Asuhan Keperawatan Flu Singapura BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Sejak beberapa tahun lalu muncul beberapa penyakit yang menimbulkan jumlah kematian yang cukup besar. Salah satu penyakit yang menyebabkan kegemparan diseluruh dunia adalah penyakit yang berasal dari virus influenza termutasi. Influenza virus mempunyai RNA (Ribo Nucleic Acid) sebagai material genetiknya. Virus ini cepat sekali bermutasi karena tidak memiliki enzim yang bisa memperbaiki jika seandainya ada kesalahan dalam pembacaan material genetik dalam tubuhnya. Kemampuan influenza virus untuk selalu bermutasi inilah yang menyebabkan vaksin influenza tidak bisa hanya diterima 1 kali seumur hidup tapi harus diberikan setiap tahun, karena setiap tahun vaksin harus dibuat dengan menyesuaikan material genetik dari virus yang sedang mewabah tahun itu. Influenza virus dibagi menjadi 3 tipe, A, B dan C. Influenza virus tipe A dan B-lah yang biasanya bertanggung jawab menyebabkan wabah flu setiap tahun (seasonal influenza), sedangkan tipe C biasanya hanya menyebabkan gejala flu ringan dan jarang menyebabkan wabah. Influenza virus tipe A merupakan penyebab utama pandemik yang belakangan ini merebak.
B. DESKRIPSI
Flu Singapore sebenarnya adalah penyakit yang di dunia kedokteran dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau dalam bahasa Indonesia disebut Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (PTKM). Penyakit ini sesungguhnya sudah lama ada di dunia. Berdasarkan laporan yang ada, penyakit ini sudah ada di tahun 1957 di Toronto, Kanada. Sejak itu terdapat banyak kejadian di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri sebenarnya penyakit ini bukan penyakit baru. Istilah Flu Singapore muncul karena saat itu terjadi ledakan kasus dan kematian akibat penyakit ini di Singapura. Karena gejalanya mirip flu, dan saat itu terjadi di Singapura (dan kemudian juga terjadi di Indonesia), banyak media cetak yang membuat istilah flu Singapore, walaupun ini bukan erminology yang baku. Hand-Foot-Mouth disease adalah penyakit anak-anak yang umum terjadi. Gejalanya berupa luka pada mulut, demam, dan rash. Biasanya disebabkan oleh coxsackievirus A16. Akan tetapi tidak semua anak-anak yang terinfeksi virus ini menunjukkan ketiga gejala Hand-Foot-Mouth disease ini. HFMD sering keliru dengan penyakit Foot-and-Mouth disease (Hoof-and-Mouth disease) yang terjadi pada lembu, domba, dan babi; padahal keduanya merupakan dua macam penyakit yang berbeda dan tidak berhubungan, keduanya disebabkan oleh virus yang berbeda. Manusia tidak dapat tertular penyakit yang diderita oleh binatang dan demikian juga sebaliknya
C. 1. 2. 3.
Rumusan Masalah Apa flu singapura itu? Bagaimana ciri-ciri atau tanda gejala flu singapura? Bagaimana cara pencegahan flu singapura?
D. BATASAN MASALAH
Pada makalah ini terbatas pada pengumpulan informasi secara deskriptif mengenai kasus Hand-Foot-Mouth disease pada An.A di RSIY PDHI Yogyakarta. E. TUJUAN 1. Tujuan khusus : a. Siswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Hand-Foot-Mouth disease dalam asuhan keperawatan b. Siswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Hand-Foot-Mouth c.
disease dalam asuhan keperawatan. Siswa mampu menetapkan intervensi keperawatan pada psien Hand-Foot-Mouth disease dalam
asuhan keperawatan. d. Siswa mampu mengimplementasikan Hand-Foot-Mouth disease asuhan keperawatan. e. Siswa mampu mengevaluasi hasil tindakan pada pasien Hand-Foot-Mouth disease dalam asuhan f.
keperawatan. Siswa mampu mengetahuin faktor pendukung dan penghambat serta solusi pemecahan masalahnya
2. Tujuan umum : Siswa mampu malakukan pengkajian dan tindakan keperawatan pada pasien dengan HandFoot-Mouth disease.
F. MANFAAT 1. Manfaat bagi profesi Sebagai salah satu sumber literature dalam pengembangan bidang profesi keperawatan khususnya tentang penyakit Hand-Foot-Mouth disease.
