Fungsi Angkur Baja Dan Cara Pemasangan Angkur Baja , Anchor Bolt, Angkur Tanam Angkur/Anchor Bolt atau sering disebut sebagai Anchor, adalah sejenis paku yang berfungsi menyatukan struktur atas dengan bawah. Angkur baja biasanya berbentuk type L, atau menyerupai huruf L. Angkur baja terbuat dari bahan besi baja. Untuk ukuran angkur berbeda-beda tergantung kebutuhan dan pemakaiannya. Kami menjual angkur baja dengan berbagai ukuran diantaranya 16 x 40, 16 x 50, 16 x 60, 19 x 40, 19 x 50, 19 x 60, 22 x 40, 22 x 50, 22 x 60, 25 x 40, 25 x 50, 25 x 60. Fungsi angkur baja yaitu sebagai alat pengait atau pondasi pada tiang tiang lampu jalan atau pondasi tiang lainnya.
BETON „ HUBUNGAN PONDASI, STRUKTUR RANGKA DAN DINDING BATA DENGAN PERKUATAN ANGKUR“ BETON „ HUBUNGAN PONDASI, STRUKTUR RANGKA DAN DINDING BATA DENGAN PERKUATAN ANGKUR“ A.STANDAR KOMPETENSI Membuat pasangan pondasi batu belah. B.KOMPETENSI DASAR Memasang pondasi batu belah yang dilengkapi dengan angkur vertikal untuk menyatukan pondasi dengan sloof. C.MATERI PEMBELAJARAN 1.Pondasi batu belah di daerah rawan gempa. 2.Tata cara pelaksanaan pemasangan pondasi batu belah yang dilengkapi angkur. D.STRUKTUR PEMBELAJARAN E.INDIKATOR 1.Menjelaskan hubungan antara pasangan batu belah dengan sloof. 2.Menjelaskan fungsi angkur pada pertemuan antar muka pondasi batu belah dan sloof. 3.Memilih dimensi tulangan sesuai dengan kebutuhan untuk angkur sesuai dengan pedoman praktis. 4.Memotong tulangan dengan panjang penyaluran/tertanam sesuai dengan pedoman praktis. 5.Membentuk angkur menggunakan hasil pemotongan tulangan. 6.Memasang pondasi batu belah yang dilengkapi dengan angkur vertikal untuk menyatukan pondasi batu belah dengan sloof. F.PENILAIAN 1.Proses kerja 30 % 2.Hasil 50 % 3.Keselamatan kerja 10 % 4.Laporan kerja 10 % MODUL I.A - BETON 1 / 10 G.ALOKASI WAKTU 1.4 Jam Tatap Muka 2.10 (20) Jam Praktek H.SUMBER PEMBELAJARAN 1.Anonim, (2002), SNI 03-2847-2002: Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, Badan Standardisasi Nasional. 2.Anonim, (2002), SNI 15-2049-2004: Semen Portland, Badan Standardisasi Nasional. 3.Anonim, (2002), SNI 15-0302-2004: Semen Portland Pozolan, Badan Standardisasi Nasional. 4.Anonim, (2006), Pedoman Membangun Rumah Sederhana Tahan Gempa, available on:http://www. tahangempa.org 5.Gani, M.S.J., (1997), Cement and Concrete, London: Chapman & Hall. 6.Gideon Hadi Kusuma dan Vis, W.C., (1994), Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03, Jakarta: Penerbit Erlangga. 7.Istimawan Dipohusodo, (1999), Struktur Beton Bertulang, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 8.Kardiyono Tjokrodimuljo, (1996), Teknologi Beton, Yogyakarta: Penerbit Nafiri. 9.Nawy, E.G., (1996), Reinforced Concrete: A Fundamental Approach 3rd edition, New York: Prentice Hall.
10.Neville, A.M., (1997), Properties of Concrete, New York: John Wiley & Sons. Inc. 11.Park, R. and Paulay, T., (1975), Reinforced Concrete Structures, New York: John Wiley & Sons. Inc. 12.Teddy Boen, 2001, “Impact of Earthquake on School Buildings in Indonesia”, UNCRD International Workshop and Symposium: Earthquake Safer World in the 21, Kobe. 13.Teddy Boen, 2001, “Dasar-Dasar Membangun Bangunan Tembokan Tahan Gempa”, Bahan Pelatihan Fasilitator Pembangunan Perumahan, Jakarta. I.INFORMASI LATAR BELAKANG 1. Pendahuluan Pondasi batu belah dipergunakan di atas tanah kuat/baik yang letaknya tidak dalam. Pada umumnya, dari permukaan tanah sedalam 50 cm terdapat tanah yang disebut tanah humus, yaitu lapisan tanah yang mengandung campuran bekas cabang-cabang kayu kecil-kecil, sampah, dan sebagainya. Di atas tanah semacam ini tidak dapat diletakkan pondasi, karena ada kemungkinan pondasi akan turun akibat memadatnya tanah humus karena muatan diatas tanah tersebut. Penurunan pondasi yang merata tidak menimbulkan masalah, karena konstruksi bangunan gedung di atas pondasi dapat turun secara merata pula. Tetapi apabila penurunan pondasi tidak dapat merata, maka kerusakan-kerusakan akibat penurunan ini tidak dapat dihindarkan. Kerusakan-kerusakan tersebut misalnya berupa: a.pecah/retaknya tembok-tembok. b.pintu/jendela tidak dapat dibuka. c.atap berubah bentuk. MODUL I.A - BETON 2 / 10 Oleh karena itu, lapisan tanah humus harus digali dan dibuang ke tempat lain. Perletakan dasar pondasi batu belah ditetapkan lebih dalam dari lapisan tanah humus (± 30 sampai 50 cm atau, lebih dalam), agar diperoleh kepastian tanah menjadi cukup kuat dan memenuhi syarat. Kedalaman rata-rata pondasi batu belah berkisar antara 60 