Bab 1, 2, Dan 3 561d24

1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu strategi dalam usaha menarik konsumen. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan bisnis di bidang manufaktur/industri tetapi juga dibidang usaha pelayanan jasa. Salah satu bentuk usaha pelayanan jasa adalah kesehatan, terutama jasa rumah sakit. Hal ini terbukti semakin banyaknya rumah sakit yang didirikan baik pemerintah maupun swasta. Akibat dari perkembangan rumah sakit yang semakn pesat ini, menimbulkan persaingan atas produk dan kepercayaan pelanggan. Perkembangan dunia usaha dari waktu ke waktu, tidak lepas dari peranan manajemen yang baik dalam suatu perusahaan. Tetapi manajemen perusahaan didalam membuat atau mengambil keputusan membutuhkan suatu informasi akuntansi. Informasi akuntansi ini terdiri dari tiga macam, yaitu: informasi oprasi, laporan keuangan, dan akuntansi manajemen. Sebagian besar informasi berupa informasi operasi dalam penyusunan laporan keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi

manajemen

memberikan

informasi

keuangan

untuk

manajemen. Informasi keuangan ini disusun berdasarkan tiga tipe informasi akuntansi manajemen, yaitu: informasi akuntansi penuh, informasi akuntansi pertanggungjawaban. Ketiga tipe akuntansi manajemen tersebut mencangkup informasi mengenai pendapatan, biaya dan aktiva, yang meliputi informasi masa lalu dan masa yang akan datang.

2

Salah satu informasi akuntansi manajemen yang diperlukan sebagai dasar perencanaan dan pengambilan keputusan dalam penetapan tarif kamar perawatan (harga jual) adalah informasi akuntansi penuh. Informasi akuntansi penuh mancangkup informasi aktiva penuh, pendapatan penuh dan biaya penuh. Manajemen puncak memerluka informasi biaya penuh untuk mempertimbangkan konsekuensi laba dari setiap alternatif tarif kamar perawatan (harga jual) yang terbentuk dipasar dan harus ditentukan. Tarif kamar perawatan (harga jaual) di bawah biaya penuh barang atau jasa akan mengakibatkan kerugaian bagi perusahaan dan jika terjadi dalam jangka waktu tertentu akan mengganggu pertubuhan perusahaan. Dengan menggunakan dasar informasi yang sesuai dalam pengambilan keputusan penentuan tarif kamar perawatan (harga jual), maka akan dapat memberikan kemungkinan yang lebih baik. Telah diungkapkan sebelumnya manajemen perusahaan di dalam membuat keputusan membutuhkan informasi-informasi keuangan. Salah satu diantara pengambilan keputusan yang diambil oleh manajemen adalah masalah penentuan harga jual dan jasa. Suatu produk atau jasa pelayanan kamar perawatan rumah sakit yang telah dihasilkan haruslah ditetapkan harga jual (tarif) yang sesuai. Tarif kamar perawatan (harga Jual) produk dan jasa tersebut juga akan mempengaruhi jumlah pendapatan perusahaan. Banyak yang menganggap keputusan penetapan harga sebagai keputusan tunggal yang harus di ambil manajer. Alasannya adalah bahwa penetapan harga produk dan jasa bukanlah sekedar

keputusan

pemasaran

atau

keputusan

keuangan,

tetapi

lebih

merupakan keputusan yang menyentuh semua segi kegiatan perusahaan dan karena itu mempengaruhi seluruh perusahaan. Perencanaan mengenai harga

3

seharusnya mempunyai dasar dan prosedur yang baik seperti penetapan harga pokok produk maupun harga jual. Rumah sakit merupakan salah satu perusahaan jasa yang menghasilkan keanekaragaman

produk.

Dimana

output

yang

dijual

lebih

dari

satu.

Keanekaragaman produk rumah sakit mengakibatkan banyaknya jenis biaya dan aktivitas yang terjadi pada rumah sakit sehingga menuntut ketetapan pembebanan biaya dalam penentuan harga pokok produk. Metode Cost Plus Pricing dengan pendekatan Full Costing dinilai dapat mengukur secara cermat biaya-biaya yang keluar dari setiap aktivitas. Hal ini disebabkan karena banyaknya cost driver yang digunakan dalam pembebanan biaya overhead, sehingga dapat meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya, dan ketepatan pembebanan biaya lebih akurat. Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania adalah salah satu rumah sakit yang dibangun oleh PT KMU, disamping juga menjadi rumah sakit rujukan bagi Satuan Bisnis unit (SBU) yang bernaung di PT KMU, serta menjadi rumah sakit rujukan untuk kasus-kasus sulit yang membutuhkan penanganan khusus. Adapun tujuan pelayanan Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda yaitu memberikan pelayanan secara tepat guna, inovatif dan efisien dengan didukung sumber daya manusia yang profesional. Dan tujuan khusus

pelayanan Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga

Ramania di Samarinda adalah: 1. Memberikan

pelayanan

kesehatan

yang

mengutamakan

mutu

berorientasi pada keselamatan dan loyalitas pelanggan. 2. Membentuk sumber daya manusia yang beriman dan bertakwa kompeten dibidangnya.

dan yang

4

3. Menyediakan peralatan, fasilitas dan sarana prasarana pendukung yang mutakhir. 4. Menyediakan manajemen informasi untuk seluruh pemangku kepentingan dibidang pelayanan kesehatan di rumah sakit secara cepat, tepat dan memiliki aksebilitas yang luas. Berdasarkan observasi awal, penulis melakukan wawancara dengan melakukan tanya jawab secara langsung mengenai metode yang digunakan. Dalam perhitungan tarif kamar perawatan Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda ditetapkan dengan cara menambahkan unit cost dengan margin, hasilnya dibagi dengan jumlah kamar. Sehubungan dengan mekanisme penetapan tarif kamar perawatan yang ditetapkan oleh Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda, maka perlu dilakukan penelitian yang sifatnya perbandingan tarif kamar dengan menggunakan metode cost plus-pricing dengan pendekatan full costing. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah penulis lakukan pada Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda diperoleh data tarif kamar perawatan untuk tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1 Daftar Tarif Kamar Perawatan Pada Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda tahun 2014 No

Jeni Kamar

Jumlah kamar Tarif Kamar (unit) (Rp) 1 Vip A 2 600.000,00 2 Vip B 3 500.000,00 3 Kelas 1 3 350.000,00 4 Kelas 2 1 250.000,00 5 Kelas 3 3 175.000,00 Sumber: Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda

5

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti persoalan tarif kamar perawatan pada Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda, sehingga penulis mengambil judul : “Analisis Penentuan Tarif Kamar Perawatan Pada Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda”.

1.2. Perumusan Masalah Bersadarkan dengan latar belakang yang diuraikan tersebut maka yang menjadi rumusan masalah dengan penelitian ini adalah: “Apakah tarif kamar perawatan yang ditetapkan oleh Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda lebih tinggi dibandingkan dengan tarif kamar perawata berdasrkan metode cost plus-pricing dengan pendekatan full costing?”.

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui unsur-unsur yang diperhitungkan dalam penentuan tarif kamar perawatan kelas Vip, kelas I, kelas II dan kelas III pada Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda. 2. Untuk mengetahui perbandingan antara penentuan tarif kamar perawatan yang ditetapkan Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda dan tarif kamar perawatan berdasarkan metode cost plus-pricing dengan pendekatan full costing.

1.4. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

6

1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan dan menentukan kebijaksanaan tarif kamar perawatan kelas Vip, kelas I, kelas II dan kelas III bagi manajemen Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda. 2. Menambah pengetahuan mengenai penentuan tarif kamar perawatan berdasarkan metode cost-plus pricing dengan pendekatan full costing.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

7

2.1.

