MAKALAH “KETIDAKEFEKTIFAN JALAN NAFAS”
PRODI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKes BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Dasar ini dengan judul “Ketidakefektifan Jalan Nafas” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI Mojokerto. Kami sadar akan segala kekurangan dalam pembuatan paper ini, serta kami akan sangat bangga apabila paper yang kami susun ini mendapatkan saran maupun kritik yang bersifat membangun. Tidak lupa kami haturkan permohonan maaf apabila paper yang kami buat terdapat suatu kesalahan. Terakhir kami sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu tersusunnya paper ini. Semoga paper ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi para pembaca.
Mojokerto, 4 Maret 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I TINJAUAN TEORI 1.1.DEFINISI Ketidakefektifan jalan nafas merupakan keadaan individu tidak mampu pengeluarkan
sekresi
atau
obstruksi
dari
saluran
nafas
untuk
mempertahankankepatenan jalan nafas (Kim, McLane, 1995).
1.2.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAK EFEKTIFAN JALAN NAFAS 1. Faktor Fisiologis Setiap kondisi yang mempengaruhi fungsi kardiopulmonar secara langsung akan mempengaruhi kemampuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Klasifikasi umum gangguan jantung meliputi ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksis miokard, kondisi - kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perfer. Gangguan pernafasan meliputi hiperventilasi, hipoventilasi, dan hipoksis. Proses fisiologis lain yang memepengaruhi proses pernafasan pada klien termasuk perubahan yang mempengaruhi kapasitas darah untuk membawa oksigen, seperti anemia; peningkatan kebutuhan metabolisme, seperti kehamilan atau demam dan infeksi; dan perubahan yang mempengaruhi gerakan dinding dada atau sistem saraf pusat klien (Perrym Potter, 2006). Proses Fisiologis yang mempengaruhi: a. Anemia Penurunan kadar hemoglobin menurunkan jumlah pembawa O2 dalam darah. Individu bernafas dengan lebih cepat untuk meningkatkan penghantaran O2 (Perrym Potter, 2005). b. Racun Inhalasi Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen (Perrym Potter, 2006). c. Obstruksi Jalan Nafas
Membatasi pengiriman oksigen yang diinspirasi ke alveoli (Perrym Potter, 2006). d. Tempat yang Tinggi Menurunkan konsentrasi oksigen inspirator karena konsentrasi oksigen atmosfer yang rendah (Perrym Potter, 2006). e. Demam Meningkatkan frekuensi metabolisme dan kebutuhan oksigen di jaringan (Perrym Potter, 2006). f. Penurunan Gerakan Dinding Dada Mencegah
penurunan
diafragma
dan
menurunkan
diameter
anteroposterior thoraks pada saat inspirasi, menurunkan volume udara yang diinspirasi (Perrym Potter, 2006). 2. Faktor Perilaku Perilaku atau gaya hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kemampuan tubuh dalam memenuhi kebutuhan oksigen. Faktor-faktor gaya hidup yang mempengaruhi pernapasan meliputi nutrisi, latihan fisik, merokok, penyalahgunaan substansi (Perrym Potter, 2006) 1) Nutrisi Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopulmonar dalam beberapa cara. Obesitas yang berat menyebabkan penurunan ekspansi paru dan peningkatan berat badan meningkatkan kebutuhan oksigen untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh. Klien yang mengalami kekurangan gizi mengalami kelemahan otot pernapasan. Kondisi ini menyebabkan kekuatan otot dan kerja (ekskursi) pernapasan menurun (Perrym Potter, 2006). 2) Latihan Fisik Latihan fisik meningkatkan aktivitas metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen.
Frekuensi
dan
kedalaman
pernapasan
meningkat,
memampukan individu untuk menghirup lebih banyak oksigen dan mengeluarkan kelebihan karbondioksida (Perrym Potter, 2006).
