TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI CLAVICULA PADA KASUS FRAKTUR DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan I
Disusun oleh : SLAMAT RAHARJO P17430106342
PRODI D III JURUSAN RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTHERAPI POLTEKKES DEPKES SEMARANG 2007
HALAMAN PENGESAHAN Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan I pada Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang. Nama
: SLAMAT RAHARJO
Nim Judul
: P17430105272 : Tenik Pemeriksaan Radiografi Clavicula Pada Kasus Fraktur di Instalasi Radiologi RSUD Dr.Moewardi Surakarta
Semarang, 8 Desember 2007 Pembimbing
Rosalia Herni P NIP
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan segala puji syukur kepada Tuhan YME atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan I selama satu setengah bulan dari tanggal 5 November 2007 sampai 15 Desember 2007 serta menyelesaikan laporan kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta. Dalam menyelesaikan laporan kasus ini penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, dan untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1.
Bapak Sudiyono, SE, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Semarang.
2.
Bapak Edy Susanto, SH, S.Si, M.Kes, selaku Ketua Prodi Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Semarang.
3.
Ibu Siti Masrocah, S.Si, selaku Dosen Pembimbing pembekalan kelompok mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) 1 Semester III.
4.
Direktur RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
5.
Kepala Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
6.
Bapak Makruf Wahyudi selaku Pembimbing Laporan Kasus ini.
7.
Seluruh Radiografer, Radiolog dan staf Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
8. Bapak, Ibu, dan seluruh keluarga tercinta yang memberi doa dan motivasi dari rumah. 9. Teman-temanku seperjuangan waktu praktek 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam pembuatan Laporan Kasus ini.
Semoga Allah Swt memberi Rahmat - Nya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan studi kasus ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan studi kasus ini, demi kesempurnaan laporan study kasus ini. Akhir kata semoga laporan studi kasus ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radiotherapi Politeknik Kesehatan Semarang pada umumnya.
Semarang, 8 November 2007
Penulis
DAFTAR ISI BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................
1
1.3. Tujuan Penulisan ..........................................................................
2
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................
2
1.5. Sistematika Penulisan ..................................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Fisiologi Clavicula ........................................................
3
2.2. Patologi Fraktur ...........................................................................
4
2.2.1. Klasifikasi Fraktur ...........................................................
4
2.2.2. Deskripsi Fraktur .............................................................
7
2.2.3. Empat ”R” pada fraktur ...................................................
8
2.3. Peralatan yang Digunakan ...........................................................
9
2.4. Proyeksi yang Digunakan ............................................................
9
2.4.1. Proyeksi Antero Posterior ................................................
9
2.4.2. Proyeksi Postero Anterior ................................................
10
2.4.3. Proyeksi PA Axial ............................................................
11
2.4.4. Proyeksi AP Axial ............................................................
13
2.4.5. Proyeksi Tangensial .........................................................
14
2.4.6. Proyeksi Tarrant Method ..................................................
15
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Penelitian ............................................................................
17
3.1.1. Identitas Pasien ................................................................
17
3.1.2. Riwayat Penyakit .............................................................
17
3.1.3. Prosedur Pemeriksaan ......................................................
17
3.1.4. Teknik Pemeriksaan .........................................................
18
3.1.5. Pengolahan Film ..............................................................
18
3.2. Pembahasan ..................................................................................
19
BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan ..................................................................................
20
4.2. Saran ............................................................................................
20
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Anatomi Clavicula ......................................................................
Gambar 2.2
Proyeksi Antero Posterior ..........................................................
Gambar 2.3
Proyeksi Postero Anterior ...........................................................
Gambar 2.4
Proyeksi Postero Anterior Axial .................................................
Gambar 2.5
Proyeksi Antero Posterior Axial .................................................
Gambar 2.6
Proyeksi Tangensial ....................................................................
Gambar 2.7
Proyeksi Tarrant Method ............................................................