Dasar Teori

2.1.1. Pengertian Akuntansi Akuntansi sudah banyak dikenal dan diketahui baik manfaat dan kegunaannya, baik bagi para pengusaha, perusahaan, maupun instansi-instansi lain yang memerlukannya. Tetapi pada umumnya akuntansi merupakan sistem informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan yang mana informasi berguna untuk manajemen dalam mengambil keputusan dan mengendalikan perusahaan. Informasi akuntansi yang dihasilkan dapat juga dijadikan media untuk mempertanggungjawabkan

pengelolaan

sumber-sumber

kekayaan

suatu

perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan yang tergambar dalam laporan keuangan. Akuntansi sering dikaitkan sebagai suatu teori dalam pencatatan baik berupa mengidentifikasikan, peringkasan, penafsiran terhadap suatu informasi akuntansi yang tujuan akhirnya adalah suatu laporan akhir. Laporan akhir dari seni pencatatan informasi ini akan berupa gambaran mengenai posisi keuangan suatu perusahaan yang melaporkannya. Dalam dunia akuntansi banyak dikenal asumsi-asumsi konsep dasar mengenai definisi akuntansi yang dikemukakan oleh pakar-pakar akuntansi, kebanyakan dari mereka memberi definisi sebagai berikut: Menurut American Institute of Certifeid public ants (AIA) melalui ing Principles Board (APB) statement No. 4 (1970) yang dikutip oleh Halim dan Supomo (2011:2) mendefinisikan akuntansi adalah suatu kegiatan jasa yang menyajikan informasi , terutama yang bersifat keuangan,

8

mengenai suatu kesatuan ekonomi, yang digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi. Mulyadi

(2009:1)

mendefinisikan

akuntansi

adalah

suatu

proses

pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian dengan cara-cara tertentu, transaksi keuangan yang terjadi dalam perusahaan atau organisasi lain serta penafsiran terhadap hasinya. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa akuntansi merupakan proses yang terdiri dari indentifikasi, pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi yang merupakan bagian kegiatan akuntansi. Informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi yang diharapkan berguna dalam penilain dan pengambilan keputusan mengenai kesatuan usaha yang bersangkutan.

2.1.1.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Peranan akuntansi manajemen dewasa ini menjadi sangat penting dalam menyediakan informasi bagi masyarakat secara keseluruhan, terutama sekali bagi pengambil keputusan para manajer dan profesional. Akuntansi manajemen merupakan tipe akuntansi yang mengolah informasi terutama untuk memenuhi keperluan manajemen dalam melaksanakan fungsi perencaan dan pengendalian aktiva

organisasi.

Berikut

ini

akan

dikemukakan

pengertian

akuntansi

manajemen menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: Menurut Abdul dkk (2011:5) definisikan akuntansi manajemen adalah suatu kegiatan yang menjadi bagian integral dari fungsi (proses) manajerial yang

9

dapat memberikan informasi keuangan dan non keuangan bagi manajemen untuk pengambilan keputusan strategik organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Kamaruddin (2009:4) akuntansi manajemen adalah penerapan teknik-teknik dan konsep yang didapat dalam pengelolaan data ekonomi histori dan yang diproyeksikan dari suatu usaha untuk membantu manajemen dalam penyusunan rencana untuk tujuan-tujuan keputusan rasional dengan suatu pandangan kearah pencapaian tujuan tersebut. Sedangkan menurut Harahap (2006:239) definisi akuntansi manajemen adalah suatu identifikasi, pengukuran, akumulasi, analisis, penyajian penafsiran dari penyampaian informasi (baik yang bersifat keuangan atau kegiatan) yang digunakan oleh manajemen untuk merencanakan, menilai dan mengontrol organisasi dan meyakinkan bahwa sumber kekayaan perusahaan dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa akuntansi manajemen memiliki peranan yang penting dalam suatu organisasi atau perusahaan (bagian dari fungsi manajerial), informasi yang diberikan tidak hanya berupa keuangan, tetapi juga kegiatan (non keuangan). 2.1.1.2.Tujuan dan Manfaat Akuntansi Manajemen. Menurut Hery Simamora, (2007:4) menyatakan bahwa fungsi dari akuntansi manajemen adalah sebagai berikut:

10

Salah satu fungsi dari akuntansi manajemen adalah memilih-milih data untuk kegunaan manajemen. Akuntansi manajemen memecah-mecah data sehingga manajemen dapat melihat data penjualan dan biaya berdasarkan produk atau kelompok produk, wilayah penjua lan, atau klasifikasi lainnya yang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan. Akuntansi manajemen yang berperan sebagai penyedia informasi keuangan dijadikan dasar untuk mengalokasikan sumber daya kepada berbagai aktivitas yang direncanakan dan menyajikan informasi umpan balik kepada manajemen mengenai pelaksanaan aktivitas yang telah disusun. Maka dilihat tujuan dari fungsi dan manfaat akuntansi manajemen sangat penting untuk pengelolaan perusahaan dalam merencanakan aktivitas dan pengendalian pelaksanaan rencana aktivitasnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

2.1.1.3. Karakteristik Akuntansi Manajemen Akuntansi manajemen berkaitan erat dengan masalah penyajian informasi yang diperlukan oleh suatu organisasi. Pimpinan sebuah organisasi juga bergantung pada para ahli untuk menyediakan sebagai kebutuhan informasinya. Informasi akuntansi yang diperuntukan kepada pihak manajemen adalah akuntansi manajemen. Tetapi akuntansi menajemen memiliki karakteristik yang berada dengan akuntansi keuangan.

Menurut Halim dan Supomo (2011:14) yaitu: 1. pemakai Informasi akuntansi keuangan menyajikan informasi keuangan terutama untuk pihak eksternal perusahaan (kreditur, pemerintah, investor), sedangkan

11

2.

3.

4.

5.

6.

akuntansi manajemen terutama untuk manajemen (pihak internl) perusahaan. Dasar Penyajian Informasi Informasi akuntansi keuangan disajikan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum, sedangkan penyajian informasi akuntansi manajemen tidak terkait oleh prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum. Fokus Informasi Informasi akuntansi keuangan menggambarkan tentang posisi dan kemampuan keuangan perusahaan secara keseluruhan sebagai kesatuan unit usaha, sedangkan akuntansi manajemen memberikan informasi keuangan dari bagian-bagian di dalam perusahaan. Orientasi Informasi Informasi akuntansi keuangan hanya mencangkup data masa lalu, sedangkan akuntansi manajemen memberikan informasi yang mencangkup data masa lalu data masa yang akan datang. Tipe Informasi Informasi akuntansi keuangan terurama merupakan informasi yang dinyatakan dengan satuan uang (moneter) sedangkan informasi akuntansi manajemen mencakup informasi moneter maupun non moneter. Ketetapan Informasi Informasi yang disajikan akuntansi keuangn lebih tepat dibandingkan dengan informasi akuntansi manajemen, karena metode penyusunan informasi akuntansi keuangan relatif lebih panjang dibandingakan dengan periode penyusunan informasi akuntansi manajemen yang lebih menekankan ketetapan waktu bukan ketetapan data. Bahkan, agar informasi tidak terlambat, akuntansi manajemen menggunakan data taksiran.

Ray H. Garrison, (2008:8-11) menyatakan bahwa karakteristik akuntansi manajemen adalah sebagai berikut: a. Akuntansi manajemen melaporkan kepada pihak-pihak di dalam organisasi untuk: 1. Perencanaan Dalam perencanaan adalah mengidentifikasi sebagai alternatif yang tersedia, dan selanjutnya memilih alternatif yang terbaik untuk memenuhi tujuan organisasi. 2. Pengarahan dan pemberian motivasi Sebagai aktivitas lanjutan dari perencanaan dimasa mendatang, manajer harus memantau kegiatan sehari-hari, dan menjaga agar fungsi organisasi dapat berjalan dengan mulus. Untuk melaksanakan aktivitas itu, dibutuhkan kemampuan untuk memotovasi dan mengarahkan para karyawan. 3. Pengendalian

12

b.

c.

d.

e.

f.

g.