sampai 80 cm dari permukaan tanah. Dasar perhitungan pondasi batu belah adalah perlebaran/perluasan dasar pondasi terhadap tebal tembok, dengan tujuan agar terjadi pembagian beban yang lebih merata dari gaya-gaya yang ditimbulkan muatan di atasnya. Intensitas gaya yang bekerja di atas tanah keras (perletakan pondasi) dihitung setiap satuan luas (kg/cm2). Oleh karena itu, pondasi batu belah merupakan pondasi ringan, yang hanya mampu mendukung muatan konstruksi bangunan gedung sederhana. Dengan demikian perlebaran/perluasan dasar pondasi dapat ditetapkan 2½ sampai 3 kali lebar bagian atas pondasi.. Walaupun demikian, dalam menentukan ukuran luas dasar pondasi, sebaiknya diperhitungkan muatan dari bangunan di atasnya. Dalam penggambaran, untuk pasangan bata merah ½ batu diambil ukuran ± 15 cm. Lantai ditetapkan sebagai titik nol dan digunakan sebagai dasar ukuran keseluruhan bangunan. Di atas lantai setinggi 20 cm, dari permukaan lantai, dibuat pasangan kedap air yang disebut trasraam dengan campuran 1 pc : 2 pasir, dengan tujuan agar air dari tanah tidak dapat naik ke pasangan tembok. Persyaratan ini dalam praktek perlu diperhatikan. Di bawah lantai diberi lapisan pasir urug setebal ± 20 cm, yang dipadatkan dengan maksud agar diperoleh permukaan yang rata dan cukup kuat. Di atas pondasi batu belah dipasang beton bertulang yang disebut: balok “sloof”, yang dibuat dari beton bertulang dengan campuran yang baik, dengan kuat tekan minimal mencapai 20 Mpa (200 kg/cm²). Sloof berukuran minimal 15 cm x 20 cm dengan diameter tulangan memanjang minimal 10 mm. Meskipun demikian, disarankan tulangan berdiameter 12 mm, sehingga membentuk formasi tulangan memanjang 4∅12 dan sengkang ∅8-150 atau ∅6-125. Material beton berfungsi untuk menahan gaya tekan, sedangkan baja tulangan digunakan untuk menahan gaya tarik. Tujuan penggunaan balok sloof, selain sebagai pengganti trasraam dibawah lantai, juga untuk meratakan beban komponen bangunan yang ada di atasnya untuk diteruskan ke bagian pondasi. Apabila terjadi penurunan pondasi, diharapkan tidak akan mempengaruhi konstruksi bangunan di atasnya, karena telah didukung oleh balok sloof. 2. Pondasi batu belah pada daerah rawan gempa Pondasi merupakan bagian dari struktur yang paling bawah dan berfungsi untuk menyalurkan beban ke tanah, dan harus diletakan pada tanah yang keras. Kedalaman minimum untuk pembuatan pondasi adalah 60 cm dari permukaan tanah. Seluruh pekerjaan pasangan batu belah ini menggunakan adukan campuran 1 semen : 4 pasir. Pasangan batu belah untuk pondasi dikerjakan setelah lapisan urug dan aanstamping (pasangan batu kosong) selesai MODUL I.A - BETON 3 / 10 dipasang. Pondasi juga harus mempunyai hubungan kuat dengan sloof, yang dapat dilakukan dengan pemasangan angkur antara sloof dan pondasi dengan jarak 1 meter.
Pada saat terjadi gempa, tanah bergerak ke arah horisontal dan vertikal, sehingga akan bekerja pula gaya lateral yang menyebabkan adanya komponen gaya geser antara pondasi dengan komponen bangunan di atasnya (sloof). Apabila hubungan antara pondasi dengan sloof tidak cukup kuat, maka akan terjadi kerusakan akibat pergeseran sloof terhadap pondasi. Fenomena ini dapat diatasi dengan memberikan penghubung geser berupa angkur, yang menghubungkan pondasi dengan sloof, sehingga gaya geser yang bekerja pada bidang antara muka pondasi dan sloof dapat ditanggulangi. Pergeseran Gambar 1. Kerusakan permukaan pondasi akibat gaya gempa Untuk memperoleh pondasi yang baik, pada daerah gempa, perlu diperhatikan prinsip-prinsip galian pondasi sebagai berikut: a.Kedalaman pondasi dari permukaan tanah minimal 60 cm. b.Lebar bagian bawah pondasi minimal 60 cm. c.Lebar bagian atas pondasi minimal 30 cm. d.Konstruksi pondasi dibuat solid (pejal) dan menerus. e.Diletakkan di atas tanah keras. MODUL I.A - BETON 4 / 10 Gambar 2. Pondasi menerus dari batu belah Pondasi tidak diletakkan langsung diatas tanah dalam lubang pondasi, tetapi di atas tanah tersebut diberi lapisan pasir urug minimum setebal 10 cm dan dipadatkan dengan cara menyiram dengan air, dengan maksud agar diperoleh permukaan yang merata dan dapat meredam rambatan gelombang saat terjadi gempa. Ukuran lubang dasar galian pondasi dibuat 10 cm kiri-kanan lebih lebar daripada dasar pondasi, agar orang dapat bekerja pada waktu mengerjakan pasangan pondasi. Galian lubang pondasi dibuat miring (5 : 1), agar dinding tanah galian tidak mudah runtuh. Kemiringan galian tanah ini makin besar untuk tanah-tanah yang gembur/lembek. Sloof berukuran 15 cm x 