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih maka peralatan transportasi mengalami perkembangan yang semakin pesat dan beragam. Kurangnya kesadaran dari para pemakai jalan untuk mematuhi peraturan lalu lintas menyebabkan tingkat kecelakaan lalu lintas semakin meningkat. Salah satu akibat dari kecelakaan lalu lintas adalah trauma pada daerah bahu yang bisa menyebabkan fraktur pada Os Clavicula. Pemeriksaan
Radiologi
merupakan
pemeriksaan
yang
dapat
digunakan untuk mengetahui kelainan Patologis maupun Traumatis sehingga dapat membantu dalam menentukan diagnosa. Proyeksi yang
digunakan pada pemotretan Os Clavicula adalah
Antero Posterior, Postero Anterior, Antero Posterior Axial, Postero Anterior Axial, Tangensial, Tarrant Method. Karena banyakya kasus fraktur Clavicula maka penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam bentuk tulisan dengan judul ”Tenik Pemeriksaan Radiografi Clavicula Pada Kasus Fraktur di Instalasi Radiologi RSUD Dr.Moewardi Surakarta”. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
di
atas
penulis
mengemukakan
permasalahannya adalah sebagai berikut : 1.2.1. Bagaimana prosedur pelaksanaan teknik pemeriksaan Fraktur Clavicula di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 1.2.2. Apakah keuntungan dan kerugian yang diperoleh pasien pada pemeriksaan Fraktur Clavicula.
1.3.Tujuan Penulisan Dalam penulisan laporan kasus ini penulis mempunyai tujuan sebagai berikut : 1.3.1
Mengetahui teknik pemeriksaan dan proyeksi yang biasa digunakan pada pemeriksaan Fraktur Clavicula di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta Mengetahui keuntungan dan kerugian yang diperoleh oleh pasien dalam pemeriksaan Fraktur Clavicula di instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Pemerintah Tugurejo Semarang.
1.3.2
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan
di
Pendidikan
Ahli
Madya
Radiodiagnostik
dan
Radiotherapi Poltekkes Semarang. 1.4.Manfaat Penulisan 1.4.1
Menambah pengalaman dan pengetahuan penulis dalam melakukan pemeriksaan terhadap pasien dengan indikasi fraktur.
1.4.2
Sebagai bahan informasi dan referensi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radiotherapi.
1.5.Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Yang meliputi : Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Yang meliputi : Anatomi dan fisiologi clavicula, patologi fraktur, peralatan dan proyeksi yang digunakan.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Terdiri dari paparan kasus dan pembahasan. BAB IV PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Fisiologi Clavicula Clavicula atau tulang selangka adalah tulang yang membentuk bagian depan dari cingulum membri superiosis. Clavicula termasuk tulang panjang berbentuk ”S” dan terletak horizontal di sebelah Cranioventral Cavum Thoracalis, diatas Costa I. Di sebelah medial bersendi dengan Manubrium Sterni, sedangkan di sebelah lateralnya bersendi dengan Acromnion. Bagiannya yang membulat dan konvex ke depan disebut Extremitas Sternalis, sedang bagiannya yang konkaf ke dorsal dan pipih disebut Extremitas Acromialis. Clavicula 1/3 bagian lateralnya merupakan tulang pipih, sedang 2/3 medialnya mempunyai bentuk bulat atau prisma. Facies superior dari 1/3 bagian lateral pipih dan kasar; dimana di depan ditandai oleh suatu lekuk untuk perlekatan Musculus Detoideus dan di belakang untuk perlekatan Musculus Trapzius. Facies Inferior datar dimana dekat Margo Posterior dijumpai tonjolan yang disebut Tuberculum Concideum untuk perlekatan Ligamentum Concideum. Dari Tuberculum ini kita jumpa rigi yang berjalan miring ke lateral depan yang disebut sebagai Line Trapezoidea untuk perlekatan Ligamentum Trapezoideum. 2/3 bagian medial, bentuk prisma membulat mempunyai 3 margo dan 3 permukaan. 3 margo
: Anterior, superior dan posterior
3 permukaan
: Anterior, posterior/inferior dan superior
Permukaan anterior bentuknya konvex, ke lateral ia menyempit dan menerus dengan margo anterior dari pars. Lateralis. Permukaan posterior konkaf, licin dan menerus pada margo posterior dari pars lateralis. Permukaan superiornya menerus dengan permukaan superior dari pars lateralis, biasanya licin dan pipih. Di bagian medial dari permukaan bawah dijumpai permukaan kasar disebut ”Inpressio Ligamenti Costoclavicularis” untuk perlekatan : ”Ligamentum Costoclavicularis”. Bagian lateral dari
permukaan bawah berdasar suatu sukus yang dangkal disebut ”Sukus Subclavius” yang ditempati ”Musculus Subclavius”. Pada Facies posterior dekat perbatasan 1/3 bagian lateral dan 2/3 medial terdapat Foramen Nutricium, yang jalannya condong ke lateral. Clavicula mempunyai fungsi memberikan kaitan kepada beberapa otot leher dan bahu sehingga clavicula bekerja sebagai penopang lengan.