Untuk melakukan fungsi pengendalian, manajer berusaha untuk mendapatkan keyakinan bahwa perencanaan telah ditindaklanjuti. 4. Evaluasi kinerja Manajer harus merealisasikan serangkaian proses yang harus dikerjakan dalam perencanaan, pengarahan dan pemberian motivasi, serta aktivitas pengendalian agar dapat mencapai tujuan. Akuntansi manajemen menekankan pada pengambilan keputusan yang mempengaruhi masa depan. Sebagian besar tanggung jawab keseluruhan manajer bersangkut paut dengan perencanaan, maka kebutuhan manajer akan informasi sangat berakibat pada masa yan akan datang. Perencanaan memainkan peran yang sangat vatal dalam tugas manajer, akuntansi manajemen berorientasi pada masa depan. Akuntansi manajemen menekankan pada data yang relevan. Untuk kepentingan internal, manajer mengharapkan informasi yang relevan, meskipun informasi tersebut tidak lengkap sepenuhnya, kurang objektif, dan kurang dapat diverifikasi. Yang dimaksud dengan relevan adalah sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Akuntansi manajemen membutuhkan informasi yang tepat waktu. Ketepatan waktu selalu lebih penting dibandingkan dengan keakuratan (precision) bagi pihak manajer. Akuntansi manajemen yang disusun adalah laporan segmen terinci mengenai departemen, produk, pelanggan, dan pegawai. Akuntansi manajerial memfokuskan pada segmen perusahaan. Segmen ini dapat berupa lini produk, area penjualan, divisi, departemen, atau kategori aktivitas perusahaan yang dipandang penting oleh pihak manajer. Akuntansi manajemen tidak perlu mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Akuntansi manajerial tidak dibatasi oleh generally accepted ing principles (GAAP). Manajer dapat merancang sendiri aturan main untuk isi dan format laporan untuk laporan internal. Akuntansi manajemen tidak bersifat wajib. Akuntansi manajerial bukan suatu keharusan. Perusahaan memiliki kebebasan untuk membuat sesuai dengan kebutuhannya. Tidak ada bada pengatur atau pihak luar yang lain memiliki kewenangan untuk mengatur apa yang harus dikerjakan. Berdasarkan karakteristik-karakteristik akuntansi manajemen tersebut

diatas dapatlah disimpulkan bahwa akuntansi manajemen di dalam penyajian disesuaikan dengan kebutuhan manajer bukan untuk para pemegang saham serta pihak lain.

13

2.1.2. Akuntansi Biaya Didalam suatu perusahaan manajemen memerlukan informasi salah satunya yaitu tentang biaya guna mencapai tujuan yang diinginkan dan informasi biaya tersebut terdapat pada akuntansi biaya. Mulyadi, (2009:7) dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Biaya memberikan

pengertian

akuntansi

biaya

sebagai

proses

pencatatan,

penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu serta penafsiran terhadapnya. Armanto Witjaksono, (2006:1) dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Biaya dapat didefinisikan sebagai ilmu dan seni pencatat, mengakumulasikan dan mengukur serta menyajikan informasi berkenaan dengan biaya dan beban. Supriyono, (2007:12) dalam buku yang berjudul Akuntansi Biaya pengumpulan biaya dan penentuan harga pokok memberikan pengertian akuntansi biaya, yaitu sebagai berikut: “....... Salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya. Pada awal timbulnya akuntansi biaya mula-mula hanya ditunjukan untuk penentuan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan, akan tetapi dengan semakin pentingnya biaya non produksi, yaitu biaya pemasaran dan istrasi umum, akuntansi biaya saat ini ditunjukan untuk menyajikan informasi biaya bagi manajemen baik biaya produksi maupun non produksi”.

14

Sedangkan menurut Dunia Abdullah (2009:4) akuntansi biaya adalah bagian dari akuntansi manajemen dimana merupakan salah satu dari bidang khusus akuntansi yang menekankan pada penentuan dan pengendalian biaya. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa akuntansi biaya merupakan bagian atau cabang dari akuntansi yang khusus membahas masalah biaya, mulai pencatatan terjadinya biaya sampai dengan menganalisis biaya yang pada akhirnya menghasilkan informasi yang lengkap dalam suatu laporan biaya yang diperlukan manajemen.

2.1.2.1. Tujuan Akuntansi Biaya Manajemen perusahaan memerlukan informasi akuntansi untuk berbagai tujuan yang berbeda-beda. Tujuan akuntansi biaya menurut garis besar adalah menyajikan informasi biaya kepada manajemen untuk membantu dalam mengelola perusahaan, Menurut Usry dan Carter (2006:10) tujuan akuntansi biaya adalah sebagai berikut: 1. Menyusun dan melaksanakan anggaran operasi perusahaan dalam kondisi ekonomi dan bersaing. 2. Menetapkan metode adanya pengendalian dan prosedur dan jika memungkinkan pengurangan atau penembahan biaya. 3. Menentukan nilai persediaan dalam rangka kalkulasi biaya penetapan harga sewaktu-waktu memeriksa jumlah persediaan dalam bentuk fisik. 4. Menghitung biaya dan laba perusahaan untuk periode akuntansi tahunan atau periode yang lebih singkat. 5. Memilih alternatif terbaik yang bisa menaikan pendapatan atau menurunkan biaya.

15

Tujuan akuntansi biaya menurut Mulyadi, (2009:7) mempunyai tiga tujuan pokok yaitu: 1. penentuan harga pokok produk untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk, akuntansi biaya mencatat, menggolongkan dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atas penyerahan jasa. Penentuan harga pokok produk ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pihak luar perusahaan. Biaya yang dikumpulkan dan disajikan adalah biaya yang telah terjadi dimasa lalu atau biaya historis. 2. pengendalian biaya pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk. Disini akuntansi bertugas untuk memantau apakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya sesuai dengan biaya yang seharusnya tersebut dan kemudian akuntansi biaya melakukan analisis terhadap penyimpangan biaya sesungguhnya dengan biaya yang seharusnya dan menyajikan informasi mengenai penyebab terjadinya selisih tersebut. 3. pengambilan keputusan khusus akuntansi biaya untuk kepentingan khusus menyajikan harga biaya dimasa yang akan datang. Informasi biay ini tidak dicatat dalam catatan akuntansi biaya melainkan hasil dari suatu proses ramalan. Oleh karena itu, informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan khusus selalu berhubungan dengan informasi yang akan datang. Kemudian tujuan dan manfaat dari akuntansi biaya menurut Supriyono, (2007:14) adalah sebagai berikut: a. Perencanaan dan pengendalian biaya. b. Penentuan harga pokok produk atau

jasa

yang

dihasilkan

perusahaan dengan tepat dan teliti. c. Pengambilan keputusan oleh manajemen. Kemudian lebih lanjut Supriyono, (2007:15) membahas mengenai tugas dari akuntansi biaya yang biasanya dilaksanakan oleh bagian akuntansi biaya secara terperinci adalah sebagai berikut: a. Menyediakan data biaya pengendalian kegiatan

yang

diperlukan

untuk

perencanaan

dan

16

b. Menyediakan data biaya untuk pengambilan keputusan sehari-hari atau proyek khusus yang memerlukan pemilihan alternative yang harus diambil. c. Berpartisipasi dalam berkreasi dan menyusuri budget d. Menetapkan metode dan prosedur pengendalian dan perbaikan operasi serta pengurangan biaya e. Mengembangkan sistem dan analisa biaya dalam rangka penentuan harga pokok dan menganalisis penyimpanan dan pengendalian fisik. f. Menyusun laporan biaya.

2.1.2.2. Pengertian Biaya Biaya merupakan elemen yang terdapat di suatu perusahaan yang sangat perlu diperhatikan oleh pihak manajemen agar dapat mengendalikan sehingga tujuan perusahaan tersebut dapat tercapai yaitu memperoleh laba sebesar mungkin dengan cara menekan biaya serendah mungkin. Setiap perusahaan yang menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa memerlukan pengorbanan atas faktor-faktor produksi. Pengertian biaya menurut Mulyadi, (2009:8-9) yaitu biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu sedangkan dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh lain. Menurut Hansen dan Mowen (2005:36) definisi biaya (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang diharapkan memeberi manfaat pada saat ini atau dimasa yang akan datang bagi organisasi. Disebut setara dengan kas (cash equivalent) karena sumber-sumber non kas dapat ditukarkan dengan barang atau jasa yang dikehendaki.