20 cm dibuat dari beton bertulang dengan kekuatan tekan minimum 20 MPa (200 Kg/cm2). Untuk bangunan sederhana satu lantai, dapat dibuat dengan perbandingan volume, 1 semen: 2 pasir: 3 split (maksimum berukuran 20 mm), yang diaduk dengan ½ air (jika pasir dan split dalam kondisi jenuh kering muka). Tulangan memanjang yang dipasang minimal 4∅10, tetapi disarankan 4∅12, dan sengkang ∅8-150 atau ∅6-125. MODUL I.A - BETON 5 / 10 MODUL I.A - BETON 6 / 10 Sloof diangkur pada setiap jarak 100 cm dengan kedalaman 40 cm sehingga struktur menjadi kokoh. Adukan yang digunakan sebagai perekat batu belah menggunakan komposisi 1 semen : 4 pasir, yang diaduk dengan ½ air (jika pasir dalam kondisi jenuh kering muka). dinding 0,15 0,60 0,80 100 mm 30 mm 30 mm300 mm100 mm 500 mm 20 20 40 100 cmGambar 4. Bentuk angkur pada pondasi batu belah 3. Tata cara pelaksanaan pekerjaan Untuk memperoleh hasil pekerjaan yang optimal dan memenuhi standar yang dipersyaratkan, perlu dipersiapkan kebutuhan alat dan bahan sebagai berikut: a.Alat: 1)Waterpas/selang 2)Benang 3)Unting-unting 4)Paku 1,5" 5)Profil 6)Kaso 5/7 MODUL I.A - BETON 7 / 10 7)Meteran 8)Bodem 9)Sendok spesi 10)Palu 11)Bak spesi
12)Ember 13)Sekop 14)Cangkul b.Bahan: 1)Batu belah (batu kali/gunung ataupun batu putih yang tidak pecah bila dijatuhkan ke atas batu lain dari ketinggian ± 1 meter). 2)Angkur (bentuk seperti terlihat pada Gambar 4, terbuat dari baja tulangan diameter 10 mm sampai 12 mm (kondisi baik, tidak berkarat, tidak berminyak, bukan besi bekas). 3)Semen (PC kemasan 50 kg atau PPC kemasan 40 kg) yang tidak mengeras, kering dan warnanya seragam. 4)Pasir (berasal dari sungai/darat, tidak mengandung lumpur dan bahan organik yang melebihi dari ketentuan yang berlaku). 5)Air (layak minum, tidak berasa, tidak berwarna, tidak berbau). 4. Langkah kerja a.Persiapan pekerjaan 1)Mempelajari gambar kerja. 2)Mengenakan pakaian serta perlengkapan kerja lainnya. 3)Membuat adukan dengan komposisi 1 semen: 4 pasir, yang diaduk dengan ½ air (jika pasir dalam kondisi jenuh kering muka), dalam kotak adukan. 4)Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan. 5)Elemen batu belah dibuat bersudut atau dihindari bentuk bulat pada setiap permukaannya sehingga akan menambah ikatan antar elemen dan ikatan mortar. 6)Membuat profil podasi dengan bentuk sesuai rencana dalam gambar kerja, dan dibuat menggunakan reng atau bambu bilah. Menentukan dan mengatur tata letak pekerjaan dengan tujuan: 1)Menghindari kecelakaan kerja. 2)Tersedianya ruang gerak yang cukup leluasa saat bekerja. 3)Meningkatkan produktivitas. 4)Menghindari tercecernya material yang bisa mengakibatkan pemborosan. 5)Menambah semangat kerja. b.Pelaksanaan pemasangan pondasi batu belah 1)ihkan galian yang telah dibuat dan kontrol kedalaman dan lebar galian, kelurusan, dan kemiringannya. 2)Menghamparkan pasir sebagai lapisan dasar pondasi dan dipadatkan sehingga mempunyai permukaan yang rata dengan tebal minimum ±10 cm. Apabila pasir dalam kondisi kering pada saat pemadatan, maka pasir disiram dengan air secukupnya (jangan terlalu jenuh). MODUL I.A - BETON 8 / 10 3)Menyiram pasir urug dengan air hingga jenuh, kemudian dilakukan pemadatan. 4)Memasang profil pondasi secara kuat dengan penyokong kaso 5/7 pada ujung-ujung pondasi. 5)Memeriksa kembali bentuk, ukuran, dan kekokohan profil yang akan digunakan. 6)Memasang profil pada kedua ujung jalur lubang galian yang akan dikerjakan, dengan bantuan dua kaso 5/7 yang diletakkan berdampingan dengan jarak selebar bagian atas pondasi, dan ditancapkan dengan kokoh di dasar galian. Gambar 5. Pemasangan profil dalam lubang pondasi 7)Memasang satu lapisan batu kosongan dengan ketinggian ± 15 cm sampai 20 cm (tanpa spesi) sepanjang pondasi sebagai lapisan dasar, kemudian menaburkan pasir, dan menyiram air sampai celahcelah antara batu dapat terisi penuh. 8)Merentangkan benang di sisi luar rencana pondasi antar profil setinggi ± 30 cm. Setiap lot benang pada profil dalam setiap baris pasangan, harus mudah dipindahkan saat pelaksanaan. 9)Menghamparkan spesi pondasi dan memasang batu pondasi dengan rapi dengan posisi batu mendatar; 10)Memasang elemen batu belah dengan jalan mengaturnya dari bagian dasar (batu belah yang memiliki ukuran dan berat yang lebih besar) hingga ke atas (batu belah yang memiliki ukuran dan berat yang lebih kecil). 11)Meletakkan batu belah dengan mempertimbangkan gaya gravitasi dari berat batu ke arah sumbu pasangan, dan saling mengunci sehingga tidak tejadi bahaya pergesaran atau kelongsoran.
