon
-
Asil klorida
-
Anhidrida asam
Struktur umum dari gugus karbonil adalah R-CHO, senyawa karbonil lainnya termasuk urea dan karbenat. Reaktivitas karbonil lebih elektropositif daripada oksigen, sehingga
rapatan
elektron
akan
tertarik
dari
karbon
dan
meningkatkan polaritas ikatan. Oleh karena itu, karbon karbonil bersifat elektrofilik sehingga lebih reaktif terhadap nukleofil. Selain itu, oksigen yang elektronegatif juga dapat bereaksi dengan elektrofil. Hidrogen alfa pada senyawa karbonil lebih asam daripada ikatan OH yang biasa. Sebagai contoh nilai pKa asetaldehida dan aseton adalah 16,7 dan 19. Gugus karbonil dapat direduksi reagen hidrida seperti NaBHu dan LiAlHu dan oleh reagen brinad. Aldehid dan keton adalah senyawa-senyawa sederhana yang mengandung sebuah gugus karbonil, sebuah ikatan rangkap CHO. Aldehid dan keton termasuk senyawa yang sederhana. Jika ditinjau berdasarkan tidak adanya gugus-gugus reaktif yang lain seperti –OH atau –Cl yang terikat langsung pada atom karbon digugus karbonil, seperti yang bisa ditentukan misalnya pada atom-atom karboksilat yang mengandung gugus –COOH. Reaksi-reaksi penting dari gugus karbon Atom karbon yang sedikit bermuatan positif pada gugus karbonil diserang oleh nukleofil. Nukleofil merupakan sebuah ion bermuatan negatif atau bagian yang bermuatan negatif dari sebuah molekul. Selalu reaksi berlangsung ikatan rangkap C=O terputus. Efek murni dari pemutusan ikatan ini adalah bahwa gugus karbonil akan mengalami reaksi adisi , seringkali diikuti dengan hilangnya sebuah molekul air. Ini menghasilkan reaksi yang dikenal sebagai adisi, eliminasi, atau kondensasi. Aldehid berbeda dengan keton karena memiliki
sebuah
atom
hidrogen
yang
terikat
pada
guguus
karbonilnya. Ini menyebabkan aldehid sangat mudah teroksidasi. Keton tidak memiliki atom hidrogen tersebut sehingga tidak mudah dioksidasi.
Keton
hanya
dioksidasi
dengan
menggunakan
agen
pengoksidasi kuat yang memiliki kemampuan untuk memutus ikatan karbon-karbon.
Sifat fisika
1). Titik didih Karbon dan oksigen pada gugus karbonil berbagi dua pasang elektron namun pembagiannya tidak seimbang. Keelektronegatifan oksigen lebih besar untuk mengikat pasangan elektron sehingga kerapatan elektron pada oksigen lebih besar daripada karbon. Karbon lebih bermuatan positif sedangkan oksigen lebih bermuatan negatif. Kepolaran ikatan rangkap pada karbonil oksigen lebih besar daripada ikatan tunggal pada karbon oksigen. Perbedaan muatan pada molekul menyebabkan terjadinya dipol. Kepolaran ikatan rangkap pada aldehid dan keton sangat mempengaruhi titik didihnya. Oleh karena itu, titik didihnya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa nonpolar yang setara. 2). Kelarutan Pada umumnya aldehid berfase cair, kecuali formaldehid yang berfase gas. Aldehid suhu rendah mempunyai bau yang khas menyengat, sedangkan aldehid suhu tinggi mempunyai bau yang enak sehingga digunakan untuk parfum dan aroma tambahan. Atom hidrogen pada molekul air dapat membentuk ikatan hidrogen dengan oksigen pada gugus karbonil, sehingga kelarutan aldehid hampir sama dengan alkohol dan eter. Formaldehid dan asetaldehid larut dalam air, sejalan dengan bertambahnya rantai karbon, kelarutan dalam air akan turun.
Sifat kimia 1). Oksidasi Aldehid sangat mudah dioksidasi menjadi asm karboksilat, dengan pereaksi fehling dan tollens yang disebut tes fehling dan tes tollens. -
Tes Fehling Pereaksi yang digunakan dalam tes fehling terdiri dari campuran
fehling A dan fehling B. Fehling A terdiri atas larutan CuSO 4 dan fehling B terdiri dari campuran NaOH dengan natrium-kalium tartrat. Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan fehling A dan fehling B sehingga terbentuk ion kompleks Cu+2 dalam suasana basa. -
Tes Tollens Pereaksi yang digunakan adalah campuran larutan AgNO 3 da
larutan NH3 yang berlebihan membentuk ion kompleks Ag(NH3)2+. Aldehid akan teroksidasi menjadi asam karboksilat dan ion perak (Ag+) akan tereduksi menjadi logam perak. 2). Tidak membentuk hidrogen Aldehid a. Sifat – sifat aldehid : 1). Senyawa-senyawa aldehid dengan
jumlah atom C
rendah
(1
sampai 5 atom C) mudah larut dalam air. Sedangkan senyawa aldehid dengan jumlah atom C lebih dari 5 sukar larut dalam air. 2). Aldehid dapat dioksidasi menjadi asam karboksilatnya 3). Aldehid dapat direduksi dengan gas H2 membentuk alkohol primernya. b. Kegunaan Aldehid 1). Larutan formaldehid dalam air dengan kadar 40%dikenal dengan nama formalin. Zat ini banyak digunakan untuk mengawetkan spesies.
