Soal 1. Menurut teori Hull apa efek dari peningkatan besaran penguat dalam belajar?jelaskan! 2. Jelaskan situasi yang memungkinkan seseorang untuk membedakan antara belajar dan kinerja ? 3. Siapa yang akan belajar lebih cepat, siswa pencemas atau yang tidak cemas ? jelaskan dengan teori Hull? 4. Jelaskan proses berantai dari perspekrif Hull ? 5. Apa perbedaan utama teori Hull tahun 1943 dengan 1952? 6. Bagaimana pandangan Hull tentang pendidikan ? Jawab 1. a Sensing the external environment and the Stimulus Trace. Stimulasi eksternal
memicu dorongan neural (sensoris) afferent, yang bertahan lebih lama ketimbang stimulasi environmental. Jadi, Hull mempostulatkan adanya suatustimulus traces (jejak stimulus) yang bertahan selama beberapa detik setelah kejadian stimulus berhenti. Karena dorongan neural afferent ini menjadi diasosiasikan dengan suatu respons, Hull mengubah rumusan S-R tradisional
menjadi
S-s-R.
jejak
stimulus
pada
akhirnya
menyebabkan
reaksi
neural efferent (motor) (r) yang menghasilkan respons tegas. Jadi kita punya S-s-r-R, di mana S adalah stimulasi eksternal, s adalah jejak stimulus, r adalah pengaktifan neuron motor, dan R adalah respons yang jelas. b.The Interaction of Sensory Impulses. Interaction of sensory impulses ( s ) (interaksi dorongan sensoris [indrawi]) mengindikasikan stimulasi dan karenanya menunjukkan kesulitan dalam memprediksi perilaku. Perilaku jarang merupakan sebuah fungsi dari hanya satu stimulus. Ia adalah fungsi dari banyak stimulus yang dihadapan suatu organisme pada satu waktu. Banyak stimuli dan jejaknya itu saling berinteraksi satu sama lain dan sintesisnya akan menentukan perilaku c.Unlearned behavior. Hull percaya bahwa organisme dilahirkan dengan hierarki respons, unlearned behavior(perilaku yang tak dipelajari), yang akan aktif jika dibutuhkan. Misalnya, jika suatu objek asing masuk mata, maka secara otomatis akan berkedip-kedip dan keluarlah air mata. Jika suhu melebihi suhu yang optimal bagi fungsi tubuh, maka tubuh akan berkeringat. Demikian pula, rasa sakit, lapar, atau haus akan memicu respons bawaan tertentu yang berprobabilitas tinggi mereduksi efek dari kondisi-kondisi tersebut.
d.contiguity and Drive reduction as Necessary conditions for Learning. Jika satu stimulus menimbulkan respons dan jika respons itu bisa memuaskan kebutuhan biologis, maka asosiasi antara stimulus dan respons akan diperkuat. Semakin sering stimulus dan respons yang menghasilkan pemenuhan kebutuhan dipasangkan, semakin kuat hubungan antara stimulus dan respons tersebut. Reinforcement (penguatan) primer menurut Hull harus memuaskan kebutuhan, atau apa yang oleh Hull dinamakan drive reduction (reduksi dorongan). Postulat 2 juga mendeskripsikan reinforce (penguat) sekunder sebagai “stimulus yang diasosiasikan secara erat dan konsisten dengan pengurangan kebutuhan. Ringkasnya, kita dapat mengatakan bahwa jika satu stimulus diikuti dengan satu respons, yang pada gilirannya diikuti dengan penguatan (entah itu primer atau sekunder), asosiasi antara stimulus dan respons akan menguat. Juga dapat dikatakan bahwa “kebiasaan” (habit) memberi respons terhadap stimulus itu akan menjadi lebih kuat. Istilah yang dipakai Hull, habit strength (kekuatan kebiasaan [SHR ] ). e.stimulus generalization. Hull mengatakan bahwa kemampuan suatu stimulus (selain stimulus yang digunakan selama pengkondisian) untuk menimbulkan respons yang dikondisikan ditentukan oleh kemiripannya dengan stimulus yang digunakan selama training. Jadi, SHR akan digeneralisasikan dari satu stimulus ke stimulus lain sepanjang dua stimulus itu sama. Postulat stimulus generalization (generalisasi stimulus) ini juga mengindikasikan bahwa pengalaman sebelumnya akan mempengaruhi proses belajar yang sekarang; artinya, belaja yang pernah terjadi dalam kondisi yang sama akan ditransfer ke situasi belajar yang baru. Hull menyebut proses ini sebagai generalized habit strength (kekuatan kebiasaan yang digeneralisasikan (SHR ). f.Stimuli
associated
with
drives. Definisi
biologis
dalam
organisme
akan
mengahsilkan drive (dorongan[D]), dan setiap dorongan diasosiasikan dengan stimuli spesifik. Contohnya adalah rasa perut lapar yang mengiringi dorongan lapar, dan mulut kering, bibir kering, dan tenggorokan kering yang mengiringi dorongan haus. Adanya stimuli dorongan spesifik memungkinkan kita untuk mengajari hewan agar nberperilaku tertentu di dalam satu keadaan dorongan dan berperilaku lain dalam keadaan dorongan lain. Misalnya, hewan bisa diajari berbelok ke kanan dalam jalan berbentuk T apabila ia lapar dan berbelok kiri jika ia haus.