MODUL I.A - BETON 9 / 10 MODUL I.A - BETON 10 / 10 Tidak baik (spesi segaris) Benar (spesi tidak segar 12)Apabila pemasangan batu belah pada lapis pertama telah diselesaikan, benang dipindahkan ke lapisan berikutnya. 13)Apabila terdapat siar berukuran besar karena bentuk batu yang tidak beraturan, siar tersebut harus diisi dengan batu pecah atau split. 14)Memasang angkur baja tulangan yang telah dipersiapkan setiap jarak 1 meter dengan kedalaman 40 cm di dalam pondasi batu belah. 15)Mengulang langkah di atas sampai dengan ketinggian sesuai dengan rencana. 16)Mengisi celah-celah antara batu pondasi bagian samping sampai penuh. 5. Kesehatan dan keselamatan kerja Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja antara lain: a.Memakai pakaian kerja dengan lengkap dan benar. b.ihkan tempat kerja dari kotoran yang mengganggu. c.Menempatkan alat-alat dan bahan-bahan di tempat yang mudah dijangkau dan aman untuk mendapatkan ruang kerja yang ideal. d.Menggunakan alat sesuai dengan fungsinya. e.Memecahkan batu yang besar menggunakan bodem atau pukul besi, sehingga mudah untuk diangkat. Gunakan kaca mata pengaman ketika memecah batu. f.Memecahkan batu di tempat yang tidak membahayakan akibat pecahan batu yang terlempar. g.Jangan memegang spesi dan jangan terlalu sering mencuci tangan saat bekerja, karena dapat mengakibatkan iritasi pada kulit telapak tangan. h.Mengerjakan dengan teliti, hati-hati dan penuh konsentrasi
Pengertian dan Fungsi Cara memilih Angkur Baja atau Anchor Angkur Baja atau sering disebut sebagai Anchor (anchoring), Angkur baja ini dari segi dan bentuknya banyak jenisnya, yang paling sering kita jumpaia yaitu Angkur Baja yang berbentuk L dengan tekukan L dan Dratt serta ada mur dan Ring. Jenis dan ukurannya Angkur Baja ini banyak macam dan jenis serta fungsinya, pada kesempatan ini kami akan sedkit meberikan Fungsi Angkur Baja type L. Angkur Baja Type L sering kita jumpai di jalanan yaitu yang terpasang pada tiang lampu jalan atau tiang tiang lainnya digunakan sebagai pondasi atau pengikat untuk tiang tersebut dengan Base Plate dan Di cor dengan menggunakan semen agar lebih kokoh. Jenis dan Ukuran Angkur Baja ( Anchor ) Angkur baja Type L Ukuran M10 Angkur baja Type L Ukuran M12 Angkur baja Type L Ukuran M116 Angkur baja Type L Ukuran M119 Angkur baja Type L Ukuran M20 Angkur baja Type L Ukuran M24 Angkur baja Type L Ukuran M34
Bahan Angkur Baja
Bahan Angkur Baja Besi Bula sesuai ukuran dan kebutuhan
Finishing
Finishing mentah Finishing elecktro peltting Finishing Galvanis Hotdip Finishing Galvanis biasa
Keterkaitan Pondasi, Sloof dan Kolom Untuk Bangunan Yang Kokoh Konstruksi Sipil | 31 May 2017
Pondasi dan penulangan beton (sloof, kolom dan ring balok) adalah kerangka yang menyokong dan membuat bangunan bisa berdiri tegak dan kuat.
Pondasi berfungsi menyangga keseluruhan bangunan, harus berdiri di atas tanah pijakan yang kuat sehingga bangunan tidak ambles serta dapat menyangga keseluruhan beban bangunan di atasnya.
Bagaimana memastikan seluruh bagian yang menjadi kerangka bangunan ini berfungsi maksimal sehingga bangunan kokoh berdiri?
PONDASI BANGUNAN
Pondasi merupakan komponen / struktur paling bawah dari sebuah bangunan, yang berfungsi untuk menopang bangunan dan meneruskan beban ke tanah dasar. Pondasi harus dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat dan menghindari penurunan bangunan baik sebagian atau keseluruhan.
Jenis pondasi
Secara umum pondasi dibagi dua jenis, yaitu pondasi dalam dan pondasi dangkal. Khusus untuk bangunan rumah sederhana biasanya menggunakan pondasi dangkal yang dikenal beberapa jenis yang sering diterapkan: Pondasi umpak/setempat, Pondasi menerus, Pondasi telapak/setempat.
Yang harus diperhatikan
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menentukan dan membuat pondasi Rumah seperti:
Jenis rumah, besar bangunan dan jumlah lantai harus diperhitungkan Jenis tanah, apakah jenis tanah keras, tanah sedang, tanah lunak, dan tanah sangat lunak Konstruksi, apa konstruksi yang akan ada di atas pondasi: rangka, kuda-kuda, pilar, lantai, dinding, dan perabotan, dll)
HUBUNGAN PONDASI DENGAN SLOOF
Sloof adalah balok beton bertulang yang dipasang secara horizontal tepat di atas pondasi batu kali / batu belah. Fungsi dari Sloof adalah untuk meratakan beban bangunan dan sebagai pengikat pondasi agar stabil tetap pada posisinya. Agar sloof mengikat kuat pondasi, makan digunakan Angkur yang ditanamkan ke dalam pondasi dengan jarak maksimal antar angkur adalah 40 cm.
HUBUNGAN SLOOF DENGAN KOLOM
Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban tekan vertikal dengan bagian tinggi, berfungsi sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bisa diumpamakan kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri, Jarak antar kolom maksimum 3,5 meter atau pada pertemuan pasangan bata pada sudut-sudut dinding.
HUBUNGAN KOLOM DENGAN DINDING
Dinding bangunan memiliki dua fungsi utama, yaitu menyokong atap dan langit-langit dan sebagai pembatas untuk membagi ruangan, serta melindungi terhadap cuaca, Agar kekuatan dinding maksimal harus diberi tulangan berupa kolom, antara kolom dan dinding harus diikat dengan menggunakan angkur. Setiap 6 lapis bata dipasang angkur sedalam minimal 40 cm.
HUBUNGAN KOLOM DENGAN RING BALOK
Balok dipasang di bagian atas pasangan dinding sebagai penutup, berfungsi meratakan tumpuan beban rangka dan tutup atap dan meneruskannya ke setiap ujung beton kolom. Selain itu Ring balok juga berfungsi untuk mengikat pasangan dinding sehingga bentuk bangunan menjadi stabil dan kokoh, Pemasangan balok maksimum 4 meter dari sloof, idealnya 3 meter. Tulangan kolom dilewatkan dan diikat dalam tulangan ring balok sepanjang 40 cm.
SALING BERHUBUNGAN MENGUATKAN
Dari penjelasan di atas, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan dengan benar: 1. 2. 3. 4. 5.