2). Formaldehid juga banyak digunakan sebagai : - Insektisida dan pembasmi kuman - Bahan baku pembuatan damar buatan - Bahan pembuatan plastik dan damar sintetik seperti Galalit 3).
Asetaldehid dalam kehidupan sehari-hari antara lain digunakan
sebagai : - Bahan untuk membuat karet dan damar buatan - Bahan untuk membuat asam asetat (asam Cuka) - Bahan untuk membuat alkohol Keton a. Sifat fisika keton : 1) Termasuk senyawa polar dan larut dalam air. 2) Titik didih alkanon / keton lebih tinggi disbanding yang lain. 3) Senyawa keton mempunyai sifat fisika hampir sama b. Sifat kimia keton : 1) Antar senyawa keton tidak terjadi ikatan hidrogen. 2) Keton kurang reaktif dibandingkan dengan aldehid. 3) Keton merupakan reduktor yang sangat lemah. c. Kegunaan Keton 1) Sebagai pelarut senyawa organik seperti lak, pembersih cat kayu, dan cat kuku. 2) Bahan baku dalam industri pembuatan kloroform. 3) Bahan anti ledakan pada penyimpanan gas asetilen.
III. PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Tabung reaksi
→ sebagai tempat mereaksikan larutan
dalam jumlah sedikit 2.
Pipet tetes
→ untuk mengambil larutan dalam
jumlah sedikit 3. Penangas air
→ untuk memanaskan larutan
3.1.2 Bahan 1. Aseton
→ senyawa yang akan diuji
2. Formalin
→ senyawa yang akan diuji
3. Asetaldehid
→ senyawa yang akan diuji
C. ASAM KARBOKSILAT I. TUJUAN Untuk mengenal pereaksi spesifik dari asam karboksilat. II. TEORI Asam karboksilat bila bereaksi dengan basa akan membentuk garam dan dengan alkohol akan membentuk ester. Asam karboksilat banyak dijumpai dalam lemak sehingga sering juga disebut sebagai asam lemak. Pembuatan asam karboksilat dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti : 1. Oksidasi alkohol 1o, 2o, atau dengan aldehid 2. Oksidasi alkena 3. Okasidasi alkuna 4. Hidrolisa alkil sianida 5. Hidrolisa ester dengan asam 6. Hidrolisa asil halida Asam karboksilat adalah segolongan senyawa organik yang dicirikan oleh gugus karboksil yaitu nama yang berasal dari nama gugus fungsi karbonil dan hidroksil. Gugus karboksil (juga ditulis – CO2H atau –COOH). Rumus umum asam karboksilat adalah RCOOH. Asam karboksilat tergolong asam karena senyawa ini mengion dalam larutan, meghasilkan ion karboksilat dan proton.
Empat asam karboksilat rantai lurus yang pertama adalah : -
Asam metanoat (asam format)
-
Asam etanoat (asam asetat)
-
Asam propanoat (asam propionat)
-
Asam butanoat (asam butirat) Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang
mengandung gugus karboksil, -COOH. Gugus karboksil mengandung gugus karbonil dan sebuah gugus hidroksil. Antar aksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu kereaktifan kimia yang unik dan untuk asam karboksilat. Asam format terdapat pada semut merah, lebah, jelatang, dan sebagainya. Sifat fisika yaitu cairan, tidak berwarna, merusak kulit, berbau tajam, larut dalam H2O dengan sempurna. Sifat kimia yaitu asam paling kuat dari asam-asam karboksilat, mempunyai gugus asam dan aldehid. Asam asetat (CH3COOH)
merupakan
asam
karboksilat
yang
paling
penting
diperdagangkan industri dan laboratorium. Bentuk murninya disebut asam asetat glasial karena senyawa ini menjadi padat seperti es bila didinginkan. Asam asetat glasial tidak berwarna, cairan mudah terbakar (titik leleh 7oC, titik didih 800C dengan bau pedas mengigit. Dapat bercampur dengan air dan banyak pelarut organik. Sifat fisika 1). Pada umumnya titik didih asam karboksilat relatif tinggi. Titik didih asam karboksilat relatif tinggi dibandingkan alkohol, aldehid, dan keton dengan massa molekul relatif yang hampir sama. Hal ini karena terjadinya ikatan hidrogen antar molekul. 2). Molekul asam karboksilat bersifat sangat polar 3). Asam karboksilat, empat anggota pertama mudah larut dalam air. Kelarutan asam karboksilat makin menurun seiring dengan kenaikan jumlah
atom
karbon.
Adanya
kelarutan makin menurun.
rantai
bercabang
menyebabkan
4). Asam karboksilat dengan jumlah atom karbon rendah mempunyai bau asam, sedangkan jumlah atom karbon empat hingga delapan berupa cairan tidak berwarna yang mempunyai bau yang sangat tidak enak. Bau cuka merupakan bau asam asetat, bau mentega adalah asam butirat. Asam
kaproat terdapat pada rambut dan keringat
kambing. Asam dari C5 hingga C10semuanya mempunyai bau seperti kambing. Asam ini dihasilkan oleh bakteri kulit pada minyak keringat. Asam diatas C10 merupakan padatan seperti wax/lilin, dan karena tingkat penguapannya yang rendah, asam ini tidak berbau. Sifat kimia 1). Asam lemah Larutan asam karboksilat bersifat asam lemah. Larutan tersebut dapat mmengubah lakmus biru menjadi merah. 2). Reaksi yang terjadi tergolong reaksi netralisasi. Asam karboksilat tergolong asam lemah sehingga dalam air hanya terionisasi sebagian. 3). Reaksi esterifikasi Asam karboksilat bereaksi dengan alkohol membentuk ester dan air. Kegunaan asam karboksilat -
Asam format (asam metanoat) yang juga dikenal asan semut
merupakan cairan tidak berwarna dengan bau yang
merangsang.