Gambar 2.1. Anatomi Clavicula (Sobotta, 2000 : 168) 2.2. Patologi Fraktur 2.2.1. Klasifikasi Fraktur Fraktur adalah Patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.
Jenis-jenis fraktur yang perlu diketahui secara radiologis adalah : 2.2.1.1.
Complete Noncominuted Fracture Secara
radiologis
akan
terlihat
sebagai
garis
Radioluscent di tempat fraktur dimana terjadi diskontinuitas tulang. Keadaan ini disertai bermacam-macam bentuk antara lain : a. Fraktur transversal Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmensegmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali ke tempat semula, maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips. b. Fraktur oblik Adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki. c. Fraktur spiral Timbul akibat torsi pada ekstremitas. Yang menarik adalah bahwa jenis fraktur rendah energi ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak, dan fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar. d. Fraktur multipel Keadaan ini dinamakan suatu multipel apabila terdapat lebih dari satu fraktur complete pada satu tulang panjang. e. Fraktur avulsi Fraktur avulsi memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon maupun ligamen. Biasanya tidak ada pengobatan spesifik yang diperlukan. Namun, bila diduga akan terjadi ketidakstabilan sendi atau hal-hal lain yang menyebabkan
kecacatan,
maka
perlu
dilakukan
pembedahan untuk membuang atau meletakkan kembali fragmen tulang tersebut. f. Chip fracture Fraktur ini sejenis dengan avultion fracture, tetapi hanya sedikit fragmen dari sudut tulang yang terlepas, sering terjadi pada tulang-tulang pendek pada phalanges. 2.2.1.2.
Incomplete fracture Dinamakan suatu fraktur inkomplet bila tidak semua struktur tulang terputus. Ini hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan radiologis. Ada beberapa golongan fraktur inkomplet : a. Green stick fracture Adalah fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Korteks tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga periosteum. Fraktur-fraktur ini akan segera sembuh dan segera mengalami re-modelling ke bentuk dan fungsi normal. b. Impacted fracture Pada fraktur ini bagian fraktur dari tulang masuk ke bagian fragmen lainnya. Garis fraktur terlihat sebagai garis dens dan disertai terjadinya pemendekan tulang.
2.2.1.3.
Fraktur kompresi Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya. Fraktur pada korpus vertebra ini dapat didiagnosis dengan radiogram. Pada orang muda fractur kompresi dapat disertai perdarahan retroperitoneal yang cukup berat.
2.2.1.4.
Fraktur patologik Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor atau proses
patologik lainnya. Tulang seringkali menunjukkan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering dari fraktur-fraktur semacam ini adalah tumor baik primer atau tumor metastasis. 2.2.1.5.
Fraktur traumatis Pada keadaan ini struktur tulang adalah normal akibat suatu benturan menyebabkan suatu fraktur.
2.2.1.6.
Fraktur beban lainnya Fraktur beban terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka. Pada saat gejala timbul, radiogram mungkin tidak menunjukkan adanya fraktur. Tetapi, biasanya setelah 2 minggu, timbul garis-garis radio-opak linear tegak lurus terhadap sumbuh panjang tulang. Fraktur semacam ini akan sembuh dengan baik jika tulang itu diimobilisasi selama beberapa minggu. Tetapi jika tidak terdiagnosis, tulang-tulang itu dapat bergeser dari tempat asalnya dan tidak menyembuh dengan seharusnya. Penderita semacam ini harus dianjurkan untuk memakai alat proteksi seperti tongkat, atau bidai gips yang tepat. Setelah 2 minggu, harus dilakukan pemeriksaan radiografi.