2. Manfaat bagi pendidikan Memberikan
referensi
:… tentang
tingkat.perkembangan
anak
dalam
dunia
pendidikan.keperawatan anak. 3. Manfaat bagi penulis Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman serta dapat menerapkan standart asuhan keperawatan …untuk pengembangan praktik keperawatan, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama praktikan dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya Hand-FootMouth disease pada keluarga.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI Flu Singapore adalah penyakit yang di dunia kedokteran dikenal Sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau dalam bahasa indonesia Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (PTKM).Flu ini adalah penyakit berjangkit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk alam Di
famili Indonesia
Istilah
“Flu
Picornaviridae,Genus sendiri
Singapore”
sebenarnya muncul
Enterovirus
penyakit
karena
saat
ini itu
(non
bukan terjadi
polio).
penyakit
ledakan
baru.
kasus
dan
kematian akibat penyakit ini di Singapura.
Hand-Foot-Mouth disease adalah penyakit anak-anak yang umum terjadi. Gejalanya berupa luka pada mulut, demam, dan rash. Biasanya disebabkan oleh coxsackievirus A16. Akan tetapi tidak semua anak-anak yang terinfeksi virus ini menunjukkan ketiga gejala Hand-Foot-Mouth disease ini. HFMD sering keliru dengan penyakit Foot-and-Mouth disease (Hoof-and-Mouth disease) yang terjadi pada lembu, domba, dan babi; padahal keduanya merupakan dua macam penyakit yang berbeda dan tidak berhubungan, keduanya disebabkan oleh virus yang berbeda. Manusia tidak dapat tertular penyakit yang diderita oleh binatang dan demikian juga sebaliknya. (http://childrenclinic.wordpress.com/2009/04/19/flu-singapura-atau-infeksi-ktm-kaki-tangandan-mulut/)
B. Etiologi HFMD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae (Pico, Spanyol = kecil ), Genus Enterovirus (non Polio). Genus yang lain adalah Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus.
Di dalam Genus enterovirus terdiri dari Coxsackie A virus, Coxsackie B virus, Echovirus dan Enterovirus. Penyebab PTKM yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71. Berbagai enterovirus dapat menyebabkan berbagai penyakit. C. Patofisiologi Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. PTKM adalah penyakit yang kerap terjadi pada kelompok masyarakat yang padat dan menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun ( kadang sampai 10 tahun ). Orang dewasa umumnya lebih kebal terhadap enterovirus, walau bisa juga terkena. Orang yang belum pernah terinfeksi oleh virus yang menyebabkan HFMD beresiko untuk terinfeksi, tapi tidak semua orang yang terinfeksi virus ini menderita HFMD. HFMD paling banyak terjadi pada anak-anak berusia di bawah 10 tahun, tapi dapat pula terjadi pada orang dewasa. Anak-anak lebih beeresiko untuk terkena penyakit ini karena system imun dalam tubuh mereka masih lemah bila dibandingkan dengan orang dewasa. Bila telah terinfeksi maka pasien akan mendapatkan immunitas terhadap virus yang dapat menyebabkan HFMD ini. Tapi terdapat pula beberapa kasus dimana HFMD dapat kembali muncul karena infeksi oleh virus golongan enterovirus lainnya. Kasus HFMD terjadi di seluruh dunia. Pada daerah yang beriklim hangat/sejuk, kasus lebih sering terjadi pada musim panas dan awal musim gugur. Sejak tahun 1997, kasus-kasus HFMD yang disebabkan oleh enterovirus 71 telah dilaporkan terjadi di Asia dan Australia. HFMD yang disebabkan oleh infeksi coxsackievirus A16 merupakan penyakit yang ringan. Umumnya pasien dapat sembuh setelah 7-10 hari tanpa penanganan medis. HFMD yang
disebabkan oleh enterovirus 71 menunjukkan insiden penyakit neurologis (sistem saraf) yang lebih tinggi. Kasus encephalitis yang fatal dapat terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh infeksi enterovirus 71. Implantasi awal virus pada mukosa buccal dan ileum akan diikuti dengan penyebaran ke kelenjar getah bening dalam 24 jam. Viremia cepat terjadi, meluas ke mukosa mulut dari kulit. Hari ke 7 terjadi peningkatan neutralizing antibody kemudian terjadi eliminasi Virus.