3) Merokok Merokok dikaitkan dengan sejumlah penyakit,termasuk penyakit jantung,penyakit paru obstruksi kronik,dan kanker paru.merokok dapat memperburuk
penyakit
arteri
koroner
dan
pembuluh
darah
perifer.nikotin yang diinhalasi menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah koroner,meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan aliran darah ke pembuluh darah perifer.risiko kanker paru 10 kali lebih kuat pada individu yang merokok daripada individu yang tidak merokok (Dettenmeier, 1992). 4) Penyalahgunaan Substasi Penggunaan alcohol dan obat-obatan lain secara berlebihan akan mengganggu oksigenasi jaringan dengan dua cara. Pertama,
individu
yang
kronis
menyalahgunakan
substansi.kondisi ini seringkali memiliki asupan yang buruk. Kondisi menyebabkan penurunan asupan makanan kaya besi yang kemudian menyebabkan penurunan produksi hemoglobin. Kedua, penggunaan alkohol dan obat-obatan tertentu secara berlebihan. Kondisi ini mendepresi pusat pernapasan, menurunkan frekuensi dan kedalaman pernapasan dan jumlah oksigen yang diinhalasi. penyalahgunaan substansi,
baik dengan cara merokok
(mengisap) atau dengan cara inhalasi(menghirup), misalnya substansi berupa bongkahan kokain atau uap yang berasal dari cat atau kaleng lem, mengakibatkan cedera langsung pada jaringan sehingga menyebabkan kerusakan paru maupun kerusakan oksigenasi yang permanen (Perrym Potter, 2006).
3. Faktor Lingkungan Lingkungan juga mempengaruhi oksigenasi ,insiden penyakit paru lebih tinggi di daerah yang berkabut dan di daerah perkotaan daripada di daerah pedesaan.selain itu,tempat kerja klien dapat meningkatkan resiko klien
untuk terkena penyakit asbestos,bedak
talk,debu
paru.polutan di tempat kerja mencakup dan
serabut
yang
dibawah
oleh
udara.misalnya,pekerja sawah di daerah bagian barat daya amerika serikat yang sering berisiko terjangkit kokidioidomikosis,suatu penyakit jamur yang disebabkan inhalasi spora bakteri kokidioides immitis yang dibawah oleh udara (Perrym Potter, 2006). Ansietas :Ansietas meningkatkan frukensi dan kedalaman sebagai akibat stimulasi simpatik (Perrym Potter, 2005).
4. Faktor Perkembangan Tahap perkembangan klien dan proses penuaan yang normal mempengaruhi oksigenasi jaringan. 1) Bayi prematur Berisiko terkena penyakit membran hialin, yang diduga disebabkan oleh defisiensi surfaktan. Kemampuan paru untuk mensintesis surfaktan berkembang lambat pada masa kehamilan, yakni pada sekitar bulan ketujuh, dan dengan demikian bayi lahir prematur tidak memiliki surfaktan (Perrym Potter, 2006). 2) Bayi dan toddler Berisiko mengalami infeksi saluran pernafasan yang sering pada anak – anak lain dan pemaparan asap dari rokok yang diisap orang lain (Huebner, 1994; Whatling, 1994). Infeksi jalan nafas yang umum adalah nasofaringitis (mis. Rinovirus, virus sinsitial pernafasan ,dan adenovirus), faringitis (mis. Virus dan beta-hemolitikus streptokokus), hemofilus influenza, dan tonsilitis. Obtruksi nafas juga dapat terjadi, jika benda asingteraspirasi, seperti makanan, kancing, dan permen (Perrym Potter, 2006). 3) Anak usia sekolah dan remaja Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada terinfeksi pernafasan dan faktor – faktor resiko pernafasan, misalnya mengisap asap rokok dan merokok. Namun, individu yang memulai merokok pada
KETIDAKEFEKTIFAN JALAN NAFAS
12
usia remaja dan meneruskannya sampai usia dewasa pertengahan mengalami peningkatan resiko penyakit kardiopulmonar dan kanker paru (Perrym Potter, 2006). 4) Dewasa muda dan dewasa pertengahan Individu usia dewasa pertengahan dan dewasa muda terpapar banyak faktor resiko kardiopulmonar seperti: diet yang tidak sehat, kurang latihan fisik,obat – obatan, dan merokok. Dengan mengurangi faktor – faktor yang dapat dimodifikasi ini, akan menurunkan risiko menderita penyakit jantung dari pulmonar (Perrym Potter, 2006). 5) Lansia Kompliansi pada dinding dada menurun pada klien lansia yang berhubungan dengan osteoporosis dan klasifikasi tulang rawan kosta. Otot – otot pernafasan melemah dan sirkulasi pembuluh darah pulmonar menjadi kurang dapat berdistensi. Trakea dan bronkus besar menjadi membesar akibat klasifikasi jalan nafas dan alveoli membesar, menurunkan daerah permukaan yang tersedia untuk pertukaran gas. Selain itu, jumlah silia fungsional mengalami pengurangan. Penurunan kerja silia dan mekanisme batuk efektif menyebabkan individu lansia berisiko mengalami infeksi pernafasan (luecknotte, 1996).