2.2.2. Deskripsi Fraktur Angulasi dan oposisi adalah dua istilah yang sering dipakai untuk menjelaskan fraktur tulang panjang. Derajat dan arah angulasi dari posisi normal suatu tulang panjang dapat menunjukkan derajat keparahan fraktur. Oposisi menunjukkan tingkat pergeseran fraktur dari permukaan asalnya dan dipakai untuk menjelaskan seberapakah proporsi satu fragmen tulang yang patah menyentuh permukaan fragmen tulang lainnya. Fraktur tertutup (simpel fracture) dan fraktur terbuka (compound fracture) adalah istilah yang sering dipakai untuk menjelaskan fraktur. Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak tembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak
tercemar oleh lingkungan. Secara teknik, fraktur terbuka adalah fraktur dimana kulit dari ekstremitas yang terlibat telah ditembus.
2.2.3. Empat ”R” pada fraktur Ada empat konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur yaitu Rekognisi, Reduksi, Retensi dan Rehabilitasi. 2.2.3.1.
Rekognisi Rekognisi menyangkut riwayat kecelakaan, diagnosis fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan di rumah sakit, derajat keparahannya, dan deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri untuk menentukan apakah ada kemungkinan
fraktur,
dan
apakah
perlu
dilakukan
pemeriksaan spesifik untuk mencari adanya fraktur. 2.2.3.2.
Reduksi Reduksi adalah usaha dan tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak asalnya. Fraktur tertutup pada tulang panjang seringkali ditangani dengan reduksi tertutup.
2.2.3.3.
Retensi Retensi dilaksanakan
menyatakan untuk
metode-metode
mempertahankan
yang
fragmen-fragmen
tersebut selama penyembuhan. 2.2.3.4.
Rehabilitasi Rencana
rehabilitas
harus
segera
dimulai
dan
dilaksanakan bersamaan dengan pengobatan fraktur. 2.2.3.5.
Komplikasi fraktur ”Malunion” adalah sautu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya,
membentuk sudut atau miring. ”Delayed union” adalah proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. 2.3. Peralatan yang Digunakan Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan Fraktur Clavicula antara lain : a. Film Rontgen b. Intensifying screen c. Kaset ( 24 x 30 cm ) d. Alat-alat fiksasi ( spon, sandbag ) e. Marker ( R / L ) 2.4. Proyeksi yang Digunakan Proyeksi yang digunakan pada Teknik Radiografi Os Clavicula adalah sebagai berikut : 2.4.1. Proyeksi Antero Posterior Posisi pasien
: Pasien berdiri dengan kaset vertikal di belakang sendi bahu yang difoto atau tidur telentang di atas meja pemeriksaan dan kaset diletakkan horisontal dibawah sendi bahu yang akan difoto.
Posisi objek
: Sendi bahu yang tidak difoto diganjal sedikit, bahu yang difoto punggungnya menempel pada kaset dan lengan lurus ke bawah di samping tubuh.
Arah sinar
: Horisontal apabila pasien berdiri dan vertikal apabila pasien tiduran.
Titik bidik
: Pada pertengahan Os Clavicula, jarak dari fokus ke film 90 cm dan eksposi dilakukan pada saat pasien diam.
Kriteria radiograf : Tampak gambaran AP Os Clavicula dan ujung proximal mengalami superposisi dengan tulangtulang iga.
1 2 3 4 5 6
Gambar 2.2. Proyeksi Antero Posterior ( Merrill’s, 1995 : 157 ) Keterangan gambar : 1. Acromion 2. Sendi acromion clavicula 3. Clavicula 4. Anguls scapula 5. Sendi sterno clavicula 6. processus coracoid 2.4.2. Proyeksi Postero Anterior Posisi pasien
: pasien berdiri dengan kaset vertikal di depan sendi bahu yang difoto atau pasien tidur telungkup dengan posisi kaset horisontal dibawah sendi bahu yang tidak difoto.
Posisi objek
: Tepi anterior bahu yang akan difoto menempel kaset, kepala menengadah, lengan lurus ke bawah di samping tubuh.
Arah sinar
: Horisontal jika pasien berdiri dan vertikal jika pasien telungkup.
Titik bidik
: Pada superior angle scapula. Jarak dari fokus ke film 90 cm dan eksposi dilakukan pada saat pasien diam.
Kriteria radiograf : Tampak gambaran PA Os Clavicula dengan sedikit mengalami perubahan bentuk dibanding proyeksi AP.
Gambar 2.3. Proyeksi Postero Anterior ( Merrill’s, 1995 : 158 )
2.4.3. Proyeksi PA Axial Posisi pasien
: Pasien tidur telungkup di atas meja pemeriksaan atau berdiri menghadap standar kaset.