D. Kasus HFMD 1. Tahun 1997 Tiga puluh empat anak meninggal di Sarawak, Malaysia. 2. Tahun 1998 Kasus HFMD dilaporkan terjadi di Taiwan. Sekitar 405 pasien mengalami komplikasi akut, dan 78 anak meninggal. Jumlah total kasus epidemic yang terjadi telah mencapai 1,5 juta. 3. Tahun 2006 7 orang meninggal karena penyakit HFMD di Kutching, Sarawak (sumber New Straits Times, 14 Maret) 4. Tahun 2008 Dilaporkan 25.000 kasus infeksi HFMD dengan jumlah korban meninggal 42 orang terjadi di Fuyang, Anhui, China pada awal Maret. Hal yang serupa juga dilaporkan terjadi di Singapore (lebih dari 2.600 kasus pada 20 April 2008), Vietnam (2.300 kasus dengan 11 kematian), Mongolia (1.600 kasus), dan Brunei (1053 kasus selama bulan Juni-Agustus 2008). 5. Tahun 2009
Kasus lainnya dilaporkan terjadi pada bulan April 2009, di kota Heze dan provinsi Shandong, bagian timur China, dengan jumlah penderita yang meninggal mencapai 15 orang. Hingga saat ini Dinas Kesehatan Provinsi Shandong melaporkan 5.770 kasus terjadi di Heze, Dari 5.770 kasus tersebut 4.549 dilaporkan sembuh sedangkan 341 kasus lainnya hingga saat ini belum dapat diatasi. Hingga 7 April 2009, lebih dari 115.000 kasus telah dilaporkan dan 50 orang meninggal karena infeksi ini. Tetapi kebanyakan kasus hanya terjadi di daerah pedesaan, di mana populasinya jarang dan hamper 80% total kasus terjadi di 10 provinsi dan daerah otonomi mencakup Henan, Shandong, Jiangsu, Guangxi, dan Zhejiang. Di Indonesia terdapat laporan kasus infeksi ini di daerah Jakarta dan sekitarnya. Kasus yang pertama dilaporkan terjadi pada 8 orang anak berusia satu sampai empat tahun. Dinas kesehatan Jakarta pada bulan April mengeluarkan peringatan akan bahaya HFMD dan larangan untuk bepergian ke Singapura.
E. CARA PENULARAN Penularannya melalui jalur fekal-oral (pencernaan) dan saluran pernapasan, yaitu dari droplet (butiran ludah), pilek, air liur, tinja, cairan vesikel (kelainan kulit berupa gelembung kecil berisi cairan) atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi itu. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa (carrier) seperti lalat dan kecoa. Penyakit ini memberi imunitas spesifik, namun anak dapat terkena PTKM lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya. Masa Inkubasi 2 - 5 hari.
Infeksi ini paling menular pada satu minggu pertama. Virus yang menyebabkan HFMD masih dapat tinggal di dalam tubuh selama berminggu-minggu setelah symptom menghilang. Berarti penularan dari orang ke orang terjadi setelah pasien penyakit ini beranjak sembuh. HFMD tidak ditransmisikan dari binatang ke manusia.
F. Manifestasi Klinik Mula-mula demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (faringitis), tidak ada nafsu makan, pilek, gejala seperti flu, pada umumnya yang tak mematikan. Timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulkus di mulut seperti sariawan (lidah, gusi, pipi sebelah dalam) terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan. Bersamaan dengan itu timbul rash/ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki. Kadang-kadang rash/ruam (makulopapel) pada bokong. Penyakit ini umumnya akan membaik sendiri dalam 7-10 hari, dan tidak perlu dirawat di rumah sakit. Bila ada gejala yang cukup berat, barulah penderita perlu dirawat di rumah sakit. 1. Gejala Prodromal (12-36 jam) : a.
Demam tidak tinggi±38,3 derajat C selama 2-3 hari
b. Anoreksia c.
Malaise (feeling sick)
d. Nyeri perut e.
Sakit pada mulut dan tenggorokan
f.
Batuk
g. Lesi pada tangan dan kaki; 5-7 hari h. Lesi mukosa dan kulit sembuh spontan dalam 5-7 hari
i.
Kadang-kadang : demam tinggi, sangat lemah, diare, atralgia, miokarditis dan pneumonia, meaningoencephalitis.