Biasanya digunakan untuk : a. Menggumpalkan lateks (getah karet) b. Obat pembasmi hama -
Asam asetat atau sam etanoat yang dalam kehidupan sehari-hari
dikenal dengan nama asam cuka. Asam cuka banyak digunakan sebagai pegawet makanan, dan penambah rasa makanan. -
Asam sitrat biasanya digunakan untuk pengawet buah dalam
kaleng. -
Asam stearat, asam ini berbentuk padat, berwarna putih. Dalam
kehidupan sehari-hari terutama digunakan untuk membuat lilin. Sifat – sifat asam karboksilat : -
Mempunyai bau yang merangsang Mempunyai 2 iakatan hidrogen antara sepasang molekul yang ditunjuk sebagai dimer asam karboksilat.
Asam karboksilat dapat di bagi beberapa golongan. 1. Asam alkana karboksilat. Dapat dinggap ebagai turunan alkana dengan 1/lebih atom hidrogen telah diganti oleh gugus kardoksil. Sifat-sifatnya: Dengan logam alkali membentuk garam dan air H2 Dengan asam membentuk garam dan air Dengan PCl5 / PCl3 Membentuk HCl Sukar dioksidasi (kecuali asam format). 2. Asam Alkena Karboksilat. Dapat dianggap sebagai turunan dari alkena dimana 1/lebih atom H diganti oleh gugus karboksilat. 3. Asam Hidrosi Karboksilat Senyawa ini menjadi gugus hidrosil dalam molekul-molekul disamping gugus karboksilat. Sengandemikian senyawa ini bertindak sebagai asam. Asam hidroksil merupakan asam yanglebih kuat dari asam karboksilat dengan jumlah C yang sama. Cara mengidentifikasi gugus karbonil: Reaksi dengan Natrium bikarbonat Reaksi dengan PCl3 Esterifikasi yang menimbulkan bau harum
III. PROSEDUR PERCOBAAN 3.2 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat 1. Tabung reaksi
→ sebagai tempat untuk mereaksikan
larutan dalam jumlah sedikit 2.
Pipet tetes
→ untuk mengambil larutan dalam
jumlah sedikit 3. Penangas air
→ untuk memanaskan larutan
3.1.2 Bahan 1. Asam asetat
→ senyawa yang akan diuji
2. Asam benzoat
→ senyawa yang akan diuji
3. Asam oksalat
→ senyawa yang akan diuji
4. Asam format
→ senyawa yang akan diuji
5. Asam salisilat
→ senyawa yang akan diuji
DAFTAR PUSTAKA
www. chem-is-try.org/identifikasi-gugus-karbonil/html http://www.lehaw.blogspot.com/identifikasi_senyawa_alkohol/html ᄃ http://www.google.com/sulfat_sifat_asam_karboksilat/identifikasi_asam_karboksila ᄃ t.html http://tutorialkuliah.blogspot.com/kuliah-tentang-asamkarboksilat.html
4.2 PEMBAHASAN A.
ALKOHOL
1. Uji Air Dalam Alkohol Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar air yang terkandung dalam alkohol. Tahap pertama, dengan mengisi ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 ml larutan sampel (metanol, fenol, etanol, isopropanol, etilen glikol, tersier butanol, dan gliserol) dan CuSO 4
anhidrat. CuSO4merupakan padatan putih, jika terkena air akan terbentuk garam hidratnya akan berubah menjadi biru. Jadi jika alkohol mengandung air akan diketahui dengan terjadinya perubahan warna biru. Hal tersebut menunjukkan adanya air dalam setiap sampel alkohol. 2. Uji Esterifikasi Pertama
–
tama
yang
dilakukan
pada
percobaan
ini
adalah
memasukkan 2 ml larutan sampel (metanol, fenol, etanol, isopropanol, etilen glikol, tersier butanol, dan gliserol)
ke dalam tabung reaksi,
menambahkan 1 ml H2SO4 pekat dan sedikit asam asetat. Mengocok dan memanaskan . Setelah itu larutan tersebut dituangkan ke dalam air. Dari hasil pengamatan diperoleh hanya tersier butanol yang memberikan bau harum yang menandakan terbentuknya ester. 3. Reaksi Oksidasi Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml K 2CrO4 dan beberapa tetes H2SO4 pekat, kemudian mengocok, menambahkan 1 ml larutan sampel (metanol, fenol, etanol, isopropanol, etilen glikol, tersier butanol, dan gliserol) ke dalam tabung reaksi .Mengocok lalu dipanaskan didalam penangas air . Hasil percobaan antara lain pada sampel metanol
menghasilkan larutan berwarna biru, sedangkan
sampel isopropanol dan etilen glikol larutan berwarna biru muda, dan tersier butanol menghasilkan larutan berwarna hijau . Perubahan warna yang dihasilkan pada percobaan ini menunjukkan adanya reaksi oksidasi dengan kalium kromat yang terjadi pada larutan sampel. 4. Iodoform Test Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 2 ml larutan sampel (metanol, fenol, etanol, isopropanol, etilen glikol, tersier butanol, dan gliserol)
ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan ke dalam
masing-masing
tabung
reaksi
2
ml
iodin,
sambil
mengaduk,
ditambahkan NaOH
hingga warna iodin berubah menjadi kuning
muda. Diamkan, bila belum terbentuk endapan kuning, maka tabung reaksi dalam penangas air dipanaskan. Uji iodoform reaksi antara sampel alkohol dengan iodin akan membentuk larutan berwarna kuning. Hal ini disebabkan karena alkohol bereaksi dengan hidrogen halida menghasilkan alkil halida. Berarti pada setiap sampel alkohol mengandung iodoform. 5. Membedakan Alkohol Mono dan Alkohol Polihidroksi Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 2 ml larutan sampel (metanol, fenol, etanol, isopropanol, etilen glikol, tersier butanol, dan gliserol)
ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan beberapa
tetes larutan kuprisulfat dan sedikit demi sedikit larutan NaOH. Hasil percobaan antara lain pada sampel metanol, fenol, etanol, isopropanol, dan tersier butanol terdapat endapan biru, sedangkan pada sampel etilen glikol dan gliserol warna larutan berubah menjadi biru. Jadi jika mono alkohol ditambahkan larutan kuprisulfat dan larutan NaOH, akan terbentuk endapan biru. Jika poli alkohol ditambahkan larutan kuprisulfat dan larutan NaOH, warna larutan akan berubah menjadi biru. 6. Membedakan Alkohol Primer, Tersier, dan Sekunder Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml larutan sampel (metanol, fenol, etanol, isopropanol, etilen glikol, tersier butanol, dan gliserol) ke dalam tabung reaksi dan ZnCl 2/HCl. Kemudian mengocok larutan dan diamkan beberapa saat. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil secara berurutan antara lain membentuk emulsi (larutan bening), membentuk emulsi (larutan keruh), membentuk emulsi
(larutan
bening),
membentuk
emulsi
(larutan
bening),
membentuk emulsi (larutan bening), membentuk emulsi (larutan bening), dan membentuk emulsi (larutan bening). Uji ini bertujuan untuk membedakan alkohol primer, sekunder dan tersier. Alkohol tersier bereaksi dan alkil klorida tersier akan
membentuk lapisan keruh yang terpisah. Alkohol sekunder terlarut karena pembentukkan ion oksonium dan akhirnya terbentuk alkil klorida. Sedangkan alkohol primer sukar untuk menjadi klorida dengan ZnCl2/HCl.
7. Alkohol Aromatis/Fenol Percobaan ini terdiri dari dua tahap. Pertama, fenol ditambahkan dengan setetes demi setetes brom/karbon tetraklorida. Hasil yang didapatkan yaitu warna larutan berubah klorida. Ketika ditambahkan dengan larutan feri klorida, warna larutan berubah menjadi ungu. B. KARBONIL 1. Uji Gugus Karbonil Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml senyawa karbonil ( aseton, formalin, dan asetaldehid) ke dalam tabung reaksi dan menambahkan beberapa tetes larutan fenil hidrazin. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil warna larutan pada aseton dan asetaldehid berubah menjadi merah bata, dan formalin berubah warna menjadi coklat. Perubahan warna menunjukkan bahwa masing – masing larutan mengandung gugus karbonil. 2. Membedakan Aldehid dengan Keton a. Uji Fehling Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml senyawa karbonil ( aseton, formalin, dan asetaldehid) ke dalam tabung reaksi dan menambahkan
pereaksi
Fehling
A
dan
Fehling
B.
Kemudian
dipanaskan di atas penangas air. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan
hasil
secara
berurutan
antara
lain
formalin
dan
asetaldehid mereduksi reagen fehling membentuk endapan merah bata, sedangkan aseton tidak mereduksi.
b. Uji Tollens Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml senyawa karbonil ( aseton, formalin, dan asetaldehid) ke dalam tabung reaksi dan menambahkan
pereaksi
Tollens.
Kemudian
dipanaskan
di
atas
penangas air. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil secara berurutan antara lain formalin dan asetaldehid mereduksi reagen Tollens membentuk cermin perak, sedangkan aseton tidak mereduksi. 3. Reaksi Oksidasi Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml senyawa karbonil ( aseton, formalin, dan asetaldehid) ke dalam tabung reaksi dan menambahkan dengan beberapa tetes kalium bikromat dan asam sulfat pekat, kemudian dipanaskan di atas penangas air. Setelah dingin, larutan tersebut ditambahkan dengan larutan fenil hidrazin. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil yaitu aseton dan formalin membentuk gelembung gas dan warna larutan berubah menjadi biru, sedangkan pada asetaldehid, warna larutan berubah menjadi coklat. Perubahan warna yang dihasilkan pada percobaan ini menunjukkan adanya reaksi oksidasi dengan kalium bikromat yang terjadi pada larutan sampel. 4. Iodoform Test Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 2 ml larutan sampel (aseton, formalin, dan asetaldehid) ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi 2 ml iodin, sambil mengaduk, ditambahkan NaOH hingga warna iodin berubah menjadi kuning muda. Diamkan, bila belum terbentuk endapan kuning, maka dipanaskan lagi tabung reaksi dalam penangas air. Uji iodoform reaksi antara sampel karbonil dengan iodin akan membentuk larutan berwarna kuning. Hal ini disebabkan karena karbonil bereaksi dengan hidrogen halida menghasilkan alkil halida. Berarti pada setiap sampel karbonil mengandung iodoform. C. ASAM KARBOKSILAT