17

Pengertian biaya atau cost menuurut pendapat Warren, dkk (2006:672) mendefinisikan: “...a cost is a payment of cash or its eqiuvalent or the commitmentto pay cash in the future for the pupose of generating revenues”. Artinya biaya merupakan pengorbanan yang harus dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan di masa yang akan datang. Dari pengetian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang dimilki perusahaan yang diukur dalam satuan uang baik yang sudah terjadi maupun yang diprediksi nantinya akan terjadi untuk mencapai suatu tujuan perusahaan. 2.1.2.3. Penggolongan Biaya Penggolongan biaya adalah suatu kehiatan mengelompokan biaya kedalam kelompok-kelompok atau golongan biaya, dari keseluruhan elemen biaya, yang ada secara sistematis agar dapat membedakan biaya yang ada. Menurut Mulyadi, (2009: 13) menyatakan bahwa biaya dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok dalam perusahaan: a. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. b. Baiya pemasaran adalah dalam rangka penjualan produk selesai sampai dengan pengumpulan piutang menjadi kas. c. Biaya istrasi dan umum adalah semua biaya yang berhubungan dengan fungsi istrasi dan umum. Biaya ini menjadi dalam rangka penentuan kebijaksanaan,

pengarahan,

perusahaan secara keseluruhan.

dan

pengawasan kegiatan

18

d. Biaya keuangan adalah semua biaya yang terjadi dalam melaksanakan fungsi keuangan. 2. Penggolongan biaya sesuai dengan periode akuntansi dimana biaya dibebankan. a. Pengeluaran modal (capital expenditure) adal pengeluaran yang akan dapat memeberikan manfaat pada beberapa periode akuntansi atau pengeluaran yang akan dapat memeberikan manfaat pada periode akuntansi yang akan datang. Pada saat terjadi pengeluaran ini dikapitalisasi ke dalam harga perolehan aktiva dan diperlakukan sebagai biaya pada periode akuntansi. b. Pengeluaran penghasilan (revenues expenditure) adalah pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran terjadi. Umumnya pada saat terjadi pengeluaran langsung diperlukan ke dalam biaya atau tidak dikapitalisasi sebagai aktiva. 3. Penggolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas atau kegiatan atau volume. a. Biaya tetap yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan sampai dengan tingkatan tertentu. 2. Biaya satauan (unit cost) akan berubah berbanding terbalik dengan kegiatan perubahan volume kegiatan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan. b. Biaya Veriabel memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding (proposional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kagiatan

semakin tinggi jumlah total biaya vareiabel, dan

semakin rendah volume kegiatan semakin rendah jumlah total biaya variabel.

19

2. Biaya satuan (unit cost) tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan jadi biaya satuan konstan. c. Biaya semi variabel memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding. Semakin tinggi volume kegiatannya semakin besar jumlah biaya total dan semakin rendah volume kegiatan semakin rendah total biaya tetap perubahannya tidak sebanding. 2. Biaya satuan akan berubah terbalik dihubungkan dengan volume kegiatan tetapi sifatnya tidak sebanding. Sampai dengan tingkatan kegiatan tertentu semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan. 3. Penggolongan biaya sesuai dengan objek yang atau pusat biaya dibiayai a. Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya dapat didefinisikan kepada ojek atau pusat tertentu. b. Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang terjadinya atau manfaat dapat didefinisikan kepada objek atau pusatbiaya tertentu. 4. Penggolongan biaya atau untuk tujuan pengendalian biaya a. Biaya terkendali (contollable cost) adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan tertentu dalam jangka waktu yang tertentu. b. Biaya tidak terkendalikan (incontrollable cost) adalah biaya yang secara langsung tidak dapat dipengaruhi oleh seseorang pimpinan tertentu berdasar wewenang yang dia miliki atau tidak dapat dipengaruhi oleh seseorang penjabat dalam jangka waktu tertentu. 5. Penggolongan biaya sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan. a. Biaya relevan (relevant cost) adalah biaya yang akan mempengaruhi pengambilan

keputusan,

oleh

karena

itu

biaya

tersebut

harus

20

diperhitungkan dalam pengambilan keputusan dapat berupa pemilihan dan alternative atau pemilihan lebih dari dua alternative. b. Biaya tidak relevan (irrelevant cost) adalah biaya yang tidak mempengaruhi pengembilan keputusan, oleh karena itu biaya ini tidak perlu diperhitungkan atau dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan.

Sedangkan menurut Supriyono, (2007:4) mengemukakan beberapa cara penggolongan biaya yaitu sebagai berikut: 1. Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok dari kegiatan atau aktivitas perusahaan. 2. Penggolongan biaya sesuai dengan periode akuntansi dimana biaya akan dibebankan. 3. Penggolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas atau kegiatan volume. 4. Penggolongan biaya sesuai dengan objek atau pusat biaya yang dibiayai. 5. Penggolongan biaya sesuai dengan tujuan pengendalian biaya. 6. Penggolongan biaya sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa biaya digolongkan menjadi biaya produksi, biaya pemasaran, biaya istrasi, biaya langsung, biaya tetap, biaya variabel, biaya semi variabel, pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan. Penggolongan tersebtu dapat mempermudah pihak manajemen perusahaan dalam melakukan pencatatan biaya sehingga memudahkan penganalisaan biaya.

2.1.3. Pengertian Biaya Bersama

21

Dalam proses produksi perusahaan, seringkali kita jumpai pengolahan satu atau beberapa macam bahan baku dalam satu proses produksi dapat menghasilkan dua jeni produk atau lebih. Ciri-ciri utama dari biaya bersama adalah fakta bahwa biaya dari beberapa produk yang berada dikeluarkan dalam jumlah yang tak terbagi utnuk produk-produk tersebut bukan dalam jumlah individu untuk masing-masing produk. Mulyadi, (2009:333) menjelaskan bahwa biaya bersama “Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama (t overhead cost) yang harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan produknya berdasarkan pesanan maupun yang kegiatan produksinya dilakukan secara massa”. Kemudian Mulyadi (2009:334) juga menambahkan bahwa “Biaya produk bersama (t overhead cost) adalah biaya yang dikeluarkan sejak saat mulamula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Sedangkan menurut Supriyono (2007:238) bahwa “Biaya bersama adalah biaya produksi yang diserap oleh produk bersama (t product) yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang semuanya tidak dapat diikuti jejaknya pada macam produk tertentu”. Dapat disimpulkan bahwa biaya bersama adalah biaya yang terjadi akibat pengolahan produk bersama dan biaya-biaya yang terjadi selama proses

22

produksi yang harus dialokasikan ke berbagai produk atau departemen yang menikmati manfaat dari biaya-biaya tersebut.

2.1.3.1 Produk Bersama Dalam perusahaan yang memproduksi atau menjual lebih dari satu produk atau jasa, dalam suatu proses produksi dapat dihalikan dua jenis produk atau lebih. Karena berbagai produk tersebut berasal dari proses pengolahan yang sama, timbul masalah pengalokasian biaya bersama (t cost) kepada berbagai

produk

yang

dihasilkan

tersebut.

Dalam

hubungan

dengan

depateremen, biaya bersama dialokasikan ke departemen-departemen yang menikmati manfaat dari pengeluaran biaya tersebut. Menurut Mulyadi (2009:334) “produk bersama adalah dua produk atau lebih yang diproduksi secara serenetak dengan serangkaian proses atau dalam proses gabungan” Sedangkan Supriyono (2007:238) menjelaskan bahwa “produk bersama adalah beberapa macam produk yang dihasilkan bersama-sama atau serempak dengan menggunakan satu macam bahan atau beberapa macam bahan baku, tenaga kerja, dan fasilitas pabrik yang sama dengan masukan (input) tersebut tidak dapat diikuti jejeaknya pada setiap macam produk tertentu. Dari kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa produk bersama terjadi apabila dua atau lebih produk yang dihasilkan secara bersama-sama dalam satu proses yang sama.