2. Adapun gambaran klinik Lesi di mulut : a.
Macula, vesikel 2-3 mm dasar eritem
b. Vesikel jarang terlihat, segera menjadi ulkus c.
Ulkus terasa nyeri ditambah dengan rasa tidak nyaman ketika makan
d. Jumlah ulkus 5-10 e.
Terlihat pada palatum, mukosa pipi, gusi, lidah, uvula, tonsil.
3. Adapun gambaran klinik lesi di kulit : a.
Lokasi khas yaitu tangan, kaki, bokong dan kadang-kadang di lengan.
b. Jumlah lesi di tangan > jumlah lesi di kaki c.
Jumlah lesi di dorsal dan sisi samping jari-jari>jumlah lesi di palmar
d. Makula eritem 2-10 mm kemudian berubah menjadi vesikel sentral oval berwarna abu-abu e.
Lesi asimtomatik, hilang 3-7 hari
f.
22% cervikal/submandibular limfadenopati.
4. Gejala yang cukup berat tersebut antara lain : a.
Hiperpireksia, yaitu demam tinggi dengan suhu lebih dari 39oC.
b. Demam tidak turun-turun c.
Takikardia (denyut nadi menjadi cepat)
d. Takipnea, yaitu napas jadi cepat dan sesak e.
Anoreksia, muntah, atau diare berulang disertai dehidrasi.
f.
Letargi, lemas, dan terus mengantuk
g. Nyeri pada leher, lengan, dan kaki. h. Kejang-kejang, atau terjadi kelumpuhan pada saraf cranial i.
Keringat dingin
j.
Fotofobia (tidak tahan melihat sinar)
k. Ketegangan pada daerah perut l.
Halusinasi atau gangguan kesadaran
5.
Komplikasi pada penyakit HFMD jarang terjadi, tetapi bila terdapat komplikasi harus segera ditangani. Komplikasi penyakit ini adalah :
a.
Viral atau aseptik meningitis (radang selaput otak) Viral meningitis dapat menyebabkan demam, sakit kepala, leher dan punggung. Kondisi ini biasanya ringan dan dapat sembuh tanpa penanganan.
b. Ensefalitis (radang otak) Dapat berakibat fatal. c.
Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis
d. Acute Flaccid Paralysis / Lumpuh Layuh Akut (Polio-like illness) e.
Hilangnya kuku jari tangan dan kaki Hanya bersifat sementara dan dan dapat sembuh tanpa pengobatan.
G. DIAGNOSTIK KLINIK
Biasanya diagnosis yang ditegakkan berdasarkan dari sejarah dan pemeriksaan fisik. Dapat dilakukan test laboratorium untuk coxsackievirus dan enterovirus lain, tetapi biasanya tidak diperlukan. Penyakit ini sering keliru dengan penyakit kerongkongan yang disebabkan oleh bakteri Streptoccocus, yang juga biasanya ditandai dengan demam dan sakit kerongkongan (sore throat). Terkadang juga keliru dengan penyakit cacar air karena keduanya menghasilkan blister/vesicle (lepuh/tonjolan kecil pada epidermis yang mengandung cairan serosa) dan dengan penyakit exanthema pada anak-anak (demam yang disertai dengan erupsi) karena terjadi infeksi telinga yaitu merahnya gendang telinga. Sampel (Spesimen) dapat diambil dari tinja, usap rektal, cairan serebrospinal dan usap/swab ulcus di mulut/tenggorokan, vesikel di kulit spesimen atau biopsi otak. Spesimen dibawa dengan Hank Virus Transport. Isolasi virus dengan cara biakan sel dengan suckling mouse inoculation. Setelah dilakukan Tissue Culture, kemudian dapat diidentifikasi strainnya dengan antisera tertentu (IPA, CT, PCR dll). Dapat dilakukan pemeriksaan antibodi untuk melihat peningkatan titer.
1. Diagnosa Laboratorium HFMD meliputi: a. Deteksi Virus : 1) 2) 3)
Immuno histochemistry (in situ) Imunofluoresensi antibodi (indirect) Isolasi dan identifikasi virus. b. Deteksi RNA RT-PCR Primer : 5’ CTACTTTGGGTGTCCGTGTT 3’ 5’ GGGAACTTCGATTACCATCC 3’ Partial DNA sekuensing (PCR Product)
c. Serodiagnosis Serokonversi paired sera dengan uji serum netralisasi terhadap virus EV-71 BrCr, Nagoya) pada sel Vero. Uji ELISA sedang dikembangkan. Sebenarnya secara klinis sudah cukup untuk mendiagnosis HFMD, hanya kita dapat mengetahui apakah penyebabnya Coxsackie A-16 atau Enterovirus 71.