Pondasi bangunan (disesuaikan dengan kondisi tanah yang ada) Penempatan besi angkur pada sloof tertanam pada pondasi Penempatan besi Angkur pada kolom tertanam pada dinding Penempatan ring balok di atas kusen sebagai penahan beban dinding Sambungan penulangan pada pertemuan antara sloof kolom dan ring balok
Pondasi, sloof, kolom dan balok memiliki fungsi masing-masing tapi saling berhubungan untuk menciptakan kekuatan bangunan secara keseluruhan. Kekuatan dari masing-masing bagian akan mempengaruhi kekuatan konstruksi secara keseluruhan. Dengan demikian dalam perencanaan dan pengerjaan harus dilakukan dengan benar (Setyo Bekti)
Category Archives: bangunan tahan gempa
syarat rumah tahan gempa Prinsip dasar
Konsep hunian tahan gempa adalah bangunan yang dapat bertahan dari keruntuhan akibat getaran gempa, serta memiliki fleksibilitas untuk meredam getaran. Prinsipnya pada dasarnya ada dua, yaitu kekakuan struktur dan fleksibilitas peredaman. 1. Prinsip dasar kekakuan strukur rumah Prinsip kekakuan struktur rumah menjadikan struktur lebih solid terhadap goncangan. Terbukti, struktur kaku seperti beton bertulang jika dibuat dengan baik dapat meredam getaran gempa dengan baik. Hal ini berarti perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh struktur yang dibuat pada saat pembangunan agar dapat lebih kuat dan lebih kaku. Kekakuan struktur dapat menghindarkan kemungkinan bangunan runtuh saat gempa terjadi. Kolom-kolom dan balok pengikat harus kuat dan ditopang oleh pondasi yang baik pula. 2. Prinsip flexibilitas Adanya kemungkinan struktur bangunan dapat bergerak dalam skala kecil, misalnya dengan menggunakan prinsip hubungan roll pada tumpuan-tumpuan beban. Yang dimaksud dengan rolladalah jenis hubungan pembebanan yang dapat bergerak dalam skala kecil untuk meredam getaran. 3.Prinsip penggunaan bahan material yang ringan dan “kenyal” Prinsip penggunaan bahan material yang ringan dan “kenyal”, yaitu menggunakan bahan-bahan material ringan yang tidak lebih membahayakan jika runtuh dan lebih ringan sehingga tidak sangat membebani struktur yang ada. Contohnya : struktur kayu dapat menerima perpindahan hubungan antar kayu dalam skala gempa sedang. 4. Prinsip massa yang terpisah-pisah Prinsip massa yang terpisah-pisah, yaitu memecah bangunan dalam beberapa bagian menjadi struktur yang lebih kecil sehingga struktur ini tidak terlalu besar dan terlalu panjang karena jika terkena gempa harus meredam getaran lebih besar. B. Kesatuan Struktur ( Struktur Atap, struktur dinding, struktur pondasi ) Prinsip dasar dari bangunan tahan gempa adalah membuat seluruh struktur menjadi satu kesatuan sehingga beban dapat ditanggung dan disalurkan bersama-sama dan proporsioanal. Bangunan juga harus bersifat daktail, sehingga dapat bertahan apabila mengalami perubahan bentuk yang diakibatkan oleh gempa.
1. Pondasi Pondasi merupakan bagian dari struktur yang paling bawah dan berfungsi untuk menyalurkan beban ke tanah. Untuk itu pondasi harus diletakkan pada tanah yang keras. KEdalaman minimum untuk pembuatan pondasi adalah 6- – 75 cm. Lebar pondasi bagian bawah 0,4 m, sedangkan lebar bagian atas pondasi 0,3 m. Seluruh pekerjaan pasangan batu gunung ini menggunakan adukan campuran 1 semen : 4 pasir. Pasangan batu gunung untuk pondasi dikerjakan setelah lapisan urug dan aanstamping selesai dipasang.Pondasi juga harus mempunyai hubungan yang kuat dengan
sloof. Hal ini dapat dilakukan dengan pembuatan angkur antara sloof dan pondasi dengan jarak 1 m. Angkur dapat dibuat dari besi berdiameter 12 mm dengan panjang 20 -25 cm.
2. Beton Beton yang digunakan untuk beton bertulang dapat menggunakan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil. Air yang digunakan adalah ½ dari berat semen (FAS 0,5). Mutu yang diharapkan dapat tercapai dari perbandingan ini adalah 150 kg/cm2 3. Cetakan beton (bekisting) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan cetakan beton adalah sbb : 1) Pemasangan bekisting harus kokoh dan kuat sehingga tahan terhadap getaran yang ditimbulkan pada saat pengecoran. 2)
Setiap selesai pemasangan, harus diteliti ulang baik kekuatan maupun bentuknya.
3) Cetakan beton terbuat dari bahan yang baik sehingga mudah pada saat dilepaskan tanpa mengakibatkan kerusakan beton. 4) Bekisting boleh dibuka setelah 28 hari. Selama beton belum mengeras harus dilakukan perawatan beton (curing). 4. Beton bertulang
CCESSORIES :
Beton bertulang merupakan bagian terpenting dalam membuat rumah menjadi tahan gempa. Pengerjaan dan kualitas dari beton bertulang harus sangat diperhatikan karena dapat melindungi besi dari pengaruh luar, misalnya korosi. Para pekerja atau tukang suka menganggap remeh fungsinya. Penggunaan alat bantu seperti molen atau vibrator sangat disarankan untuk menghasilkan beton dengan kualitas tinggi. Untuk membuat struktur beton bertulang (balok,sloof,dan ring balk) menjadi satu kesatuan system pengakuran yang baik dan penerusan tulangan harus dilakukan dengan baik. Tulangan yang digunakan untuk beton bertulang mempunyai diameter minimum Æ10 mm dengan jarak sengkang bervariasi. Secara garis besar beton bertulang dapat dibagi 2, kolom dan balok. Ukuran-ukuran beton bertulang yang digunakian adalah : 1)
Sloof = 15 cm x 20 cm
2)
Kolom utama = 15 cm x 15 cm
3)
Kolom praktis = 13 cm x 13 cm
4)
Ring balk = 13 cm x 15 cm
5)
Balok kuda-kuda = 13 cm x 15 cm
Istilah dalam konstruksi baja By BAJA_KALTIM 15.31.00 No comments
ISTILAH DALAM KONSTRUKSI BAJA Sebelum kita masuk lebih dalah mengenai pekerjaan kontruksi baja ini, terlebih dahulu kita harus mengetahui istilah-istilah yang biasa di dunia kontruksi baja ini. Dengan memahami istilah-istilah ini, maka pemahaman tentang konstruksi baja lebih cepat.
Komponen yang bukan structural seperti talang, canopy, fascia, pintu, tangga + handrail, jendela, dll.