g.Reaction as a Function of Drive and habit strength. Kemungkinan respons yang dipelajari akan terjadi pada satu waktu tertentu dinamakan reaction potential (potensi reaksi [SER]). Potensi reaksi adalah fungsi dari kekuatan kebiasaan [SHR ] dan dorongan (D). agar respons yang terjadi, [SHR ] harus diaktifkan oleh D. Dorongan tidak mengarahkan perilaku; ia hanya membangkitkannya dan mengintensifkannya. Tanpa dorongan, hewan tidak akan melakukan respons yang telah dipelajari meskipun telah ada banyak pasangan yang diperkuat antara stimulus dan respons. h.Responding Causes Fatigues, Which Operates Against the Elicitation of a Conditional Response. Respon memerlukan kerja, dan kerja menyebabkan keletihan. Keletihan pada akhirnya akan menghambat respons. Reactive Inhibition (hambatan reaktif [IR]) disebabkan oleh kelelahan akibat aktivitas otot dan kegiatan dalam menjalankan tugas. Karena bentuk penghambat ini berhubungan dengan keletihan, maka ia secara otomatis akan hilang jika organisme berhenti beraktivitas. i.the Learned Response of Not Responding. Kelelahan adalah pendorong negative, dan karenanya tidak memberikan respons akan menghasilkan penguatan. Tidak member respon akan menyebabkan IR menghilang, dan karenanya mengurangi dorongan kelelahan. Respons untuk tidak merespons ini dinamakan conditioned inhibitattion (SIR) (hambatan yang dikondisikan) j.Factors Tending ti Inhibit a Learned respons Change from Moment to Moment. Menurut Hull, ada “potensi penghambat” yang bervariasi dari satu waktu ke waktu lainnya dan menghambat munculnya respons yang telah dipelajari. “potensi penghambat” ini dinamakan oscillation effect (efek guncangan [SOR] ) 2.
3. kecemasan sebagai sebentuk dorongan dalam proses belajar manusia. Berdasarkan penalaran ini, maka mereduksi kecemasan murid adalah syarat yang diperlukan untuk belajar di kelas. Tetapi, terlalu sedikit kecemasan tidak akan menimbulkan proses (karena tidak ada dorongan yang akan direduksi), dan terlalu banyak kecemasan akan mengganggu. Karenanya, siswa yang merasakan kecemasan ringan ada dalam posisi terbaik untuk belajar dan karenanya lebih mudah untuk diajari. Jadi keadaan siswa yang belajar dengan kondisi cemas
akan cepat dalam menangkap belajarnya pada saat itu dikarenakan ada dorongan yang timbul pada dirinya sehingga membuat siswa tersebut akan terpacu dalam belajarnya 4. Di sini Hull berbicara tentang hubungan tunggal dalam rantai behavioral, tetapi ide yang sama dapat digeneralisasikan ke seluruh rantai behavioral. Entah itu seseorang bicara tentang respon tunggal atau sederetan respons, penguatan menimbulkan efek merusak terhadap potensi reaksi. Demikian pula, respons individual atau rantai respons yang muncul dari penguatan yang cepat akan nilai SER yang lebih tinggi, dan lebih mungkin terjadi ketimbang respons atau rantai behavioral dengan penundaan yang lebih lama di antara kejadian dan penguatannya. Rute paling langsung melalui jalur-jalur yang rumit, entah itu jalur berbentuk T atau yang lebih ruwet lagi, memilii jumlah SER paling banyak sebab ia tidak menimbulkan jeda yang lama dan juga karena hanya ada sedikit hambatan reaktif dan terkondisikan yang akan dikurangkan dari SER. Tetapi rute terpendek hanyalah salah satu dari sekian banyak rute. Ada hubungan erat antara hierarki rumpun kebiasaan dengan bagaimana respons tujuan pendahulu fraksional (rG) dan stimulus yang menimbulkannya (sG) beroperasi dalam proses berantai ini. Beberapa respons ini akan langsung muncul saat menemui penguat sekunder, dan yang lainnya tidak. Pada akhirnya, respons yang paling cepat membawa hewan berjumpa dengan penguat sekunderakan menjadi respons sekunder karena respons itu memiliki nilai SER tertinggi. Ingat, semakin lama penundaan penguatan (J) semakin rendah nilai SEG. Ada tiga variabel dalam teori Hull: 1.