2. Diagnosa banding : a.
Stomatitis aphtosa
b. Chickenpox c.
Eritema multiform
d. Herpes Simplex
H. PENGOBATAN Berikut ini merupakan cara – cara pengobatan penyakit HFMD: 1. Istirahat yang cukup 2. Pengobatan spesifik tidak ada, jadi hanya diberikan secara simptomatik saja berdasarkan 3. 4. 5. 6. a. b. c. d. e. f.
keadaan klinis yang ada. Dapat diberikan: Immunoglobulin IV (IGIV), pada pasien imunokompromis atau neonatus Extracorporeal membrane oxygenation. Pengobatan simptomatik: Antiseptik di daerah mulut Antipiretik Analgesik misal parasetamol Antibiotika jika infeksi kulit Cairan cukup untuk dehidrasi yang disebabkan sulit minum dan karena demam Pengobatan if lainnya
1) Nyeri : Kumur air garam
2)
Intake oral penderita : minuman dingin (semacam susu), menghindari juice sitrus karena “menyengat”
3)
Campuran (jumlah sama) : mukolitik/ekspektoran dan antasida dikumur kemudian dibuang/diludahkan.
4) Gizi, dll.
Penyakit ini merupakan self limiting diseases, yaitu penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya, dalam 7-10 hari. Tidak ada pengobatan spesifik untuk infeksi ini, selain dari terapi untuk mengatai simptomnya. Pasien perlu istirahat karena daya tahan tubuh menurun. Pasien yang dirawat adalah yang dengan gejala berat dan komplikasi tersebut diatas. Hal yang terpenting untuk menangani penyakit ini adalah meredakan sakit (pain relief) dan memperbanyak cairan tubuh. Berkumur dengan air garam (1/2 sendok the garam untuk 1 gelas air hangat), es loli dan cairan dingin dapat digunakan untuk meredakan rasa sakit pada kerongkongan yang terluka. Terapi dengan antibiotik tidak efektif pada penyakit ini. Obat bebas terbatas (over-thecounter medicines), seperti Tylenol (acetaminophen) dapat digunakan untuk mengatasi demam. Aspirin dapat pula digunakan, akan tetapi sebaiknya tidak dipakai untuk anak di bawah usia 12 tahun. Pastikan pasien tidak kekurangan cairan. Pemberian cairan tambahan diperlukan ketika terjadi demam.Jangan memberikan jus atau soda karena kandungan asamnya dapat menimbulkan rasa terbakar pada ulcer.
I. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT Penyakit ini sering terjadi pada masyarakat dengan sanitasi yang kurang baik Pencegahan penyakit adalah dengan menghilangkan kekumuhan dan kepadatan lingkungan; kebersihan (Higienis dan Sanitasi) lingkungan maupun perorangan. Cara yang paling gampang dilakukan adalah misalnya membiasakan selalu cuci tangan, khususnya sehabis berdekatan dengan penderita, desinfeksi peralatan makanan, mainan, handuk yang memungkinkan terkontaminasi. Bila perlu anak tidak bersekolah selama satu minggu setelah timbul rash sampai panas hilang. Pasien sebenarnya tak perlu diasingkan karena ekskresi virus tetap berlangsung beberapa minggu setelah gejala hilang, yang penting menjaga kebersihan perorangan. Di Rumah sakit Universal Precaution harus dilaksanakan. Penyakit ini belum dapat dicegah dengan vaksin (Imunisasi). Bila anak tidak dirawat, harus istirahat di rumah karena daya tahan tubuhnya menurun dan agar tidak menularkan ke anak lainnya. Berbagai upaya telah dan sedang dilakukan pemerintah dalam hal ini, seperti meningkatkan survailans epidemiologi (perlu definisi klinik). Memberikan penyuluhan tentang cara-cara penularan dan pencegahan HFMD untuk memotong rantai penularan. Menyiapkan sarana kesehatan tentang tatalaksana HFMD termasuk pelaksanaan. Memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda dan gejala HFMD.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengobatan secara spesifik untuk penyakit ini. Adapun hal – hal yang dapat dilakukan antara lain: 1. Menghindari kontak dengan anak-anak yang terinfeksi 2. Tidak membawa anak yang sakit ke tempat yang padat pengunjung 3. Tidak menggunakan peralatan makan,pakaian,sepatu anak yang sakit. 4. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, buang air besar dan kontak dengan penderita 5.