23

2.1.3.2.

Akuntansi Produksi Bersama (t Product) Biaya bersama tidak dapat dibagi secara tegas pembebanannya kepada

produk bersama yang dihasilkan, oleh sebab itu diperlukan metode alokasi biaya bersama untuk membebankan biaya bersama kepada produk yang dihasilkan. Menurut Mulyadi (2009:336) untuk mengalokasi biaya bersama pada tiap-tiap produk bersama dapat menggunakan empat metode. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing metode alokasi biaya bersama yang telah dikemukakan diatas, yaitu: a. Metode nilai jual relatif Metode ini banyak digunakan untuk mengalokasikan biaya-biaya bersama kepada produk bersama. Dasar pikiran metode ini adalah bahwa harga jual suatu produk merupakan perwujudan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam mengolah produk tersebut. b. Metode Satuan fisik Menentukan harga pokok produksi bersama sesuai dengan manfaat yang ditentukan oleh masing-masing produk akhir. Dalam metode ini biaya bersama dialokasikan kepada produk atas dasar koefisien fisik yaitu kuantitas bahan baku yang terdapat dalam masing-masing produk. Koefisien fisik ini dinyatakan dalam satuan berat, volume atau ukuran yang lain. c. Metode rata-rata per satuan Metode ini hanya dapat digunakan bila produk bersama yang dihasilkan diukur dalam satuan yang sama. Pada umumnya metode ini digunakan oleh perusahaan yang menghasilkan beberapa produk yang sama dari satu proses bersama tetapi mutunya berlainan. d. Metode rata-rata tertimbang Dasar yang dipakai dalam mengalokasikan biaya bersama adalah kuantitas produk dikalikan dengan angka penimbang. Penentuan angka penimbang untuk tiap-tiap produk didasarkan pada jumlah bahan yang dipakai, sulitnya membuat produk, waktu yang konsumsi dan pembedaan jenis tenaga kerja

24

yang dipakai untuk taiap jenis produk yang dihasilkan. Jika yang dipakai sebagai angka penimbang adalah harga jual poduk maka metode alokasinya tersebtu metode nilai jual relatif. 2.1.4. Informasi Akuntansi Penuh Informasi akuntansi sangat diperlukan untuk mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan baik yang menyangkut masa yang akan datang dan memilih berbagai alternatif yang ada. Informasi akuntansi yang diperlukan dan dibutuhkan oleh pihak manajemen adalah informasi akuntansi penuh. Menurut Mulyadi, (2005:48) mendefinisikan informasi akuntansi penuh adalah seluruh aktiva, seluruh pendapatan yang diperoleh dan atau seluruh sumber yang dikorbankan suatu objek informasi. Sehingga dapat diketahui bahwa: 1. Unsur yang membentuk informasi akuntansi penuh adalah aktiva, total pendapatan dan total biaya. Jika informasi akuntansi penuh berupa aktiva maka informasi ini disebut dengan aktiva penuh (full asset). Jika informasi akuntansi penuh berupa seluruh sumber yang dikorbankan untuk suatu objek informasi maka informasi ini disebut dengan biaya penuh (full cost). Jika informasi akuntansi penuh berupa pendapatan maka informasi ini disebut dengan pendapatan penuh (full revenues). 2. Informasi akuntansi penuh selalu bersangkutan dengan objek informasi. Dalam hubungannya dalam objek informasi, informasi akuntansi penuh merupakan informasi akuntansi langsung yang terjadi dalam objek akuntansi tertentu ditambah dengan bagian yang adil informasi akuntansi tidak langsung dibebankan kepada objek informasi. Jika informasi akuntansi penuh berupa aktiva, aktiva penuh adalah aktiva langsung yang langsung bersangkutan dengan objek informasi ditambah dengan bagian yang adil aktiva tidak langsung yang menjadi tanggung jawab informasi tersebut. Jika

25

akuntansi penuh berupa biaya, biaya penuh adalah biaya langsung objek informasi ditambah dengan bagian yang adil biaya tidak langsung yang menjadi beban objek informasi tersebut. Jika informasi akuntansi penuh berupa berupa pendapatan langsung suatu objek informasi ditambah dengan bagian yang adil pendapatan tidak langsung yang menjadi hak objek tersebut. Dalam penulisan ini sesuai dengan permasalahan yang diangkat skripsi ini maka penulis hanya membahas mengenai manfaat informasi biaya penuh bagi manajemen perusahaan dalam bentuk harga jual (tarif kamar perawatan) normal. Lebih lanjut Mulyadi, (2005:346) menyatakan bahwa manfaat informasi akuntansi penuh bagi manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan penentuan harga jual (tarif kamar perawatan) adalah sebagai berikut: 1. Biaya penuh adalah titik awal untuk mengurangi ketidakpastian yang dihadapi oleh pengambilan keputusan. 2. Biaya penuh merupakan dasar yang memberikan perlindungan bagi perusahaan dari kemungkina kerugian. 3. Biaya penuh memberikan informasi yang memungkinkan manajer penentu harga jual melongok struktur biaya perusahaan pesaing. 4. Biaya penuh merupakan dasar untuk pengambilan keputusan perusahaan memasuki pasar. Pada dasarnya dalam keadaan normal harga jual (tarif kamar perawatan) produk atau jasa harus dapat menutup biaya penuh yang bersangkutan dengan produk atau jasa yang dihasilkan dan menghasilkan laba yang dikehendaki.

26

Selanjutnya Mulyadi, (2005:346) menyatakan bahwa konsep penentuan harga jual (tarif kamar perawatan) berdasarkan informasi biaya penuh adalah sebagai beriktu: Biaya penuh merupakan total pengorbanan sumber daya untuk menghasilkan produk atau jasa sehingga semua pengorbanan ini harus dapat ditutupi oleh pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk atau jasa. Disamping itu harga jual harus pula dapat menghasilkan laba yang memadai, sepadan dengan investasi yang dinamakan untuk menghasilkan produk atau jasa. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam penentuan harga jual (tarif kamar perawatan) dengan menggunakan informasi biaya penuh meliputi: 1. Harga jual harus dapat menutupi biaya penuh dari suatu produk atau jasa. 2. Harga jual harus dapat menghasilkan laba yang sepadan dengan investasi yang dilakukan perusahaan. 2.1.5. Harga Sebuah nilai pengganti yang harus dibayarkan oleh seseorang, saat mendapatkan produk yang memiliki manfaat untuknya. Produk ini bisa berwujud barang atau jasa. Dan untuk menentukan nilai tersebut, bisa dilakukan dengan dua cara yaitu atas kesepakatan kedua belah pihak atau juga dengan cara ditetapkan oleh pihak penjual barang atau jasa tersebut adalah pengertian dari harga. 2.1.5.1 Pengertian dan Peranan Harga Suatu barang dan jasa dapat ditukarkan dengan sejumlah uang karena mempunyai nilai. Nilai yang dinyatakan dengan jumlah uang disebut harga.

27

Harga peranan sebagai penentu alokasi sumber-sumber produk, apa yang akan diproduksi dan siapa saja yang akan memperoleh produk. Harga juga dapat mempengaruhi tingkat penjualan, tingkat keuntungan serta pangsa pasar yang dapat dicapai oleh perusahaan. Menurut Basu Swastha dan Irawan (2005:20) menjelaskan bahwa harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan unutk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Sedangkan

definisi

harga

menurut Amir

(2005:163)

memberikan

pengertian mengenai harga yang dikutip dengan mengutip pendapat dari kotler yaitu: Harga adalah jumlah keseluruhan nilai yang diperlukan konsumen untuk manfaat yang didapat atau digunakan atas produk dan jasa. Gitosudarmo (2005:228) mendefinisikan “Harga adalah sejumlah uang yang dapat dibutuhkan untuk sejumlah barang beserta jasa-jasa tertentu atau kombinasi dari keduanya”. Dari definisi tentang harga diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang dan jasa.