ANCHORT BOLT : Baut angkur yang digunakan pengikat kolom pada pondasi.
ANCHORT BOLT PLAN : Lay out tampak lokasi angkur bolt yang dilengkapi jarak-jarak angkur dan reaksi perletakannya.
APPROVAL DRAWING : Gambar persetujuan yang di kirim pada /owner untuk dipelajari dan dicek kembali jika ada perubahan akan segera di perbaiki sampai pada selesainya sebagai dasar pembuatan shop drawing.
BASE PLATE : Plate perletakan yang dilas pada profile kolom dan sebagai t kolom dengan pondasi yang diikat dengan anchor bolt.
BAY :
Jarak longitudinal center to center
kolom.
BEAM :
Balok Horizontal Struktural
BILL OF MATERIAL : Table total kebutuhan material actual yang akan digunakan pada suatu bangunan sebagai dasar pengadaan sampai pekerjaan pabrikasi yang sudah lengkap jumlah batang, panjang, berat per item, total berat dan surface area painting.
BIRD SCREEN : Wire mesh yang digunakan untuk menjegah burung masuk dalam bangunan melalui jendela, ventilasi dll.
BLIND RIVET : Semacam paku yang digunakan untuk mengikat sheeting pada purlin dan girt
BRACKET :
Dudukan structural yang menempel pada kolom structural yang biasa untuk dudukan crane.
BUILDING CODES : Peraturan yang berlaku untuk pembuatan suatu desain bangunan yang menjabarkan standar beban, prosedur dan detail pemasangan struktur. Biasanya penggunaannya disesuaikan dengan lokasi area proyek.
BUILT UP SECTION : Batang Struktural yang dibuat dengan cara mengelas material plate bersama-sama membentuk “I” , “H” Section atau bisa saja beam box.
C-SECTION : Profile C yang dibuat dari plate yang bending membentuk C.
CANOPY : Atap tambahan yang dibuat sebagai pelindung panas atau hujan.
CAP PLATE : Plate penutup atas kolom atau plate yang digunakan pada end section untun menutupi area bukaan.
COLD FORMED : Batang profile yang dibuat dengan cara bending atau dengan cara menekan menggunakan roda yang umumnya diproduksi dari plate seperti C-Channcel dan Lip-Channel.
COLUMN : Struktur utama yang menahan beban vertical dari rafter ke pondasi. Biasa terbuat dari wf/h-beam. HOT ROLLED : Profile yang dibuat dengan cara di rol dalam kondisi masih panas. Missal Beam Blank yang dipanaskan dan di rol menjadi WF atau H-Beam.
CLEAT :
CLEAR SPAN : Bangunan tampa ada kolom tengah
Potongan plate atau siku yang digunakan untuk mengikat dua atau lebih batang secara bersamaan.
COLOUM : Struktur utama yang digunakan pada posisi vertical pada bangunan yang berfungsi sebagai penahan beban vertical dari rafter/kuda-kuda ke pondasi.
CRANE :
CORNER COLUMN : Kolom pada sudut bangunan
Alat mecanical yang digunakan untuk memindahkan statu material dengan menggunakan hoist.
CRANE BRACKET: Dudukan struktural yang di t pada frame utama untuk dudukan RUN WAY CRANE.
CRANE RAIL : Rel yang dilas diatas RUN WAY CRANE untuk dudukan bergerak horizontal roda crane.
CROSS SECTION : Gambar as melintang Portal baja bangunan.
DEAD LOAD : Beban sendiri suatu bangunan
DOUBLE CHANNEL : Profile Channel yang dilas bersamaan menjadi satu componen balok yang tujuannya menambah kekuatan.
DOWNSPOUT : Talang vertikal yang meneruskan air ke tanah
ERECTION : Proses perakitan/pemasangan bangunan struktur baja di lapangan ERECTION DRAWING : Gambar yang menjelaskan cara pemasangan lengkap dengan parking-marking componen. FABRICATION : Pengelasan material yang sudah prefabrikasi menjadi satu componen.
FASCIA :
Aksesoris bangunan yang ditempatkan pada sisi luar atap yang bertujuan menutup are bukaan sehingga menambah nilai arsitektural yang juga digunakan untuk menempelkan iklan.
FIXED BASE : Base plate kolom yang didesain untuk menahan gaya vertikan dan horizontal.
FRAMING :
FLANGE :
Penonjolan tepi pada suatu profile batang.
FLANGE BRACE : Siku pengikat purlin ke flange kolom atau rafter.
Rangka struktural atau non struktural yang dibuat menjadi satu kesatuan untuk bersama-sama menahan suatu beban. Misal Framing bangunan baja yang terdiri dari Kolom, Rafter, Purlin, bracing.
GUSSET PLATE : Potongan plate yang menjadi koneksi beberapa batang profile yang fungsinya membantu mendistribusikan beban.
GUTTER :
Talang yang biasa terbuat dari plate tipis untuk menampung air hujan langsung dari atap dan diteruskan ke talang vertical atau disebut juga downspout.
H-SECTION : Profile berbentuk H yang jika dipotong melintang diman tinggi dan lebar nya sama. HOUNCH :
Pertemuan kolom dan rafter
HIGH STRENGTH BOLT : Baut mutu tinggi yang memiliki tensile strength > 690 Mpa. Beberapa contoh Bolt Gr. 8.8, F10T, Bolt ASTM A325, A-354, A-449, A-490, dalin- yang biasa digunakan untuk mengikat komponen structural seperti komponen kolom dengan rafter.
INSULATION : Material yang digunakan untuk mengurangi hantaran panas matahari.
JACK BEAM : Struktural member yang berguna sebagai dudukan beam, rafter yang secara langsung tidak didukung oleh kolom dibawah nya.
MULTY SPAN BUILDING : Bangunan yang terdiri dari lebih dari satu span lebar melintang.
PIER :
Struktur Beton seperti pondasi yang didesain untuk meneruskan beban vertikal dari kolom ke pijakan/footing.
PORTAL FRAME : Kolom dan balok bracing yang digunakan sebagai pengganti kawat bracing diagonal untuk menjadi ruang yang bebas.