Bintik yang melepuh/vesikel sebaiknya dibiarkan mengering alami, jangan dipecah karena mengandung virus.
6. Penderita tutup mulut dan hidung saat batuk/bersin 7. Bersihkan lantai atau barang-barang yang terkontaminasi kotoran anak dengan perklorin 0,5% karena virus berada dalam feses dan dapat hidup beberapa lama.
BAB III PEMBAHASAN KASUS A. FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN Tanggal Masuk Jam Masuk Ruang/Kelas/Kamar No.RM Diagnosa Medis Metode Pengkajian di lakukan oleh Sumber B. IDENTITAS PASIEN Nama Umur Jenis Kelamin Status Perkawinan Agama Bahasa Alamat Rumah Dokter Ayah Ibu
: 13 April 2014 : 16.35 : Ismail/III/3c : 076104 : Hand Foot Mouth Disease : Wawancara dan observasi : Sri Agustina Wahyuni : Orang tua An.A : An.Az : 1 tahun : Laki-laki : Belum Menikah : Islam : Indonesia : Tirtomartani Kalasan : dr.M ,Sp.A : Tn.T : Ny.N
C. RIWAYAT KESEHATAN 1. Riwayat Kesehatan Orang tua mengatakan pasien mulai panas pada sabtu malam 12 april 2014.Pasien panas disertai dengan sariawan.Orang tua hanya memberikan obat penurun panas tapi panas tidak kunjung turun.Minggu pagi pada tanggal 13 april 2014 pasien mulai tidak mau makan,ASI tidak mau,BAB 2x dengan konsistensi cair ampas.Karena khawatir kondisi pasien memburuk orang tua pasien langsung membawa pasien ke RSIY PDHI Yogyakarta untuk mendapatkan perawatan langsung secara medis.Di RSIY PDHI Yogyakarta,dokter menyarankan orang tua An.A untuk
dilakukan tindakan medis secara langsung.Pasien mendapat perawatan di Bangsal Ismail ruang no 3C. 2. Alasan Masuk Rumah Sakit Pasien panas mulai sabtu 12 april 2014,sariawan,makan minum tidak mau,ASI juga tidak mau,BAB 2x cair. 3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Saat lahir pasien pernah masuk rumah sakit selama 15 hari karena badannya menguning. 4. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada penyakit menurun atau menular dari keluarga ayah maupun ibu pasien. 5. Riwayat Spiritual dan Sosial Ibunda pasien sering mengajarkan pasien untuk menjawab salam Wa’alaikumsalam jika ada yang mengucapkan salam.Pasien akan menangis dan takut jika betemu orang yang tidak dikenal.Pasien tinggal dirumah bersama kedua orang tua dan satu kakeknya. 6. Riwayat Hospitalisasi Pasien sudah pernah masuk rumah sakit 2x.Keluarga mampu mengatasi masalah kesehatan pasien dengan baik dan tanggap.Jika kesehatan pasien mulai menurun,orang tua pasien langsung membawa pasien kerumah sakit terdekat untuk diperiksa keadaannya. 7. Kondisi Lingkungan Rumah Tercukupi,bersih dan nyaman.
a. b.
a. b.
D. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI DAN SAAT SAKIT 1.Pola Nutrisi Sebelum Sakit Pasien makan 3x sehari dengan nasi dan sayur.Minum kurang lebih 3 gelas air putih sehari didampingi dengan ASI.Pasien makan dan minum dibantu oleh keluarga,terutama Ibunda pasien. SelamaSakit 2 hari sebelum masuk rumah sakit sudah mulai sulit makan.Saat dibawa ke rumah sakit pasien tidak mau makan hanya mau ASI.Setelah 2 hari dirawat di rumah sakit,pasien sudah mulai makan dengan lahap 3x sehari 1 mangkuk bubur nasi.Pasien makan dengan dibantu Ibunda pasien. 2. Pola Istirahat a. Sebelum Sakit Pasien tidur kurang lebih 8-11 jam sehari.Tidak ada gangguan tidur. b. Selama Sakit 1 hari sebelum masuk RS,pasien gelisah,susah tidur.1 hari di RS pasien rewel susah tidur.Dihari kedua dan ketiga pasien mulai bisa tidur kurang lebih 7-9 jam.Sering terbangun namun tidur lagi. 3. Pola Eliminasi Sebelum Sakit Pasien BAB dan BAK hanya saat ingin saja.BAB kurang lebih 2x sehari.BAK sering,pasien BAK menggunakan pampers.Pasien BAB dan BAK dengan dibantu keluarga. Selama Sakit
Pasien BAB dan BAK dibantu dengan pempers.Hari pertamadi RS,pasien tidak BAB, hanya BAK menggunakan pempers.Memasuki hari kedua,pasien mulai diare dengan BAB lebih dari 3X dalam sehari,dengan konsistensi cair ampas.Wajah terliahat pucat dan lemas.Pasien BAB dan BAK dibantu keluarga. 4. Pola Sosial Sebelum Sakit Pasien mudah bergaul atau mau mengajak orang lain berinteraksi dengan ….mainannya. b. Selama Sakit Pertama masuk RS pasien hanya menangis.Sangat takut jika perawat datang.Namun,dihari ketiga pasien mulai berinteraksi dan bemain ditaman bangsal dengan pasien anak-anak lain,dan tidak lagi takut dengan perawat. 5. Pola Kebersihan Personal Hygiene a. Sebelum Sakit Pasien mandi 2x sehari dengan air biasa,sabun,dan sikat gigi.Pasien cuci rambut 2x seminggu menggunakan shampoo bayi.Pasien dibantu keluarga. b. Selama Sakit Pasien mandi 2x sehari dengan air hangat dan detol yang disediakan di bangsal ismail.Pasien di bantu keluarga. a.
E. PENGKAJIAN FISIK 1. Sistem Penglihatan : Nomal,tidak ada gangguan penglihatan.Bola mata putih ………………………………..susu. 2. Sistem Pendengaran : Normal,tidak ada gangguan pendengaran.Tidak terdapat ………………………………..serumen. 3. Sistem Wicara : Normal,tidak ada gangguan.Hanya saja pasien belum bisa ………………………………..berbicara lancar,sesuai tumbuh kembang. 4. Sistem Integumen : Tugor jelek,tampak bintik-bintik merah dikulit seluruh ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,tubuh.Di hari kedua,bintik merah dikaki dan tanganruam merah ditangan dan kaki mulai.mulai berair 5. Sistem Respirasi : Normal,tidak ada gangguan penafasan.Rr : 30x/menit. 6. Sistem Kardiovaskuler : Normal,nadi 130x/menit. 7. Sistem Pencernaan : Poristalrik meningkat,diare dengan BAB 3x ………………………………..sehari,konsentrasi.ampas cair. 8. Sistem Endokrin : Normal,tidak ada pembesaran kelenjar tioid. 9. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan HEMATOLOGI Hemoglobin Hematokit Leukosit
: Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
11.1 34.7 19.8
14.00 - 18.00 40.00 - 48.00 4.0 - 10.5
9/DL % x^3uL
Trombosit Eitrosit
239 4.46
150 - 450 4.50 - 6.00
x^3uL x10^6/uL (13 pril 2014 : 18.00 WIB)
10. Catatan hasil pemeriksaan suhu,nadi,dan respirasi No Tanggal Jam Suhu
Nadi
Respirasi
1
13/04/2014
16.40 WIB
38.3 C
130x/menit
30x/menit
2
14/04/2014
08.30 WIB
37.3 C
128x/menit
32x/menit
37.3 C
124x/menit
32x/menit
37.8 C
126x/menit
34x/menit
37.2 C
120x/menit
30x/menit
35.7 C
120x/menit
30x/menit
37.1 C
130x/menit
30x/menit
36.0 C
124x/menit
28x/menit
36.7 C
124x/menit
28x/menit
14.00 WIB
3
15/04/2014
21.00 WIB 09.00 WIB 14.00 WIB
4
16/04/2014
21.00 WIB 09.00 WIB 14.00 WIB
G.Terapi Yang Diberikan 1. Terapi Parental a. Infus RL 30 tpm Micro b. Injeksin Ampicilin 4x200mg 2. Terapi Oral a. Pamol 0,8cc bila perlu b. Lacto B 2x1 Sachet
3. Diit Bubur nasi