Posisi objek
: Kedua bahu di atur sama tinggi terhadap meja pemeriksaan, kepala menengadah, kedua tangan lurus ke bawah di samping tubuh. Kaset diletakkan horisontal di bawah sendi bahu yang akan difoto pada pasien yang telungkup dan kaset diletakkan vertikal di depan bahu yang difoto bila pasien berdiri, dengan batas atas kaset 5 cm dari batas atas bahu.
Arah sinar
: Menyudut 15° - 45° caudal pada pertengahan Os Clavicula.
Kriteria radiograf : Tampak Os Clavicula mengalami superposisi pada ujung proximalnya.
Gambar 2.4. Proyeksi Postero Anterior Axial (Merrill’s, 1995 : 160 ) 2.4.4. Proyeksi AP Axial Posisi pasien
: Berdiri pada posisi lordotik atau tidur terlentang dengan batas kaset 5 cm dari batas atas bahu.
Posisi objek
: Punggung pasien lurus, bahu yang difoto diatur sedemikian rupa sehingga tepi postero superior bahu yang difoto menempel kaset, lengan lurus ke bawah di samping tubuh.
Arah sinar
: Menyudut 15º cranial jika pasien dalam posisi lordotik dan menyudut 25º - 30º cranial jika pasien
tidur
terlentang
ditunjukkan
pada
pertengahan Os Clavicula. Kriteria radiograf : Tampak gambaran Clavicula di atas tulang-tulang iga.
1 2 3 4
Gambar 2.5. Proyeksi Antero Posterior Axial ( Merrill’s, 1995 : 159 ) Keterangan gambar : 1. Clavicula 2. Processus coracoid 3. Sendi acromioclavicula 4. Sendi sternoclavicula 2.4.5. Proyeksi Tangensial Posisi pasien
: Pasien tidur terlentang di atas meja pemeriksaan.
Posisi objek
: Kedua bahu diganjal dengan spon, dan diatur sama tinggi, kepala menghadap sisi yang tidak difoto kedua tangan lurus ke bawah di samping tubuh. Kaset diletakkan vertikal pada posterior superior bahu yang difoto.
Arah sinar
: Horisontal menyudut 25° cranial ditunjukkan pada daerah antara Clavicula dan chest.
Kritera radiograf : Tampak gambaran Clavicula bebas superposisi dengan tulang-tulang iga.
1
2
3 Gambar 2.6. Proyeksi Tangensial ( Merrill’s, 1995 : 161 ) Keterangan gambar : 1. Clavicula 2. Acromion 3. Costa I
2.4.6. Proyeksi Tarrant Method Posisi pasien
: Pasien duduk di atas meja pemeriksaan.
Posisi objek
: Kaset diletakkan di atas tangan yang berada di atas paha dan diberi pelindung gonad.
Arah sinar
: Menyudut 30° kecaudal pada bagian anterior inferior dari Clavicula.
Kriteria radiograf : Tampak gambaran Clavicula dari Sternoclavicula sampai Acromion Clavicula.
1 2 3 4 5
Gambar 2.7. Proyeksi Tarrant Method (Merrill’s, 1995 : 162-163 ) Keterangan gambar : 1. Sendi sternoclavicula 2. Clavicula 3. Acromion 4. Sendi acromioclavicula
5.
Procecus Coracoid
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Penelitian 3.1.1. Identitas Pasien Nama
: Mamik
Umur
: 18 th
Jenis Kelamin
: perempuan
Alamat
: Sukoharjo
Tanggal Pemeriksaan
: 29 November 2007
Diagnosis Masuk
: Suspect fractur clavicula dextra
Ruang Inap
: IGD
3.1.2. Riwayat Penyakit Pasien korban kecelakaan lalu litas antar sepeda motor pada tanggal 29 November 2007 jam 08.00 dan merasa sakit pada bahu sebelah kanan. Dengan diagnosis masuk suspect fraktur clavicula dextra. Pada tanggal 29 september 2007 penderita dibawa ke ruang radiologi untuk melakukan foto Rontgen Clavicula bagian kanan dari pasien tersebut. 3.1.3. Prosedur Pemeriksaan 3.1.3.1.