5. Olahraga Olahraga meningkatkan frekuensi dan kedalaman untuk memenuhi kebutuhan tubuh untuk menambah oksigen (Perrym Potter, 2005).
6. Nyeri akut Nyeri akut meningkatkan frukensi dan kedalaman sebagai akibat dari stimulasi simpatik. Klien dapat menghambat atau membebat pergerakan dinding dada jika ada nyeri padaarea dada atau abdomen. Nafas akan menjadi dangkal (Perrym Potter, 2005).
7. Posisi tubuh Postur tubuh yang lurus dan tegak, meningkatkan ekpansipenuh paru. Posisi yang bungkuk dan telungkup mengganggu pergerakan ventilasi (Perrym Potter, 2005).
8. Medikasi Analgesik
narkotik
dan
sedatif
menekan
frekuensi
dan
kedalaman.Amfetamin dan kokain dapat meningkatkan frukuensi dan kedalaman (Perrym Potter, 2005).
9. Cedera batang otak Cedera pada batang otak mengganggu pusat pernafasan dan menghambat frekuensi dan irama pernafasan (Perrym Potter, 2005).
1.3.GANGGUAN KETIDAK EFEKTIFAN JALAN NAFAS 1) Bradipnea Frekuensi bernafas teratur namun lambat secara tidak normal (kurang dari 12 nafas per menit) (Perrym Potter, 2005).
2) Takipnea Frekuensi bernafas teratur namun cepat secara tidak normal (lebih dari 20 nafas per menit) (Perrym Potter, 2005).
3) Hiperpnea Pernafasan sulit, peningkatan kedalaman, peningkatan frekuensi (lebih dari 20 nafas per menit) Secara normal terjadi setelah olahraga) (Perrym Potter, 2005).
4) Apnea Pernafasan berhenti untuk beberapa detik, penghentian persisten mengakibatkan henti nafas (Perrym Potter, 2005).
5) Pernafasan Cheyne-Stokes Frekuensi dan kedalaman pernafasan tidak teratur, ditandai dengan periode apneadan hiperventilasi yang berubah – ubah. Siklus pernafasan mulai dengan lambat, nafas dangkal yang meningkat secara perlahan sampai frekuensi dan kedalaman yang abnormal. Pola tersebut berbalik, bernafas lambat dan menjadi dangkal, klimaksnya pada apnea sebelum kembali bernafas (Perrym Potter, 2005). 6) Pernafasan Kussmaul Pernafasan secara tidak normal dalam, dan frukuensi meningkat. (Perrym Potter, 2005). 7) Pernafasan Biot Pernafasan dangkal secara tidak normal untuk dua atau tiga nafas diikuti periode apnea yang tidak teratur (Perrym Potter, 2005). 8) Hyperkapnia Adalah peningkatan kadar CO2 dalam cairan tubuh dan sering disertai dengan hipoksia.CO2 berlebih meningkatkan respirasi dan konsentrasi ion hidrogen yang akan menyebabkan asidosis (kadar asam berlebih) (Ethel Sloane, 2003). 9) Hipokapnia Adalah penurunan kadar CO2 dalam darah biasanya terjadi karena akibat hiperventilasi (pernafasan cepat) dan penghembusan CO2. Penurunan kadar CO2 menyebabkan terjadinya alkalosis (jumlah bikarbonat berlebih) dalam cairan tubuh (Ethel Sloane, 2003). 10) Asfisia Atau Sufokasi Suatu kondisi hipoksia dan heperkapnia akibat ketidakcukupan ventilasi pulmonar (Ethel Sloane, 2003). 11) Penyakit Pulmonar Obstruktif Menahun PPOM
Adalah kelompok penyakit yang meliputi asma, bronkitis kronik dan emfisema dan juga kelompok penyakit industrial seperti asbestosis, silikosis, dan black lung. Pajanan terhadap rokok yang terus menerus dan terhadap lingkungan serta poltan industri dapt menyebabkan PPOM (Ethel Sloane, 2003).
12) (Karsinoma Kanker Paru Pulmonar) Sering dikaitkan dengan merokok tetapi dapat coba terjadi pada orang bukan perokok (Ethel Sloane, 2003). 13) Tuberculosis Adalah penyakit yang disebabkan bakteri yang dapat mempengaruhi semua jaringan tubuh tetapi paling umum terlokalisasi di paru – paru (Ethel Sloane, 2003). 14) Pneumonia Adalah proses inflamasi infeksius akut yang mengakibatkan alveoli penuh terisi cairan. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, protozoa, virus, atau zat kimia (Ethel Sloane, 2003).