PRE-FABRICATE : Proses pemotongan dan pelubangan terlebih dahulu untuk mempercepat pekerjaan pabrikasi.
PREMARY FRAMING : Rangka utama yang menahan beban utama. Biasanya terdiri dari kolom rafter dan bisa saja terdapat balok.
PRIMER PAINT : Istilah pengecatan lapis pertama yang diaplikasikan di pabrik untuk menghindari karat atau kotoran selama pengiriman atau pemasangan.
PURLIN :
Frame nonstruktural yang di baut pada cleat diatas rafter untuk dudukan sheeting atap. Biasa terbuat dari Lhip-Channel, CNP atau Z-Section.
RAFTER : balok kuda-kuda sebagai balok struktural yang ditopang oleh kolom
RIDGE :
Sudut puncak bangunan
RIGID FRAME : Frame struktural yang terdiri dari gabungan balok-balok yang di t dengan sistem sambungan kaku tampa bracing.
ROOF SLOPE : Sudut kemiringan atap
SAG ROD : batang pengaku purlin atau girt. Biasa terbuat dari besi bulat (besi beton atau pipa kecil). SEALENT : Suatu material yang diaplikasikan untuk menutup retak atau sambungan untuk mencegah tirisan. SECONDARY FRAMING : Frame yang menahan beban dan diteruskan ke PRIMARY FRAMING. Contoh purlin, girt, flange brace dll. SELF DRILLING SCREWS : material yang digunakan untuk melekatkan dinding / atap ke purlin / girt. Pada aplikasinya tidak perlu dilakuakn pelubangan pada terlebih dahulu.
SELF TAPPING SCREW : sama fungsinya dengan SDS hanya saja diperlukan pelubangan terlebih dahulu.
SIDE WALL: Dinding samping bangunan
SKYLIGHT : Atap transparan yang biasa dari material fiberglass untuk meneruskan cahaya ke dalam bangunan.
SHEETING : Penutup atap atau dinding yang terbuat dari lembaran plate tipis bergelombang yang umumnya untuk penutup atap biasa ketebalan 0.45mm.
SPAN :
Jarak antara balok ke balok, kolom ke kolom, dll SPLICE :
Sambungan dpada balok struktual
STIFFENER : Plate yang dilas pada member untuk mencegah tekuk.
STRUCTURAL STEEL MEMBER : Batang-batang atau disebut yang menahan beban. Semisal balok WF balok WELDED BEAM.
STRUTS : Member penguat horizontal untuk menahan beban horizontal dari arah panjang.
TAPERED MEMBER : Member built-up yang dilas bersamaan dari plate membentuk member/batang yang mana ujung web nya berbeda.
TENSILE :
Gaya tarik arah longitudinal member/batang.
TRANSLUCENT : Material Semi transparan untuk masuk
cahaya saja bukan untuk pandangan bebas.
TRUSS : Member struktural dibuat dari beberapa batang-batang tunggal dilas atau dibaut bersama menjadi satu unit member/balok yang bersama-sama menahan beban.
TUBE COLOUMN : Kolom vertical yang dibuat dari pipa kotak. Biasanya dibuat sebagai INTERNAL COLUMN atau kolom pada mezzanine.
VALLEY GUTTER : Member channel digunakan untuk manampung air dari “V” atap pada bangunan MULTY GABLE.
NTILATOR : Komponen akksesoris bukaan untuk udara masuk
WEB :
Bagian dari batang struktural antara flange.
WIND LOAD : Beban angin yang diakibatkan oleh kecepatan angin.
Mengenal Paku Angkur Orang awam mungkin tidak terlalu familiar mendengar istilah ini. Padahal benda yang mungil wujudnya ini perannya cukup penting dalam menjaga kerapian dan kekokohan sebagian struktur rumah. Angkur Memiliki beberapa alias. Angker, diberi tambahan paku menjadi paku angkur dan nama kerennya (baca: Inggris) adalah anchor bolt. Bentuknya menyerupai paku, tetapi dengan ujung yang melengkung atau menyerupai huruf L. Menurut teori konstruksi, angkur adalah sejenis paku yang berfungsi menyatukan struktur atas dengan bawah, atau antar struktur yang bersisian sebelah menyebelah. Contohnya, angkur bertugas menyatukan (menghubungkan) dinding dengan sloof, kusen dengan dinding, pondasi dengan sloof, dll. Jenis angkur atau ficher ini jumlahnya cukup banyak. Namun secara garis besar bisa dibagi jadi dua macam yaitu mechanical anchor dan chemical anchor. Yang membedakan yaitu mechanical anchor tidak perlu memakai bahan tambahan kimia. Jadi kekuatannya hanya bersumber dari besi atau angkur dan kekuatan material dinding yang digunakan untuk penempelan. Perlu diketahui, setiap dinding punya jenis angkur yang berbeda-beda. Angkur untuk dinding dari batu bata tidak sama dengan angkur yang dipasang pada dinding dari beton aerasi atau gypsum dan sebagainya. Sedangkan chemical anchor, selalu memakai bahan dari zat kimia yang punya fungsi sebagai penambah kekuatan sehingga angkur yang dipasang lebih kuat menahan beban. sehingga element utamanya diberi pengikat zat kimia tersebut di sekelilingnya. Angkur atau anchor jenis ini lebih sering digunakan pada dinding yang merupakan beton struktur, namun tetap bisa dipasang pada dinding biasa yang menggunakan bahan batu bata, hebel dan sejenisnya Pada pemasangan batu alam, angkur juga memegang peranan untuk menjaga kerapian pasangan batu alam. Hal ini terutama berlaku untuk batu alam yang tebal. Ukuran yang tebal otomatis menyebabkan batu alam berat. Agar batu alam tetap rapi melekat di dinding dan tidak merosot jatuh (akibat beratnya) saat dipasang, dipakailah angkur ini. Saat ini banyak tukang yang “agak malas” menggunakan angkur. Alasannya karena penggunaan angkur akan menyebabkan waktu pengerjaan menjadi lebih lama. Mereka kebanyakan menggantikan angkur ini dengan paku biasa. Substitusi ini sebenarnya tidak terlalu bermasalah dari sisi konstruksi, namun paku yang digunakan hendaknya memiliki diameter cukup besar dan ukuran yang cukup panjang, agar bisa tertanam dengan baik. Dan supaya kekuatan struktur tetap baik, disarankan untuk menggunakan paku beton.