2.1.5.2. Tujuan Penetapan Harga

28

Dalam strategi penentuan harga, manajer harus menetapkan dulu tujuan penetapannya. Tujuan ini berasal dari perusahann itu sendiri yang selalu berusaha menetapkan harga barang dan jasa setepat mungkin. Basu Swastha dan Irawan (2005:242) menyatakan bahwa pada dasarnya terdapat beberapa tujuan penetapan harga yaitu menigkatakan penjualan, mempertahankan dan memperbaiki maket share, stabilitas harga dan mencapai laba maksimum. Buchari (2006:268) berpendapat bahwa tujuan utama pentapan harga adalah untuk memperolah kembali apa yang sudah dikeluarkan atau return on investment. Dengan demikian dalam penetapan harga, perusahaan memiliki berbagai macam tujuan. Tujuan ini tidak hanya sebatas membuat harga untuk memperoleh keuntungan atau laba serta menutupi semua biaya produksi yang dikeluarkan, tetapi tujuan-tujuan lain seperti yang telah dikemukakan diatas.

2.1.5.3. prosedur penentuan harga Suatu perusahaan dalam menetapkan harga jual atau produk-produknya harus memperhatikan berbagai pihak karena hal tersebut berkaitan dengan tingkat keuntungan dan laba perusahaan. Setelah menetukan tujuan penetapan harga, maka perusahaan selanjutnya harus menentukan prosedur penetapan harga. Pada dasarnya prosedur penetapan harga dapat dibagi dalam beberapa orientasi. Menurut Simamora (2007:603) ada beberapa ancangan orientasi penetapan/penentuan harga antara lain sebagai berikut:

29

1. Ancangan berorientasi biaya (cost-oriented approach). 2. Ancangan berorientasi kompetisi (competition-oriented approach). 3. Ancangan berorientasi permintaan (demand- oriented approach).

2.1.5.4. Penentuan Harga Jual (Tarif Kamar) Dalam pengambilan keputusan diharapkan manajemen perusahaan tidak salah

dalam

menetapkan

harga

jual

prouk-produknya,

karena

apabila

perusahaan salah dalam menetapkan harga jual maka dapat mengakibatkan macetnya pemasaran barang-barang, dalam hal ini akan mempengaruhi keuangn perusahaan serta dapat mengakibatkan penumpukan persediaan barang di gudang yang disebabkan tidak laku terjual. Oleh karena itu pengambilan keputusan tentang penentua harga jual harus mendapat perhatian khusus dari pihak manajemen perusahaan sehingga bisa menetapkan harga jual yang tepat untuk produk-produknya. Harga jual produk atau jasa pada umumnya ditentukan dari jumlah semua biaya ditambah jumlah tertentu yang disebut dengan mark-up. Cara penentuan harga jual tersebut dikenal dengan pendekatan coat-plus (cost-plus Approach). Halim dan Supomo (2011:126) ada tiga konsep yang dapat digunakan untuk penentuan harga jual dengan pendekatan cost-plus tersebut, yaitu: a. Biaya total (total cost) b. Biaya produk (produkt cost) c. Biaya variabel (variable cost) Masung-masing konsep tersebut dibahas sebagai berikut: a. Biaya total (total cost) Berdasarkan konsep biaya total ini, harga jual ditentukan dari biaya total = biaya produksi + biaya pemasaran + biaya istrasi dan

30

umum

ditambah

dengan

jumlah

laba

yang

diinginkan

oleh

perusahaan. Pengertian mark-up menurut konsep biaya total ini adalah laba yang diinginkan (desire profit). b. Biaya produk (produkt cost) Berdasarkan konsep ini, yang juga disebut dengan Absorption Approach, harga jual ditentukan dari biaya produksi ditambah dengan mark-up. Pengertian mark up menurut konsep biaya produk ini adalah laba yang dikehendaki + biaya istrasi dan umum. c. Biaya variabel (variable cost) Menurut konsep ini, yang juga disebut dengan Contribution Approach, biaya variabel (biaya produksi variabel + biaya pemasaran variabel + biaya istrasi dan umum variabel) ditambah dengan mark-up. Pengertian mark-up dalam hal ini adalah laba yang dikehendaki ditambah semua biaya yang bersifat tetap. Selanjutnya menurut Machfoedz (2006:252) ada beberapa metode-metode penentuan harga jual antara lain yaitu: a. Gross margin pricing Metode penentuan harga jual dengan proses margin pricing pada umumnya tepat digunakan oleh perusahaan perdagangan dimana jenis perusahaan ini tidak membuat sendiri produk yang dijual sehingga tidak banyak aktiva tetap yang digunakan. Persentase markup meliputi dua komponen yaitu bagian untuk menutupi biaya operasi dan bagian yang merupakan laba yang diinginkan. b. Direc cost pricing Metode ini dikenal juga dengan metode “variable costing”. Metode ini memandang dengan cara yang berbeda terhadap biaya yang dipengaruhi secara langsung oleh volume produk bila dibandingkan dengan full costing. Cara menentukan harga jual berdasarkan metode ini yaitu biaya variabel saja yang ditambahkan dengan persentase tertentu dari biaya variabel untuk menutupi biaya tetap dan laba yang diinginkan. Pada umumnya metode ini diterapkan pada produk yang melebihi daya serap pasar (produk dari kapasitas yang menganggur) yang kemudian produk ini dipasarkan pada pasar yang berada, tetapi tidak merusak pasaran produk dipasaran bebas.

31

c. Full costing pricing Menurut metode ini penentuan harga jual didasarkan pada semua biaya, baik biaya tetap maupun biaya variabel yang dibebankan kepada produk ditambah laba yang diinginkan. Pengertian markup menurut konsep biaya total ini adalah laba yang diinginkan. Terdapat perbedaan konsep langsung dan tidak langsungnya biaya dengan volume antara metode full costing dengan metode variabel costing. Konsep biaya yang berhubungan langsung dengan volume menurut metode full costing adalah berupa biaya produksi sedangkan biaya yang tidak berhubungan langsung dengan volume adalah berupa nonproduksi. d. Time and material pricing Dalam metode ini mempertimbangakan waktu dan bahan yang digunakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan menambah persentase tertentu dari waktu dan bahan yang digunakan sebagai cara untuk menghitung biaya overhead, biaya operasi dan laba yang diinginkan. Volume jasa dihitung berdasarkan waktu yang diperlukan untuk melayani konsumen. Sedangkan volume bahan dan suku cadang yang diperlukan sebagai pelengkap penyerahan jasa dihitung berdasarkan kuantitas bahan dan suku cadang yang diserahkan kepada konsumen. Sehingga perlu dihitung harga jual persatuan bahan dan suku cadang yang dijual kepada konsumen. e. Transfer pricing Metode ini digunakan bagi perusahaan yang memiliki divisi atau perusahaan yang memiliki anak perusahaan. Barang yang dihasilkan salah satu divisi atau salah satu anak perusahaan dijual pada divisi lain atau lain. f.

Return on capital employed pricing Metode ini didasari atas suatu pemikiran bahwa hasil penjualan harus dapat menutupi semua biaya termasuk pengembalian modal yang dipergunakan serta balas jasa dari penggunaan modal tersebut, sehingga dalam penentuan harga jual barang yang dihasilkan ditentukan persentase tertentu dari penggunaa modal untuk menutupi pengembalian modal dan laba yang diinginkan. Tingkat pengembalian modal merupakan ukuran utama bagi kinerja manajer dalam menghasilkan laba dari penggunaan aset yang mereka kontrol.