Variabel bebas (independen), yang merupakan kejadian stimulus yang secara sistematis
dimanipulasi oleh eksperimenter. 2.
Variabel pengintervensi (intervening), yakni dianggap terjadi di dalam organisme tetapi
tidak dapat diamati secara langsung. Semua variabel pengitervensi dalam sistem Hull didefinisikan secara operasional. 3.
Variabel terikat (dependen), yakni beberapa aspek dari perilaku yang diukur oleh
eksperimenter dalam rangka menentukan apakah variabel bebas punya efek atau tidak.
5. Teori Hull Tahun 1943 Dengan 1952 Motifasi Insentif (K) Dalam teorinya tahun 1943, Hull membahas besaran penguatan sebagai variabel pengajar. Semakin besar jumlah penguatan, semakin besar jumlah reduksi
dorongan, dan karenanya semakin besar
peningkaran dalam SHR. Eksperimen mengindifikasikan bahwa kinerja berubah secara dramatis saat besarnya penguatan divariasikan setelah belajar selesai. Misalnya, ketika hewan dilatih untuk barlari lurus untuk mendapaan suatu penguat kemudian dialihkan untk mendapatkan penguat yang lebih besar, kecepatannya larinya tiba-tiba bertambah. Ketika hewan yang dilatih dengan penguat yang besar dialihkan dengan penguat yang lebih kecil, kecepatan yang lainnya menurun. Crespi (1942, 1944) dan Zeaman (1949) adalah dua eksperimanter awal yang menemukan bahwa kinerja berubah secara radikal ketika basaran penguatan diubah. Perubahan kinerja setelah perubahan besaran penguatan tidak dapat dijelaskan dalam term perubahan SHR karena perubahan itu terlampau cepat. Kecuali satu atau lebih faktor beroperasi melawan SHR, nilainya tidak akan turun. Hasil yang sering dijumpai oleh Crespi dan Zaeman menyebabkan Hull mengambil kesimpulan bahwa organisme belajar sama cepatnya untuk insentif kecil dan insentif besar, namun binatang melakukannya (to perform) secara berbeda sesuai dengan variasi besarnya insentif (K). Perubahan kinerja yang cepat setelah adanya perubahan ukuran penguatan ini disebut sebagai Crespi effect (efek Crespi). 6. Walaupun Hull sangat hati – hati dengan membatasi teorinya dan implikasinya untuk tikus percobaan dalam eksperimen terkontrol yang ketat, kita bisa mengeksplorasi implikasi teori Hull untuk pendidikan. Teori belajar Hull adalah teori reduksi dorongan atau reduksi stimulus dorngan. Mengenai soal spesiafibilitas tujuan, keterlibatan kelas, dan proses belajar dari yang sederhana ke yang kompleks, Hull sepakat dengan Thorndike. Menurutnya belajar melibatkan dorongan yang dapat direduksi. Sulit membayangkan bagaimana reduksi dorongan primer dapat berperan dalam belajar di kelas, tetapi, beberapa pangikut Hull (misalnya, Janet Taylor Spence) menekankan kecemasan sebagai sebentuk dorongan dalam proses belajar manusia. Berdasarkan penalaran ini, maka mereduksi kecemasan murid adalah syarat yang diperlukan untuk belajar di kelas. Tetapi, terlalu sedikit kecemasan tidak akan menimbulkan proses (karena tidak ada dorongan yang akan direduksi), dan terlalu banyak kecemasan akan mengganggu. Karenanya, siswa yang merasakan kecemasan ringan ada dalam posisi terbaik untuk belajar dan karenanya lebih mudah untuk diajari.
Latihan harus didistribusikan dengan cermat agar hambatan tidak muncul. Guru Hullian akan membagi topik – topik yang diajarkan sehingga pembelajaran (siswa) tidak akan kelelahan yang bisa mengganggu proses belajar. Topik – topik itu juga diaturkan sedemikian rupa sehingga topik yang berbeda – beda akan saling berurutan. Misalnya, urutan pelajaran yang baik adalah matematika, pendidikan olahraga, bahasa Inggris, seni, dan sejarah. Miller dan Dollard (1941) meringkaskan aplikasi teori Hull untuk pendidikan sebagai berikut: Driver : Pembelajaran harus menginginkan sesuatu Cue : Pembelajaran harus memerhatikan sesuatu. Response : Pembelajaran harus melakukan sesuatu Reinforcement : Respons pembelajaran harus membuatnya mendapatkan sesuatu yang diinginkannya.