Kekuatan Lentur pada Balok Komposit Dalam banyak kasus, kuat lentur nominal tercapai ketika seluruh penampang baja luluh dan beton tekan hancur. Hubungan distribusi tegangan pada keadaan tsb pada komposit dinamakan distribusi tegangan plastis. SNI 03 1729 2002 (butir 12.4.2.1.a dan b hal 85) memberikan syarat kuat rencana untuk momen positif , ΦbMn: - Untuk h/tw ≤ 1680/√fyf, dengan Φb = 0,85 dan Mn dihitung berdasarkan distribusi tegangan plastis pada penampang komposit. Dimana fyf = tegangan leleh bagian sayap profil baja, MPa - Untuk h/tw > 1680/√fyf, dengan Φb = 0,90 dan Mn ditentukan berdasarkan superposisi tegangantegangan elastis yang memperhitungkan pengaruh tumpuan sementara (perancah)
Karena sebua bentuk profil yang di dalam table adalah jenis badan kompak maka pada bahasan ini difokuskan kepada tipe kompak. Ketika suatu balok komposit telah mencapai keadaan batas plastis, maka tegangan akan didistribusikan dalam salah satu dari tiga keadaan seperti pada gambar 7. Pada gambar tersebut tegangan beton ditunjukkan sebagai tegangan tekan merata sebesar 0,85fc’, yang bertahap/perlahan-lahan dari muka atas pelat sampai (gmabar 7.a) pada suatu kedalaman yang sama dengan tebal pelat (gambar 7 b) atau lebih dari tebal pelat (gambar 7 c). Distribusi ini disebut sebagai Distribusi Tegangan Equivalent Whitney. Gambar 7.a menunjukkan distribusi yang berhubungan dengan tegangan tarik luluh penuh pada baja dan tegangan tekan parsial/sebagian pada beton, dengan sumbu/garis netral plastis terletak pada beton. Tegangan tarik beton hanya kecil dan tidak dihitung, sehingga tegangan tarik tidak ditunjukkan pada beton. Pada keadaan ini perlu cukup shear connector yang disediakan untuk kepastian perilaku komposit penuh. Pada gambar 7.b, blok tegangan tekan beton berjalan/membesar sampai setebal ketebalan pelat lantai dan garis netral plastis berada pada sayap baja. Sehingga sebagian sayap akan terjadi tegangan tekan. Kemungkinan ketiga adalah letak garis netral di bagian badan baja (gambar 7.c)
Pada setiap keadaan yang ditunjukkan gambar 7, kapasistas momen nominal diperoleh dengan menghitung momen kopel yang dibentuk oleh resultante gaya tarik dan tekan. Hal ini dapat diikuti dengan menjumlahkan momen-momen dari resultante-resultante pada titik-titik yang bersesuaian. Karena sambungan (menyatunya) pada baja ke pelat beton, maka lateral torsional buckling tidak menjadi masalah ketika beton telah bekerja sempurna dan aksi komposit tercapai.
Untuk menentukan yang mana 3 kasus keadaan terjadi, maka dihitung resultas gaya tekan yang diambil nilai terkecil dari:
Setiap kemungkinan dari tiga kasus di atas merepresentasikan suatu gaya horizontal pada permukaan antara baja dan beton. Ketika kemungkinan pertama (kasus 1-gbr 7a) terjadi, baja akan bekerja penuh dan distribusi tegangan seperti gambar 7a. Kemungkinan kedua yang berkaitan dengan beton yang menentukan garis netral lerletak di baja (7b atau 7c). Kasus ketiga terjadi hanya ketika jumlah sehar connectors yang ada lebih sedikit daripada jumlah yang disyaratkan untuk perilaku full composite, dan menghasilkan perlikau kmposit parsial.
CONTOH SOAL Hitung kuat rencana balok komposit pada contoh 1 (Sebuah balok komposit menggunakan profil W16x36 dengan baja Mutu BJ 41dengan tebal pelat lantai 130 mm dan lebar 2200 mm. Kuat tekan beton fc’= 27,5 MPa. Tentukan tegangan maximum pada baja hasil dari momen positif sebesar 22 KNm). Asumsikan penghubung geser yang tersedia memenuhi untuk komposit penuh
Penyelesaian: Tentukan gaya tekan C pada beton (gaya geser pada permukaan antara baja dan beton). Karena merupakan aksi komposit penuh, maka gaya terkecil diambil dari As fy dan o,85 fc’ Ac.
As fy = 6830 x 250 = 1707,5 kN 0,85 fc’ Ac = 0,85 x 27,5 x 130 x 2200 = 6685,250 kN
Maka kekuatan baja menentukan sehingga dipakai nilai terkecil, C = Asfy = 1707,5 kN. Artinya bahwa ketebalan penuh pelat beton tidak diperlukan untuk menahan gaya tekan. Distribusi tegangan dapat dilihat pada Gambar 8.
Resultante gaya tekan dapat diekspresikan berikut: C = 0,85 fc’ a b a = C /(0,85 fc’ b) = 1707,5 x 103 /(0,85 x 27,5 x 2200 ) = 33,2037 mm
Gaya C bekerja pada pusat dari blok tekan pada kedalaman a/2 dari muka atas pelat beton. Resultante gaya tarik T (=C) terletak pada pusat penampang baja profil. Lengan momen dar pasangan C dan T adalah:
y = d/2 + t – a/2 = 403/2 + 130 – 33,2037/2 = 314,8982 mm
Kuat momen nominal dari pasangan C dan T :
Mn = C y = T y = 1707,5 x 314,8982 = 537 688,6765 kNmm = 537,6887 kNm Sehingga kuat rencana sebesar: ΦbMn = 0,85 x 537,6887 = 457,0354 kNm
Ketika perilaku komposit penuh terjadi, kondisi-kondisi pada contoh terakhir akan normal. Analisis untuk kasus pada garis netral plastis terletak di tampang baja akan berbeda sedemikian aksi komposit parsial terjadi/tercover.