2.1.6. Metode cost-plus pricing dengan pendekatan full costing Pada metode cost-plus pricing dengan pendekatan full costing, dengan harga jual ditentukan dengan cara menambahkan laba yang diharapkan diatas

32

biaya penuh masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk. Laba yang diharapkan adalah laba dihitung berdasarkan investasi yang dinamakan untuk menghasilkan produk atau jasa. Menurut Mulyadi, (2005:351) menyatakan bahwa untuk memperkirakan berapa wajar yang diharapkan, manajer penentu harga jual mempertimbangkan: 1. Cost of capital 2. Risiko Bisnis 3. Besarnya capital employed Untuk lebh jelasnya mengenai faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan harga jual tersebut di atas akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Cost of capital, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk investasi yang dilakukan dalam perusahaan. Besarnya cost of capital sangat dipengaruhi oleh sumber aktiva yang ditanamkan dalam perusahaan. 2. Risiko Bisnis, semakin besar resiko yang dihadapi oleh perusahaan semakin besar persentase yang ditambahkan pada cost of capital didalam perhitungan laba yang diharapkan. 3. Besarnya capital employed, semakin besar jumlah investasi (capital employed) yang ditanamkan untuk memproduksi dan memasarkan produk atau jasa maka semakin besar pula laba yang diharapkan dalam perhitungan harga jual. Lebih lanjut Mulyadi, (2005:351) menyatakan bahwa penentuan harag jual per unit produksi berdasarkan metode cost-plus pricing dengan pendekatan full costing dirumuskan sebagai berikut: 1. Harga jual per unit produk berdasarkan metode cost-plus pricing dengan pendekatan full costing dirumuskan sebagai berikut:

33

Biaya yang dipengaruhi langsung Harga jual per unit= oleh volume produk (per unit) + persentase Markup

Biaya Produksi Per Unit Biaya Bahan Baku Per Unit Biaya Tenaga Kerja Langsung Per Unit

Laba yang Biaya yang tidak dipegaruhi Diharapkan + langsung oleh volume produk Biaya yang dipengaruhi lagsung Oleh volume produk

y% × akiva penuh

Biaya produksi: Biaya Bahan Baku

Biaya Non Produksi: Biaya istrasi dan Umum

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya pemasaran Gambar 2.1 Rumusan Perhitungan Harga Jual Menurut metode Cost Plus Pricing dengan Pendekatan Full Costing

2. Unsur biaya penuh berdasarkan Metode Cost-Plus pricing dengan Pendekatan Full Costing adalah sebagai berikut:

2.1.7. Pelayanan Kesehatan

34

Menurut Purba Radiks, (2000:12) mendefinisikan pelayanan kesehatan adalah suatu kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam usahanya menarik pelanggan dengan cara memberikan jasa pelayanan dibidang kesehatan yang sebaik-baiknya. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan masing-masing pengelompokkan pelayanan kesehatan tersebut di atas adalah sebagai berikut: 1. Rawat jalan tingkat pertama adalah pelayanan tingkat kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas, Balai Pengobatan Pemerintah dan poloklinik Umum Rumah Sakit Pemerintah/Rumah Sakit yang ditunjuk. 2. Rawat jalan tingkat lanjutan adalah pelayanan keseharan di Rumah Sakit Pemerintah/Rumah Sakit yang ditunjuk. 3. Rawat inap merupakan kelanjutan dari Rawat jalan tingkat lanjutan atau pelayanan gawat darurat. Rawat inap mengharuskan pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih intensif oleh saran dokter Rumah Sakit. 4. Pelayanan Persalinan adalah merupakan pelayanan untuk ibu hamil yang akan melahirkan bayi. Persalinan

ini dapat dilayani di Rumah Sakit

Bersalin/Puskesmas, Rumah sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta/ABRI. 5. Pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah merupakan pelayanan kesehatan untuk ibu dan anak pasca persalinan. Pelayanan ini dapat dilayani di Rumah Sakit

Bersalin/Puskesmas,

Rumah

sakit

Pemerintah,

Rumah

Sakit

Swasta/ABRI. 6. Penyediaan obat-obatan meliputi: a. Obat rawat jalan tingkat pertama adalah jenis pelayanan kesehatan untuk obat yang dicakupi dan dilayani di Puskesmas tempat berobat. b. Obat rawat jalan tingkat lanjutan adalah merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan di Rumah Sakit atas dasar rujukan dari

35

Puskesmas. Dimana obat diresepkan dan dilayani oleh Apotek yang ditunjuk. c. Obat rawat inap adalah jenis pelayanan kesehatan yang dilakukan pada Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit ABRI dan Rumah Sakit Swasta.

2.2. Definisi Konsepsional Untuk memperoleh arah dan pengertian yang jelas akan penulisan ini maka penulis memberikan batasan dalam penulisan skripsi ini. Sesuai dengan judul, maka penulisan ini berkaitan dengan penentuan persentase mark up (tambahan di atas jumlah biaya) dengan metode Full costing terhadap tarif kamar kelas Vip, kelas I, kelas II dan kelas III sehingga dapat dikemukakan definisi konsepsional sebagai berikut: Menurut Mulyadi (2005:48) mendefinisikan informasi akuntansi penuh adalah seluruh aktiva, seluruh pendapatan yang diperoleh dan atau seluruh sumber yang dikorbankan suatu objek informasi. Mulyadi, (2005:346) menyatakan bahwa konsep penentuan harga jual berdasarkan informasi biaya penuh merupakan total pengorbanan sumber daya

36

untuk menghasilkan produk atau jasa sehingga semua pengorbanan ini harus dapat ditutupi oleh pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk atau jasa. Menurut Basu Swastha dan Irawan (2005:20) menjelaskan bahwa harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan unutk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Menurut Machfoedz (2006:252) mendifinisikan metode Cost-plus Pricing dengan pendekatan full costing adalah penentuan harga jual didasarkan pada semua biaya, baik biaya tetap maupun biaya variabel yang dibebankan kepada produk ditambah laba yang diinginkan. Mulyadi (2005: 351) Laba yang diharapkan adalah laba dihitung berdasarkan investasi yang dinamakan untuk menghasilkan produk atau jasa. Mulyadi, (2009:333) menjelaskan bahwa biaya bersama “Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama (t overhead cost) yang harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan produknya berdasarkan pesanan maupun yang kegiatan produksinya dilakukan secara massa”. Mulyadi, (2005:346) mendefinisikan Biaya penuh merupakan total pengorbanan sumber daya untuk menghasilkan produk atau jasa sehingga semua pengorbanan ini harus dapat ditutupi oleh pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk atau jasa. Disamping itu harga jual harus pula dapat menghasilkan laba yang memadai, sepadan dengan investasi yang dinamakan untuk menghasilkan produk atau jasa.

2.3. Kerangka Pikir

37

untuk menggambarkan alur pemikiran penelitian agar lebih jelas, maka akan kami jabarkan dalam Gambar 2.2. berikut ini:

KERANGKA PIKIR Judul Penelitian: Analisis Penentuan Tarif Kamar Perawatan Pada Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania Di Samarinda

Menurut Teori:

Menurut Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda:

Metode Cost-Plus Pricng dengan Pendekatan Full Costing

Harga jual ditentukan dengan menambahkan unit cost dengan Margin dan dibagi dengan jumlah kamar

Rumusan Masalah: “Apakah tarif kamar perawatan yang ditetapkan oleh Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda lebih tinggi dibandingkan dengan tarif kamar perawata berdasrkan metode cost plus-pricing dengan pendekatan full costing?”.

38

Alat Analisis: Metode Cost-Plus Pricing dengan pendekatan Full Costing

Hasil Penelitian: Tarif Kamar Perawatan Kelas Vip, kelas I, kelas II, kelas III, dan Laporan Keuangan

Gambar 2.2 Kerangka Pikir BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Agar penulis ini lebih mudah diikuti dan lebih terarah maka diperlukan beberapa penjelasan mengenai arti atau definisi dari beberapa parameter yang digunakan dalam penulisan ini agar bener-benar bahwa variabel yang akan diteliti dapat terlihat dengan jelas di bawah ini: 1. Tarif kamar perawatan (harga jual) adalah sejumlah uang yang tetap atau sama terhadap beberapa jumlah yang dikenakan perusahaan kepada penggunaan jasa kamar perawatan pada Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda. Adapun jenis kamar perawatan yang dimaksud adalah perawatan kelas Vip, kelas I, kelas II, dan kelas III.