1. Reaksi dengan Bikarbonat Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml larutan sampel (asam asetat, asam benzoat, asam oksalat, asam format, dan asam salisilat) ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan ke dalam masing – masing larutan beberapa tetes natrium bikarbonat. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil yaitu semua larutan sampel berwarna bening dan membentuk gelembung gas. Gelembung gas yang dihasilkan pada percobaan ini menunjukkan adanya reaksi antara larutan sampel dengan natrium bikarbonat. 2. Membedakan Asam Mono dan Dikarboksilat Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml larutan sampel (asam asetat, asam benzoat, asam oksalat, asam format, dan asam salisilat) ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan ke dalam masing – masing larutan beberapa tetes larutan ferosulfat dan larutan NaOH. Hasil percobaan yaitu pada larutan asam mono karboksilat warna larutan berubah menjadi hijau, bening, dan jingga. Sedangkan pada larutan dikarboksilat warna larutan berubah menjadi coklat. 3. Khusus untuk Asam Asetat Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml larutan asam asetat ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan larutan feri klorida. Hasil percobaan yaitu warna larutan berubah menjadi orange. Perubahan warna yang dihasilkan pada percobaan ini menunjukkan adanya reaksi antara larutan asam asetat dengan larutan feri klorida. 4. Esterifikasi dan Hidroksamat Test Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml larutan sampel (asam asetat, asam benzoat, asam oksalat, asam format, dan asam salisilat) ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan ke dalam masing – masing larutan ditambahkan alkohol dan asam sulfat pekat, lalu dipanaskan. Setelah itu, larutan ditambahkan dengan 0,5 ml NaOH 2 % dan dipanaskan sampai mendidih, kemudian ditambahkan dengan asam klorida encer, 1 ml etanol, dan beberapa tetes feri
klorida. Hasil percobaan yaitu semua larutan sampel memberikan bau harum yang menandakan terbentuknya ester. Sedangkan warna pada larutan berubah larutan
asam
menjadi merah bata yang menunjukkan bahwa
karboksilat
bereaksi
dengan
pereaksi
pada
uji
hidroksamat.
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN A.
ALKOHOL
Dari percobaan alkohol, dapat disimpulkan bahwa :
Jika alkohol mengandung air, warna larutan akan berubah menjadi warna biru dengan penambahan kupri sulfat anhidrat.
Pada reaksi alkohol dengan asam karboksilat, apabila terbentuk ester, akan timbul bau harum pada larutan.
Pada reaksi oksidasi, apabila senyawa alkohol bereaksi dengan larutan kalium kromat, akan terjadi perubahan warna pada larutan.
Pada uji iodoform, apabila senyawa alkohol bereaksi dengan iodoform, warna larutan akan berubah dari coklat menjadi bening.
Untuk membedakan alkohol primer, sekunder, dan tersier ditambahkan ZnCl2/HCl.
Untuk membedakan antara mono alkohol dan poli alkohol, digunakan larutan kuprisulfat dan larutan NaOH. Jika mono alkohol ditambahkan larutan kuprisulfat dan larutan NaOH, akan terbentuk endapan biru. Jika poli alkohol ditambahkan larutan kuprisulfat dan larutan NaOH, warna larutan akan berubah menjadi biru.
Alkohol aromatis atau fenol dapat dikenal dengan menambahkan brom/karbon tetraklorida dan larutan feri klorida. B. KARBONIL
Dari percobaan karbonil, dapat disimpulkan bahwa :
Untuk mengetahui adanya gugus karbonil pada senyawa, dapat dilakukan dengan penambahan larutan fenil hidrazin.
Untuk membedakan aldehid dengan keton digunakan pereaksi fehling dan pereaksi tollens. Aldehid dapat mereduksi pereaksi fehling dengan membentuk endapan merah bata, sedangkan keton tidak. Aldehid juga dapat mereduksi pereaksi tollens membentuk cermin perak, sedangkan keton tidak.
Jika senyawa karbonil bereaksi dengan kalium bikromat, akan terjadi perubahan warna pada larutan yaitu berwarna coklat.
Jika senyawa karbonil bereaksi dengan iodoform, akan terjadi perubahan warna pada larutan yaitu dari coklat menjadi bening. C. ASAM KARBOKSILAT Dari percobaan asam karboksilat, dapat disimpulkan bahwa :
Jika senyawa karboksilat bereaksi dengan bikarbonat, akan terbentuk gelembung gas.
Untuk membedakan asam mono dan dikarboksilat, dapat diuji dengan larutan fero sulfat atau garam mohr.
Jika larutan asam asetat bereaksi dengan larutan feri klorida, akan terjadi perubahan warna menjadi orange. Pembentukan ester ditandai dengan timbulnya bau harum pada larutan.
5.2 SARAN Agar praktikum selanjutnya mendapatkan hasil yang maksimal dan lebih baik, maka kepada praktikan selanjutnya disarankan agar :
Gunakan tabung reaksi yang bersih dan kering. Berhati – hati dalam mencampurkan suatu larutan dengan larutan lain.
Jangan mencium secara langsung suatu larutan. Bersabar dalam melakukan praktikum terutama saat memanaskan suatu larutan.