Persiapan alat 1. Pesawat sinar-x Nama/Merk
: Siemens
No. Seri Tabung
:-
kV Maksimum
: 150 kV
MA Maksimum
: 650 mA
2. Kaset dan film berukuran 24 × 30 cm 3. Marker
:R
3.1.3.2.
Persiapan Pasien Pada pemeriksaan Fraktur Clavicula ini pasien hanya dibantu untuk melepaskan kalung yang dipakai oleh pasien karena dapat mengganggu gambaran radiograf.
3.1.4. Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan Fraktur Clavicula tertutup Dextra di Instalasi radiologi Rumah Sakit Umum Pemerintah Tugurejo Semarang adalah dengan menggunakan proyeksi Antero Posterior dengan pasien sadar diri tetapi non kooperatif dan tiduran di brangkard. Posisi pasien
: Pasien tidur telentang dan kaset 24 x 30 cm diletakkan melintang di bawah sendi bahu sebelah kanan yang akan difoto.
Posisi objek
: Bahu yang akan difoto punggungnya menempel pada kaset dan lengan pasien lurus ke bawah di samping tubuh.
Arah sinar
: Vertikal tegak lurus dengan titik bidik tepat pada pertengahan Os Clavicula.
Marker
:R
FFD
: 90 cm
kV
: 50
mA
:200
S
:4
Exposi dilakukan pada saat pasien tidak bergerak. 3.1.5. Pengolahan Film Pengolahan film yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta adalah dengan Automatic processing.
3.2. Pembahasan Berdasarkan radiograf yang telah diperoleh penulis mengenai pemeriksaan Radiograf Clavicula pada Suspeck Fraktur Clavicula Dextra di Instalasi
Radiologi
RSUD
Dr.Moewardi
Surakarta.
Secara
umum
pemerikaan Fraktur Clavicula menggunakan proyeksi Antero Posterior (AP) karena dengan proyeksi ini sudah dapat menegakkan diagnosa Suspeck Fraktur Clavicula Dextra, selain itu dengan proyeksi ini pasien merasa lebih nyaman dan aman sehingga fraktur yang dialami tidak bertambah parah. Menurut penulis jika dilihat dari teori, maka proyeksi yang dapat memberikan informasi radiograf yang lebih jelas tanpa superposisi mengenai pemeriksaan Fraktur Clavicula adalah
Dengan proyeksi AP axial pasien lebih nyaman
Radiograf yang didapat Clavicula tidak superposisi Keuntungan dari pemeriksaan Radiograf Clavicula dengan Suspeck
Fraktur Clavicula
Dextra ini pasien dapat mengetahui seberapa besar
keparahan dari fraktur tersebut dan alternatif pengobatan yang akan dijalani oleh pasien. Kerugian adalah dengan proyeksi AP Axial dibutuhkan faktor eksposi yang tinggi dari AP biasa, sehingga radiasi yang diterima pasien lebih tinggi.
BAB IV PENUTUP 4.1.
Kesimpulan 4.1.1. Pada pemeriksaan Radiografi Clavicula pada Suspeck Fraktur Clavicula Dextra di Instalasi Radiologi RSUD Dr.Moewardi Surakarta menggunakan proyeksi Antero Posterior Axial. 4.1.2. Keuntungan menggunakan proyeksi antero posterior axial pada pemeriksaan Radiografi Clavicula pada Suspeck Fraktur Clavicula Dextra sudah dapat memberikan informasi untuk membantu menegakkan diagnosa dan juga memberikan kenyamanan pada pasien. 4.1.3. Lapangan penyinaran lebih luas sehingga radiasi yang diterima pasien lebih banyak.
4.2.
Saran 4.2.1. Sebaiknya dalam setiap pemeriksaan lapangan penyinaran diatur sekecil-kecil mungkin sesuai kebutuhan 4.2.2. Selama pemeriksaan lebih pasien menggunakan apron
DAFTAR PUSTAKA Ballinger, P.W. 1995. Atlas of Radiographic Possitions and Radiologic Procedurs. Eight edition. St. Louis : The CV. Mosby Company. Bontrager, Kenneth L. 2001. Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy, Fifth Edition. USA : CV. Mosby, Company. Pearce, Evelyn, C. 1999. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Price, Sylvia. A, Dan Wilson, Lorrains, M. 1995. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : Penerbit EGC. Putz, R. Dan Pabst, R. 2000. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jilid I. Jakarta : Penerbit EGC.