39

2. Metode cost plust Pricing dengan pendekatan full costing adalah penentuan tarif kamar perawatan pada Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda yang didasarkan pada semua biaya yang telah dikeluarkan, baik biaya tetap maupun biaya variabel yang dibebankan kepada masing-masing kamar perawatan ditambah laba yang diharapkan. 3. Laba yang diharapkan adalah tarif kembalian investasi (ROI) yang diinginkan dari modal untuk menyediakan jasa kamar perawatan pada Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda. 4. Biaya bersama adalah biaya-biaya yang terjadi secara bersama dalam memberikan layanan jasa kamar pada Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda. Adapun biaya bersama meliputi harga pokok penjualan dan biaya operasional. 5. Volume penjualan (pemakaian kamar perawatan) per hari adalah jumlah dari pemakaian terhadap kamar perawatan Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda.

3.2. Jenis dan Sumber Data Untuk

memperoleh

gambaran

yang

jelas

tentang

masalah

dan

pemecahannya serta mempermudah pembahasan, maka data-data yang diperlukan untuk melengkapi tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Gambaran umum Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda. 2. Struktur Organisasi Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda. 3. Data pemakaian kamar perawatan yang ditetapkan Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda tahun 2014. 4. Tarif kamar perawatan yang ditetapkan Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda tahun 2014.

40

5. Tarif kembalian investasi (ROI) dari masing-masing tipe kamar perawatan pada tahun 2014. 6. Laporan Keuangan Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda yaitu Neraca per 31 Desember 2014 dan laporan Rugi laba sampai dengan 31 Desember 2014. 7. Data lain yang relevan dan berhubungan dengan penelitian

3.3. Metode Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini yaitu: 1. Penelitian lapangan (field work research) yaitu penelitian yang akan diteliti guna memperoleh data yang diperlukan penulis melakukan penelitian pada kamar perawatan kelas Vip, kelas I, kelas II, dan kelas III di Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda di jalan Ramania No 03 kelurahan Sidodadi Samarinda. Data diperoleh dengan cara: a. Wawancara ( interview) Cara ini dimasukan agar dapat menjaring banyak data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian dengan cara mengadakan langsung terhadap pihak yang bersangkutan. b. Observasi Cara ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian yang akan diteliti sebelum melakukan penelitian.

41

3.4. Alat Analisis Dala melakukan pengujian hipotesis yang diajukan maka diperlukan analisis untuk membuktikan hipotesis yang diajukan. Adapun alat analisis yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Pengalokasian biaya bersama Biaya bersama yang terjadi dalam Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda berupa biaya operasional (biaya pemasaran dan biaya istrasi dan umum) Menurut Mulyadi, (2005:336) menyatakan bahwa pengalokasian biaya bersama berdasarkan metode nilai jual relatif dapat dihitung menggunakan rumus.

Alokasi Biaya Bersama = Total Biaya bersama x Persentasi Nilai Jual Untuk lebih jelas perhitungan alokasi biaya bersama berdasarkan metode nilai jual relatif dapat dilhat pada tabel 3.1

42

Tabel 3.1 Perhitungan Alokasi Biaya Bersama Berdasarkan Metode Nilai Jual Relatif Jenis Kamar

Penjuala n Kamar

Harga Jual

(1) (2) (3) A x Rpx B x Rpx C x Rpx Jumlah X Rpx Sumber : Mulyadi (2005:336)

Nilai Jual

Persentasi Nilai jual

(4)=(2)×(3) Rpx Rpx Rpx Rpx

(6)=(5)×∑(4) x% x% x% 100%

Alokasi Biaya Bersama (6)=(5)∑BB Rpx Rpx Rpx Rpx

Harga Jual Per Unit dihitung dengan rumus: Biaya yang berhubungan Harga Jual per Unut= Langsung dengan volume produk+persentase markup Sumber : Mulyadi (2005:351) Persentase Markup dihitung dengan rumus:

Laba yang Biaya yang tidak dipengaruhi langsung diharapkan + oleh Volume Produk Persentase Markup = Sumber: Mulyadi (2005:351) Biaya yang dipengaruhi langsung oleh volume produk

2. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut: a. perhitungan biaya penuh

43

(Mulyadi,2005:349) b. Perhitungan laba yang diharapkan

(Mulyadi: 2005:352) c. Perhitungan Mark up

(Mulyadi:2005:352)

d. Perhitungan tarif kamar perawatan (harga jual)

44

(Mulyadi, 2005:352) 3. Perbandingan antara Tarif Kamar yang ditetapkan Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda dengan Tarif Kamar berdasarkan metode costplus Pricing dengan pendekatan full costing pada Tabel 3.2 berikut ini. Tabel 3.2 perhitungan antara Tarif Kamar Perawatan yang ditetapkan Rumah Sakit Pupuk Kaltim Siaga Ramania di Samarinda dibandingkan dengan Tarif Kamar Perawatan berdasarkan metode Cost-Plus pricing dengan pendekatan Full Costing Jenis Kamar

Kelas Vip A

Perbandingan Tarif Kamar RSPKT Siaga Ramania Menurut RSPKT Menurut Cost-Plus Siaga Ramania Pricing dengan pendekatan Full costing (Rp/Hari) (Rp/Hari) Xxx xxx

Selisih Lebih Kurang

(Rp/Hari) xxx

Kelas Vip B

Xxx

xxx

xxx

Kelas 1

Xxx

xxx

xxx

Kelas 2

Xxx

xxx

xxx

Kelas 3

Xxx

xxx

xxx

Sumber Penelitian: 2014

DAFTAR PUSTAKA

45

Amir, Taufiq M. 2005. Dinamika Pemasaran: Jelajahi dan Rasakan. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. PT Raja Grafindo. Jakarta. DH Swasta Basu dan Irawan, 2005. Manajemen Pemasaran Modern. Edisi Kedua. Cetakan Kesebelas. Liberty Offset. Yogyakarta. Buchari Alma. 2006. Pengantar Bisnis. Edisi Revisi. Alfabeta. Bandung. Dunia, Firdaus Ahmad dan Warsilah Abdullah. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi Kedua. Salemba Empat. Jakarta. Gitosudarmo, Indriyo. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi Pertama. BPFE, Yogyakarta. H, Ray. Garrison. 2008. Akuntansi Manajerial. Edisi Kesebelas. Salemba Empat. Jakarta Halim, Abdul, Supomo Bambang dan Kusufi Syam M. 2011. Akuntansi Manajemen. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. BPFE, Yogyakarta. Hansen dan Mowen. 2005. Manajemen Biaya: Akuntansi dan Pengendalian. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Salemba Empat. Jakarta. Hansen Don R, Maryanne M. Mowen. 2005. Akuntansi Manajemen. Edisi Kedua. Terjemahan: A. Hermawan, Penerbit Erlangga. Jakarta. Kamaruddin Ahmad. 2009. Akuntansi Manajemen. Rajawali Pers. Jakarta. Machfoedz, Mas’ud. 2006. Akuntansi Manajemen. Buku Dua. Edisi Empat, Cetakan Keempat. BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

46

Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Cetakan Kesembilan. Bagian Penerbitan STIE-YKPN, Yogyakarta. Radiks. Purba. 2000, Memahami Asuransi di Indonesia, Edisi Kesatu, Cetakan Ketiga, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Simamora, Hery. 2007. Akuntansi Manajemen. Cetakan Pertama. Salemba Empat. Jakarta. Supriyono. R. A. 2007. Akuntansi Biaya: Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok, Buku Pertama. Edisi Kelima. Cetakan Keduabelas. BPFE,Yogyakarta. Usry, Milton F dan Wiliam K. Carter. 2006. Cost ing Akuntansi Biaya. Buku Pertama. Edisi Tigabelas. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Warren, Cari Fess dan Reeve. 2006. Pengantar Akuntansi. Edisi Duabelas. Salemba Empat. Jakarta. Witjaksono Armanto. 2006. Akunansi Biaya. Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.