Apabila telah selesai melakukan percobaan, cuci tabung reaksi sampai bersih, jangan sampai ada noda yang tertingga http://yolanisyaputri.blogspot.com/2012/01/identifikasi-alkohol-karbonil-dan-asam.html LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III ALKOHOL
NAMA : ANNISA SYABATINI NIM : J1B107032 KELOMPOK : 5 ASISTEN : SYANA ASRI N
PROGRAM STUDI S-1 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2008
PERCOBAAN III
ALKOHOL I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah mempelajari sifat fisis alkohol, mempelajari
reaksi kimia alkohol dan membandingkan sifat-sifat kimia antara alkohol primer, sekunder, dan tersier. II. TINJAUAN PUSTAKA Alkohol merupakan senyawa seperti air yang satu hidrogennya diganti oleh rantai atau cincin hidrokarbon. Sifat fisis alkohol, alkohol mempunyai titik didih yang tinggi dibandingkan alkana-alkana yang jumlah atom C nya sama. Hal ini disebabkan antara molekul alkohol membentuk ikatan hidrogen. Rumus umum alkohol R – OH, dengan R adalah suatu alkil baik alifatis maupun siklik. Dalam alkohol, semakin banyak cabang semakin rendah titik didihnya. Sedangkan dalam air, metanol, etanol, propanol mudah larut dan hanya butanol yang sedikit larut. Alkohol dapat berupa cairan encer dan mudah bercampur dengan air dalam segala perbandingan (Brady, 1999). Berdasarkan jenisnya, alkohol ditentukan oleh posisi atau letak gugus OH pada rantai karbon utama karbon. Ada tiga jenis alkohol antara lain alkohol primer, alkohol sekunder dan alkohol tersier. Alkohol primer yaitu alkohol yang gugus –OH nya terletak pada C primer yang terikat langsung pada satu atom karbon yang lain contohnya : CH3CH2CH2OH (C3H7O). Alkohol sekunder yaitu alkohol yang gugus -OH nya terletak pada atom C sekunder yang terikat pada dua atom C yang lain. Alkohol tersier adalah alkohol yang gugus –OH nya terletak pada atom C tersier yang terikat langsung pada tiga atom C yang lain (Fessenden, 1997). Alkohol alifatik merupakan cairan yang sifatnya sangat dipengaruhi oleh ikatan hidrogen. Dengan bertambah panjangnya rantai, pengaruh gugus hidroksil yang polar terhadap sifat molekul menurun. Sifat molekul yang seperti air berkurang, sebaliknya sifatnya lebih seperti hidrokarbon. Akibatnya alkohol dengan bobot molekul rendah cenderung larut dalam air, sedangkan alkohol berbobot molekul tinggi tidak demikian. Alkohol mendidih pada temperatur yang cukup tinggi. Sebagai suatu kelompok senyawa, fenol memiliki titik didih dan kelarutan yang sangat bervariasi, tergantung pada sifat subtituen yang menempel pada cincin benzena (Petrucci, 1987). Reaksi-reaksi yang terjadi dalm alkohol antara lain reaksi substitusi, reaksi eliminasi, reaksi oksidasi dan esterifikasi. Dalam suatu alkohol, semakin panjang
rantai hidrokarbon maka semakin rendah kelarutannya. Bahkan jika cukup panjang sifat hidrofob ini mengalahkan sifat hidrofil dari gugus hidroksil. Banyaknya gugus hidroksil dapat memperbesar kelarutan dalam air (Hart, 1990). Suatu alkohol primer dapat dioksidasi menjadi aldehid atau asam karboksilat. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton saja. Sedangkan pada alkohol tersier menolak oksidasi dengan larutan basa, dalam larutan asam, alkohol mengalami dehidrsi menghasilkan alkena yang kemudian dioksidasi (Fessenden, 1997). Beberapa oksidasi dari alkohol antara lain : a. Oksidasi menjadi aldehid Hasil oksidasi mula-mula dari alkohol primer adalah suatu aldehid (RCH=O). Aldehid, siap dioksidasi menjadi asam karboksilat. Oleh sebab itu, reaksi antara alkohol primer dengan zat oksidator kuat akan menghasilkan asam karboksilat, dan bukan intermediet aldehid. Pereaksi tertentu harus dipakai apabila intermediet aldehid merupakan hasil yang diinginkan. b. Oksidasi menjadi keton. Suatu alkohol sekunder dioksidasi oleh oksidator yang reaktif kuat menjadi keton. c. Oksidasi menjadi asam karboksilat. Suatu oksidator kuat yang umum dapat mengoksidasi alkohol primer menjadi asam karboksilat. Oksidator umum : - larutan panas KMnO4 + OH-. - larutan panas CrO3 + H2SO4 (pereaksi Jones). Reaksi umum : O [O]
RCH2OH R – C – OH Asam Karboksilat (Hart, 1999).
III. ALAT DAN BAHAN A. Alat Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah termometer 1 buah, pembakar bunsen 1 buah, tabung reaksi 6 buah, kaca arloji 6 buah, gelas ukur 10
ml 1 buah.. B. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah alkohol absolut, pereaksi Lucas, larutan Iodine dalam KI, larutan NaOH 6 M, asam asetat pekat, CuSO4 anhidrat, alkohol 70%, larutan kalium kromat, 2-propanol, K2CO3 padat, H2SO4 pekat, t-butanol. IV. PROSEDUR KERJA A. Uji Air dalam alkohol 1. Memasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 mL asetaldehid, lalu ditambahkan 2 gram logam Zn dan 2 mL H2SO4 pekat.
2. Mengamati perubahan yang terjadi.. B. Uji Lucas
1. C. Uji Oksidasi dengan Asam Kromat 1. D. Uji Iodoform 1. E. Uji Esterifikasi 1.
V. HASIL PENGAMATAN A. Hasil No. Langkah Percobaan 1. Uji Air dalam alkohol
Hasil Percobaan
- 1 ml etanol absolut + K2CO3
- Terlarut (larutan bening)
- 1 ml etanol absolut + CuSO4 anhidrat
- Tidak larut, terdapat endapan
- 2-propanol + K2CO3 - 2-propanol + CuSO4 anhidrat
biru - Terlarut (larutan bening) - Tidak larut, terdapat endapan
- t-butanol + K2CO3 2.
biru
- t-butanol + CuSO4 anhidrat
- Terlarut
- Alkohol 70 % + K2CO3
- Larut sebagian
- Alkohol 70% +CuSO4 anhidrat
- Larut (larutan bening keruh)
- Tidak larut, terdapat endapan Uji Lucas 3.
biru
- 0,5 ml etanol absolut + 3 ml pereaksi lucas, ditutup tabung reaksi,
- Terbentuk emulsi
dikocok, didiamkan. - 0,5 ml alkohol 70 % + 3 ml pereaksi lucas, ditutup tabung reaksi, dikocok, didiamkan
- Hanya terbentuk sedikit emulsi (selama 15 menit)
Uji Oksidasi dengan Asam kromat - 1 ml K2Cr2O7 + 4 tetes H2SO4 + 1 ml etanol absolut, dipanaskan pada 4.
suhu 80 ºC, dibiarkan beberapa menit - 1 ml K2Cr2O7 + 4 tetes H2SO4 + 2propanol, dipanaskan pada suhu 80 ºC, dibiarkan beberapa menit - 1 ml K2Cr2O7 + 4 tetes H2SO4 + 1 ml alkohl 70 %, dipanaskan pada
5.
suhu 80 ºC, dibiarkan beberapa menit - 1 ml K2Cr2O7 + 4 tetes H2SO4 + 1
- Larutan warna biru kehijauan dan baunya sangat menyengat - Larutan warna biru muda dan baunya kurang menyengat - Larutan warna biru muda dan baunya kurang menyengat - Larutan berwarna biru muda dan baunya kurang menyengat
ml t-butanol, dipanaskan pada suhu 80 ºC, dibiarkan beberapa menit Uji Iodoform - 2 ml etanol absolut + 2 ml I2 + NaOH, dipanaskan - 2 ml etanol 70 % + 2 ml I2 + NaOH, dipanaskan - 2 ml isopropil alkohol + 2 ml I2 + NaOH, dipanaskan - 2 ml t-butanol + 2 ml I2 + NaOH,
- Terbentuk endapan warna kuning dan bau menyengat - Terbentuk endapan warna kuning dan bau menyengat - Larutan berwarna kunig muda dan bau menyengat - Latutan berwarna kunig muda, bagian atas larutan warna kuning dan bagian
dipanaskan
bawah larutan bening, bau tidak menyengat - Bau sangat menyengat,
Uji Esterifikasi
larutan bening
- 1 ml etanol absolut + 1 ml CH3COOH pekat, dikocok dan dipanaskan
- Bau cukup menyengat, larutan bening
- 1 ml alkohol 70 % + 1 ml CH3COOH pekat, dikocok dan dipanaskan - 1 ml 2-propanol + 1 ml CH3COOH pekat, dikocok dan dipanaskan - 1 ml t-butanol + 1 ml CH3COOH
- Bau kurang menyengat, larutan bening - Bau tidak menyengat, larutan bening
pekat, dikocok dan dipanaskan V. PEMBAHASAN 1. Uji Air dalam alkohol Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar air yang terkandung dalam alkohol. Tahap pertama, dengan mengisi ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 ml larutan sampel (etanol absolut, isopropil alkohol, t-butanol, dan alkohol 70%) dan K2CO3 padat secukupnya dan tabung yang lain diisi 1 ml larutan sampel (etanol absolut, 2-propanol, tbutanol, dan alkohol 70%) dan CuSO4 anhidrat secukupnya. Kemudian mengocok larutan tersebut dan mendiamkan. Berdasarkan percobaan untuk larutan sampel dengan menambahkan K2CO3 secara berturut-turut; tidak ada endapan (larutan bening), tidak ada endapan (larutan bening), larutan terlarut, larut (larutan berwarna bening keruh). Sedangkan pada sampel dengan menambahkan CuSO4 secara berturut-turut; tidak larut dalam air, tidak larut dalam air, larut sebagian dalam air, tidak larut dalam air. Masing-masing larutan yang tidak dapat larut dalm air tersebut terdapat endapan berwarna biru. CuSO4merupakan padatan putih, jika terkena air akan terbentuk garam hidratnya akan berubah menjadi biru. Jadi jika alkohol mengandung air akan diketahui dengan terjadinya perubahan warna biru. Hal tersebut menunjukkan adanya air dalam semua sampel alkohol. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut : R – OH + K2CO3 R – K + H2O + CO2 R – OH + CuSO4 R – Cu + H2O + SO4 2. Uji Lucas
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 0,5 ml larutan sampel (etanol absolut, t-butanol, alkohol 70% dan 2-propanol) ke dalam tabung reaksi dan menambahkan 3 ml pereaksi lucas pada suhu 25-27 0C. Kemudian menutup tabung reaksi dengan sumbat karet agar gas yang dihasilkan tidak menguap keluar. Kemudian mengocok larutan, mendiamkan beberapa saat. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil secara berurutan antara lain membentuk emulsi (larutan bening), membentuk emulsi (larutan keruh), membentuk emulsi (larutan bening), membentuk emulsi (larutan bening). Uji lucas bertujuan untuk membedakan alkohol primer, sekunder dan tersier. Alkohol tersier bereaksi dan alkil klorida tersier akan membentuk lapisan keruh yang terpisah. Alkohol sekunder terlarut karena pembentukkan ion oksonium dan akhirnya terbentuk alkil klorida. Sedangkan alkohol primer sukar untuk menjadi klorida dengan pereaksi lucas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa alkohol absolut dan alkohol 70 % merupakan alkohol primer, alkohol sekunder adalah 2-propanol dan yang termasuk dalam alkohol tersier adalah t-butanol. Reaksinya sebagai berikut:
Alkohol primer ZnCl2 CH3CH2OH + HCl Alkohol sekunder ZnCl2 (CH3)2CHOH + HCl (CH3)2CHCl + H2O Alkohol tersier (CH3)3COH + HCl (CH3)3CCl + H2O 3. Uji Oksidasi dengan Asam kromat Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml K2Cr2O7 dan 4 tetes H2SO4 pekat, kemudian mengocok, menambahkan 1 ml etanol absolut ke dalam tabung reaksi. Mengocok lalu memanaskan tabung reaksi dalam penangas air bersuhu 800C. Percobaan
ini dilakukan juga untuk 2-propanol, t-butanol, dan alkohol 70%. Hasil percobaan antara lain pada sampel etanol absolut menghasilkan larutan berwarna biru kehijauan, sedangkan sampel yang lain larutan berwarna biru muda. Pada uji bau, etanol absolut menghasilkan bau yang sangat menyengat, sedangkan sampel alkohol yang lain bau yang dihasilkan tidak terlalu menyengat. Perubahan warna dan bau yang dihasilkan pada percobaan ini menunjukkan adanya reaksi oksidasi dengan asam kromat yang terjadi pada larutan sampel. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : O O K2Cr2O7 K2Cr2O7 R – CHO2OH R – C – H R – C – OH 4. Uji Iodoform
Dengan menyiapkan 4 tabung reaksi, mengisi masing-masing dengan 2 ml larutan sampel (etanol absolut, isopropil alkohol, t-butanol, dan alkohol 70%). Kemudian menambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi 2 ml iodin, sambil mengaduk, menambahkan NaOH 6 M hingga warna iodin berubah menjadi kuning muda. Mendiamkan, bila dalam waktu 5 menit belum terbentuk endapan kuning, maka memanaskan tabung reaksi dalam penangas air bersuhu 600C. Maka didapatkan untuk etanol absolut dan etanol 70% setelah dipanaskan terbentuk endapan kuning disertai bau yang menyengat. Pada isopropil alkohol larutan berwarna kuning muda dan bau yang menyengat, sedangkan untuk t-butanol dihasilkan larutan warna kuning muda, yang terbagi atas dua bagian, yaitu pada bagian atas warna kuning dan bawah larutan bening. Uji iodoform reaksi antara etanol absolut atau sampel alkohol yang lain dengan iodin akan membentuk larutan berwarna kuning. Hal ini disebabkan karena alkohol bereaksi dengan hidrogen halida menghasilkan alkil halida. Berarti pada setiap sampel alkohol mengandung iodoform. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : CH3CH2OH + I2 CH3COH +2 HI CH3COH + 3HI2 + NaOH CHI3 + CHOONa + 3 HI (CH3)3COH + I2 (CH3)2CHCOH + 2 HI (CH3)2CHCOH + 3I2 + NaOH CHI3 + CHOONa + 3 HI
5. Uji Esterifikasi Pertama-tama yang dilakukan pada percobaan ini adalah memasukkan 1 ml larutan sampel (etanol absolut, alkohol 70%, 2-propanol, t-butanol) ke dalam tabung reaksi, menambahkan 1 ml CH3COOH pekat. Mengocok dan memanaskan selama 5 menit. Setelah itu menuangkan larutan ke dalam air. Dari hasil pengamatan diperoleh secara berturut-turut; bau cuka sangat menyengat, bau cukup menyengat, bau kurang menyengat dan bau cuka yang tidak menyengat, sedangkan masing-masing larutan dihasilkan larutan yang bening dan terbentuk ester. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : O CH3CH2OH + CH3COOH CH3– COCH2CH3 + H2O Etanol absolut as. Asetat etil asetat O
CH3- CH – CH3 + CH3COOH CH3– COCH2(CH3)2 + H2O OH 2-propanol as. Asetat butil asetat
O CH3CH2OH + CH3COOH CH3COCH2CH3 + H2O Alkohol 70 % as. Asetat etil asetat
(CH3)3COH + CH3COOH t-butanol as. asetat
VI. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1. Dalam air, etanol absolute, alkohol 70%, 2-propanol mudah larut, sedangkan tbutanol hanya sedikit larut. 2. Uji Lucas untuk menetukan penggolongan alkohol, yaitu alkohol primer, alkloda sekunder dan alkohol tersier. 3. Dalam suatu alkohol pada sampel etanol absolute, alkohol 70%, 2-propanol, t-butanol dapat menghasilkan ester.
DAFTAR PUSTAKA Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jilid 1. Binarupa Aksara. Jakarta. Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasatr Kimia Organik. Bina Aksara. Jakarta. Hart. 1990. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta. Petrucci, Ralph H. 1987. alih bahasa Suminar Ahmadi. Kimia Dasar Prinsip danhttp://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/16/alkohol/ Terapan Modern.Jilid 3. Erlangga. Jakarta.